Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN DEPRESI DENGAN INSOMNIA

PADA LANSIA DI PANTI WERDHA DHARMA BAKTI


KM7 PALEMBANG

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)

OLEH
IMA DESLIANA
04121401091

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

1
2
PERNYATAAN

3
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik di
Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan verbal Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Palembang, 27 Januari 2016


Yang membuat pernyataan

(Ima Desliana)
NIM. 04121401091

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

4
Sebagai civitas akademik Universitas Sriwijaya, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:

Nama : IMA DESLIANA


NIM : 04121401091
Program Studi : Pendidikan Dokter Umum
Fakultas : Kedokteran
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN DEPRESI DENGAN INSOMNIA PADA


LANSIA DI PANTI WERDHA DHARMA BAKTI KM7 PALEMBANG
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang

Pada tanggal :27 Januari 2016

Yang Menyatakan

(Ima Desliana)
HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN DEPRESI DENGAN INSOMNIA
PADA LANSIA DI PANTI WERDHA DHARMA BAKTI
KM 7 PALEMBANG
(Ima Desliana,19 Januari 2016, 57 halaman)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

5
Latar Belakang: Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering dialami
oleh lansia namun penyakit ini sulit terdeteksi karena penyakit ini sering
menimbulkan gejala yang tidak spesifik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada lansia.
Metode: penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain
cross-sectional yang dilakukan pada 28 November 2015 di Panti Werdha Dharma
Bakti KM 7 Palembang. Populasi penelitian adalah semua lansia yang ada di Panti
Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang. Sampel penelitian adalah semua lansia
di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang yang memenuhi kriteria inklusi.
Responden diwawancara menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale
(GDS), DSM IV dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating
Scale (KSPBJ-IRS). Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi-
square.
Hasil: Terdapat 31 orang lansia yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 8
(25,8%) laki-laki dan 23 (74,2%) perempuan dengan rata-rata usia 71,6 tahun dan
rata-rata pendidikan menengah bawah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10
(32,3 %) lansia yang menderita depresi dan 8 (80%) diantaranya mengalami
insomnia. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa hubungan angka kejadian
depresi dengan insomnia adalah (P value 0,021, OR 10.000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia.
Orang yang depresi 10 kali lebih beresiko untuk menderita insomnia dari pada
orang normal.
Kata kunci: Depresi, insomnia, Geriatric Depression Scale, lansia.

RELATIONSHIP BETWEEN DEPRESSION INCIDENCE AND INSOMNIA


IN THE ELDERLY IN PANTI WERDHA DHARMA KM 7 PALEMBANG
(Ima Desliana,19 January 2016, 57 pages)
Faculty of Medicine Sriwijaya University

ABSTRACT

Background: Depression is the most common type of mental dissorder in elderly,


but sometimes depression can be diffcult to detected because depression have

6
unspecipic symptoms. This research wass done to see the relationship between
depression incidence and insomnia in elderly.
Methods: This research is an analytic observational with cross sectional design,
done on 28 November 2015 in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang.
Population in this research is all elderly in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7
Palembang. Sample in this research is all elderly in Panti Werdha Dharma Bakti
KM 7 Palembang who met in inclusion criteria. Respondents will be interviewed
by three questionnaires. Geriatric Depression Scale (GDS), DSM IV dan
Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS).
Data will be analyzed by using univariate and bivariate with the Chi-square.
Result:. There are 31 elderly who fit in the inclusion criteria, consist of 8 (25,8%)
male and 23 (74,2%) female, with an average age of 71,6 years old and an
average eduaction is lower secondary education. The result showed there are 10
(32,3%) elderly who suffer from depression and 8 (80%) of them suffer from
insomnia too. The Chi-square test result of relationship between depression
incidence and insomnia in elderly is (P value 0,021, OR 10.000)
Conclusions: There is relationship between depression incidence and insomnia in
elderly which is, an elderly who suffer from depression, had the risk 10 times
higher to suffer from insomnia than normal elderly.

Key word: Depression, insomnia, Geriatric Depression Scale, elderly

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Hubungan Depresi dan Insomnia pada lansia di Panti Werdha Dharma
Bakti Km7 Palembang”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Yuniza, Sp.PD selaku dosen pembimbing

7
substansi dan dr. Swanny, M.Sc selaku dosen pembimbing metodologi yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan, kritikan dan perbaikan
terhadap proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan
kepada kedua orang tua tercinta, keluarga, dan para sahabat, atas semua bantuan,
baik berupa pikiran maupun bantuan moral dan spiritual dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam hal isi
maupun cara penulisan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai masukan untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaaat
bagi kita semua.

Palembang, 27 Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................... iv
ABSTRAK................................................................................................... v
ABSTRACT................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1. Latar Belakang ............................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

8
3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................... 3
1.4 Hipotesis.......................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Peneliti ............................................................... 4
1.5.2 Manfaat Masyarakat ......................................................... 4
1.5.3 Manfaat Institusi ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
2.1. Lanjut Usia................................................................................ 5
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia .................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia .................................................... 5
2.1.3 Perubahan yang Terjadi pada Lansia ............................ 6
2.1.4 Masalah yang di Hadapi pada Lansia ............................. 7
2.1.5 Pertumbuhan lansia di Indonesia.....................................8
2.2 Depresi................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Depresi ............................................................ 8
2.2.2 Etiologi Depresi .......................................................... 9
2.3 Tidur ........................................................................................... 12
2.3.1 Pengertian Tidur ............................................................... 12
2.3.2 Fisologi Tidur ................................................................... 12
2.3.3 Durasi waktu Tidur yang di Butuhkan.............................. .17
2.3.4 Perubahan Tidur pada Lansia............................................ 17
2.4 Klasifikasi Gangguan Tidur ................................................. 18
2.5 Insomnia pada Lansia .................................................................20
2.5.1 Pengertian Insomnia ........................................................ 20
2.5.2 Klasifikasi Insomnia.......................................................... 21
2.5.3 Penyebab Gangguan Tidur pada Usia Lanjut..................22
2.5.4 Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada usia Lanjut ........22
2.6 Demensia............................................................................24
2.6.1 Pengertian demensia....................................................24
2.6.2 Etiologi Demensia ......................................................25
2.7 Kerangka Teori ...................................................................26
2.8 Kerangka Konsep ............................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 28

3.1 Jenis Penelitian .................................................................. 28


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 28
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 28
3.3.1 Populasi Penelitian............................................................ 28
3.3.2 Sample Penelitian.............................................................. 28
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................ 28
3.3.4 Cara Pengambilan Sampel ................................................ 29
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................... 29
3.4.1 Variabel Independen ........................................................ 29

9
3.4.2 Variabel Dependen ........................................................... 29
3.5 Definisi Operasional .................................................................. 30
3.6 Cara Pengumpulan Data............................................................. 31
3.7 Cara Analisis Data ..................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 33

4.1 Hasil Penelitian......................................................................... 33


4.1.1 Analisis Univariat............................................................... 33
4.1.2 Analisis Bivariat................................................................. 36
4.1 Pembahasan ............................................................................... 39
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 42

4.3 Kesimpulan ............................................................................... 42


3.6 Saran .......................................................................................... 42

Daftar Pustaka .....................................................................................................43


Lampiran....................................................................................................46
Biodata.................................................................................................................75

DAFTAR TABEL

BAB II

Tabel 1. Karakteristik Fisiologi Tidur Manusia Dewasa……………………......16


Tabel 2 : Keluhan Subyektif dan Obyektif pada Usia Lanjut………….............20
Tabel 3, Penyebab Gangguan Tidur pada Usia Lanjut ………………………….22
Table 4: Sepuluh obat yang disetuhui FDA untuk insomnia ……………………23

BAB III

Univariat
Tabel 1. Distribusi angka kejadian depresi pada lansia……………………........33

10
Tabel 2. Distribusi kejadian insomnia pada lansia...........................................33

Tabel 3. Distribusi umur lansia.....................................................................34

Tabel 4. Distribusi jenis kelamin lansia........................................................ 34

Tabel 5. Distribusi tingkat kejadian pada lansia............................................. 35

Tabel 6. Distribusi waktu tertidur pada lanisa.................................................35

Tabel 7, Distribusi waktu terbangun pada lansia.............................................36

Bivariat
Tabel 8. Hubungan hasil GDS depresi dengan insomnia pada lansia.................37
Tabel 9. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia............................37
Tabel 10. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia .........................38
Tabel 11. Hubungan tingkat pendidikan dengan depresi pada lansi..................38

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kadar Melatonin dalam 

Darah……………………………………………………… 13

Gambar 2. Gambaran Elektrofisiologi Sel-Sel Otak Selama Tidur……………..14

DAFTAR LAMPIRAN

11
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden.................................46

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Setelah


Penjelasan...........................................47

Lampiran 3 Kuesioner Geriatric Depression Scale ............................................48

Lampiran 4 Kuisioner DSM IV...........................................................................50

Lampiran 5 Kuisioner (KSPBJ-IRS)...................................................................51

Lamiran 6 Data Responden ................................................................................54

Lampiran 7 Hasil Analisis SPSS.........................................................................56

Lampiran 8 Persetujuan untuk Pengumpulan Data Skripsi.................................69

Lampiran 9 Persetujuan Revisi Skripsi................................................................70

Lampiran 10 Sertifikat Etik..........................................................................71

Lapmiran 11 Surat Izin Penelitian..................................................................72

Lapmiran 12 Surat selesai Pneletian...............................................................73

Lampiran 13 Artikel Penelitian..................................................................... 74

12
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Depresi merupakan
penyakit mental yang paling sering dialami oleh pasien yang berumur diatas 60
tahun dan merupakan penyakit yang paling umum dengan gejala yang tidak
spesifik (Soejono et al, 2009).
Pravelensi depresi pada usia lanjut di pelayanan kesehatan primer di
dapatkan sebanyak 5-17%, angka ini sedikit lebih besar dari pada depresi pada
lansia yang mendapat pelayanan asuhan rumahan yakni sebanyak 13,5%,
berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa prevalensi depresi pada usia lanjut
dapat di pengaruhi oleh lokasi tempat tinggal lansia di Indonesia yang diperoleh
dari ruang rawat akut geriatri sebanyak 76,3% (Soejono et al, 2009).
Gejala depresi pada usia lanjut sering kali tidak khas namun salah satu
gejala yang sering muncul adalah gangguan tidur. Gangguan tidur sangat sering
dikaitkan dengan penyakit psychiatric salah satu nya adalah insomnia, “in” (no)
dan “somnus” (sleep), berdasarkan penelitian yang telah di lakukan sekitar 40-
80% lansia yang menderita depresi juga mengeluhkan gangguan tidur yakni
insomnia (Ying, 2012). Karakteristik penyakit ini adalah tidak bisa tidur atau tidur
dengan waktu yang sebentar. Menurut Johann Heinroth keluhan yang sering
dikuluhkan pada insomnia yang terkait penyakit psychosomatic adalah
ketidakpuasan seseorang terhadap kuantitas dan kualitas tidur yang dimilikinya
(Saddichha, 2010).
Keluhan terkait isnomnia yang juga sering dijumpai pada lansia berupa
kesulitan masuk tidur (sleep onset problem), kesulitan mempertahankan tidur
nyenyak (deep maintance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning
aweakening / EMA). Gejala dan tanda yang sering mencul berupa kombinasi dari
ketiga gangguan tersebut dan dapat muncul sementara atau kronik. Penelitian
yang dilakukan di labolatorium, seorang lansia mempunyai durasi yang lebih
pendek pada tidur delta (stadium 3 dan 4, durasi yang lebih panjang pada stadium
1 dan 2, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau menigkatnya
fragmentasi tidur karena seringnya terbangun (Rahayu,2009)
Menurut  National   Sleep   Foundation  banyak   lansia,   juga   melaporkan 

menjadi   kurang   puas   dengan   tidur   dan   lebih   lelah   di   siang   hari. Studi   pada 

kebiasaan   tidur   lansia   di   Amerika   Serikat   mengemukakan   bahwa   prevalensi 

gangguan   tidur   juga   cenderung   meningkat   dengan   bertambahnya   usia. Namun, 

penelitian menunjukkan   bahwa   sebagian   besar   gangguan   tidur   antara   orang   tua 

dapat dikaitkan dengan penyakit fisik, penyakit kejiwaan dan obat yang digunakan 

untuk mengobati mereka.

Berdasarkan lamanya insomnia dibedakan mejadi 1) transient insomnia


sebenarnya termasuk orang yang tidur normal, tetapi di karenakan dalam suatu
situasi yang menimbulkan stress yang berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu
lama; 2) short-term insomnia adalah insomnia yang diderita biasanya kurang dari
3 minggu; 3) Short-term insomnia alah indomnia yang dapat berlangsung lama
bisa berbulan-bulan atau tahunan (Salan, 1998)
Perbedaan lamanya insomnia sangat penting dalam mengdianosis, sebab
kronik insomnia merupakan suatu gejala dari depresi. Selain penyakit psychiatri,
insomnia yang diderita oleh lansia juga dapat mengakibatkan penyakit
degeneratif yang di derita menjadi eksaserbasi akut, perburukan dan menjadi
tidak terkontrol (Rahayu,2009)
penyebab insomnia sendiri ada beberapa faktor yakni, perubahan-
perubahan irama sirkandian, penyakit-penyakit fisik, penyakit-penyakit jiwa,
pengobatan polifarmasi seperti alkohol, kafein, demensia, kebiasaan higine tidur
yang tidak baik dan ganguan tidur primer, gangguan tidur jenis ini, terdiri atas
1).gangguan tidur karena gangguan pernapasan (sleep disordered breathing); 2).
sindrom kaki kurang tenang (restless legs syndrome) dan gangguan gerakan
tungkai periodik ( periodic limb movement); 3). gangguan prilaku REM (cohen et
al, dalam Rahayu, 2009)
Berdasarkan penjalasan diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian ini, dikarenakan Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah
penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010
atau 9,6 persen dari jumlah penduduk yang berarti kita harus memberikan
perhatian yang lebih terhadap lansia.

