Anda di halaman 1dari 94

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT

DEPRESI PADA LANSIA

SKRIPSI
LITERATURE REVIEW

Oleh :
SUSMIYATI
NIM.19010242

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI 
2021
PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT
DEPRESI PADA LANSIA

SKRIPSI
LITERATURE REVIEW

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan (S.Kep)

Oleh :
SUSMIYATI
NIM.19010242

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI 
2021

i
SKRIPSI

PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT


DEPRESI PADA LANSIA

Oleh :
SUSMIYATI
NIM.19010242

Pembimbing

Dosen Pembimbing Utama : Andi Eka Pranata, S.ST., S.Kep., Ns., M.Kes

Dosen Pembimbing Anggota : Anita Fatarona, S.Kep., Ns., M.Kep

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :


1. Almarhum Ir. Agus Hartono sebagai suami tercinta yang telah
mengizinkan saya untuk menuntut ilmu di alih jenis Universitas
dr.Soebandi Jember.
2. Ibunda tercinta Ibu Fatimah, yang telah memberikan segenap kasih sayang
kepada saya.
3. Anak, menantu, cucu (Putri Pratiwi Hartono, Sofyan Sauri, Rafasya
Gibran Triyanto) yang telah mensupport saya.
4. Kepala RSU Kaliwates Jember beserta jajarannya.
5. Sahabat dan teman-teman angkatan 19E yang selalu memberikan
penyemangat tersendiri sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi tepat
waktu.
6. Drs. H. Ns. Said Mardijanto, S.Kep., M.M selaku Ketua Universitas dr.
Soebandi Jember, Hella Meldy Tursina, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku dekan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr.Soebandi Jember, Irwina Angelia
S, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember
7. Dosen penguji dan pembimbing Andi Eka Pranata, S.ST., S.Kep., Ns.,
M.Kes selaku pembimbing I, Anita Fatarona, S.Kep., Ns., M.Kep selaku
pembimbing II, Sutrisno, S.ST., MM selaku penguji yang selalu
menyediakan waktu membimbing saya dan pengarahan juga motivasi
dalam menyusun skripsi.
8. Almamater tercinta Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas dr.
Soebandi Jember, terima kasih atas kesempatan yang luar biasa yang telah
diberikan kepada saya untuk meraih ilmu disini.

iii
MOTTO

“Bila kita ingin mencapai kesuksesan

Kita harus bekerja keras, bersemangat,

berkorban waktu dan pikiran”

(Susmiyati)

iv
PERNYATAAN ORIGINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Susmiyati

NIM : 19010242

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi literatur review yang

berjudul “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia”

adalah benar-benar asli hasil karya saya sendiri serta bukan karya orang lain,

kecuali yang sudah disebutkan sumbernya, dan belum pernah di ajukan pada

institusi manapun. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya

sesuai dengan sikap ilmiah yang saya junjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya

tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Saya bersedia mendapat sanksi

akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember,13 Agustus 2021

Yang menyatakan,

Susmiyati
19010242

v
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsiliterature Review ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui
untuk mengikuti seminar hasil pada Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas dr. Soebandi

Jember, 07 Agustus 2021

Pembimbing I

Andi Eka Pranata, S.ST., S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN.0722098602

Pembimbing II

Anita Fatarona, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN.0716088702

vi
HALAMAN PENGESAHAN

SkripsiLiterature Review yang berjudul Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap


Tingkat Depresi Pada Lansia telah di uji dan disahkan oleh Program Studi
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi pada :
Hari : Senin

Tanggal : 13 September 2021

Tempat : Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr.

Soebandi

Tim Penguji

Ketua Penguji,

Sutrisno, S.ST., M.M


NIDN. 4006035502

Penguji II Penguji III

Andi Eka Pranata, S.ST., S.Kep., Ns.,M.Kes Anita Fatarona, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN.0722098602 NIDN.0716088702

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan,

Hella Meldi Tursina,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN.0706109104

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi
Literature Review ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jemberdengan judul “Pengaruh Terapi Tertawa
Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia”.
Selama proses penyusunan skripsi Literature Review ini penulis dibimbing
dan dibantu oleh berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Drs. H. Ns. Said Mardijanto, S.Kep., M.M selaku Ketua Universitas dr.
Soebandi Jember
2. Hella Meldy Tursina, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas dr.Soebandi Jember
3. Irwina Angelia S, S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas dr. Soebandi Jember
4. Andi Eka Pranata, S.ST., S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I
5. Anita Fatarona, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II
6. Sutrisno, S.ST., MM selaku Penguji.
7. Koordinator dan tim pengelola Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
perbaikan dimasa mendatang.
Jember, 12 Februari 2021

Susmiyati

viii
ABSTRAK

Susmiya 1, Pranata, Andi 2, Fatarona, Anita 3. 2021. Literature Review: Pengaruh


Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia. Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas dr. Soebandi Jember.

Pendahuluan: Proses menua yang dialami olehlanjut usia (Lansia) dapat


menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perubahan baik secara
fisik, sosial maupun mental. salah satunya adalah depresi. Depresi terjadi
karena beberapa faktor, salah satunya yaitu faktor fisik, faktor psikologis dan
faktor sosial yang berdampak pada gangguan mental, untuk menurunkan depresi
ada dua cara yaitu farmakologi dan non farmakologi. Untuk non farmakologi
salah satunya adalah terapi tertawa. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat depresi pada lansia. Metode:
Desain penelitian ini adalah literature review. Pencarian literature dalam
literature review ini menggunakan database yaitu Google Scholar. Kemudian
dikategorikan berdasarkan kriteria inklusi, lalu didapatkan 5 jurnal yang sesuai
dengan kriteria inklusi.Hasil: Berdasarkan artikel yang di review hasil
menyatakan bahwa sebelum dilakukan terapi tertawa berada pada kategori sedang
sampai ringan. Sedangkan setelah dilakukan terapi tertawa berada pada kategori
ringan sampai normal. Hasilnya p = 0,00 (0,00 < 0,05) menandakan bahwa ada
pengaruh terapi tertawa terhadap depresi lansia. Kesimpulan:Terapi tertawa
merupakan salah satu alternatif yang bisa dipakai untuk menurunkan tingkat
depresi pada lansia.

Kata Kunci; lansia, terapi tertawa, depresi

ix
ABSTRACT

Susmiya 1, Pranata, Andi 2, Fatarona, Anita 3. 2021. Literature Review: Effect Of


Laughter Therapy On The Level Of Depression In The Elderl. Program Studi
Bachelor of Nursing Universitas dr. Soebandi Jember..

Introduction: The aging process experienced by the elderly (elderly) can cause
them to experience various kinds of changes both physically, socially and
mentally. one of them is depression. Depression in the elderly is often
undiagnosed and can not be overcome to overcome neglect so that problems in
health status. Laughter therapy in the elderly is one of the non-pharmacological
alternatives that is easy to do and use but offers benefits in reducing depression.
Objective: The purpose of this study was to determine the effect of laughter
therapy on the level of depression in the elderly. Methods: The design of this
study was a literature review. Search literature in this literature review using
databases, namely Google Scholar and Pubmed. Then grouped based on inclusion
criteria, then obtained 5 journals that match the inclusion criteria to be reviewed.
Results: Based on the articles reviewed, the results stated that there were
differences in symptoms of depression in the elderly before and before being given
laughter therapy so that from all the articles reviewed explained that the results of
the analysis contained the effect of laughter therapy on depression levels in the
elderly with a p value (p < 0 ,05). Conclusion: Laughter therapy can be used as
an alternative therapy to reduce depression as well as adjuvant therapy in
medical therapy so that it can improve health status both physically, mentally and
socially.

Keywords; Elderly, laughing therapy, depression

x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x
BAB 1PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................4
1.3.1 Tujuan umum...............................................................................................4
1.3.2 Tujuan khusus..............................................................................................4
1.4 Manfaat Studi Literature Review........................................................................4
1.4.1 Manfaat Teoritis..........................................................................................4
1.4.2 Manfaat Praktis............................................................................................4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................6
2.1 Konsep Usia Lanjut (Lansia)...............................................................................6
2.1.1 Definisi Lansia.............................................................................................5
2.1.2 Klasifikasi Lansia........................................................................................6
2.1.3 Ciri-ciri Lansia.............................................................................................7
2.1.4 Tugas Perkembnagan Lansia.....................................................................9
2.2 Konsep Depresi Lansia.......................................................................................17
2.2.1 Penyebab Depresi......................................................................................17
2.3 Kerangka Teori....................................................................................................23
BAB 3METODE PENELITIAN...........................................................................24
3.1 Strategi Pencarian Literature..............................................................................24
3.1.1 Protokol dan Registrasi.............................................................................24
3.1.2 Database Pencarian...................................................................................24
3.1.3 Kata Kunci.................................................................................................24
3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi..............................................................................25
3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas.................................................................26
3.3.1 Hasil Pencarian Dan Seleksi Studi..........................................................26
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..............................................................................45
4.1 Karakteristik Umum...............................................................................45

xi
4.2 Tingkat Depresi Lansia Sebelum Terapi Tertawa..................................46
4.3 Tingkat Depresi Lansia Seesudah Terapi Tertawa.................................48
4.5 Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia........49
BAB 5 PEMBAHASAN PENELITIAN.............................................................50
5.1 Tingkat Depresi Lansia Sebelum Terapi Tertawa .................................50
5.2 Tingkat Depresi Lansia SusudahTerapi Tertawa....................................51
5.3 Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia........53
BAB 7 PENUTUP.................................................................................................54
7.1 Kesimpulan ............................................................................................57
7.2 Saran ......................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi.................................................................25

Tabel 3.2 Analisa pencarian Artikel......................................................................27

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Teori..................................................................................23

Gambar 3.2 Kerangka Kerja Literature Review....................................................26

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kalender Jadwal Review Artikel.......................................................30


Lampiran 2 Lembar Konsultasi.............................................................................31
Lampiran 3 Jurnal Artikel.....................................................................................32

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia usia lanjut usia, biasa disingkat (Manula), atau disebut saja

kelompok lanjut usia Lansia (ageing/elderly) adalah kelompok penduduk berumur

tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri

ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih (Bustan, 2015). Definisi usia

lanjut berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun

2004 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Populasi usia

lanjut di Indonesia sudah mecapai lebih dari 9% pada tahun 2017, dan dikatakan

suatu negara sudah memasuki era penduduk menua (ageing population) bila

persentase usia lanjut melebihi 7% (Kemenkes RI, 2017).

Depresi merupakan gangguan mental yang paling umum terjadi pada lansia

yang akan mempengaruhi satu dari tujuh lansia mengalami depresi (Patra et al,

2017). Depresi merupakan penyakit yang jarang terdiagnosis dan tidak di obati

yang akan menyebabkan gangguan fisik, sosial dan mengganggu psikososial.

Depresi menyebab kematian 40% lebih besar dibandingkan dengan lansia tanpa

depresi (Mirkena et al, 2018). Faktor penyebab depresi juga dipengaruhi oleh

gaya hidup seperti aktivitas fisik, lama waktu tidur, konsumsi alkohol, indeks

massa tubuh, dan merokok (Bruin et al, 2018).

Menurut (Livana et al, 2018) kasus depresi lebih banyak terjadi pada

rentang usia 60 – 74 tahun dibandingkan dengan rentang usia lainnya, perempuan

1
lebih sering mengalami depresi dibandingkan dengan laki-laki, status perkawinan

juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kejadian depresi pada lansia.

