LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Keperawatan Program Sarjana
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
Pemasangan Ventilasi mekanik JARINGAN PERIFER
b. Hiperkapnia
Ringan : PaCO2 45 – 60 mmHg
Sedang : PaCO2 60 – 70 mmHg
Berat : PaCO2 70 – 80 mmHg
2. Pemeriksaan Rontgen Dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit yang
tidak diketahui. Terdapat gambaran akumulasi udara/cairan, dapat
terlihat perpindahan letak mediastinum. Berdasarkan pada foto thoraks
dan fluoroskopi akan banyak data yang diperoleh seperti terjadinya
hiperinflasi, pneumothoraks, efusi pleura, hidropneumothoraks,
sembab paru, dan tumor paru.
3. Pengukuran Fungsi Paru
Penggunaan spirometer dapat membuat kita mengetahui ada tidaknya
gangguan obstruksi dan restriksi paru. Nilai normal atau FEV1> 83%
prediksi. Ada obstruksi bila FEV1< 70% dan FEV1/FVC lebih rendah
dari nilai normal. Jika FEV1 normal, tetapi FEV1/FVC sama atau lebih
besar dari nilai normal, keadaan ini menunjukkan ada restriksi.
4. Elektrokardiogram (EKG)
Adanya hipertensi pulmonal dapat dilihat pada EKG yang ditandai
dengan perubahan gelombang P meninggi di sadapan II, III dan aVF,
serta jantung yang mengalami hipertrofi ventrikel kanan. Iskemia dan
aritmia jantung sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan
oksigenasi.
5. Pemeriksaan Sputum
Yang perlu diperhatikan ialah warna, bau, dan kekentalan. Jika perlu
lakukan kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab. Jika
dijumpai ada garis-garis darah pada sputum (blood streaked),
kemungkinan disebabkan oleh bronkhitis, bronkhiektasis, pneumonia,
TB paru, dan keganasan. Sputum yang berwarna merah jambu dan
berbuih (pink frothy), kemungkinan disebabkan edema paru. Untuk
sputum yang mengandung banyak sekali darah (grossy bloody), lebih
sering merupakan tanda dari TB paru atau adanya keganasan paru.
1.1.7. Komplikasi Gagal Nafas
1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder penggunaan
ventilator (seperti, emfisema kutis dan pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan kardiak output, aritmia,
perikarditis dan infark miokard akut.
3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus paralitik , diare
dan pneumoperitoneum. Stress ulcer sering timbul pada gagal napas.
4. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran kemih, sepsis.
5. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan elektrolit asam basa.
6. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan dengan
pemberian nutrisi enteral dan parenteral
Komplikasi kegagalan pernapasan akut dapat berupa penyakit paru,
kardiovaskular, gastrointestinal, penyakit menular, ginjal, atau gizi.
Komplikasi gastrointestinal utama yang terkait dengan gagal napas akut
adalah perdarahan, distensi lambung, ileus, diare, dan pneumoperitoneum.
Infeksi nosokomial, seperti pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sepsis
terkait kateter, sering terjadi komplikasi gagal napas akut.Ini biasanya
terjadi dengan penggunaan alat mekanis. Komplikasi gizi meliputi
malnutrisi dan pengaruhnya terhadap kinerja pernapasan dan komplikasi
yang berkaitan dengan pemberian nutrisi enteral atau parenteral (Kaynar,
2016).
1.1.8. Penatalaksanaan
Menurut Gallo et, all (2013), penatalaksanaan pada gagal nafas adalah
1. Memasang dan mempertahankan jalan nafas yang adekuat
2. Meningkatkan oksigenasi
3. Koreksi gangguan asam basa
4. Memperbaiki kesimbangan cairan dan elektrolit
5. Mengidentifikasi dan terapi kondisi mendasar yang dapat dikoreksi
dan pnyebab presipitasi
6. Pencegahan dan deteksi dini komplikasi potensial
7. Memberikan dukungan nutrisi
8. Pengkajian periodeik mengenai proses, kemajuan dan respon terhadap
therapy
9. Determinasi kebutuhan akan ventilasi mekanis
1.2. Tindakan Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
1. Airway
a. Peningkatan sekresi pernapasan
b. Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
a. Distress pernapasan:pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu,
retraksi.
b. Menggunakan otot aksesori pernapasan
c. Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
a. Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
b. Sakit kepala
c. Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental,
mengantuk
d. Papiledema
e. Penurunan haluaran urine
4. Pemeriksaan fisik
a. System pernafasaan
Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya
Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan
pernafasaan tertinggal
Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)
Auskultasi : suara abnormal (wheezing dan ronchi)
b. System Kardiovaskuler
Inspeksi : adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari
daerah trauma
Palpasi : bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral
Auskultasi : suara detak jantung menjauh atau menurun dan
adakah denyut jantung paradok
c. System neurologis
Inpeksi : gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di kepala
Palpasi : kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota gerak.
Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan
Glasgow Coma Scale
5. Pemeriksaan sekunder
a. Aktifitas
Gejala : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup
menetap.
Tanda : takikardi, dispnea pada istirahat atau aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus, gagal nafas.
Tanda : tekanan darah dapat normal / naik / turun, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri, nadi dapat
normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratus (disritmia), bunyi jantung
ekstra S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal jantung atau
penurunan kontraktilits atau komplain ventrikel, bila ada
menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot jantung, irama jantung
dapat teratur atau tidak teratur, edema, pucat atau sianosis, kuku
datar , pada membran mukossa atau bibir.
c. Eliminasi
Tanda : bunyi usus menurun.
d. Integritas ego
Gejala : menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga.
Tanda : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.
e. Makanan atau cairan
Gejala : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,
perubahan berat badan
f. Hygiene
Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istrahat
Tanda : perubahan mental, kelemahan
h. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak, tidak hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin (meskipun kebanyakan nyeri
dalam dan viseral)
i. Pernafasan
Gejala : dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis.
Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat,
sianosis, bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.
j. Interkasi social
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
Tanda: kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi
1.2.2. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
Pola Napas Tidak Efektif D.0005
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat.
Gejala dan Tanda Mayor Penyebab
Subjektif 1. Depresi pusat pernapasan
1. Dispnea 2. Hambatan upaya napas
Obyektif 3. Deformitas dinding dada
1. Penggunaan otot bantu 4. Gangguan neuromuscular
pernapasan 5. Gangguan neurologis
2. Fase ekspirasi memanjang 6. Imaturitas neurologis
3. Pola napas abnormal 7. Penurunan energy
8. Obesitas
Gejala dan Tanda Minor 9. Posisi tubuh yang menghambat
posterior meningkat
4. Ventilasi semenit menurun Kondisi Klinis Terkait
Ekspetasi : Membaik
Kriteria Hasil
Ventilasi semenit 1 2 3 4 5
Kapasitas vital 1 2 3 4 5
Diameter thoraks
anterior posteilor
Tekanan ekspirasi 1 2 3 4 5
Tekanan inspirasi 1 2 3 4 5
Dyspnea 1 2 3 4 5
Penggunaan otot 1 2 3 4 5
bantu napas
Pemanjangan fase 1 2 3 4 5
ekspirasi
Ortopnea 1 2 3 4 5
Pernapasan pursed- 1 2 3 4 5
tip
Pernapasan cuping 1 2 3 4 5
hidung
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Kedalaman napas 1 2 3 4 5
Ekskursi dada 1 2 3 4 5
2. Bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
SKLI : Bersihan Jalan Napas
L.01001
Ekspetasi : Meningkat
Kriteria Hasil
Batuk efektif 1 2 3 4 5
Produksi spuntum 1 2 3 4 5
Mengi 1 2 3 4 5
Whezzing 1 2 3 4 5
Meconium 1 2 3 4 5
Dyspnea 1 2 3 4 5
Ortopnea 1 2 3 4 5
Sulit bicara 1 2 3 4 5
Sianosis 1 2 3 4 5
Gelisah 1 2 3 4 5
Frekuensi napas 1 2 3 4 5
Pola napas 1 2 3 4 5
1.2.4 Implementasi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
Manajemen Jalan Napas (1.01011)
Tindakan Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspetoran, mukolitik, jika perlu
2. Bersihan jalan napas berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
Penghisapan Jalan Napas (1.01020)
Black dan Hawks. (2016). Keperawatan Medikal bedah Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan Edisi * Buku 3. Singapura: Elsevier
Tim Pokja SLKI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan :
Dewan Pengurus Pusat PPNI.