2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada
lansia di panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah hubungan antara angka
kejadian depresi dengan insomnia pada lansia di panti Werdha Dharma
Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kebiasaan tidur (waktu memulai tidur, lama waktu
tidur dan waktu terbangun ) lansia yang berada di panti Werdha Dharma
KM7 Palembang
b. untuk mengetahui angka kejadian depresi di panti Werdha Dharma KM7
Palembang
c. Untuk menganalisis hubungan depresi dan insomnia pada lansia
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada
lansia
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Masyarakat
Para lansia bisa lebih memperhatikan pola tidur mereka setiap
harinya dan mereka juga bisa mengetahui bahwa tidur yang cukup
sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan.
1.5.2. Bagi Institusi
Setelah di lakukan penelitian ini semoga petugas yang bekerja di
panti jompo dapat lebih memperhatikan pola tidur lansia terutama
bagi lansia yang sering mengalami gangguan emosional.
1.5.3. Bagi Peneliti
Memperkaya wacana dan cakrawala dalam menerapkan disiplin
ilmu yang telah didapatkan di institusi akademik, serta menjadi
bekal di masa depan, baik untuk melanjutkan studi maupun karir.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lanjut Usia


2.1.1. Pengertian Lanjut Usia
Menua merupakan suatu proses yang mengubah seseorang menjadi frail
(lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan fisiologi dan
meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian secara
ponensial (Setiati et al , 2010).
Penuaan (proses terjadinya tua) juga merupakan suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tubuh tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring
dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Constantides dalam Buku
Ajar Geriatri 2014).
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah
dimulai sejak lahir dan setiap individu tidak sama cepatnya. Menua bukan status
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh dan usia lanjut
dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia
(Boedhi-Darmojo, 2014).

2.1.2. Klasifikasi Lanjut Usia


Menurut World Health Organization (WHO, 2009) lansia dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Usia lanjut (elderly) 60-74 tahun
2. Usia tua (old) 75-90 tahun
3. Usia sangat lanjut (very old) diatas 90 tahun
Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :
1. Pralansia : Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih
Menurut Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
berbunyi sebagai berikut,”lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.”

2.1.3. Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Hutapea (2005), perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia
adalah berupa perubahan fisik, perubahan psikososial, perubahan emosi dan
kepribadian.
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi, perubahan pada sistem
kekebalan tubuh yang menyebabkan hilangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
dan alergi secara progresif. Penurunan fungsi saraf yang menyebabkan munculnya
rabun dekat, penurunan ketajaman pendengaran, berkurangnya kepekaan terhadap
bau dan rasa, menurunnya kepekaan terhadap sentuhan, reaksi menjadi lambat,
fungsi mental menurun dan ingatan visual berkurang. Perubahan pada sistem
pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-paru yang mempersulit
pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan
darah meningkat. Terganggunya sistem pencernaan, gigi mulai tanggal,
kemampuan mencerna makanan dan penyerapannya menjadi lamban dan kurang
efisien, gerak peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi. Perubahan
pada sistem metabolik yang menyebakan gangguan metabolisme glukosa karena
sekresi insulin yang menurun. konsumsi energi yang turun secara nyata diikuti
dengan menurunnya jumlah energy yang dikeluarkan tubuh, air dalam tubuh turun
secara signifikan karena banyaknya sel-sel yang mati dan digantikan oleh jaringan
lemak maupun jaringan ikat, kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian,
tulang mulai keropos dan terjadi perubahan fungsi dari organ-organ dan alat
reprosuksi baik pria maupun wanita.

b. Perubahan psikosal
Perubahan psikososial pada lansia adalah besarnya individual differences
yang meneybabkan lansia merasakan perasaan tidak aman, takut, sering bingung,
panik, mudah marah, depresi, kehilangan rasa bangga, kewibawaan, kehilangan
hubungan sosial dan merasa penyakitnya selalu mengancam dirinya.
Penyesuaian diri pada lansia pun berlangsung sulit karena lansia hanya
diberi sedikit kekuasaan atau bahkan tidak diperbolehkan untuk berinteraksi
dalam beberapa hal dengan lingkungan sehingga muncul rasa kesepian.
Kecemasan dan mudah marah merupakan gejala umum yang dapat meyebabkan
keluhan susah tidur atau tidak tenang.
c. Perubahan Emosi dan Kepribadian
Setiap ada kesempatan, lansia selalu mengadakan introspeksi diri.Terjadi
proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender yang
tebalik. Para wanita lansia bisa menjadi lebih tegar dibandingkan pria lansia,
apalagi dalam memperjuangkan hak mereka.

2.1.4. Masalah yang Dihadapi pada Lansia.


Masalah pada lansia bersifat multipatologi, yaitu terdapat lebih dari satu
pernyakit yang umumnya bersifat kronik degeneratif. Selain itu, penurunan
kekuatan fisiologis juga dapat terjadi sehingga dapat memyebabkan lansia jatuh
pada keadaan gagal pulih.Gangguan nutrisi berupa gizi kurang / buruk juga dapat
mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan. Penyimpangan tanda dan
gejala dari suatu penyakit klasik juga sering terjadi. Status fungsional pada lansia
juga dapat terganggu. Status fungsional ini menggambarkan kemampuan
seseorang dalam memerankan fungsinya sebagai manusia mandiri, sekaligus
menggambarkan kondisi kesehatannya secara umum. Lansia juga sering
mengalami gangguan nutrisi, gizi kurang maupun gizi buruk yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan (Soejono, 2009).
Secara umum, masalah yang diderita lansia berupa penurunan kondisi
fisik, penurunan kesehatan dan menderita penyakit degeneratif, penurunan fungsi
intelektual dan potensi seksual, perubahan aspek psikososial, perubahan yang
berkaitan dengan keadaan ekonomi, dan perubahan peran sosial di masyarakat.
Masalah psikiatri juga sering terjadi pada lansia. Masalah yang sering
ditemui biasanya berupa demensia, delirium, gangguan depresif, gangguan
bipolar, gangguan kecemasan, gangguan delusional, gangguan somatoform,
gangguan penggunaan alkohol dan zat lain, dan isnomnia (Kaplan et al, 2010).

2.1.5. Pertumbuhan Lasia di Indonesia


Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa
Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia
terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari
jumlah penduduk. Banyaknya lansia pada suatu negara dapat dikaitakan dalam
keberhasilan pembangunan negara tersebut pembangunan terutama dalam bidang
kesehatan karena usia harapan hidup merupakan suatu indikator penting dalam
pembangunan kesehatan Umur Harapan Hidup (UHH) lansia Indonesia sendiri
semakin meningkat dimana pada RPJMN Kemkes tahun 2014 diharapkan terjadi
peningkatan UHH dari 70,6 tahun pada 2010 menjadi 72 tahun pada 2014 yang
akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur usia penduduk. Namun dibalik
keberhasilan peningkatan UUH terselip tantangan yang harus diwaspadai,yaitu
kedepan nya Indonesia akan menghadapi beban tiga (triple burden) yaitu
disamping meningkatnya angka kelahiran dan beban penyakit (menular dan tidak
menular) juga akan terjadi angka peningkatan beban tanggungan penduduk
kelompok usia produktif terhadap kelompok usia tidak produktif. (depkes,2010).

2.2 Depresi
2.2.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Depresi merupkan
penyakit mental yang paling sering dialami oleh pasien yang berumur diatas 60
tahun dan merupakan penyakit yang paling umum dengan gejala yang tidak
spesifik (Soejono, 2010)
Menurut National institute of Mental Health (NIMH) Penyakit depresi
adalah gangguan otak. Brain imaging technologies seperti magnetic resonance
imaging (MRI), telah menunjukkan bahwa otak orang yang mengalami depresi
terlihat berbeda dibandingkan orang tanpa depresi. Bagian dari otak yang terlibat
dalam suasana hati, berpikir, tidur, nafsu makan, dan perilaku tampak berbeda.
Tapi hasil MRI ini tidak mengungkapkan mengapa depresi terjadi dan MRI tidak
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. Kemungkinan sebagian
besar depresi disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan
psikologis.Beberapa jenis depresi didapatkan oleh garis keturunan. Namun,
depresi juga dapat terjadi pada orang tanpa riwayat keluarga depresi. Beberapa
penelitian genetika menunjukkan bahwa risiko depresi akibat pengaruh beberapa
gen bertindak bersama-sama dengan faktor lingkungan atau lainnya. Selain itu,
trauma, kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang sulit, atau situasi stres
dapat memicu episode depresi. Episode depresi lain dapat terjadi dengan atau
tanpa pemicu yang jelas.

2.2.2 Etiologi Depresi


1. Faktor biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis pada pasien-
pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine
neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin, serotonin, dan histamin
merupakan teori utama yang menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).
2. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling
berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
2.1. Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi berdasarkan penelitian
dikatakan bahwa penurunan regulasi atau penurunan sensitivitas dari reseptor
α2 adrenergik dan penurunan respon terhadap antidepressan berperan dalam
terjadinya gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).
2.2. Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan terjadinya gangguan
depres, dan beberapa pasien dengan percobaan bunuh diri atau megakhiri
hidupnya mempunyai kadar cairan cerebrospinal yang mengandung kadar
serotonin yang rendah dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin pada platelet
(Kaplan et al, 2010).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada pengobatan
depresi dan efektifitas dari obat-obatan tersebut menunjukkan bahwa adanya suatu
teori yang berkaitan antara gangguan depresi dengan kadar serotonin (Rottenberg,
2010).
3. Gangguan neurotransmitter lainnya
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara menyebar
pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat kolinergik terdapat
hubungan yang interaktif terhadap semua sistem yang mengatur monoamine
neurotransmitter. Kadar choline yang abnormal yang dimana merupakan
prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang
menderita gangguan depresi (Kaplan et al, 2010).
4. Faktor neuroendokrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting dalam
gangguan mood, terutama gangguan depresi. Sistem neuroendokrin meregulasi
hormon-hormon penting yang berperan dalam gangguan mood, yang akan
mempengaruhi fungsi dasar, seperti : gangguan tidur, makan, seksual, dan
ketidakmampuan dalam mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting
dalam sistem neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks
adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh berkoneksi
dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan et al, 2010).

5. Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan,
positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI)
telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan
mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks
cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan
reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada
bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar
(Kaplan et al, 2010)

2.3. Diagnosis Depresi


Kriteria diagnosis Depresi menurut DSM-V-TR.
Kriteria DSM-V-TR untuk episode mayor depresif.
A. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah ada selama dua minggu dan
menggambarkan perubahan dari fungsi dari yang sebelumnya, setidaknya salah
satu gejala dari (1) depresi suasana hati atau (2) kehilangan minat atau
kesenangan.
1. Depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, seperti dilihat pada
laporan subjektif (misalnya, merasa sedih atau kosong) atau observasi yang dibuat
oleh orang lain (misalnya, tampak berurai air mata). Catatan: Pada anak-anak dan
remaja, dapat mudah tersinggung.
2. Minat atau kesenangan dalam semua hal sangat berkurang pada kegiatan
hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti dilihat pada laporan subjektif
atau observasi oleh orang lain)
3. Penurunan berat badan yang signifikan atau peningkatan berat badan (misalnya,
perubahan lebih dari 5% dari berat badan dalam sebulan), atau penurunan atau
peningkatan nafsu makan hampir setiap hari. Catatan: Pada anak-anak,
pertimbangkan kegagalan untuk meningkatkan berat badan.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (diamati oleh orang lain,
bukan hanya perasaan subjektif kegelisahan atau menjadi melambat)
6. Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak tepat
(yang mungkin khayalan) hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri
sendiri atau merasa bersalah sehingga menjadi sakit)
8. Kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi menurun, atau ragu-ragu,
hampir setiap hari (dari subjektif atau dari yang diamati oleh orang lain)
9. Memikirkan tentang kematian secara berulang-ulang (tidak hanya takut mati),
ide bunuh diri berulang tanpa rencana spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana
spesifik untuk melakukan bunuh diri
B. Gejala menyebabkan distress klinis yang signifikan atau penurunan sosial,
pekerjaan ,atau bidang-bidang penting lainnya berfungsi.
C. episode tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau yang lain
kondisi medis

2.3 Tidur
2.3.1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan periode untuk tubuh dan pikiran, yang selama masa ini
kemauan dan kesadaran ditangguhkan sebagian atau seluruhnya, dan fungsi-
fungsi tubuh sebagian dihentika. Tidur juga didefenisikan sebagai status tingkah
laku yang ditandai dengan posisi tidak bergerak yang khas dan sensitivitas
reversibel yang menurun, tapi siaga terhadap rangsangan dari luar (dorland,2002)
Menurut Guyton and Hall (2008), tidur didefenisikan sebagai suatu
keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian
rangsang sensorik atau rangsang lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma,
dimana koma merupakan keadaan bawah sadar yang tidak dapat dibangunkan.