Populasi dunia pada tahun 2019 yaitu sekitar 7,6 miliar orang dan terjadi

peningkatan tahun 2050 mencapai 9,9 miliar. Persentase populasi yang berumur

lebih dari 60 tahun di dunia dari tahun 2015 sekitar 15% dan pada tahun 2018

meningkat menjadi 22% (Kaneda, 2018). Secara global populasi lansia semakin

meningkat pada tahun 2020 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas akan

melebihi jumlah anak yang berusia dibawah lima tahun dan pada tahun 2050

sebanyak 80% lansia berada di Negara berkembang (WHO,2018). Dengan adanya

peningkatan jumlah lansia berbanding lurus dengan angka permasalahan yang

terjadi pada lansia. Depresi merupakan urutan keempat penyakit dunia dan

memiliki prevelensi tertinggi pada lansia disetiap Negara dari 3,5% meningkat

menjadi 15% pada tahun 2013 (Liu, Gou, & Zuo, 2014). Pada tahun 2015 terjadi

peningkatan jumlah penderita depresi menjadi 18% di dunia. Sebanyak 80% dari

total penduduk dunia yang mengalami depresi berada di Negara berkembang

(WHO, 2017). Di Indonesia jumlah penderita depresi yaitu sebanyak 6,1% dari

total seluruh penduduk (Riskesdas, 2018).

Adapun upaya penanganan dan terapi guna memperbaiki kondisi lansia

tersebut sangat diperlukan. Pada umumnya, terapi depresi pada lansia berupa

terapi farmakologis, obat dapat membantu secara sitomatis, akan tetapi

menyebabkan efek yang merugikan bagi lansia jika digunakan dalam kurun waktu

yang lama. Oleh karena itu perlu dikembangkan terapi non farmakologis yang

dapat menurunkan depresi pada lansia untuk tetap awet muda dan yang muda

tetap muda, serta mempererat hubungan antara anggota keluarga. (Prof. Dr.

2
Lucille Name how, pakar yang menangani masalah penuaan Connecticut,

America Serikat). Salah satunya terapi non farmakologis yang dapat mencegah

dan mengatasi depresi pada lansia adalah psikodinamik, psikoterapi interpersonal,

terapi kognitif beck, terapi perilaku, terapi humanistik eksistensial dan terapi

tertawa (laughter therapy) (Setyoadi, 2011).

Terapi tertawa merupakan tertawa yang dimulai dengan tahap demi tahap

yaitu melakukan pemanasan terlebih dahulu dengan cara menghirup nafas melalui

hidung,tahan nafas selama 15 detik dengan pernafasan perut lalu hembuskan

secara perlahan melalui mulut,lakukan 3 kali berturut-turut. Kemudian pemandu

terapi mengemukakan kepada kelompok bahwa terapi akan dimulai,pemandu

kemudian tertawa lebar (haa-haa-haa-hii-hii-hii-huu-huu-huu) dan diikuti oleh

anggota kelompok dengan saling berhadapan,bertatap muka dan menertawakan

satu sama lain,tertawa ini bisa berlangsung selama 15 detik,setelah 5 menit

kembali tertawa lagi sampai semua kompak saat melakukan terapi tertawa.

Selanjutnya pemandu memberikan media untuk terapi tertawa dengan

menggunakan vidio lucu. Lakukan terapi tertawa 4 kali seminggu selama 15 detik,

sehingga efek yang dirasakan bagi yang tertawa benar-benar bermanfaat. Terapi

tertawa untuk mengurangi stress sudah banyak dilakukan orang. Tertawa 5-10

menit bisa merangsang pengeluaran endhorphin dan serotonin, yaitu sejenis

morfin alami tubuh dan juga melatonin. Ketiga zat ini merupakan zat baik untuk

otak sehingga kita bisa merasa lebih tenang. Terapi tertawa merupakan teknik

yang mudah dilakuakan, tetapi efeknya sangat luar biasa, bahkan dapat

menyembuhkan pasien dengan gangguan mental akibat stres berat (Padila, 2013).

3
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Wredha terdapat 8

lansia yang mengalami depresi dari 30 lansia yang berada di Panti Wreda.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis melakukan penyusunan

skripsi Literature Review tentang “Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat

Depresi Pada Lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian Literature Review ini adalah “Adakah

Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia Berdasarkan

Literature Review”?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada

Lansia.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan Khusus dari Literature Review ini adalah :

a. Mengidentifikasi pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat depresi pada

lansia;

b. Mengidentifikasi jurnal yang relevan dengan pengaruh terapi tertawa

terhadap tingkat depresi pada lansia;

c. Menyimpulkan hasil literature review terkait pengaruh terapi tertawa

terhadap tingkat depresi pada lansia.

4
1.4 Manfaat Studi Literature Review

1.4.1 Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menggambarkan efektifitas dan intervensi

supportive educative berbasis the information behavioral skills pada lansia

yang mengalami depresi dengan mengkombinasikan teori self care, untuk

mengurangi tingkat depresi pada lansia dengan cara terapi tertawa. .

1.4.2 Praktis

1. Diharapkan memberikan pengalaman secara aplikatif dalam penelitian

pada lansia yang mengalami depresi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan

pengembangan peneliti selanjutnya khususnya tentang depresi dengan

pengaruh tertawa.

3. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan perawat untuk melakukan

perawatan pada lansia yang mengalami deperesi.

4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pengaplikasian

terapi tertawa pada lansia yang mengalami depresi, sehingga depresi

pada lansia tidak semakin meningkat.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Usia Lnjut (Lansia)

2.1.1 Definisi Lansia

Menurut Ratnawati (2017) lansia ialah kejadian biologis yang tidak bisa

dihindari oleh setiap individu. Undang Undang Nomer IV Tahun 1965 Pasal 1,

menyebutkan bahwa seseorang bisa disebut lansia setelah umur 55 tahun, tidak

mempunyai/ tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri guna keperluan

hidupnya sehari hari, dan menerima nafkah dari orang lain. Menurut Undang

Undang Nomer 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, lanjut usia

merupakan seseorang yang telah berusia diatas 60 tahun.

Lanjut Usia (lansia) adalah kelompok penduduk yang berumur 60 tahun

atau lebih (Undang-Undang No. 13 Tahun 1998). Menua bukanlah suatu penyakit,

akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan

yang komulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam

menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian

(Padila, 2013).

2.1.2 Klasifikasi Lansia

Menurut badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam menurut (Ratnawati, 2017)

batasan usia lanjut meliputi :

1. Usia 45-59 tahun yaitu Middle age

2. Usia 60-70 tahun yaitu Elderly

3. Usia 75-90 tahun yaitu Old

6
4. Umur diatas 90 tahun yaitu Very Old

2.1.3 Ciri-Ciri Lansia

Menurut (Hurlock 1980 dalam Ratnawati, 2017) ciri-ciri dari lansia :

1. Usia lanjut adalah masa dimana terjadi periode kemunduran. Sebagian

pemicu terjadinya adalah faktor fisik serta psikologis. Dampak dari

kondisi ini bisa berdampak pada aspek psikologis lanjut usia. Membuat

lansia membutuhkan motivasi. Kemunduran yang cepat terjadi karena

motivasi yang rendah, begitu pula sebaliknya.

2. Seseorang lansia mempunyai status kelompok minoritas. Pandangan

bersifat negatif pada lanjut usia dalam masyarakat sosial secara tidak

langsung akan berpengaruh munculnya status sosial minoritas pada

mereka.

3. Menua membutuhkan perubahan peran. Kemunduran dialami pada

lansia akan berpengaruh pada perubahan peran mereka dalam

masyarakat sosial ataupun keluarga. Tetapi perubahan pada peran ini

baiknya dilaksanakan atas dasar dari keinginan yang muncul dari diri

sendiri bukan paksaan.

4. Penyesuaian yang buruk pada lanjut usia. Perilaku buruk lanjut usia

terbentuk karena perlakuan yang buruk yang didapatkan. Secara tidak

langsung lanjut usia akan cenderung menerapkan konsep diri yang

buruk.

7
2.1.4 Tugas Perkembangan Lansia

Setiap tahap perkembangan manusia memiliki tugas perkembangan sendiri-

sendiri, termasuk lanjut usia yang memiliki tugas perkembangan sebagai berikut

menurut (Ratnawati, 2017) :

1. Menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik.

2. Menyesuaikan diri pada masa terjadinya pensiun dan berkurangya sumber

ekonomi keluarga.

3. Mempersiapkan diri terhadap kematian pasangan hidup.

4. Mempererat hubungan tehadap orang disekelilingya.

5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

6. Mempersiapka diri terhadap peran sosial secara santai juga harmonis.

2.1.5 Proses Penuaan

Menurut (Nugroho 2000 dalam Ratnawati, 2017), menua merupakan suata

proses yang terjadi kontineu serta berlanjut secara alami, dialami semenjak lahir,

dan pada umum akan dialami oleh semua makluk hidup. Sedangkan teori dari

(Tyson tahun 1999 dalam Ratnawati, 2017) menua merupakan suatu proses yang

bermula dari ketika konsepsi dan termasuk bagian normal dari masa pertumbuhan

serta perkembangan juga penurunan kemampuan dalam mengganti sel yang

mengalami kerusakan.

2.1.6 Teori Penuaan

Pengelompokan teori proses penuaan menurut (Murwani dan Priyantari,

2010) :

8
1. Teori biologi

Perubahan biologi berasal dari dalam (intrinsik) / teori genetika :

a. Teori jam biologi (biological clock theory) merupakan keadaan menua

yang disebabkan faktor gen dari dalam. Usia seakan olah diatur seperti

layaknya jam.

b. Teori menua yang terprogram (program aging theory) bahwa sel-sel dari

tubuh hanya mampu membagi 50x.

c. Teori mutasi (somatic mutatie theory) menjelaskan sel pada waktunya

pasti terjadi pergantian. Menua dikarenakan sebagai dari perubahan

biokimia yang di atur molekul/DNA dan per sel akan mengalami

pergantian.

d. The error theory yaitu kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel tubuh

lelah.

e. Teori akumulasi menjelaskan bahwa pengumpulan dari pigmen atau lemak

tubuh pada lanjut usia akan mengakibatkan terganggunya fungsi sel

tersebut.

f. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

g. Reaksi kekebalan sendiri (auto immune theory) suatu saat pada dalam

tubuh diproduksi sesuatu zat khusus, bagian tubuh yang tidak tahan

dengan zat itu akan menjadi lemah juga sakit.

h. Teori immunilogi slow virus, bahwa system kekebalan menjadi kurang

efektif karena bertambahnya usia dan masuknya virus pada tubuh akan

menyebabkan kerusakan organ.

9
i. Teori rantai silang menjelaskan bawah sel yang tua reaksi kimianya bisa

mengakibatkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen akan

mengakibatkan kelenturan akan berkurang dan menurunkan fungsinya.

j. Teori program tentang kemampuan dari organisme untuk menetapkan

jumlah sel yang membelah serta kapan mati.

Perubahan biologik yang berasal dari luar/ ekstrisik :

1. Teori radikal bebas menjelaskan bertambahnya zat radikal bebas karena

pencemaran akan menyebabkan perubahan pada kromosom pigmen serta

jaringan kolagen.

2. Teori imunologi menjelaskan perubahan jaringan getah bening akan

menyebabkan ketidakseimbangan sel T serta akan terjadi berkurangnya

fungsi sel imun pada tubuh berakibat mudah terinfeksi.

