A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke biasanya
digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi, 2015).
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(GDPO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit neurologis dan bukan
sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan saraf pusat (Dewanto, 2009).
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani
secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja
dan kapan saja. Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli
dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di
pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia
10
2. Anatomi
Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa (3Ibs). Otak menerima
20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen tubuh, dan sekitar
Secara anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf
cranial. Saraf perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-pesan neural sensorik
(aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan atau menerima pesan-pesan neural motorik
( eferen) dari system saraf pusat. Saraf spinal menghantarkan pesan-pesan tersebut maka
Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian aferen membawa baik
informasi sensorik yang disadari maupun informasi sensorik yang tidak disadari. Sistem
saraf otonom merupakan sistem saraf campuran. Serabut-serabut aferen membawa masukan
dari organ- organ visceral. Saraf parasimpatis adalah menurunkan kecepatan denyut jantung
dan pernafasan, dan meningkatkan pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan
1. Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer dari
semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang yang terletak didalam rongga tengkorak
(cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam rongga cranium
berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak
awal.
a. Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta hipotalamus.
serebellum.
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi beberapa daerah. Korteks serebri
terlibat secara tidur teratur. Lekukan diantara gulungan serebri disebut sulkus. Sulkus yang
paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis. Daerah atau lobus letaknya sesuai
memisahkan lobus temparalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan lobus parientalis
sebelah posterior. Sulkus sentralis juga memisahkan lobus frontalis juga memisahkan lobus
a. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak, berbentuk
telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut
fosakranialis anterior atas dan media. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan
kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putig terdapat pada
1) Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian sulkussentralis.
korakooksipitalis.
3) Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan didepan
lobusoksipitalis.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang merupakan.ubstansi
kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam banyak gulungan-gulungan dan
lipatan yang tidak teratur, dan dengan demikian menambah daerah permukaan korteks
serebri, persis sama seperti melipat sebuah benda yang justru memperpanjang jarak
sampai titik ujung yang sebenarnya. Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga
dibagi menurut fungsi dan banyaknya area. Cambel membagi bentuk korteks serebri
1) Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau
bagian tubuh tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan. Korteks sensori
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data
yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan dengan fungsi
luhur dan
disebutpsikokortek.
3) Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah
mental dankepribadian.
b. Batang otak
diantara serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf yang terdapat di
bagian depan lobus temporalis terdapat kapsul interna dengan sudut menghadap
diensephalon yaitu:
d) Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari empat
bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus
superior dan dua sebelah bawah selaput korpus kuadrigeminus inferior. Serat nervus
Fungsinya:
dan dengan serebelum, terletak didepan serebelum diantara otak tengah dan medulla
oblongata. Disini terdapat premoktosid yang mengatur gerakan pernafasan dan refleks.
Fungsinya adalah:
a) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla oblongata
dengan serebellum.
3) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
oblongata yang melebar disebut kanalis sentralis di daerag tengah bagian ventral
medulla oblongata. Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari
berbagai saraftak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital”
suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak dapat membawa akibat
c. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan cerebrum oleh
fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas medulla oblongata. Organ
ini banyak menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi dan
integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil pada sentral disebut vermis dan bagian
yang melebar pada lateral disebut hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang
menyerupai serebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan
serebellum ini mengandung zat kelabu. Korteks serebellum dibentuk oleh substansia
grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye dan lapisan granular
dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari serebrum harus melewati
serebellum.
d. Saraf otak
V Nervus Motorik dan sensorik Kulit kepala dan kelopak mata atas
trigeminus Motorik dan sensorik Rahang atas, palatum dan hidung
N. Sensorik Rahang bawah dan lidah
Oftalmikus Motorik dan sensorik
N. Maksilaris
N. Mandibularis
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Sensorik Otot lidah, menggerakkan lidah dan selaput
lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, tonsil, dan lidah, rangsangan citarasa
X Nervus vagus Sensorik dan motorik Faring, laring, paru-paru dan esophagus
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah
hipoglosus
e. Saraf otonom
1) Saraf Simpatis
Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan sumsum
tulang belakang melalui serabut – serabut saraf. Sistem simpatis terdiri dari 3 bagian,
yaitu :
a) Kornu anterior segmen torakalis ke – 1 sampai ke-12 dan segmen lumbalis 1-3
terdapat nucleus vegetative yang berisi kumpulan – kumpulan sel saraf simpatis.