2.3.2. Fisiologi Tidur


Menurut Rahayu (2009) pola siklus tidur dan bangun (irama sirkandian),
adalah bangun sepanjang hari disaat cahaya terang dan tidur sepanjang malam
disaat gelap. Jadi faktor kunci adalah perubahan gelap dan terang. Stimulasi
cahaya terang akan masuk melalu mata dan mempengaruhi suatu bagian
hipotalamus yang disebut nukleus supra-chi asmatic (NSC). NSC akan
mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi pengeluaran berbagai hormon
pengatur temperatur badan, kortisol, growth hormone (GH), dan lain lain yang
memegang peranan untuk bangun dan tidur.jika pagi hari cahaya terang masuk,
NSC segera mengeluarkan hormon yang menstimulasi peningkatan temperatur
badan, kortisol, dan GH sehingga orang terbangun. Jika malam tiba NSC
merangsang pengeluaran hormon melatonin sehingga orang mengantuk dan tidur.
Melatonin adalah hormon yang diproduksi glandula pineal (suatu bagian kecil di
otak tengah). Saat hari mulai gelap, melatonin dikeluarkan dalam darah dan akan
memepengaruhi terjadinya relaksasi serta penurunan temperatur badan dan
kortisol. Kadar melatonin dalam darah meningkat pada jam 9 malam, terus
meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam 9 pagi (Gambar 1).

12 jam

          9 pagi      9 malam 


Sumber: National Sleep Foundation Washington DC, 2004

Gambar 1. Kadar Melatonin dalam Darah

Fisiologi tidur sendiri dapat dilihat melalui gambaran elektrofisiologi sel-


sel otak selama tidur (gambar 2 ). Polisomnografi merupakan alat yang dapat
mendeteksi aktifitas otak selama tidur. Pemeriksaan polisomnografi sering
dilakuka saat tidur pada malam hari. Alat tersebut dapat mencatat aktifitas
gelombang otak elektroensefalogram (EEG), gerakan mata pada elektroekulogram
(EOG), dan tonus otot dalam elektromiogram (EMG).
Stadium tidur (diukur dengan polisomnografi) terdiri dari dua tahap yaitu ;
1. Fase rapid eye movement (REM) disebut juga active sleep.
2. Fase nonrapid eye movement (NREM) disebut juga quiet sleep.
REM adalah gelombang gigi gergaji. Selama fase REM yang berperan
adalah sistem kolinergik yang dapat ditingkatkan dengan reseptor agonis dan
dihambat dengan antikolinergik.Fase REM (tahap R) ditandai oleh atonia otot,
aktivasi kortikal, desinkronisasi bertegangan rendah dari EEG dan gerakan cepat
dari mata (morrison, 2013).

Gambar 2.
Menurut Guyton and Hall (2008) pada tidur yang normal, masa tidur REM
berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama
terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur.
Terdapat beberapa hal yang penting dalam tidur REM

1. Tidur REM biasanya berhubungan dengan mimpi yang aktif.

2. Pada tahap tidur REM biasanya orang lebih sukar dibangunkan dari pada
waktu NonREM walaupun telah diberikan rangsangan sensorik, dan
ternyata orang-orang terbangun dipagi hari sewaktu episode tidur REM
dan bukan pada waktu NonREM.

3. Tonus otot diseluruh tubuh sangat berkurang dan ini menunjukkan adanya
hambatan yang kuat pada serat-serat proyeksi spinal dari area eksitatorik
batang otak.

4. Frekuensi denyut jantung dan pernafasan menjadi ireguler dan ini


merupakan sifat dari keadaan tidur dengan mimpi.

5. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih
timbul juga beberapa gerakan otot yang tidak teratur.Keadaan ini
khususnya mencakup pergerakan cepat dari mata

6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme diseluruh
otak miningkat sebanyak 20%. Juga pada elektoensefalogram (EEG)
terlihat pola gelombang yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan
siaga. Tidur tipe ini disebut juga tidur paradoksikal karena hal ini bersifat
paradoks, yaitu seseorang tetap dapat tertidur walaupun aktivitas otaknya
nyata.
Non Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui
osilasi antara talamus dan korteks. Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan
tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah
ciri tahap tidur NREM yang dihasilkan dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic
dalam nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron
kortikotalamus. Sebagai penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan
kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari
retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal lambat
dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi
(suzanne, 2013).
Status tidur primer dapat dilihat di (tabel 1)
Stadium 1 : saat transisi antara bangun penuh dan tidur sakitar 30 detik sampai
7 menit dengan karateristik gelombang low-voltage pada pemeriksaan
elekroencepalografi
Stadium 2 : juga ditandai dengan gelombang otak low-voltage pada EEG.
Perbedaan dengan stadium 1 adalah adanya gelombang high-volatge yang disebut
“sleep spindles” dan K complexes.
Stadium 3 & 4 : sering disebut tidur yang dalam atau “delta sleep”. EEG
menunjukkan gelombang yang lembat dengan amplitudo tinggi
REM : ditandai oleh periode autonom yang bervariasi, seperti pertumbuhan detak
jantung, tekanan darah, laju pernafasan, dan berkeringat. Pada saat inilah mimpi
saat tidur terjadi.

Tabel 1. Karakteristik fisiologi tidur manusia dewasa

• Siklus nonREM – REM (lama 90 menit)


• Tidur non REM

Stadium 1 : berkurangnya gelombang alfa oleh gelombang teta.


Gerakan berputar bola mata
Stadium 2 : spindles, K-complexes
Stadium 3 /4 : gelombang delta

• Tidur REM

Tonic : desinkronisasi EEG (pola cepat voltase rendah bercampur


dengan sejumlah irama teta dan sering dengan gelombang
gergaji), atonia otot, depresi reflek monosynaptic dan
polysypnaptic
Phasic : gerakan cepat mata hilang, kejang mioklonus, detak jantung
dan respirasi ireguler (dengan tekanan darah bervariase),
aktifitas spontan dari otot telinga tengah

• Berasal dari endogen

• Diatur oleh homeostatik dan faktor sirkandian

• Dipengaruhi faktor lingkungan

• Tidur berulang diikuti hilang tidur

• Gangguan fungsi karena hilang tidur

Sumber : Boedhi-Darmojo,2014.

Dua puluh lima persen waktu tidur dihabiskan pada status REM dan tujuh
puluh lima persen pada status non REM. Pada orang muda yang sehat waktu tidur
yang dibutuhkan dari stadium 1 sampai dengan 3 hanya 45 menit. Stadium 4
berlangsung sekitar 70-120 menit, berulang sampai 6 kali sebelum terbangun.
Pada pola tidur yang normal terdapat kecenderungan perpindahan stadium dari
tidur yang dalam menuju yang ringan. Empat jam pertama tidur terdiri atas
pengulangan status non REM dan kebanyakan pada stadium 3 dan 4 sedangkan 4
jam kedua lebih banyak terjadi pengulangan pada stadium 1 dan 2 serta status
REM (Rahayu,2009).
2.3.3 Durasi Waktu Tidur yang Dibutuhkan
Di Amerika penelitian oleh ahli-ahli faal mendapatkan bahwa pada bayi
tidur yang dibutuhkan rata-kira 16 jam, kadang-kadang kurang atau lebih.
Penelitian pada bayi yang tidur kurang dari 16 jam menunjukkan, perkembangan
intelektualnya ternyata tidak mempunyai efek pada perkembangannya. Peneliti
yang sama mendapatkan bahwa siswa umur 16 tahun perlu tidur 10 sampai 11
jam, mahasiswa perlu 8 jam sedangkan yang lebih tua dapat melakukan adaptasi
dan kekurangan tidumya dapat dibayar pada keesokan harinya. Pada orang tua
kebutuhan tidurnya makin berkurang, pada umur 45-60 tahun, kira-kira 7 jam.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tingkat 4 dari NREM hampir
hilang.. Pada keadaan tidak tidur yang ekstrim terjadi halusinasi, paranoid ,
mudah tersinggung, gangguan penglihatan, selain itu suaranya menjadi tidak jelas,
kehilangan kemampuan untuk konsentrasi dan mengingat (atmadja, 2010).

2.3.4. Perubahan Tidur pada Lansia


Seorang lansia akan membutuhkan waktu yang lama untuk tertidur dan
mempunyai waktu yang lebih pendek pada tidur nyenyak. Pada penelitian di
labolatorium tidur, seorang lansia mempunyai durasi yang pendek pada tidur delta
(stadium 3 dan 4 ) dan durasi yang lebih panjang pada stadium 1 dan 2. Perubahan
yang sangat menonjol yaitu terjadi pada penurunan tidur gelombang alpha
menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau
meningkatnya fragmentasi tidur kerena seringnya terbangun.

Menurut  National   Sleep   Foundation  banyak   lansia,   melaporkan   menjadi 

kurang puas dengan tidur mereka dan lebih lelah di siang hari. Studi pada kebiasaan 

tidur lansia di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan waktu yang dibutuhkan 

untuk   tertidur   (sleep   latency),   penurunan   keseluruhan   dalam   tidur   REM,   dan 

peningkatan fragmentasi tidur (bangun pada malam hari) dengan usia. Prevalensi 

gangguan   tidur   juga   cenderung   meningkat   dengan   usia. Namun 

penelitian menunjukkan   bahwa   sebagian   besar   gangguan   tidur   antara   orang   tua 


dapat dikaitkan dengan penyakit fisik dan kejiwaan dan obat yang digunakan untuk 

mengobati mereka.

Selain perubahan arsitektur tidur yang terjadi seperti di sebutkan tadi, faktor 

lain   yang   mempengaruhi   tidur   adalah ritme   sirkadian yang   mengkoordinasikan 

waktu   fungsi   tubuh,   termasuk   tidur.   Misalnya,   orang   tua   cenderung   menjadi 

mengantuk di sore hari dan bangun lebih awal  di pagi hari dibandingkan dengan 

orang   dewasa   muda. Pola   ini   disebut   sindrom  advanced   sleep   phase  

syndrome. Irama tidur digeser ke depan sehingga 7 atau 8 jam tidur masih diperoleh 

tetapi individu akan bangun sangat awal karena mereka telah pergi tidur cukup 

awal.

2.4. Klasifikasi Gangguan Tidur


Secara internasional klasifikasi klasik gangguan tidur mengacu pada 3
sistem diagnostik yaitu ICD (International Code of Diagnostic) 10, DSM
(Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) IV dan ICSD
(international Classificasion of Sleep Disorders).
Menurut ICSD 10, gangguan tidur dibagi menjadi 2 yaitu organik dan non
organik. Untuk non organik dibagi lagi menjadi 2 kategori yaitu dissomnia dan
parasomnia. Dissomnia dibagi menjadi 2 yaitu insomnia dan hipersomnia. Dalam
ICSD 10 tidak dibedakan antara insomnia primer maupun insomnia sekunder
akibat penyakit ataupun akibat penyakit / kondisi abnormal lain. Insomnia disini
adalah insomnia kronik yang sudah diderita paling sedikit 1 bulan dan sudah
menyebabkan gangguan fungsi dan sosial (Feldman S, dalam Rahayu 2009).
Dalam DSM IV, gangguan tidur (insomnia) dibagi menjadi 4 tipe yaitu :

1. Gangguan tidur yang berkorelasi dengan gangguan mental lain

2. Gangguan tidur yang disebabkan oleh kondisi medis umum

3. Gangguan tidur yang diinduksi oleh badan-badan / keadaan tertentu


4. Gangguan tidur primer (disini gangguan tidur tidak berhubungan sama
sekali dengan kondisi mental, fisik / penyakit ataupun obat-obatan).
Gangguan tidur primer disini pengertiannya mirip dengan insomnia non
organik pada ICD 10 yaitu gangguan tidur sudah menetap dan diderita lebih dari 1
bulan. Dalam ICSD klasifikasi gangguan tidur lebih lengkap dan rinci, dibagi
dalam 12 sub tipe dan lebih dari 50 tipe sindrom insomnia dan untuk diagnosis
nya diperlukan berbagai pemeriksaan penunjang laboratorium tidur, klinik dan
radiologi seperti CT scan, PET, serta EEG (Feldman S, dalam Rahayu 2009).
American Academy of Sleep (2005) mengenalkan klasifikasi ICSD versi 2
yang merupakan manual diagnosis dan koding.
Kategori yang digunakan dalam insomnia dalam ICSD 2 meliputi :

1. Insomnia (insomnias)

2. Gangguan tidur yang berkaitan dengan nafas (Sleep-Related Breathing


Disorders)

3. Hypersomnia bukan karena gangguan tidur berkaitan dengan nafas


(Hypersomnia Not Due to a Sleep-Related Breathing Disorders)

