SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
OLEH
IMA DESLIANA
04121401091
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
1
2
PERNYATAAN
3
Saya yang bertanda-tangan di bawah ini dengan ini menyatakan bahwa:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister dan/atau doktor), baik di
Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan verbal Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
(Ima Desliana)
NIM. 04121401091
4
Sebagai civitas akademik Universitas Sriwijaya, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Dibuat di : Palembang
Yang Menyatakan
(Ima Desliana)
HUBUNGAN ANGKA KEJADIAN DEPRESI DENGAN INSOMNIA
PADA LANSIA DI PANTI WERDHA DHARMA BAKTI
KM 7 PALEMBANG
(Ima Desliana,19 Januari 2016, 57 halaman)
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
ABSTRAK
5
Latar Belakang: Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering dialami
oleh lansia namun penyakit ini sulit terdeteksi karena penyakit ini sering
menimbulkan gejala yang tidak spesifik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat
hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada lansia.
Metode: penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain
cross-sectional yang dilakukan pada 28 November 2015 di Panti Werdha Dharma
Bakti KM 7 Palembang. Populasi penelitian adalah semua lansia yang ada di Panti
Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang. Sampel penelitian adalah semua lansia
di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang yang memenuhi kriteria inklusi.
Responden diwawancara menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale
(GDS), DSM IV dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating
Scale (KSPBJ-IRS). Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi-
square.
Hasil: Terdapat 31 orang lansia yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 8
(25,8%) laki-laki dan 23 (74,2%) perempuan dengan rata-rata usia 71,6 tahun dan
rata-rata pendidikan menengah bawah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10
(32,3 %) lansia yang menderita depresi dan 8 (80%) diantaranya mengalami
insomnia. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa hubungan angka kejadian
depresi dengan insomnia adalah (P value 0,021, OR 10.000).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia.
Orang yang depresi 10 kali lebih beresiko untuk menderita insomnia dari pada
orang normal.
Kata kunci: Depresi, insomnia, Geriatric Depression Scale, lansia.
ABSTRACT
6
unspecipic symptoms. This research wass done to see the relationship between
depression incidence and insomnia in elderly.
Methods: This research is an analytic observational with cross sectional design,
done on 28 November 2015 in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang.
Population in this research is all elderly in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7
Palembang. Sample in this research is all elderly in Panti Werdha Dharma Bakti
KM 7 Palembang who met in inclusion criteria. Respondents will be interviewed
by three questionnaires. Geriatric Depression Scale (GDS), DSM IV dan
Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS).
Data will be analyzed by using univariate and bivariate with the Chi-square.
Result:. There are 31 elderly who fit in the inclusion criteria, consist of 8 (25,8%)
male and 23 (74,2%) female, with an average age of 71,6 years old and an
average eduaction is lower secondary education. The result showed there are 10
(32,3%) elderly who suffer from depression and 8 (80%) of them suffer from
insomnia too. The Chi-square test result of relationship between depression
incidence and insomnia in elderly is (P value 0,021, OR 10.000)
Conclusions: There is relationship between depression incidence and insomnia in
elderly which is, an elderly who suffer from depression, had the risk 10 times
higher to suffer from insomnia than normal elderly.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang
berjudul “Hubungan Depresi dan Insomnia pada lansia di Panti Werdha Dharma
Bakti Km7 Palembang”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran pada Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada dr. Yuniza, Sp.PD selaku dosen pembimbing
7
substansi dan dr. Swanny, M.Sc selaku dosen pembimbing metodologi yang telah
meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan, kritikan dan perbaikan
terhadap proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan
kepada kedua orang tua tercinta, keluarga, dan para sahabat, atas semua bantuan,
baik berupa pikiran maupun bantuan moral dan spiritual dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam hal isi
maupun cara penulisan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai masukan untuk
perbaikan di masa mendatang. Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaaat
bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN....................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................................... iv
ABSTRAK................................................................................................... v
ABSTRACT................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1. Latar Belakang ............................................................................. 1
2. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
8
3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................... 3
1.4 Hipotesis.......................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
1.5.1 Manfaat Peneliti ............................................................... 4
1.5.2 Manfaat Masyarakat ......................................................... 4
1.5.3 Manfaat Institusi ............................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
2.1. Lanjut Usia................................................................................ 5
2.1.1 Pengertian Lanjut Usia .................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Lanjut Usia .................................................... 5
2.1.3 Perubahan yang Terjadi pada Lansia ............................ 6
2.1.4 Masalah yang di Hadapi pada Lansia ............................. 7
2.1.5 Pertumbuhan lansia di Indonesia.....................................8
2.2 Depresi................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Depresi ............................................................ 8
2.2.2 Etiologi Depresi .......................................................... 9
2.3 Tidur ........................................................................................... 12
2.3.1 Pengertian Tidur ............................................................... 12
2.3.2 Fisologi Tidur ................................................................... 12
2.3.3 Durasi waktu Tidur yang di Butuhkan.............................. .17
2.3.4 Perubahan Tidur pada Lansia............................................ 17
2.4 Klasifikasi Gangguan Tidur ................................................. 18
2.5 Insomnia pada Lansia .................................................................20
2.5.1 Pengertian Insomnia ........................................................ 20
2.5.2 Klasifikasi Insomnia.......................................................... 21
2.5.3 Penyebab Gangguan Tidur pada Usia Lanjut..................22
2.5.4 Penatalaksanaan Gangguan Tidur pada usia Lanjut ........22
2.6 Demensia............................................................................24
2.6.1 Pengertian demensia....................................................24
2.6.2 Etiologi Demensia ......................................................25
2.7 Kerangka Teori ...................................................................26
2.8 Kerangka Konsep ............................................................... 27
9
3.4.2 Variabel Dependen ........................................................... 29
3.5 Definisi Operasional .................................................................. 30
3.6 Cara Pengumpulan Data............................................................. 31
3.7 Cara Analisis Data ..................................................................... 31
DAFTAR TABEL
BAB II
BAB III
Univariat
Tabel 1. Distribusi angka kejadian depresi pada lansia……………………........33
10
Tabel 2. Distribusi kejadian insomnia pada lansia...........................................33
Bivariat
Tabel 8. Hubungan hasil GDS depresi dengan insomnia pada lansia.................37
Tabel 9. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia............................37
Tabel 10. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia .........................38
Tabel 11. Hubungan tingkat pendidikan dengan depresi pada lansi..................38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kadar Melatonin dalam
Darah……………………………………………………… 13
DAFTAR LAMPIRAN
11
Lampiran 1 Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden.................................46
12
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Depresi merupakan
penyakit mental yang paling sering dialami oleh pasien yang berumur diatas 60
tahun dan merupakan penyakit yang paling umum dengan gejala yang tidak
spesifik (Soejono et al, 2009).
