Anda di halaman 1dari 20

ASKEP VERTIGO LENGKAP

ASKEP VERTIGO

A.    Definisi
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan
mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato sensorik
(propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3
sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa
atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan
yang dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa
ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan
adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
(Lumban Tobing. S.M, 2003) 

Vertigo dapat adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam
sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di
sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun melayang. Vertigo menunjukkan
ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan
perifer yang disebabkan oleh kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat
disebabkan oleh kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala, penderita
merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau bergerak naik turun
karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN
System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan
system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.
1.      Jaringan syaraf
a.       Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah suatu sel saraf dan
merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan. Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian
peneriman rangsangan dari saraf – saraf lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi
perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal sel;
serta terminal akson yang menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua
dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 2)
Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut neuron sensorik
atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu
sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar
neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut
interneuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)
b.      Transmisi sinap
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan
impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. (Arif
Muttaqin, 2008, hlm. 4)
c.       Neutransmiter
Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)
2.      Sistem Syaraf Pusat
a.       Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama
berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinue,
tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan
hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible.
(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 157)
b.         Cerebrum
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80%
dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer
substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian otak dengan bagian yang lain dan substansia grisea yang
terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel saraf.  Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Dapat dilihat pada gambar 2. 2 di bawah.
1)      Lobus Prontal
Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian prontal kiri
terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai  pusat motorik bahasa dan mengontrol ekspirasi bicara.
2)      Lobus parietal
Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba,
tekan, perubahan suhu ringan dan pendengaran.
3)      Lobus temporal
Mengandung area auditorius, tempat tujuan  area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan
mencakup Area Wernicke tempat interpretasi  bau dan penyimpanan bahasa.
4)      Lobus occipital
Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna refleks
visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.
c.       Batang Otak
Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau Mesencephalon,
pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh
1)      Otak tengah berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervus kranial III
dan IV,
2)      Pons
Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat refleks
pernafasan.
3)      Medula  oblongata
Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan,
batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula oblongata.
d.   Cerebellum
Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh tentorium serebri.
Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot, mempertahankan postur dan
keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif
Muttaqin, 2008, hlm. 11)
e.       Hipotalamus
Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan makanan,
mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus, merangsang respons organ viseral selama
dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental.
(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 159)
f.       Thalamus
Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi pengindraan
sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 160)
g.      Sirkulasi serebral
Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi serebral
menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.
Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri vertebral dan
meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua karotis dan memberikan sirkulasi
darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang
dan naik pada satu sisi tulang (Lihat pada gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui
foramen magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri
vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua
cabang pada arteri serebralis bagian posterior.                 
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri
karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat gambar 2.5) yang dibentuk dari
cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior
dan posterior. Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior
serebral, arteri – arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri
mayor tersumbat.
Gambar 2. 5: Sirkulus Willisi dan beberapa variasi anatomik yang sering dijumpai. Anormali diberi tanda panah.
A. Sirkulus willisi yang normal. B. Reduplikasi arteri komunikans anterior. C. Arteri serebri anterior yang
menyempit seperti tali. D. Arteria komunikans posterior yang menyempit seperti tali. E. Arteria serebri posterior
yang secara embrionik berasal dari arteri interna. ACA. Arteria serebri anterior. AcomA, arteria komunikans
anterior. MCA, arteria serebri media. ICA, arteria korotis interna. PcomA, arteria komunikans posterior. PCA,
arteria serebri posterior. SCA, arteri serebri superior. BA, arteria basilaris. AICA, arteri serebralis inferior
anterior. PICA,arteri serebralis inferior posterior. VA, arteria vertebralis
      Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan
aliran darah ke distal neuron – neuron dan mengakibatkan sel neuron cepat nekrosis. Keadaan ini
mengakibatkan stroke (cedera serebrospinal atau infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada
pembuluh darah dan pada daerah otak yang terserang.
h.      Medula Spinalis
Medula Spinalis  atau sum-sum tulang belakang  bermula pada medula oblongata. Fungsi medula
spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.