4. Gangguan irama sirkandian tidur (Circandian Rhythm Sleep Disorders)

5. Parasomnia (parasomnias)

6. Gangguan tidur yang berkaitan dengan gerakan (Sleep-Related Movement


Disorders)

7. Gejala-gejala terisolasi, tampak sebagai variasi normal, issu yang tak


terselesaikan (Isolated Symptoms, Apparently NormalVariants, and
Unresolved Issues)

8. Gangguan tidur lainnya (Other Sleep Disorders)

2.5 Insomnia pada Lansia


2.5.1. Pengertian Insomnia
Insomnia in" (no) and "somnus" (sleep) karakteristik penyakit ini adalah
tidak bisa tidur atau tidur dengan waktu yang sebentar. menurut Johann Heinroth
keluhan yang sering dikuluhkan pada insomnia yang terkait penyakit
psychosomatic adalah ketidakpuasan seseorang terhadap kuantitas dan kualitas
tidur yang dimiliki nya (Ying, 2012).
Keluhan umum yang juga sering dijumpai pada lansia berupa kesulitan
masuk tidur (sleep onset problem),kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (deep
maintance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning aweakening / EMA).
Gejala dan tanda yang sering mencul berupa kombinasi dari ketiga gangguan
tersebut dan dapat muncul sementara atau kronik (tabel 2 ). Pada penelitian yang
dilakukan di labolatorium, seorang lansia mempunyai durasi yang lebih pendek
pada tidur delta (stadium 3 dan 4, durasi yang lebih panjang pada stadium 1 dan 2,
dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya
fragmentasi tidur karena seringnya terbangun (Rahayu,2009)

Tabel 2 : Keluhan Subyektif dan Obyektif pada Usia Lanjut

Subyektif Obyektif
 Menghabiskan waktu terlalu banyak di  Penurunan stase 3 dan 4 (delta) tidur.
tempat tidur
 Penurunan REM (rapid eye movement)
 Menghabiskan sedikit waktu dalam tidur tidur.
nyenyak
 Peningkatan nyata dalam jumlah
 Jumlah tebangun meningkat terbangun

 Frekuensi gangguan tidur meningkat


 Waktu untuk bisa tisur lebih lama  Efisiensi tidur menurun
 Mengantuk disiang hari secara nyata
 Kepuasan tidur kurang meningkat
 Keletihan sepanjang hari  Jumlah istirahat meningkat

 Lebih sering dan lebih lama menghabiskan


waktu untuk istirahat

Sumber : Cohen-Zion & Ancoli-Israel, 2003.

2.5.2 Klasifikasi Insomnia


Secara umum insomnia dibagi menjadi 3, yaitu transient isomnia, short-
term insomnia , dan long-term insomnia (Salan, 1998)
1. Transient Insomnia
Penderita transient insomnia sebenarnya termasuk orang yang tidur
normal, tetapi di karenakan dalam suatu situasi yang menimbulkan stress yang
berlangsung dalam waktu yang tidak terlalu lama (misalnya: perjalanan jauh
dengan pesawat terbang yang melampaui zona waktu, hospitalisasi , pengaruh zat
yang dikonsumsi dan sebagainya) orang tersebut mengalami insomnia. Biasanya
transient insomnia berlangsungn tidak lebih dari beberapa hari
2. Short-term Insomnia
Penderita short-term insomnia adalah mereka yang mengalami keadaan
stress (kehilangan atau kematian orang terdekat, perubahan pekerjaan dan
lingkungan pekerjaan, pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain,
pengaruh dari zat yang dikonsumsi atau penyakit medis akut). Biasanya Short-
term insomnia berlangsung kurang dari 3 minggu dan akan pulih lagi seperti biasa
3. Long-term Insomnia
Long-term insomnia ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh kelainan tidur ( seperti tidur
apneu), pengaruh obat-obatan dan penyakit medis kronis seperti diabetes, sakit
ginjal, arthritis atau penyakit yang sering kali menyebabkan kesulitan tidur.
Insomnia jenis ini biasanya memerlukan intervensi psikiatri atau medis.

2.5.3. Penyebab gangguan tidur pada usia lanjut


Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, penyebab gangguan
tidur pada usia lanjut merupakan gabungan banyak faktor, baik fisik, psikologik,
pengaruh obat-obatan kebiasaan tidur, maupun penyebab komorbid lain yang
diderita. Beberapa faktor penyebab gangguan tidur dapat dilihat pada (tabel 3).

Tabel 3, Penyebab Gangguan Tidur pada Usia Lanjut


• Perubahan-perubahan ritme sirkandian.

• Gangguan tidur primer (SBD, PLMS, RBD).

• Penyakit-penyakit fisik (hipertiroid, arthritis).

• Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan anxietas).

• Pengobatan polifarmasi, alkohol, kafein.

• Demensia

• Kebiasaan hygine tidur yang tidak baik

Ket: PLMS: periodic leg movement in sleep; RBD: rapid eye-movement behaviour disorder; SBD:
sleep-disorder breathing.
Sumber: Cohen-Zion & Ancoli-Israel,2003

2.5.4. Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada Lansia


Penatalaksanaan gangguan tidur pada usia lanjut harus di lakukan secara
individual, dengan meneliti, dengan mengakses gejala dan tanda yang ada pada
penderita hal ini dikarenakan terdapat banyak penyebab yang dapat menimbulkan
gangguan tidur pada lansia, namun ada beberapa cara umum yang sering di
terapkan pada gangguan tidur lansian yakni edukasi tidur, merubah gaya hidur,
psikoterapi dan medika medika mentosa.
Edukasi tidur ;
• Naiklah ketempat tidur ketika kita sudah ingin tertidur
• Jangan gunakan kamar tidur sebagai tempat melakukan aktifitas lain
kecuali tidur
• Buatlah jam bangun yang konsisten
• Hindari minum kopi dan alkohol serta merokok
Merubah gaya hidur (life style)
• Lakukan pola makan yang sehat dan jaga berat badan normal
• Buat lingkungan rumah senyaman mungkin
• Menghindari perjalanan jauh atau bekerja sampai tengah malam agar
menghindari jet lag.
• Lakukan aktifitas fisik atau kegiatan yang membuat anda bergerak jangan
hanya duduk saja sepanjang hari (Boedhi-Darmojo, 2014)
Pengobatan medikamentosa
Sepuluh obat yang disetuhui FDA untuk insomnia
Nama Obat Indikasi Dosis (mg) Waktu paruh
(jam)
Flurazepan Pengobatan jangka pendek 15. 30 47-100
HCL
Quazepam Pengobatan jangka pendek 7,5. 15 39-73
Estazolam Pengobatan jangka pendek 0,5. 1,2 10-24
Tamazeoam Pengobatan jangka pendek 7,5. 15. 30 3,5-18,4
Triazolam Pengobatan jangka pendek 0,125. 0,25 1,5-5,5
Zaleplon Pengobatan jangka pendek 5. 10. 20 1
pada onset insomnia
Zolpidem Pengobatan jangka pendek 5. 10 2,5
pada onset insomnia
Zolpidem MR Pengobatan jangka 6,25. 12,5 2,8
panjang / pemeliharaan
pada insomnia
Eszopiclone Pengobatan jangka 1. 2. 3 6
panjang / pemeliharaan
pada insomnia
Remelteon Pengobatan jangka pendek 8 1-2,6
pada onset insomnia

Sumber : Ancoli-israel ABNS. Sleep Disorders in the older adult – A Mini –


Review. Gerontology. 2010;56:181-9.

2.6 Demensia
2.6.1. Pengertian Demensia
Demensia bukan merupakan suatu penyakit, demensia dalah istilah
deskriptif untuk sekumpulan gejala yang dapat disebabkan oleh sejumlah
gangguan yang mempengaruhi otak. Orang dengan demensia secara signifikan
menunjukkan gangguan fungsi intelektual yang mengganggu aktivitas dan
kegiatan sehari-hari mereka. Mereka juga kehilangan kemampuan mereka untuk
memecahkan masalah dan mempertahankan kontrol emosional, dan mereka
mungkin mengalami perubahan kepribadian dan masalah perilaku, seperti agitasi,
delusi, dan halusinasi (Alzeimer’s association).

1.3 Klasifikasi demensia. (Sjahrir,1999)

Demensia terbagi atas 2 dimensi:


Menurut umur:
Demensia senilis onset > 65 tahun
Demensia presenilis < 65 tahun

Menurut level kortikal:


Demensia kortikal
Demensia subkortikal

Klasifikasi lain yang berdasarkan korelasi gejala klinik dengan patologi-


anatomisnya
1. Anterior : Frontal premotor cortex Perubahan behavior, kehilangan kontrol, anti
sosial, reaksi lambat.
2. Posterior: lobus parietal dan temporal Gangguan kognitif: memori dan bahasa,
akan tetapi behaviour relatif baik.
3. Subkortikal: apatis, forgetful, lamban, adanya gangguan gerak. 4. Kortikal:
gangguan fungsi luhur; afasia, agnosia, apraksia
2.6.2. Etiologi Demensia
1. Demensia Tipe Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah penyebab demensia terbanyak, yaitu sekitar
60-70 % dari seluruh kasus demensia.
Penyakit Alzheimer mempengaruhi kemampuan fungsi hidup seseorang yang
berdampak terhadap semua aspek kehidupan dan lingkungan orang sekitarnya
terutama bagi yang mendampingi orang dengan demensia (ODD) sehari-hari
(alzeimer’s desease international, 2008).

2. Demensia Tipe Vaskular


Demensia vaskuler adalah demensia yang berhubungan dengan penyakit
serebrovaskuler dahalu demensia tipe ini disebut demensia multi infark. Demensia
vaskuler paling sering ditemukan pada laki-laki terutama mereka yang mengidap
hipertensi atau faktor resiko penyakit kardiovaskular lain. Gangguan ini terutama
mempengaruhi pembuluh serebral yang berukuran kecil dan sedang, yang
mengalami infark dan menyebabkan lesi parenkim multipel yang tersebar secara
luas diotak. Demensia vaskuler merupakan penyebabsekitar 15-30 % kasus
demensia (Kaplan et al, 2010)
Penyakit yang dapat menyebabkan demensia vaskuler
1. Penyakit Binswanger (ensefalopati arteriosklerotik subkortikal)
2. Penyakit Pick
3. Penyakit Jisim Lewy
4. Penyakit Huntington
5. Penyakit Parkinson

2.7.1 Kerangka Teori


Lansia
Proses Degenerasi

Perubahan fisik Perubahan


Psikososial

Anatomi Perubahan
Emosional
Fisiologi
dan
Biologi
Keperibadian

Perubahan ritme Penyakit Fisik Depresi


sirkandian

Gangguan Tidur Penggunaan


Obat-Obatan

INSOMNIA

Faktor Lingkungan Faktor Jenis Kelamin


Faktor Lain
dan Perempuan:
Hygine Tidur
Tempat Tinggal Penurunana Hormon
kurang baik
Seks pasca Menopause

6.8 Kerangka Konsep


Lansia

Proses Degenratif

Perubahan Fisik Perubahan Emosional Perubahan Emosi


Dan
Kepribadian

Anatomi Mudah Marah Sering


Merasa
Fisiologi Takut Bersalah
Biologi Panik

DEPRESI

Gangguan Tidur
Sulit Tertidur
Sering Terbangun
Terbangun Sangat Pagi

INSOMNIA

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross
sectional untuk mencari hubungan antara angka kejadian depresi dengan
insomnia pada lansia di panti jompo Werdha Dharma Bakti KM7
Palembang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakasakan di panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Bakti
Palembang selama 3 bulan yaitu Oktober – Desember 2015.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di panti Werdha Dharma
Bakti KM 7 Bakti Palembang.

3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang memenuhi kriteria
inklusi.
3..3.3. Kriteria inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria inklusi
a. Umur >60 tahun yang merupakan anggota dari panti Werdha Dharma
KM7 Palembang
b. Kooperatif dalm menjawab pertanyaan
c. Bersedia menjadi responden

2. kriteria eksklusi
a. Lansia yang mengalami demensia (penurunan daya ingat dan daya
pikir yang manganggu kegiatan harian seseorang, seperti mandi,
makan, berpakain, buang air, dll)
b. lansia yang mengalami gangguan berkomunikasi (bisu)
c. lansia yang tidak bersedia menjadi responden
d. Lansia yang mengalami gangguan jiwa berat

3.3.4. Cara Pengambilan Sampel


Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dari populasi
dilakukan dengan total sampling, yaitu memilih sampel dari populasi berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan selama
periode waktu telah ditentukan.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel dependent (variabel terikat)


Variabel dependent (variabel terikat) pada penelitian ini adalah insomnia.