3. Teori stress yaitu bahwa menua terjadi karena hilangnya sel yang biasa

digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak bisa mempertahankan

kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress mengakibatkan

sel tubuh lelah terpakai.

4. Teori psikologi

a. Maslow Hierarky Human Needs Theory menjelaskan bahwa hirarki

kebutuhan dari manusia yaitu fisiologi dasar, keamanan dan

kenyamanan, kebutuhan kasih sayang, harga diri dan aktualisasi pada

diri.

b. Jung's theory of individualisme menjelaskan bahwa perkembangan

personaliti dari masa kanak-kanak, remaja, dewasa muda, dewasa

10
pertengahan, hingga dewasa tua/lansia yang mempengaruhi adalah

faktor internal maupun eksternal.

c. Course of human life theory menjelaskan bahwa teori perkembangan

dasar pada manusia yang disentralkan pada mengidentifikasi

pencapaian tujuan hidup seseorang ketika dalam fase perkembangan.

d. Aktivitas / kegiatan (Activity theory) menjelaskan bahwa pada lanjut

usia yang sukses yaitu lansia yang aktif dan ikut banyak dalam

kegiatan sosial serta masih berusaha guna mempertahankan hubungan

antar sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan

hingga usia lanjut.

e. Kepribadian berlanjut (Continuity theory) menjabarkan bahwa

perubahan pada lansia dipengaruhi oleh type resonality yang dipunyai.

f. Teori pembebasan : tambahnya usia seseorang, secara perlahan akan

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Berakibat interaksi

menurun baik kualitas maupun kuantitas sehingga seseorang sering

mengalami kehilangan ganda (triple loss).

g. Eight stages of life theory merupakan teori perkembangan psikososial

dibagi menjadi 8 tahap yang menjabarkan peran serta tugas yang harus

di selesaikan sehingga individu akan merasakan kebahagiaan dan

kesuksesan.

2.1.7 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia

Perubahan pada lanjut usia menurut (Murwani dan Priyantari (2010) :

11
1. Penurunan keadaan fisik

Seseorang yang masuk masa lanjut usia, pada umumnya akan

mengalami adanya keadaan fisik yang bersifat patologis berganda (imultiple

pathology), contohnya energi yang menurun, gigi semakin lepas, kulit menjadi

keriput , tulang makin rapuh, dan sebagainya. Pada umunya kondisi fisik masa

lanjut usia mengalami penurunan berlipat lipat. Menyebabkan gangguan fungsi

fisik, psikologis dan sosial, yang berkelanjut bisa mengakibatkan terjadinya

kondisi ketergantungan pada orang lain. Pada kehidupan lanjut usia supaya

bisa mempertahankan kondisi fisik baik, perlu menyeimbangkan kebutuhan

fisik dengan psikologi ataupun sosial, maka dibutuhkan usaha guna

meminimalkan aktivitas yang bersifat menforsir fisiknya. Lansia wajib dapat

mengatur bagaimana kehidupnya dengan seimbang dan baik.

2. Penurunan fungsi

Penurunan pada fungsi serta potensi seksual sering kali berkaitan

dengan penurunan fisik, contohnya pada :

a. Otot

b. Kulit

c. Pola tidur

d. Fungsi kognitif

e. Penglihatan

f. Fungsi kardiovaskuler

g. Fungsi respirasi

h. Fungsi saraf

12
3. Perubahan pada aspek psikososial

Setelah orang mengalami usia lanjut maka akan terjadi penurunan pada

fungsi kognitif serta psikomotor. Fungsi dari kognitif termasuk proses

pemahaman, belajar, pengertian, perhatian, persepsi, dan lain-lain akan

mengakibatkan reaksi serta tingkah laku lanjut usia lambat. Sementara fungsi

psikomotorik (konatif) berkaitan dengan dorongan kehendak contohnya,

tindakan, gerakan, koordinasi, mengakibatkan menjadi kurang cekatan.

Lansia mengalami perubahan psikososial yang berkaitan dengan

kepribadian lanjut usia. Dibedakan berdasarkan 5 tipe :

a. Kepribadian kontruktif : Tidak sedikit yang mengalami gejolak, tenang

serta mantap hingga sangat tua.

b. Kepribadian mandiri : Biasanya mengalami post power syndrom, apalagi

tidak diimbang dengan aktivitas yang dapat memberikan otonomi.

c. Kepribadian tergantung : Dimana dipengaruhi oleh keluarga, jika keluarga

selalu harmonis maka saat lanjut usia tidak bergejolak, tetapi apabila

pasangan hidup meninggal, maka yang ditinggalkan akan merana apabila

tidak segera bangkit dari kedukaannya.

d. Kepribadian bermusuhan : lansia tidak puas pada kehidupannya, keinginan

tidak diperhitungkan secara seksama membuat ekonomi menjadi

berantakan.

e. Kepribadian kritik diri : lansia terlihat sengsara, perilakunya sendiri sulit

dibantu orang lain/ cenderung membuat susah dirinya.

Perubahan psikososial pada masyarakat yang berpengaruh terhadap usia

lanjut menurut (Depkes RI 2000 dalam Murwani dan Priyanti, 2010) :

13
1. Urbanisasi dan modernisasi : Anak-anak perkotaan cenderung memandang

setiap permasalah secara rasional, efektif, efisien, hingga dalam menilai suatu

masalah sering menganggap orang tua mereka yang sudah usia lanjut

berpendapat terlalu konversional, hingga sering terjadi kesalahpahaman

dalam komunikasi.

2. Perubahan pola keluarga besar ke keluarga kecil : Pola keluarga yang terdiri

dadi ayah, ibu, dan anak menempatkan usia lanjut diluar sistem keluarga

tersebut sehingga seseorang usia lanjut merasa diabaikan.

3. Ibu rumah tangga yang bekerja : Makin banyaknya ibu-ibu atau wanita yang

bekerja, meninggalkan beban pekerjaan rumah tangga pada usia lanjut,

sehingga usia lanjut merasa terbebani dan kesepian dikarenakan ditinggal

sendiri. Sebagian orang yang berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidup

rumah tangga mereka akan sering bekerja diluar rumah, hal ini dapat

mengakibatkan kurangnya perhatian serta kebersamaan anak dengan lansia.

Semakin banyaknya waktu dan perhatian anak terhadap pekerjaan mereka,

maka akan mempermudah munculnya permasalahan lansia.

4. Perubahan perubahan psikososial yang dialami oleh lanjut usia menurut

(Ismayadi 2004 dalam Murwani dan Priyantari, 2010) :

a. Pensiun nilai seseorang sering diukur dengan produktivitasnya dan

identitas dihubungkan dengan pekerjaan. Apabila seseorang pensiun, ia

akan mengalami beberapa kehilangan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian.

c. Perubahan dalam cara hidup, yakni pada saat memasuki rumah

perawatan bergerak lebih sempit.

14
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.

e. Meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya

biaya pengobatan.

f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

g. Timbul kebutaan serta ketulian.

h. Gangguan pada gizi karena kehilangan jabatan.

i. Rangkaian dari kehilangan, yakni terjadi kehilangan hubungan dengan

keluarga dan teman.

j. Hilangnya ketegapan fisik dan kekuatan: perubahan pada gambaran diri

dan perubahan konsep diri.

5. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan

Biasanya perubahan di awali saat pensiun. Walaupun tujuan dari

pensiun yaitu supaya lansia dapat menikmati pada hari tua, namun pensiun

sering diartikan sebagai kehilangan harga diri, penghasilan, kedudukan,

peran, jabatan, status, kegiatan, dan. Respon seseorang ketika pensiun lebih

tergantung diri model kepribadiannya.

6. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat

Akibat perubahan pada kondisi fisik dan tubuh menyebabkan kelainan

fungsional bahkan kecacatan pada lanjut usia. Harus dicegah dengan

mengajak melakukan aktivitas sosial di masyarakat, selama mampu

melakukannya, supaya merasa tidak diasingkan. Apabila terasing maka akan

makin menolak untuk melakukan komunikasi dengan lainnya dan kadang

terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengasingkan diri,

15
mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek dan menangis bila

ketemu orang lain perilakuknya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan tersebut biasanya lanjut

usia mempunyai keluarga, bagi orang berbudaya ketimuran masih sangat

beruntung apabila masih mau untuk membantu memelihara dengan kesabaran

dan pengorbanan. Berbeda dengan bagi mereka yang tidak punya keluarga

maupun sanak saudara karena hidup membujang atau punya pasangan hidup

namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal apalagi hidup

dalam perantauan sendiri sering kali menjadi terlantar.

7. Perubahan Seksual

a. Laki-laki

Banyak penelitian yang menjabarkan tingkah laku maupun sikap

seksual seseorang yang memiliki diatas 60 tahun tidak menghilangkan

kebutuhan dan gairah seks secara bermakna, dan bahkan aktifitas seks

teratur dilakukan apabila memiliki pasangan. Sebagian orang percaya

apabila seks memberikan kontribusi terhadap kesehatan fisik serta

kesehatan mental. Pada manusia lanjut yang mengalami disfungsi ereksi

dan tanpa kontra indikasi dapat di berikan obat-obatan yang dapat

meningkatkan fungsi ereksi.

b. Perempuan

Perubahan tidak begitu tampak hingga masuk usia 45-55 tahun. Pada

masa tersebut perempuan akan mengalami :

1) Fase klimakterium yaitu peralihan yang terjadi pada wanita mulai

periode produktif sampai non produktif. Tanda serta gejala yang

16
muncul sebagai akibat fase ini di sebut tanda gejala mengalami

menopause.

2) Menopause adalah berhentinya proses haid pada wanita secara

alamiah yang biasanya pada umur 45 - 50 tahun.

3) Perubahan pada masa menopause. Perubahan psikis yang terjadi :

a) Marah : cenderung akan menentang sumber frustasi

b) Cemas : akan meninggalkan sumber frustasi

c) Depresi : akan menghentikan respon-respon terbukanya srta

mengalihkan emosi kedalam dirinya sendiri.

4) Perubahan fisik pada masa menopause

a) Hot flushes (perasaan panas)

b) Keringat yang berlebihan

c) Vagina menjadi kering

d) Tidak mampu menahan keluarnya air seni

e) Hilangnya jaringan jaringan penunjang

f) Bertambahnya BB

g) Keluhan pada mata

2.2 Konsep Depresi

2.2.1 Definisi Depresi

Depresi merupakan perasaan sedih yang disertai dengan penurunan gerak

atau fungsi tubuh. Depresi adalah gangguan perasaan ditandai dengan kehilangan

rasa gembira yang disertai dengan gejala lain, yaitu kehilangan nafsu makan dan

17
gangguan pola tidur (Dr.Namora, 2016). Depresi merupakan salah satu gangguan

perasaan dimana ditandai dengan gejala berupa afek depresif, kehilangan minat,

kehilangan konsentrasi, harga diri, serta juga dapat melakukan hal yang

membahayakan diri sendiri seperti bunuh diri (Addila, 2016).

2.2.2 Gejala Depresi

Menurut (Dr.Namora, 2016) gejala depresi dibagi menjadi 3 meliputi :

1. Gejala fisik

a. Gangguan tidur

b. Penurunan tingkat aktifitas

c. Penurunan efisiensi kerja

d. Penurunan produktifitas kerja

e. Mudah lelah dan sakit

2. Gejala psikis

a. Hilangnya perasaan percaya diri

b. Perasaan tidak berguna

c. Sensitif

d. Merasa bersalah

3. Gejala sosial

a. Penurunan interaksi sosial

b. Perasaan tidak nyaman saat berkomunikasi

c. Ketidakmampuan bersikap terbuka dan berhubungan dengan orang

lain maupun lingkungan.