Pravelensi depresi pada usia lanjut di pelayanan kesehatan primer di
dapatkan sebanyak 5-17%, angka ini sedikit lebih besar dari pada depresi pada
lansia yang mendapat pelayanan asuhan rumahan yakni sebanyak 13,5%,
berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa prevalensi depresi pada usia lanjut
dapat di pengaruhi oleh lokasi tempat tinggal lansia di Indonesia yang diperoleh
dari ruang rawat akut geriatri sebanyak 76,3% (Soejono et al, 2009).
Gejala depresi pada usia lanjut sering kali tidak khas namun salah satu
gejala yang sering muncul adalah gangguan tidur. Gangguan tidur sangat sering
dikaitkan dengan penyakit psychiatric salah satu nya adalah insomnia, “in” (no)
dan “somnus” (sleep), berdasarkan penelitian yang telah di lakukan sekitar 40-
80% lansia yang menderita depresi juga mengeluhkan gangguan tidur yakni
insomnia (Ying, 2012). Karakteristik penyakit ini adalah tidak bisa tidur atau tidur
dengan waktu yang sebentar. Menurut Johann Heinroth keluhan yang sering
dikuluhkan pada insomnia yang terkait penyakit psychosomatic adalah
ketidakpuasan seseorang terhadap kuantitas dan kualitas tidur yang dimilikinya
(Saddichha, 2010).
Keluhan terkait isnomnia yang juga sering dijumpai pada lansia berupa
kesulitan masuk tidur (sleep onset problem), kesulitan mempertahankan tidur
nyenyak (deep maintance problem), dan bangun terlalu pagi (early morning
aweakening / EMA). Gejala dan tanda yang sering mencul berupa kombinasi dari
ketiga gangguan tersebut dan dapat muncul sementara atau kronik. Penelitian
yang dilakukan di labolatorium, seorang lansia mempunyai durasi yang lebih
pendek pada tidur delta (stadium 3 dan 4, durasi yang lebih panjang pada stadium
1 dan 2, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau menigkatnya
fragmentasi tidur karena seringnya terbangun (Rahayu,2009)
Menurut National Sleep Foundation banyak lansia, juga melaporkan
menjadi kurang puas dengan tidur dan lebih lelah di siang hari. Studi pada
dapat dikaitkan dengan penyakit fisik, penyakit kejiwaan dan obat yang digunakan
untuk mengobati mereka.
2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada
lansia di panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adakah hubungan antara angka
kejadian depresi dengan insomnia pada lansia di panti Werdha Dharma
Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kebiasaan tidur (waktu memulai tidur, lama waktu
tidur dan waktu terbangun ) lansia yang berada di panti Werdha Dharma
KM7 Palembang
b. untuk mengetahui angka kejadian depresi di panti Werdha Dharma KM7
Palembang
c. Untuk menganalisis hubungan depresi dan insomnia pada lansia
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada
lansia
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Masyarakat
Para lansia bisa lebih memperhatikan pola tidur mereka setiap
harinya dan mereka juga bisa mengetahui bahwa tidur yang cukup
sangat berpengaruh dalam menjaga kesehatan.
1.5.2. Bagi Institusi
Setelah di lakukan penelitian ini semoga petugas yang bekerja di
panti jompo dapat lebih memperhatikan pola tidur lansia terutama
bagi lansia yang sering mengalami gangguan emosional.
1.5.3. Bagi Peneliti
Memperkaya wacana dan cakrawala dalam menerapkan disiplin
ilmu yang telah didapatkan di institusi akademik, serta menjadi
bekal di masa depan, baik untuk melanjutkan studi maupun karir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Perubahan psikosal
Perubahan psikososial pada lansia adalah besarnya individual differences
yang meneybabkan lansia merasakan perasaan tidak aman, takut, sering bingung,
panik, mudah marah, depresi, kehilangan rasa bangga, kewibawaan, kehilangan
hubungan sosial dan merasa penyakitnya selalu mengancam dirinya.
Penyesuaian diri pada lansia pun berlangsung sulit karena lansia hanya
diberi sedikit kekuasaan atau bahkan tidak diperbolehkan untuk berinteraksi
dalam beberapa hal dengan lingkungan sehingga muncul rasa kesepian.
Kecemasan dan mudah marah merupakan gejala umum yang dapat meyebabkan
keluhan susah tidur atau tidak tenang.
c. Perubahan Emosi dan Kepribadian
Setiap ada kesempatan, lansia selalu mengadakan introspeksi diri.Terjadi
proses kematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender yang
tebalik. Para wanita lansia bisa menjadi lebih tegar dibandingkan pria lansia,
apalagi dalam memperjuangkan hak mereka.
2.2 Depresi
2.2.1 Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Depresi merupkan
penyakit mental yang paling sering dialami oleh pasien yang berumur diatas 60
tahun dan merupakan penyakit yang paling umum dengan gejala yang tidak
spesifik (Soejono, 2010)
Menurut National institute of Mental Health (NIMH) Penyakit depresi
adalah gangguan otak. Brain imaging technologies seperti magnetic resonance
imaging (MRI), telah menunjukkan bahwa otak orang yang mengalami depresi
terlihat berbeda dibandingkan orang tanpa depresi. Bagian dari otak yang terlibat
dalam suasana hati, berpikir, tidur, nafsu makan, dan perilaku tampak berbeda.
Tapi hasil MRI ini tidak mengungkapkan mengapa depresi terjadi dan MRI tidak
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis depresi. Kemungkinan sebagian
besar depresi disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologi, lingkungan, dan
psikologis.Beberapa jenis depresi didapatkan oleh garis keturunan. Namun,
depresi juga dapat terjadi pada orang tanpa riwayat keluarga depresi. Beberapa
penelitian genetika menunjukkan bahwa risiko depresi akibat pengaruh beberapa
gen bertindak bersama-sama dengan faktor lingkungan atau lainnya. Selain itu,
trauma, kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang sulit, atau situasi stres
dapat memicu episode depresi. Episode depresi lain dapat terjadi dengan atau
tanpa pemicu yang jelas.
5. Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomography (CT) scan,
positron-emission tomography (PET), dan magnetic resonance imaging (MRI)
telah menemukan abnormalitas pada 4 area otak pada individu dengan gangguan
mood. Area-area tersebut adalah korteks prefrontal, hippocampus, korteks
cingulate anterior, dan amygdala. Adanya reduksi dari aktivitas metabolik dan
reduksi volume dari gray matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada
bagian kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan bipolar
(Kaplan et al, 2010)
2.3 Tidur
2.3.1. Pengertian Tidur
Tidur merupakan periode untuk tubuh dan pikiran, yang selama masa ini
kemauan dan kesadaran ditangguhkan sebagian atau seluruhnya, dan fungsi-
fungsi tubuh sebagian dihentika. Tidur juga didefenisikan sebagai status tingkah
laku yang ditandai dengan posisi tidak bergerak yang khas dan sensitivitas
reversibel yang menurun, tapi siaga terhadap rangsangan dari luar (dorland,2002)
Menurut Guyton and Hall (2008), tidur didefenisikan sebagai suatu
keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat dibangunkan dengan pemberian
rangsang sensorik atau rangsang lainnya. Tidur harus dibedakan dengan koma,
dimana koma merupakan keadaan bawah sadar yang tidak dapat dibangunkan.
12 jam
Gambar 1. Kadar Melatonin dalam Darah
Gambar 2.
Menurut Guyton and Hall (2008) pada tidur yang normal, masa tidur REM
berlangsung 5-20 menit, rata-rata timbul setiap 90 menit dengan periode pertama
terjadi 80-100 menit setelah seseorang tertidur.
Terdapat beberapa hal yang penting dalam tidur REM
2. Pada tahap tidur REM biasanya orang lebih sukar dibangunkan dari pada
waktu NonREM walaupun telah diberikan rangsangan sensorik, dan
ternyata orang-orang terbangun dipagi hari sewaktu episode tidur REM
dan bukan pada waktu NonREM.
3. Tonus otot diseluruh tubuh sangat berkurang dan ini menunjukkan adanya
hambatan yang kuat pada serat-serat proyeksi spinal dari area eksitatorik
batang otak.
5. Walaupun ada hambatan yang sangat kuat pada otot-otot perifer, masih
timbul juga beberapa gerakan otot yang tidak teratur.Keadaan ini
khususnya mencakup pergerakan cepat dari mata
6. Pada tidur REM, otak menjadi sangat aktif, dan metabolisme diseluruh
otak miningkat sebanyak 20%. Juga pada elektoensefalogram (EEG)
terlihat pola gelombang yang serupa dengan yang terjadi selama keadaan
siaga. Tidur tipe ini disebut juga tidur paradoksikal karena hal ini bersifat
paradoks, yaitu seseorang tetap dapat tertidur walaupun aktivitas otaknya
nyata.
Non Rapid Eye Movement merupakan keadaan aktif yang terjadi melalui
osilasi antara talamus dan korteks. Tiga sistem utama osilasi adalah kumparan
tidur, delta osilasi, dan osilasi kortikal lambat. Kumparan tidur merupakan sebuah
ciri tahap tidur NREM yang dihasilkan dari hiperpolarisasi neuron GABAnergic
dalam nukleus retikulotalamus. Hiperpolarisasi ini menghambat proyeksi neuron
kortikotalamus. Sebagai penyebaran diferensiasi proyeksi kortikotalamus akan
kembali ke sinkronisasi talamus. Gelombang delta dihasilkan oleh interaksi dari
retikulotalamus dan sumber piramidokortikal sedangkan osilasi kortikal lambat
dihasilkan di jaringan neokorteks oleh siklus hiperpolarisasi dan depolarisasi
(suzanne, 2013).
Status tidur primer dapat dilihat di (tabel 1)
Stadium 1 : saat transisi antara bangun penuh dan tidur sakitar 30 detik sampai
7 menit dengan karateristik gelombang low-voltage pada pemeriksaan
elekroencepalografi
Stadium 2 : juga ditandai dengan gelombang otak low-voltage pada EEG.
Perbedaan dengan stadium 1 adalah adanya gelombang high-volatge yang disebut
“sleep spindles” dan K complexes.
Stadium 3 & 4 : sering disebut tidur yang dalam atau “delta sleep”. EEG
menunjukkan gelombang yang lembat dengan amplitudo tinggi
REM : ditandai oleh periode autonom yang bervariasi, seperti pertumbuhan detak
jantung, tekanan darah, laju pernafasan, dan berkeringat. Pada saat inilah mimpi
saat tidur terjadi.
• Tidur REM
Sumber : Boedhi-Darmojo,2014.
Dua puluh lima persen waktu tidur dihabiskan pada status REM dan tujuh
puluh lima persen pada status non REM. Pada orang muda yang sehat waktu tidur
yang dibutuhkan dari stadium 1 sampai dengan 3 hanya 45 menit. Stadium 4
berlangsung sekitar 70-120 menit, berulang sampai 6 kali sebelum terbangun.
Pada pola tidur yang normal terdapat kecenderungan perpindahan stadium dari
tidur yang dalam menuju yang ringan. Empat jam pertama tidur terdiri atas
pengulangan status non REM dan kebanyakan pada stadium 3 dan 4 sedangkan 4
jam kedua lebih banyak terjadi pengulangan pada stadium 1 dan 2 serta status
REM (Rahayu,2009).
2.3.3 Durasi Waktu Tidur yang Dibutuhkan
Di Amerika penelitian oleh ahli-ahli faal mendapatkan bahwa pada bayi
tidur yang dibutuhkan rata-kira 16 jam, kadang-kadang kurang atau lebih.
Penelitian pada bayi yang tidur kurang dari 16 jam menunjukkan, perkembangan
intelektualnya ternyata tidak mempunyai efek pada perkembangannya. Peneliti
yang sama mendapatkan bahwa siswa umur 16 tahun perlu tidur 10 sampai 11
jam, mahasiswa perlu 8 jam sedangkan yang lebih tua dapat melakukan adaptasi
dan kekurangan tidumya dapat dibayar pada keesokan harinya. Pada orang tua
kebutuhan tidurnya makin berkurang, pada umur 45-60 tahun, kira-kira 7 jam.
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tingkat 4 dari NREM hampir
hilang.. Pada keadaan tidak tidur yang ekstrim terjadi halusinasi, paranoid ,
mudah tersinggung, gangguan penglihatan, selain itu suaranya menjadi tidak jelas,
kehilangan kemampuan untuk konsentrasi dan mengingat (atmadja, 2010).
kurang puas dengan tidur mereka dan lebih lelah di siang hari. Studi pada kebiasaan
tidur lansia di Amerika Serikat menunjukkan peningkatan waktu yang dibutuhkan
untuk tertidur (sleep latency), penurunan keseluruhan dalam tidur REM, dan
peningkatan fragmentasi tidur (bangun pada malam hari) dengan usia. Prevalensi
mengobati mereka.
