Anda di halaman 1dari 68

Dr. Reno D.

Rumbino
1. SKABIES

Page  2
PENYAKIT SKABIES
= Norwegian Itch
= Crusted scabies
= Scabies rash
Penyebab penyakit ini adalah :
→ TUNGAU KUDIS
= SARCOPTES SCABIE
= SCABIES MITE
= SARCOPTIDAE
Page  3
Tungau ini tidak berfungsi sebagai vektor
penyakit, kosmopolit, terutama di negara
miskin, padat penduduk dan kurang
kebersihan.

Hidup dalam terowongan yang dibuatnya


pada lapisan kulit hospes.

Page  4
Morfologi

 Badan terdiri
dari capitulum
abdomen,
ukuran betina
2 x jantan.
 4 pasang kaki,
2 pasang kaki
depan dan 2
pasang kaki
belakang.

Page  5
Morfologi

 Seluruh badan
terdiri dari segmen
dan berambut –
rambut.
 Mulut mengandung
toxin.
 Ukuran 0,3 – 0,45
micron.
 Siklus hidup ± 1
bulan

Page  6
Patogenesis

 Betina hidup beberapa bulan dalam


terowongan, sedangkan yang jantan
cepat mati.

 Tungau kudis hidup pada permukaan kulit


dari manusia dan membuat terowongan
pada lapisan stratum korneum atau
membentuk kantong pada folikel rambut,
dan betina bertelur pada lokasi tersebut.

Page  7
Page  8
Tungau menyukai hidup pada kulit agak
tebal, dan ada lipatannya seperti :
1. Jari – jari tangan 8. Genitalia ekst ♂
2. Pergelangan tangan 9. Aerola mamae
ventral
3. Siku bagian luar
4. Lipatan ketiak depan,
5. Umbilukus
6. Gluteus
7. Ekstremitas

Page  9
Gejala Klinik

1. Rasa gatal pada tempat terowongan di


kulit terutama pada malam hari →
(pruritus nocturna). Reaksi gatal ini
sebab reaksi sensitisasi terhadap eksret
& sekret tungau.
2. Timbul scabies rash yaitu bintik – bintik
merah sebagai reaksi allergi terhadap
tungau.
3. Pada tempat predileksi ditemukan
terowongan warna putih keabu-abuan
panjang ± 1 mm, ada yang lurus dan ada
yang berkelok – kelok.
Page  10
Page  11
4. Pada ujung terowongan ada vesikel
atau papula kecil, ada juga bintik hitam
→ timbunan kotoran.
5. Karena digaruk, maka bisa terjadi luka
bernanah atau timbul eczema atau kerak
kulit (crusted).
6. Penyakit sangat menular terutama dalam
keluarga satu rumah.

Page  12
Page  13
Pengobatan
a. Kausal → Gosok salep yang
mengandung : Belerang (sulfur)
– Sulfur presipitatum 5- 105 (# stad telur)
– Benzil benzoat (semua stadium)
– Krotamiton (semua stadium)
– Gama benzene heksaklorida (semua
stadium) toksik utk anak < 6 thn
– Permetrin krim 5 % (semua stadium) aman
utk anak
Yg beredar di Indonesia :
Page  14 Scabicid@, Scabex@, Crotaderm@.
Cara pemakaian salep harus tepat, agar
terapi berhasil.
Cara pemakaian salep :
 Pagi – pagi penderita mandi dahulu,
kemudian oleskan salep pada tempat
infeksi dengan cara gosok yang menekan
supaya salep masuk dalam terowongan.
 Gosokan tadi dibiarkan.
 Pada sore hari digosok lagi seperti cara
semula dan dibiarkan lagi.
Page  15
 Malam hari baru mandi yang baik sampai
seluruh badan bersih dan berpakaian
bersih.
 Gosokan salep hanya 2 x yaitu pagi dan
siang hari.