3.      Sistem Saraf Perifer


Sistem  Saraf Perifer terbagi atas Saraf  Spinal  dan Saraf Kranial
a.       Saraf Spinal
Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :
1)      8 pasang Saraf Servikal
2)      12 pasang Saraf Torakal
3)      5 pasang Saraf lumbal
4)      5 pasang Saraf Sacral
5)      1 pasang  Saraf Coccigeal
b.      Saraf Kranial
Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial  yang masing-masing terbagi
berdasarkan fungsinya masing-masing, diantaranya adalah:

B.     Etiologi
1.      Otologi 24-61% kasus
a)      Benigna Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
b)      Meniere Desease
c)      Parese N VIII Uni/bilateral
d)     Otitis Media
2.      Neurologik 23-30% kasus
a)      Gangguan serebrovaskuler batang otak/ serebelum
b)      Ataksia karena neuropati
c)      Gangguan visus
d)     Gangguan serebelum
e)      Gangguan sirkulasi LCS
f)       Multiple sklerosis
g)      Vertigo servikal
3.      Interna kurang lebih 33% karena gangguan kardiovaskuler
a)      Tekanan darah naik turun
b)      Aritmia kordis
c)      Penyakit koroner
d)     Infeksi
e)      < glikemia
f)       Intoksikasi Obat: Nifedipin, Benzodiazepin, Xanax,
4.      . Psikiatrik > 50% kasus
a)      Depresi
b)      Fobia
c)      Anxietas
d)     Psikosomatis
5.      Fisiologik
Melihat turun dari ketinggian.

C.    Manifestasi Klinik


Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-kadang
disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat,
nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah
tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien
akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang
tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan
gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus
atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, vertigo akan
berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada perubahan posisi
kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada perubahan posisi kepala dan
akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan setelah beberapa waktu. Pada
pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak
ada paresis kanal.

Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan melakukan
manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua sisi oleh
pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada tes ini akan
didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :
1.      Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya sendiri atau
lingkungan
2.      Merasakan mual yang luar biasa
3.      Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4.      Gerakan mata yang abnormal
5.      Tiba - tiba muncul keringat dingin
6.      Telinga sering terasa berdenging
7.      Mengalami kesulitan bicara
8.      Mengalami kesulitan berjalan karena merasakan sensasi gerakan berputar
9.      Pada keadaan tertentu, penderita juga bisa mengalami ganguuan penglihatan

(http://perawatyulius.blogspot.com)

D.    Komplikasi
1.      Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat terganggunya saraf
VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan diri untuk tetap berdiri
dan berjalan.
2.      Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas. Mereka lebih sering
untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan gerak yang terbatas
dapat menyebabkan kelemahan otot.

E.     Patofisiologi dan Pathway


Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti meniere, parese N VIII,
otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi pada telinga tersebut menimbulkan
gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun
virus (otitis media).

Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti gangguan visus,
multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik lainnya. Selain saraf ke VIII
yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan VI yang
menyebabkan terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun). Tekanan yang
tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi telinga akan
keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang
rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat
menyebabkan parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi tekanan
darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan darah naik turun dan dapat
menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga
dapat menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.

WOC
F.     Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk pemeriksaan
diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
a)      Pemeriksaan mata
b)      Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c)      Pemeriksaan neurologik
d)     Pemeriksaan otologik
e)      Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
a)      ENG
b)      Audiometri dan BAEP
c)      Psikiatrik
3.      Pemeriksaan tambahan
a)      Radiologik dan Imaging
b)      EEG, EMG

G.    Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
a)      Anti kolinergik
  Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
  Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b)      Simpatomimetika
  Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c)      Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
  Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus vestibularis adalah :
                                                                                i.            Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2 jam
                                                                              ii.            Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita dianjurkan untuk terapi bedah.
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
a)      Terapi kausal
b)      Terapi simtomatik
c)      Terapi rehabilitatif