Sel saraf simpatis ini mempunyai serabut – serabut preganglion yang keluar dari
kornu anterior bersama- sama dengan radiks anterior dan nucleus spinalis.
segera memusnahkan diri dari nucleus spinalis dan masuk ke trunkus simpatikus
serabut. Serabut preganglion ini membentuk sinap terhadap sel – sel simpatis
yang ada dalam trunkus simpatikus. Tetapi ada pula serabut – serabut
preganglion setelah berada di dalam trunkus simpatikus terus keluar lagi dengan
simpatikus.
simpatikus. Ganglion
simpatis yang keluar masuk ke dalam ganglion – ganglion itu. Hali ini
yang datang dari kornu anterior. Trunkus simpatikus di bagi menjadi 4 bagian
yaitu :
pleksus. Dari pleksus ini keluar cabang – cabang yang menuju ke atas
ini keluar cabang – cabang simpatis seperti cabang yang mensarafi organ
– organ di dalam toraks ( mis, orta, paru – paru, bronkus, esophagus, dsb
dalamnya.
pelvini.
serta di dekat organ – organ yang dipersarafi oleh saraf simpatis (otonom).
rangkaian dua ganglion besar, ini bersama serabutnya membentuk pleksus – pleksus
simpatis :
f. Sistem Parasimpatis
Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini merupakan
penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam perjalanan keluar dari otak
menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh serabut – serabut menuju iris. Dan
– saraf ini membentuk urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan bersama saraf – saraf
simpatis membentuk pleksus yang mempersarafi kolon rectum dan kandung kemih.
Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih mengalami
organ dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu simpatis atau parasimpatis.
Sebagian besar organ memiliki persarafan ganda yaitu : menerima beberapa serabut
dari saraf otonom sacral atau cranial. Kelenjar organ dirangsang oleh sekelompok urat
saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan memiliki
urat saraf ekselevator dan inhibitor yang mempercepaT dan memperlambat peristaltic
2) Mempersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di nuclei
6) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat kelamin,
7) Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di kornu
lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan rectum tegang
miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex ini dapat dikendalikan
oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh menghambat ini berasal dari korteks di
3. Etiologi
Menurut Muttaqin (2008), penyebab dari stroke iskemik ada lima, yaitu :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan gejala neurologis
1) Atherosklerosis
aliran darah
thrombus (embolus)
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
2. Emboli
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan
3. Hemoragik
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi
infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang
4. Hypoksia Umum
5. Hipoksia setempat
4. Manifestasi Klinik
1. Hipertensi
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
7. Muntah
Defisit Sensori
Parestesia Kebas dan Instruksikan pasien untuk menghindari
(terjadi pada kesemutan pada penggunaan bagian tubuh ini sebagai tungkai
sisi berlawan bagian tubuh domain
dari lesi) Kesulitan dalam Berikan rentang gerak pada area yang sakit dan
proporsional berikan alat korektif yang diperlukan.
Tempatkan barang perawatan pasien ke arah sisi
yang tidak sakit.
Defisit Verbal
Afasia Tidak mampu Dorong pasien untuk mengulang bunyi alfabet.
ekspresif membentuk kata
yang dapat
dipahami; mungkin
mampu bicara
dalam respons kata
tunggal
Afasia Tidak mampu Bicara perlahan dan jelas untuk membantu
reseptif memahami kata pasien membentuk bunyi.
yang dibicarakan:
mampu bicara
tetapi tidak masuk
akal.
Afasia global Kombinasi baik Bicara perlahan dan dalam kalimat sederhana;
afasia reseptif dan gunakan sikap tubuh atau gambaran bila
ekspresif mampu.
Defisit Kehilangan Reorientasikan pasien pada waktu, tempat, dan
kognitif memori situasi dengan sering.
jangka Gunakan petunjuk verbal dan auditorius untuk
pendek dan mengorientasikan pasien.
panjang Berikan objek keluarga (foto keluarga, foto
Penurunan lapang favorit)
perhatian Gunakan bahasa tidak rumit dengan pasien.
