DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dalam Gangguan Neurologi”.Makalah ini
diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini, khususnya dari
dosen mata kuliah guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk
lebih baik di masa yang akan datang. Semoga makalah ini memberikan informasi
dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………….. i
Daftar Isi……………………….…………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Kesimpulan............................................................................................ 70
4.1.1. Saran...................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
I
DAFTAR TABEL
III
BAB I
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian
otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
kematian. Altered Mental Status atau penurunan kesadaran adalah keadaan dimana
penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga
tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus. Kesadaran secara
sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal atau
mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya. Kejang adalah terbebasnya
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada cedera kepala?
1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada CVA?
1.3.3 Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada AMS?
1.3.4 Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada Kejang?
BAB II
TEORI DASAR
Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa
diikuti terputusnya kontinuitas otak (Mardalena, 2018). Cedera kepala adalah
trauma mekanik yang terjadi pada kepala yang terjadi baik secara langsung
atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan fungsi
neurologis, fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau permanen (Tri
Nugroho,2011).
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
kerusakan jaringan otak. Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari
cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan
perdarahan.
2.1.4 WOC
Kecelakaan lalu lintas
cidera kepala
cardiac
output
cidera otak primer cidera otak sekunder
menurun
tekanan hidrostatik
asam laktat meningkat
kerusakan integritas
kebocoran cairan kapiler jaringan kulit
oedem otak
oedem paru
ketidakefektifan pefusi
penumpukan cairan/ secret ketidakefektif perfusi
jaringan cerebral
jaringan perifer
difusi O2 terlambat
ketidakefektif bersihan
jalan nafas
2.1.5 Klasifikasi
1) Berdasarkan Mekanisme
a. Trauma Tumpul
Trauma tumpul adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan
bermotor, kecelakaan saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh,
maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).
b. Trauma Tembus
Trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-
bendatajam/runcing.
Berdasarkan GCS Gasglow Coma Scale menurut berat ringannya cedera
Skala Gasglow Coma Scale (GCS) :
Spontan 4 Spontan
berupa sakit kepala, mual, muntah, dan pusing. Pada waktu sadar
kembali, pada umumnya kejadian cidera tidak diingat (amnezia
antegrad), tetapi biasanya korban/pasien tidak diingatnya pula sebelum
dan sesudah cidera (amnezia retrograddan antegrad).
2) Contusio Cerebri (Memar Otak)
Merupakan perdarahan kecil jaringan akibat pecahnya pembuluh darah
kapiler. Hal ini terjadi bersama-sama denganrusaknya jaringan
saraf/otak di daerah sekitarnya. Di antara yang paling sering terjadi
adalah kelumpuhan N. Facialis atau N.Hypoglossus, gangguan bicara,
yang tergantung pada lokalisasi kejadian cidera kepala. Contusio pada
kepala adalah bentuk paling berat, disertai dengan gegar otak
encephalon dengan timbulnya tanda-tanda koma, sindrom gegar otak
pusat encephalon dengan tanda-tanda gangguan pernapasan, gangguan
sirkulasi paru - jantung yang mulai dengan bradikardia, kemudian
takikardia, meningginya suhu badan, muka merah, keringat profus,
serta kekejangan tengkuk yang tidak dapat dikendalikan (decebracio
rigiditas).
3) Perdarahan Intrakranial
• Epiduralis haematoma adalah terjadinya perdarahan antara
tengkorak dan durameter akibat robeknya arteri meningen media
atau cabang-cabangnya. Epiduralis haematoma dapat juga terjadi
di tempat lain, seperti pada frontal, parietal, occipital dan fossa
posterior.
• Subduralis haematoma
Subduralis haematoma adalah kejadian haematoma di antara
durameter dan corteks, dimana pembuluh darah kecil vena pecah
atau terjadi perdarahan. Kejadiannya keras dan cepat, karena
tekanan jaringan otak ke arteri meninggi sehingga darah cepat
11
1. Cedera kepala ringan : Pasien dengan cedera kepala ini umumnya dapat
dipulangkan ke rumah tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan bila
memenuhi kriteria berikut:
a. Hasil pemeriksaan neurologis (terutama status mini mental dan
gaya berjalan) dalam batas normal.
b. Foto servikal jelas normal.
c. Ada orang yang bertanggung-jawab untuk mengamati pasien
selama 24 jam pertama, dengan instruksi untuk segera kembali ke
bagian gawat darurat jika timbul gejala perburukan.