18
2.2.3 Penyebab Depresi

Penyebab dari depresi yang sebenarnya belum dapat diketahui secara pasti

tetapi ditemukan beberapa faktor yang dapat menyebabkan depresi tersebut.

Seperti yang dinyatakan oleh (Dr.Namora, 2016) :

1. Faktor fisik

a. Faktor genetik

Seseorang yang keluarganya mengalami depresi maka akan memiliki

risiko besar untuk mengalaminya juga.

b. Susunan kimia otak dan tubuh

Seseorang yang mengalami depresi mengalami penurunan hormon

noradrenalin yang merupakan pengendali otak serta aktifitas tubuh.

c. Usia

Semakin bertambahnya usia semakin banyak tahap-tahap serta tugas

perkembangannya sehingga menyebabkan respon emosi yang meningkat.

d. Gender

Wanita sering diduga lebih mudah mengalami depresi daripada lakilaki

karena adanya perubahan hormonal ketika siklus menstruasi.

e. Gaya hidup

Gaya hidup yang tidak sehat dapat mengakibatkan suatu penyakit,

sehingga dalam keadaan sakit tersebut dapat juga memicu kecemasan

hingga depresi.

f. Obat-obatan

Beberapa obat-obatan yang digunakan tidak sesuai dosis akan memicu

terjadinya depresi.

19
2. Faktor psikologis

a. Kepribadian

Seseorang yang mengalami rasa cemas yang tinggi, pemalu dan

seseorang yang memiliki harga diri rendah lebih sering mengalami

depresi.

b. Pola pikir

Seseorang yang rentan mengalami depresi selalu berfokus pada

kegagalan yang dialami, mempunyai pola pikir yang selalu negatif

terhadap dirinya sendiri.

c. Harga diri

Seseorang yang merasa bahwa harga dirinya rendah sering mengalami

perasaan cemas, takut, putus asa, tidak percaya diri, selain itu juga

terdapat perasaan takut atau tidak diterima oleh lingkungan.

d. Stress

Kehilangan sesuatu yang disayangi atau dicintai dapat menyebabkan

seseorang menjadi stress yang berdampak pada depresi.

e. Lingkungan keluarga

Kehilangan orangtua, jenis pengasuhan serta penyiksaan fisik saat usia

dini dapat menyebabkan depresi karena rasa takut yang membekas.

f. Penyakit jangka panjang

Ketidakmampuan seseorang dalam menjalankan aktifitasnya sendiri dan

selalu bergantung pada orang lain akan menyebabkan perasaan yang

tidak nyaman serta perasaan yang tidak berguna sehingga dapat memicu

terjadinya depresi.

20
g. Interaksi sosial

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antar individu dengan individu

yang lain yang dapat memengaruhi perilaku seseorang. Interaksi sosial

ini dapat terjadi karena adanya kontak sosial antar individu dan

komunikasi (Annisa, 2018). Dalam interaksi sosial harus terdapat umpan

balik antar sesama. Namun, jika pada seseorang interaksi sosialnya

kurang maka dapat menjadi faktor penyebab depresi. Dimana interaksi

sosial sangat penting guna untuk pertukaran suatu sumber.

2.2.4 Dampak Dari Depresi

Menurut (Dr.Namora, 2016) dampak dari depresi jika tidak dilakukan

penanganan secara tepat akan mengakibatkan :

1. Bunuh diri

Rasa kesepian dan ketidakmampuan pada seseorang merupakan faktor yang

sangat kuat dalam seseorang akan melakukan bunuh diri.

2. Insomnia dan Hypersomnia

Seseorang yang mengalami depresi akan tidur dengan cepat dan sering

bangun di malam hari, serta merasa lelah saat bangun. Hypersomnia

merupakan rasa mengantuk yang berlebih, hypersomnia ini merupakan salah

satu tanda maniak depresif atau gangguan bipolar.

3. Gangguan dalam hubungan

21
Seseorang yang mengalami depresi akan mudah tersinggung, menyendiri dan

selalu merasa sedih, sehingga dari hal ini maka memicu ketidak baikan dalam

hubungan.

4. Gangguan dalam pekerjaan

Penurunan performa kerja dan produktifitas kerja sangat berpengaruh

terhadap seseorang yang mengalami depresi.

5. Gangguan pola makan

Seseorang yang mengalami depresi akan kehilangan nafsu makan serta

bertambahnya perasaan ingin makan yang manis-manis.

6. Perilaku merusak

Seseorang yang mengalami depresi dapat berperilaku merusak seperti :

a. Kekerasan dan agresivitas

b. Mengkonsumsi alkohol serta obat obatan terlarang

c. Peningkatan perilaku merokok

2.2.5 Klasifikasi Depresi

Depresi dibagi menjadi beberapa penggolongan seperti yang dinyatakan

oleh (Dr.Namora, 2016) :

1. Berdasarkan tingkat penyakit

a. Depresi ringan

Depresi ringan menyebabkan gangguan perasaan yang ringan namun

terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

b. Depresi sedang

22
Mood pada depresi sedang yang rendah terjadi secara terus menerus dan

seseorang mengalami gejala fisik meskipun berbeda setiap individu.

c. Depresi berat

Dalam depresi berat ini individu mengalami gangguan dalam bekerja,

pola makan dan pola tidur.

2. Berdasarkan nosologi

a. Depresi psikogenik

Depresi yang terjadi dimana seseorang mengalami rasa sedih atas

kehilangan sesuatu yang dicinta.

b. Depresi endogenik

Depresi yang bersifat diturunkan, depresi ini muncul tanpa di dahului

oleh masalah psikologis namun dapat diakibatkan karena trauma fisik

ataupun psikis. Depresi endogenik sering terjadi pada lansia yang timbul

pada usia 60 tahun keatas.

c. Depresi somatogenik

Dalam depresi somatogenik faktor jasmani sangat berperan dalam

munculnya depresi ini.

3. Berdasarkan gejala

a. Depresi neurotik

Depresi ini terjadi dimana setelah seseorang mengalami kejadian yang

menyedihkan namun lebih berat dari biasanya. Seseorang yang

mengalami depresi neurotik merasa cemas dan gelisah.

b. Depresi psikotik

Depresi ini berkaitan dengan gangguan jiwa delusi serta halusinasi.

23
c. Psikosis depresi maniak (depresi bipolar)

Depresi ini merupakan gangguan suasana hati yang berat dimana

seseorang yang mengalami depresi ini sering merasa cemas, namun

terkadang hal ini dapat berubah menjadi perasaan gembira yang berlebih

atupun juga aktifitas yang berlebih.

2.2.6 Alat Ukur Depresi

Pengukuran tingkat depresi ini menggunakan kuesioner Geriatric

Depression Scale, kuesioner ini memiliki 18 item pertanyaan. Dari 18 pertanyaan

terdiri dari pertanyaan favorable (positif) dan unfavorable (negatif), pertanyaan

favorable pada item soal 4, 5, 6, 10, 11, 12, 16, 17 DAN 18 jika dijawab “IYA”

maka bernilai 0 untuk jawaban “TIDAK” bernilai 1. Sedangkan untuk pertanyaan

unfavorable pada item soal 1, 2, 3, 7, 8, 9, 13, 14, 15 jika dijawab “IYA” bernilai

1 dan jika dijawab “TIDAK” bernilai 0.

Dalam kebutuhan uji bivariat skor dikategorikan menjadi 4 yaitu: 1. Tidak

depresi : 0 – 3 2. Depresi ringan : 4 – 7 3. Depresi sedang : 8 – 13 4. Depresi berat

: 14 – 18 (Karel Karsten, 2010).

2.3 Konsep Tertawa

2.3.1 Definisi Tertawa

Terapi tertawa adalah jenis terapi dengan menggunakan humor atau tawa

sebagai metodenya, terapi ini bertujuan untuk membantu individu menyelesaikan

masalah mereka, baik dalam bentuk emosi maupun gangguan psikis (Zajonc,

2010).

Terapi Tawa adalah salah satu terapi dengan menggunakan humor dan

tawa untuk mengurangi dampak stres pada seseorang, baik dalam bentuk

24
gangguan fisik atau pun gangguan mental. Perlakuan terapi tawa dalam terapi ini

akan menghasilkan perasan lega pada seseorang yang melakukannya. Ini

disebabkan tawa secara alami dapat merubah perasaan stres dan rasa sakit menjadi

lebih baik (Dumbre , 2012).

2.3.2 Jenis-jenis Terapi Tertawa

1. Humour Therapy

Terapi humor dapat dilakukan menggunakan bahan-bahan lucu seperti buku,

theater, film, atau pertunjukan untuk mendorong diskusi spontan dari

seseorang yang memiliki pengalaman lucunya sendiri. Terapi ini bisa

diberikan secara perorangan maupun berkelompok (Dumbre, 2012).

2. Laughter Therapy

Terapi tertawa adalah terapi yang memiliki bentuk yang sedikit berbeda

dengan jenis terapi yang lain dimana klien diperlakukan secara lebih

individual. Tutor akan melakukan pengkajian secara dalam penyebab tawa

pada klien dan untuk membuat profil humor pada klien, tutor akan

mengajarkan latihan dasar yang dapat membantu dalam mengatasi stres,

pentingnya hubungan dan dukungan sosial dapat memberikan kepercayaan

lebih dengan tawa sebagai alat untuk membantu mereka mengatasi stres

(Dumbre, 2012).

3. Laughter Meditation Meditasi tawa memiliki kesamaan dengan meditasi

tradisional. Namun, pada terapi ini tertawa ini memfokuskan seseorang untuk

lebih berkonsentrasi saat terapi dilakukan. Pada meditasi tawa terdapat tiga

tahapan yang harus dilalui yaitu peregangan, tertawa sengaja dan periode

25
meditasi diam. Terapi ini kadang-kadang dilakukan berkelompok (Dumbre,

2012).

4. Laughter Yoga

Yoga tawa memiliki kesamaan dengan yoga tradisional. Terapi ini adalah

terapi yang menggabungkan latihan pernapasan, yoga san teknik peregangan

bersama dengan tawa. Yoga tawa memiliki format terstruktur dari beberapa

latihan tertawa dalam jangka waktu kurang lebih 30 sampai 45 menit dan

diarahkan oleh instruktur yang terlatih. Terapi ini dapat digunakan sebagai

terapi komplementer atau terapi pencegahan (Dumbre, 2012).

2.3.3 Tujuan Terapi Tertawa

Terapi tertawa bertujuan untuk memberikan keadaan yang rileks dan

pikiran yang tenang. Tertawa merupakan perpaduan dari peningkatan dan

penurunan sistem saraf simpatik Peningkatannya berfungsi untuk memberikan

tenaga bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti oleh

penurunan sistem saraf simpatik yang salah satunya disebabkan oleh adanya

perubahan kondisi otot yang menjadi lebih rileks, dan pengurangan pemecahan

terhadap nitric oxide yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah sekitar 20%,

sedangkan stres menyebabkan penyempitan pembuluh darah sekitar 30% (Hasan

& Hasan, 2009).

2.3.4 Manfaat Terapi Tertawa

Menurut Simanungkalit (2012), manfaat terapi tertawa terhadap tubuh adalah :

1. Mengurangi depresi

Tertawa mampu mengurangi tingkat depresi dan sekaligus mengeluarkan

hormon penyeimbang yang dihasilkan saat seseorang mengalami depresi.

