Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK

EKSPIRASI PADA PENDERITA ASMA

SKRIPSI

Oleh :

Putu Riska Febrianti

NIM. 17089014075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK

EKSPIRASI PADA PENDERITA ASMA

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Keperawatan

Oleh :

Putu Riska Febrianti

NIM. 17089014075

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2021

ii
iii
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Latihan

Fisik Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma”, sepenuhnya

karya saya sendiri. Tidak ada bagian dalamnya penjiplakan atau pengutipan

dengan cara tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan

kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya

saya.

Singaraja, 10 Juli 2021


Yang membuat Pernyataan

(PUTU RISKA FEBRIANTI)

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik STIKes Buleleng, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :

Nama : PUTU RISKA FEBRIANTI

NIM : 17089010475

Program Studi : S1 Keperawatan

Jenis karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kessehatan Buleleng, Hak Bebas Royalty
Nonekslusif ( Non-Exlusiveroyalt-Free Right ) atas karya ilmiah saya yang
berjudul : “Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi
Pada Penderita Asma”.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Bebas Royalty Non-
Exslusif ini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis dan pemilik Hak Cipta.

Demikian Pernyataan saya ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : STIKes Buleleng

Pada Tanggal : 10 Juli 2021

Yang Menyatakan

(PUTU RISKA FEBRIANTI)

vi
ABSTRAK

Febrianti, Putu Riska. 2021. Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Nilai Arus Puncak
Ekspirasi Pada Penderita Asma. Skripsi, Program Studi S1 Ilmu Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng. Pembimbing (1) Ns. Ni Made Dwi
Yunica A. S.Kep., M.Kep. Pembimbing (2) Ns. Putu Indah Sintya Dewi
S.Kep.,MSi., M.Kes.

Asma merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan untuk


bernafas karena adanya penyempitan jalan nafas. Terbatasnya aliran udara karena
adanya hipersensitivitas atau reaksi alergi terhadap allergen yang dapat
menyebabkan perubahan dalam jalan nafas, bronkokonstriksi, pembengkakan
pada jalan nafas, airway hiperresponsive dan airway remodelling. Untuk
mengurangi angka kematian karena asma sangat diperlukan intervensi dalam
memanagent asma dengan melakukan latihan fisik. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh latihan fisik terhadap nilai arus
puncak ekspirasi pada penderita asma. Metode penelitian ini menggunakan
metode kajian Literatur Review dengan database yang digunakan yaitu Google
Scholar, Pubmed diambil untuk menyaring artikel yang relevan. Istilah awal untuk
menyaring studi yang terkait adalah “Asma”, “Latihan Fisik”, “Arus Puncak
Ekspirasi”. Artikel dibatasi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi minimal
dipublikasikan 5 tahun terakhir. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemberian
latihan fisik dapat mempengaruhi jalan nafas menjadi efektif, memperkuat otot
pernafasan sehingga tercapainya nilai normal Arus Puncak Ekspirasi pada
penderita asma. Latihan fisik dapat menjadi acuan dalam pemberian asuhan
keperawatan sebagai perawat atau tenaga kesehatan yang professional pada pasien
yang melaksanakan management asma dirumah.
Kata Kunci: Asma, Latihan Fisik, Arus Puncak Ekspirasi.

vii
ABSTRACT

Febrianti, Putu Riska. 2021. “The Effect of Physical Exercise on the Peak
Expiratory Flow Rate in Asthma Sufferers”. Final Asigment, S1 Nursing Science
Program, Buleleng Institute of Health Sciences Buleleng. Advisors (1) Ns. Ni
Made Dwi Yunica A. S.Kep., M.Kep. Advisor (2) Ns. Putu Indah Sintya Dewi
S.Kep.,MSi.,M.Kes.

Asthma is a condition in which a person has difficulty breathing due to a


narrowing of the airway. Limited airflow due to hypersensitivity or allergic
reactions to allergens that can cause changes in the airway, bronchoconstriction,
airway swelling, airway hyperresponsiveness and airway remodeling. To reduce
mortality due to asthma, it is necessary to intervention in managing asthma to do
physical exercise. The purpose of this study was to determine how the effect of
physical exercise on the peak expiratory flow rate in asthmatics. Method this
study uses the Literature Review method with the database used, namely Google
Scholar, Pubmed taken to filter relevant articles. Initial terms to filter related
studies were Asthma, Physical Exercise, Peak Expiratory Flow. Articles are
limited based on inclusion and exclusion criteria of at the last 5 years published.
From the results of the study it was found that the provision of physical exercise
can effect the airway to be effective, strengthens respiratory muscles so that the
normal value of peak expiratory flow is achieved in asthmatics. Physical exercise
can be a reference in providing nursing care as a nurse or professional health
worker for patients who carry out management at home.

Keywords: Asthma, Physical Exercise, Peak Expiratory Flow.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat kuasa dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan laporan Skripsi ini dengan Judul “Pengaruh Latihan Fisik

Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma” sebagai salah satu

syarat untuk mencari gelar sarjana keperawatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang membantu menyelesaikan Skripsi ini. Ucapan terimakasih diberikan

kepada:

1. Dr. Ns. I Made Sundayana, S.Kep., MSi, sebagai Ketua STIKes Buleleng dan

atas segala fasilitas yang diberikan kepada peneliti dalam menempuh

perkuliahan.

2. Ns. Ni Made Dwi Yunica Astriani, S.Kep., M.Kep, sebagai Ketua Program

Studi Profesi Ners Ilmu Keperawatan STIKes Buleleng dan selaku

pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, sehingga dapat

meyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu.

3. Ns. Putu Indah Sintya Dewi, S.Kep., MSi., M.Kes, sebagai Ketua Program

Studi Ilmu Keperawatan STIKes Buleleng dan selaku pembimbing

pendamping yang juga telah memberikan bimbingan, sehingga dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu.

ix
4. Ns. Made Mahaguna Putra, S.Kep., M.Kep selaku penguji utama yang telah

memberikan masukan dan saran, sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini

denga tepat waktu.

5. Mochamad Heri, S.Kep., Ns., M.Kep, sebagai Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan masukan dan saran serta selalu memberikan semangat

untuk pembuatan Skripsi ini.

6. Kedua orang tua saya Nyoman Sumadi dan Desak Komang Sri Ekawati serta

adik-adik saya yang selalu mendukung dan memberikan doa yang tulus untuk

anaknya dan adiknya sebagai penulis Skripsi ini, mampu menyelesaikan

Skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

7. Rekan – rekan Mahasiswa Jurusan S1 Keperawatan angkatan tahun 2017 atas

segala dukungan, saran dan masukannya dan

8. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan Skripsi ini yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik

yang dapat menyempurnakan Skripsi ini.

Singaraja, 21 Januari 2021

Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .………………………………………………........ ii

LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………… iii

LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… iv

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ………………………………. v

PERNYATAAN PERSETUJUAN ………………………………………… vi


PUBLIKASI KARYA ILMIAH
ABSTRAK ……………………………………………………………… vii
ABSTRACT ……………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ix
DAFTAR ISI ……………………………………..………………………. xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xiii
DAFTAR SKEMA ……………………………………………………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………. 8

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 9

D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………. 9


BAB II METODE PENELITIAN

A. Metode Pencarian Literatur ……………………………………. 10

B.Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ......................................................... 12


C. Strategi Pencarian Literatur …………………………………..... 15
D. Penilaian Kualitas ......................................................... 18
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Temuan …………………………………………………... 21

xi
B. Hasil Review Artikel …………………………………………………… 22
C. Hasil Kritisi Jurnal …………………………………………………… 48
D. Pembahasan ……………………………………………………….. 48
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 51
B. Saran …………………………………………………………… 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Format PICOS Literatur Review ………………………………….. 14

Tabel 2.2 Hasil Critical Appraisal ………………………………………… 16

Tabel 2.3 Olsen and Baisch Scroring ………………………………………… 19

Tabel 3.1 Review Artikel …………………………………………………. 22

xiii
DAFTAR SKEMA

Tabel 2.1 Proses Pemilihan Artikel ………………………………………… 15

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Pembuatan Literatur Review

Lampiran 2 Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 3 Surat Pernyataan Kesediaan sebagai Pembimbing

Lampiran 4 Lembar Konsul

Lampiran 5 Rancangan Anggaran Biaya Skripsi

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) merupakan suatu penyakit yang tidak dapat

menularkan atau tidak dapat menginfeksi orang lain. Penyakit tidak menular

dapat terjadi karena adanya agent (non living agent) yang secara langsung

mengenai hostnya atau manusia. Agen ini biasanya dapat berupa agen

kimiawi, fisik, mekanik, dan psikis. Adapun suatu agen dapat menimbulkan

dampak sakit yang berbeda-beda (dinyatakan dalam skala Pathogenitas).

Pathogenitas agen yaitu kemampuan agent untuk dapat menyebabkan sakit

pada host. Terdapat juga faktor resiko dari Penyakit Tidak Menular yaitu umur

dan keturunan, selain itu ada juga faktor lain yang sangat mempengaruhi

yaitu gaya hidup tidak sehat seperti merokok, diet berlebih, minum minuman

beralkohol, aktifitas fisik yang berat, serta stres yang berkepanjangan dapat

memicu terjadinya penyakit tidak menular (Irwan, 2018).

Penyakit pernapasan kronik yang sering ditemui dikalangan masyarakat

saat ini yaitu asma. Asma merupakan suatu kondisi dimana seseorang

mengalami kesulitan untuk bernafas karena adanya penyempitan jalan nafas.

Gejala asma ialah wheezing (mengi), sulit bernafas, rasa sesak pada dada dan

batuk (Lorensia, Yulia, & Wahyuningtyas, 2016).

Menurut data Global Asthma Report pada tahun 2018, empat puluh juta

kematian atau 70% semua kematian di seluruh Dunia, disebabkan karena

1
2

penyakit tidak menular dengan 80% kematian yang terjadi di negara

berkembang. Salah satunya penyakit pernapasan kronis yaitu asma, yang

menyebabkan 15% kematian di Dunia. Asma yaitu penyakit kronis yang

diperkirakan dapat mempengaruhi sebanyak 339 juta orang diseluruh Dunia.

Asma merupakan penyebab penyakit yang substansial, kematian dini dan

penurunan kualitas hidup pada seseorang. Saat ini asma berada diperingkat ke-

16 di Dunia antara penyebab utama hidup dengan disabilitas dan peringkat ke-

28 di antara penyebab utama beban penyakit, yang dapat diukur melalui

Disability Adjusted Life Years (Global Asthma Network, 2018).