Page  16
b. Simptomatik
 Gatal → obat antihistamin, cortico-
steroid.
 Sekunder infeksi → antibiotika terutama
dari golongan Clindamycin, dsb.
 Roboransia untuk memperkuat daya
tahan kulit,

Page  17
Pencegahan :
1. Seluruh anggota keluarga diobati.
2. Kebersihan perorangan dengan mandi
dan berpakaian bersih.
3. Kebersihan tempat tidur termasuk alat-
alat tempat tidur. (Dicuci dan disetrika –
jemur 2 x seminggu)
4. Pakaian dalam jangan dipakai
bergantian.

Page  18
2. DEMODISIOSIS

Page  19
 Disebabkan oleh TUNGAU FOLIKEL
RAMBUT (HAIR FOLLICLE MITE) atau
DEMODEX FOLLICULORUM

Page  20
Morfologi

 Badan t.d dr capitulum


dan abdomen
 Badan agak meman-
jang, dengan ukuran
0,1 – 0,3 mm
 Badan bergaris – garis
dan mempunyai 4
pasang kaki yang
pendek shg bentuk
keseluruhan hampir
menyerupai tungau
(mite).
Page  21
Morfologi

 Tempat
hidup pada
folikel
rambut
baik pada
manusia
maupun
hewan ;
juga bisa
hidup pada
glandula
sebacea.
Page  22
Page  23
 Makanannya adalah
jaringan sub-cutaneus
terutama sebum.
 Sering terdapat pada
rambut di hidung, bulu
mata, alis, pipi, →
acne atau comedone
(black heads).
 Siklus hidup ± 13 – 15
hari.

Page  24
Gejala Klinik

 Adanya dermatitis pada lokasi


berdiamnya tungau ini.
 Acne,
comedone,
rosacea
terutama di
daerah pipi &
dahi.
 Impetigo
contangiosa
(cacar monyet).
Page  25
Page  26
Page  27
Gejala Klinik

 Bleparitis.
 Luka – luka dalam lubang hidung.

Bleparitis

Page  28
Page  29
Diagnosis

 Menemukan Demodex Folliculorum dari


folikel rambut dan kelenjar keringat

Page  30
Pengobatan :

 Cuci dengan air sabun hangat.


 Pada tempat kelainan tadi diolesi salep
yang dinamakan “ Danish Ointment “
yang mengandung polisufit tapi tidak
bisa dipakai pada mata.
 Bisa juga dipakai Selenium Sulfide
Cream, sulfur cream, HCL Cream.

Page  31
3. PEDIKULOSIS

Page  32
Pedikulosis adalah gangguan yang
disebabkan investasi tuma pada rambut
kepala oleh TUMA KEPALA (PEDICULUS
HUMANUS Var CAPITIS) dan pada rambut
di badan oleh TUMA BADAN (PEDICULUS
HUMANUS Var CORPORUS).

Page  33
Morfologi & Daur Hidup

 Bentuk tuma kepala


adalah lonjong, pipih
dorsoventral
 Ukuran 1 – 1,5 mm,
 Kepala btk segitiga,
segment thorax menyatu
& abdomen bersegment.
 Berwarna kelabu atau
mengikuti warna rambut.

Page  34
 Bentuk tuma badan hampir sama
dengan tuma kepala hanya ukurannya
lebih besar, dan lokasinya pada rambut
ketiak & rambut dada.
 Ujung setiap kaki dilengkapi dengan
kuku
 Tuma kepala berjalan dari satu helai
rambut ke rambut lain dengan menjepit
rambut dengan kuku-kukunya.
 Tuma kepala & tuma badan dapat
pindah ke hospes lain.
Page  35
 Telur (nits) berwarna putih, dilekaktkan
pada rambut dengan perekat kitin (chitin-
like cement).
 Pediculus dewasa menyukai rambut di
bagian belakang kepala, mengisap
darah sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu lama.
 Tuma badan mengisap darah pada
rambut dada dan rambut ketiak.
 Dari telur sampai dewasa diperlukan 18
hari, dan tuma dewasa hidup 27 hari.
Page  36
Page  37
Patologi & Gejala Klinik

 Lesi pada kulit kepala dan kulit badan


disebabkan oleh tusukan tuma pada
waktu mengisap darah.
 Lesi sering ditemukan pada belakang
kepala, leher dan dada serta ketiak.
 Air liur tuma merangsang menimbulkan
papula yang merah serta gatal. Bila
digaruk – garuk akan terjadi sekunder
infeksi → terjadi pernanahan.