3.4.2. Variabel Independent (variabel bebas)


Variabel Independent (variabel bebas) pada penelitian ini adala depresi.
3.5 Definisi Oprasional
Depresi :
Definisi ­ Gangguan mental umum yang ditandai
dengan kesedihan, kehilangan minat atau
perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi,
tidur teraganggu
Alat ukur ­ kuesioner yang telah terstandarisasi yaitu
Geriatric Depression Scale
Cara ukur ­ wawancara dengan menggunakan kuesioner
Hasil ukur ­ 0-4 tidak depresi

­ 5-9 kemungkinan besar depresi

­ >10 depresi

Insomnia
Definisi - kesulitan seseorang untuk masuk tidur
(sleep onset problem),kesulitan
mempertahankan tidur nyenyak (deep
maintance problem), dan bangun terlalu
pagi (early morning aweakening / EMA)
terjadi minimal tiga kali dalam seminggu
selama minimal satu bulan
Alat ukur - kuesioner yang sudah terstandarisasi dalam
sistem diagnostik DSM (diagnostic and
Statistical Manual Of Mental Disorders) IV
dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi
Jakarta- Insomnia Rating Scale (KSPBJ-
IRS).
Cara ukur - Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Hasil ukur ­ Tidak insomnia jika nilai skor KSPBJ < 10.

­ Mengalami insomnia jika skor KSPBJ > 10.

3.6 Cara Kerja / Cara Pengumpulan Data


3.6.1 Data primer
Tehnik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk variabel adalah
dengan menggunakan data primer yang di jawab langsung oleh responden melalui
tehnik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Peneliti melakukan
wawancara langsung kepada responden untuk melengkapi data primer kedua
variabel.
Penelitian ini dilakukan dengan cara.
1. Menemui lansia di panti jompo Werdha Dharma KM7 Bakti Palembang
2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang maksud dan tujuan
penelitian
3. meminta perstujuan pasien untuk mejadi responden pada penelitian ini
4. mewawancarai lansia di panti Werda Dharma Bakti KM7 Palembang yang
telah memenuhi kriteria inklusi dengan menggunakan kuesioner GDS dan
KSPBJ-IRS
5. semua data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan SPSS 18

3.6.2 Data Sekunder


Data sekunder mengenai riwayat penyakit yang pernah diderita oleh
responden di peroleh dengan cara dilihat dari dokumen yang berisi biodata
lansia yang menjadi responden dan dengan menanyakan pada suster yang
merawat lansia di panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang.

3.7 Cara Analisis Data


a. Analisis Univariat
Untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang
meliputi karakteristik responden, variable insomnia dan variable depresi dalam
penelitian, maka akan dilakukan analisis univariat.

b.Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di panti Werdha
Dharma KM7 Palembang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Penelitian ini telah dilakukan di Panti Werdha Dharma Bakti KM7
Palembang pada tanggal 28 November 2015, pengambilan data primer pada
penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara berdasarkan kuesioner GDS
(Geriatric Depression Scale), DSM IV dan KSPBJ-IRS. Dari total 47 lansia yang
berada di Panti Werdha Dharma Bhakti KM7 palembang di dapatkan 31 lansia
yang memenuhi kriteria dan bersedia menjadi responden.

4.1.1 Analisi Univariat


Tabel 1. Distribusi angka kejadian depresi pada lansia di Panti
Werdha Dharma KM7 palembang 28 November 2015.
Kejadian depresi n presentase (%)
Normal 21 60,7
Depresi 10 32,3
Jumlah 31 100
Pada tabel distribusi angka kejadian depresi pada lansia di Panti Werdha
Dharma Bakti KM7 palembang didapatkan hasil, lansia yang normal sebayak 21
orang (60,7%) lansia dan 10 orang (32,3%) kemungkinan menagalami depresi.

Tabel 2. Distribusi kejadian insomnia pada lansia di Panti Werdha


Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.

Kejadian insomnia n presentase (%)


Tidak Insomnia 17 54,8
Insomnia 14 45,2
Jumlah 31 100
Pada tabel distribusi kejadian insomnia pada lansia di Panti Werdha
Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil yaitu lansia yang tidak
mengalami insomnia sebanyak 17 (54,8) lansia dan lanisa yang mengalami
insomnia sebanyak 14 (45,2%) orang.

Tabel 3. Distribusi umur lansia di Panti Werdha Dharma Bakti KM7


pada 28 Palembang November 2015

umur n presentase (%)

60-74 19 61,3
75-95 12 38,7
Jumlah 31 100
Pada tabel distribusi umur lansia di panti Werdha Dharma Bakti KM7
Palembang terdapat 19 (61,3%) orang lansia yang masuk dalam kriteria lansia
muda dan 12 (38,7%) lansia masuk dalam kriteria lansia tua.
Tabel 4. Distribusi jenis kelamin lansia di Panti Werdha Dharma
Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.
Jenis Kelamin n presentase (%)
Laki-laki 8 25,8
Perempuan 23 74,2
Jumlah 31 100
Pada distribusi jenis kelamin lansia di Panti Werdha Dharma KM7
Palembang didapatkan hasil, lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8
orang (25,8%) dan lansia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 (74,2%)
lansia.

Tabel 5. Distribusi tingkat pendidikan pada lansia di panti Werdha


Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.

Tingkat Pendidikan n presentase (%)

Menengah Bawah 23 74,2


Menengah Atas 8 25,8
Jumlah 31 100
Pada distribusi tingkat pendidikan lansia di Panti Werdha Dharma KM7
Palembang didapatkan hasil, lansia yang menempuh pendidikan menengah bawah
sebanyak 23 orang (74,2%) dan menengah atas sebanyak 8 orang (25,8).

Tabel 6. Distribusi waktu tertidur pada lansia di panti Werdha


Dharma Bakti KM7 Palembang pada 28 November 2015.

Waktu Tertidur  n presentase (%)

< Jam 9 malam 24 77,4


> jam 9 malam 7 22,6

Jumlah 31 100
Pada distribusi waktu tertidur lansia di Panti Werdha Dharma KM7
Palembang didapatkan hasil, lansia yang tidur kurang dari jam 9 malam sebanyak
24 (77,4%) lansia dan tidur lebih dari jam 9 malam sebanyak 7 ( 22,6) lansia.

Tabel 7. Distribusi waktu terbangun pada lansia di panti Werdha


Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.

Tingkat Pendidikan n presentase (%)

< jam 5 pagi 9 29


jam 5 pagi 22 71

Jumlah 31 100
Pada distribusi waktu terbangun lansia di Panti Werdha Dharma Bakti
KM7 Palembang didapatkan hasil, lansia yang bangun kurang dari jam 5 pagi
sebanyak 9 (29%) dan lansia yang bangun pada jam 5 pagi sebanyak 22 (71%).

4.1.2 Analisi Bivariat


Perhitungan statistik dilakukan dengan SPSS chi-square dan
menggunakan Koreksi Yates. Koreksi Yates pada pnelitian ini di gunakan sebagai
uji alternatif tabel kontingensi 2x2 pada kondisi dimana terdapat nilai sel < 5.
Metode ini dapat diterapkan apabila memenuhi beberapa syarat yaitu. Tidak boleh
ada sel yang mempunyai nilai harapan < 1 dan tidak lebih dari 20% sel
mempunyai nilai harapan < 5. (Sabri et all,2008)
Tabel 8. Hubungan hasil GDS depresi dengan insomnia pada lansia di
Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015
Depresi insomnia
Jumlah P value* OR
Insomnai - insomnia +
n % n % n %
1. normal 15 88,2 6 42,9 21 67,7
2. depresi 2 11,8 8 57,1 10 32,3 0.021 10.000
Total 17 100 14 100 24 100

Dari tabel ditribusi hasil depresi dengan insomnia pada lansia di Panti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value sebesar 0,021
ini berarti nilai P value < 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang diujikan
bermakna dengan nilai OR 10.000
Tabel 9. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia di Panti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.
jenis interpretasi GDS jumlah
p value
kelamin normal depresi
n % n % n %
laki-laki 6 28,6 2 20 8 25,8
perempuan 15 71,4 8 80 23 74,2 0,944

Total 21 100 10 100 31 100


Dari tabel ditribusi tingkat jenis kelamin dengan hasil GDS pada lansia di
Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value sebesar
0,944 ini berarti nilai P value > 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang diujikan
tidak memiliki hubungan.

Tabel 8. Hubungan umur dengan depresi pada lansia di Panti Werdha


Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015
Umur interpretasi GDS jumlah
p value
normal depresi
n % n % n %
Lansia muda 12 71,4 7 70 19 61,3
(60-74) 0,770
Lansia tua 9 28,6 3 30 12 38,7
(75-95)

Total 21 100 10 100 31 100

Dari tabel ditribusi umurdengan hasil GDS pada lansia di panti jompo
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value sebesar 0,944 ini
berarti nilai P value > 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang diujikan tidak
memiliki hubungan.
Tabel 9. Hubungan tingkat pendidikan dengan depresi pada lansia di
Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015
Tingkat interpretasi GDS jumlah
pendidikan normal depresi p value
n % n % n %
menengah 15 71,4 8 80 23 71,2
bawah
menengah 6 28,6 2 20 8 25,8 0,944

atas

Total 21 100 10 100 31 100

Menengah bawah (SD­SMP)
Menengah atas (SMA­S1)
Dari tabel distribusi tingkat pendidikan dengan hasil GDS pada lansia di
panti jompo Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value
sebesar 0,944 ini berarti nilai P value > 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang
diujikan tidak memiliki hubungan.

4.2 Pembahasan
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Depresi merupakan
penyakit mental yang paling sering dialami oleh pasien yang berumur diatas 60
tahun dan merupakan penyakit yang paling umum dengan gejala yang tidak
spesifik (Soejono, 2010)
Menurut Rafknowledge depresi berkaitan erat dengan insomnia, pada
sebagian besar insomnia inti permasalahannya adalah emosional, kegelisahan
yang mendalam, kemarahan yang tak terkendali, situasi sosial yang tidak berpihak
termasuk diantaranya yang memicu sulitnya tidur. Mudah terbangun
mendatangkan depresi individual. Semua ini bisa meningkat seiring bertambahnya
usia (Rafknowledge, 2004)
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) dan untuk penilaian
insomnia pada lansia dilakukan dengan wawancara menggunakan 2 kuesioner
yaitu KSPBJ-IRS digunakan sebagai kuesioner utama hal ini dikarenakan pada
kuesioner KSPBJ-IRS terdapat beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan tidur
lasnia, dan kuesioner DSM IV digunakan sebagai kuesioner penunjang.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan jumlah lansia
di Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang yang diduga mengalami depresi
sebanyak 10 (33,2%) lansia. Pada penelitian terhadap kebiasaan tidur lansia,
didapatkan hasil 24 (77,4%) lansia tertidur sebelum jam 9 malam dan 7 (22,6%)
lansia tertidur setelah jam 9 malam, pada penelitian waktu terbangun lansia di
dapatkan 22 (71%) orang lansia terbangun pada jam 5 pagi dan 9 (29%) lansia
bangun kurang dari jam 5 pagi. Dan berdasarkan hasil perhitungan secara
keseluruhan pada kebiasaan tidur lansia yang ada di Panti Werdha Dharma Bakti
KM7 Palmebang di dapatkan sebanyak 14 (45,2%) lansia yang mengalami
insomnia atau lansia yang memiliki durasi tidur kurang dari 7 jam.
Untuk mengetahui adakah hubungan antara angka kejadian depresi dengan
isomnia maka dilakukan perhitungan Secara statistik menggunakan SPSS chi-
square dimana pada penilaian ini didapatkan hasil hubungan antara variabel
depresi yang dengan variabel insomnia adalah nilai P value = 0,021 dan OR=
10.000 hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada lansia dengan perbandingan
lansia yang mengalami depresi memiliki kemungkinan 10 kali lebih beresiko
untuk mengalami insomnia dibandingkan dengan orang yang normal.
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori dan penelitian lain,
dimana Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan hasil yang sama, bahwa
depresi selalu berhubungan dengan insomnia. Penelitian yang dilakukan oleh
Prayitno bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Trisakti menunjukan
bahwa pasien depresi selalu mengeluhkan tidurnya kurang pulas dan mudah sekali
terbangun, tidur REM lebih cepat datangnya sehingga biasanya mengalami
mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan (Prayitno, 2002).
Selain Prayitno penelitian lain yang dilakukan oleh Peter L dan Daniel J
bagian Psychiatry, Universitas Pittsburgh menyebutkan, 90% dari lansia yang
mengalami depresi memiliki masalah dalam kualitas tidur diamana hal yang
paling dikeluhkan adalah sulit tertidur, sering terbangun dan terbangun terlalu
pagi hari dan ada juga pasien yang mengeluhkan ketiganya.(Peter dkk, 2008).
Selain hubungan angka kejadian depresi dengan insomnia peneliti juga
meneliti hubungan sosiodemographic (jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan
terahir) dengan depresi.
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa yang paling
banyak menderita depresi di Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang adalah
lanaia yang berejnis kelamin perempuan, yakni sebanyak 8 orang dari total lansia
yang depresi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Frank
dkk dimana ia mengatakan bahwa perempuan lebih sering kesulitan untuk tertidur,
dari mudah hilang nafsu makan serta lebih sering mengalami ansietas dan
hipochondriasis pada laki-laki.
Distribusi umur pada Panti Wrdha Dharma Bhakti dikelompokkan menjadi
2 kategori yakni lansia muda (lansia yang berumur 60-74 tahun ) dan lansia tua
(lansia yang berumur (75-90 tahun) dari penelitian didapatkan 10 orang lansia
yang diduga mengalami depresi dimana 7 orang berasal dari golongan lansia
muda dan 3 orang berasal dari lansia tua.
Faktor sosiodemographic yang terakhir di teliti di panti Werdha Dhama
Bakti KM7 palembang adalah hubungan status pendidikan dengan kejadian
depresi dimana didapatkan bahwa dari 10 orang lansia yang mengalami depresi 8
orang diantaranya berasal dari pendidikan menengah bawah dan 2 orang berasal
dari pendidikan menengah atas.
Berdasarkan perhitungan statistic tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara sosiodemographic dengan depresi pada lansia di werdha Dharma Bakti KM
7 Palembang.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Ketebatasan dalam penelitian ini adalah
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu panti jompo saja di wilayah
Palembang sehingga hasil yang di dapatkan mungkin tidak mencerminkan
karakteristik depresi dan insomnia yang terjadi pada lansia di Palembang secara
keseluruhan
b. Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti membuat peneliti menggunakan
pendekatan cross-sectional pada penelitian ini. Hasil penelitian ini merupakan
hasil dari satu kali pengukuran di waktu yang sama sehingga tidak memperhatikan
aspek yang terjadi pada responden sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
­ Berdasarakan penghitungan secara keseluruhan terdapat hubungan yang
signifikan antara depresi dengan insomnia pada lansia, dengan nilai

P = 0,021dengan nilai OR 10.000


­ lansia yang mengalami depresi memiliki kemungkinan 10 kali lebih
beresiko untuk mengalami insomnia dibandingkan dengan lansia yang
normal.