Prevalensi asma di Indonesia sebanyak 4,5% dari populasi, dengan jumlah

kumulatif pasien asma sekitar 11.179.032. Prevalensi terendah berada di

Provinsi Lampung yaitu sebanyak 1,6%, sedangkan prevalensi tertinggi adalah

di Sulawesi Tengah sebanyak 7,8%. Jumlah pasien asma terendah di Papua

Barat sekitar 26 ribu jiwa dan terbanyak adalah di Jawa Barat yang berjumlah

2,2 juta jiwa (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Bali, 2018 menunjukkan

bahwa kejadian asma di Provinsi Bali sebanyak 3,90% dari populasi, dengan

jumlah kumulatif pasien asma sebanyak 20.560. Angka tertinggi kejadian

asma terjadi di Kabupaten Karangasem sebanyak 6,17% dan kejadian terendah

terjadi di Kabupaten Buleleng sebanyak 3,8%, pada usia 75 tahun keatas lebih

rentan terkena asma sebanyak 6,49%, usia kurang dari 1 tahun lebih kecil

terkena asma sebanyak 0,92%. Jenis kelamin perempuan lebih rentan terkena

penyakit asma dibandingkan laki-laki (Riskesdas, 2018).


3

Terbatasnya aliran udara yang terjadi pada penderita asma biasanya

bersifat berulang-ulang yang disebabkan oleh berbagai perubahan dalam jalan

nafas, yaitu : pertama, Bronkokonstriksi dimana kejadian fisiologis domain

yang menyebabkan timbulnya gejala klinis pada asma adalah penyempitan

saluran nafas yang diikuti gangguan aliran udara. Penyempitan saluran nafas

sebagai respon terhadap paparan berbagai stimulus termasuk alergen atau

iritan. Kedua, Edema jalan nafas, saat penyakit asma menjadi lebih persisten

dengan inflamasi yang lebih progresi, akan diikuti oleh munculnya faktor lain

yang lebih membatasi aliran udara. Ketiga, Airway hyperresponsiveness atau

mekanisme yang dapat mempengaruhinya bersifat multiple, salah satunya

termasuk inflamasi, dimana inflamasi merupakan faktor utama dalam

menentukan tingkat Airway hyperresponsiveness. Keempat, Airway

Remodeling, keterbatasan aliran udara dapat bersifat setengah dan berulang

pada beberapa penderita asma. Perubahan struktur permanen dapat terjadi di

saluran nafas, terkait hilangnya fungsi paru dapat dicegah sepenuhnya dengan

terapi yang ada. Sehingga tidak terjadi proses repair yang baik terutama pada

penderita asma berat, adanya gabungan perubahan dalam jalan nafas tersebut

akan membatasi aliran udara pada penderita asma (Yudhawati, 2017).

Penyakit asma bisa terjadi dari keluhan ringan, sedang, bahkan sampai

berat, ketika asma terjadi banyak penyebab dan pemicu yang dapat

mengakibatkan terjadi kambuhnya asma. Pemicu alergi diudara seperti bulu

hewan, serbuk sari (bunga), alergen makanan, asap tembakau dan lain

sebagainya. Polusi udara luar ruangan pasti hampir memiliki dampak global
4

yang besar pada asma untuk anak-anak dan dewasa terutama di China dan

India. Di seluruh dunia pada tahun 2015, 9-23 juta dan 5-10 juta kunjungan

ruang gawat darurat asma tahunan dikaitkan dengan polutan udara luar ozon

dan partikel ukuran sangat kecil, paparan tersebut meningkatkan resiko asma

terutama di kalangan anak laki-laki yang kecenderungan alergi (Dharmage,

Perret, & Custovic, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian jurnal (Adityo Wibowo, 2017) menyatakan

bahwa hasil sebanyak 60 pasien asma berpartisipasi dalam penelitian ini dan

ditemukan faktor resiko penyebab asma yaitu debu, olahan tanaman, dan juga

asap. Pada manusia, alergen seperti debu rumah tangga yang menempel pada

lantai kamar dan ruang keluarga, perabot rumah, langit – langit rumah, tempat

tidur, jendela kamar tidur yang selalu tertutup, membersihkan debu tidak

dengan lap basah dapat menyebabkan timbulnya penyakit asma bronkial

dapat masuk ke dalam saluran pernafasan dan merangsang terjadinya

hipersensitivitas atau reaksi alergi. Asap rokok dapat mengakibatkan

terjadinya asma baik pada perokok aktif maupun perokok pasif atau yang

terkena paparan asap rokok, seorang penderita asma bronkial yang merokok

di dalam rumah lalu terhirup oleh perokok pasif memiliki risiko lebih besar

dibandingkan perokok aktif.

Biasanya pada orang normal terjadi pengembangan dada saat inspirasi

terjadi pengembangan paru-paru. Hal ini yang menyebabkan volume paru

meningkat dan udara masuk ke paru-paru. Pada saat terjadi proses respirasi

dada mengecil, paru-paru akan mengecil sehingga tekanan meningkat dan


5

volume paru mengecil, akibatnya udara keluar dari paru-paru. Pada pasien

asma saat proses inpirasi terjadi adanya kontraksi yang minimal dari otot

pernapasan yang menyebabkan diafragma terdorong keatas sehingga

memerlukan energi yang tinggi untuk mengangkat rongga dada dan

pengembangan paru menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan oksigen yang

masuk ke paru-paru menjadi berkurang. Pada proses ekspirasi, terjadi

kontraksi otot pernapasan yang minimal sehingga diafragma terdorong ke

bawah dan karbon dioksida keluar dari paru-paru menjadi berkurang,

akibatnya APE menurun. Pasien asma akan mengalami pengurangan diameter

bronkiolus selama proses ekspirasi daripada inspirasi. Adanya sumbatan yang

terjadi yang disebabkan dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi

pada saat eskpirasi. APE (Arus Puncak Ekspirasi) adalah kecepatan tertinggi

yang dapat dicapai oleh seseorang selama ekspirasi maksimal dan titik ini

mencerminkan adanya perubahan pada ukuran jalan napas yang menjadi

besar (Kartikasari, Jenie, 2018). Hal ini sejalan dengan hasil jurnal (Jaakkola,

Aalto, Hernberg, Kiihamäki, & Jaakkola, 2019) penelitian ini yang dilakukan

pada penderita asma usia 16 hingga 65 tahun. Hasil penelitian menujukkan

bahwa efek intervensi dalam meningkatkan pengendalian asma adalah 23%

(RD=0,23, 95% CI 0,027-0,438; P=0,0320). Intervensi juga mengurangi

sesak napas sebesar 30,1% (RD=0,301, 95% CI 0,109-0,492; P=0,003). Dapat

disimpulkan bahwa olahraga secara teratur dapat meningkatkan pengendalian

asma yang diukur dengan Asthma Control Test (ACT).


6

Pada penderita asma mengalami kelemahan otot-otot pernapasan yang

dapat membuat terjadinya dypnea dan terbatasnya aktivitas. Maka dari itu

perlunya dilakukan pengobatan non farmakologi ialah latihan fisik yang

bertujuan untuk melatih eskpirasi dan inspirasi dalam mengeluarkan CO 2.

Latihan fisik dapat berperan dalam mengendalikan suatu penyakit,

memperbaiki kebugaran jasmani, mengurangi kependekan napas, dan

mengurangi pengkonsumsian steroid hirup pada pasien asma (Andrianty,

Adiputra, 2017).

Senam pada asma dengan melakukan gerakan-gerakan yang sudah di

rancang, bertujuan untuk melenturkan dan memperkuat otot-otot pernapasan.

Senam yaitu gerakan tubuh terutama lengan dan tungkai untuk meningkatkan

ventilasi paru yang dilakukan dengan berkelompok. Senam mempunyai

fungsi untuk memperkuat otot pernapasan, menurunkan kadar IgE. IgE adalah

faktor utama yang menyebabkan adanya inflamasi dalam patofisiologi

penyakit asma. Tahapan awal senam yaitu menghitung nadi lalu dimulai

dengan gerakan pemanasan dan peregangan (10 menit) latihan inti A dan B

(30 menit), lalu aerobik 1 (15 menit) serta pendinginan (5 menit) kemudian

menghitung nadi kembali. Senam dapat dilakukan 3-4x dalam seminggu,

senam akan berhasil jika dilakukan sedikitnya 4-7 minggu (Tarenaksa

Suranggana, Koesbaryanto, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian jurnal (Delima Ritonga, Ramadhaniyanti,

2018) menunjukkan hasil bahwa setelah diberikan senam asma pada penderita

asma usia produktif menunjukkan adanya peningkatan kekuatan otot


7

pernafasan (arus puncak ekspirasi) nilai signifikan p ˂ 0,010, dengan

perubahan mean dari 506,81 ± 91,326 menjadi 510,38 ± 91,302. Hal ini

menunjukkan bahwa senam asma dapat meningkatkan nilai arus puncak

ekspirasi.

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul

penelitian “Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi

Pada Penderita Asma”.


8

B. Rumusan Masalah

Asma merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan

untuk bernafas karena adanya penyempitan jalan nafas. Asma dapat

disebabkan karena debu rumah tangga, asap rokok, infeksi virus atau bahkan

terpapar zat kimia. Penyakit asma bisa terjadi dari keluhan ringan, sedang,

bahkan sampai berat, ketika asma terjadi banyak penyebab dan pemicu yang

dapat mengakibatkan terjadi kambuhnya asma. Asma yang terjadi dapat

mempengaruhi proses pertukaran gas dan menyebabkan keadaan pada paru-

paru menjadi memburuk. Pada proses ekspirasi, terjadi kontraksi otot

pernapasan yang minimal sehingga diafragma terdorong ke bawah dan karbon

dioksida keluar dari paru-paru menjadi berkurang, akibatnya APE menurun.

Pasien asma akan mengalami pengurangan diameter bronkiolus selama proses

ekspirasi daripada inspirasi. Adanya sumbatan yang terjadi yang disebabkan

dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi pada saat eskpirasi. Pada

penderita asma mengalami kelemahan otot-otot pernapasan yang dapat

membuat terjadinya dypnea dan terbatasnya aktivitas. Maka dari itu perlunya

dilakukannya latihan fisik yang bertujuan untuk melatih eskpirasi dan

inspirasi dalam mengeluarkan CO2. Latihan fisik dapat mengendalikan suatu

penyakit, memperbaiki kebugaran jasmani, mengurangi kependekan napas,

dan mengurangi pengkonsumsian steroid hirup pada pasien asma. Senam

pada asma dengan melakukan gerakan-gerakan yang sudah di rancang,

bertujuan untuk melenturkan dan memperkuat otot-otot pernapasan.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah penelitian ini dapat
9

dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana Latihan Fisik Terhadap Nilai Arus

Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma ?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari Literature Review ini yaitu untuk mengetahui

bagaimana latihan fisik terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada

penderita Asma.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memaparkan informasi tentang latihan fisik terhadap nilai

arus puncak ekspirasi pada penderita Asma.

b. Mengidentifikasi artikel/jurnal yang berkaitan dengan latihan fisik

terhadap nilai arus puncak ekspirasi pada penderita Asma.

c. Untuk menganalisis artikel/jurnal yang berkaitan dengan latihan

fisik terhadap nilai arus puncak eskpirasi pada penderita Asma.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil literature review ini dapat menjadi informasi bagi para

mahasiswa keperawatan dan istitusi pendidikan keperawatan tentang

Latihan Fisik Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita

Asma.
10

2. Manfaat Bagi Institusi Penelitian

Hasil literature review ini dapat menjadi masukan bagi institusi,

tempat penelitian, guna meningkatkan pelayanan dalam lingkup

keperawatan medikal bedah.

