Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Tn. W DENGAN DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA

DI RUANG ANGGREK RSUD KABUPATEN BULELENG PADA

TANGGAL 2 MEI 2019

OLEH:

1. PUTU RISKA FEBRIANTI


2. KOMANG RISKA UTARI
3. PUTU WIDIA ERNING PRAJA
4. KOMANG WINAYA
5. NI PUTU SINTYA FAJARINI
6. KETUT SIPTA KRISMIYATI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2019

DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Definisi Pneumonia…………………………………………………….1
2. Epidemiologi Pneumonia………………………………………………1
3. Penyebab Pneumonia…………………………………………………..2
4. Patofisiologi (WOC) Pneumonia…………………………………….....2
5. Klasifikasi Pneumonia………………………………………………….5
6. Gejala klinis Pneumonia………………………………………………..6
7. Pemeriksaan fisik Pneumonia…………………………………………..6
8. Pemeriksaan diagnostic Pneumonia……………………………………7
9. Therapy Pneumonia…………………………………………………….7
10. Komplikasi Pneumonia…………………………………………………7

BAB II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian keperawatan………………………………………………..9
2. Analisis tindakan……………………………………………………....15
3. Diagnose keperawatan…………………………………………………18
4. Intervensi keperawatan………………………………………………...19
5. Implementasi keperawatan……………………………………………..22
6. Evaluasi keperawatan…………………………………………………..24

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...25
BAB IV KESIMPULAN

1. Kesimpulan …………………………………………………………….27
2. Saran …………………………………………………………………...27

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………28

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Definisi Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan,

dengan atau tanpa di sertai infiltrat sel radang kedalam dinding alveoli dan

rongga intistisium (Ridha, 2014).

Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang

biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A.

Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan

agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi
asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat

dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)

2. Epidemiologi

Pneumonia masih merupakan masalah kesehatan utama dan

menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di negara

berkembang. Penyakitini juga merupakan penyebab utama morbiditas dan

mortalitas anak berusia <5 tahun.Insidens pneumonia pada anak berusia <5

tahun adalah 10–20 kasus/100 anak/ tahundi negara berkembang dan 2-4

kasus/anak/tahun di negara maju (Callistania C danIndrawati W, 2014).

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan

utamapada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama

morbiditasdan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun Diperkirakan

hampir seperlimakematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak

balita, meninggal setiap tahunakibat pneumonia, sebagian besar terjadi di

Afrika dan Asia tenggara. Menurut surveikesehatan nasional (SKN) 2001,

27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita diIndonesia disebabkan oleh

penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia (Said M,2015).

3. Penyebab/ Faktor predisposisi

Menurut Ridha, 2014. Pneumonia bisa disebabkan karena beberapa faktor,

diantaranya adalah :

1. Bakteri (pneumokokus, streptokokus, H. Influenza, klebsiela mycoplasma


pneumonia)
2. Virus (virus adena, virus para influenza, virus influenza).
3. Jamur / fungi (kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
4. Protozoa (pneumokistis karinti)
5. Bahan kimia (aspirasi makan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah, bensin, dan lain-lain).
4. Patofisiologi

Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam


tubuh setelah menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme
pertahanan lanjut berupa sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang
diperantarai leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar,
dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,
atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran
nafas bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas, dan jarang melalui hematogen. Virus dapat meningkatkan
kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas bagian bawah dengan
mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
3
Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak,
mikroorganisme tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan
pada parenkim paru yang dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus
alveolus. Hal tersebut dapat memicu perkembangan edema paru dan eksudat
yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas permukaan alveoli untuk
pertukaran karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial.
Pneumonia bakteri dimulai dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran
pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar, penumpukan fibrin, dan
infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah. Konsolidasi
jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital.
Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan
terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang
kemudian menyebabkan terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen
menyebabkan peningkatan kerja jantung.
Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan
disintegrasi progresif dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada
kebanyakan kasus, resolusi konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat
dicerna secara enzimatik untuk selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan
melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas pleura,
supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari reaksi
pleura dapat berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan
penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).
WOC
Virus,
bakteri,protozoa,bahan
kimia

Kerusakan pada
Masuk kesaluran nafas Melepaskan toksin
membrane mokus
lipoproteisakarida( zat
pyrogen)
Perkembangan edema Menyerang jaringan paru
paru dan eksudat
Peningkatan sel poin
dilupothalamus
Peningkatab sekresi mukus Virus, bakteri mengeluarkan
toksin
menggigil

KETIDAKEFEKTIFAN Peradanganpada parenkin


BERSIHAN JALAN paru
demam
NAFAS
Konsolidasi eksudatif jaringan
Suplai O2 kejaringan menurun
ikat paru hipertermi

Metabolisme menurun Penurunan compliance paru

Energy dalam tubuh menurun


Pengembangan paru tidak gelisah Susah tidur
maksimal

kelemahan
Sesak nafas GANGGUAN POLA
TIDUR
INTOLERAN AKTIVITAS
Kemampuan sel mengatur
regulasi panas tidak efektif
KETIDAKEFEKTIFAN
POLA NAFAS
Terjadi pemindahan cairan intra ke
ekstra sel dalam merespon regulasi

KEKURANGAN VOLUME Membrane mukosa kering, merasa


CAIRAN haus
4
5
5. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi berdasarkan antaomi.
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir
bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobural.
Klasifikasi Pneumonia berdasarkaninang dan lingkungan:

1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal pada
lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya
PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi
antibiotika spectrum luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko
untukjenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan atau lambung
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang
biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur dan
cacing.