14
2.1.9 Komplikasi
a. Edema Pulmonal
Komplikasi paru-paru yang paling serius pada pasien cedera kepala
adalah edema paru. Ini mungkin terutama berasal dari gangguan
15
b. Kejang
Kejang terjadi kira-kira 10% dari pasien cedera kepala selama fase
akut. Selama kejang , perawat harus memfokuskan perhatian pada
upaya mempertahankan jalan nafas paten ketika mengamati
perkembangan kejang dan mencegah cedera lanjut pada pasien.
d Disability (kesadaran)
Cedera kepala menyebabkan berbagai defisit neurologis terutama
akibat pengaruh peningkatan tekanan intracranial yang disebabkan
adanya perdarahan baik bersifat hematom intraserebral, subdural, dan
epidural. Pada pasien cedera kepala secara umum akan menyebabkan
terjadinya penurunan kesadaran.
e Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan
suhu tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
2. Pengkajian Sekunder
a Keluhan Utama
Penurunan kesadaran , nyeri kepala.
b Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat kece-lakaan
lalu lintas, jatuh dari ketinggian, trauma langsung ke kepala.
Pengkajian yang didapat meliputi tingkat kesadaran menurun (GCS
< 15%), konvulsi, muntah, takipnea, sakit kepala, wajah simetris
atau tidak, lemah, luka di kepala, paralise, akumulasi secret pada
saluran pernapasan, adanya likuor dari hidung dan telinga, serta
kejang. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran
dihubungkan dengan perubahan di dalam intracranial. Keluhan
perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai perkembangan
penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.
18
Analisa tindakan
Data Subjektif :
1. Klien mengatakan tidak bisa BAB
2. Klien mengatakan merasa asam di mulut
3. Klien mengeluh pusingklien mengeluh sesak
4. Klien mengeluh sulit mengeluarkan sputum
Data objektif :
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak meringis
3. Pernafasan klien dangkal
4. RR klien : meningkat,
5. HR : meningkat, lemah, ireguler
6. TD : meningkat
7. Mulut klien kering
8. Turgor klien lambat
9. Klien tampak mengalami diaphoresis
10. Penurunan tonus otot pada ekstremitas
21
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d penghentian aliran
darah (hemoragi, hematoma); edema cerebral; penurunan ditandai
dengan sistemik/hipoksia (hipovolemia, disritmia jantung).
2. Ketidakefektifan jalan napas b.d mukus berlebihan ditandai dengan
eksudat dalam alveoli.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan pada
benjolan tulang di tandai dengan trauma vaskular.
3. Intervensi
NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWTAN
KEPERAWATAN
NOC NIC
1 Ketidakefektifan NOC: Status Pernapasan: NIC: manajemen jalan napas
bersihan jalan nafas Kepatenan jalan nafas
1. Monitor status pernafasan dan
b/d obtruksi jalan Setelah dilakukan tindakan
oksigenisasi
nafas ditandai selama 2x12 jam status
1. Buka jalan nafas dengan teknik chin
dengan eksudat pernafasan klien tidak
lift atau jaw thrust
dalam alveoli. terganggu dengan kriteria
2. Identifikasi kebutuhan aktual/
hasil:
potensial untuk memasukkan alat
1. Tidak ada suara nafas
membuka jalan nafas
tambahan
3. Masukkan alat nasopharingeal airway
1. Frekuensi pernafasan
normal (NPA) atau oropharingeal airway (OPA)
4. Posisikan klien untuk memaksimalkan
ventilasi
5. Lakukan penyedotan melalui
endotrakea
22
4. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di
buat pada tahap perencanaan. Tindakan evaluasi ada dua yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setelah selesai
tindakan, berorientasi pada etiologi, dilakukan secara terus menerus sampai
tujuan yang telah ditentukan tercapai. Evaluasi sumatif dilakukan setelah
akhir tindakan keperawatan, berorientasi pada masalah keperawatan,
menjelaskan keberhasilan, ketidakberhasilan, rekapitulasi, dan kesimpulan
status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang diterapkan.
Komponen dalam menentukan hasil evaluasi adalah SOAP/SOAPIER. S
adalah data subjektif, O adalah data objektif, A adalah analisi, P adalah
planning atau rencana, I adalah implementasi, E adalah evaluasi dan R adalah
reassessment atau pengkajian ulang.