3. Manfaat Bagi Penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang Latihan Fisik

Terhadap Nilai Arus Puncak Ekspirasi Pada Penderita Asma.

4. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai

acuan untuk melakukan riset lainnya yang dapat menggunakan variabel

lain dalam meningkatkan nilai arus puncak ekspirasi pada penderita asma.
BAB II

METODE PENCARIAN LITERATUR

A. Metode Pencarian Literatur

Penelitian ini menggunakan metode Literatur Review (LR) atau penelitian

kepustakaan. Literatur Review diartikan sebagai sebuah studi literatur secara

sistematik, jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi, mengevaluasi dan

mengumpulkan data-data penelitian yang sudah ada (Manzilati, 2017).

Tujuan penelitian adalah eksplorasi pendekatan praktis evidence based

(integrative review) yang mengarah pada analisis kritis terhadap suatu topik

dengan tujuan memberikan nilai tambah dari hasil penelitian (added

value/knowledge). Metodeologi pencarian studi pustaka, intergrative

Literature review dengan menyertakan berbagai hasil penelitian yaitu

penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method. Penulisan yang digunakan

adalah rangkuman yang menyeluruh dalam bentuk Literatur review mengenai

senam Asma terhadap nilai arus puncak ekspirasi. Protokol dan evaluasi dari

Literatur review menggunakan PRISMA flowchart untuk menentukan

penyeleksian studi yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan tujuan

Literatur review.

Metode pencarian Literatur review terdapat uraian tentang teori, temuan

dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari bahan acuan yang dijadikan

sebagai landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam Literatur review ini

diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang pemecahan


12

masalah yang sudah diuraikan dalam sebelumnya pada perumusan

masalah. Literatur review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis

tentang beberapa sumber pustaka database yang digunakan meliputi Google

Shcolar dan Pubmed tentang topik yang telah dibahas.

Formulasi keyword yang digunakan dalam Literatur review ini adalah

metode boolean. Boolean operator (AND, OR dan NOT) yang digunakan

untuk memperluas atau menspesifikan pencarian, sehingga mempermudah

dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci dalam

Literatur review ini disesuaikan dengan Medical Subject Heading (MeSH)

yaitu “Asma” dan “Latihan Fisik” dan “Arus Puncak Ekspirasi”. Metode

Boolean dalam rumusan masalah Literatur review ini adalah (Asthma) AND

(Physical Exercise) AND (Peak Expiratory Flow).

Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel nasional (berbahasa

Indonesia) yaitu: “Asma”, “Latihan Fisik”, “Arus Puncak Ekspirasi”. Dalam

pencarian database ini menggunakan Google Scholar dengan publikasi 5

tahun terakhir tahun 2016-2020 sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi,

sehingga didapatkan 13 artikel nasional. Semua pernyataan dan hasil

penelitian yang bukan berasal dari penulis harus disebutkan sumbernya, dan

tata cara mengacu sumber pustaka mengikuti kaidah yang telah ditetapkan.

Literatur review yang baik haruslah bersifat relevan, mutakhir.

Pada strategi pencarian artikel Internasional (berbahasa Inggris),

menggunakan database Google Scholar dan Pubmed, keyword yang

digunakan dalam pencarian yaitu “Asthma”, “Physical Exercise”, “Peak


13

Expiratory Flow”. Sehingga artikel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi dengan publikasi 4 tahun terakhir yaitu tahun 2017-2020 didapat,

Google Scholar sebanyak 6 artikel, dan Pubmed sebanyak 1 artikel. Jadi total

artikel yang digunakan adalah artikel nasional sebanyak 13 artikel, dan artikel

internasional sebanyak 7 artikel, jadi jumlahnya menjadi 20 artikel yang

dipilih berdasarkan kriteria dan publikasi 5 tahun terakhir.

Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder, dimana data sekunder

merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada atau hasil dari

penelitian terdahulu. Sumber data yang dimaksudkan adalah Google Shcolar

dan Pubmed yang berkaitan dengan senam asma terhadap nilai arus puncak

ekspirasi pada penderita asma.

B. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

Dari beberapa artikel yang telah dicari dari 2 database, dimana kriteria ini

menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Berikut adalah kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi:

1. Kriteria Inklusi

Menurut (Oktavia, 2015), kriteria inklusi yaitu kriteria yang subjek

penelitiannya dapat mewakili sampel pada penelitian yang dapat

memenuhi syarat sebagai sampel. Pada metode literatur ini kriteria inklusi

dalam penelitian adalah :

a. Jurnal dengan publikasi 5 tahun terakhir (2016-2020) untuk jurnal

nasional menggunakan kata kunci “Asma”, “Latihan Fisik”, dan


14

“Arus Puncak Ekspirasi”. Sedangkan untuk Jurnal Internasional

menggunakan kata kunci “Asthma”, “Physical Exercise”, “Peak

Expiratory Flow”.

b. Jurnal dalam bentuk full text (dapat diakses secara penuh).

2. Kriteria Eksklusi

Menurut (Oktavia, 2015), kriteria eksklusi yaitu kriteria yang subjek

penelitiannya tidak dapat mewakili sampel dikarenakan tidak memenuhi

syarat sebagai sampel pada penelitian. Pada metode literatur ini kriteria

eksklusi dalam penelitian adalah :

a. Jurnal berupa Skripsi, Tesis/Disertasi.

b. Jurnal tidak bisa diakses secara bebas


15

Tabel 2.1 Format PICOS dalam Literatur Review

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population/Problem Asma (Akut dan Kronis) PPOK dan TBC
Intervention Exercise, Gymnastics, Lari dan Berenang
Senam Aerobik, Yoga
Comparators Latihan Fisik, Senam -
Outcome Arus Puncak Ekspirasi -
Study Design Pre-Eksperiment, Quasi Cross sectional
Eksperiment, Clinical
Trial
Publicity Years 2016-2020 ˂ 2016
Language English, Indonesia Bahasa selain English
dan Indonesia
16

C. Strategi Pencarian Literatur

Hasil pencarian dari 2 database


dari rentan tahun kapan saja
yaitu:
Tahap Identifikasi Google Scholar (652 artikel)
Pubmed (137 artikel)
Artikel yang tidak sesuai
dengan kriteria inklusi dan
kriteria eksklusi:

Google Scholar (301 artikel)


Pubmed (119 artikel)
Hasil skrining judul dan abstrak
pada artikel :
Tahap Skrining
Google Scholar (351 artikel)
Pubmed (18 artikel)

Jenis tools Critical Appraisal


yang digunakan dalam
desain ini adalah Olsen and
Basich Scoring – Study
Design
Hasil analisis full text dan
Tahap Kelayakan kelayakan berdasarkan
kesesuaian yang dicapai:
Google Scholar (19 artikel)
Pubmed (1 artikel)

Total artikel akhir yang


Analisis Artikel digunakan yaitu
sebanyak 20 artikel

Skema 2.1 Proses Pemilihan Artikel


17

Tabel 2.2 Hasil Critical Appraisal dengan Olsen Baisch Scoring

Author Tipe Sampling Detail Analisis Skor


Studi Metode

(Delima 6 3 1 3 13
Ritonga,
Ramadhaniyanti,
2018)

(Erik Kusuma, 6 3 1 3 13
2020)

(Widiati & 6 2 1 3 12
Jamaluddin,
2018)

(Saetikho & 6 3 1 2 12
Ambarwati,
2017)

(Keristina Ajul, 6 3 1 3 13
Yakobus
Siswadi, 2020)

(Agista 6 2 1 3 12
Permadani,
Mardiyono,
2019)

(Eka Priya, 6 2 1 3 12
2020)

(Sathya, 6 3 1 2 12
Fathima, &
Paul, 2019)

(Agnihotri, 6 2 1 3 12
Kant, Kumar,
Mishra, &
Mishra, 2016)

(Nur, Amin, 6 2 1 2 11
Sajidin, &
18

Kurniawati,
2020)

(Lin et al., 2017) 6 2 1 3 12

(Nuari, 2017) 6 2 1 3 12

(Putriani, 6 2 1 3 12
Ambarwati, &
Muniroh, 2018)

(Teguh 6 2 1 2 11
Kurniawan,
Abdul Ghoni,
Rahmawati,
2018)

(Udayani, Amin, 6 3 1 3 13
2020)

(Kartikasari, 6 3 1 2 12
Jenie, &
Primanda, 2019)

(Made 6 2 1 3 12
Mahaguna
Putra, Sriyono,
2017)

(Budi Antoro, 6 3 0 2 11
2019)

(Tarenaksa 6 3 1 2 12
Suranggana,
Koesbaryanto,
2018)

(Pushpa & 6 3 0 2 11
Sharma, 2018)
19

D. Penilaian Kualitas

Penilaian kualitas jurnal dapat dilakukan dengan critical appraisal

untuk mengetahui bias dari hasil penelitian. Adapun jenis tool critical

appraisal yang digunakan dalam design penelitian ini adalah Olsen and

Baisch Scoring-Study Design. Pokok pokok assessment dapat dihitung

kuantitatif dalam Olsen Baisch Scoring yang mengandung 4 rigor kriteria

yaitu tipe studi, teknik sampling, detail pengumpulan data dan teknik

analisis data (Olsen & Baisch, 2014).

Tabel 2.3 Olsen and Baisch Scroring

Penilaian Skor

Tipe Study 3 = Studi Kualitatif


4 = Studi Kuantitatif
5 = Studi mixed method
6 = Clinical trial (quasi
eksperiment)

Teknik Sampling 0 = Tidak dijelaskan


2 = Purposive/matching
3 = Random/total sampling

Detail Pengumpulan Data 0 = Tidak dijelaskan


1 = Metode pengumpulan data
dijelaskan

Teknik Analisis Data 1 = Naratif


2 = Deksriptif statistik
3 = Statistik inferensial

Berdasarkan ekstraksi data dan data pooling yaitu meringkas hasil

Literatur yang digabungkan dengan tabel konten. Dalam tabel konten

berisi author, DSVIA (Desain, Jumlah Sampel, Variable Penelitian, Nama


20

Instrumen atau Kusioner, Metode Analisis), outcome dan hasil penelitian.

Adapun penilaian dari tipe studi dimana sudah ditentukan dengan skor

yaitu Studi kualitatif= 3, Studi kuantitatif= 4, Studi mixed method= 5 ,

Clinical trial (quasi experiment dan rct)= 6. Pada Penilaian teknik

sampling dengan kriteria Tidak dijelaskan= 0, Convinence sampling= 1,

Purposive/matching= 2, Random/total sampling= 3. Pada penilaian detail

pengumpulan data yaitu Tidak dijelaskan= 0, metode pengumpulan data

dan instrumen (kusioner/pengukuran lain) dijelaskan= 1, dan pada

penilaian teknik analisa data yaitu Naratif= 1, Deskriptif statistik= 2,

Statistik inferensial= 3. Dari hasil penjumlahan 4 rigor kriteria tersebut

semakin besar hasil penjumlahan yang di dapat maka semakin bagus jurnal

yang gunakan dalam penelitian ini.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Temuan

Pada penelitian ini menggunakan metode literature review yang

mengidentifikasikan 20 artikel jurnal kesehatan yang dipublikasikan

minimal 5 tahun terakhir 2016-2020 yang berhubungan dengan judul

penelitian. Jurnal kesehatan ini telah melalui proses seleksi dan hasil

review disajikan dalam bentuk tabel yang menjelaskan tentang

penulis/peneliti, judul artikel, tahun, sampel, method, dan output (hasil).