Selain perubahan arsitektur tidur yang terjadi seperti di sebutkan tadi, faktor
waktu fungsi tubuh, termasuk tidur. Misalnya, orang tua cenderung menjadi
mengantuk di sore hari dan bangun lebih awal di pagi hari dibandingkan dengan
syndrome. Irama tidur digeser ke depan sehingga 7 atau 8 jam tidur masih diperoleh
tetapi individu akan bangun sangat awal karena mereka telah pergi tidur cukup
awal.
1. Insomnia (insomnias)
5. Parasomnia (parasomnias)
Subyektif Obyektif
Menghabiskan waktu terlalu banyak di Penurunan stase 3 dan 4 (delta) tidur.
tempat tidur
Penurunan REM (rapid eye movement)
Menghabiskan sedikit waktu dalam tidur tidur.
nyenyak
Peningkatan nyata dalam jumlah
Jumlah tebangun meningkat terbangun
• Demensia
Ket: PLMS: periodic leg movement in sleep; RBD: rapid eye-movement behaviour disorder; SBD:
sleep-disorder breathing.
Sumber: Cohen-Zion & Ancoli-Israel,2003
2.6 Demensia
2.6.1. Pengertian Demensia
Demensia bukan merupakan suatu penyakit, demensia dalah istilah
deskriptif untuk sekumpulan gejala yang dapat disebabkan oleh sejumlah
gangguan yang mempengaruhi otak. Orang dengan demensia secara signifikan
menunjukkan gangguan fungsi intelektual yang mengganggu aktivitas dan
kegiatan sehari-hari mereka. Mereka juga kehilangan kemampuan mereka untuk
memecahkan masalah dan mempertahankan kontrol emosional, dan mereka
mungkin mengalami perubahan kepribadian dan masalah perilaku, seperti agitasi,
delusi, dan halusinasi (Alzeimer’s association).
Anatomi Perubahan
Emosional
Fisiologi
dan
Biologi
Keperibadian
INSOMNIA
Proses Degenratif
DEPRESI
Gangguan Tidur
Sulit Tertidur
Sering Terbangun
Terbangun Sangat Pagi
INSOMNIA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua lansia yang memenuhi kriteria
inklusi.
3..3.3. Kriteria inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria inklusi
a. Umur >60 tahun yang merupakan anggota dari panti Werdha Dharma
KM7 Palembang
b. Kooperatif dalm menjawab pertanyaan
c. Bersedia menjadi responden
2. kriteria eksklusi
a. Lansia yang mengalami demensia (penurunan daya ingat dan daya
pikir yang manganggu kegiatan harian seseorang, seperti mandi,
makan, berpakain, buang air, dll)
b. lansia yang mengalami gangguan berkomunikasi (bisu)
c. lansia yang tidak bersedia menjadi responden
d. Lansia yang mengalami gangguan jiwa berat
>10 depresi
Insomnia
Definisi - kesulitan seseorang untuk masuk tidur
(sleep onset problem),kesulitan
mempertahankan tidur nyenyak (deep
maintance problem), dan bangun terlalu
pagi (early morning aweakening / EMA)
terjadi minimal tiga kali dalam seminggu
selama minimal satu bulan
Alat ukur - kuesioner yang sudah terstandarisasi dalam
sistem diagnostik DSM (diagnostic and
Statistical Manual Of Mental Disorders) IV
dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi
Jakarta- Insomnia Rating Scale (KSPBJ-
IRS).
Cara ukur - Wawancara dengan menggunakan kuesioner
Hasil ukur Tidak insomnia jika nilai skor KSPBJ < 10.
b.Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara depresi dan insomnia pada lansia di panti Werdha
Dharma KM7 Palembang.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
60-74 19 61,3
75-95 12 38,7
Jumlah 31 100
Pada tabel distribusi umur lansia di panti Werdha Dharma Bakti KM7
Palembang terdapat 19 (61,3%) orang lansia yang masuk dalam kriteria lansia
muda dan 12 (38,7%) lansia masuk dalam kriteria lansia tua.
Tabel 4. Distribusi jenis kelamin lansia di Panti Werdha Dharma
Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.
Jenis Kelamin n presentase (%)
Laki-laki 8 25,8
Perempuan 23 74,2
Jumlah 31 100
Pada distribusi jenis kelamin lansia di Panti Werdha Dharma KM7
Palembang didapatkan hasil, lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8
orang (25,8%) dan lansia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 23 (74,2%)
lansia.
Jumlah 31 100
Pada distribusi waktu tertidur lansia di Panti Werdha Dharma KM7
Palembang didapatkan hasil, lansia yang tidur kurang dari jam 9 malam sebanyak
24 (77,4%) lansia dan tidur lebih dari jam 9 malam sebanyak 7 ( 22,6) lansia.
Jumlah 31 100
Pada distribusi waktu terbangun lansia di Panti Werdha Dharma Bakti
KM7 Palembang didapatkan hasil, lansia yang bangun kurang dari jam 5 pagi
sebanyak 9 (29%) dan lansia yang bangun pada jam 5 pagi sebanyak 22 (71%).
Dari tabel ditribusi hasil depresi dengan insomnia pada lansia di Panti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value sebesar 0,021
ini berarti nilai P value < 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang diujikan
bermakna dengan nilai OR 10.000
Tabel 9. Hubungan jenis kelamin dengan depresi pada lansia di Panti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015.
jenis interpretasi GDS jumlah
p value
kelamin normal depresi
n % n % n %
laki-laki 6 28,6 2 20 8 25,8
perempuan 15 71,4 8 80 23 74,2 0,944
Dari tabel ditribusi umurdengan hasil GDS pada lansia di panti jompo
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value sebesar 0,944 ini
berarti nilai P value > 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang diujikan tidak
memiliki hubungan.
Tabel 9. Hubungan tingkat pendidikan dengan depresi pada lansia di
Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang 28 November 2015
Tingkat interpretasi GDS jumlah
pendidikan normal depresi p value
n % n % n %
menengah 15 71,4 8 80 23 71,2
bawah
menengah 6 28,6 2 20 8 25,8 0,944
atas
Menengah bawah (SDSMP)
Menengah atas (SMAS1)
Dari tabel distribusi tingkat pendidikan dengan hasil GDS pada lansia di
panti jompo Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang didapatkan hasil P value
sebesar 0,944 ini berarti nilai P value > 0,05 yang bermakna bahwa variabel yang
diujikan tidak memiliki hubungan.