6
6. Gejala Klinis
1) Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.paling sering
terjadi dengan suhu mencapai 39,5-40,50C bahkan dengan infeksi
ringan.
2) Meningimus,yaitu tanda –taanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba – tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri, dan kekakuan pada punggung dan leher,adanya tanda
kering dan brudzinski,dan akan berkurang saat suhu turun.
3) Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi.
4) Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapt menjadi berat. Sering
menyertai infeksi pernafassan. Khususnya karena virus.
5) Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
6) Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
7) Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels.
8) Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak-
anakyang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk
minum dan makan per oral.
9) Keadaan berat pada pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum,
atau memuntahakan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis,
distress, pernafaasan berat.
10) Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat
saja.

7. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada inspeksi

dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, pasa palpasi fremitus
dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas

bronkovesikuler sampai bronkial yang mungkin disertai ronki basah halus, yang

kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium resolusi.

8. Pemeriksaan diagnostik/penunjang

1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktur (misal: lobar, bronchiole);


dapat juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

9. Diagnosis/kriteria diagnosis

Penegakan diagnosis pneumonia komunitas dapat dilakukan dengan melihat


hasil dari anamnesis, gejala dan tanda klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
radiologi, laboratorium, dan mikrobiologi. Menurut Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksaan Pneumonia Komunitas, diagnosis pneumonia komunitas dapat
ditegakkan apabila pada foto thoraks ditemukan infiltrat baru atau progresif
ditambah dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini :6
1) Batuk – batuk bertambah
2) Perubahan karakteristik dahak / purulen
3) Demam >380C
4) Adanya tanda konsolidasi paru, suara napas bronkial dan ronki
5) Jumlah leukosit >10.000/ul atau <4000/ul

10.Therapy/tindakan penanganan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotic per-oral dan tetap tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotic diberikan malalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.

8
Penatalaksanaan umum yang dapat diberikan antara lain:
- Oksigen 1-2 L/menit.
- IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9%=3 : 1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuia berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
- Jika sesak terlalu berat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastric dengan feeding drip.
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normaldan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community bosed:
- Ampisilin 100 mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
- Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
- Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
- Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian

11. Komplikasi
1. Sianosis: warna kulit dan membran mukosa kebiruan atau pucat karena
kandungan oksigen yang rendah dalam darah.
2. Hipoksemia: penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah, kadang-
kadang khusus sebagai kurang dari yang, tanpa spesifikasi lebih lanjut,
akan mencakup baik konsentrasi oksigen terlarut dan oksigen yang
terikat pada hemoglobin
3. Bronkaltasismerupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran
bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen
elastis dan muskular dinding bronkus.
4. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru
yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps). Terjadi akibat
penumpukan secret.
5. Meningitis: terjadi karena adanya infeksi dari cairan yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

No. RM : 40-2624
Hari, tanggal : Kamis, 2 Mei 2019
Ruang : Anggrek

1. Pengkajian Data Pasien


a. Identitas pasien
Nama : Tn. Md. W
Umur : 66 tahun
Tempat/Tgl Lahir : Tajun, 31 desember 1953
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Suku : Bali
Pendidikan : SD
Dx. Medis : Pneumonia
Alamat : Tajun
Tanggal RMS : 29-4-2019
Ruang : Anggrek
Gol. Darah :O
Sumber info. : List pasien dan pasien
b. IdentitasPenanggung jawab
Hub.Dengan pasien : Anak
Nama : Tn. Km. S
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Tajun
Telp : 081936551078

10
2. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak napas.
2. Alasan masuk rumah sakit : Pasien mengatakan awalnya sering
sesak, batuk dan lemas, pasien di diagnosa menderita pneumonia.
3. Riwayat Penyakit : Pasien mengatakan awalnya dia sering
sesak, dan batuk namun pasien hanya di bawa berobat oleh keluarganya
ke puskesmas dan oleh dokter hanya di berikan obat. Seminggu
sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sesak semakin bertambah
dan sampai akhirnya pasien lemas, lalu keluarga membawa pasien ke
rumah sakit dan pasien di rawat di rumah sakit dengan diagnosa PPOK,
pasien dirawat 3 hari lalu pasien di ijinkan pulang oleh pihak rumah
sakit karena kondisinya membaik, 2 hari setelah pulang pasien datang
lagi ke rumah sakit untuk kontrol di saat kontrol kondisi pasien lemas
dan sesak kambuh lagi dan akhirnya pihak rumah sakit memutuskan
untuk pasien di rawat lagi di ruang anggrek dengan diagnosa
pneumonia.

3. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang pernah dialami : Pasien mengatakan awalnya
sering sesak karena pasien dulu pernah merokok dan sesak akan
kambuh bila pasien melakukan aktifitas yang berat atau melakukan
perjalanan jauh dan pasien mengatakan sesak akan mereda jika pasien
beristirahat.
2. Penyebab : Pasien mengatakan sering sesak.
Riwayat Perawatan : Pasien mengatakan pernah
dirawat di RSUD dengan penyakit PPOK, 2 hari sebelum masuk rumah
sakit yang didiagnosa medis Pneumonia.
Riwayat Operasi : Pasien mengatakan belum pernah
dioperasi
Riwayat Pengobatan : Pasien mengatakan datang
diantar keluarga karena sesak dan
lemas lalu paisen di tempatkan di
ruang anggrek, setelah 3 hari di
rawat pasien di ijinkan pulang
karena kondisi membaik.
3. Kecelakaan yang pernah dialami : Pasien tidak pernah mengalami
kecelakaan
11
4. RiwayatAlergi : Pasien mengatakan tidak ada
alergi obat dan alergi pada
makanan
4. RIWAYAT PSIKOLOGI SPIRITUAL
1. Riwayat Psikologi
a. Tempat tinggal : Pasien mengatakan tinggal bersama istri
dan anak-anaknya di pedesaan Desa Tajun.
b. Lingkungan Rumah : Pasien mengatakan tinggal di pedesaan
dengan lingkungan rumah yang berisi pohon mangga, tanaman-tanaman
kecil dan rumput atau pohon kecil liar. Pasien juga mengatakan
memiliki kandang babi di belakang rumah.
c. Hubungan antar anggota keluarga : Hubungan Pasien dengan keluarga
baik-baik saja dan keluarga selalu memberi dukungan pada pasien saat
dia sakit seperti sekarang.
d. Pengasuh anak : Pasien mengatakan tidak memiliki
Pengasuh.
2. Riwayat Spiritual
a. Support sistem : Keluarga sangat mendukung pengobatan dan
perawatan yang diberikan. Istri dan anak-
ankanya selalu bergantian menjaga dan
menemaninya di rumah sakit hingga pasien
sembuh.
b. Kegiatan Keagamaan : Pasien mengatakan rutin melakukan
kegiatan keagamaan.

3. Riwayat Hospitalisasi : Keluarga paham terhadap penyakit


pasien dan pemberian perawatan yang berikan di RSUD.
5. POLA FUNGSI KESEHATAN (11 POLA FUNGSI GORDON)
1) Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan:
Pasien mengatakan sebelum sakit sudah paham tentang masalah
menjaga Pasien mengatakan selama sakit kurang paham tentang
masalah status kesehatan, serta memahami cara mengatasi masalah
kesehatannya.
atus kesehatan, serta memahami cara mengatasi masalah kesehatannya.

12
2) Nutrisi atau metabolik:
Pasien mengatakan sebelum sakit jumlah pola makannya baik (3 kali
dalam 1 hari), dan jumlah porsi makannya banyak.
Pasien mengatakan selama sakit jumlah pola makannya normal (3kali
sehari), dan jumlah porsi makannya berkurang.
3) Pola eliminasi:
Pasien mengatakan sebelum sakit buang air kecil 6 kali perhari
Pasien mengatakan selama sakit buang air kecil 4 kali perhari
4) Pola aktivitas dan latihan:
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempat tidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
Jelaskan : Pasien mengatakan sebelum sakit pasien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari secara normal
Pasien mengatakan selama sakit pasien mampu melakukan aktivitas
secara mandiri.
5) Oksigenasi : Pasien menggunakan alat bantu oksigen
6) Pola tidur dan istirahat:
Pasien mengatakan sebelum sakit, pola tidurnya tidak ada yang
terganggu, bisa tidur dengan baik
Pasien mengatakan selama sakit, pola tidurnya terganggu, tidak bisa
tidur dengan baik tidurnya hanya 2-3 jam
7) Pola kognitif-perseptual:
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak pernah merasakan sakit
pada dada dan tidak mengetahui tentang pengetahuan sesak nafas.
Pasien mengatakan selama sakit pasien merasakan sakit dada dan
mengetahui tentang pengetahuan sesak nafas
8) Pola persepsi diri/konsep diri:
Pasien mengatakan sebelum sakit keadaan sosialnya baik, pasien sering
mengikuti kegiatan di masyarakat, pasien dapat melakukan
pekerjaannya secara baik, dan merasa sehat-sehat saja.
13
Pasien mengatakan selama sakit keadaan sosialnya kurang baik, pasien
tidak bisa lagi mengikuti kegiatan di masyarakat.
9) Pola seksual dan reproduksi:
Sebelum sakit : tidak dikaji
10) Pola peran-hubungan:
Pasein mengatakan sebelum sakit merasa baik-baik saja dengan
keluarga, keluarganya juga selalu memberikan dukungan kepada pasien,
selalu mengajarkan bagaimana cara menjaga status kesehatan.
Pasein mengatakan selama sakit merasa baik-baik saja dengan keluarga,
keluarganya juga selalu memberikan dukungan dan support kepada
pasien selama menjalani pengobatan di RSUD.
11) Pola manajemen koping stress:
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak pernah merasakan stress
Pasien mengatakan selama sakit pasien pernah merasakan stress, karena
berfikir dengan penyakitnya.
12) Pola keyakinan-nilai:
Pasein mengatakan sebelum sakit rutin mengikuti kegiatan
persembahnyangan di masyarakat.
Pasein mengatakan selama sakit tidak bisa mengikuti kegiatan
persembahnyangan seperti dulu lagi di masyarakat.