2.      Penatalaksanaan Keperawatan


a)      Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan berbaring diam dalam
kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
b)      Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi perasaan subyektif vertigo
pada pasien dengan gangguan vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien
dapat merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada
berbaring dengan kedua mata ditutup.
c)      Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan terjadinya vertigo,
maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang
kuat.
d)     Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah dehidrasi.
e)      Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut yang belum
dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit
berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini
adalah pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar
gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan
bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah
beberapa hari.
f)       Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda. Latihan ini untuk
rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
(http://niarahayu9.blogspot.com)

H.    Asuhan Keperawatan sesuai teori


1.      P.       Pengumpulan data
1)       Identitas
Data klien, mencakup ; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No RM/CM, tanggal masuk, tanggal
kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan,
suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.

2)       Riwayat Kesehatan Klien


Riwayat kesehatan pada klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo hal
– hal sebagai berikut :
a)      Alasan Masuk Perawatan
Kronologis yang menggambarkan prilaku klien dalam mencari pertolongan.
b)      Keluhan Utama
Pada umumnya klien dengan gangguan sistem Persarafan akibat vertigo berupa
pusing seperti berputar.
c)      Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama dan data yang
menyertai dengan menggunakan pendekatan PQRST, yaitu :
P: Paliatif / Propokative: Merupakan hal atau faktor yang
mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang memperberat
atau memperingan. Pada klien dengan vertigo biasanya
klien mengeluh pusing bila klien banyak bergerak dan
dirasakan berkurang bila klien beristirahat.
Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang
dirasakan. Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang
dirasakan seperti berputar.
R: Region : daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan.
pada klien dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada
daerah kepala.
S: Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan
skala nyeri (0-5)
T: Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga
menunjukan lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada
klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.

d)     Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan system persyarafan maupun
penyakit sistemik lainnya.
e)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dam merupakan penyakit
turunan.
f)       Riwayat Psikososial
Apabila mengkaji pasien dengan gangguan system persyarafan perhatikan juga lingkungan
rumah dan pekerjaan yang bersangkutan, ketegangan yan g bersumber dari rumah, adanya
kontak terhadap bahan toksik tertentu dan pemahaman akan kondisi psikososial klien penting
untuk dikaji.
3)       Data Biologis dan Fisiologis
Meliputi hal-hal sebagai berikut :
a)      Pola Nutrisi
Dikaji mengenai makanan pokok, frekuensi makan, makanan pantrangan dan napsu makan,
serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol tinggi, biasanya pada klien
dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut yang diakibatkan karena peningkatan
TIK (Tekanan Intra Kranial).
b)      Pola Eliminasi
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai frekuensi
berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan pada pola BAB yang
dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta keluhan-keluhan yang dirasakan.
c)      Pola Istirahat dan Tidur
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan mengantar tidur serta
kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo akan mengalami gangguan istirahat
tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat.
d)     Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk
melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta merasa mudah
lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala.
d)    Pola Personal Hygiene
Dikaji kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan personal hygiene (mandi, oral
hygiene, gunting kuku, keramas). Klien dengan vertigo akan tergantung pada orang lain
dalam memenuhi personal hygiene karena adanya keterbatasan aktivitas fisik atau kelemahan.
4)       Pemeriksaan Fisik
a)     Keadaan Umum
Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya akan mengalami
kesadaran, kadang tampak lemas.
b)    Pemeriksaan Persistem
(1)   Sistem Persarafan
Pada system pesarafan yang dikaji adalah tingkat kesadaran diorientasi orang, waktu, dan
tempat, perubahan tanda-tanda vital, kemampuan klien mengingat kejadian sebelum dan
sesudah sadar.
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan adanya gangguan kesadaran dimana klien
sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuh.
(2)   Sistem kardiovaskuler
Ditemukan perubahan yaitu tekanan darah menurun kecuali apabila terjadi peningkatan
tekanan intracranial, maka tekanan darah meningkat, denyut nadi bradicardi, dan kemudian
takikardi dan iramanya tidak terarah.
(3)   Sistem Pernafasan
Pada klien dengan vertigo biasanya terjadi pola napas umumnya klien sesak karena terjadi
penyumbatan trakeo brokial karena adanya secret pada trakeogrankeolus irama nafas tidak
teratur nutrisi kedalam maupun frekuensi cepat dan dangkal.
(4)   Sistem musculoskeletal
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya gangguan fungsi motoris yang
dapat berakibat terjadinya mobilisasi, pusing atau kerusakan pada motor neuron
mengakibatkan perubahan pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek .
(5)   Sistem eliminasi
Pada klien dengan vertigo sistem eliminasi akan terdapat referensi atau trikontinen dalam
BAB dan BAK, terdapat ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, dimana terdapat hiporat
remia atau sipokalemia.
5)       Data Psikologis
Menurut (Keliat, 2006 : 77) konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a)      Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak
disukai. Biasanya klien dengan vertigo menyadari akan keterbatasan aktivitasnya.
b)      Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap
penyakitnya. Klien dengan vertigo berharap akan sembuh seperti sediakala.
c)      Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain. Biasanya klien dengan
vertigo mengalami penurunan harga diri.
d)     Identitas
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan posisinya.
Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dengan keadaannya karena fungsinya tidak
bisa berjalan dengan baik.
e)      Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien dalam
melaksanakan tugas. Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
6)       Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga, tetangga,
masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosio kultural dan support
sistem (Keliat, 2006 :78)
7)       Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menaganggu keseimbangan. Seseorang
yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan penyakit.
8)       Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang
dihadapi (Keliat, 2006 :78).
9)       Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji agar tim
kesehatan dapat memberikan bantuan dengan
efisien
10)   Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang
Maha Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan
kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan
kesembuhan penyakitnya (Keliat, 2006 :78).
11)   Data Penunjang
a)      Farmakoterafi
Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat
b)      Prosedur Diagnostik Medik
c)      Pemeriksaan Laboratorium
pengkajian data keperawatan

