Oleh :
JENS MALPAULION
20140811014084
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
GANGGUAN MENTAL PASKA CEDERA KEPALA
Oleh :
JENS MALPAULION
20140811014084
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
GANGGUAN MENTAL PASKA CEDERA KEPALA
Oleh :
JENS MALPAULION
20140811014084
JENS MALPAULION
20140811014084
KATA PENGANTAR
Puji dan sykur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
yang berjudul “GANGGUAN MENTAL PASKA CEDERA
KEPALA”. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
untuk persyaratan guna memperoleh gelar sarjana kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura.
Dalam penyusunan penelitian ini, penulis juga menyadari bahwa
tanpa dukungan dan bimbingan di berbagai pihak, sangat sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu, memotivasi serta
memberi bimbingan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. DR.Ir.Apolo Safanpo ST.,MT.,selaku Rektor Universitas
Cenderawasih.
2. dr. Trajanus Laurens Jembise,Sp.B selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Cenderawasih dan Para Pembantu
Dekan.
3. Dr.dr.Hendrikus M.B. Bolly, Sp. BS (K)., M.Si selaku dosen
pembimbing I yang dari awal membantu penulis dalam
pemilihan judul serta yang selalu meluangkan waktu dan dengan
kesabaran memberikan bimbingan, arahan, saran, dan kritikan
dalam penyusunan karya tulis ini.
4. dr. Izak Yesaya Samay, M.Kes, Sp. Jp. Kj. Selaku dosen
pembimbing II yang selalu meluangkan waktu dan dengan
kesabaran memberikan bimbingan, arahan, dan kritikan dalam
penyusunan karya tulis ini.
5. Panitia ujian KTI dan para dosen penguji atas segala kritikan dan
saran yang diberikan untuk penulisan karya ilmiah ini.
6. Para staf dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama masa pendidikan.
7. Kedua orang tua Bapak, Mama, Ade, tercinta yang selalu
mendoakan, mendukung, memberikan semangat dan nasehat
serta motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
8. Semua teman seperjuangan saya angkatan 13 (Bochdalek)
terutama sahabat-sahabat saya yang terkasih Nurhyati, Ekavita,
Benyamin, Febrian, Helgy, Abia, Cresella, Ocha, Andre, Lanny,
Irnha, Astin, Agung yang sudah membantu dan selalu
menyemangati serta menemani penulis dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu,
penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan karya tulis ilmiah ini selanjutnya. Akhir kata,
penulis berharap agar kelak hasil dari penelitian ini dapat
menjadi sumber informasi yang dapat memberikan manfaat
kepada semua orang.
Jayapura, Juni 2022
Penulis
Abstark
Latar Belakang : Gangguan mental akibat cedera kepala merupakan
permasalah utama yang menyebabkan penurunan kemampuan
berkosentrasi, berfikir, lambat melakukan aktivitas sehari-hari dan
kerusakan kemampuan kognitif setelah mengalami cedera kepala.
Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi literature.
Literatur yang di skring menggunakan sumber Geoogle
Scholar/Cendekia, sepanjang tahun 2017-2021 dengan hasil akhir
jumlah literatur review sebanyak 4 literatur.
Hasil : Dari empat literatur yang digunakan, semua hasil menyatakan
dengan jelas bahwa ada pengaruh gangguan mental paska cedera
kepala.
Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara gangguan mental paska cedera kepala.
1
di Indonesia, Prevalensi skizofrenia di Sumatra Utara adalah 6/1.000
penduduk.
Gangguan jiwa adalah sindrom perilaku seseorang yang secara khas
berkaitan dengan suatu gejala penderita atau hendaya (keterbatasan atau
ketidak mampuan) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia,
yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologik dan gangguan itu tidak hanya
terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga masyarakat (Maslim
2002, Marimis 2010).
Cukup banyak pasien yang menderita penurunan kemampuan
berkontrasi setelah mengalami cedera otak, atau pasien yang mudah marah dan
tersinggung setelah mengalami cedera otak, atau pasien yang mudah marah dan
tersinggung setelah mengalami radang otak, yang dipulangkan tanpa
mengidentifikasi kelainan ini. Keluhan seperti gangguan memori, kesulitan
berkonsentrasi, menurunnya perhatian terhadap kehidupan berkeluarga, atau
adanya keluhan fisik tanpa ditemukan etiologi organik.