26
Dalam keadaan depresi, tubuh akan menghasilkan hormon yang menekan

sistem kekebalan, dan dengan tertawa hormon depresi dapat diimbangi

sampai tingkat tertentu.

2. Meningkatkan kekebalan tubuh

Penelitian Berk tahun 2012 mengakatakan bahwa setelah melakukan terapi

humor, terdapat peningkatan aktivitas pada sistem kekebalan tubuh,

diantaranya : meningkatnya jumlah dan level aktivitas natural killer cells

yang bisa melawan sel yang telah terinfeksi virus dan beberapa tipe sel

kanker dan sel tumor, meningkatkan aktivasi sel limfosit T, meningkatkan

antibody IgA yang dapat melindungi saluran napas atas dari kotoran dan

infeksi, dan meningkatkan interferon gamma yang berfungsi untuk

mengaktivasi berbagai komponen sistem imun, dan untuk meningkatkan

produksi IgB pada tubuh dalam jumlah yang besar ditubuh seperti

meningkatnya jumlah komplemen 3 yang dapat membantu antibody untuk

melawan sel yang terdisfungsi dan terinfeksi.

3. Menurunkan tekanan darah tinggi

Tertawa akan meningkatkan aliran darah dan oksigen dalam darah, yang akan

membantu pernafasan dan melancarkan sirkulasi darah. Terapi tertawa

menurunkan pengeluaran dopamine. Dopamin merupakan senyawa yang

berperan dalam peningkatan tekanan darah dan penurunan tekanan darah.

4. Bronkhitis Dan Asma

Tertawa dapat membuat kapasitas paru meningkat dan meningkatkan oksigen

dalam darah sehingga ini sangat baik untuk penderita bronchitis dan asma.

Terapi tertawa dapat meningkatkan imunitas yang akan mengurangi lendir

27
disaluran pernafasan, sehingga mengurangi frekuensi pernafasan. Terapi

tertawa juga dapat mengurangi lendir yang berada dalam saluran nafas. Stres

adalah faktor lain yang bisa memicu serangan asma, dengan mengurangi

stres, dapat memperbaiki prognosis penyakit asma (Berk, 2007). Tetapi tawa

juga tidak dapat dilakukan kepada seseorang yang mengalami gangguan pada

infeksi saluran pernafasan yang parah. Dalam beberapa kasus asma mungkin

akan sedikit diperburuk oleh latihan fisik apapun (latihan fisik pemicu asma).

2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Tertawa

1. Indikasi

Terapi tertawa diindikasikan pada klien yang mengalami masalah psikologis,

psikososial, hipertensi dan seluruh klien yang tidak sedang dalam keadaan

dikontraindikasikan (Hasan & Hasan, 2009).

2. Kontraindikasi Terapi tawa tidak dapat diterapkan pada individu dengan

beberapa gangguan kesehatan, seperti hernia, hemoroid, penyakit jantung,

sesak napas, post operasi, TBC dan glaucoma (Kataria; Setyowati, 2011

dalam Yani, 2014).

Kerangka teori adalah rangkuman dari penjabaran teori yang sudah diuraikan

sebelumnya dalam bendtuk naratif, untuk memberikan batasan tentang teori yang

dipakai sebgai landasan penelitian yang akan dilakukan (Nursalam, 2015).

Kerangka teori studi literature review ini sebagai berikut.

28
2.4 Kerangka Teori Faktor Penyebab Depresi : Terapi Farmakologi : Terapi Non Farmakologi :
a. Faktor demografi : a. Obat-obatan
- Usia a. Psikodinamik
- Jenis Kelamin b. Psikoterapi
- Status sosio ekonomi Interpersonal
- Status Pernikahan c. Terapi Kognitif Beck
- Pendidikan terakhir d. Terapi Perilaku
b. Dukungan Sosial e. Terapi Humanistik
c. Pengaruh Genetik Eksistensial
f. Terapi Tertawa
d. Kejadian dalam Hidup
e. Medikasi

Depresi pada Lansia :


a. Ringan
b. Sedang
c. Berat

Dampak akibat depresi :


a. Fisik
b. Psikososial
c. Tindakan bunuh
diri

Gambar 2.3 Kerangka Teori Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia

29
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Strategi Pencarian Literature

3.1.1 Protokol dan Registrasi

Rangkuman menyeluruh dalam bentuk literature review mengenai

pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat depresi pada lansia. Protokol dan

evaluasi dari literature review akan menggunakan ceklist PRISMA sebagai

upaya menentukan pemilihan studi yang telah ditemukan dan disesuaikan

dengan tujuan dari literature review ini.

3.1.2 Database Pencarian

Pencarian literature dilakukan pada bulan Juli 2021. Data yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh bukan dari

pengamatan langsung tetapi dari peneliti-peneliti terdahulu. Pencarian literature

dalam literature review ini menggunakan database yaitu Google Scholar.

3.1.3 Kata Kunci

Pencarian artikel atau jurnal menggunakan kata kunci dan Boolean operator

(“AND”, “OR”, dan “NOT”) yang digunakan peneliti untuk memperluas dan

menspesifikkan hasil pencarian, sehingga mudah dalam menentukan artikel yang

digunakan. Kata kunci dalam literature review ini terdiri dari terapi tertawa,

tingkat depresi, lansia.

30
3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Strategi yang digunakan dalam mencari artikel menggunakan PICOS

framework.

Tabel 3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Jurnal nasional yang Jurnal nasional dan
berhubungan dengan topik yaitu internasional berhubungan
pengaruh terapi tertawa terhadap dengan teori lain yang
tingkat depresi pada lansia digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari terapi tertawa
terhadap depresi dengan
pencetus yang menjadi
pemberat, misalnya gangguan
mental organic dan lain-lain.
Intervension Terapi tertawa Tidak ada intervensi
Comparator Tidak ada faktor pembanding Ada faktor pembanding
Outcomes Adanya pengaruh pada lansia Adanya faktor yang
dengan terapi tertawa mempengaruhi terapi tertawa
pada lansia
Study Design and One group pretest-posttest Tidak ada
Publication Type
Publication Years Tahun 2016-2020 Dibawah tahun 2015
Language Bahasa Indonesia Selain bahasa Indonesia dan
bahasa inggris

31
3.3 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas

3.3.1 Hasil Pencarian Dan Seleksi Studi

Hasil seleksi artikel studi dapat digambarkan dalam Diagram Flow di bawah

ini :

Penentuan topik : Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi


Pada Lansia

Pencarian pada database Google Schoolar artikel terbitan 2016-2020


Kata kunci : terapi tertawa, tingkat depresi, lansia.

Hasil temuan jurnal : Google Schoolar = 80 artikel terbitan 2016-2020


sesuai dengan kata kunci, diekslusi sebanyak 69 menjadi 11

Eksklusi (n=6) Identifikasi dan pemilihan judul n = 11,


Population: kemudian di ekslusi 6
Tidak sesuai
dengan topik
(n=2) Identifikasi artikel fulltext n = 5
Intervention :
Adanya faktor lain
(n=2) Artikel akhir yang didapat
Comparator : dianalisa sesuai rumusan masalah
Faktor dan tujuan n = 5
pembanding (n=0)
Outcome :
Analisa telaah artikel
Tujuan penelitian
tidak sesuai (n=2)

Membuat Review dari 5 artikel


yang telah dipilih

Gambar 3.2 kerangka kerja Literatur Review

32
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Analisis Jurnal
No Author Judul Metode (Desain, Sampel, Variabel, Instrumen, Analisis) Database

1 Farida Umamah, Pengaruh Terapi Tertawa D : pra experiment dengan pendekatan one group pretest- Google
Latifah Hidayah Terhadap Tingkat Depresi Pada posttest Scholar
Lansia Di Panti UPTD Griya S : 28 Responden
Wreda Surabaya.Tahun 2017 V : terapi tertawa terhadap tingkat depresi pada lansia
I : kuesioner dan SOP
A : data dianalisis dengan menggunakan uji wilcoxon
didapatkan nilai (= 0,000 dan nilai α = 0,05)
Intan Talia Sofiana, Pengaruh Terapi Tertawa D : desain Quasy Experiment dengan pendekatan pretest- Google
Susi Wahyuning Terhadap Tingkat Depresi Pada posttest Scholar
Asih, Cahya Tribagus Lansia Di Panti UPT Pelayanan S : 38 responden
2 Hidayat Sosial Tresna Werdha (PSTW) V : terapi tertawa terhadap tingkat depresi pada lansia
Kabupaten Jember.Tahun 2018 I : kuesioner
A : uji statistik dengan menggunakan uji mann-whitney
diperoleh nilai signifikan  value 0,000 < 0,005
3 Ilham Amin, Riyan Pengaruh Terapi Tertawa D : desain penelitian experimen semu (quasy experimen) Google

33
Mulfianda, Maimun Terhadap Penurunan Skor Depresi dengan pretest-posttest control group design Scholar
Tharida Pada Lansia Di UPTD Rumoh S : 15 responden
Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee V : terapi tertawa terhadap penurunan skor depresi pada lansia
Kareng Kota Banda Aceh Tahun I : kuesioner
2019 A : uji statistik memperlihatkan =0,001
Ni Putu Esi Terapi Tawa Menurunkan Depresi D : desain penelitian pra experimental dengan pendekatan one Google
Pradnyadiansari,Yustin Lansia Di Panti Wredha Bakti group pretest-posttest design Scholar
a Luhur Sidoarjo. Tahun 2017 S : 40 responden
4 Kristianingsih,Theresia V : Terapi Tawa Menurunkan Depresi Lansia
Etik Lusiani I : kuesioner
A : uji wilcoxon test dengan tingkat signifikan α = 0,05 dan
harga  = 0,000
Anita, Linda Pengaruh Terapi Senam Tawa D : desain penelitian menggunakan studi kasus retrospektif Google
Terhadap Tingkat Depresi Pada S : 111 responden Scholar
Lansia Di Panti Sosial Tresna V : Terapi Senam Tawa Terhadap Tingkat Depresi Pada
5 Werdha Budi Sejahtera Provinsi Lansia
Kalimantan Selatan Banjarbaru I : kuesioner geriatric depression scale
Tahun 2018 A : uji wilcoxon signed rank test didapatkan hasil α = 0,05
dan harga  = 0,000

34
4.2 Karakteristik responden

Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi usia, lama tinggal, dan

jenis kelamin sebagaimana pada tabel sebagai berikut :

4.2.1 Usia responden


Tabel 4.1 Distribusi frekuensi dan presentase responden berdasarkan Usia
pada 5 artikel

No Penulis dan Tahun Usia Responden Jumlah Persentase


Terbit (Tahun) (%)
1. Anita, et al (2018) 60-70 tahun 11 57,9%
70-79 tahun 8 42,1%

2 Farida Umama et 60-69 Tahun 28 100%


al(2017)
3 Ni Putu Esi 60-69 tahun 21 53%
Pradnyadiansari et 70-79 tahun 18 45%
al(2017) 80-89 tahun 1 3%
4 Intan Talia Sofiana et 60-74 tahun 15 73,7%
al(2019) 75-90 tahun 4 26,3%
5 Ilham Amin Sofiana et 60-69 Tahun 15 100%
al(2019)

Hasil review pada artikel ditemukan bahwa hampir seluruh dari 5 jurnal

tergolong usia 60 – 70 tahun.