4.2 Pembahasan
Depresi adalah suatu keadaan mental mood yang menurun yang ditandai
dengan kesedihan, perasaan putus asa dan tidak bersemangat. Depresi merupakan
penyakit mental yang paling sering dialami oleh pasien yang berumur diatas 60
tahun dan merupakan penyakit yang paling umum dengan gejala yang tidak
spesifik (Soejono, 2010)
Menurut Rafknowledge depresi berkaitan erat dengan insomnia, pada
sebagian besar insomnia inti permasalahannya adalah emosional, kegelisahan
yang mendalam, kemarahan yang tak terkendali, situasi sosial yang tidak berpihak
termasuk diantaranya yang memicu sulitnya tidur. Mudah terbangun
mendatangkan depresi individual. Semua ini bisa meningkat seiring bertambahnya
usia (Rafknowledge, 2004)
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) dan untuk penilaian
insomnia pada lansia dilakukan dengan wawancara menggunakan 2 kuesioner
yaitu KSPBJ-IRS digunakan sebagai kuesioner utama hal ini dikarenakan pada
kuesioner KSPBJ-IRS terdapat beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan tidur
lasnia, dan kuesioner DSM IV digunakan sebagai kuesioner penunjang.
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan didapatkan jumlah lansia
di Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang yang diduga mengalami depresi
sebanyak 10 (33,2%) lansia. Pada penelitian terhadap kebiasaan tidur lansia,
didapatkan hasil 24 (77,4%) lansia tertidur sebelum jam 9 malam dan 7 (22,6%)
lansia tertidur setelah jam 9 malam, pada penelitian waktu terbangun lansia di
dapatkan 22 (71%) orang lansia terbangun pada jam 5 pagi dan 9 (29%) lansia
bangun kurang dari jam 5 pagi. Dan berdasarkan hasil perhitungan secara
keseluruhan pada kebiasaan tidur lansia yang ada di Panti Werdha Dharma Bakti
KM7 Palmebang di dapatkan sebanyak 14 (45,2%) lansia yang mengalami
insomnia atau lansia yang memiliki durasi tidur kurang dari 7 jam.
Untuk mengetahui adakah hubungan antara angka kejadian depresi dengan
isomnia maka dilakukan perhitungan Secara statistik menggunakan SPSS chi-
square dimana pada penilaian ini didapatkan hasil hubungan antara variabel
depresi yang dengan variabel insomnia adalah nilai P value = 0,021 dan OR=
10.000 hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara angka kejadian depresi dengan insomnia pada lansia dengan perbandingan
lansia yang mengalami depresi memiliki kemungkinan 10 kali lebih beresiko
untuk mengalami insomnia dibandingkan dengan orang yang normal.
Penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori dan penelitian lain,
dimana Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan hasil yang sama, bahwa
depresi selalu berhubungan dengan insomnia. Penelitian yang dilakukan oleh
Prayitno bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Trisakti menunjukan
bahwa pasien depresi selalu mengeluhkan tidurnya kurang pulas dan mudah sekali
terbangun, tidur REM lebih cepat datangnya sehingga biasanya mengalami
mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan (Prayitno, 2002).
Selain Prayitno penelitian lain yang dilakukan oleh Peter L dan Daniel J
bagian Psychiatry, Universitas Pittsburgh menyebutkan, 90% dari lansia yang
mengalami depresi memiliki masalah dalam kualitas tidur diamana hal yang
paling dikeluhkan adalah sulit tertidur, sering terbangun dan terbangun terlalu
pagi hari dan ada juga pasien yang mengeluhkan ketiganya.(Peter dkk, 2008).
Selain hubungan angka kejadian depresi dengan insomnia peneliti juga
meneliti hubungan sosiodemographic (jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan
terahir) dengan depresi.
Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin didapatkan bahwa yang paling
banyak menderita depresi di Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang adalah
lanaia yang berejnis kelamin perempuan, yakni sebanyak 8 orang dari total lansia
yang depresi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Frank
dkk dimana ia mengatakan bahwa perempuan lebih sering kesulitan untuk tertidur,
dari mudah hilang nafsu makan serta lebih sering mengalami ansietas dan
hipochondriasis pada laki-laki.
Distribusi umur pada Panti Wrdha Dharma Bhakti dikelompokkan menjadi
2 kategori yakni lansia muda (lansia yang berumur 60-74 tahun ) dan lansia tua
(lansia yang berumur (75-90 tahun) dari penelitian didapatkan 10 orang lansia
yang diduga mengalami depresi dimana 7 orang berasal dari golongan lansia
muda dan 3 orang berasal dari lansia tua.
Faktor sosiodemographic yang terakhir di teliti di panti Werdha Dhama
Bakti KM7 palembang adalah hubungan status pendidikan dengan kejadian
depresi dimana didapatkan bahwa dari 10 orang lansia yang mengalami depresi 8
orang diantaranya berasal dari pendidikan menengah bawah dan 2 orang berasal
dari pendidikan menengah atas.
Berdasarkan perhitungan statistic tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara sosiodemographic dengan depresi pada lansia di werdha Dharma Bakti KM
7 Palembang.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Ketebatasan dalam penelitian ini adalah
a. Penelitian ini hanya dilakukan pada satu panti jompo saja di wilayah
Palembang sehingga hasil yang di dapatkan mungkin tidak mencerminkan
karakteristik depresi dan insomnia yang terjadi pada lansia di Palembang secara
keseluruhan
b. Keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti membuat peneliti menggunakan
pendekatan cross-sectional pada penelitian ini. Hasil penelitian ini merupakan
hasil dari satu kali pengukuran di waktu yang sama sehingga tidak memperhatikan
aspek yang terjadi pada responden sebelum dan sesudah penelitian dilakukan.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarakan penghitungan secara keseluruhan terdapat hubungan yang
signifikan antara depresi dengan insomnia pada lansia, dengan nilai
DAFTAR PUSTAKA
American Psychiatric Association. 2013. Diagnostic and Statistic Manual of
Mental Disorders. Edisi Kelima. Washington, DC. Hal. 167.
Ahtar R, Danesh,Janet.2007.Relation Between Depression and Sociodemographic
Factors. International Journal of Mental Health System.
