Anda di halaman 1dari 5

Malaria Serebral 1

MALARIA SEREBRAL

Rahayu*

Abstrak

Malaria serebral (MS) merupakan injeksi parasit yang disebabkan malaria pada otak. MS salah satu bentuk malaria malignan
dengan mortalitas tinggi. Plasmodium falciparum sebagai penyebab utama. Penyakit ini ditandai dengan kesadaran menurun, gejala dan tanda
neurologis lain, dan gejala malaria tropika pada umumnya. Penanganan penyakit ini konservatif yang meliputi terapi spesiik, suportif dan
perawatan umum.
Kata kunci : malaria serebral, gejala & tanda neurologis, terapi konservatif.

PENDAHULUAN gejala-gejala malaria tropika umumnya. (Harsono.


Malaria serebral (MS) merupakan komplikasi 1996, Robins. 1994).
dari infeksi malaria yang prevalensinya mencapai 2 Pengobatan pada malaria serebral meliputi
%, terutama pada penderita dengan kekebalan terapi spesifik, terapi suportif dan perawatan umum
rendah, wanita hamil dan anak-anak pada daerah (Adam RD. 1993, Weller RO. 1983).
hiperendemik( Adam RD. 1993, Gilroy J. 1992).
Penyakit ini salah satu bentuk malaria malignan Patologi Dan Patogenesa Malaria Serebral
dengan angka kematian tinggi. Angka ini di
Plasmodium falciparum mempunyai masa
Indonesia mencapai 21,5 – 30,5 % (Harianto PN.
inkubasi 9 – 14 hari (rata-rata 2 minggu) bahkan
1991, Kisworo B. 1994). Pada anak-anak
gejala yang timbul bias lebih awal. Plasmodium ini
menyebabkan 80 % kematian (Poirier J. 1990).
mempunyai siklus hidup dalam tubuh nyamuk
Plasmodium falciparum merupakan
Anopheles ataupun manusia. (Chandrasoma P. 1991,
penyebab utama malaria serebral, tetapi pada
Rubin E, Farber JL. 1988).
beberapa kasus dapat disebabkan Plasmodium
vivak atau campuran keduanya (Bradley. 1991, Anopheles menggigit penderita yang terinfeksi
Harianto PN. 1991). yang mengandung micro dan macrogametosit.
Menurut WHO malaria merupakan Gametosit dalam tubuh nyamuk mengalami
penyebab utama masalah kesehatan yang penting. multiplikasi seksual (sporogoni), yang memproduksi
Di beberapa negara malaria menyebabkan tingginya sporozoid akan masuk ke dalam sel-sel hepar dan
angka kesakitan dan kematian. Negara-negara mengalami multiplikasi aseksual menjadi schizogoni.
tersebut adalah Amerika Serikat, Canada, Eropa, Rupturnya sel hepar akan melepaskan Merozoid,
Amerika Selatan dan Tengah, Afrika, India dan dan akan penetrasi ke dalam eritrosit menjadi
Asia Tenggara. Negara-negara tersebut mempunyai shizogoni intra eritrosit. Eritrosit yang rupture akan
iklim Tropis dan Subtropik (Kisworo B. 1994, melepaskan hemoglobin, debris sel darah merah,
Robins, Kumar. 1987).
Sebagai gejala utama MS adalah penurunan
kesadaran secara mendadak yang mempunyai
derajat ringan sampai berat. Gejala lain adalah
kejang, nyeri kepala, mual sampai muntah, hemiplegi,
afasia, dan gejala neurologis yang lain, disertai

* Staff Pengajar Pada Faklutas Kedokteran


Universitas Muhammadiyah Malang
1
2 Vol. 7 No.15 Desember 2011

(Sumber : Poirier J, Gray F.. Parasitic Inection in Manual of Basic Neurophathology)


Malaria Serebral 3

(Sumber : Treip CS, Atlas of Neuropathology (16))