­ Tidak terdapat hubungan yang sigifikan antara sosiodemography dengan


depresi pada lansia
Saran
­ Salah satu cara untuk mengurangi angka kejadian depresi pada lansia
adalah mengurangi tingkat kebosanan pada lansia, dalam hal ini
diharapkan pada para petugas yang terkait untuk sesekali melakukan
kegiatan di luar.

­ Diharapkan penilaian tingkat emosional pada lansia lebih sering di


perhatikan karena tingkat emosianal yang tidak stabil dapat memperburuk
keadaan lansia baik secara kesahatan maupun secara kejiwaan

­ Diharapkan kepada peneliti selanjutnya sampel penelitian sebaiknya


diperluas sampai beberapa panti yang ada di kota palembang agar hasil
lebih bisa menggambarkan karakteristik lansia yang ada di Palembang.

DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistic Manual of
Mental Disorders. Edisi Kelima. Washington, DC. Hal. 167.
Ahtar R, Danesh,Janet.2007.Relation Between Depression and Sociodemographic 

Factors. International Journal of Mental Health System.

Available from : http://ijmhs.biomedcentral.com/articles/10.1186/1752­4458­

1­4 diakses 8 januari 2016
Atmadja BW. 2010. Fisiologi Tidur . Bagian Bedah Syaraf Fakultas Kedokteran
Unpad. Bandung. Insonesia
Boedhi-Darmojo R. 2014. Gangguan Tidur pada Usia Lansia .Dalam: Marthono,
HH., dan K Pranarka. (Editor). Buku Ajar Geriatri . Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, Indonesia Hal. 319.
Constantinides P: in General Pathology dalam Martono HH dan K pranarka. Buku
Ajar Geriatri: Teori Proses Menua Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia.
Hal 8-18
Cohen ZM, Ancoli IS. Sleep Disorders dalam Rahayu RA. (Editor). Buku Ajar
Penyakit Dalam : Gangguan Tidur pada Usia Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima,
Jakarta, Indonesia. Hal 804
Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2006.Buku Ajar FisiologiKedokteranEdisi 11.
Jakarta: EGC
Feldman S, Arbenathy J . Management of Sleep Disorders in Elderly Dalam
Rahayu RA. (Editor). Buku Ajar Penyakit Dalam : Gangguan Tidur pada
Usia Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 802
Hutapea, Roland. 2005. Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis :
Psikiatri Geriatri, Jakarta, Indonesia. Hal 657
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis : Delirium,
Demensia, dan Gangguan Amnestik serta Gangguan Kognitif dan Gangguan
Mental Lainnya Karena Kondisi Medis Umum Jakarta, Indonesia. Hal 657
Piagam Global Penyakit Alzeimer. Alzeimer’s Desease International. 2008.
Available from: https://www.alz.co.uk/sites/default/files/pdfs/alzheimers-
charter-indonesian.pdf diakses 18 Oktober 2015)
Peter L, Daniel J. 2008.Sleep Disturbances and Depression Risk Relationships for 

Subsequent Depression and Therapeutic Implications. 

Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3108260/?

report=reader. Diakses 8 januari 2016

Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan 

Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT. 

http://www.univmed.org/wp­content/uploads/2011/02/Prayitno.pdf Diakses 26 

Mei 2012
Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia

Rahayu, RA. 2009.  Buku Ajar Penyakit Dalam: Gangguan Tidur pada Usia Lanjut. 

Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 802­805
Sabri, L. Hastono, SP.2008. Statistik Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Saddichha, S. 2012. Diagnosis and Treatment of Chronic Insomnia. National
Institute of Mental Health and Neurosciences, Bangalore, India. 13(2) : 94-
102 Available from: (http: ncbi.nlm.nih.gov diakses 5 Seprember 2015)
Salan, Rudi. 1998. Cermin Dunia Kedokteran: Terapi Medisinal pada Insomnia.
Hal 12-17
Setiati S, Kuntjoro H, Arya GR. 2009. : Proses Menua dan Implementasi
Klinisnya. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 757-766
Soejono, CH. Prabuseno, Nina KS. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Depresi
pada Pasien Usia Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 845
Tjekyan S, 2013 Pengantar epidemiologi: Studi Cross Sectional. Jilid 1 Edisi
Kesatu. Palembang. Indonesia. Hal 133.
Vitiello, MV. 2009. Aging and Sleep. National Sleep Foundation Washington DC.
Available from: (Http:Sleepfoundation.org, Diakses 10 September 2015)
WHO. 2015. Definition of an Older or Elder Person. Africa. Available from :
(http://www.who.int, diakses 10 Sepetember 2012)
What is Demensia. Alzeimer’s Association. Availeble from: (http://www.alz.org/,
diakses 18 Oktober 2015)
Ying, CS. 2012. Association Between Chronic Insomnia and Depression in
Elderly Adults. Department of Psychiatry Taipei Veterans General Hospital,
Taipei, Taiwan. Hal 195-196 : Available From: (http:
www.sciencedirect.com diakses 16 September 2015)
Lampiran 1. Lembar Penjelasan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN


Hubungan Depresi dan Insomnia pada Lansia di Panti Werdha Dharma
Bakti KM7 Palembang Sumatera Selatan 2015
Oleh :
Ima Desliana

Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya


Palembang yang sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengidentifikasi
Hubungan Depresi dan Insomnia pada Lansia.
Saya mengharapkan kesediaan Bapak / Ibu untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Penelitian ini tidak memberikan dampak apapun yang
membahayakan. Jika Bapak / Ibu bersedia, maka saya akan memberikan
kuesioner kepada Bapak / Ibu untuk dijawab. Saya mohon kesediaan Bapak / Ibu
untuk memberikan jawaban berdasarkan kuesioner dengan jujur dan apa adanya.
Partisipasi Bapak / Ibu bersifat sukarela, sehingga Bapak / Ibu bebas untuk
mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Semua informasi yang
Bapak / Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam
penelitian ini. Terimakasih atas partisipasi Bapak / Ibu dalam penelitian ini.
Jika selama menjalani penelitian ini atau setelahnya, ada hal-hal yang
kurang dimengerti yang berhubungan dengan penelitian ini, Bapak / Ibu dapat
menghubungi Saya, Ima Desliana, di Fakultas Kedokteran UNSRI, Palembang,
Telepon Genggam 087897008094.
Jika Bapak / Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, maka
silahkan menandatangi lembar persetujuan.
Lampiran 2. Lembar Penjelasan dan Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :

Telah menerima dan mengerti penjelasan tentang penelitian “Hubungan


Depresi dan Insomnia pada Lansia di Panti Werdha Dharma Bakti KM7
Palembang Sumatera Selatan 2015”. Dengan menimbang untung ruginya, Saya
bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut dengan kesadaran dan
kerelaan sendiri.
Demikianlah surat persetujuan ini Saya buat atas kesadaran sendiri tanpa
paksaan siapapun.

Palembang, Oktober 2015


Peneliti Responden

(Ima Desliana)
( ……………………….. )
Lampiran 3. Geriatric Depression Scale (GDS)

No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? Ya Tidak
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak Ya Tidak
kegiatandan minat atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan ? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik Ya Tidak
sepanjang waktu?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk Ya Tidak
akan minimpa anda ?
7 Apakah anda merasa bahagia dengan sebagian Ya Tidak
besar hidup anda ?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah dari Ya Tidak
pada pergi mengerjakan sesuatu hal yang baru
10 Apakah anda mempunyai masalah daya ingat Ya Tidak
dibandingkan orang lain ?
11 Apakah kehidupan anda sekarang Ya Tidak
menyenangkan ?
12 Apakah sekarang anda merasa tidak berharga ? Ya Tidak
13 Apakah anda penuh semangat Ya Tidak
14 Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada Ya Tidak
harapan ?
15 Apakah kehidupan orang lain lebih berharga Ya Tidak
dari pada kehidupan anda ?

Interpretasi : Jawaban di cetak tebal diberi nilai 1 
­ 0-4 tidak depresi
­ 5-9 kemungkinan besar depresi

­ >10 depresi

Lampiran 4. Kuesioner DSM IV

1. Apakah saudara mengalami gangguan tidur dalam 4 minggu terakhir ?


Ya
Tidak

2. Dalam 1 minggu terakhir berapa lama anda mengeluhkan insomnia tersebut ?


> 3 malam
< 3 malam
3. Apakah insomnia ini mengganggu kegiatan anda sehari-hari ?
Ya
Tidak

Lampiran 5 kuesioner Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia


Rating Scale (KSPBJ-IRS).
1. Berapa jam anda gunakan sehari untuk tidur ?
(0) > 6,5 jam
(1) 5,5-6,5 jam
(2) 4,5-5,5 jam
(3) < 4,5 jam

2. Seberapa ssering anda bermimpi saat tidur ?


(0) Tidak pernah bermimpi
(1) Terkadang mimpi menyenangkan atau mimpi biasa saja
(2) Selalu bermimpi
(3) Mimpi buruk

3. Bagaimana kualitas tidur saudara ?


(0) Tidur lelap dan sulit terbangun
(1) Tidur cukup baik, sulit terbangun
(2) Tidur cukup baik, mudah untuk terbangun
(3) Tidur yang dangkal, mudah untuk terbangun
4. Berapa lama anda habiskan untuk memulai tidur anda
(0) > 5 menit
(1) 6-15 menit
(2) 16-29 menit
(3) 30-44 menit
(4) 45-60 menit
(5) > 1 jam

5. Berapa kali anda terbangun di malam hari ?


(0) Tidak terbangun sama sekali
(1) 1 atau 2 kali terbangun
(2) 3-4 kali
(4) > 4 kali

6. Berapa lama waktu anda butuhkan untuk tidur kembali setelah terbangun di
malam hari ?
(0) <5 menit
(1) 6-15 menit
(2) 16-60 menit
(3) > 60 menit

7.Berapa lama anda terbangun pada dini hari ?


(0) Kapan saja
(1) 30 menit lebih awal dari waktu bangun tidur
(2) Bangun 1 jam lebih awal dari bangun tidur dan tidak dapat tertidur lagi
(3) Lebih dari 1jam awal dari waktu bangun tidur dan tidak dapat tertidur lagi

8. Bagamana perasaan anda waktu bangun tidur


(0) merasa segar
(1) Tidak terlalu baik
(2) Sangat buruk

I
n
s
o
m
n I
Nilai i Insomni
Nama JK Umur Pedidikan GDS I GDS KSPBj-IRS a a
Joshep T
David K LK 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
Maria
Sumina PR 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 > 3 malam 2.0 I
Suziwat T
i PR 2.0 1.0 10.0 3.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
T
Ngatiah PR 1.0 1.0 3.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In

Istiah PR 2.0 1.0 4.0 1.0 1.0 > 3 malam 1.0 I


T
Tukiyo LK 1.0 1.0 10.0 3.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
Kho
Yng
Tjuan LK 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 > 3 malam 1.0 I
T
Lianti PR 1.0 2.0 4.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
Agustin LK 1.0 2.0 2.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 T
us In
Lung
Ting lan PR 1.0 1.0 2.0 1.0 1.0 > 3 malam 1.0 I

Amoy PR 2.0 1.0 1.0 1.0 1.0 > 3 malam 2.0 I


Temulus T
ia PR 1.0 1.0 1.0 1.0 2.0 <3 malam 2.0 In

Afen PR 1.0 1.0 3.0 1.0 1.0 > 3 malam 2.0 I


T
Bertus LK 1.0 1.0 5.0 1.0 2.0 <3 malam 2.0 In
T
Nita PR 1.0 1.0 3.0 1.0 2.0 <3 malam 2.0 In
Lusi T
Sukarni PR 2.0 2.0 1.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
T
Ana PR 1.0 2.0 5.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In

Yohana PR 2.0 1.0 8.0 3.0 1.0 > 3 malam 1.0 I


T
Lusiana PR 1.0 1.0 5.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
Yung T
Chan PR 2.0 1.0 5.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
T
Minasih PR 2.0 2.0 5.0 1.0 2.0 <3 malam 2.0 In