Available from : http://ijmhs.biomedcentral.com/articles/10.1186/17524458
14 diakses 8 januari 2016
Atmadja BW. 2010. Fisiologi Tidur . Bagian Bedah Syaraf Fakultas Kedokteran
Unpad. Bandung. Insonesia
Boedhi-Darmojo R. 2014. Gangguan Tidur pada Usia Lansia .Dalam: Marthono,
HH., dan K Pranarka. (Editor). Buku Ajar Geriatri . Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, Indonesia Hal. 319.
Constantinides P: in General Pathology dalam Martono HH dan K pranarka. Buku
Ajar Geriatri: Teori Proses Menua Balai Penerbit FKUI, Jakarta, Indonesia.
Hal 8-18
Cohen ZM, Ancoli IS. Sleep Disorders dalam Rahayu RA. (Editor). Buku Ajar
Penyakit Dalam : Gangguan Tidur pada Usia Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima,
Jakarta, Indonesia. Hal 804
Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
Guyton, A. C. dan Hall, J. E. 2006.Buku Ajar FisiologiKedokteranEdisi 11.
Jakarta: EGC
Feldman S, Arbenathy J . Management of Sleep Disorders in Elderly Dalam
Rahayu RA. (Editor). Buku Ajar Penyakit Dalam : Gangguan Tidur pada
Usia Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 802
Hutapea, Roland. 2005. Sehat dan Ceria di Usia Senja. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis :
Psikiatri Geriatri, Jakarta, Indonesia. Hal 657
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis : Delirium,
Demensia, dan Gangguan Amnestik serta Gangguan Kognitif dan Gangguan
Mental Lainnya Karena Kondisi Medis Umum Jakarta, Indonesia. Hal 657
Piagam Global Penyakit Alzeimer. Alzeimer’s Desease International. 2008.
Available from: https://www.alz.co.uk/sites/default/files/pdfs/alzheimers-
charter-indonesian.pdf diakses 18 Oktober 2015)
Peter L, Daniel J. 2008.Sleep Disturbances and Depression Risk Relationships for
Subsequent Depression and Therapeutic Implications.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3108260/?
report=reader. Diakses 8 januari 2016
Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur Pada Kelompok Usia Lanjut Dan
Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.
http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/Prayitno.pdf Diakses 26
Mei 2012
Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan Gangguan Tidur Lainya. Jakarta: Gramedia
Rahayu, RA. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Gangguan Tidur pada Usia Lanjut.
Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 802805
Sabri, L. Hastono, SP.2008. Statistik Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali
Saddichha, S. 2012. Diagnosis and Treatment of Chronic Insomnia. National
Institute of Mental Health and Neurosciences, Bangalore, India. 13(2) : 94-
102 Available from: (http: ncbi.nlm.nih.gov diakses 5 Seprember 2015)
Salan, Rudi. 1998. Cermin Dunia Kedokteran: Terapi Medisinal pada Insomnia.
Hal 12-17
Setiati S, Kuntjoro H, Arya GR. 2009. : Proses Menua dan Implementasi
Klinisnya. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 757-766
Soejono, CH. Prabuseno, Nina KS. 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam: Depresi
pada Pasien Usia Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal 845
Tjekyan S, 2013 Pengantar epidemiologi: Studi Cross Sectional. Jilid 1 Edisi
Kesatu. Palembang. Indonesia. Hal 133.
Vitiello, MV. 2009. Aging and Sleep. National Sleep Foundation Washington DC.
Available from: (Http:Sleepfoundation.org, Diakses 10 September 2015)
WHO. 2015. Definition of an Older or Elder Person. Africa. Available from :
(http://www.who.int, diakses 10 Sepetember 2012)
What is Demensia. Alzeimer’s Association. Availeble from: (http://www.alz.org/,
diakses 18 Oktober 2015)
Ying, CS. 2012. Association Between Chronic Insomnia and Depression in
Elderly Adults. Department of Psychiatry Taipei Veterans General Hospital,
Taipei, Taiwan. Hal 195-196 : Available From: (http:
www.sciencedirect.com diakses 16 September 2015)
Lampiran 1. Lembar Penjelasan
(Ima Desliana)
( ……………………….. )
Lampiran 3. Geriatric Depression Scale (GDS)
No Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? Ya Tidak
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak Ya Tidak
kegiatandan minat atau kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? Ya Tidak
4 Apakah anda sering merasa bosan ? Ya Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik Ya Tidak
sepanjang waktu?
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk Ya Tidak
akan minimpa anda ?
7 Apakah anda merasa bahagia dengan sebagian Ya Tidak
besar hidup anda ?
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya ? Ya Tidak
9 Apakah anda lebih senang tinggal dirumah dari Ya Tidak
pada pergi mengerjakan sesuatu hal yang baru
10 Apakah anda mempunyai masalah daya ingat Ya Tidak
dibandingkan orang lain ?
11 Apakah kehidupan anda sekarang Ya Tidak
menyenangkan ?
12 Apakah sekarang anda merasa tidak berharga ? Ya Tidak
13 Apakah anda penuh semangat Ya Tidak
14 Apakah anda merasa keadaan anda tidak ada Ya Tidak
harapan ?
15 Apakah kehidupan orang lain lebih berharga Ya Tidak
dari pada kehidupan anda ?
Interpretasi : Jawaban di cetak tebal diberi nilai 1
0-4 tidak depresi
5-9 kemungkinan besar depresi
>10 depresi
6. Berapa lama waktu anda butuhkan untuk tidur kembali setelah terbangun di
malam hari ?