21
22

B. Hasil Review Jurnal

Tabel 3.1 Review Artikel

Metode
Peneliti Judul Tujuan Karakteristik Sampel (Desain, Sampel, Hasil Penelitian
Variabel,
Instrument, Analisa)

1 2 3 4 5 6

(Delima Pengaruh Senam Tujuan dari 1. Penderita asma Desain : Pre Hasil penelitian ini
Ritonga, Asma Terhadap penelitian ini adalah usia produktif eksperiment dengan mengungkapkan bahwa
Ramadhaniyanti, Peningkatan untuk mengetahui 2. Rentang usia (15- desain one group setelah diberikannya senam
2018) Kekuatan Otot pengaruh senam 49 tahun) dan (50- pretest and posttest. asma pada penderita asma
Pernafasan (Arus asma terhadap 64 tahun). Sampel : Sampel usia produktif yaitu adanya
Google Scholar Puncak Ekspirasi) peningkatan dalam penelitian peningkatan kekuatan otot
Pada Penderita Asma kekuatan otot adalah penderita asma pernafasan (arus puncak
Usia Produktif di pernafasan (arus usia produktif di ekspirasi) yang ditunjukkan
Wilayah Kerja puncak ekspirasi) wilayah kerja oleh uji t berpasangan yang
Puskesmas Kampung pada penderita asma Puskesmas Kampung memberikan nilai signifikan
Dalam Pontianak usia produktif di Dalam Pontianak p<0,010, dengan perubahan
Timur wilayah kerja Timur yaitu sebanyak mean dari 506,81 ± 91,326
Puskesmas 16 sampel dengan menjadi 510,38 ± 91,302.
Kampung Dalam teknik total sampling. Kesimpulan :
Pontianak Timur. Variabel : Senam Dari penelitian ini dapat
asma disimpulkan bahwa adanya
23

Instrument : pengaruh senam asma


Skrinning lembar terhadap peningkatan
observasi, dengan kekuatan otot pernafasan
melihat skor arus (arus puncak ekspirasi)
puncak ekspirasi pada pada penderita asma usia
penderita asma, alat produktif di Wilayah Kerja
ukur peak flow meter. Puskesmas Kampung
Analisa : Teknik Dalam Pontianak TImur.
analisa data Sehingga senam asma
menggunakan analisa sebaiknya menjadi program
univariat dan bivariat intervensi keperawatan
(uji t berpasangan). pada manajemen asma
untuk dapat meningkatkan
kekuatan otot pernafasan
dan fungsi paru pasien
asma.

(Erik Kusuma, Pengaruh Senam Tujuan dari Penderita asma yang di Desain : Penelitian Hasil penelitian ini
2020) Asma Terhadap penelitian ini adalah rawat di Poli asma RSUD pre eksperimen mengungkapkan bahwa
Kemampuan untuk mengetahui Bangil dengan desain setelah dilakukan senam
Google Scholar Pernapasan Penderita pengaruh senam penelitian one group rata-rata kemampuan
Asma di Poli Asma asma terhadap pre – post test. pernapasan (APE) sebelum
RSUD Bangil kemampuan Sampel : Sampel senam 208 liter/menit dan
pernapasan dalam penelitian setelah melakukan senam
penderita Asma di adalah penderita asma meningkat menjadi 304
Poli Asma RSUD yang ada di Poli liter/menit, uji statistik
Bangil. Asma RSUD Bangil, didapatkan nilai p : 0,000
pada bulan Maret - (< α : 0,05) yang artinya
24

April 2019 yaitu ada pengaruh senam asma


sampel sebanyak 31 terhadap kemampuan
orang dengan teknik pernapasan pada penderita
total sampling. Asma di Poli RSUD Bangil.
Variabel : Senam Kesimpulan :
asma Dari penelitian ini dapat
Instrument : disimpulkan bahwa senam
Pemberian intervensi secara rutin dapat
berupa senam asma, meningkatkan kemampuan
mengukur APE pernapasan dan dapat
menggunakan peak memperbaiki kualitas hidup
flow meter hasil penderita asma.
pengukuran dicatat
dalam lembar
observasi.
Analisa : Teknik
analisa bivariat
menggunakan uji
paired t-test.

(Widiati & Terapi Peregangan Tujuan dari 1. Pasien asma usia Desain : Eksperimen Hasil penelitian ini
Jamaluddin, Otot Pernafasan penelitian ini adalah 20-60 tahun semu (Quasi mengungkapkan bahwa ada
2018) Untuk Kapasitas Vital untuk mengetahui 2. Pasien dengan Eksperiment). perbedaan kapasitas vital
Paru Pasien Asma pengaruh terapi suhu normal Sampel : Sampel paru antara dua kelompok
peregangan otot 3. Frekuensi nafas dalam penelitian rata-rata kapasitas vital paru
pernafasan terhadap 20-24 kali/menit adalah sebanyak 30 sebelum diakukan latihan
Google Scholar kapasitas vital paru sampel dengan teknik nafas adalah 52,67% dan
pasien asma. Purposive Sampling. sesudah laithan menjadi
25

Variabel : Terapi 59,00% (p value : 0.001)


peregangan dan latihan peregangan otot
Instrument : pernafasan lebih efektif
Spirometry untuk meningkatkan kapasitas
mengukur kapasitas vital paru pasien asma
paru dan lembar Kesimpulan :
observasi kapasitas Dari penelitian ini dapat
vital paru. disimpulkan bahwa ada
Analisa : Uji statistik pengaruh terapi peregangan
berupa Uji T Paired otot pernafasan terhadap
kapasitas vital paru pasien
asma, dan latihan
peregangan otot pernafasan
lebih efektif untuk
meningkatkan kapasitas
vital paru pasien asma.

(Saetikho & Perbedaan Arus Tujuan dari 1. Wanita usia 18-25 Desain : Penelitian Hasil dari penelitian ini
Ambarwati, Puncak Ekspirasi penelitian ini adalah tahun quasi eksperimental, menunjukkan bahwa rata-
2017) Sebelum dan Sesudah untuk mengetahui 2. Tidak mengikuti one group pretest rata nilai pre test sebesar
Senam Pilates Pada adanya perbedaan olahraga lain posttest design 351,88 dan rata-rata nilai
Wanita Usia Muda nilai arus puncak 3. Indeks masa tubuh Sampel : Sampel post test dalam penelitian
Google Scholar ekspirasi sebelum normal (18,50- dalam penelitian sebesar 396,25. Uji
dan sesudah senam 24,99 kg/m2) adalah sebanyak 16 hipotesis dengan Wilcoxon
pilates. sampel dengan antara pre dan post
purposive sampling. didapatkan nilai p= 0.0004,
Variabel : Senam karena p<0.05, terdapat
Pilates perbedaan yang bermakna.
26

Instrument : Mini Kesimpulan :


wright peak flow Dari penelitian ini dapat
meter disimpulkan bahwa adanya
Analisa : Uji perbedaan yang bermakna,
normalitas dengan uji semua nilai rerata arus
Saphiro-Wilk, uji puncak ekspirasi subjek
hipotesis penelitian mengalami
menggunakan uji peningkatan setelah
Wilcoxon. mengikuti senam pilates.

(Keristina Ajul, Pengaruh Tujuan dari 1. Usia ≥18 tahun Desain : Quasi Hasil penelitian ini
Yakobus Incorporating penelitian ini adalah 2. Penderita asma eksperimental dengan mengungkapkan bahwa uji
Siswadi, 2020) Progressive Muscle untuk mengetahui derajat ringan dan desain pre test and beda paired sample t-test
Relaxation dan adanya pengaruh sedang post test control pada kelompok intervensi
Google Scholar Diaphragm Breathing Incorporating 3. Pasien yang tinggal group. menunjukkan perbedaan
Exercise terhadap Progressive Muscle di Palembang Sampel : Sampel yang signifikan APE
Aliran Puncak Relaxation dan 4. Pasien yang bersedia dalam penelitian sebelum dan sesudah
Ekspirasi Pasien Diaphragm menjadi responden penderita asma intervensi (65,05% vs
sampai selesai derajat ringan dan
Asma Breathing Exercise 81,17%, p=0,00), uji
dengan bukti
terhadap sedang sebanyak 80 independen t-test
menandatangani
peningkatan aliran informed consent responden, 60 orang menunjukkan perbedaan
puncak ekspirasi 5. Tidak mengalami pada kelompok yang signifikan APE
(APE) pasien asma. gangguan intervensi kelompok intervensi
musculoskeletal. incorporating dengan kelompok kontrol
progressive muscle (81,17% vs 65,10%,
relaxation dan p=0,00).
diaphragm breathing Kesimpulan :
exercise dan 20 orang Dari penelitian ini dapat
27

pada kelompok disimpulkan bahwa adanya


control yaitu dengan latihan Incorporating
teknik random Progressive Muscle
sampling. Relaxation dan Diaphragm
Variabel : Breathing Exercise dapat
Incorporating berpengaruh dalam
Progressive Muscle peningkatan APE.
Relaxation dan
Diaphragm Breathing
Exercise.
Instrument : Lembar
data demografi,
lembar pelaksanaan
latihan dan peak flow
meter.
Analisa : Analisis
univariat dan uji beda.