Beti PR 2.0 2.0 8.0 3.0 1.0 > 3 malam 2.0 I


T
Yohanes LK 1.0 2.0 7.0 1.0 2.0 <3 malam 2.0 In
T
Maryam PR 1.0 1.0 8.0 3.0 2.0 <3 malam 2.0 In
Nyuk T
Moy PR 1.0 1.0 10.0 3.0 2.0 < 3 malam 2.0 In

Robert LK 1.0 1.0 11.0 3.0 1.0 > 3 malam 2.0 I


Rita
suwatan PR 1.0 2.0 10.0 3.0 1.0 > 3 malam 1.0 I

Rahmat LK 1.0 1.0 10.0 3.0 1.0 > 3 malam 1.0 I

Alan PR 1.0 1.0 10.0 3.0 1.0 > 3 malam 2.0 I


Liem T
tjong PR 2.0 1.0 11.0 3.0 2.0 < 3 malam 2.0 In

Jariem PR 1.0 1.0 13.0 3.0 1.0 > 3 malam 1.0 I


Lampiran 7 Hasil Uji Statistik SPSS
FREQUENCIES VARIABLES=InterpretasiDepresi

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Interpretasi Depresi

N Valid 31

Missing 0

Interpretasi Depresi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 16 51.6 51.6 51.6

kemungkinan depresi 8 25.8 25.8 77.4

depresi 7 22.6 22.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=InterpretasiInsomnia

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Interpretasi Insomnia

N Valid 31

Missing 0
Interpretasi Insomnia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak insomnia 17 54.8 54.8 54.8

insomnia 14 45.2 45.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Jenis Kelamin

N Valid 31

Missing 0

Interpretasi Insomnia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak insomnia 17 54.8 54.8 54.8

insomnia 14 45.2 45.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin

N Valid 31

Missing 0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 8 25.8 25.8 25.8

perempuan 23 74.2 74.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Interpretasi Insomnia

N Valid 31

Missing 0

Interpretasi Insomnia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak insomnia 17 54.8 54.8 54.8

insomnia 14 45.2 45.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin

/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies

Statistics
Jenis Kelamin

N Valid 31

Missing 0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 8 25.8 25.8 25.8

perempuan 23 74.2 74.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=Umur

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Umur

N Valid 31

Missing 0
Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60-74 lanisa muda 19 61.3 61.3 61.3

75-95 Lansia Tua 12 38.7 38.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

FREQUENCIES VARIABLES=PendidikanTerakhir

/ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

Statistics
Pendidikan Terakhir

N Valid 31

Missing 0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid menengah bawah 23 74.2 74.2 74.2

menengah atas 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Interpretasi GDS *
24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
Interpretasi Insomnia

Interpretasi GDS * Interpretasi Insomnia Crosstabulation


Count

Interpretasi Insomnia

tidak insomnia insomnia Total

Interpretasi GDS normal 10 6 16

kemungkinan 6 2 8
Total 16 8 24

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .375a 1 .540


b
Continuity Correction .023 1 .878
Likelihood Ratio .385 1 .535
Fisher's Exact Test .667 .447
b
N of Valid Cases 24

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Interpretasi


.556 .084 3.690
GDS (normal / kemungkinan)
For cohort Interpretasi
.833 .480 1.446
Insomnia = tidak insomnia
For cohort Interpretasi
1.500 .386 5.825
Insomnia = insomnia
N of Valid Cases 24

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Interpretasi GDS *
24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
Interpretasi Insomnia

Interpretasi GDS * Interpretasi Insomnia Crosstabulation


Count

Interpretasi Insomnia

tidak insomnia insomnia Total

Interpretasi GDS normal 10 6 16

kemungkinan 6 2 8
Total 16 8 24
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .375a 1 .540


b
Continuity Correction .023 1 .878
Likelihood Ratio .385 1 .535
Fisher's Exact Test .667 .447
b
N of Valid Cases 24

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Interpretasi


.556 .084 3.690
GDS (normal / kemungkinan)
For cohort Interpretasi
.833 .480 1.446
Insomnia = tidak insomnia
For cohort Interpretasi
1.500 .386 5.825
Insomnia = insomnia
N of Valid Cases 24

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Interpretasi GDS *
23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
Interpretasi Insomnia
Interpretasi GDS * Interpretasi Insomnia Crosstabulation
Count

Interpretasi Insomnia

tidak insomnia insomnia Total

Interpretasi GDS normal 10 6 16

depresi 1 6 7
Total 11 12 23

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.537 1 .033
b
Continuity Correction 2.810 1 .094
Likelihood Ratio 4.930 1 .026
Fisher's Exact Test .069 .045
N of Valid Casesb 23

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,35.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Interpretasi


10.000 .957 104.490
GDS (normal / depresi)
For cohort Interpretasi
4.375 .685 27.931
Insomnia = tidak insomnia
For cohort Interpretasi
.438 .217 .882
Insomnia = insomnia
N of Valid Cases 23

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Interpretasi GDS *
15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Interpretasi Insomnia

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Interpretasi GDS *
15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Interpretasi Insomnia

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.529a 1 .019


b
Continuity Correction 3.359 1 .067
Likelihood Ratio 5.989 1 .014
Fisher's Exact Test .041 .032
b
N of Valid Cases 15

a. 4 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Interpretasi


18.000 1.267 255.744
GDS (kemungkinan / depresi)
For cohort Interpretasi
5.250 .819 33.662
Insomnia = tidakinsomnia
For cohort Interpretasi
.292 .085 1.006
Insomnia = insomnia
N of Valid Cases 15

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Jenis Kelamin * Interpretasi


31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Depresi

Jenis Kelamin * Interpretasi Depresi Crosstabulation


Count

Interpretasi Depresi

kemungkinan
normal depresi depresi Total

Jenis Kelamin laki-laki 5 1 2 8

perempuan 11 7 5 23
Total 16 8 7 31
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)

Pearson Chi-Square 1.015a 2 .602


Likelihood Ratio 1.125 2 .570
Linear-by-Linear Association .114 1 .736
N of Valid Cases 31

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,81.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Umur * Interpretasi Depresi 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%

Umur * Interpretasi Depresi Crosstabulation


Count

Interpretasi Depresi

kemungkinan
normal depresi depresi Total

Umur 60-74 lanisa muda 9 4 6 19

75-95 Lansia Tua 7 4 1 12


Total 16 8 7 31

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 2.361 2 .307
Likelihood Ratio 2.619 2 .270
N of Valid Cases 31
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 2.361a 2 .307


Likelihood Ratio 2.619 2 .270

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,71.

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent

Pendidikan Terakhir *
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Interpretasi Depresi

Pendidikan Terakhir * Interpretasi Depresi Crosstabulation


Count

Interpretasi Depresi

kemungkinan
normal depresi depresi Total

Pendidikan Terakhir menengah bawah 13 4 6 23

menengah atas 3 4 1 8
Total 16 8 7 31

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value Df sided)
a
Pearson Chi-Square 3.347 2 .188
Likelihood Ratio 3.129 2 .209
Linear-by-Linear Association .026 1 .872
N of Valid Cases 31

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,81.
Lampiran 8. Persetujuan Untuk Pengumpulan Data skripsi
Lampiran 9. Persetujuan Revisi Skripsi
Lampiran 10. Sertifikat Etik
Lampiran 11. Surat Izin Penelitian
Lampiran 12. Surat Selesai Penelitian
Hubungan Angka Kejadian Depresi dengan Insomnia
pada Lansia di Panti Werdha Dharma Bakti
KM7 palembang

Ima Desliana1, Yuniza2, Swanny3

1. Peserta Program Studi Pendidikan Dokter, FK Unsri


2. Staff Pengajar Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl. dr. Mohammad
Ali Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia
3. Staff Pengajar Bagian Fisologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl. dr. Mohammad Ali
Komplek RSMH Palembang Km. 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

E-mail : deslianaima@rocketmail.com

Abstrak
Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering dialami oleh lansia namun penyakit ini sulit terdeteksi karena
penyakit ini sering menimbulkan gejala yang tidak spesifik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara angka
kejadian depresi dengan insomnia pada lansia.Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-
sectional yang dilakukan pada 28 November 2015 di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang. Populasi penelitian
adalah semua lansia yang ada di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang. Sampel penelitian adalah semua lansia di
Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang yang memenuhi kriteria inklusi. Responden diwawancara menggunakan
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS), DSM IV dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating
Scale (KSPBJ-IRS). Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi-square. Terdapat 31 orang lansia yang
memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 8 (25,8%) laki-laki dan 23 (74,2%) perempuan dengan rata-rata usia 71,6 tahun dan
rata-rata pendidikan menengah bawah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 (32,3 %) lansia yang menderita depresi
dan 8 (80%) diantaranya mengalami insomnia. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa hubungan angka kejadian
depresi dengan insomnia adalah (P value 0,021, OR 10.000). Terdapat hubungan antara angka kejadian depresi dengan
insomnia. Orang yang depresi 10 kali lebih tinggi untuk menderita insomnia dari pada orang normal.

Kata kunci: Depresi, insomnia, Geriatric Depression Scale, lansia.

Abstract
Depression is the most common type of mental dissorder in elderly, but sometimes depression can be diffcult to detected
because depression have unspecipic symptoms. This research wass done to see the relationship between depression
incidence with insomnia in elderly. This research is an analytic observational with cross sectional design, done on 28
November 2015 in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang. Population in this research is all elderly in Panti
Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang. Sample in this research is all elderly in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7
Palembang who met in inclusion criteria. Respondents will be interviewed by three questionnaires. Geriatric Depression
Scale (GDS), DSM IV dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Data will be
analyzed by using univariate and bivariate with the Chi-square.
There are 31 elderly who fit in the inclusion criteria, consist of 8 (25,8%) male and 23 (74,2%) female, with an average
age of 71,6 years old and an average eduaction is lower secondary education. The result showed there are 10 (32,3%)
elderly who suffer from depression and 8 (80%) of them suffer from insomnia too. The Chi-square test result of
relationship between depression incidence with insomnia in elderly is (P value 0,021, OR 10.000).There is relationship
between depression incidence with insomnia in elderly which is, an elderly who suffer from depression, 10 times larger to
suffer from insomnia than normal elderly.

Key word: Depression, insomnia, Geriatric Depression Scale, elderly


1. Pendahuluan kejiwaan   dan   obat   yang   digunakan   untuk 
mengobati mereka5.
Depresi adalah suatu keadaan mental mood 2. Metode Penelitian
yang menurun yang ditandai dengan kesedihan,
perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Penelitian ini merupakan suatu penelitian
Depresi merupakan penyakit mental yang paling analitik observasional dengan desain penelitian
sering dialami oleh pasien yang berumur diatas cross-sectinal yang bertujuan untuk mempelajari
60 tahun dan merupakan penyakit yang paling dinamika hubungan hubungan atau korelasi
umum dengan gejala yang tidak spesifik1. antara faktor-faktor risiko dengan dampak atau
Gejala depresi pada usia lanjut sering kali efeknya tanpa melakukan intervensi terhadap
tidak khas namun salah satu gejala yang sering variabel6.
muncul adalah gangguan tidur. Gangguan tidur Penelitian ini bertujuan untuk mencari
sangat sering dikaitkan dengan penyakit hubungan angka kejadian depresi dengan
psychiatric salah satu nya adalah insomnia, “in” insomnia pada lansia. Pada penelitian semua
(no) dan “somnus” (sleep), berdasarkan pengukuran variabel yang diteliti dilakukan pada
penelitian yang telah di lakukan sekitar 40-80% waktu yang sama. Penelitian ini menggunakan
lansia yang menderita depresi juga mengeluhkan data primer dan skunder dari sampel penelitian.
gangguan tidur yakni insomnia. Karakteristik Data sekunder yaitu data responden yang diambil
penyakit ini adalah tidak bisa tidur atau tidur dengan cara dilihat dari dokumen yang berisi
dengan waktu yang sebentar. Menurut Johann biodata lansia yang menjadi responden. Data
Heinroth keluhan yang sering dikuluhkan pada primer didapatkan dari wawancara langsung
insomnia yang terkait penyakit psychosomatic dengan kuesioner Geriatric Depression Scale
adalah ketidakpuasan seseorang terhadap (GDS) dan untuk penilaian insomnia pada lansia
kuantitas dan kualitas tidur yang dimilikinya2,3. dilakukan dengan wawancara menggunakan 2
Keluhan terkait isnomnia yang juga sering kuesioner yaitu KSPBJ-IRS dab DSM IV.
dijumpai pada lansia berupa kesulitan masuk Penelitian ini dilakukan di Panti Werdha Dharma
tidur kesulitan mempertahankan tidur nyenyak (, Bakti KM7 Palembang pada 28 November 2015.
dan bangun terlalu pagi. Gejala dan tanda yang Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
sering mencul berupa kombinasi dari ketiga riwayat pendidikan, status mental dan kebiasaan
gangguan tersebut dan dapat muncul sementara tidur (waktu tertidur, durasi tidur dan waktu
atau kronik. Penelitian yang dilakukan di terbangun).
labolatorium, seorang lansia mempunyai durasi
yang lebih pendek pada tidur delta (stadium 3 dan 3. Hasil dan Pembahasan
4, durasi yang lebih panjang pada stadium 1 dan
2, dan meningkatnya frekuensi terbangun di
Tabel 1. Distribusi angka kejadian depresi pada lansia di
malam hari atau menigkatnya fragmentasi tidur Panti Werdha Dharma Bakti KM7
karena seringnya terbangun4. palembang 28 November 2015.
Menurut  National   Sleep   Foundation 
Kejadian depresi n presentase (%)
banyak lansia,  juga melaporkan menjadi kurang 
Normal 21 60,7
puas   dengan   tidur   dan   lebih   lelah   di   siang  Depresi 10 32,3
hari. Studi pada kebiasaan tidur lansia di Amerika  Jumlah 31 100
mengemukakan bahwa prevalensi gangguan tidur 
cenderung   meningkat   dengan   bertambahnya  Pada tabel distribusi angka kejadian
depresi pada lansia di Panti Werdha Dharma
usia. Namun    penelitian menunjukkan   bahwa 
Bakti KM7 palembang didapatkan hasil, lansia
sebagian  besar gangguan tidur antara orang tua  yang normal sebayak 21 orang (60,7%) lansia dan
dapat   dikaitkan   dengan   penyakit   fisik,   penyakit 
10 orang (32,3%) kemungkinan mengalami yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23
depresi (74,2%) lansia
Tabel 5. Distribusi tingkat pendidikan pada lansia di panti
Tabel 2. Distribusi kejadian insomnia pada lansia di Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 2015.
November 2015.
Tingkat pendidikan n presentase (%)
Kejadian insomnia n presentase (%) Menengah bawah 17 54,8
Tidak insomnia 17 54,8 Menengah atas 14 45,2
Insomnia 14 45,2 Jumlah 31 100
Jumlah 31 100
Pada distribusi tingkat pendidikan lansia
Pada tabel distribusi kejadian insomnia di Panti Werdha Dharma KM7 Palembang
pada lansia di Panti Werdha Dharma Bakti KM7 didapatkan hasil, lansia yang menempuh
Palembang didapatkan hasil yaitu lansia yang pendidikan menengah bawah sebanyak 23 orang
tidak mengalami insomnia sebanyak 17 (54,8) (74,2%) dan menengah atas sebanyak 8 orang
lansia dan lanisa yang mengalami insomnia (25,8).
sebanyak 14 (45,2%) orang. Tabel 6. Distribusi waktu tertidur pada lansia di panti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang pada
Tabel 3.Distribusi umur lansia di panti Werdha Dharma 28 November 2015.
Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.
Waktu Tertidur  n presentase (%)
umur n presentase (%) < Jam 9 malam 24 77,4
60-74 19 61,3 > jam 9 malam 7 22,6
75-95 12 38,7 Jumlah 31 100