Kerusakan Cocokan tugas visual dengan petunjuk verbal:
kemampuan memegang sakit gigi, mensimulasikan sakit gigi
untuk dengan mengatakan “Saya ingin menyikat gigi
berkonsentrasi Anda sekarang”
Perubahan Minimalkan suara dan gambaran distraksi ketika
penilaian Ulang dan tekankan instruksi dengan sering.
Defisit Kehilangan Dukung pasien selama kejadian tidak terkontrol
Emosional kontrol diri Diskusikan dengan pasien dan keluarga bahwa
Labilitas emosional kejadian tersebut karena proses penyakit.
Penurunan toleransi Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam aktivitas
pada situasi yang kelompok
menimbulkan Berikan stimulasi untuk pasien
stress Kontrol situasi penimbul stress bila mungkin.
Depresi Berikan lingkungan yang aman
Menarik diri Dorong pasien untuk mengekspresikan perasaan
Rasa takut, dan frustasi yang berkaitan dengan proses
bermusuhan, dan penyakit.
marah
Perasaan isolasi
5. Patofisiologi
Menurut (Muttaqin, 2008) Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area
tertentu di otak. Luasnya infark hergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh daralidan adekdatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh
pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering sebagai
faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau
terjadi turbulensi
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Trombus mengakihatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya
tidak fatal„ jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan
meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa
infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat . menyebabkan dilatasi aneurisma
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau
ruptur.
pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan
kematian di bandingkan keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas
terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat
menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah
ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus,
dan pons .
yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena
6. Pathway
2. Stroke Haemoragik
oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat.
8. Komplikasi
Menurut Pudiastuti (2011) pada pasien stroke yang berbaring lama dapat terjadi masalah
fisik dan emosional diantaranya: a. Bekuan darah (Trombosis) Mudah terbentuk pada kaki
yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan, pembengkakan (edema) selain itu juga
dapat menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri
yang mengalirkan darah ke paru. b. Dekubitus Bagian tubuh yang sering mengalami memar
adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka
akan terjadi ulkus dekubitus dan infeksi. c. Pneumonia Pasien stroke tidak bisa batuk dan
menelan dengan sempurna, hal ini menyebabkan cairan terkumpul di paru-paru dan
selanjutnya menimbulkan pneumoni. d. Atrofi dan kekakuan sendi (Kontraktur) Hal ini
disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi. e. Depresi dan kecemasan Gangguan
perasaan sering terjadi pada stroke dan menyebabkan reaksi emosional dan fisik yang tidak
9. Penatalaksanaan Medis
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan
meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid ;
hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT
scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit,
protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika
hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah
2. Stadium Akut
Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial
untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu,
menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien
a. Stroke Iskemik
Terapi umum : letakkan kepala pasien pada posisi 30o, kepala dan dada pada satu
bidang, ubah posisi tidur setiap 2 jam, mobilisasi dimulai bertahap bila hemodnamik
sudah stabil. Selanjutnya, bebaskan jalan nafas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah. Jika perlu dilakukan intubasi. Demam diatasi
dengan kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyeba harus dikoreksibnya jika
nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 ml dan elektrolit
sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik. Pemberin
nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik, jika didapatkan gangguan menelan
aau kesadarana menurun dianjurkan melalui selang nasogastrik. Kadar gula darah
>150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin
drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah > 60
mg% atau > 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% IV sampai
kembali normal dan harus dicari penyebabnya. Nyeri kepala atau mual dan muntah
diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan kecuali bila tekanan sistolik >220 mmHg, diastol > 120 mmHg. Mean
arterial Blood Pressure (MAP) > 130 mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang
waktu 30 menit), atau didapatkan infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta
gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang
atau antagonis kalsium. Jika terjadi Hipotensi yaitu tekanan sistol < 90 mmHg diastol
< 70 mmHg diberi Nacl 0,9 % 250 ml selama 1 jam dilanjutkan 500 ml selama 4 jam
dan 500 ml selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi
yaitu tekanan darah sistol masih < 90 mmHg dapat diberikan dopamin 2-
20ug/kg/menit sampai tekanan darah sistolik > 110 mmHg. Jika kejang diberi
didapatkan tekanan ntrakranial meningkat, diberi manitol bolus intavena 0,25 sampai
1g/kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum
6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (< 320 mmol) sebagai
aspirin dan anti koagulan atau yang dianjurkan dengan trombolitik rtPA (recombinant
Terapi umum : Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma
premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg,
MAP >130 mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung,
0,625-1.25 mg/6 jam; kaptopril 3 x 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan
intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu
Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan
maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang panjang,
dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah sakit dengan tujuan
dan sekunder.