2.2 Gawat Darurat CVA
2.2.1 Pengertian Stroke
24
c. Perdarahan (hemoragik)
Perdarahan intraserebral paling banyak di sebabkan karena adanya
rupture aterosklerosis dan hipertensi pembuluh darah yang bisa
menyebabkan perdarahan di dalam jaringan otak. Perdarahan intraserebral
paling sering terjadi akibat dari penyakit hipertensi dan umumnya terjadi
setelah usia 50 tahun (Antara et al., 2015)
a. Stroke Hemoragik
Stroke perdarahan atau stroke hemoragik adalah perdarahan yang tidak
terkontrol di otak. Perdarahan tersebut dapat mengenai dan membunuh sel
otak, sekitar 20% stroke adalah stroke hemoragik. Jenis perdarahan (stroke
hemoragik), disebabkan pecahnya pembuluh darah otak, baik intrakranial
maupun subarakhnoid. Pada perdarahan intrakranial, pecahnya pembuluh
darah otak dapat karena berry aneurysm akibat hipertensi tak terkontrol yang
mengubah morfologi arteriol otak atau pecahnya pembuluh darah otak karena
kelainan kongenital pada pembuluh darah otak tersebut.
b. Stroke Iskemik
Stroke iskemik adalah penyakit yang kompleks dengan beberapa etiologi dan
manifestasi klinis. Dalam waktu 10 detik setelah tidak ada aliran darah ke
otak, maka akan terjadi kegagalan metabolisme jaringan otak. EEG
menunjukkan penurunan aktivitas listrik dan seacara klinis otak meng Stroke
iskemik terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba- tiba terganggu
oleh oklusi. Penyakit serebrovaskular iskemik terutama disebabkan oleh
trombosis, emboli dan hipoperfusi fokal, yang semuanya dapat menyebabkan
penurunan atau gangguan dalam aliran darah otak.
2.2.5 Patofisologi
Ada dua bentuk CVA ( cerebro vaskuler accident ) bleeding :
a. Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak sterutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa
atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Peningkatan trans iskemik attack (TIA) yang terjadi dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi
otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah pituitary glad,
talamus, sub kartikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertesi
kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang
mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
penurunan kesadaran. Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5
hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan
dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga
karena interaksi antarabahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan
kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di uang
subarakhnoid. Ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik,
afasia dan lain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan
gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai
bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari
seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat
otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik
anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak (Junaidi,
2011).
2.2.6 Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan :
1. Infark Serebri
28
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongau kesehatan adalah
Perubahan respon motorik Perubahan reaksi pupil, Kelemahan pada
ekstremitas, Ketidakmampuan memakai baju sendiri ,Ketidakmampuan
melakukan hygiene eliminasi yang tepat , Ketidakmampuan untuk makan
dan minum secara mandiri dan Ketidakmampuan untuk mengakses
kamar mandi
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala
kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhari perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif, dan konia.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif, dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,
penghambat beta, dan lainnya. Adanya riwayat merokok,
penggunaan alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian
30
4. Eliminasi
Data Subyektif:
-Inkontinensia, anuria
-distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
32
Data obyektif:
-Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
-Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon
dalam ( kontralateral )
33
8. Respirasi
Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
9. Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
34
Data obyektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
2) Diagnosa
1. Gangguan perfusi jaringan serebal berhubungan dengan interupsi
perdarahan, hemoragik
4) Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien.
5) Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan
melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan
proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah tercapai.
2.3.4 Patofisiologi
Kesadaran Menurun Patofisiologi menerangkan terjadinya
kesadaran menurun sebagai akibat dari berbagai macam gangguan atau
penyakit yang masing-masing pada akhirnya mengacauk an
fungsireticular activating system secara langsung maupun tidak langsung.
Dari studi kasus-kasus koma yang kemudian meninggal dapat dibuat
kesimpulan, bahwa ada tiga tipe lesi /mekanisme yang masing-masing
merusak fungsireticular activating system,baik secara langsung maupun
tidak langsung.
lateral dari struktur tengah bagian dalam dan terjadi herniasi tentorial
lobus temporal yang berakibat kompresi mesensefalon dan area
subthalamik reticular activating system, atau adanya perubahan-
perubahan yang lebih meluas di seluruh hemisfer.
4) Lesi serebelar sebagai penyebab sekunder juga dapat menekan area
retikular batang otak atas dan menggesernya maju ke depan dan ke atas.