Jumlah 31 100 Pada distribusi waktu tertidur lansia di


Panti Werdha Dharma KM7 Palembang
Pada tabel distribusi umur lansia di panti didapatkan hasil, lansia yang tidur kurang dari
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang terdapat jam 9 malam sebanyak 24 (77,4%) lansia dan
19 (61,3%) orang lansia yang masuk dalam tidur lebih dari jam 9 malam sebanyak 7 (22,6)
kriteria lansia muda dan 12 (38,7%) lansia masuk lansia.
dalam kriteria lansia tua.
Tabel 7. Distribusi waktu terbangun pada lansia di panti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28
Tabel 4. Distribusi jenis kelamin lansia di Panti Werdha November 2015.
Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November
2015
Tingkat Pendidikan n presentase (%)
Jenis Kelamin n presentase (%)
Laki-laki 8 25,8 Perempuan < jam 5 pagi 9 29
23 74,2 jam 5 pagi 22 71
Jumlah 31 100 Jumlah 31 100

Pada distribusi jenis kelamin lansia di Pada distribusi waktu lansia di Panti
Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang
didapatkan hasil, lansia yang berjenis kelamin didapatkan hasil, lansia yang bangun kurang dari
laki-laki sebanyak 8 orang (25,8%) dan lansia jam 5 pagi sebanyak 9 (29%) dan lansia yang
bangun pada jam 5 pagi sebanyak 22 (71%).
Tabel 8 Hubungan Angka Kejadian Depresi dengan insomnia pada lansia
Depresi insomnia
Jumlah P value* OR
Insomnai - insomnia +
N % n % n %
1. normal 15 88,2 6 42,9 21 67,7
2. depresi 2 11,8 8 57,1 10 32,3 0.021 10.000
Total 17 100 14 100 24 100

Depresi adalah suatu keadaan mental didapatkan 22 (71%) orang lansia terbangun
mood yang menurun yang ditandai dengan pada jam 5 pagi dan 9 (29%) lansia bangun
kesedihan, perasaan putus asa dan tidak kurang dari jam 5 pagi. Dan berdasarkan hasil
bersemangat. Depresi merupakan penyakit perhitungan secara keseluruhan pada
mental yang paling sering dialami oleh pasien kebiasaan tidur lansia yang ada di Panti
yang berumur diatas 60 tahun dan merupakan Werdha Dharma Bakti KM7 Palmebang di
penyakit yang paling umum dengan gejala dapatkan sebanyak 14 (45,2%) lansia yang
yang tidak spesifik1. mengalami insomnia atau lansia yang
Menurut Rafknowledge depresi memiliki durasi tidur kurang dari 7 jam.
berkaitan erat dengan insomnia pada sebagian Untuk mengetahui adakah hubungan
besar insomnia inti permasalahannya adalah antara angka kejadian depresi dengan isomnia
emosional. Kegelisahan yang mendalam, maka dilakukan perhitungan secara statistik
kemarahan yang tak terkendali, situasi sosial menggunakan SPSS chi-square dimana pada
yang tidak berpihak termasuk diantaranya penilaian ini di dapatkan hasil hubungan antara
yang memicu sulitnya tidur. Mudah terbangun variabel depresi dengan variabel insomnia
mendatangkan depresi individual. Semua ini adalah nilai (p = 0,021) dan ( OR= 10.000)
bisa meningkat seiring bertambahnya usia7. hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa
Pengambilan data pada penelitian ini terdapat hubungan antara Angka kejadian
dilakukan dengan wawancara menggunakan depresi dengan insomnia pada lansia dengan
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) perbandingan orang yang mengalami depresi
dan untuk penilaian insomnia pada lansia memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar
dilakukan dengan wawancara menggunakan 2 untuk mengalami insomnia dibandingkan
kuesioner yaitu KSPBJ-IRS digunakan sebagai dengan orang yang normal.
kuesioner utama hal ini dikarenakan pada Penelitian ini juga didukung oleh
kuesioner KSPBJ-IRS terdapat beberapa beberapa teori dan penelitian lain, dimana
pertanyaan mengenai kebiasaan tidur lasnia, Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan
dan kuesioner DSM IV digunakan sebagai hasil yang sama, bahwa depresi selalu
kuesioner penunjang. berhubungan dengan insomnia. Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian secara yang dilakukan oleh Prayitno bagian Ilmu
keseluruhan didapatkan jumlah lansia di Panti Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Trisakti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang yang menunjukan bahwa pasien depresi selalu
diduga mengalami depresi sebanyak 10 mengeluhkan gangguan tidur berupa tidurnya
(33,2%) lansia. Pada penelitian terhadap kurang pulas dan mudah sekali terbangun,
kebiasaan tidur lansia, didapatkan hasil 24 tidur REM lebih cepat datangnya sehingga
(77,4%) lansia tertidur sebelum jam 9 malam biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak
dan 7 (22,6%) lansia tertidur setelah jam 9 menyenangkan8.
malam, pada penelitian waktu terbangun lansia
Selain Prayitno penelitian lain yang yang signifikan antara faktor
dilakukan oleh Peter L dan Daniel J dari sosiodemographic dengan depresi pada
bagian Psychiatry, University of Pittsburgh lansiayang berada di werdha Dharma Bakti
menyebutkan, 90% dari lansia yang KM 7 Palembang.
mengalami depresi memiliki masalah dalam
kualitas tidur diamana hal yang paling 4. Kesimpulan
dikeluhkan adalah sulit tertidur, sering
terbangun dan terbangun terlalu pagi hari dan Berdasarakan penghitungan secara
ada juga pasien yang mengeluhkan ketiganya9. keseluruhan terdapat hubungan antara depresi
Selain hubungan angka kejadian dengan insomnia, dengan nilai p=0,021dengan
depresi dengan insomnia peneliti juga meneliti nilai OR 10.000. dimana lansia yang
hubungan sosiodemografi lansia (jenis mengalami depresi 10 kali lebih beresiko
kelamin, umur dan tingkat pendidikan terahir) untuk menderita insomnia dibandingkan lansia
dengan depresi yang normal dan tidak terdapat hubungan yang
Hasil penelitian berdasarkan jenis sigifikan antara sosiodemography dengan
kelamin didapatkan bahwa yang paling banyak depresi pada lansia.
menderita depresi di Panti Werdha Dharma
Bakti KM7 Palembang adalah lansia yang 5. Daftar Acuan
berjenis kelamin perempuan perempuan yakni
sebanyak 8 orang dari total 10 lansia yang 1. Soejono, CH. Prabuseno, Nina KS.
depresi. Pernyataan ini juga didukung oleh 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam:
penelitian yang telah dilakukan oleh Frank dkk Depresi pada Pasien Usia Lanjut. Jilid 1
dimana ia mengatakan bahwa perempuan lebih Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal
sering kesulitan untuk tertidur, dan mudah 845
hilang nafsu makan serta lebih sering 2. Ying, CS. 2012. Association Between
mengalami ansietas dan hipochondriasis dari Chronic Insomnia and Depression in
pada laki-laki10. Elderly Adults. Department of
Distribusi umur pada lansia yang Psychiatry Taipei Veterans General
tinggal di Panti Wrdha Dharma Bhakti Hospital, Taipei, Taiwan. Hal 195-196 :
dikelompokkan menjadi 2 kategori yakni Available From: (http:
lansia muda yaitu lansia yang berumur 60-74 www.sciencedirect.com diakses 16
tahun dan lansia tua lansia yang berumur 75- September 2015)
95 tahun, berdasarkan penelitian yang telah 3. Saddichha, S. 2012. Diagnosis and
dilakukan didapatkan hasil dari 10 orang lansia Treatment of Chronic Insomnia.
yang diduga mengalami depresi 7 orang National Institute of Mental Health and
diantaranya berasal dari golongan lansia muda Neurosciences, Bangalore, India. 13(2) :
dan 3 orang berasal dari golongan lansia tua 94-102 Available from: (http:
Faktor sosiodemographic yang terakhir ncbi.nlm.nih.gov diakses 5 Seprember
di teliti pada lansia di panti Werdha Dhama 2015)
Bakti KM7 palembang adalah hubungan status 4. Rahayu, RA. 2009. Buku Ajar Penyakit
pendidikan lansia dengan angka kejadian Dalam: Gangguan Tidur pada Usia
depresi, dimana didapatkan bahwa dari 10 Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta,
orang lansia mengalami depresi 8 orang Indonesia. Hal 802-805
diantaranya berasal dari status pendidikan 5. Vitiello, MV. 2009. Aging and Sleep.
menengah bawah dan 2 orang berasal dari National Sleep Foundation Washington
pendidikan menengah atas. DC.
Berdasarkan perhitungan statistic (Http:Sleepfoundation.org, Diakses 10
didpatkan bahwa tidak terdapat hubungan September 2015)
6. Tjekyan S, 2013 Pengantar
epidemiologi: Studi Cross Sectional.
Jilid 1 Edisi Kesatu. Palembang.
Indonesia. Hal 133.
Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan
Gangguan Tidur Lainya. Jakarta:
Gramedia
8. Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur
Pada Kelompok Usia Lanjut Dan
Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.
http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2011/02/Prayitno.pdf
Diakses Januari 2016

9. Peter L, Daniel J. 2008.Sleep


Disturbances and Depression Risk
Relationships for Subsequent Depression
and Therapeutic Implications.
10. Ahtar R, Danesh,Janet.2007.Relation
Between Depression and
Sociodemographic Factors. International
Journal of Mental Health System.
Available from :
http://ijmhs.biomedcentral.com/articles/1
0.1186/1752-4458-1-4 diakses 8 januari
2016
BIODATA

Nama : Ima Desliana


Tempat, Tanggal Lahir : Baturaja, 27 Desember 1994
Alamat : Jl. Sultan Mansyur.
Perumahan Permata Residence
No. K20
Telp/Hp : 087897008094
Email : deslianaima@rocketmail.com
Agama : Islam

Nama Orang Tua


Ayah : Drs. Fahmiyudin, M.Si
Ibu : Laila Mandalia
Jumlah Saudara :5
Anak Ke :4

Riwayat Pendidikan :
• TK Aisyiyah (1999)
• SD Negeri 8 Baturaja (2000-2004)
• SD Negeri 42 Baturaja (2004-2006)
• SMP Negeri 1 Baturaja (2009)
• SMA Negeri 1 Baturaja (2012)
• FK Unsri 2012 – sekarang.

Palembang, 27 Januari 2016

(Ima Desliana)

Anda mungkin juga menyukai