fisioterapi, terapi wicara, terapi kognitif, dan terapi okupasi, prevensi sekunder, edukasi
Menurut Muttaqin (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai
berikut :
1. Laboratorium
• Kolesterol, ureum, kreatinin, asam urat, fungsi hati, enzim SGOT/SGPT/CPK dan
total lipid)
• Waktu protrombin
• APTT
• Kadar fibrinogen
• D-dimer
• INR
• Viskositas plasma
2. Foto Thorax
3. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma
4. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal menunjukkan
jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah
biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil
5. CT scan.
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
6. MRI
magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil
pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari
hemoragik.
7. USG Doppler
karotis).
8. EEG
Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
1. Pengkajian
Menurut Muttaqin, (2008) anamnesa pada stroke meliputi identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, dan
pengkajian psikososial.
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan
diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan penurunan
tingkat kesadaran.
Serangan stroke non hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat
penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus, atau
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai status emosi, kognitif, dan
perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga penting
untuk menilai respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam
g. Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan
1) B1 (Breathing)
Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan
2) B2 (Blood)
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200
mmHg).
3) B3 (Brain)
(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak
motorik dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
steril.
neurologis luas.
5) B5 (Bowel)
muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan
neurologis luas.
6) B6 (Bone)
terhadap gerakan motorik. Oleh karena neuron motor atas menyilang, gangguan
kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan
pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motorik
paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada
sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh,
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan 02 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan buruk. Selain itu, perlu
juga dikaji tandatanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena
atau paralise/ hemiplegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola
keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada
tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan
9) Status Mental
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien stroke tahap lanjut biasanya status mental klien
mengalami perubahan.
10) Fungsi Intelektual
beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal
fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis.
Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus frontalis inferior (area Broca)
didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat
berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh
terlihat ketika klien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya.
Menurut Muttaqin, (2008) Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan saraf kranial I-X11.
1) Saraf I: Biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi penciuman.
pada Mien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian
tubuh.
3) Saraf III, IV, dan VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada
bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus
dan eksternus.
6) Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot
7) Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
mulut.
10) Saraf XII : Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta
UMN bersilangan, gangguan kontrol motor volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
2. Diagnosa keperawatan
Definisi
Berisoko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak
Faktor Resiko
1. Keabnormalan masa protombin dan/atau masa tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Aterosklerosis aorta
4. Diseksi arteri
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium
9. Aneurisma serebri
10. Koagulapati (mis. Anemia sel sabit)
11. Dilatasi kardiomiopati
12. Koagulasi intravaskuler diseminata
13. Embolisme
14. Cedera kepala
15. Hiperkolesteronemia
16. Hipertensi
17. Endokarditis
18. Katup prostetik mekanis
19. Stenosis mitral
20. Neoplasma otak
21. Infark miokard akut
22. Sindrom sick sinus
23. Penyalahgunaan zat
24. Terapi tombolik
25. Efek samping tindakan
1. SLKI
Perfusi Serebral L.03028
Definisi
Keadekuatan aliran darah serebral untuk menunjang fungsi otak
Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menunrun Meningkat
Tingkatan Kesadaran 1 2 3 4 5
Kognitif 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat Menurun
Tekanan intra kranial 1 2 3 4 5
Sakit kepala 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Agitasi 1 2 3 4 5
Demam 1 2 3 4 5
Cukup Cukum
Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Nilai rata rata tekanan
1 2 3 4 5
darah
Kesadaran 1 2 3 4 5
Tekanan darah sistolik 1 2 3 4 5
Tekanan darah diastolik 1 2 3 4 5
Reflek saraf 1 2 3 4 5
1. SIKI
Definisi
Kemampuan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria Hasil
Pergerakan
1 2 3 4 5
ekstremitas
Kekuatan otot 1 2 3 4 5
Rentang gerak
1 2 3 4 5
(ROM)
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Nyeri 1 2 3 4 5
Kecemasan 1 2 3 4 5
Kaku sendi 1 2 3 4 5
Gerakan tidak
1 2 3 4 5
terkoordinasi
Gerakan terbatas 1 2 3 4 5
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5
3. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan
4. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeh.J. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 9 Alih bahasa Tim Penerbit
PSIK UNPAD.Jakarta: EGC.