4 Vol. 7 No.15 Desember 2011
Eritrosit. Eritrosit yang ruptur akan hemoglobinuri dan gagal jantung. (Weller RO. 1983,
melepaskan hemoglobin, debris sel darah merah, Gilroy J. 1992)
parasit dan pigmen parasit. Selanjutnya parasit akan
membentuk gamettosit dan sebagian akan infiltrasi Pemeriksaan Laboratorium
jaringan reticuloendotel (hati, limpa), ginjal, pembuluh Pemeriksaan Darah dan Cairan Serebro Spinal
darah, jantung, otak dan dapat menimbulkan
Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan
komplikasi malaria yang bisa berakibat fatal. (Poirier
parasit melalui sediaan tetes tebal atau hapusan
J. 1990, Rubin E. 1988)
darah. Hemoglobin menurun, lekosit meningkat,
Pada malaria serebral eritrosit yang berparasit
ureum kreatinin meningkat, glukosa darah menurun
(shizogoni) akan mudah melekat pada pembuluh
dan gangguan fungsi hati (Adam RD. 1993,
kapiler otak. Perlekatan ini menyebabkan penderita
Mardjono M. 1990).
plasmodium falciparum mempunyai sedikit parasit
Pemeriksaan cairan serebro spinal bisa
dalam sirkulasi. Kapoler-kapiler pembuluh darah
diperoleh : tekanan meningkat, sel meningkat,
otak mengalami obstruksi dengan akibat hipoksia
glukosa normal atau menurun, eritrosit yang
sampai anoksia, sehingga sel-sel neuron menjadi
mengandung parasit dan protein sedikit meningkat
iskemia, nekrosis dan bisa berakibat fatal (Adam
(Bradley. 1991, Harsono. 1996).
RD. 1993, Mardjono M. 1990).
Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pada malaria serebral ini juga terjadi kerusakan
1. Pemeriksaan Makroskopik
sawar darah otak sehingga mengakibatkan odema
Pada pemeriksaan makroskopik didapat
otak yang diperkuat sumbatan-sumbatan kapiler.
gambaran otak dengan hemoragik fokal
Diduga koagulasiintravaskuler disseminate berperan
berupa petekia. Odema yang khas pada
dalam timbulnya malaria serebral. Hipotesis
malaria serebral terjadi pada substantia putih
imunologik hasil penelitian pada tikus menyatakan,
(white matter). Bila odema sangat luas dapat
bahwa pada MS terdapat reaksi sistim saraf pusat
dilihat pendesakan jaringan otak dan
melalui mekanisme vaskulitis kompleks immune
penyempitan ventrikel. Pada otopsi
(Bradley. 1991, Rubin E. 1988).
ditemukan pembuluh darah yang tersumbat
oleh eritrosit yang mengandung parasit dan
Manifestasi Klinik
jaringan nekrosis disekitarnya. (Poirier J. 1990,
Manifestasi malaria serebral (MS) pada Robins K. 1987).
awalnya seperti gejala malaria tropika pada 2. Pemeriksaan Mikroskopik
umumnya, seperti demam tinggi (>40°) biasanya Gambaran mikroskopik malaria serebral,
tidak teratur dan tidak timbul secara periodic disertai pada pembuluh kapiler didapatkan eritrosit
menggigil. Sebagai gejala utama pada MS adalah yang mengandung parasit menempel pada
penurunan derajat kesadaran dari ringan sampai jaringan endotel. Di sekeliling pembuluh
berat mulai dari apati, somnolen, delirium, stupor darah kapiler dapat dilihat perdarahan,
sampai koma. Gejala neurologi lain adalah nyeri pigmen malaria, sel-sel radang, juga daerah
kepala, mual, muntah, kejang, paresa/ plegia, afasia, iskemik dan nekrosis. Parasit dapat dilihat
ketulian, kaku kuduk, tremor, korea, athetosis dan dengan gambaran small basophilic rings.
psikosis. “Durck’s Glial Nodes” adalah granuloma
Pada pemeriksaan neurologis klinis lain malaria yang terdiri dari eritrosit berparasit
didapatkan perdarahan retina tanpa edema pupil yang menempel pada endotel pembuluh
pada 15 % sampai 28 % kasus pasien, reflek darah, pigmen malaria dan makropag.
tendon dan tonus otot bervariasi, respon ekstensi Granula tersebut merupakan daerah nekrosis
plantar dan klonus akiles positif, reflek kulit dinding di sekeliling sel Glia. (Gilroy. 1992, Curran
abdomen tidak ada. RC. 1985).
Pada MS juga dijumpai manifestasi klinik
yang lazim terdapat pada malaria tropika seperti
Terapi
splenomegali, hepatomegali, ikterus, anemia,
Terapi malaria serebral meliputi terapi spesifik
anti malaria, suportif dan perawatan umum. Obat
pilihan anti malaria tergantung sensivitasnya
Malaria Serebral 5