5) Pada kasus prolonged coma, dijumpai perubahan patologik yang terkait
lesi seluruh bagian sistim saraf korteks dan diensefalon.
6. Angiografi serebral
Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi
arteriovena.
7. Ekoensefalography
Untuk mendeteksi sebuah perubahan struktur garis tengah serebral yang
disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral
yang luas dan neoplasma.
8. EEG (Elektroensefalography)
Untuk menilai kejang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses,
jaringan parutotak, infeksi otak.
9. EMG (Elektromiography)
43
1.3.6 Penatalaksanaan
Prioritas pertama tindakan terhadap pasien tidak sadar adalah
memberikan dan mempertahankan jalan nafas paten. Pasien dapat di intubasi
melalui hidung atau mulut, atau dilakukan trakeostomi. Sampai ditetapkan
pasien mampu bernafas sendiri, maka mesin ventilato digunakan untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Pemasangan kateter intavena
digunakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan pemberian
makanan dilakukan dengan selang makanan atau selang gastrostomi. Status
sirkulasi pasien (tekanan darah, frekuensi jantung) dipantau untuk mengetahui
perfusi tubuh yang adekuat dan perfusi otak dapat dipertahankan (Brunner dan
Suddarth, 2001).
1.3.7 Komplikasi
1. Edema pulmonal
2. Peningkatan TIK
3. Kejang
4. Infeksi.
Kejang adalah suatu episode aktivitas listrik yang tidak normal pada
otak. Seperti sakit kepala, kejang adalah gejala gejala bukan penyakit. Tiga
kategori utama kejang dalah kejang umum, fokal dan status epileptikus.
Kejadian kejang sedikit lebih tinggi pada laki-laki dari pada perempuan,
dengan puncak kejadian pada pasien yang berusia lebih dari 65 tahun. Kejang
44
2.4.2 Etiologi
Kejang demam disebabkan oleh hipertermia yang muncul secara cepat
berkaitan dengan infeksi virus dan bakteri seperti : tonsillitis, bronchitis serta
infeksi saluran pernafasan atas, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.
Umumnya berlangsung singkat, dan mungkin terdapat predisposisi family.
Dan beberapa kejadian kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak.
2.4.3 Klasifikasi
1. Klasifikasi Kejang Menurut (Kurniati, 2018) yaitu:
Generalized Tonic-Clonic
Kejang tonic-clonic, yang sebelumnya disebut dengan grand mal,
termasuk kehilangan kesadaran tiba-tiba dan otot mengencang, disertai
dengan kejang otot ekstentor, apnea dan pernapasan tidak teratur,
gerakan klonik bilateral. Ketika kejang berakhir, pasien berubah
kedalam keadaan pstical ditandai dnegan relaksasi otot, pernapasan
dalam dan tingkat kesadaran menurun.
45
Kejang Demam
Kejang demam adalah suatu tipe kejang tonic-clonic. Kejang terjadi
berupa kejang tunggal tanpa fitur focal. Kejang demam, dipicu oleh
peningkatan suhu tubuh yang cepat, biasanya kurang dari 15 menit.
Pengobatan diarahkan untuk melindungi pasien dari cedera,
menurunkan demam, mengatasi kondisi infeksi yang mendasarinya.
Kejang Sebagian
Manifestasi klinis kejang sebagian (focal) dapat berupa sensoris,
motoric dan otonom. Nama lama untuk kejang tipe ini adalah
jacksonian, psikomotor, dan motorik minor. Penyebab dari timbulnya
kejang jenis ini adalah adanya lesi otak fokal akibat tumor, abses atau
bekas luka. Aktivitas kejang biasanya unilateral, tidak menyebabkan
hilangnya kesadaran dan tidak menyebabkan kematian. Kejang
tunggal, berakhir kurang dari 5 menit, jarang membutuhkan terapi
farmakologis.
Reaksi Inflamasi
Proses Demam
Peningkatan suhu
tubuh
Resiko Kejang
Pelepasan muatan listrik
Berulang
meluas dengan bantuan
neurotransmiter
Kejang
Hipoksia
Resiko Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan Otak
49
2.4.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan kejang demam adalah sebagai berikut :
1. Pengobatan Saat Terjadi Kejang
Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif
dalam menghentikan kejang. Dosis pemberian : 5 mg untuk anak
<3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak >3 tahun, atau 5 mg untuk
BB <10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB >10 kg.
Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-
0,5 mg/kgBB.
Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15
mg/kgBB perlahan-lahan. Kejang yang berlanjut dapat diberikan
pentobarbital 50 mg Im dan pasang ventilator bila perlu
50
1.2.1 Pengkajian
1. Pengumpulan Data
1) Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, agama, pendidikan, nama identitas
orang tua, no register, diagnose medis dan tanggal ,masuk rumah sakit.
a. Anak
a) Nama :
b) Tanggal lahir / umur :
c) Jenis kelamin :
b. Orang tua Ayah Ibu
a) Nama :
b) Umur :
c) Pendidikan :
d) Pekerjaan :
e) Agama :
f) Alamat :
2) Kedudukan anak dalam keluarga
Jenis
Keadaan Sekarang
No Nama (Inisial) Kelamin Umur Ket
2
52
3) Alasan dirawat
(1) Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah.
(2) Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37
minnggu,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar
pada 1 sampai 5 menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang
parah,4 sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-10 normal.
(3) Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan
ganda,hidramnion.
(4) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,
TB Paru, Tumor kandungan, Kista, Hipertensi.
(5) Riwayat kehamilan
Ibu mengatakan saat hamil sering kontrol ke bidan dan ibu
mengatakan tidak mengalami suatu penyakit saat hamil.
(6) Status imunisasi
Saat pengkajian orang tua mengatakan bahwa anaknya telah
mendapat imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, dan Polio.
1. Pengkajian persistem
1) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada
sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar
perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki
53
8) Sistem kulit
Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
2. Pengkajian head to toe
1) Keadaan umum
(1)Kebersihan anak :
(2)Keadaan kulit :
(3)Kesadaran :
2) Ukuran-ukuran
1. Berat badan :
2. Tinggi badan :
3. Lingkar kepala :
4. Lingkar lengan :
3) Gejala kardinal
(1) Suhu :
(2) Tekanan darah :
(3) Nadi :
(4) Pernapasan :
4) Keadaan Fisik
(1) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
(2) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
55
(3) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
(4) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
(5) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
(6) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
(7) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100
kali per menit.
(8) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
(9) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
(10) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
56
(11) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeses.
(12) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan
jari-jari tangan serta jumlahnya.
(13) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan
mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan
suhu tubuh meningkat.
2. Resiko kejang berulang berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
3. Resiko cedera berhubungan dengan disfungsi sensorik.
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
gangguan aliran darah ke otak (hipoksia).
57
3. Intervensi
Perencanaan Keperawatan
dehidrasi
2.Resiko NOC: NIC : Convulsion 1. Untuk
kejang Convulsion Prevention mengetahui
berulang Risk kejang secara
1. Observasi faktor
berhubungan Setelah dini dan jika ada
pencetus kejang
dengan diberikan kelainan akibat
dan
peningkatan tindakan kejang
dokumentasikan
suhu tubuh keperawatan 2. Saat demam,
karakteristiknya
selama……x kebutuhan akan
(awitan, durasi,
24 jam cairan meningkat
kejadian
diharapkan sehingga air
prakejang dan
kejang sangat berperan
pasca kejang).
berulang tidak dalam
2. Anjurkan klien
terjadi, menyeimbangank
banyak minum air
dengan an cairan dan
putih
kriteria hasil: elektrolit
3. Berikan informasi
1. Tidak 3. untuk ikut
kepada keluarga
menunjukka memantau tanda-
klien tentang
n tanda- tanda
penyebab kejang
tanda kemungkinan
dan tanda-tanda
kekambuha kejang kambuh
kejang berulang
n kejang 4. untuk mencegah
4. Kolaborasi dalam
terjadinya kejang
pemberian obat
berulang
antikejang
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah diberikan tindakan perawatan dengan
melihat respon klien, mengacu pada kriteria evaluasi, tahap ini merupakan
proses yang menentukan sejauah mana tujuan telah tercapai.
BAB III
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :
Penurunan kesadaran
Mekanisme Sakit :
Pada tanggal 02 Maret 2018 jam 14.00 terjadi kecelakaan sepeda motor, dengan korban An. K
keadaan tidak sadarkan diri dan dibawa oleh penolong ke IGD RS Bhakti wiyata menggunakan
PRIMER SURVEY
mobil. Klien datang (di IGD) dengan kondisi tidak sadarkan diri, terdapat luka lecet dibawah
lutut kanan, hematom ± 10 cm dahi kanan, deformitas tangan kiri, terdapat perdarahan pada
hidung dan mulut dan langsung dilakukan pemeriksaan penunjang.