6. PEMERIKSAAN FISIK
Hari : Kamis Tanggal : 2 Mei 2019 Jam : 09:00
1. KeadaanUmum
a. Kesadaran : Composmetis, GCS: E4, V5, M6
b. Penampilan dihubungkan dengan usia : sesuai dengan usianya
c. Ekspresiwajah : wajah pucat
d. Kebersihansecaraumum : pasien cukup bersih
e. Tanda-tanda Vital :TD : 110/80 mmHg
S : 37,50C
N : 88x/menit
RR : 28x/menit
2. Head To Toe
a. kulit/integument
Inspeksi : Warna kulit coklat, tidak ada lesi
Palpasi : Turgor kulit lambat, tekstur kasar dan tidak ada
edema
b. Kepala & rambut
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, dan keadaan rambut
bersih
Palpasi : Tidak ada edema
c. Kuku
Inspeksi : kuku pendek dan bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
d. Mata/penglihatan
Inspeksi : mata kanan dan kiri simetris, reflek cahaya
normal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mata
e. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, penciuman sedikit
terganggu, tidak ada peradangan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada edema

f. Telinga/Pendengaran
Inspeksi : bentuk telinga simetris, pendengaran normal,
tidak memakai alat bantu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan pada
telinga
g. Mulut & Gigi
Inspeksi : keadaan mulut kering, gigi kurang bersih, terjadi
peradangan mukosa bibir.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Leher
Inspeksi : tidak ditemukan pembengkakan kelenjar tiroid
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
i. Dada/Thorax
Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara dada hipersonor
Auskultasi : terdapat suara ronchi basah
j. Jantung
Inspeksi : bentuk simetris, ictus cordis tidak tampak
Palpasi : denyut apex teraba
Perkusi : pekak/redup, tidak ada pelebaran di apex
jantung
Auskultasi : suara jantung regular (S1-S2)
k. Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi
Auskultasi : peristaltik terhadap bunyi bising di usus
Palpasi : tidak ada pembengkakan pada abdomen, tidak
nyeri tekan
Perkusi : terdengar suara timpani
l. Perineum & Genitalia
Inspeksi : tidak dikaji m. extremitas atas & bawah
Inspeksi : atas : terpasang infus pada tangan kanan
Bawah : tidak terjadi bengkak
Palpasi : atas : tidak ada edema
Bawah : tidak ada nyeri tekan
3. Pengkajian Data Fokus (Pengkajian Sistem)
a. Sistem Respratori
Jelaskan : pasien mengatakan sesak dan nyeri dada, RR
28x/menit
b. Sistem Kardiovaskuler
Jelaskan : pasien mengatakan tidak mengalami nyeri dada, tidak
ada suara tambahan pada jantung
c. Sistem gastrointestinal
Jelaskan : pasien mengatakan minum air 4 gelas perhari
d. Sistem Urinaria
Jelaskan : pasien mengatakan buang air kecil 4 kali sehari
e. Sistem Reproduksi
Jelaskan : pasien mengatakan sudah mempunyai anak
f. Sistem Muskuloskeletal
Jelaskan : pasien mengatakan tidak mengalami kelemahan otot
g. Sistem Neurologi
Jelaskan : pasien tidak mengalami keluhan pada tubuhnya.
Nama : Tn. W No. RM : 40-2624

Umur : 66 Tahun Dx Medis : Pneumonia

Ruang Rawat : Anggrek Alamat : Tajun

No Data Fokus Etiologi Problem


1. S : Pasien mengeluh Virus, bakteri, protozoa, Ketidakefektifan
batuk terus menerus bahan kimia bersihan jalan nafas
O : Pasien tampak
batuk, terdapat dahak masuk ke saluran nafas
berwarna hijau
menyerang alveoli

Virus, bakteri
mengeluarkan toksin

peradangan pada parenkim


paru

perkembangan edema paru


dan eksudat

peningkatan sekresi mucus


Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas

2. S : Pasien mengeluh Virus, bakteri, protozoa, Ketidakefektifan pola


sesak dan pusing bahan kimia nafas
O : Pasien tampak
lemas dan masuk ke saluran nafas
menggunakan oksigen 5
liter/menit menyerang alveoli

Virus, bakteri
mengeluarkan toksin

peradangan pada parenkim


paru

konsolidasi eksudatif
jaringan ikat paru

penurunan compliance
paru

Pengembangan paru tidak


maksimal

sesak nafas

Ketidakefektifan pola
nafas
3. S : pasien mengatakan peradangan pada parenkim Gangguan pola tidur
paru
susah tidur pada malam
konsolidasi eksudatif
hari jaringan ikat paru

O : pasien nampak penurunan compliance


paru
gelisah
Pengembangan paru tidak
maksimal

sesak nafas

gelisah susah tidur

gangguan pola tidur

4. S : Pasien mengeluh Demam Defisien Volume Cairan


lemas
O : Pasien tampak
pucat, mukosa bibir Berkeringat banyak
kering dan turgor kulit
lambat Kemampuan sel
mengatur regulasi
panas tidak efektif

Terjadi perpindahan
cairan intra ke ekstra
sel dalam merespon
panas

Membran mukosa
kering, merasa haus

Risiko Defisien Volume


Cairan
5. S : Pasien mengatakan Pertukaran Intoleran Aktivitas
pusing saat berdiri karbondioksida dan
O : Pasien nampak oksigen
lemas
TD : 110/80 mmHg suplai O2 ke jaringan
S : 370C menurun
N : 88x/menit
RR : 28x/menit Metabolisme tubuh
menurun

Energi dalam tubuh


menurun

Kelemahan

Intoleran Aktivitas

Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus yang

berlebihan ditandai dengan pasien mengeluh batuk terus menerus,

pasien tampak terdapat dahak berwarna hijau.