terhadapa P.falci umum yang banyak dipakai adalah Curran, R.C. 1985. Colour Atlas of Histopathology, 3th
Kuinin hidroklorid, pada dosis awal diberikan 20 – edition, Harvey Miller Publishers, Oxford
mg/kg BB diberikan selama 4 jam (setiap 8 jam), University Press, New York. 155.
kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan dengan Gilroy, J. 1992. Protozoan Diseases in Basic Neurology,
dosis 7 – 10 mg/kg BB. (400 – 600/8 j) selama 2th – ed, Mc Graw Hill, Inc. New York.
5 – 7 hari. Kloroquin diberikan secara intrarena 280.
dosis 10 mg/kg BB selama 8 jam diikuti 15 mg.kg Harianto, P.N. 1991. Malaria Berat, Manifestasi Klinik
bb selama 24 jam. Pemakaian oral dengan dosis dan Penatalaksanaannya, Lab Ilmu Peny. Dalam,
awal 600 mg – 6 jam kemudian 300 mg kemudian FK Univ. Sam Ratulangi, Menado.
150 mg/ 12 jam (selama 1 hari) akhirnya 150 Harsono. 1996. Kapita Selekta Neurology, Edisi I,
perhari (selama 2 hari). Pemberian kloroquin atau Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
kuinun intra vena harus dilarutkan dengan cairan 158.
isotonis, obat anti malaria baru adalah mefloquine, Kisworo, B. 1994. Penatalaksanaan Malaria serebral,
halofantine, dan Qinghaosu (artemisin). Tetrasiklin Jurnal Dokter Keluarga Indonesia, IDI, Jakarta,
bias diberikan 4 x 250 mg/hari atau doxyciklin Volume 02, Nomor 1, Februari. 21-28.
100 mg/hari selama 7 hari. Mardjono, M., Sidharta P. 1990. Infeksi Protozoa
dalam Neurology Klinis Dasar, Edisi IV, PT
Untuk antioedema otak biasanya dipakai
Dian Rakyat, Jakarta. 327-8.
manitol atau dexamethason. Pemakaian heparin
Michael S.W., Whitley RJ. 1991. Protozoa Infection of
tidak dianjurkan (Adam RD. 1993, Kisworo B.
the CNS in Infection of the CNS, 1th- Edition,
1984, Harianto. 1991).
Raven Press, New York. 770-777.
Poirier, J., Gray, F. 1990. Parasitic Infection in Manual
KESIMPULAN of Basic Neuropathology, 3th –Ed, Harcourt
Kasus malaria serebral terbanyak disebabkan Brace Javanovich, Inc, Philadelphia. 141.
karena plasmodium falciparum. Penyakit ini Robbins. 1994. Infection disease in Phatologic Basis of
merupakan salah satu komplikasi dari malaria disease, 5th -Ed, W.B. Saunders Company,
tropika yang banyak menyebabkan kematian. Philadelphia. 362-4.
Diagnose malaria serebral didasarkan atas Robins, Kumar. 1987. Malaria in Basic Pathology, 5th
manifestasi klinik pemeriksaan laboratorium. -Ed, W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Pemeriksaan “Patologi Anatomi” adalah untuk 363-4.
menentukan diagnosa pasti penyakit ini. Malaria Rubin E,. Farber J.L. 1988. Pathology Infection and
serebral mempunyai Prognosa yang jelek sehingga Parasitic Disease, First-EWd, J.B. Lipponcott
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Companny, Philadelphia. 408-12.
Treip, C.S. 1978. Atlas of Neuropathology, Infectious
and IOnflamatory Disease, First-Ed, Walfe
DAFTAR PUSTAKA
Medical Publication Ltd, London. 39-41.
Adam, R.D. Victor,M. 1993. Other do to Protozoa in Weller, R.O. Swash, W. 1983. Protozoal Infestion in
Principles of Neurology 5th – ed, Mc. Graw- Clinical Neuropathology, First-Ed, Spinger-Verlag
Hill, New York. 633-4. Berlin Heidelberg, New York. 172.
Anderson,W.A.D. 1977. Protozoal Disease in Phatology,
7th Edition, The CV. Mosby Company, Saint
Louis. 533-6.
Bradley, W.G. 1991. Infectious of the Nervous System
in Neurology in Clinical Practice, Butterwarth-
Heinemann, Inc. USA, Volume II. 1127-8,
1890-2.
Chandrasoma, P. 1991. Coscise Pathology, First-Ed,
A Large Medical Book, Prentice Hall Int,
Inc. USA. 403-404.

Anda mungkin juga menyukai