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
AIRWAY Diagnosa Keperawatan:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d spasme jalan nafas
64
65
Evaluasi :
KU : cukup
Jalan nafas efektif,
Suara nafas normal
Tidak ada obstruksi jalan nafas
Evaluasi :
Ku : cukup
Terpasang simple mask 5 L/mnt
RR sebelum 28x/mnt
RR sesudah 20x/mnt
Diagnosa Keperawatan:
CIRCULATION
Tidak ada masalah.
Nadi : Teraba Tidak teraba Implementasi :
Sianosis : Ya Tidak 1. ……
CRT : < 2 detik > 2 detik 2. ……
Pendarahan : Ya Tidak ada 3. ……
Keluhan Lain: haematom subdural 4. ……
5. ……
Evaluasi :
Diagnosa Keperawatan:
EXPOSURE
Tidak ada masalah.
Deformitas : Ya Tidak Implemantasi :
Contusio : Ya Tidak 1. ………
Abrasi : Ya Tidak 2. ………
Penetrasi : Ya Tidak 3. ………
Laserasi : Ya Tidak 4. ………
Edema : Ya Tidak 5. ………
Keluhan Lain:
…… Evaluasi :
Even/Peristiwa Penyebab:
Kecelakaan lalu lintas
Tanda Vital :
BP : 123/69 mmHg N: 130x/m S: 37,20C
RR :28x/m Heart rate 132x/menit
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
Tidak ada masalah
69
Dada:
Inspeksi: thoraks simetris, klien tidak menggunakan
otot bantu nafas (retraksi dada), pergerakan dinding
dada sama, pernafasan 28 x/menit, warna kulit
merata.
Palpasi : Gerakan paru saat inspirasi dan ekspirasi
sama, tidak terdapat massa, tidak terdapat fraktur
thorak.
Perkusi : perkusi paru agak redup di bagian lobus
tengah dextra
Auskultasi : gurgling di lobus tengah dextra
Abdomen:
-
Pelvis:
Terpasang kateter ukuran 16, warna urin normal
(kekuningan )
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi adanya luka babras pada bagian lutut kanan,
deformitas tangan kiri
Palpasi : cracless di bagian tangan kiri
70
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidak ada masalah
RONTGEN CT-SCAN USG EKG Implementasi :
ENDOSKOPI Lain-lain, ... ... 1. ………
Hasil : 2. ………
hematom ± 12 cm dahi kanan (subdural 3. … … …
haematom) 4. ………
HbsAg : Negatif 5. ………
WBC : 14,59 [10^3/uL]
RBC: 3,99 [10^6/uL] Evaluasi :
HGB: 10,3 [g/dL]
HCT: 32,6 [%]
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cedera kepala adalah trauma mekanik yang terjadi pada kepala yang
terjadi baik secara langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat
berakibat kepada gangguan fungsi neurologis, fisik, kognitif, psikososial,
bersifat temporer atau permanen.
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung
lebih dari 24 jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak
karena perdarahan (stroke hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik)
dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian.
Altered Mental Status atau penurunan kesadaran adalah keadaan
dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun
secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal
terhadap stimulus. Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai
keadaan dimana seseorang mengenal atau mengetahui tentang dirinya
maupun lingkungannya.
Kejang adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori
yang besifat sementara. Istilah epilepsy biasanya merupakan suatu
kelaianan yang bersifat kronik yang timbul sebagai suatu bentuk kejang
berulang.
70
71
4.2 Saran
Antara, H., Glukosa, K., Acak, D., Saat, P., Instalasi, M., Dengan, D., … Patients, S.
(2015). Research Article Relationship Between the Random Blood Glucose
Levels During Admission At, 52–60.
Deliana, M., Bagian Ilmu Kesehatan Anak USU, S. F., & Adam Malik Medan Jl
Bunga Lau, R. H. (2017). Tata Laksana Kejang Demam pada Anak Tata
Laksana Kejang Demam pada Anak Tata Laksana Kejang Demam pada Anak
Tata Laksana Kejang Demam pada Anak Tata Laksana Kejang Demam pada
Anak. Tata Laksana Kejang Demam Pada Anak, 4(2), 59–62.
72