(Agista The Combination of Tujuan dari 1. Pasien yang Desain : Quasi Hasil penelitian ini
Permadani, Alkaline Water penelitian ini adalah bersedia eksperimen dengan menjelaskan bahwa
Mardiyono, Provision and untuk mengetahui menandatangi desain pre-test and terdapat perbedaan nilai
2019) Asthma-Induced kombinasi informed consent post-test with control arus puncak ekspirasi yang
Gymnastics Towards pemberian air alkali oleh pasien sendiri group. signifikan selama 14 hari
Peak Expiratory Flow dan senam asma atau keluarganya Sampel : Sampel pada kelompok intervensi
Rate of Asthma terhadap arus 2. Pasien asma pada dalam penelitian dan kelompok kontrol
Google Scholar Patients at Surabaya puncak ekspirasi klasifikasi adalah pasien asma, (p<0,001). Terdapat
Lung Clinic, pasien asma di intermiten dan yaitu sampel peningkatan rata-rata nilai
Indonesia Klinik Paru persisten, dewasa sebanyak 30 orang arus puncak ekspirasi untuk
28

Surakarta, (> 18 tahun), yang yang terdiri dari setiap pengukuran pada
Indonesia. tidak dalam kelompok intervensi kedua kelompok, namum
kondisi parah. dan kelompok pada penelitian ini
kontrol, dengan menunjukkan bahwa
teknik purposive kelompok intervensi
sampling. memiliki peningkatan yang
Variabel : Alkaline lebih tinggi dibandingkan
Water Provision and dengan kelompok kontrol.
Gymnastics Kombinasi air alkali dan
Instrument : senam yang diinduksi
Menggunakan lembar secara efektif dan signifikan
observasi dan meningkatkan nilai arus
mengukur arus puncak ekspirasi pada hari
puncak ekspirasi ke-8 (p=0,039) dan hari ke -
menggunakan peak 14 (p=0,012).
flow meter. Kesimpulan :
Analisa : Uji Dari penelitian ini dapat
normalitas data disimpulkan bahwa
menggunakan Uji pemberian senam asma
Shapiro-Wilk dan Z- efektif dalam meningkatkan
Score, uji nilai arus puncak ekspirasi
homogenitas sebesar 45% (pada
menggunakan uji one kelompok kontrol)
way ANOVA. Uji sedangkan keefektifan
statistik General meningkat menjadi 65%
Linear Model. bila pasien diberikan
kombinasi air alkali dan
senam asma yang diinduksi
29

(pada kelompok intervensi).

(Eka Priya, Effectiveness of The Tujuan penelitian ini 1. Pasien asma di Desain : Quasi Hasil penelitian ini
2020) Active Cycle adalah untuk Puskesmas eksperimen dengan menjelaskan bahwa rata-
Breathing Technique menganalisis Kedungkandang desain pre-post test. rata nilai pre test 290 ± 71,3
on The Peak efektivitas teknik 2. Usia 26-45 tahun Sampel : Sampel dan nilai post test 300 ±
Expiratory Flow Rate pernapasan siklus dalam penelitian 73,8, p grade <0,05 yang
(PEFR) in Asthma aktif terhadap PEFR adalah pasien asma di artinya ada pengaruh yang
Google Scholar Patient pada pasien asma. Puskesmas signifikan antara teknik
Kedungkandang, pernapasan siklus aktif
Kota Malang, terhadap grade PEFR.
Provinsi Jawa Timur, Peningkatan derajat PEFR
Indonesia pada bulan pada penderita asma mulai
Februari-Maret 2018, terlihat pada minggu ketiga
yaitu sebanyak 25 sampai akhir minggu
sampel dengan teknik keempat.
Purposive sampling Kesimpulan :
Variabel : Active Dari penelitian ini dapat
Cycle Breathing disimpulkan bahwa ada
Instrument : pengaruh yang signifikan
Menggunakan alat dari teknik pernapasan
ukur Peak Flow siklus aktif terhadap nilai
Meter. PEFR pada pasien asma,
Analisa : Uji meskipun peningkatannya
Wilcoxon. tidak merata di antara
semua peserta penelitian.
Pengobatan secara terus
menerus dapat
30

meningkatkan nilai PEFR,


namun hal tersebut
dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti usia (tahun),
pendidikan, latar belakang,
lingkungan tempat kerja
dan penanganan asma
sendiri oleh pasien.

(Sathya et al., Impact of Exercising Tujuan dari 1. Kelompok usia 18- Desain : Pre Hasil dari penelitian ini
2019) With Acapella on penelitian ini adalah 25 tahun eksperimen. adalah perbandingan nilai
Peak Expiratory of untuk mengetahui 2. Menderita asma Sampel : Sampel rata-rata Pre Test dan Post
Chronic Asthmatics pengaruh latihan kronis. dalam peneltian Test pada Peak Expiratory
Google Scholar Acapella terhadap adalah pasien asma Flow Meter (PEFR),
PEFR penderita usia remaja 18-25 menunjukkan perbedaan
asma kronis. tahun di Falkutas Mean yang signifikan
Fisioterapi, ACS antara Pre Test (214) dan
Medical College dan Post Test (274) pada
Rumah Sakit yaitu P≤0.000. Peningkatan ini
sebanyak 50 sampel, sangat signifikan pada
dengan teknik penderita asma kronis yang
Purposive Sampling. berolahraga dengan
Variabel : Exercising Acapella.
With Acapella Kesimpulan :
Instrument : Dari penelitian ini dapat
Formulir penilaian disimpulkan bahwa
dan informed consent, Acapella lebih berpengaruh
skrinning PEFR pada penderita asma kronis
31

menggunakan dan karena dapat mencegah


pengukur aliran kolapsnya alveoli secara
puncak Wright. dini. Karena
Analisa : Deskriptif menggabungkan manfaat
Statistik. tekanan ekspirasi positif
atau terapi PEP dengan
getaran saluran napas, yang
membuat pernafasan
melawan resistensi.

(Agnihotri et al., The Assessment of Tujuan dari 1. Pasien asma Desain : Quasi Hasil penelitian ini
2016) effects of Yoga On penelitian ini adalah persisten ringan Eksperiment menjelaskan bahwa tidak
Pulmonary Functions untuk menilai atau sedang Sampel : Sampel ada perubahan yang
Google Scholar in Asthmatic Patients: keefektifan yoga 2. Pasien berusia 12- dalam penelitian ditemukan pada variabel
A Randomized pada fungsi paru 60 tahun. adalah sebanyak 276 spirometri pada “kelompok
Controlled Study pada pasien asma. responden kontrol” selama penelitian.
Variabel :Yoga Sebaliknya, “kelompok
Instrument : yoga” mendapat
Spirometri peningkatkan yang lebih
Analisa : Analisis baik secara signifikan
statistic menggunakan dalam variabel spirometrik.
perangkat lunak Kesimpulan :
GraphPad inSat versi Dari penelitian ini dapat
3.05 Inc. disimpulkan bahwa yoga
dapat menjadi terapi dalam
standar pengobatan medis
untuk pengelolaan asma
yang kebih baik.
32

(Nur et al., The Effect of Tujuan dari 1. Pasien usia 17-60 Desain : Quasi Hasil penelitian ini
2020) Combination penelitian ini adalah tahun baik eksperimen dengan menjelaskan bahwa adanya
Pranayama Yoga and untuk menganalisis komunikasi oral desain pretest-posttest perbedaan yang signifikan
Endurance Training kombinasi latihan 2. Penderita asma control group design. tingkat FPEF dan control
Exercise on Peak yoga pranayama dan stabil serta mampu Sampel : Sampel asma sebelum dan sesudah
Expiratory Flow latihan ketahanan duduk dan berdiri dalam penelitian ini 6 minggu intervensi
Google Scholar (PEF) in Adult untuk peningkatan tanpa bantuan adalah pasien asma di kombinasi yoga pranayama
Asthamatic Patients arus puncak orang lain dan alat. Poliklinik Paru RSU dan latihan ketahanan pada
ekspirasi. Universitas Airlangga kelompok intervensi
dan RSUD Haji diperoleh nilai signifikan
Surabaya Jawa Timur, (p<0,05) dengan p = 0,000
yaitu sebanyak 72 dan kontrol asma pada
sampel dengan teknik intervensi kelompok
purposive sampling (p<0,05) dengan p = 0.000
Variabel : hasil penelitian
Pranayama Yoga and menunjukkan bahwa
Endurance Training dengan berlatih yoga
Exercise pranayama dan latihan
Instrument : Latihan ketahanan dapat
yoga pranayama dan meningkatkan FPEF dan
latihan ketahanan pengendalian asma.
dengan menggunakan Kesimpulan :
lembar informed Dari penelitian ini dapat
consent, Standard disimpulkan bahwa Yoga
Operating Procedures pranayama dan latihan
(SPO), instruktur, ketahanan dapat digunakan
modul pelatihan dan sebagai terapi pelengkap
lembar karakteristik dalam mendukung terapi
33

responden. Dalam farmakologis untuk


pengukuran meningkatkan FPEF dan
menggunakan Peak mengontrol asma.
Flow Meter.
Analisa : Uji
Wilcoxon.

(Lin et al., 2017) Tai-Chi-Chuan Tujuan penelitian ini Anak penderita asma Desain : Clinical Hasil penelitian
Exercise Improves adalah untuk ringan tanpa minum Trial menjelaskan bahwa TCC
Pulmonary Function mengetahui pengontrol obat. Sampel : Sampel dapat meningkatkan fungsi
and Decreases peningkatan fungsi dalam penelitian paru dan mengurangi
Pubmed Exhaled Nitric Oxide paru-paru, sebanyak 38 siswa, peradangan saluran napas
Level in Both peradangan saluran terdiri dari 20 anak pada anak-anak dengan
Asthmatic and napas, dan kualitas penderita asma dan 18 asma ringan dan mereka
Nonasthmatic hidup anak-anak anak non- penderita yang tidak memiliki asma.
Children and penderita asma asma dengan Ini juga meningkatkan
Improves quality of setelah TCC. purposive sampling. kualitas hidup pada anak-
Life in Children with Variabel : Tai-Chi- anak penderita asma ringan.
Asthma Chuan Exercise Kesimpulan :
Instrument : Dari penelitian ini dapat
Menggunakan disimpulkan bahwa TCC
kuisioner dinilai dari sebagai bentuk latihan
Pediatric Asthma alternatif bermanfaat bagi
Quality of Life anak-anak penderita asma.
Question naire
(PAQLQ), spirometer
Micro Medical Super
Spiro.
34

Analisa : Analisis
statistik, uji Kruskal-
Wallis atau uji Mann-
Whitney. Wilcoxon
matched pairs signed-
rank test.

(Nuari, 2017) Peningkatan Nilai Tujuan penelitian ini 1. Pasien Asma Desain : Pre Hasil penelitian
Peak Expiratory Flow adalah untuk Bronchiale yang Eksperimen dengan mengungkapkan bahwa
Rate (PEFR) Pada mengetahui bersedia menjadi rancangan One Group sebagian besar responden
Pasien Asma efektifitas metode responden dan Pre-Post Test. (90%) mengalami
Bronkiale Dengan pranayama berusia 18-70 Sampel : Sampel peningkatan nilai PEFR
Metode Pranayama breathing terhadap tahun dalam penelitian setelah melakukan
Google Scholar nilai Peak 2. Pasien tidak adalah pasien Asma intervensi pranayama
Expiratory Flow mengalami status Bronchiale di wilayah breathing. Dari hasil
Rate (PEFR). asmatikus Puskesmas Bendo analisa uji Paired T Test
3. Pasien Asma Kendiri, yaitu pada nilai PEFR didapatkan
Bronchiale yang sebanyak 10 orang p = 0,001 dan pada
tidak tergantung dengan teknik frekuensi kekambuhan
obat bronkodilator. Purposive Sampling. asma didapatkan p = 0,003.
Variabel : Kesimpulan :
Pranayama Dari penelitian ini dapat
Instrument : disimpulkan bahwa ada
Mengukur nilai PEFR pengaruh pranayama
menggunakan alat breathing dengan nilai
Flow meter dan PEFR dan frekuensi
frekuensi kekambuhan Asma
kekambuhan pada Bronchiale. Ada pengaruh
35

pasien Asma signifikan pada pranayama


Bronchiale breathing dengan nilai
menggunakan lembar PEFR pada pasien Asma
checklist. Bronchiale di wilayah
Analisa : Uji Puskesmas Bendo Kendiri.
dependent sample t
test (Paired T Test)
dengan α (taraf
kesalahan) sebesar
5%.