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan ditandai

dengan pasien mengeluh sesak dan pusing, pasien tampak lemas dan

menggunakan oksigen 5 liter/menit

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pola tidur tidak menyehatkan

ditandai dengan pasien mengeluh susah tidur pada malam hari, pasien

nampak gelisah

4. Defisien volume cairan berhubungan dengan asupan cairan kurang

ditandai dengan Pasien mengeluh lemas, pasien nampak pucat, mukosa

bibir kering dan turgor kulit lambat.

5. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengatakan
pusing saat berdiri, pasien nampak lemas TD : 110/80 mmHg, S :
370C, N : 88x/menit, RR : 28x/menit.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn. W
Ruangan : Anggrek
No. RM : 40-2624

Hari, Diagnosa Perencanaan


tanggal
NOC NIC Rasional
Jam
Kamis, Ketidakefekti Setelah dilakukan Manajemen jalan 1. Untuk
3/05/19
09.00 tindakan asuhan nafas mengetahui
fan bersihan
keperawatan selama 1. Monitor tanda- perubahan
jalan nafas
3x24 jam diharapkan tanda vital tanda-tana
berhubungan kepatenan jalan pasien vital
nafas dengan criteria 2. Lakukan terapi 2. Untuk
dengan
hasil: oksigen mengencerkan
mukus yang
Status pernafasan 3. Atur posisi dahak
normal
berlebihan pasien 3. Untuk
Kolaborasi memudahkan
ditandai
pemberian pasien dalam
dengan terapi Intar
batuk
vena
pasien Untuk
mengurangi
mengeluh batuk
batuk terus

menerus,

pasien batuk

dan tampak

terdapat

dahak

berwarna

hijau

09.15 Ketidakefekti Setelah dilakukan Monitor 1. Untuk


fan pola nafas tindakan asuhan pernafasan mengetahui
berhubungan keperawatan selama 1. Monitor perubahan
dengan 3x24 jam diharapkan Tanda-tanda tanda-tana
keletihan status pernafasan vital pasien vital
ditandai normal dengan 2. Atur posisi 2. Untuk
dengan criteria hasil: pasien mempermudah
pasien Kepatenan jalan 3. Berikan terapi bernafas
mengeluh nafas oksigen 3. Untuk
sesak dan 4. Kolaborasi mengurangi
pusing, dalam sesak
pasien pemberian obat Agar sesak
tampak lemas berkurang
dan
menggunakan
oksigen 5
liter/menit

09.30 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen 1. Untuk


pola tidur tindakan asuhan lingkungan memberikan
berhubungan keperawatan selama 1. Atur posisi rasa nyaman
dengan pola 3x24 jam diharapkan pasien 2. Agar pasien
tidur tidak tidur kembali normal senyaman tidak merasa
menyehatkan dengan criteria hasil: mungkin terganggu
ditandai Tingkat kelelahan 2. Manajemen 3. Membantu
dengan berkurang lingkungan pola tidur
pasien pasien kembali baik
mengeluh 3. Berikan terapi Memberikan
susah tidur relaksasi dukungan agar
pola tidur
pada malam Berikan
pasien kembali
hari, pasien peningkatan
baik
koping
nampak
gelisah

09.45 Defisien NIC: Management


volume Setelah dilakukan cairan 1. Agar
tindakan asuhan 1. Monitor cairan turgor kulit
cairan
keperawatan selama 2. Monitor tanda- lembab
berhubungan 3x24 jam diharapkan tanda vital 2. Mengetahu
dengan keseimbangan cairan 3. Berikan terapi perubahan
tubuh. intravena (IV) tanda-
asupan cairan
Sesuai dengan 4. Lakukan tanda vital
kurang kriteria hasil: pemasangan 3. Agar
ditandai Status nutrisi: infus pasien
asupan makanan dan tidak
dengan
cairan meningkat nampak
Pasien pucat
mengeluh 4. Agar tidak
lemas, pasien terjadi
hidrasi
nampak
pucat,
mukosa bibir
kering dan
turgor kulit
lambat.
10.00 Intoleran NIC:
aktivitas Setelah dilakukan Terapi aktivitas
tindakan asuhan 1.Bantu perawatan 1. Agar
berhubungan pasien
keperawatan selama diri
terlihat
dengan 3x24 jam diharapkan 2.Manajemen bersih
ketidakseimb toleransi terhadap lingkungan 2. Agar
aktifitas meningkat 3. Berikan terapi pasien
angan antara
Sesuai dengan oksigen merasa
suplai dan criteria hasil: 4. Bantu tenang dan
Tingkat kelelehan penghentian nyaman
kebutuhan
3. Agar sesak
menurun merokok
oksigen berkurang
4. Agar
ditandai
kesehatan
dengan pasien
membaik
pasien
mengatakan
pusing saat
berdiri,
pasien
nampak
lemas
TD : 110/80
mmHg,
S : 370C,
N :88x/menit,
RR:28x/menit
.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn. W
Ruangan : Anggrek
No. RM : 40-2624