Page  38
Diagnosis

 Dengan menemukan ke-2 jenis tuma ini,


bentuk dewasanya nimfa atau telur pada
rambut kepala atau badan.

Page  39
Pengobatan

1. Rambut sering dicuci dengan sabun dan


memakai air panas serta rambut disisir
dengan sisir kutu.
2. Dengan memakai bedak DDT 10% dan
Malathion 1%, dibiarkan pada rambut
selama 20 – 30 menit, kemudian rambut
dicuci. Pemberian bedak ini diulangi
dalam jangka waktu 7 – 10 hari
kemudian.

Page  40
Epidemiologi

 Pada investasi berat, helaian rambut akan


melekat satu sama lainnya dan
mengeras, serta dapat ditemukan banyak
tuma dewasa, telur dan eksudat nanah
yang berasal dari gigitan yang meradang.
 Keadaan ini disebut plicapalonica yang
mungkin ditumbuhi jamur.

Page  41
Page  42
 Investasi tuma terjadi dengan kontak
langsung, pencegahan dilakukan dengan
menjaga kebersihan rambut, kepala &
badan. Kebersihan alat mandi dan
pakaian.

Page  43
4. PHTHIRIASIS (FTIRIASIS)

Page  44
 Adalah gangguan pada daerah pubis
(monspubis) disebabkan oleh investasi
TUMA KEMALUAN (PHTHIRUS PUBIS).

Page  45
Morfologi & Daur Hidup

 Pipi dorsoventral,
bulat menyerupai
ketam, dengan kuku
pada ke-3 pasang
kakinya.
 Dewasa berukuran
1,5 – 2 mm,
berwarna abu-abu
 Karena berbentuk
seperti ketam, maka
disebut juga crap
louse.
Page  46
Morfologi & Daur Hidup

 Tuma ini hidup pada rambut kemaluan,


dapat ditemukan juga pada rambut
ketiak, jenggot, kumis, alis & bulu mata.
 Tuma ini memasukkan bagian mulutnya
ke dalam kulit untuk jangka waktu
beberapa hari sambil mengisap darah.
 Dari telur sampai
dewasa memerlukan
3 – 4 minggu.

Page  47
 Gambar daur hidup

Page  48
Patologi & Gejala Klinik

 Rasa gatal terjadi


pada tempat
tusukan dan kulit
disekitarnya
berubah menjadi
pucat.
 Gangguan utama
adalah rasa gatal
pada daerah
pubis yang sangat
mengganggu.

Page  49
 Telur yang diletakkan pada bulu mata
dapat mengganggu penglihatan.

Page  50
Diagnosis

 Dengan menemukan tuma kemaluan


bentuk dewasa, nimfa, telur pada rambut
pubis dan rambut lainnya

Page  51
Pengobatan

 Pengobatan sebaiknya dengan mencukur


rambut yang dihinggapi kemudian
digosok dengan salep insectisida
benzene-heksaklorida, permetrin.

Page  52
Epidemiologi

 Penularan phthirus pubis ini terjadi bila


ada kontak langsung terutama pada
waktu hubungan seksual

Page  53
5. MIASIS

Page  54
 Miasis adalah investasi
LARVA LALAT ke
dalam jaringan atau
alat tubuh manusia /
binatang vertebrata.