(0) <5 menit
(1) 6-15 menit
(2) 16-60 menit
(3) > 60 menit
I
n
s
o
m
n I
Nilai i Insomni
Nama JK Umur Pedidikan GDS I GDS KSPBj-IRS a a
Joshep T
David K LK 2.0 1.0 3.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
Maria
Sumina PR 2.0 1.0 3.0 1.0 1.0 > 3 malam 2.0 I
Suziwat T
i PR 2.0 1.0 10.0 3.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
T
Ngatiah PR 1.0 1.0 3.0 1.0 2.0 < 3 malam 2.0 In
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Interpretasi Depresi
N Valid 31
Missing 0
Interpretasi Depresi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=InterpretasiInsomnia
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Interpretasi Insomnia
N Valid 31
Missing 0
Interpretasi Insomnia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 31
Missing 0
Interpretasi Insomnia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 31
Missing 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Interpretasi Insomnia
N Valid 31
Missing 0
Interpretasi Insomnia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=JenisKelamin
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Jenis Kelamin
N Valid 31
Missing 0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=Umur
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Umur
N Valid 31
Missing 0
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
FREQUENCIES VARIABLES=PendidikanTerakhir
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Statistics
Pendidikan Terakhir
N Valid 31
Missing 0
Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi GDS *
24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
Interpretasi Insomnia
Interpretasi Insomnia
kemungkinan 6 2 8
Total 16 8 24
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi GDS *
24 100.0% 0 .0% 24 100.0%
Interpretasi Insomnia
Interpretasi Insomnia
kemungkinan 6 2 8
Total 16 8 24
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi GDS *
23 100.0% 0 .0% 23 100.0%
Interpretasi Insomnia
Interpretasi GDS * Interpretasi Insomnia Crosstabulation
Count
Interpretasi Insomnia
depresi 1 6 7
Total 11 12 23
Chi-Square Tests
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,35.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi GDS *
15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Interpretasi Insomnia
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi GDS *
15 100.0% 0 .0% 15 100.0%
Interpretasi Insomnia
Chi-Square Tests
a. 4 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,27.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi Depresi
kemungkinan
normal depresi depresi Total
perempuan 11 7 5 23
Total 16 8 7 31
Chi-Square Tests
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Interpretasi Depresi
kemungkinan
normal depresi depresi Total
Chi-Square Tests
Crosstabs
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pendidikan Terakhir *
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Interpretasi Depresi
Interpretasi Depresi
kemungkinan
normal depresi depresi Total
menengah atas 3 4 1 8
Total 16 8 7 31
Chi-Square Tests
E-mail : deslianaima@rocketmail.com
Abstrak
Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering dialami oleh lansia namun penyakit ini sulit terdeteksi karena
penyakit ini sering menimbulkan gejala yang tidak spesifik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara angka
kejadian depresi dengan insomnia pada lansia.Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan desain cross-
sectional yang dilakukan pada 28 November 2015 di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang. Populasi penelitian
adalah semua lansia yang ada di Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang. Sampel penelitian adalah semua lansia di
Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Pelambang yang memenuhi kriteria inklusi. Responden diwawancara menggunakan
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS), DSM IV dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating
Scale (KSPBJ-IRS). Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan Chi-square. Terdapat 31 orang lansia yang
memenuhi kriteria inklusi, terdiri dari 8 (25,8%) laki-laki dan 23 (74,2%) perempuan dengan rata-rata usia 71,6 tahun dan
rata-rata pendidikan menengah bawah. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 (32,3 %) lansia yang menderita depresi
dan 8 (80%) diantaranya mengalami insomnia. Hasil uji Chi-square menunjukkan bahwa hubungan angka kejadian
depresi dengan insomnia adalah (P value 0,021, OR 10.000). Terdapat hubungan antara angka kejadian depresi dengan
insomnia. Orang yang depresi 10 kali lebih tinggi untuk menderita insomnia dari pada orang normal.
Abstract
Depression is the most common type of mental dissorder in elderly, but sometimes depression can be diffcult to detected
because depression have unspecipic symptoms. This research wass done to see the relationship between depression
incidence with insomnia in elderly. This research is an analytic observational with cross sectional design, done on 28
November 2015 in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang. Population in this research is all elderly in Panti
Werdha Dharma Bakti KM 7 Palembang. Sample in this research is all elderly in Panti Werdha Dharma Bakti KM 7
Palembang who met in inclusion criteria. Respondents will be interviewed by three questionnaires. Geriatric Depression
Scale (GDS), DSM IV dan Kelompok Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS). Data will be
analyzed by using univariate and bivariate with the Chi-square.
There are 31 elderly who fit in the inclusion criteria, consist of 8 (25,8%) male and 23 (74,2%) female, with an average
age of 71,6 years old and an average eduaction is lower secondary education. The result showed there are 10 (32,3%)
elderly who suffer from depression and 8 (80%) of them suffer from insomnia too. The Chi-square test result of
relationship between depression incidence with insomnia in elderly is (P value 0,021, OR 10.000).There is relationship
between depression incidence with insomnia in elderly which is, an elderly who suffer from depression, 10 times larger to
suffer from insomnia than normal elderly.
Pada distribusi jenis kelamin lansia di Pada distribusi waktu lansia di Panti
Panti Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang
didapatkan hasil, lansia yang berjenis kelamin didapatkan hasil, lansia yang bangun kurang dari
laki-laki sebanyak 8 orang (25,8%) dan lansia jam 5 pagi sebanyak 9 (29%) dan lansia yang
bangun pada jam 5 pagi sebanyak 22 (71%).
Tabel 8 Hubungan Angka Kejadian Depresi dengan insomnia pada lansia
Depresi insomnia
Jumlah P value* OR
Insomnai - insomnia +
N % n % n %
1. normal 15 88,2 6 42,9 21 67,7
2. depresi 2 11,8 8 57,1 10 32,3 0.021 10.000
Total 17 100 14 100 24 100
Depresi adalah suatu keadaan mental didapatkan 22 (71%) orang lansia terbangun
mood yang menurun yang ditandai dengan pada jam 5 pagi dan 9 (29%) lansia bangun
kesedihan, perasaan putus asa dan tidak kurang dari jam 5 pagi. Dan berdasarkan hasil
bersemangat. Depresi merupakan penyakit perhitungan secara keseluruhan pada
mental yang paling sering dialami oleh pasien kebiasaan tidur lansia yang ada di Panti
yang berumur diatas 60 tahun dan merupakan Werdha Dharma Bakti KM7 Palmebang di
penyakit yang paling umum dengan gejala dapatkan sebanyak 14 (45,2%) lansia yang
yang tidak spesifik1. mengalami insomnia atau lansia yang
Menurut Rafknowledge depresi memiliki durasi tidur kurang dari 7 jam.
berkaitan erat dengan insomnia pada sebagian Untuk mengetahui adakah hubungan
besar insomnia inti permasalahannya adalah antara angka kejadian depresi dengan isomnia
emosional. Kegelisahan yang mendalam, maka dilakukan perhitungan secara statistik
kemarahan yang tak terkendali, situasi sosial menggunakan SPSS chi-square dimana pada
yang tidak berpihak termasuk diantaranya penilaian ini di dapatkan hasil hubungan antara
yang memicu sulitnya tidur. Mudah terbangun variabel depresi dengan variabel insomnia
mendatangkan depresi individual. Semua ini adalah nilai (p = 0,021) dan ( OR= 10.000)
bisa meningkat seiring bertambahnya usia7. hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa
Pengambilan data pada penelitian ini terdapat hubungan antara Angka kejadian
dilakukan dengan wawancara menggunakan depresi dengan insomnia pada lansia dengan
kuesioner Geriatric Depression Scale (GDS) perbandingan orang yang mengalami depresi
dan untuk penilaian insomnia pada lansia memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar
dilakukan dengan wawancara menggunakan 2 untuk mengalami insomnia dibandingkan
kuesioner yaitu KSPBJ-IRS digunakan sebagai dengan orang yang normal.