Hari, Diagnosa Implementasi Respon (evaluasi


tanggal,jam formatif)
Jumat, Ketidakefektifan 1. Memonitor tanda- S: pasien
3/5/19 bersihan jalan nafas tanda vital pasien mengatakan masih
09.00
berhubungan dengan 2. Berlakukan terapi batuk
mukus yang oksigen O: pasien tampak
berlebihan ditandai 3. Mengatur posisi pasien belum bisa
dengan pasien Berkolaborasi mengeluarkan dahak
4. pemberian terapi
mengeluh batuk terus TTV
Intervena
-TD : 110/70 mmHg
menerus, pasien batuk
-S : 36°C
dan tampak terdapat
-N : 78x/m
dahak berwarna hijau
-R : 28x/m
09.30 Ketidakefektifan pola 1. Memonitor Tanda- S: pasien masih
nafas berhubungan tanda vital pasien sesak dan pusing
dengan keletihan 2. Mengatur posisi pasien sedikit berkurang
ditandai dengan 3. Memberikan terapi O: Nafas pasien
pasien mengeluh oksigen masih terlihat berat,
sesak dan pusing, 4. Berkolaborasi dalam pasien masih
pasien tampak lemas pemberian obat menggunakan O2 5
dan menggunakan liter
oksigen 5 liter/menit TTV
-TD : 100/80 mmHg
-S : 36,5°C
-N : 78x/m
-R :28x/m
10.00 Gangguan pola tidur 1. Mengatur posisi pasien S : pasien
berhubungan dengan senyaman mungkin mengatakan masih
pola tidur tidak 2. Memanajemen belum bisa tidur
menyehatkan ditandai lingkungan pasien O : pasien masih
dengan pasien 3. Memberikan terapi Nampak gelisah
mengeluh susah tidur relaksasi
pada malam hari, 4. Memberikan
pasien nampak gelisah peningkatan koping

10.30 Defisien volume 1. Memonitor cairan S:


cairan berhubungan setiap 15 menit Pasien mengatakan
dengan asupan cairan 2. Memonitor tanda- lemas berkurang
kurang ditandai
tanda vital O: Pasien nampak
dengan Pasien
mengeluh lemas, 3. Memberikan terapi sering minum air,
pasien nampak pucat, intravena (IV) mukosa dan turgor
mukosa bibir kering 4. Lakukan kulit masih lambat
dan turgor kulit pemasangan infus TD : 110/80 mmHg
lambat dengan cairan S : 36,50C
Ringer Laktat N : 88x/menit
RR : 25x/menit
11.00 Intoleran aktivitas S: Pasien
1. Membantu perawatan mengatakan
berhubungan dengan
diri pusingnya sedikit
ketidakseimbangan 2. Memanajemen berkurang
antara suplai dan lingkungan O:Pasien nampak
kebutuhan oksigen 3. Berikan terapi oksigen, lemas berbaring di
seperti terapi nebulizer tempat tidur
ditandai dengan 4. Bantu penghentian
pasien mengatakan merokok
pusing saat berdiri,
pasien nampak lemas
TD : 110/80 mmHg,
S : 370C,
N : 88x/menit,
RR :28x/menit

Hari, Diagno Implementasi Respon (evaluasi


tanggal,jam sa formatif)
Sabtu, Dx 1. 1. Memonitor tanda-tanda vital S: pasien mengatakan
4/5/19 pasien batuk batuk berkurang
09.00
2. Berlakukan terapi oksigen O: pasien tampak
3. Mengatur posisi pasien mengeluarkan dahak
4. Berkolaborasi sedikit
pemberian terapi Intervena
TTV
-TD : 100/80 mmHg
-S : 36,5°C
-N : 80x/m
-R : 26x/m
09.30 Dx 2. 1. Memonitor Tanda-tanda vital S: pasien mengatakan
pasien sesak berkurang sedikit
2. Mengatur posisi pasien dan sudah tidak pusing
3. Memberikan terapi oksigen lagi
4. Berkolaborasi dalam pemberian O: Nafas pasien terlihat
obat sedikit berat, pasien
masih menggunakan O2
4 liter/menit
TTV
-TD : 100/80 mmHg
-S : 36,5°C
-N : 79x/m
-R :26x/m
10.00 Dx 3. 1. Mengatur posisi pasien senyaman S: pasien mengatakan
mungkin bisa tidur sebentar dan
2. Memanajemen lingkungan pasien bangun lagi
3. Memberikan terapi relaksasi O : pasien Nampak
Memberikan peningkatan koping gelisah berkurang

10.30 Dx 4. 1. Memonitor cairan setiap DS:


15 menit Pasien mengatakan sudah
2. Memonitor tanda-tanda tidak lemas, BAK 5 kali
vital perhari
3. Memberikan terapi DO: Pasien nampak
intravena (IV) sering minum air,
4. Lakukan pemasangan mukosa bibir tampak
infus dengan cairan sudah mulai lembab,
Ringer Laktat turgor kulit masih lambat
TD : 110/80 mmHg
S : 36,50C
N : 80x/menit
RR : 22 x/menit
11.00 Dx 5 DS:
1. Membantu perawatan diri Pasien mengatakan saat
2. Memanajemen lingkungan berdiri sudah tidak
3. Berikan terapi oksigen, seperti pusing lagi
terapi nebulizer DO:
4. Bantu penghentian merokok Pasien nampak tenang
dan nyaman