(Putriani et al., Perbedaan Nilai Arus Tujuan dari 1. Mahasiswa Desain : Hasil penelitian ini
2018) Puncak Ekspirasi penelitian ini untuk Program Studi Eksperimental dengan menjelaskan bahwa
Sebelum dan Sesudah mengetahui adanya Kedokteran rancangan terdapat peningkatan APE
Latihan Skipping Pada perbedaan nilai APE Universitas comparison group yang bermakna (p=0.000)
Google Scholar Dewasa Muda sebelum dan sesudah Diponegoroyang pre-test dan post-test setelah melakukan latihan
latihan skipping berusia 18-22 design. skipping dan perbedaan
pada dewasa muda. tahun Sampel : Sampel APE yang bermakna jika
2. Tidak terdapat dalam penelitian dibandingkan dengan
kelainan adalah pasien asma kelompok kontrol
neuromuskuloskel dengan jumlah (p=0.000). Peningkatan
etal. sampel 20 responden APE kelompok perlakuaan
3. Mampu yang terbagi menjadi pada laki-laki lebih besar
melakukan 2 kelompok dengan dibandingkan dengan
olahraga skipping. teknik purposive perempuan (p=0.538)
sampling. Kesimpulan :
Variabel : Latihan Dari penelitian ini dapat
Skipping disimpulkan bahwa latihan
36

Instrument : skipping meningkatkan


Menggunakan mini APE pada dewasa muda.
wright peak flow
meter
Analisa : Uji t
berpasangan dan uji
Mann-Whitney.

(Teguh Pengaruh Senam Tujuan penelitian ini Pasien asma di Balai Desain : Pre- Hasil penelitian ini
Kurniawan, Asma Indonesia untuk mengetahui Besar Kesehatan Paru Experiment dengan menjelaskan bahwa nilai
Abdul Ghoni, Terhadap Kontrol pengaruh SAI Masyarakat (BBKPM) desain pre test and rata-rata nilai ACT pre test
Rahmawati, Asma Pasca Penderita terhadap kontrol Surakarta. post test design 18,34 dengan standar
2018) Asma di Balai Besar asma pada pasien without control. deviasi 4,527 dan rata-rata
Kesehatan Paru asma. Sampel : Sampel nilai ACT post test 20,56
Masyarakat dalam penelitian dengan standar deviasi
(BBKPM) Surakarta adalah pasien asma di 3,671.
Google Scholar BBKPM Surakarta Kesimpulan :
yaitu sebanyak 32 Dari penelitian ini dapat
sampel dengan teknik disimpulkan bahwa setalah
purposive sampling. dilakukan analisis Wilcoxon
Variabel : Senam signed test didapatkan nilai
asma p=0,000 (p<0,05) terdapat
Instrument : Lembar pengaruh SAI terhadap
observasi kontrol asma pada pasien
menggunakan asma di BBKPM Surakarta.
kuosioner Asthma
Control Test (ACT).
Analisa :
37

Menggunakan analisis
wilcoxon signed test.

(Udayani, Amin, Pengaruh Kombinasi Tujuan penelitian ini 1. Pasien asma yang Desain : Quasi Hasil penelitian ini
2020) Teknik Pernapasan untuk menganalisis berusia 18-60 eksperimental dengan menjelaskan bahwa adanya
Butekyo dan Latihan pengaruh kombinasi tahun. desain pretest-posttest perbedaan yang signifikan
Berjalan Terhadap teknik pernapasan 2. Asma stabil control group design. nilai kontrol asma antara
Kontrol Asma Pada Butekyo dan latihan 3. Fungsi Sampel : Sampel sebelum dan sesudah 4
Pasien Asma Dewasa berjalan terhadap pendengaran dan dalam penelitian minggu dan 8 minggu
kontrol asma. penglihatan baik adalah pasien asma intervensi pada kelompok
Google Scholar 4. Mempunyai fisik yang berusia 18-60 perlakuaan dengan
dan mental yang tahun, yaitu sebanyak didapatkan nilai p=0.000
sehat 76 sampel dengan (p<0,05).
5. Pasien belum teknik simple random Kesimpulan :
pernah mengikuti sampling. Dari penelitian ini dapat
latihan napas dan Variabel : disimpulkan bahwa
atau latihan fisik. Pernapasan Butekyo kombinasi teknik
dan Latihan Berjalan pernapasan Buktekyo dan
Instrument : latihan berjalan
Menggunakan Asthma meningkatkan kontrol asma
Control Test (ACT). melalui mekanisme
Analisa : pernapasan CO2 dan
Menggunakan SPSS produksi nitric oxide yang
22 dengan GLM-RM berefek bronkodilatasi dan
(General Linear melalui penurunan mediator
Model-Repeated inflamasi sehingga dapat
Measure) ANOVA. menurunkan gejala asma.

(Kartikasari et Latihan Pernapasan Tujuan penelitian ini 1. Penderita asma Desain : True Hasil penelitian ini
38

al., 2019) Diafragma adalah untuk derajat ringan dan eksperiment dengan menjelaskan bahwa adanya
Meningkatkan Arus menguji pengaruh sedang desain pretest-posttest perbedaan yang signifikan
Puncak Ekspirasi latihan pernapasan 2. Sedang menjalani with control group. rerata selisih APE
(APE) dan diafragma terhadap terapi obat asma Sampel : Sampel kelompok intervensi (mean
Menurunkan peningkatan Arus 3. Indeks Masa dalam penelitian 126,43 ± 22,05 L/menit)
Google Scholar Frekuensi Puncak Ekspirasi Tubuh (IMT) 18– adalah pasien asma dan kelompok kontrol
Kekambuhan Pasien (APE) dan 24 rawat jalan di Rumah (mean 52,14 ± 56,45
Asma penurunan frekuensi 4. Tidak merokok Sakit Yogyakarta, L/menit) dengan p 0,001,
kekambuhan pasien 5. Belum pernah yaitu sebanyak 28 serta terdapat perbedaan
asma. melakukan latihan sampe dengan teknik yang signifikan rerata
pernapasan selama random sampling. selisih frekuensi
2 bulan terakhir Variabel : kekambuhan kelompok
6. Tidak sedang Pernapasan intervensi (mean 1,29 ±
dalam serangan Diafragma 0,61) dan kelompok kontrol
asma. Instrument : (mean 0,79 ± 0,57) dengan
Pengukuran APE nilai p 0.038.. Latihan
menggunakan peak pernapasan diafragma
flow meter dan menjadi pertimbangan
frekuensi dalam penatalaksanaan
kekambuhan dicatat pasien asma.
dengan lembar Kesimpulan :
catatan observasi. Dari penelitian ini dapat
Analisa : Analisis disimpulkan bahwa terdapat
bivariat dengan peningkatan APE lebih
Paired T-test, Mann tinggi pada kelompok
Whitney. pasien asma ringan-sedang
yang mendapatkan latihan
pernapasan diafragma
39

dibandingkan dengan
kelompok asma ringan-
sedang yang tidak
mendapatkan latihan
pernapasan diafragma.
Selain itu, terdapat
penurunan frekuensi
kekambuhan lebih tinggi
pada kelompok pasien asma
ringan-sedang yang
mendapatkan latihan
pernapasan diafragma
dibandingkan dengan
kelompok pasien asma
ringan-sedang yang tidak
mendapatkan latihan
pernapasan diafragma.

(Made Yoga Pranayama Tujuan penelitian ini 1. Penderita asma Desain : Quasi Hasil penelitian ini
Mahaguna Increases Peak untuk mengetahui derajat sedang eksperimental dnegan menjelaskan bahwa
Putra, Sriyono, Expiratory Flow pengaruh Yoga sampai berat desain two group pre- terdapat perbedaan PEF
2017) (PEF) in Patient with Pranayama terhadap 2. Usia 20-45 tahun. post test design. yang signifikan (p = 0,00),
Asthma peningkatan fungsi Sampel : Sampel tetapi tidak ada pengaruh
paru penderita asma dalam penelitian yang signifikan terhadap
Google Scholar di Puskesmas IV adalah pasien asma di nilai SaO2 (p = 0,10). Yoga
Denpasar Selatan. Puskesmas IV Pranayama dapat
Denpasar Selatan, meningkatkan volume tidal
dengan jumlah dan nilai PEF meningkat.
40

sampel sebanyak 12 Kesimpulan :


pasien asma, yang Dari penelitian ini dapat
terdiri dari 6 disimpulkan bahwa Yoga
kelompok intervensi Pranayama berpengaruh
dan 6 kelompok terhadap peningkatan Peak
kontrol. Dengan Expiratory Flow (PEF)
teknik purposive karena peningkatan volume
sampling. tidal tetapi saturasi oksigen
Variabel : Yoga (SaO2) tidak berpengaruh
Pranayama signifikan yang mungkin
Instrument : disebabkan oleh faktor-
Menggunakan peak faktor yang mempengaruhi
flow meter dan pulse nilai saturasi oksigen
oximetry. (SaO2) adalah gangguan
Analisa : Uji t peredaran darah
berpasangan dan uji t kardiovaskuler,
independen. peningkatan laju
metabolism, anemia dan
penurunan konsentrasi
oksigen inspirasi.

(Budi Antoro, Pengaruh Senam Penelitian ini Pasien asma di Rumah Desain : Quasi Hasil penelitian ini
2019) Asma Terstruktur bertujuan untuk Sakit Umum Abdul eksperimental dengan menjelaskan bahwa ada
Terhadap Jarak mengidentifikasi Moeloek desain pretest-postest perbedaan bermakna antara
Relapse pengaruh senam with control group jarak kekambuhan (relapse)
(Kekambuhan) Pasien asma terstruktur design. sebelum dan sesudah pada
Google Scholar Asma terhadap jarak Sampel : Sampel kelompok intervensi
kekambuhan pada dalam penelitian (p=0.023); tidak ada
41

pasien asma di adalah pasien asma di perbedaan bermakna antara


perkumpulan senam Rumah Sakit Umum jarak kekambuhan (relapse)
asma RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek, yaitu sebelum dan sesudah pada
Abdul Moeloek sebanyak 34 orang control (p=0.059); tidak ada
Provinsi Lampung. dengan teknik perbedaan jarak
Purposive sampling. kekambuhan (relapse) antar
Variabel : Senam kelompok (p=0.375).
asma Kesimpulan :
Instrument : Lembar Dari penelitian ini dapat
observasi disimpulkan bahwa jarak
Analisa : Uji T- kekambuhan (relapse) pada
dependent kelompok intervensi
berbeda bermakna antara
sebelum dan sesudah
intervensi. Sedangkan pada
kelompok kontrol tidak ada
perbedaan bermakna antara
sebelum dan sesudah. Tidak
ada perbedaan bermakna
antara jarak kekambuhan
(relapse) kelompok
intervensi dna kontrol.