 Larva ini hidup dari jaringan mati atau


hidup, cairan badan atau makanan di
dalam usus hospes.
Page  55
Penyakit ini dianggap sebagai kontaminasi
larva lalat ke dalam luka, menurut sifat
larva lalat sebagai parasit Miasis dibagi
menjadi :
1. Miasis Spesifik (Obligat)
Pada miasis ini larva dapat hidup pada
jaringan manusia atau hewan dimana
telur diletakkan pada kulit utuh, luka,
jaringan sakit atau rambut hospes.
Page  56
2. Miasis Semi Spesifik (Fakultatif)
Pada miasis ini larva lalat selain dapat
hidup pada daging atau sayuran busuk
dapat juga hidup pada jaringan tubuh
manusia.
3. Miasis Aksidental.
Pada miasis ini telur tidak diletakkan
dalam jaringan tubuh hospes tapi pada
makanan/minuman yg kebetulan tertelan
Page  57 → di dalam usus tumbuh menjadi larva
Page  58
Secara klinis Miasis dibagi menjadi :
1. Miasis kulit dan subkutis
 Larva diletakkan pada kulit utuh atau
luka dan mampu membuat
terowongan yang berkelok – kelok,
sehingga terbentuk ulkus yang luas.
 Dahulu larva lalat ini dipakai untuk
membersihkan luka nekrotik, tapi saat
ini tidak lagi dipergunakan.
 Cth: Chrysomyia bezziana
Page  59
2. Miasis Nasofaring
 Biasanya terjadi pada anak dan bayi
khususnya mereka yang menge-
luarkan sekret dari hidungnya dan
tidak memakai kelambu waktu tidur.
 Larva mampu menembus kulit lunak
bayi dan membuat ulkus. Pernah
ditemukan pada seorang dewasa
dikeluarkan 200 ekor larva dari
hidungnya.
 Cth : Chrysomyia bezziana &
Hypoderma lineatum
Page  60
3. Miasis Intestinal.
 Sebagian besar terjadi secara
kebetulan karena menelan makanan
yang terkontaminasi telur / larva lalat.
 Larva lalat menetas di lambung
menyebabkan rasa mual, muntah,
diare dan spasme abdomen (sakit
perut = kolik).
 Bisa juga timbul luka–luka dinding
usus.
 Cth: larva Musca domestica &
Piophila casei
Page  61
4. Miasis Urogenital
 Larva → vagina, urine, menyebabkan
terjadinya piouria (kencing nanah),
uretritis & sistitis.
 Cth: larva Musca domestica & larva
Chrysomyia bezziana

5. Miasis Mata (Oftalmomiasis)


 Larva mengembara di jaringan dan
bagian lain dari mata.
 Cth: Chrysomyia bezziana
Page  62
6. Miasis pada mayat
 Bau busuk mayat menarik perhatian
beberapa spesies lalat untuk hinggap
dan berkembang biak pada mayat.
 Bila siklus hidupnya diketahui maka
infestasi seranga pada mayat dapat
digunakan untuk memperkirakan
saat kematian.

Page  63
Diagnosis

 Dengan menemukan telur dan larva lalat


yang diambil dari beberapa bagian tubuh,
lubang tubuh mayat.
 Identifikasi: sediaan spirakel posterior
larva lalat atau mengidentifikasi lalat
dewasa.
 Contoh apabila menemukan stadium III
larva lalat yang biasanya berumur 6 hari,
maka berarti mayat tersebut minimal
sudah mati selama 6 hari.
Page  64
Pengobatan

 Luka dibersihkan dengan antiseptik,


kemudian disemprot dengan anastesi dan
mengeluarkan larva lalat.
 Berikutnya pada miasis usus diberikan
obat cacing diikuti dengan obat cuci perut.
 Insektisida tidak bisa dipakai karena
merusak jaringan.

Page  65
 Pencegahan miasis dilakukan dengan
menghindarkan kontak dengan lalat,
memusnahkan tempat perindukan lalat
dan makanan – minuman ditutup dengan
baik.
 Miasis biasanya disebabkan oleh lalat
Muscadomestica dan wohlfartiamagnifica,
serta larva lalat lainnya.

Page  66
Page  67
Page  68

Anda mungkin juga menyukai