24

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn. W
Ruangan : Anggrek
No. RM : 40-2624
Hari, Diagnosa Implementasi Respon (evaluasi formatif)
tanggal,jam
Minggu, Dx 1. 1. Memonitor tanda-tanda S: pasien mengatakan batuk
5/5/19 berkurang
09.00 vital pasien
O: pasien tampak sudah
2. Berlakukan terapi oksigen
mampu mengeluarkan
3. Mengatur posisi pasien dahak , berwana hijau
TTV
Berkolaborasi pemberian
terapi Intar vena -TD : 100/70 mmHg
-S : 36°C
-N : 78x/m
-R : 24x/m
09.30 Dx 2. 1. Memonitor Tanda-tanda S: pasien mengatakan sesak
berkurang
vital pasien
O: Nafas pasien terlihat
2. Mengatur posisi pasien
lebih tenang
3. Memberikan terapi oksigen TTV
-TD : 100/80 mmHg
4. Berkolaborasi dalam -S : 36,5°C
pemberian obat -N : 79x/m
-R :26x/m
10.00 Dx 3. 1. Mengatur posisi pasien S: pasien mengatakan sudah
bisa tidur dengan baik
senyaman mungkin
O : pasien Nampak sudah
2. Memanajemen lingkungan
tidak gelisah lagi
pasien

3. Memberikan terapi

relaksasi

4. Memberikan peningkatan
koping
10.30 Dx 4. 1. Memonitor cairan S: Pasien mengatakan tidak
setiap 15 menit merasa lemas, BAK 6-7 kali
2. Memonitor tanda-tanda perhari
vital
O: Pasien nampak sering
3. Memberikan terapi
intravena (IV) minum air, minum air 8
4. Lakukan pemasangan gelas perhari, mukosa bibir
infus dengan cairan lembab, turgor kulit kembali
Ringer Laktat normal
TD : 120/80 mmHg
S : 360C
N : 80x/menit
RR : 20 x/menit
11.00 Dx 5. S: Pasien mengatakan saat
1. Membantu perawatan diri berdiri sudah tidak pusing
2. Memanajemen lingkungan lagi, merasa lebih nyaman
3. Berikan terapi oksigen, dan lebih sehat
seperti terapi nebulizer O:Pasien nampak sehat dan
4. Bantu penghentian merokok tenang
Di berikan terapi nebulizer

EVALUASI SUMATIF/
CATATAN PERKEMBANGAN
Inisial klien : Tn. W
Ruangan : Anggrek
No. RM : 40-2624
Hari, Diagnosa keperawatan Evaluasi Sumatif
tanggal (SOAP)
jam
Minggu,
Ketidakefektifan
S: pasien mengatakan batuk berkurang
5/5/19
bersihan jalan nafas
O: pasien tampak sudah mampu
10.00 berhubungan dengan
mengeluarkan dahak , berwana hijau
mukus yang berlebihan
TTV
ditandai dengan pasien
-TD : 100/70 mmHg
mengeluh batuk terus
-S : 36°C
menerus, pasien batuk
-N : 78x/m
dan tampak terdapat
-R : 24x/m
dahak berwarna hijau
A : Masalah sudah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
10.30
Ketidakefektifan pola
S: pasien mengatakan sesak berkurang
nafas berhubungan
sedikit dan sudah tidak pusing lagi
dengan keletihan
O: Nafas pasien terlihat sedikit berat, pasien
ditandai dengan pasien
masih menggunakan O2 4 liter/menit
mengeluh sesak dan
TTV
pusing, pasien tampak -TD : 100/80 mmHg
lemas dan -S : 36,5°C
-N : 79x/m
menggunakan oksigen 5
-R :26x/m
liter/menit
A: Masalah sudah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
11.00 Gangguan pola tidur S: pasien mengatakan sudah bisa tidur
berhubungan dengan dengan baik
pola tidur tidak O : pasien nampak sudah tidak gelisah lagi
menyehatkan ditandai A: Masalah sudah teratasi
dengan pasien P: Lanjutkan intervensi
mengeluh susah tidur
pada malam hari,
pasien nampak gelisah
11.30 Defisien volume cairan S: Pasien mengatakan tidak merasa lemas,
BAK 6-7 kali perhari.
berhubungan dengan O: Pasien nampak sering minum air, minum
asupan cairan kurang air 8 gelas perhari, mukosa bibir lembab,
turgor kulit kembali normal
ditandai dengan Pasien
TD : 120/80 mmHg
mengeluh lemas, S : 360C
N : 80x/menit
pasien nampak pucat, RR : 20 x/menit
A: Masalah sudah teratasi
mukosa bibir kering
P: Lanjutkan intervensi
dan turgor kulit lambat

12.00 Intoleran aktivitas S: Pasien mengatakan saat berdiri sudah


berhubungan dengan tidak pusing lagi, merasa lebih nyaman dan
lebih sehat
ketidakseimbangan
O: Pasien nampak sehat dan tenang
antara suplai dan Di berikan terapi nebulizer
kebutuhan oksigen A: Masalah sudah teratasi
ditandai dengan pasien P: Hentikan intervensi
mengatakan pusing saat
berdiri, pasien nampak
lemas
TD : 110/80 mmHg,
S : 370C,
N : 88x/menit,
RR :28x/menit

BAB III

PEMBAHASAN
Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang

didahului dengan infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Silvia A.

Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan

agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi

asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat

dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015).

Pada kasus yang kami angkat adalah Pneumonia di derita oleh

Tn.Md.W berumur 66 tahun, yang berasal dari Tajun dan berjenis kelamin laki-

laki. Tn.Md.W di Diagnosa Medis Pneumonia. Penanggung jawab Tn.Md.W

yaitu anaknya yang bernama Tn.Km.S berusia 30 tahun. Tn. Md.W mengeluh

sesak napas, alasannya masuk rumah sakit karena pasien mengatakan awalnya

sering sesak, batuk dan lemas. Pasien memiliki riwayat penyakit, awalnya dia

sering sesak, dan batuk namun pasien hanya di bawa berobat oleh keluarganya

ke puskesmas dan oleh dokter hanya di berikan obat. Seminggu sebelum masuk

rumah sakit pasien merasa sesak semakin bertambah dan sampai akhirnya

pasien lemas, lalu keluarga membawa pasien ke rumah sakit dan pasien di

rawat di rumah sakit dengan diagnosa PPOK, pasien dirawat 3 hari lalu pasien

di ijinkan pulang oleh pihak rumah sakit karena kondisinya membaik, 2 hari

setelah pulang pasien datang lagi ke rumah sakit untuk kontrol di saat kontrol

kondisi pasien lemas dan sesak , akhirnya pihak rumah sakit memutuskan untuk

pasien di rawat lagi di ruang anggrek dengan Diagnosa Medis Pneumonia.

Penyebab Pneumonia pada pasien disebabkan karena pasien sering

sesak, Tn.Md.W pernah dirawat di RSUD dengan penyakit PPOK, 2 hari

sebelum masuk rumah sakit dengan Diagnosa Medis Pneumonia. Pasien tidak

pernah dioperasi dan tidak memiliki alergi pada makanan maupun obat. Pasien

mengatakan datang diantar keluarga karena sesak dan lemas lalu pasien di

tempatkan di ruang anggrek, setelah 3 hari di rawat, pasien di ijinkan pulang

karena kondisi membaik.


Pada kasus ini jurnal yang kami gunakan adalah Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Elza

Febria Sari, Martin Rumende, Kuntioro. Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Bekasi. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia │Vol.3, No.4│Desember 2016.

Dengan hasil Faktor-faktor yang berhubungan dengan diagnosis pneumonia

pada usia lanjut adalah batuk, ronki dan infiltrat. Sementara itu, manifestasi

tidak khas pneumonia pada pasien usia lanjut (intake sulit, jatuh, inkotinensia

urin dan penurunan status fungsional) tidak berhubungan dengan diagnosis

pneumonia komunitas pada usia lanjut. Hasil analisis CPR pada penelitian ini

juga didapatkan tidak mempunyai peranan dalam mendiagnosis pneumonia

komunitas pada pasien usia lanjut.

Alasan kami menggunakan jurnal dengan judul Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Diagnosis Pneumonia pada Pasien Usia Lanjut. Pada

teori, Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru

yang didahului dengan infeksi saluran pernafasan bawah akut. Kasus yang kami

temukan dilapangan pada Tn. Md.W dengan diagnosis Pneumonia mengalami

batuk, sesak dan terdengar suara ronchi, yang dimana dijurnal juga ditemukan

diagnosis Pneumonia yaitu batuk, ronki dan infiltrat. Dari kasus Tn.Md.W kami

juga menemukan manifestasi yang sama seperti dijurnal penelitian,

manefestasi khasnya yaitu batuk, sputum produktif, sesak, ronki, demamnya

37,10C.
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-

paru(alveoli). Gejala penyakit ini berupa nafas cepat dan nafas sesak, karena

paru meradang secara mendadak, gejala lain pada pneumonia adalah demam,

sesak nafas, nafas dan nadi cepat, dahak berwarna kuning kehijauan.

Pneumonia dibagi menjadi 3:

a. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau

lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia

bilateral atau “ganda”.

b. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir

bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk


bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga

pneumonia loburalis.

c. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di dalam

dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobural.

1.2 Saran

Penyakit pneumonia merupakan manifestasi dari rendahnya daya tahan

tubuh seseorang akibat akibat adanya peningkatan kuman pathogen seperti

bakteri yang menyerang saluran pernafasan, oleh karena itu sangat diperlukan

menjaga daya tahan tubuh dengan memperhatikan nutrisi dan kesehatan tubuh.

27

DAFTAR PUSTAKA

Elizabeth J. Corwin. 2009. BukuSakuPatofisiologi: EdisiRevisi 3. Jakarta: EGC.

HardhiKusuma, 2015. AplikasiAsuhanKeperawatan Nanda NIC

NOC.EdisiRevisiJilid 3. Mediaction.Jogjakarta

Ridha, Nabiel. 2014.BukuAjarKeperawatanAnak. Yogyakarta :PustakaPelajar


28

Anda mungkin juga menyukai