a)      Aktivitas / Istirahat


Letih, lemah, malaise, keterbatasan gerak, ketegangan mata, kesulitan membaca, insomnia,
bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, sakit kepala yang hebat saat perubahan
postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
b)       Sirkulasi
Riwayat hypertensi, denyutan vaskuler, misal daerah temporal, pucat, wajah tampak
kemerahan
c)      Integritas Ego
Faktor faktor stress emosional/lingkungan tertentu, perubahan ketidakmampuan,
keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama
sakit kepala, mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik)
d)     Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur,
daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain), mual/muntah,
anoreksia (selama nyeri), penurunan berat badan
e)      Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi,
trauma, stroke, aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus, perubahan visual, sensitif terhadap
cahaya/suara yang keras, epitaksis, parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi
tempore, perubahan pada pola bicara/pola pikir, mudah terangsang, peka terhadap stimulus,
penurunan refleks tendon dalam, papiledema.
f)       Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis, nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, fokus
menyempit, fokus pada diri sendiri, respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah, otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

g)        Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, demam (sakit kepala), gangguan cara berjalan, parastesia,
paralisis, drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
h)      Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit
i)        Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, penggunaan alkohol/obat lain
termasuk kafein, kontrasepsi oral/hormone, menopause.

2.      Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang mungkin muncul :

1. Risiko infeksi dengan factor resiko : prosedur invasive


2. Mual b/d stimulasi mekanisme neurofarmakologis
3. Nyeri akut b/d agen injuri biologi
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan muntah

n Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Intervensi keperawatan


o
1 Risiko infeksi dengan NOC: Intervensi NIC:
factor risiko : prosedur Pengetahuan pengendalian 1.Pemberian vaksinasi:
invasif infeksi: tingkat pemahaman pemberian imunisasi untuk
mengenai pencegahan dan mencegah penyakit menular
pengendalian infeksi 2.Pengendalian infeksi :
Pengendalian risiko: tindakan meminimalkan penularan agen
untuk menghilangkan atau infeksius
mengurangi ancaman 3. Perlindungan terhadap infeksi
kesehatan actual, pribadi
serta dapat dimodifikasi Aktivitas keperawatan:
       Pantau tanda/ gejala infeksi :
Tercapai setelah menjalani suhu tubuh, denyut jantung,suhu
perawatan selama 3 hari kulit, lesi kulit, keletihan,
malaise,sekresi, penampilan