Cedera kepala adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak
langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput tengkorak, robekan selaput otak dan
kerusakan jaringan otak itu sendiri serta mengakibatkan gangguan neurogis
(Cheristina, 2018).
Cedera kepala merupakan kasus yang sering terjadi setiap harinya
bahkan, bisa dikatakan merupakan kasus yang hampir selalu di jumpai di Unit
Gawat Darurat setiap RS. Kasus cedera kepala dapat berbagai tingkatan
kegawatan, yaitu dari yang tidak bersifat gawat darurat, yang memiliki risiko
keselamatan yang serius, dan bahkan yang sifatnya sangat fatal. Istilah lain
yang kerap digunakan dalam literatur adalah traumatic brain injury (cedera
otak traumatik), yang umumnya didefinisikan sebagai kelainan, non
degeneratif dan non koegenitial yang terjadi pada otak, sebagai akibat adanya
kekuatan mekanik dari luar yang berisiko menyebabkan gangguan temporer
atau permanen dalam hal fungsi kognitif, fisik dan fungsi psikososial, dengan
disertai penurunan atau hilangnya kesadaran. Insiden cedera kepala
diperkirakan 200/100.000 penduduk. Hampir semua cedera terjadi diantara
remaja dan dewasa muda dengan puncak ke dua terjadi diantara orangtua.
Hampir 20% rawat inap RS karena cedera kepala adalah penderita dibawah usia
15 tahun dan laki-laki 2x lebih sering menderita cedera kepala dari pada
perempuan (Go Eddy,2008).
Beberapa artikel penelitian tentang epidemologi cedera kepala akan
banyak dilakukan di Eropa dan Amerika Utara. Di wilayah Asia sebagian besar
negara tidak memiliki data epidemologi cedera kepala, namun dalam beberapa
tahun terakhir jumlah studi tentang cedera kepala mulai meningkat (Li, Zhao
Yu, et al.,2016).
Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan tajam karena
adanya peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. Menurut WHO
memperkirakan bahwa pada tahun 2020 kecelakaan lalu lintas akan menjadi
penyebab penyakit trauma ketiga terbanyak di dunia. Data insiden cedera
kepala di Eropa pada tahun 2015 adalah 500 per 100.00 populasi. Insiden
cedera kepala di Inggris pada tahun 2015 adalah 400 per 100.00 pasien per
tahun (Irawan, 2015).
Setiap tahun setidaknya 1,7 juta cedera kepala terjadi di Amerika Serikat
(disemua kelompok umur), dan penyebabnya sekitar sepertiga (30,5%) dan
semua kematian adalah cedera. Remaja yang lebih tua (usia 65 thn dan
seterusnya), dan lelaki disemua kelompok umur yang paling mungkin untuk
mengalami cedera kepala (American School Health Association, 2017).
Di negara berkembang seperti Indonesia kasus cedera kepala
diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah diatas, 10% penderita
meninggal sebelum tiba di RS. Dari pasien yang sampai ke rumah sakit 80%
dikelompokkan kedalam cedera kepala ringan, 10% termaksud cedera kepala
sedang, 10% lagi termasuk kedalam cedera kepala berat (Priguna, 2010).
Dampak yang ditimbulkan paska cedera kepala adalah dapat mengalami
kerusakan kemampuan kognitif yaitu berupa gangguan tingkah laku, tidak
dapat mengendalikan emosi, berkurangnya kemampuan untuk berfikir dan
kosentrasi serta mengalami gejala fisik meliputi gangguan tidur, lambat
melakukan aktifitas sehari-hari dan susah untuk berbicara (Dewi,2014).
Gangguan fungsi kognitif yang terjadi dalam jangka panjang dan tidak
dilakukan penanganan yang optimal maka dapat menyebabkan penurunan
kualitas hidup (Ginsbreg, 2005).