4.2.2 Lama Tinggal Dipanti


Tabel 4.2 Distribusi frekuensi dan presentase responden berdasarkan lama
tinggal di panti 5 artikel

Penulis dan Tahun Lama Tinggal di Persentase


No Jumlah
Terbit Panti (Tahun) (%)
1. Anita, et al (2018) <1 Tahun 11 57,9%
>1 Tahun 8 42,1%

2 Farida Umama et - - -
al(2017)
3 Ni Putu Esi <1 Tahun 13 33%
Pradnyadiansari, et >1 Tahun 27 67%
al(2017)
4 Intan Talia Sofiana et 0-5 Tahun 35 92,1
al(2019) 6-10 Tahun 3 7.9

35
Penulis dan Tahun Lama Tinggal di Persentase
No Jumlah
Terbit Panti (Tahun) (%)
5 Ilham Amin Sofiana et - - -
al(2019)
Sumber : Data Sekunder

Hasil review artikel pada kategori lama tinggal lansia dipanti paling

banyak adalah >1 Tahun.

4.2.3 Jenis Kelamin


Tabel 4.3 Distribusi frekuensi dan presentase responden berdasarkan Jenis
kelamin

Penulis dan Tahun Persentase


No Jenis Kelamin Jumlah
Terbit (%)
1. Anita, et al (2018) Laki-Laki 13 68,4
Perempuan 6 31,6
2 Farida Umama et Laki-Laki 10 35,7
al(2017) Perempuan 18 64,3
3 Ni Putu Esi Laki-Laki - -
Pradnyadiansari, et al Perempuan
(2017
4 Intan Talia Sofiana et Laki-Laki 11 52
al(2019) Perempuan 9 48
5 Ilham Amin Sofiana et Laki-Laki - -
al(2019) Perempuan
Sumber : Data Sekunder

Hasil penelitian menjelaskan bahwa karakteristik responden pada artikel

yang di review paling banyak adalah responden dengan jenis kelamin laki-laki.

4.2.4 Tingkat Depresi Sebelum Terapi Tertawa

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi dan presentase tingkat depresi sebelum


terapi tertawa

Penulis dan Tahun Persentase


No Tingkat Depresi Jumlah
Terbit (%)
1. Anita, et al (2018 Normal - -
Depresi Ringan 15 78,9
Depresi Sedang 4 21,1
Depresi Berat -
2 Farida Umama et Normal 4 14,3
al(2017) Depresi Ringan 8 28.6

36
Depresi Sedang 10 35,7
Depresi Berat 6 21,4
3 Ni Putu Esi Normal - -
Pradnyadiansari, et al Depresi Ringan 18 45
(2017 Depresi Sedang
22 55
s/d
Depresi Berat
4 Intan Talia Sofiana et Normal - -
al(2019) Depresi Ringan 5 26,3
Depresi Sedang 14 73,7
Depresi Berat -
5 Ilham Amin Sofiana et Normal - -
al(2019) Depresi Ringan 4 26,7
Depresi Sedang 7 46,6
Depresi Berat 4 26,7

Hasil review dari artikel tingkat depresi lansia sebelum di berikan intervensi

berada pada kategori depresi sedang.

4.2.5 Tingkat Depresi Sesudah Terapi Tertawa

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi dan presentase dingkat depresi sesudah terapi
tertawa

Penulis dan Tahun Persentase


No Tingkat Depresi Jumlah
Terbit (%)
1. Anita, et al (2018 Normal 19 100
Depresi Ringan - -
Depresi Sedang - -
Depresi Berat - -
2 Farida Umama et Normal 10 35,7
al(2017) Depresi Ringan 9 32,1
Depresi Sedang 9 32,1
Depresi Berat - -
3 Ni Putu Esi Normal 13 32,5
Pradnyadiansari, et al Depresi Ringan 27 67,5
(2017 Depresi Sedang - -
Depresi Berat - -
4 Intan Talia Sofiana et Normal 4 21,1
al(2019) Depresi Ringan 15 78,9
Depresi Sedang - -
Depresi Berat - -
5 Ilham Amin Sofiana Normal - -
et al(2019) Depresi Ringan 11 73,3
Depresi Sedang 3 20

37
Penulis dan Tahun Persentase
No Tingkat Depresi Jumlah
Terbit (%)
Depresi Berat 1 6,7

Hasil review dari artikel tingkat depresi lansia sesudah di berikan intervensi
berada pada kategori tidak depresi dan depresi ringan.

4.2.6 Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Lansia

Tabel 4.6 Hasil Analisis Artikel Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap


Tingkat Depresi Lansia

Penulis dan Tahun Terbit Hasil

Farida Umamah, Latifah Hasil penelitian menunjukkan sebelum


Hidayah diberikan terapi tertawa hampir setengahnya
(2017) 35,7% mengalami depresi sedang dan setelah
diberikan terapi didapatkan hampir setengah
dari responden 35,7% normal/tidak depresi.
Hasil uji wilcoxon pada terapi tertawa
didapatkan nilai ρ = 0,000 dan nilai α = 0,05
berarti ρ < α maka H0 ditolak, artinya ada
pengaruh terapi tertawa terhadap tingkat
depresi pada lansia di UPTD Panti Griya
Wreda Surabaya
Intan Talia Sofiana, Susi Berdasarkan Hasil penelitian didapatkan
Wahyuning Asih, Cahya melalui uji statistik dengan menggunakan uji
Tribagus Hidayat Mann-Whitney dependen menunjukkan
(2018) bahwa dari lansia kelompok perlakuan telah
diperoleh nilai ρ value 0,000 < 0,005, yang
berarti ada pengaruh terapi tertawa terhadap
tingkat depresi pada lansia di UPT Pelayanan
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Kabupaten
Jember.
Ilham Amin, Riyan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Mulfianda, Maimun sebelum diberikan terapi tertawa yaitu skor

38
Penulis dan Tahun Terbit Hasil

Tharida 22,20 dengan nilai standar deviasi (SD)


(2019) sebesar 7,193. Sedangkan nilai rata-rata
depresi setelah diberikan terapi tertawa di
UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang
Ulee Kareng Kota Banda Aceh tahun 2019
yaitu 16,13 dengan nilai standar deviasi (SD)
sebesar 4,955. Hasil uji statistik
memperihatkan nilai P value 0,001 yang
artinya ada perbedaan depresi sebelum dan
setelah diberikan terapi tertawa di UPTD
Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee
Kareng Kota Banda Aceh tahun 2019.
Ni Putu Esi Hasil uji Wicoxon test dengan tingkat p value
Pradnyadiansari, et al (2017 = 0,05 didapatkan harga p = 0,000 oleh
karena p <α maka H0 ditolak dan H1
diterima artinya ada pengaruh terapi tawa
terhadap tingkat depresi lansia di Panti
Werdha Bakti Luhur .

Anita, Linda Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dengan


(2018) α = 0,05 didapatkan hasil p = 0,000,artinya
ada perbedaan tingkat depresi pada lansia
sebelum dan sesudah diberikan terapi senam
tawa.

Tabel diatas hasil analisis menunjukkan p<0,05,. nilai ini menyatakan


bahwa ada pengaruh terapi tertawa terhadap penurunan tingkat depresi pada
lansia.
BAB 5

PEMBAHASAN

39
5.1 Mengidentifikasi Tingkat Depresi Pada Lansia Sebelum Terapi Tertawa

Berdasarkan hasil review dari 5 artikel menjelaskan bahwa tingkat depresi

pada lansia yang tinggal di panti berada pada kategori depresi berat dan sedang.

depresi pada orang lanjut usia dimanifestasikan dengan adanya keluhan

tidak berharga, sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, merasa

kosong, tidak ada harapan, menyalahkan diri sendiri, ide-ide pikiran bunuh

diri dan pemeliharaan diri yang kurang bahkan penelantaran diri (Farida,

2017).

Depresi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya dipengaruhi

oleh umur. Peningkatan secara bertahap dengan gangguan status mental diatas

umur 60 tahun (Anita, 2018). Menurut Lumbantobing (2011) menjelaskan

bahwa didapatkan kemunduran pada beberapa kemampuan dan terdapat lebih

banyak kemunduran pada beberapa jenis kemampuan pada umur diatas 60

tahun dan meningkat pada lansia diatas 80 tahun.

Proses menua menyebabkan perubahan fisik, koqnitif. psikososial dan akan

memjadi stresor pada lansia. Salah satu penanganan nonfarmakologi untuk

menurunkan depresi adalah terapi tawa. Fenomena yang terjadi di Panti Werdha

Bakti Luhur ,beberapa lansia mengungkapkan perasaan kesepian dan bosan, lebih

suka menyendiri, insomnia,tidak bahagia tinggal di Panti. (Ni Putu Esi

Pradnyadiansari, 2017).

Faktor lain yang menyebabkan lansia mengalami depresi berat adalah salah

satunya faktor sosial seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan

40
pekerjaan, masalah keuangan, trauma masa kecil, terisolir secara social dan faktor

usia dan dan tinggal di panti sosial (Intan, 2019).Dikarenakan kurangnya

kemampuan beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan stres lingkungan

dapat menimbulkan depresi. Mereka menganggap bahwa hidupnya telah gagal

karena harus menghabiskanhidupnya jauh dari orang-orang yang dicintai

mengakibatkan lansia kesulitan dalam beradaptasi dengan kondisi di panti dan

penyesuaian diri yang negatif. Menurutnya hubungan sosial dengan keluarga

dan sekitarnya, berkurangnya interaksi sosial dengan orang yang dicintai dapat

menimbulkan perasaan yang tidak berguna, merasa disingkirkan, tidak dibutuhkan

lagi.

Pendapat peneliti menjelaksan bahwa lansia yang tinggal di panti cenderung

berisiko mengalami depresi yang berat dibandingkan dengan lansia yang tinggal

di masyarakat. Depresi yang diraskan lansia yang tinggal dipanti sosial di

sebabkan oleh adanya ketidakpuasaan dan kesepian dimana lansia merasa tidak

ada aktivitas apapun dan kegiatan yang ada di panti monotan sehingga lansia

cenderung bosan dan depresi. Sehingga perlu adanya perhataian pada lansia yang

tinggal di panti sosial.

5.2 Mengidentifikasi Tingkat Depresi Pada Lansia Sesudah Terapi Tertawa

Berdasarkan hasil review dari keseluruhan artikel dimana lansia yang sudah

diberikan terapi tertawa mengalami penurunan tingkat depresi dari depresi berat

menjadi depersi ringan dan tidak depresi.Hasil dari terapi tertawa efektif

menurunkan gejala depresi pada lansia hal ini diketahui berdasarkan analisa

kuantitatif yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

skor gejala depresi pada lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa,

41
maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara skor

depresi sebelum dan skor depresi sesudah dilakukan terapi Tertawa (Ilham,

2019).

Pada saat tertawa, 15 otot muka berkontraksi dan mendapatkan rangsangan

efektif pada sebagian besar otot mulut. Saat mulut terbuka dan tertutup, ada suatu

dorongan untuk mengisap udara yang cukup, sehingga dapat menangkap lebih

banyak oksigen. Oksigen ini dialirkan keseluruh tubuh dalam jumlah yang

banyak. Jumlah oksigen yang cukup banyak dalam sistem peredaran darah

memberikan dampak pada pengaturan temperatur diotak yaitu dapat

mendinginkan otak. Hal ini mempengaruhi pengeluaran neurotransmitter yakni

hormon serotonin, endofrin dan melatonin yang membawah keadaan emosi dan

perasaan keseluruh bagian tubuh. Serotinin menimbulkan efek vasodilatasi

pembuluh darah yang akhirnya akan menekan peredaran O2 ke seluruh tubuh.

Serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi sistem limbic untuk

meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa

bahagia, nafsu makan yang baik, dan kesimbangan psikomotor.

Lansia yang telah diberikan terapi tertawa dengan durasi 10-15 menit

dilakukan dengan teknik latihan pemanasan, menampilkan video dengan durasi

kurang lebih 5 menit dan lansia bisa tertawa lepas kurang lebih 15 detik.

Kemudian terapi tertawa ini dilaksanakan 4 kali dalam 15 detik selama 1

minggu mengalami normal/tidak depresi karena terapi tertawa yang efektif,

mudah, murah dan dapat merubah perasaan atau mood yang menjadikan rasa

senang, ceria dan bahagia serta dapat mengurangi depresi. Tertawa dapat

merangsang pengeluaran endorphin dan serotonin yaitu sejenis morfin alami

42
tubuh dan juga melatonin. Ketiga zat ini merupakan zat baik untuk otak

sehingga kita bisa merasa lebih tenang (Farida, 2017). Penurunan tingkat depresi

pada lansia ini dikarenakan adanya efek dari terapi tertawa. Hal tersebut sesuai

dengan teori menurut Dr. Lee Berk dalam Prasetyo (2012), seorang imunolog dari

Loma Linda University di California USA, tertawa bisa mengurangi peredaran

dua hormon dalam tubuh, yaitu efinefrin dan kortisol (hormon yang dikeluarkan

ketika stres) yang dikeluarkan oleh hipotalamus, jika kedua hormon tersebut

dikeluarkan maka bisa menghalangi proses penyembuhan penyakit.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang menyebutkan Terapi tawa

adalah suatu terapi atau obat yang bermanfaat bagi kesehatan psikologis maupun

fisiologis misalnya mengeluarkan hormon stres seperti epinephrine dan kortisol

serta menghasilkan hormon endorphin yang membuat seseorang merasa nyaman

dan bahagia serta meningkatkan jumlah sel T yang berhubungan dengan antibody

sehingga seseorang tidak mudah terserang penyakit. Dalam hal ini terapi tawa

dapat digunakan sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan (Anggun dan

Harlina, 2014).

Manfaat dari terapi tertawa yaitu untuk merangsang mood, memperbaiki

fungsi otak, melindungi jantung, merapatkan hubungan dengan orang lain,

melegakan perasaan, tertawa akan mengurangi tingkat stress tertentu dan

menumbuhkan hormon. Hormon stres akan menekan system kekebalan,

sehingga meningkatkan jumlah platelet (sesuatu yang dapat menyebabkan

gangguan pada arteri) dan meningkatkan tekanan darah (Intan, 2019).

43
Peneliti berasusmsi bahwa terapi tertawa merupakan salah satu bentuk

preventif depresi bagi lansia, penerapan secara berkala terutama di panti sosial

merupakan sesuatu yang perlu di perhatikan. Lansia yang memiliki kesejehteraan

mental akan lebih produktif dan mengantarkan lansia pada akhir-akhir kehidupan

dengan bahagia.

5.3 Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Depresi Pada Lansia.

Berdasarkan analisa kuantitatif pada artikel yang direview menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang pada skor gejala depresi pada lansia sebelum

dan sesudah diberikan terapi tertawa, maka dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh antara skor depresi sebelum dan skor depresi sesudah dilakukan

terapi Tertawa yang berarti bahwa ada pengaruh terapi Tertawa terhadap

skor depresi pada lansia Hasil tersebut menunjukan bahwa terjadi penurunan

tingkat depresi setelah dilakukan terapi tertawa. Terapi tersebut untuk mencapai

kegembiraan di dalam hati melalui mulut dalam bentuk suara tawa, senyuman

yang menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan gembira, dada yang

lapang, peredaran darah yang lancar sehingga bisa mencegah penyakit,

memelihara kesehatan serta menghilangkan depersi pada lansia.

Tertawa dalam 5-10 menit dapat merangsang pengeluaran endorphine

dan serotonin, yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga mentaninin. Ketiga

zat ini merupakan zat baik untuk otak sehingga kita bisa merasa lebih

senang. Adapun manfaat paling penting di dalam tertawa adalah bahwa

tertawa bisa mengendalikan kesehatan mental seseorang (Astuti, 2011).

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dr. Lee Berk,

44
seorang imunolog dari Loma Linda University di California USA pada

tahun 2008 bahwa tertawa bisa mengurangi peredaran dua hormon dalam

tubuh, yaitu efineprin dan kortisol, yang bisa menghalangi proses

penyembuhan penyakit baik fisik maupun mental, menurut penelitian terbaru

yang diterbitkan dalam jurnal Geriatrics dan Gerontology International, para

peneliti menemukan terapi tawa bisa mengatasi depresi pada individu

(Kataria dalam Iting dkk, 2012).

Terapi tertawa (laughter therapy) mampu menghambat sekresi

Adenocorticotropic Hormon (ACTH) dan kortisol (Simanungkalit dalam

Yani., 2014). Terapi tertawa (laughter therapy) mengakibatkan detak jantung

menjadi lebih cepat, tekanan darah meningkat dan kadar oksigen dalam darah

akan bertambah akibat nafas bertambah cepat, menurunkan sekresi ACTH

dan kadar kortisol dalam darah, sekresi ACTH yang menurun akan

merangsang peningkatan produksi serotonin dan endorfin otak yang

mengakibatkan perasaan yang nyaman rileks, dan senang (Kataria dalam

Yani., 2014). Rasa bahagia yang ditimbulkan dari terapi tertawa (laughter

therapy) mampu menjadi persepsi dari pengalaman sensasi yang menyenangkan.

Sensasi ini disimpan di dalam sistem syaraf dan mampu menimbulkan

mekanisme koping yang positif. Mekanisme koping yang positif mampu

menjadikan impuls yang positif pula, sehingga menjadi koping yang adaptif

dan dapat menurunkan depresi pada lansia (Khrisianto, 2015).

Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan yang

dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara tawa, atau senyuman yang

menghiasi wajah, perasaan hati yang lepas dan bergembira, peredaran darah yang

45
lancar sehingga dapat mencegah penyakit dan memelihara kesehatan. Tertawa

juga melebarkan pembuluh darah sehingga memperlancar aliran darah ke seluruh

tubuh. Jadi, bisa dikatakan bahwa tertawa merupakan meditasi dinamis atau

teknik relaksasi yang dinamis dalam waktu singkat.

Terapi tertawa yang dapat merelaksasi tubuh yang bertujuan melepaskan

endorphin ke dalam pembuluh darah sehingga apabila terjadi relaksasi maka

pembuluh darah dapat mengalami vasodilatasi sehingga tekanan darah dapat turun

. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori pengembangan Haruyama Shigeo dimana

bahwa dengan berelaksasi yang bisa didapatkan melalui meditasi dan tertawa

tubuh akan melepaskan hormone endorphin yang dapat membantu menurunkan

tekanan darah ( Kataria, 2014).

Selain itu ketika tertawa otak merangsang pengeluaran beberapa hormon

positif bagi tubuh yaitu, Adrenalin dan noradrenalin yang merupakan zat yang

menciptakan perasaan sejahtera dengan menghilangkan stress (stress merupakan

factor penting yang memicu peningkatan tekanan darah dan depresi).

Catecholamine, yang merupakan zat yang dapat melancarkan aliran darah.

Endorphine, Seratoni, Melatonin yang merupakan zat yang memberikan efek

menenangkan yang ada dalam tubuh manusia. Jadi, ketika terapi tertawa diberikan

kepada kelompok eksperimen sebagai stimulus untuk merangsang timbulnya

tawa, maka serangkaian mekanisme akan terjadi di dalam tubuh yang

menyebabkan terjadinya perubahan pikiran setelah diberikan terapi tertawa

(Kataria, 2014).

46
Dalam Ilmu psikologi tertawa tidak hanya sekedar membuat perasaan

gembira, lebih lega, dan bahagia. Lebih dari itu, tertawa dikatakan mempunyai

manfaat yang besar terhadap kesehatan yang dapat dijadikan terapi alternatif

untuk menyembuhkan berbagai penyakit baik fisik maupun mental yang

kemudian lebih dikenal dengan istilah terapi tawa. Melihat manfaat dari

penelitian yang di review yaitu terjadi penurunan tingkat pada lansia yang

mengalami depresi setelah diberikan terapi tertawa selama 20 menit terapi

tertawa dapat dijadikan sebagai salah satu terapi alternatif untuk

menurunkan depresi maupun terapi adjuvan di samping terapi medis sehingga

dapat meningkatkan status kesehatan baik fisik, mental maupun sosial karena

manfaat dari tertawa itu sendiri sangatlah luar biasa dan bahkan dengan

tertawa itu dapat membuat kesehatan mental seseorang lebih baik lagi.

Terapi tertawa dapat dilakukan oleh siapapun namun untuk melakukan terapi

tertawa harus memperhatikan kontraindikasi seperti seseorang yang mengalami

penyakit jantung .

47
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil review dari 5 artikel menjelaskan bahwa tingkat depresi

setelah dilakukan terapi tertawa sebagian besar berada pada kategori

ringan sampai kategori normal.

b. Berdasarkan hasil review dari keseluruhan artikel dimana lansia setelah

dilakukan terapi tertawa berada pada tingkat depresi yaitu 2 normal 2

ringan. Dari 5 artikel yang direview ada 2 jurnal menunjukkan hasil

tingkat depresi yang normal, kemudian ada 2 jurnal menunjukkan hasil

tingkat depresi ringan dan 1 jurnal tidak ada keterangan.

c. Berdasarkan analisa kuantitatif pada artikel yang direview menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan pada tingkat depresi pada lansia sebelum

dan sesudah diberikan terapi tertawa, maka dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh tingkat depresi sebelum dan sesudah dilakukan terapi

tertawa, yang berarti bahwa terapi tertawa bisa menurunkan tingkat

depresi pada lansia.

5.2 Saran
Bagi peneliti dapat menjadikan tambahan materi belajar tentang pelaksanaan
terapi tertawa pada pasien depresi khususnya lansia.Sedangkan terhadap
instansi diharapkan dapat menerapkan terapi tertawa sebagai evidence based
intervensi keperawatan sebagai terapi tertawa komplementer untuk
menanggulangi masalah depresi pada lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah., L. M. (2011) Keperawatan Lanjut Usia. 1st edn. Yogyakarta: Graha Ilmu

48
Bustan, M. N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta:

Rineka Cipta.

Data dan Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2017.

Kataria, M. Laugh For No Reason (Terapi Tawa). Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama. 2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat

Khair, Yuflihul. 2016. Konsep Terapi Tawa. http://yuflihul.blogspot.com.

Ko, H.J. And Youn, C.H. (2011). Effects Of Laughter Therapy On Depression,

Cognition And Sleep Among The Community-Dwelling Elderly.

Geriatrics&Gerontology International. Jurnal Vol. 11,No. 3, Pp. 267–274

Https://Www.Ncbi.Nlm.Nih.Gov/Pubmed

Livana, P. H., Susanti, Y., Darwati, L. E., & Anggraeni, R. (2018). Gambaran

Mahendra Dwi Darmawan (2016) ‘Gambaran tingkat depresi pada lansia yang

tinggal di Panti Griya Sehat Bahagia [Karanganyar]’, Naskah Publikasi

UMS, Vol.19(2), pp. 1– 11. doi: 10.1017/S10416102.

Padila. 2013.Buku ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nusa Medika.

Ratnawati, E. 2017. Asuhan keperawatan gerontik.Yogyakarta: Pustaka Baru

Press.