Criteria hasil: urine, penampilan luka

       faktor risiko akan hilang        Kaji factor yang meningkatkan

dengan dibuktikan oleh serangan infeksi

keadekuatan status imun        Pantau hasil laboratorium:

klien albumin, protein serum,dll

        memantau factor risiko        Amati penampilan praktik hygine

lingkungan dan perilaku pribadi untuk perlindungan

seseorang infeksi

        menghindari pajanan        Jelaskan kepada klien/keuarga

terhadap ancaman kesehatan mengapa sakit/pengobatan

       Menguah gaya hidup untuk meningkatkan risikoterhadap

mengurangi risiko infeksi


       Ajarkan kepada klien untuk
tehnik mencuci tangan yang
benar
       Lindungi klien terhadap
kontaminasi silang 
2 Mual b/d stimulasi NOC: Intervensi NIC:
mekanisme Tingkat 1.penatalaksanaan cairan :
neurofarmakologi kenyamanan:perasaan lega peningkatan keseimbangan
secara fisik dan psikologis cairan dan pencegahan
Keseimbangan cairan: komplikasi
keseimbangan cairan dalam 2.pemantauan cairan :
ruang intraseular dan pengumpulan dan analisis data
ekstraselular tubuh klien untuk mengatur
Status nutrisi: asupan keseimbangan cairan
makanan dan cairan: jumlah 3.pemantauan nutrisi
makanan dan cairan yang
masuk kedalam tubuh dalam Aktivitas keperawatan:
24 jam        pantau gejala subyektif mual
pada klien
Tercapai setelah menjalani        pantau adanya peningkatan
perawatan selama 3 hari berat badan
       pantau tingkat energy,
Criteria hasil: malaise,keletihan, kelelahan.
       Berat badan stabil        Pantau turgor kulit
       Ajarkan klien tehnik napas
       Tidak tedapat mata cekung dalam untuk menekan reflex
       Hidrasi kulit tidak terganggu muntah

       keseimbangan asupan dan        Ajarkan klien untuk makan


haluaran dalam 24 jam dengan perlahan tapi sering

       klien melaporkan tidak mual        Kolaboratif : obat antimetik

       menunjukkan keseimbangan sesuai dengan anjuran

cairan dengan indicator 1-5        Naikkan bagian kepala tempat


:ekstrem, berat, sedang, tidur pada posisi lateral untuk
ringan, tidak bermasalah mencegah aspirasi
       Pantau status nutrisi

3. Nyeri akut b/d agen NOC: Intervensi NIC:


injuri biologi Tingkat kenyamanan: 1.pemberian analgesic
perasaan senang secara fisik 2.penatalaksanaan nyeri
dan psikologi 3.sedasi sadar : pemberian
Nyeri: efek merusak: efek sedative, memantau respon klien
merusak dari nyeri terhadap dan pemberian dukungan
emosi kliendan perilaku yang fisiologis yang dibutuhkan
diamati selama prosedur terapautik
Perilaku mengendalikan
nyeri: tindakan seseorang Aktivitas keperawatan :
untuk mengendalikan nyeri        Meminta klien untuk menilai
Tingkat nyeri: jumlah nyeri nyeri dengan menggunakan
yang dilaporkan dan di skala 0-10 ( 0-tidak ada
tunjukkan nyeri/ketidaknyamanan, 10=
nyeri sangat)
Tercapai setelah menjalani        Lakukan pengkajian nyeri yang
perawatan selama 3 hari: komperehensif meliputi lokasi,
karakteristik,dll
Criteria hasil:        Bantu klien untk mengidentifikasi
       Menunjukkan tingkat nyeri tindakan pemenuhan kebutuhan
dengan indicator 1-5 : rasa nyaman yang telah berhasil
eksterm, berat,sedang, dilakukan seperti: distraksi,
ringan, tidak sama sekali. relaksasi, kompres hangat atau
       Klien mampu menunjukkan dingingunakan pendekatan