(Tarenaksa Pengaruh Senam Tujuan penelitian ini 1. Pasien asma Desain : Quasi Hasil penelitian ini
Suranggana, Asma Bronkhial untuk menganalisis 2. Rentang usia 31- eksperimen dengan menjelaskan bahwa
Koesbaryanto, Terhadap Frekuensi pengaruh senam 40 tahun. control group design. karakteristik responden
2018) Kekambuhan Pasien asma bronkhial Sampel : Sampel berdasarkan kategori usia,
Asma Bronkhial Di terhadap frekuensi dalam penelitian jenis kelamin, dan
42

Puskesmas Penujak kekambuhan pasien adalah pasien asma pendidikan secara berturut-
Lombok Tengah Nusa asma bronkhial Di bronkhial yaitu turut dari kategori usia 20-
Tenggara Barat Puskesmas Penujak sebanyak 55 sampel 50 tahun, usia 31-40
Google scholar Lombok Tengah, dengan teknik total merupakan kelompok usia
Nusa Tenggara sampling. terbanyak dengan nilai
Barat Tahun 2018. Variabel : Senam 45,5%; pada kategori jenis
asma kelamin, perempuan
Instrument : Dengan mendominasi laki-laki
cara time series pada dengan nilai 81,8%;
kelompok intervensi sedangkan karakteristik
dan kelompok pendidikan, SMA lebih
kontrol. banyak dibandingkan
Analisa : Analisis dengan sekolah dasar,
bivariat dengan Uji sekolah menengah pertama
Wilcoxon dan Uji dan sarjana dengan nilai
Mann Whitney. sebesar 34,5%. Berdasarkan
analisis data bahwa nilai
frekuensi kekambuhan pada
kelompok intervensi adalah
2,75 ± 0,70 dan setelah
intervensi adalah 1,21 ±
0,42.
Kesimpulan :
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pasien
asma yang melakukan
latihan senam asma terdapat
penurunan frekuensi
43

kekambuhan lebih besar


dibandingkan dengan
pasien yang tidak
melakukan senam asma.

(Pushpa & Yoga as a Tujuan penelitian ini 1. Pasien asma Desain : Quasi Hasil penelitian ini
Sharma, 2018) complementary adalah untuk bronkial ringan - eksperiment menjelaskan bahwa Grup A
therapy improves mengetahui sedang Sampel : Sampel menunjukkan peningkatan
pulmonary functions efektivitas yoga 2. Berusia 18-50 dalam penelitian progresif dalam FEV1,
in patients of terhadap fungsi paru tahun dengan adalah pasien asma FVC, FEV1/FVC, PEFR,
bronchial asthma : A sehingga dapat diagnosis yang bronkial ringan- FEF25-75 dan sGAW
Google Scholar randomized mengurangi beban ditetapkan sedang sebanyak 60 (P,0,001) dan penurunan
controlled trial penyakit pada setidaknya selama sampel, dengan teknik yang signifikan pada RAW
penderita asma 6 bulan. random sampling. setelah 4 dan 8 minggu
bronkial. Variabel : Yoga pelatihan yoga. Grup B
Instrument : MEC tidak menunjukkan
PFT dan perubahan yang signifikan
plethysmograph pada FEV1, FVC,
Analisa : Deskriptif FEV1/FVC, PEFR, FEF25-75,
statistik. RAW, dan sGAW setelah 4
minggu dan 8 minggu.
Kesimpulan :
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa yoga
dapat digunakan sebagai
terapi tambahan karena
secara signifikan
meningkatkan fungsi paru-
44

paru pada asma bronkial


ringan sampai sedang.
Latihan yoga secara teratur
mengarahkan pada
peningkatan kualitas hidup
pada penderita asma
bronkial.
48

C. Hasil Kritisi Jurnal

Hasil review dari 20 jurnal di atas terdapat beberapa karakteristik jurnal.

Pada studi ini menggunakan metode Pre Eksperiment, Quasi Eksperiment dan

Clinical Trial. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling,

random atau total sampling.

Karakteristik responden yang digunakan pada artikel adalah pasien asma

orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang menderita asma. Pada penderita asma

mengalami kelemahan otot-otot pernafasan dan penurunan arus puncak ekspirasi

dikarenakan adanya penyempitan jalan nafas, sehingga dapat menyebabkan

dyspnea dan terbatasnya aktivitas fisik.

D. Pembahasan

Review ini menganalisis 20 artikel terhadap peningkatan kekuatan otot

pernafasan (APE). 3 artikel menjelaskan tentang bagaimana peran atau pengaruh

dalam memanagement asma terhadap kekuatan otot pernafasan pada penderita

asma dan 12 artikel membahas tentang peran memanagement asma dalam

pengontrolan asma, kekambuhan asma dan peningkatan arus puncak ekspirasi.

Dalam penerapan pemberian latihan fisik terhadap nilai arus puncak

ekspirasi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan otot dan fungsi

paru salah satunya yaitu usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Berdasarkan penelitian (Delima Ritonga, Ramadhaniyanti, 2018) menjelaskan

bahwa setelah dilakukan senam asma dapat meningkatkan kekuatan otot

pernafasan (arus puncak ekspirasi) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
49

usia, jenis kelamin dan berat badan. Sejalan dengan penelitian (Keristina Ajul,

Yakobus Siswadi, 2020) penelitian yang dilakukan di Charitas Hospital

Palembang, sebagian besar asma terjadi pada masa dewasa awal 18-40 tahun.

Pada masa dewasa awal terjadi perubahan struktur pernafasan dan kekuatan otot.

Fungsi paru akan menurun sesuai bertambahnya usia. Hal ini disebabkan oleh

terjadinya penurunan elastisitas dinding dada. Proses penuaan mengakibatkan

penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronchial, dan penurunan

kapasitas paru. Penyakit asma banyak diderita oleh jenis kelamin perempuan

dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Perempuan cenderung lebih besar

untuk memiliki penyakit asma dibandingkan laki-laki. Hal ini dikarenakan fungsi

paru-paru laki-laki lebih tinggi 20%-25%, ukuran anatomi paru laki-laki lebih

besar dibandingkan perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh (Nuari, 2017)

penelitian ini menjelaskan bahwa berat badan dan tinggi badan berpengaruh

terhadap kekuatan otot pernafasan dan fungsi paru, seseorang yang mempunyai

badan yang tinggi besar maka akan mempunyai fungsi ventilasi paru yang lebih

tinggi dibandingkan orang yang bertubuh kecil. Fungsi inspirasi dan ekspirasi

dipengaruhi oleh tinggi badan dan berat badan karena kemampuan dada untuk

mengembang akan berbeda pada setiap tinggi badan dan berat badan setiap

individu.

Penting bagi penderita asma untuk menjaga kesehatannya untuk mencegah

terjadinya komplikasi. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan

aktivitas fisik atau olahraga ringan untuk meningkatkan kekuatan otot (arus

puncak ekspirasi). Menurut penelitian (Erik Kusuma, 2020) dalam penelitian ini
50

dijelaskan bahwa senam asma yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan

nilai APE, dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh senam

asma terhadap kemampuan pernapasan pada penderita asma. Dengan melakukan

gerakan-gerakan ringan dapat melatih dan memperkuat otot pernafasan agar

penderita asma lebih mudah melakukan respirasi maupun ekspirasi. Menurut

penelitian (Saetikho & Ambarwati, 2017) dijelaskan bahwa adanya perubahan

nilai arus puncak ekspirasi sebelum dan sesudah dilakukan senam pilates. Selain

dilakukan senam asma dapat pula dilakukan senam pilates. Berbeda dengan

olahraga lainnya, senam pilates lebih menekankan pengaturan pernafasan.

Dimana latihan ini dapat meningkatkan kapasitas paru-paru yang akan membantu

meningkatkan APE, melatih konsentrasi dan meningkatkan fleksibilitas.

Pengaturan pernafasan pada latihan ini juga meningkatkan asupan oksigen dan

sirkulasi darah kemudian dialirkan ke seluruh pernapasan, agar asupan oksigen

tercukupi karena tanpa asupan oksigen yang cukup maka jaringan dan organ tubuh

akan kekurangan energi.

Berdasarkan penelitian (Teguh Kurniawan, Abdul Ghoni, Rahmawati,

2018) dalam penelitian ini dijelaskan bahwa seseorang yang rutin dan teratur

melakukan latihan (exercise), maka akan terjadi peningkatan efisiensi sistem

pernapasan. Senam asma yang teratur dapat meningkatkan kesegaran jasmani,

yang akan membuat kesiapan tubuh dalam melakukan aktivitas fisik yang

dilakukan sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan yang berlebihan karena

kapasitas fungsi paru orang yang terlatih lebih besar dari orang yang tidak terlatih.
51

Semua pembahasan hasil review artikel diatas merupakan beberapa faktor

yang dapat dipengaruhi oleh Latihan Fisik terhadap Arus Puncak Ekspirasi pada

penderita asma. Berdasarkan hasil review dari 20 artikel diatas menunjukkan

bahwa Latihan Fisik sangat penting diterapkan terutama di pelayanan kesehatan

untuk dapat diterapkan oleh penderita asma secara rutin dan teratur. Hal ini

dikarenakan dapat meningkatkan ventilasi paru dengan merangsang propioseptor

sendi dan otot, kemudian menjalarkan ke impuls eksitasi ke pusat pernafasan.

Semakin lama diberikan latihan senam maka akan semakin besar juga adanya

peningkatan fungsi paru pada penderita asma. Intervensi ini sangat baik dilakukan

karena dapat menjadi alternatif pada peningkatan nilai arus puncak ekspirasi bagi

penderita asma yang mudah dan terjangkau serta aman untuk diaplikasikan.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Asma merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan

untuk bernafas karena adanya penyempitan jalan nafas. Terjadinya

peningkatan arus puncak ekspirasi setelah dilakukannya latihan fisik dapat

mempengaruhi jalan nafas dapat dikendalikan dan tercapainya nilai normal

pada APE, yang sebelumnya dilakukan intervensi mengalami penyempitan

jalan nafas karena adanya hipersensitivitas yang menyebabkan edema pada

saluran napas dan menjadikan diameter bronkus menjadi lebih sempit. Dengan

adanya latihan fisik sebagai olahraga ringan untuk membuat ketegangan pada

jalan nafas menjadi rileks, membantu memperbaiki pola napas, tidak

terjadinya brokokontriksi, pengurangan hipersekresi mukus sehingga dapat

tercapainya nilai normal pada arus puncak ekspirasi.

Terapi dengan olahraga ringan akan membantu asma dalam mengurangi

keparahan dan mengontrol asma, salah satunya yang dapat diterapkan adalah

latihan fisik, dimana latihan ini sangat efektif dilakukan dimana saja,

terjangkau dan mudah diaplikasikan oleh penderita asma tanpa ada

pengawasan khusus.