kuesioner utama hal ini dikarenakan pada Penelitian ini juga didukung oleh
kuesioner KSPBJ-IRS terdapat beberapa beberapa teori dan penelitian lain, dimana
pertanyaan mengenai kebiasaan tidur lasnia, Pada penelitian sebelumnya juga menunjukan
dan kuesioner DSM IV digunakan sebagai hasil yang sama, bahwa depresi selalu
kuesioner penunjang. berhubungan dengan insomnia. Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian secara yang dilakukan oleh Prayitno bagian Ilmu
keseluruhan didapatkan jumlah lansia di Panti Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Trisakti
Werdha Dharma Bakti KM7 Palembang yang menunjukan bahwa pasien depresi selalu
diduga mengalami depresi sebanyak 10 mengeluhkan gangguan tidur berupa tidurnya
(33,2%) lansia. Pada penelitian terhadap kurang pulas dan mudah sekali terbangun,
kebiasaan tidur lansia, didapatkan hasil 24 tidur REM lebih cepat datangnya sehingga
(77,4%) lansia tertidur sebelum jam 9 malam biasanya mengalami mimpi-mimpi yang tidak
dan 7 (22,6%) lansia tertidur setelah jam 9 menyenangkan8.
malam, pada penelitian waktu terbangun lansia
Selain Prayitno penelitian lain yang yang signifikan antara faktor
dilakukan oleh Peter L dan Daniel J dari sosiodemographic dengan depresi pada
bagian Psychiatry, University of Pittsburgh lansiayang berada di werdha Dharma Bakti
menyebutkan, 90% dari lansia yang KM 7 Palembang.
mengalami depresi memiliki masalah dalam
kualitas tidur diamana hal yang paling 4. Kesimpulan
dikeluhkan adalah sulit tertidur, sering
terbangun dan terbangun terlalu pagi hari dan Berdasarakan penghitungan secara
ada juga pasien yang mengeluhkan ketiganya9. keseluruhan terdapat hubungan antara depresi
Selain hubungan angka kejadian dengan insomnia, dengan nilai p=0,021dengan
depresi dengan insomnia peneliti juga meneliti nilai OR 10.000. dimana lansia yang
hubungan sosiodemografi lansia (jenis mengalami depresi 10 kali lebih beresiko
kelamin, umur dan tingkat pendidikan terahir) untuk menderita insomnia dibandingkan lansia
dengan depresi yang normal dan tidak terdapat hubungan yang
Hasil penelitian berdasarkan jenis sigifikan antara sosiodemography dengan
kelamin didapatkan bahwa yang paling banyak depresi pada lansia.
menderita depresi di Panti Werdha Dharma
Bakti KM7 Palembang adalah lansia yang 5. Daftar Acuan
berjenis kelamin perempuan perempuan yakni
sebanyak 8 orang dari total 10 lansia yang 1. Soejono, CH. Prabuseno, Nina KS.
depresi. Pernyataan ini juga didukung oleh 2009. Buku Ajar Penyakit Dalam:
penelitian yang telah dilakukan oleh Frank dkk Depresi pada Pasien Usia Lanjut. Jilid 1
dimana ia mengatakan bahwa perempuan lebih Edisi Kelima, Jakarta, Indonesia. Hal
sering kesulitan untuk tertidur, dan mudah 845
hilang nafsu makan serta lebih sering 2. Ying, CS. 2012. Association Between
mengalami ansietas dan hipochondriasis dari Chronic Insomnia and Depression in
pada laki-laki10. Elderly Adults. Department of
Distribusi umur pada lansia yang Psychiatry Taipei Veterans General
tinggal di Panti Wrdha Dharma Bhakti Hospital, Taipei, Taiwan. Hal 195-196 :
dikelompokkan menjadi 2 kategori yakni Available From: (http:
lansia muda yaitu lansia yang berumur 60-74 www.sciencedirect.com diakses 16
tahun dan lansia tua lansia yang berumur 75- September 2015)
95 tahun, berdasarkan penelitian yang telah 3. Saddichha, S. 2012. Diagnosis and
dilakukan didapatkan hasil dari 10 orang lansia Treatment of Chronic Insomnia.
yang diduga mengalami depresi 7 orang National Institute of Mental Health and
diantaranya berasal dari golongan lansia muda Neurosciences, Bangalore, India. 13(2) :
dan 3 orang berasal dari golongan lansia tua 94-102 Available from: (http:
Faktor sosiodemographic yang terakhir ncbi.nlm.nih.gov diakses 5 Seprember
di teliti pada lansia di panti Werdha Dhama 2015)
Bakti KM7 palembang adalah hubungan status 4. Rahayu, RA. 2009. Buku Ajar Penyakit
pendidikan lansia dengan angka kejadian Dalam: Gangguan Tidur pada Usia
depresi, dimana didapatkan bahwa dari 10 Lanjut. Jilid 1 Edisi Kelima, Jakarta,
orang lansia mengalami depresi 8 orang Indonesia. Hal 802-805
diantaranya berasal dari status pendidikan 5. Vitiello, MV. 2009. Aging and Sleep.
menengah bawah dan 2 orang berasal dari National Sleep Foundation Washington
pendidikan menengah atas. DC.
Berdasarkan perhitungan statistic (Http:Sleepfoundation.org, Diakses 10
didpatkan bahwa tidak terdapat hubungan September 2015)
6. Tjekyan S, 2013 Pengantar
epidemiologi: Studi Cross Sectional.
Jilid 1 Edisi Kesatu. Palembang.
Indonesia. Hal 133.
Rafknowledge, 2004. Insomnia Dan
Gangguan Tidur Lainya. Jakarta:
Gramedia
8. Prayitno, A. 2002. Gangguan Pola Tidur
Pada Kelompok Usia Lanjut Dan
Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa. Jakarta. FKUT.
http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2011/02/Prayitno.pdf
Diakses Januari 2016
Riwayat Pendidikan :
• TK Aisyiyah (1999)
• SD Negeri 8 Baturaja (2000-2004)
• SD Negeri 42 Baturaja (2004-2006)
• SMP Negeri 1 Baturaja (2009)
• SMA Negeri 1 Baturaja (2012)
• FK Unsri 2012 – sekarang.
(Ima Desliana)