tehnik relaksasi secara positif dengan tujuan untuk


individual yang efektif untuk mengoptimiskan respon klien

mencapai Kenyamanan. terhadap analgesic

       Klien mampu meningkatkan        Bantu klien untuk lebih berfokus

konsentrasi pada aktivitas daripada


       Klien dapat tidur dengan ketidaknyamanan  dengan
efektif melakukan pengalihan melalui
televise, tape, radio,dll
       Observasi ketidaknyamanan
verbal, khususnya pada mereka
yang tidak mampu
mengkomunikasikannya secara
efektif.
       Instruksikan klien untuk
menginformasikan kepada
perawat jika pengurang nyeri
tidak dapat dicapai
       Masukkan pada instruksi saat
pemulangan klien mengenai
pengobatan khusus yang harus
dikonsumsi, frekuensi
pemberian, efek samping, dll
4 Nutrisi kurang dari NOC: Intervensi NIC:
kebutuhan tubuh b/d Status gizi: tingkat zat gizi 1.Pengelolaan gangguan makan
hilangnya nafsu yang tersedia untuk 2.Pengelolaan nutrisi
makan, mual dan memenuhi kebutuhan 3.Bantu menaikkan BB
muntah metabolic
Status gizi: asupan makanan Aktivitas  keperawatan:
dan cairan: jumlah makanan        Timbang BB klien pada interval
dan cairan yang di konsumsi yang sesuai
tubuh selama waktu 24 jam        Tentukan BB idea klien
Status gizi: nilai gizi:
       Berikan informasi menyangkut
keadekuatan zat gizi yang
sumber-sumber yang tersedia .
dikonsumsi tubuh
seperti: konseling diet,program
latihan.
Tercapai setelah menjalani        Diskusikan dengan klien tentang
perawatan selama 3 hari kondisi medis yang
mempengaruhi BB
Criteria hasil:        Diskusikan tentang risiko yang
       Klien akan mempertahankan berkaitan dengan kelebihan atau
berat badan ideal kekurangan BB
       Klien menyatakan toleransi        Bantu klien dalam
terhadap diet ang dianjurkan mengembangkan rencana
       Mempertahankan massa makan yang seimbang dan
tubuh dan berat badan dalam konsisten dengan tingkat
batas normal penggunaan energi
       Melaporkan keadekuatan
tingkat energy