53
54

B. Saran

Dari hasil review artikel ini diharapkan, sebagai praktisi kesehatan dapat

meningkatkan asuhan keperawatan dan promosi tentang latihan fisik pada

penderita asma untuk mengaplikasikan dan menjadikan pilihan sebagai

management asma. Tetapi hal ini dapat dijadikan pertimbangan untuk penulisan

karya ilmiah dan penelitian selanjutnya untuk mengembangkan latihan fisik dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penatalaksanaan pada asma.


DAFTAR PUSTAKA

Adityo Wibowo. (2017). Hubungan antara Faktor Resiko Pajanan Lingkungan


dengan Kasus Eksaserbasi Asma Bronkial di Pringsewu, Lampung, 1, 513–
517. Retrieved from
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/1712
Agista Permadani, Mardiyono, S. (2019). The combination of alkaline water
provision and asthma-induced gymnastics towards peak expiratory flow rate
of asthma patients at Surakarta Lung Clinic, Indonesia, 9296(1), 8–13.
Retrieved from https://doaj.org/article/44cd407420fa48adad42ad9717e640c4
Agnihotri, S., Kant, S., Kumar, S., Mishra, R. K., & Mishra, S. K. (2016). The
Assessment of Effects of Yoga on Pulmonary Functions in Asthmatic
Patients : A Randomized Controlled Study, 98–102.
https://doi.org/10.4103/0972-4958.182909
Andrianty, Adiputra, S. (2017). Penambahan Pursed Lip Abdominal Breathing
Pada LAtihan Aerobik Lebih Baik Dalam Meningatkan Kapasitas Fungsi
Paru Penderita Asma Bronkial, 5(1), 42–51. Retrieved from
https://ojs.unud.ac.id/index.php/sport/article/view/28876
Budi Antoro, Y. L. (2019). Pengaruh Senam Asma Terstruktur Terhadap Jarak
Relapse (Kekambuhan) Pasien Asma, 9, 175–180. Retrieved from
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/view/475
Delima Ritonga, Ramadhaniyanti, Wi. (2018). Pengaruh Senam Asma Terhadap
Peningkatan Kekuatan Otot Pernafasan (Arus Puncak Ekspirasi) pada
Penderita Asma Usia Produktif di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung
Dalam Pontianak Timur. Retrieved from
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/KNJ/article/download/37993/756765843
00
Dharmage, S. C., Perret, J. L., & Custovic, A. (2019). Epidemiology of Asthma in
Children and Adults, 7(June), 1–15. https://doi.org/10.3389/fped.2019.00246
Eka Priya. (2020). Effectiveness of The Active Cycle Breathing Technique on
The Peak Expiratory Flow Rate ( PEFR ) in Asthma Patient, 1(1), 1–6.
Retrieved from
http://babalinursingresearch.com/index.php/BNR/article/view/1
Erik Kusuma, B. H. (2020). Pengaruh Senam Asma Terhadap Kemampuan
Pernapasan Penderita Asma Di Poli Asma RSUD Bangil, 15(1), 90–99.
Retrieved from
http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIK/article/view/89
Global Asthma Network. (2018). The Global Asthma Report Asthma affects.
Retrieved from http://globalasthmareport.org/#:~:text=The Global Asthma
Report 2018 is an 88 page cutting,burden%2C risk factors and management.
Irwan. (2018). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular (1st ed.). Yogyakarta:
DEEPUBLISH. Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=epidemiologi+penyakit+tidak+menular&hl
Jaakkola, J. J. K., Aalto, S. A. M., Hernberg, S., Kiihamäki, S., & Jaakkola, M. S.
(2019). Regular Exercise Improves Asthma Control in Adults : A
Randomized Controlled Trial, 1–11. https://doi.org/10.1038/s41598-019-
48484-8
Kartikasari, Jenie, Y. P. (2018). Gambaran Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pasien
Asma Ringan-Sedang di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta, XI(I), 331–
337. Retrieved from
https://journal.stikesmuh-pkj.ac.id/index.php/jik/article/view/93
Kartikasari, D., Jenie, I. M., & Primanda, Y. (2019). Latihan Pernapasan
Diafragma Meningkatkan Arus Puncak Ekspirasi (Ape) Dan Menurunkan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1),
53–64. https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.691
Kemenkes. (2018). Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2018.
Retrieved from
https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin asma 2019.pdf
Keristina Ajul, Yakobus Siswadi, H. S. (2020). Pengaruh Incorporating
Progressive Muscle Relaxation dan Diaphragm The Effect of Incorporating
Progressive Muscle Relaxation and Diaphragm Breathing Exercise on the
Peak Expiration Flow of Asthma Patients, 26(3), 125–131. Retrieved from
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/view/1927
Lin, H., Lin, H., Yu, H., Wang, L., Lee, J., Lin, Y., … Chiang, B. (2017). Tai-
Chi-Chuan Exercise Improves Pulmonary Function and Decreases Exhaled
Nitric Oxide Level in Both Asthmatic and Nonasthmatic Children and
Improves Quality of Life in Children with Asthma, 2017.
https://doi.org/10.1155/2017/6287642
Lorensia, A., Yulia, R., & Wahyuningtyas, S. (2016). Hubungan Persepsi
Penyakit (Illness Perception) dengan Kontrol Gejala Asma pada Pasien
Rawat Jalan, 1(2). Retrieved from
http://www.journal.ubaya.ac.id/index.php/MPI/article/download/191/168
Made Mahaguna Putra, Sriyono, D. Y. (2017). Yoga Pranayama Increases Peak
Expiratory Flow ( PEF ) in Patient with Asthma, 3(Inc), 207–210. Retrieved
from https://www.atlantis-press.com/proceedings/inc-17/25886864
Manzilati, A. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma, Metode, dan
Aplikasi (1st ed.). Malang: UB Press. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?
id=7FlVDwAAQBAJ&pg=PA34&dq=pengertian+literatur+review&hl=en&
sa=X&ved
Nuari, A. N. (2017). Peningkatan Nilai Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) Pada
Pasien Asma Bronkiale Dengan Metode Paranayama. Retrieved from
https://osf.io/preprints/inarxiv/9bfjp/
Nur, A., Amin, M., Sajidin, M., & Kurniawati, N. D. (2020). The Effect of
Combination Pranayama Yoga and Endurance Training Exercise on Peak
Expiratory Flow ( PEF) in Adult Asthmatic Patients, 8(2). Retrieved from
http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/view/1350
Oktavia, N. (2015). Sistematika Penulisan Karya Ilmiah (1st ed.). Yogyakarta:
DEEPUBLISH. Retrieved from https://books.google.co.id/books?
id=wcIYCgAAQBAJ&pg=PA46&dq=pengertian+kriteria+inklusi+dan+eksk
lusi&hl
Olsen, J., & Baisch, M. J. (2014). An integrative review of information systems
and terminologies used in local health departments. Journal of the American
Medical Informatics Association, 21(E2). https://doi.org/10.1136/amiajnl-
2013-001714
Pushpa, K., & Sharma, D. (2018). Yoga as a complementary therapy improves
pulmonary functions in patients of bronchial asthma : A randomized
controlled trial, 8(12), 1704–1708.
https://doi.org/10.5455/njppp.2018.8.1033009112018
Putriani, H. E., Ambarwati, E., & Muniroh, M. (2018). Perbedaan Nilai Arus
Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Latihan Skipping Pada Dewasa
Muda, 7(1), 208–218. Retrieved from
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/50/47
Riskesdas. (2018). LAPORAN PROVINSI BALI RISKESDAS 2018. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengebangan Kesehatan (LPB). Retrieved from
https://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/lpb/article/view/3751
Saetikho, F. P., & Ambarwati, E. (2017). Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi
Sebelum dan Sesudah Senam Pilates Pada Wanita Usia Muda, 6(1), 73–78.
Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/16241
Sathya, S., Fathima, K. A., & Paul, J. (2019). Impact Of Exercising With Acapella
On Peak Expiratory Flow Rate Of Chronic Asthmatics, 5(June), 576–580.
Retrieved from http://ijmaes.org/beta/wp-content/uploads/2019/10/3.FULL-
TEXT.pdf
Tarenaksa Suranggana, Koesbaryanto, A. K. (2018). Pengaruh Senam Asma
Bronkhial Terhadap frekuensi Kekambuhan Pasien Asma Bronkhial di
Puskesmas Penujak Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, 9(2), 397–406.
Retrieved from
https://ojs.dinamikakesehatan.unism.ac.id/index.php/dksm/article/download/
353/319
Teguh Kurniawan, Abdul Ghoni, Rahmawati, D. S. (2018). Pengaruh Senam
Asma Indonesia Terhadap Kontrol Asma Pasca Penderita Asma di Balai
Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta, 13. Retrieved from
http://jurnal.stikesmukla.ac.id/index.php/motor/article/download/359/341
Udayani, Amin, M. (2020). Pengaruh Kombinasi Teknik Pernapasan Buteyko dan
Latihan Berjalan Terhadap Kontrol Asma Pada Pasien Asma Dewasa, 6, 0–7.
Retrieved from
http://journal.stikespemkabjombang.ac.id/index.php/jikep/article/view/331
Widiati, A., & Jamaluddin, M. (2018). Terapi Peregangan Otot Pernafasan Untuk
Kapasitas Vital Paru Pasien Asma, 62–67. Retrieved from
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/download/50/47
Yudhawati, K. (2017). Imunopatogenesis Asma, 3(1), 26–33. Retrieved from
https://e-journal.unair.ac.id/JR/article/view/12535
Lampiran 1 : Jadwal Pembuatan Literatur Review

Bulan / Tahun
Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Mei Juni Agustus
No
Penyusunan Skripsi 2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Identifikasi masalah
2 Penyusunan proposal

3 Seminar proposal

4 Revisi proposal
Pencarian Jurnal Dan
5
Skrinning
Penyusunan Literatur
6
Review
Seminar hasil
7
Literatur Review
Revisi Literatur
8
Review
Penyerahan laporan
9
akhir
10 Publikasi
Lampiran 2 : Pernyataan Keaslian Tulisan

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Putu Riska Febrianti

NIM : 17089014075

Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau

pemikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran sendiri. Apabila

dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah jiplakan, maka

saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Singaraja, 21 Januari 2021


Yang membuat pernyataan,

Putu Riska Febrianti


Lampiran 3 : Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Pembimbing
Lampiran 4 : Lembar Konsul
Lampiran 5 : Rancangan Anggaran Biaya Skripsi

RENCANA ANGGARAN BIAYA SKRIPSI

No Kegiatan Jumlah Harga Total (Rp)


Satuan(Rp)

1 Pembayaran proposal 1 1.500.000 1.500.000

2 Pembayaran Skripsi 1 1.000.000 1000.000


3 1. Print :
a. Print proposal dan Global 300.000 300.000
skripsi

2. Perlengkapan lain
a. Stofmap 3 Buah 6000 6.000
b. Klip kertas 3 Buah 3.000 9.000
c. Pulpen 1 Buah 1.000 2.000

Total 2.817.000

Singaraja, 31 Mei 2021


Peneliti

Putu Riska Febrianti

Anda mungkin juga menyukai