Dewanto, George. 2009. Panduan Praktis Diagnosa & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC.
Misbach,J. 2008. Pandangan Umum Mengenai Stroke. Dalam : Rasyid,A.; dan Soertidewi,L.;
(Ed). Unit Stroke. Manajemen Stroke Secara Komprehensif. Hal 1-9.Jakarta: Balai
Penerbit Universitas Indonesia.
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta :
Mediaction Jogja.
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologis Untuk Para Medis, Cetakan kedua puluh Sembilan.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006. p. 141-142.
Pudiastuti, Ratna D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.
NIM : 01.2.18.00639
1. BIODATA :
Nama :Tn. H
No.Reg :05 87 94
Umur : 40 th
Jenis Kelamin : laki laki
Agama : islam
Alamat : asr Rindam IV/ Dipenogero
Pendidikan : STM
Pekerjaan : TNI
Tanggal MRS : 30 juni 2018
Tanggal Pengkajian : 15-11-2021
Golongan Darah :-
Diagnosa medis : Stroke Non Hemoragik
2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh kaki dan tangan kanan mengalami kelemahan untuk bergerak dan bicara
pelo
Dari pihak keluarga pasien sebelumnya ada yang pernah mengalami penyakit yang sama
dengan pasien yaitu hipertensi dari orang tua pasien.
Genogram :
Gambar 3. Genogram
1) Genogram
Keterangan: : pasien
: laki laki
Kesulitan Makan/Minum :
Kesulitan Makan/Minum :
Tidak terkaji Tidak nafsu makan
3 Pola istirahat tidur tidur istirahat klien tercukupi Selama sakit pasien
klien biasanya dalam sehari mengatakan tidak ada
tidur 6-8 jam perubahan dalam pola tidurnya
di rumah sakit. Selama di rs
pasien lebih banyak untuk
istirahat
Tidak terkaji
5 Aktivitas lain Aktivitas Rutin : Aktivitas Rutin :
Pasien mengatakkan sebelum Pasien hanya terbaring
sakit sering melihat tv bersama
keluarga
Aktivitas yang dilakukan pada
waktu luang :
Aktivitas yang dilakukan pada
waktu luang : px Mengatakan Berbaring di di kasur
sering berkumpul dengan
keluarga
10.PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Rambut pendek , rambut hitam terdapat uban, dan berambut tebal.Rambut tertata rapi.
Mata:Konjungtiva tidak anemis, dilatasi pupil normal, reflek pupil baik, sklera baik
Telinga :Kedua lubang telinga bersih tidak mengeluarkan cairan
B. Pemeriksaan Integumen Kulit dan Kuku : tidak terkaji
Paru:tidak terkaji
E. Pemeriksaan Jantung :
1. Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit merata, persebaran rambut merata
2. Palpasi : Teraba iktus kordis pada interkostalis ke 5, 2 cm dari
midklavikularis kiri.
3. Perkusi : Suara redup
4. Auskultasi : Suara S1 dan S2
F. Pemeriksaan Abdomen :
Inpeksi : Warna kulit sawo matang, warna kulit merata, tidakterdapat bekas
luka
Auskultrasi : Peristaltik usus 10 kali permenit, terdengar jelas
Perkusi: Terdengar hasil ketukan “tympani” di semua kuadran abdomen
Palpasi : Tidakada nyeri tekan,, tidak terdapat edema, tidak terdapat massa dan
benjolan yang abnormal
Anus : Pada anus dan rectum normal, tidak terdapat lesi, tidak tedapat pembengkakan.
Warna merah tua.