A.    ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN


System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan medula spinalis dan
system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.
1.      Jaringan syaraf
a.       Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah suatu sel saraf dan
merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan. Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian
peneriman rangsangan dari saraf – saraf lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi
perpanjangan atau serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal sel;
serta terminal akson yang menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit atau badan sel neuron kedua
dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 2)
Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut neuron sensorik
atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf pusat ke berbagai organ sasaran (suatu
sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik atau eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar
neuron susunan saraf pusat, menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini disebut
interneuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)
b.      Transmisi sinap
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan
impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di antara neuron. (Arif
Muttaqin, 2008, hlm. 4)
c.       Neutransmiter
Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung
sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)
2.      Sistem Syaraf Pusat
a.       Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama
berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak merupakan proses tetap dan kontinue,
tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan
hilang, dan penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak irreversible.
(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 157)
b.         Cerebrum
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80%
dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh Korpus Kallosum yaitu hemisfer
substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian otak dengan bagian yang lain dan substansia grisea yang
terdapat diluar terbentuk dari badan – badan sel saraf.  Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal,
temporal dan oksipital. Dapat dilihat pada gambar 2. 2 di bawah.
1)      Lobus Prontal
Berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi intelektual, emosi dan fungsi fisik. Pada bagian prontal kiri
terdapat Area Broca yang berfungsi sebagai  pusat motorik bahasa dan mengontrol ekspirasi bicara.
2)      Lobus parietal
Terdapat sensasi primer dari korteks berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba,
tekan, perubahan suhu ringan dan pendengaran.
3)      Lobus temporal
Mengandung area auditorius, tempat tujuan  area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan
mencakup Area Wernicke tempat interpretasi  bau dan penyimpanan bahasa.
4)      Lobus occipital
Mengandung area visual otak, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna refleks
visual. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.
c.       Batang Otak
Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau Mesencephalon,
pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi vital tubuh
1)      Otak tengah berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus pada nervus kranial III
dan IV,
2)      Pons
Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat refleks
pernafasan.
3)      Medula  oblongata
Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, menelan,
batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula oblongata.
d.   Cerebellum
Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh tentorium serebri.
Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus otot, mempertahankan postur dan
keseimbangan dan melakukan program akan gerakan – gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif
Muttaqin, 2008, hlm. 11)
e.       Hipotalamus
Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan makanan,
mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus, merangsang respons organ viseral selama
dalam kondisi emosional, mengatur ritme tubuh seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental.
(Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 159)
f.       Thalamus
Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi pengindraan
sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 160)
g.      Sirkulasi serebral
Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi serebral
menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.
Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri vertebral dan
meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan dua karotis dan memberikan sirkulasi
darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang
dan naik pada satu sisi tulang (Lihat pada gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui
foramen magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri
vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris membagi menjadi dua
cabang pada arteri serebralis bagian posterior.                 
Pada dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis, sebuah lingkaran arteri terbentuk diantara rangkaian arteri
karotis internal dan vertebral. Lingkaran ini disebut sirkullus willisi (Lihat gambar 2.5) yang dibentuk dari
cabang – cabang arteri karotis internal, anterior dan arteri serebral bagian tengah dan arteri penghubung anterior
dan posterior. Aliran darah dari sirkulus willisi secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior
serebral, arteri – arteri pada sirkulus willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri
mayor tersumbat.
Gambar 2. 5: Sirkulus Willisi dan beberapa variasi anatomik yang sering dijumpai. Anormali diberi tanda panah.
A. Sirkulus willisi yang normal. B. Reduplikasi arteri komunikans anterior. C. Arteri serebri anterior yang
menyempit seperti tali. D. Arteria komunikans posterior yang menyempit seperti tali. E. Arteria serebri posterior
yang secara embrionik berasal dari arteri interna. ACA. Arteria serebri anterior. AcomA, arteria komunikans
anterior. MCA, arteria serebri media. ICA, arteria korotis interna. PcomA, arteria komunikans posterior. PCA,
arteria serebri posterior. SCA, arteri serebri superior. BA, arteria basilaris. AICA, arteri serebralis inferior
anterior. PICA,arteri serebralis inferior posterior. VA, arteria vertebralis
      Jika arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trombus, dapat menyebabkan sumbatan
aliran darah ke distal neuron – neuron dan mengakibatkan sel neuron cepat nekrosis. Keadaan ini
mengakibatkan stroke (cedera serebrospinal atau infark). Pengaruh sumbatan pembuluh darah tergantung pada
pembuluh darah dan pada daerah otak yang terserang.
h.      Medula Spinalis
Medula Spinalis  atau sum-sum tulang belakang  bermula pada medula oblongata. Fungsi medula
spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.
3.      Sistem Saraf Perifer
Sistem  Saraf Perifer terbagi atas Saraf  Spinal  dan Saraf Kranial
a.       Saraf Spinal
Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :
1)      8 pasang Saraf Servikal
2)      12 pasang Saraf Torakal
3)      5 pasang Saraf lumbal
4)      5 pasang Saraf Sacral
5)      1 pasang  Saraf Coccigeal
b.      Saraf Kranial
Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial  yang masing-masing terbagi
berdasarkan fungsinya masing-masing, diantaranya adalah:

Anda mungkin juga menyukai