Ada beberapa mekanisme dimana depresi setelah cedera otak terjadi
seperti gangguan jalur neuroanatomical, perubahan neurokimia, faktor
psikologis dan social. Kerusakan pada lobus frontal dan temporoal dapat
menganggu sirkuit antara korteks prefrontal, amigdala, hippocampus, ganglia
basal, dan thalamus yang menyebabkan disfungsi emoisional (Norup &
Mortensen, 2015).
Variabel psikologis termaksud toleransi rendah terhadap frustasi, gangguan
kesadaran diri, harga diri rendah dan strategi koping yang buruk juga dapat
berkontribusi terhadap depresi (Osborn, Mathias, & Fairweater-Schmidt,2014).
Keterangan :
:: : Variabel yang diteliti
: Variabel indenpenden dan dependen
(n=18.300)
Kriteria inklusi
Literatur memenuhi
Inklusi
kriteria inklusi 1. Full text
2. Penelitian yang menyajikan gangguan
(n=4)
mental paska cedera kepala
3.2.3 Klasifikasi
Cedera kepala diklasifikasikan menjadi 3 kelompok GCS yaitu :
1. Cedera kepala ringan (CKR)
Dengan GCS <13-15, tidak terdapat kelainan berdasarkan CT scan
otak, dan juga tidak memerlukan tindakan operasi.
2. Cedera kepala sedang (CKS)
Dengan GCS 9-13 tidak terdapat kelainan berdasarkan CT scan otak,
dan memerlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial.
3. Cedera kepala berat (CKB)
Bila dalam waktu lebih dari 48 jam setelah trauma, score GCS 3-8
(Judha & Nazwar, 2018).
3.2.4. Patofisiologi
Cedera memegang peran penting yang sangat besar dalam
menentukan berat ringannya konsekuensi patofisiologis dari suatu
trauma kepala. Aselerasi (percepatan)cedera terjadi jika benda yang
sedang bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat
pukulan benda tumpul, atau karena terkena lemparan benda tumpul.
Deselerasi (perlambatan) cedera adalah bila kepala membentur
objek yang secara relatif tidak bergerak. Kedua kekuatan ini mungkin
terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa
kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah secara
kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan perubahan
posisi rotasi kepala, yang menyebabkan trauma dan robekan pada
substansi alba dan batang otak.
Ada beberapa mekanisme dimana cedera otak terjadi
mengakibatkan depresi seperti gangguan jalur neuroanatomical,
perubahan neurokimia, dan faktor psikososial. Kerusakan pada lobus
frontal dan temporal dapat menganggu sirkuit antara korteks prefrontal,
amigdala, hippocampus, ganglia basalis, dan thalamus yang
menyebabkan disfungsi emosional (Norup & Mortensen, 2015).
Variabel psikologis termasuk toleransi rendah terhadap frustasi,
gangguan kesadaran diri, harga diri dan strategi koping yang buruk
terhadap depresi (Osborn, Mathias & Fairweater-Schmidt, 2014).
- Spontan 4
- Terhadap bicara 3
- Terhadap rangsangan nyeri 2
- Tidak ada reaksi 1
Respon Motorik (M) Skor
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari keempat jurnal dapat diambil adalah :
1. Hasil menyatakan bahwa adanya hubungan depresi dengan cedera kepala.
2. Hasil menyatakan bahwa gangguan kognitif berhubungan dengan cedera
kepala
3. Hasil menyatakan bahwa kualitas hidup pasien paska cedera kepala saling
berhubungan.
4. Hasil menyatakan bahwa skor awal GCS dengan gangguan mental paska
cedera kepala berhubungan.
4.2. Saran
Berdasarkan penulisan study literatur yang telah dilakukan, dikaitkan
dengan tujuan dan manfaat penelitian yang telah diungkapkan sebelumnya,
maka penulis memberikan saran :
1. Bagi Institut
Diharapkan dapat menambah buku perpustakaan yang mendukung
pembelajaran mengenai gangguan mental akibat cedera kepala.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan untuk lebih berhati-hati saat bekerja dan mengendarai
kendaraan.
23
DAFTAR PUSTAKA
1.