H. Pemeriksaan Muskuloskeletal :
H. Pemeriksaan Neurologi :
J. Pemeriksaan Status Mental :
Kediri,......................................................
Tanda Tangan Mahasiswa
( )
ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn H
UMUR : 40 Thn
NO. REGISTER :
NAMA PASIEN : Tn H
UMUR : 40
NO.REGISTER:
NAMA PASIEN: Tn H
UMUR:
NO. REGISTER
Diagnosa
Keperawatan :
1. Resiko Perfusi
serebal Tidak
Efektif
2. Gangguan
mobilitas fisik
NAMA PASIEN : Tn L
UMUR :
NO.REGISTER:
No No Dx Tgl/ja Tindakan keperawatan Ttd
m
1. 1 30 juni Ttv:
08.00 Suhu Tubuh :
36,8ºC
Denyut Nadi :
60x/menit
Tekanan Darah :
200/100 mmHg
Pernafasan :24
10.00 x/menit
-Monitor peningkatan
12.00
TD
-Monitor penurunan
14.00
tingkat kesadaran
-Monitor tekanan
perfusi serebral
2 1 30 juni
08.00
Ttv:
Suhu Tubuh :
36,8ºC
Denyut Nadi :
60x/menit
Tekanan Darah :
200/100 mmHg
09.00 Pernafasan :24
x/menit
Monitor peningkatan
TD
Ttv:
Suhu Tubuh :
36,7ºC
Denyut Nadi :
65x/menit
11.00
Tekanan Darah :
190/80mmHg
Pernafasan :
13.00
20x/menit
-Monitor penurunan
4. 2 1 juli tingkat kesadaran
-Pertahankan posisi
09.00 kepala dan leher netral
Ttv:
Suhu Tubuh :
36,7ºC
Denyut Nadi :
11.00 65x/menit
Tekanan Darah :
12.30 190/80mmHg
Pernafasan :
20x/menit
14.15 - Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
-Monitor kondisi
umum selama
melakukan mobilisasi
-.Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN :Tn.L 1
UMUR: tahun / bulan
TANGGAL:30 juni
N No Jam Evaluasi
o Dx
1 1 11.00 S: -
O:TD = 200/100 mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Pasien tampak
lemah
- Bicara pelo
A: masalah Resiko
Perfusi serebal Tidak
Efektif
12.15 Belum teratasi
P:intervensi
dilanjutkan
-Monitor
peningkatan
TD
-Monitor
penurunan
tingkat
kesadaran
-Monitor
tekanan
perfusi
serebral
2. 1
S: Pasien mengatakan
tangan dan kaki kanan
mengalami kelemah
Pasien
mengatakan
kebutuhannya
dibantu oleh
keluarga
O: TD = 200/100
mmHg
- Nadi = 60 x/menit
- Suhu = 36,8oC
- RR = 20 x/menit
- Pasien dibantu
aktivitasnya
A: masalah Gangguan
mobilitas fisik
Belum
teratasi
P: intervensi
dilanjutkan
dengan
-Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
pergerakan
-Monitor
kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
CATATAN PERKEMBANGAN
NAMA PASIEN : tn L
UMUR: tahun / bulan
TANGGAL:1 juli
No No Dx Jam Evaluasi
1 2 08.00 S:-
O:TD = 190/80mmHg
- Nadi = 60
x/menit
- Suhu = 36,7oC
10.00
- RR = 22 x/menit
- Pasien tampak
14.00 lemah
- Bicara pelo
A: masalah Resiko
Perfusi serebal Tidak
Efektif teratasi
sebagian
P: intervensi
dilanjutkan
-Monitor
peningkatan
TD
-Monitor
penurunan
tingkat
2. 2.
kesadaran
S:Pasien mengatakan
tangan dan kaki kanan
masih mengalami
kelemah
O: TD = 190/80mmHg
- Nadi = 60
x/menit
- Suhu = 36,7oC
- RR = 22 x/menit
- Pasien tampak
lemah
A: masalah
Gangguan mobilitas
fisik
Belum
teratasi
P:
intervensi
dilanjutkan
dengan
-Identifikasi
toleransi
fisik
melakukan
pergerakan
-Monitor
kondisi
umum
selama
melakukan
mobilisasi