Tingkat Depresi Lansia. Nurscope. Jurnal Keperawatan Pemikiran Ilmiah, 4(4),

80- 93.

Wulandari. (2012). Pengaruh Pemberian Terapi Tertawa Terhadap Tingkat

Kecemasan Pada Lanjut Usia Di Pstw Wana Saraya Denpasar.

49
Yani, Athi’ Linda. (2014). Efektifitas Terapi Tawa (Laughter Therapy) Terhadap

Penurunan Kadar Kortisol Pada Lansia

Depresi.Http://Jki.Ui.Ac.Id/Index.Php/Jki/Article

50
Lampiran 1

RENCANA PENYUSUNAN SKRIPSI

Oktober Novembe Desembe Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan r r
1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
Pengajuan
Judul dan
Pembimbing
Penyusunan
Proposal
Sidang
Proposal
Ethical
Clearance
Penyusunan
Hasil dan
Pembahasan
Sidang Akhir
Skripsi

51
Lampiran 2

52
53
54
55
56
57
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBINGAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
STIKES dr. SOEBANDI JEMBER

Judul Skripsi : PENGARUH TERAPI TERTAWA TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA
Pembimbing 1: ANDI EKA PRANATA,S.ST., S.Kep., Ns., M.Kes
Pembimbing 2: ANITA FATARONA, S.Kep., M.Kep
Pembimbing I Pembimbing II
No Tanggal Materi Yang Dikonsulkan & Masukan TTD No Tanggal Materi Yang Dikonsulkan & Masukan TTD
Pembimbing DPU Pembimbing DPA

1 14 Pengajuan judul solusi cari judul lain 1 21 Pengajuan judul skripsi Hubungan tingkat
September September ego dengan kepatuhan terapeutik pada
2020 2020 pasien post operasi katarak.
Masukan :LR jadi mereview penelitian
2 22 Acc judul dengan metode Literatur sebelumnya kerena judul ini belum ada yang
September Review :Hubungan Tingkat Kepatuhan meneliti sehingga akan kesulitan mencari
2020 Perawatan Dengan Tingkat bahan ,maka judulnya diganti dengan
Kesembuhan Pada Pasien Post Operasi Hubungan tingkat kepatuhan perawatan
Katarak dengan tinkat kesembuhan pada pasien post
3 30 Konsul BAB 1 saran agar mengisi operasi katarak .
September pengajuan judul dulu supaya bisa di 2 Konsul BAB 1

58
2020 kunci 30 Masukan : LR bukan penelitian jadi
September pengumpulan jurnal yang sudah di teliti
4 12 Konsul BAB 1 2020 peneliti terdahulu,jadi tempat jangan
Oktober Hasil konsul revisi 1: dicantumkan karena menelaah penelitian
2020 - agar penulisan mengikuti orang lain.Mengumpulkan penelitian orang
pedoman. lain yang sama dan di analisis.
Silahkan isi dari latar belakang Masukan untuk post op.katarak apa
mengikuti alur yang saya buat literaturnya tidak kesulitan namun klu sdh
supaya lebih mudah prekursor dapat jurnal 2-5 ya gpp.namun bila kesulitan
kejadian katarac dan langkah ambil post op.laparatomi sj.
yang dilakukan di ikuti angka Tetap ambil katarac krn jurnalnya ada
kejadiannya. Pola perawatan 3 Konsul BAB 1 revesi 2
pasca operasi katarac. Masukan : penulisan referensi jika nama 2
Permasalahan yanga dihadapi 7 Oktober orang di tulis (Niken Nail,tahun). Klu 1
selama perawatan pasca operasi 2020 orang cukup nama belakang.
bisa diikuti data2 obyektif serta Bisa dicicil BAB 2
komplikasi. Faktor yang 4 Konsul BAB 1 dan BAB 2
menyebabkan permasalahan Hasil Konsul:
post operasi katarac .kaitan dgn 9 BAB 2 ada perbaikan di 2.1.5
kepatuhan Kepatuhan yang November Konrtol post operasi katarak masukkan ke
bagaimana yang biasa konsep katarak.tidak jadi satu dengan

59
mempengaruhi kesembuhan 2020 kepatuhan jadi dipindah saja.
pasca operasi katarak. - Untuk Bisa Lanjut ke BAB 3
data2 ambil yg relevan saja
tidak harus internasional ,data Konsul BAB 2 revisi dan BAB 3
yang terkait dengan kepatuhan. 5

Konsul BAB 1 revesi 2 : 23


5. 16 Hasil Konsul: November Konsul Bab 3
Oktober Latar belakang difokuskan pd katarak 6 2020 Hasil Konsul:
2020 pasen dewasa,dimasukkan terkait Bab 3 referensi pencarian jurnal tidak hanya
penyebab insidennya. Jika Ada 14 menggunakan goegle scholer tapi bisa
gunakan data 5 th terahir. Kenapa Desember mencari pro choice atau sains
ankanya berbeda dengan kalimat 2020 direct ,dikampus difasilitasi namun
dibawahnya? Mohon di chek lagi. – berhubung masih WFH jadi saat ini tidak
Apakah ini prosentase kebutaan akibat bisa.
katarac? - Kalau bisa ,biar hasil telaah jurnalnya lebbih
Kata hubung tidak boleh diawal fariatif nanti bisa cari data base pro choice
kalimat.- Bila membahas perawatan atau sains direct biar ada internasionalnya.
pasca operasicjadi tidak perlu
membahas tentang alasan tidak 7 Konsul Bab 3 revisi
menjalani operasai. -Paragraf minimal

60
5 kalimat dengan 1 ide pokok /gagasan. Hasil Konsul:
-Referensi teks max 10 thn terahir 12 Januari Bisa dipersiapkan untuk seminar proposal.
artikel 5 th terahir. – Coba dicek 2021
perawatan pasca operasi yg benar kan 8 Konsul sehubungan dengan mencari artikel
mempengaruhi penyembuhan,bukan 9 Februari yang sama dengan judul,mohon arahan.
sikap dan pengetahuan .- Reverensi 2021 Hasil Konsul:
terlalu lama - Referensi terlalu tua. – Pakai sains direct bisa diakses dikampus
Mohon diulas lebih dalam lagi atau di perpustakaan nasional.
bagaimana harusnya perawatan pasca
operasi kaitkan dengan temuan nyata 9 5 Maret Pemberitahuan acc sempro dari pembimbing
di wilayah kerja jenengan ,apa yg 2021 1.
menyebabkan ketidak patuhan Hasil:
perawatan pasca operasi,apa yg terjadi Dipersiapkan untuk ujian sempro.
secara teori dan nyata ketika tidak
patuh,Jadi antar ulasan akan gayut. 10 31 Maret Pelaksanaan Seminar Proposal jam 12 00
Mohon tetap mengikuti alaur yang 2021 Wib
sudah saya buat nggih,supaya nati bisa Penguji 1 : Bpk Sutrisno
lebih mudah. -- Penguji 2 : Bpk Andi Eka Pranata
Bisa di chek di pedoman dan materi Penguji 3 : Ibu Anita Fatarona
prof Nursalam tentang bagaimana isi Revisi : ada penulisan diawal paragrap dan
tujuan jika penelitian LR. -

61
Manfaat mohon lebih operasional dan kalimat sambung yang kurang tepat.
harus berupa produk misalnya kalau Sumber reverensi tidak boleh doble dua.
peneliti sudah paham hasilnya, - 11 3 Juni
Mohon sitasi bisa menggunakan 2021 Konsul
MENDELEY,dan mohon selalu Hasil :
melampirkan daftar pustaka setiap kali - Meningkatkan,pada,diharapkan
konsul. tidak boleh diawal paragraf,sek di
proposal bab 1,2,3
Konsul BAB 1 Revisi 3 - Satu paragraf terdiri dari 4-5 kalimat
Hasil Konsul : - Reverensi doble 2 nama dikaji ulang
- Mohon ditaruh di akhir dan lihat di panduan.
6 30 0ktober paragraph semua sitasi - Jurnal permintaan penguji 1 mulai
2020 (pengarang,tahun;pengarang,ta di buat ,hasilnya dianalisa mana
hun) 12 10 Juni yang inklusi dan exklusi.
- Tidak ada yang menunjukkan 2021 Konsul revisi
jember tinggi,mohon data harus Hasil:
berkolerasi dengan area yang - Masih ada penulisan yang kurang
akan diteliti,atau daerah2 tsb tepat,perbaiki sesuai pedoman
nantinya dirujuk ke tempat 13 26 Mei
penelitian untuk dilakukan 2021 Konsul revisi
operasi sehingga data

62
memberikan kontribusi Hasil:
terhadap analisa masalah. - Jurnal masik kurang sesuai dengan
- Tambahkan data2 secara fakta judul,kerena jurnalpun harus
diarea penelitian homogen
jennengan.Bagaimana perilaku 14 19 Juni
kepatuhan klien post operasi 2021 Konsul bila mengganti judul
katarak selama masa Hasil: Saran bila merubah 1 variabel saja
penyembuhan. Gali juga apa biar tidak banyak merubahnya,agar mencari
yang mempengaruhi kepatuhan jurnalnya dulu .
tersebut secara fakta. 15 22 Juni
Tambahkan juga komplikasi 2021 Konsul jurnal 5 jurnal
yang terjadi secara fakta di Hasil: yang persis Cuma 2
area penelitian jika tidak patuh. 16 1 Juli 2021
Sehingga ini akan memperkuat Konsul Jurnal
ulasan mengambil tipic tersebut. Hasil : tidak acc karena sama dengan
- Mohon manfaat berupa mahasiswa lain.
produk ,jadi hasil akhir dari 17 10 Juli
kontribusi penelitian ini pada 2021 Konsul jurnal dengan judul Pengaruh Terapi
masing2 pihak. Jika menambah Tertawa Terhadap Depresi Pada Lansia.
pengetahuan /wawasan itu kan Hasil:ACC bisa dilanjutkan.
masih prosesnya ,jadi harus 19 Juli

63
hasil akhir. 18 2021
- Silahkan lanjut BAB 2,namun Konsul Bab 1,2,3
mohon diperbaiki dulu Hasil: Untuk tujuan khusunya point 2
beberapa masukan BAB 1 dari diganti mengindentifikasi.
saya, Mohon beberapa item 1 Agustus Bisa lanjut ke Bab selanjutnya.
yang sudah saya bantu langsung 19 2021
saya edit/rubah,jangan di rubah Konsul Bab 3,4,5
ya bu supaya tidak bingung Hasil:
ketika konsul lagi.tks - BAB 5 menjawab tujuan khusus penelitian
tersebut ,dijudul dibuat misal di 5.1 hasil
diskripsi terapi tawa sebelum dilakukan
Konsul BAB 1 Revisi 3 dan BAB 2 terhadap depresi dibuat tiap sub bab
Hasil Konsul: 5.1,5.2,5.3 sesuai tujuan khisus seperti apa.
- Rumusan Masalah mohon tata - Pembahasan menceritakan dari telaah
letak tulisannya. jurnalnya dari segi literature jurnal,dari
- BAB 2 Tinjauan Pustaka spasi jurnal 1-5 kesimpulan apa setelah di
7 9 2. analisis.
November - Pada konsep katarak,mohon -Ada opini dari peneliti setelah
2020 berfokus pada aspek membaca,sebelum atau sesudah dilakukan
penyembuhan post operasi terapi tawa dan adakah faktor yang
katarak dan apa yang harus memperberat setelah dilakukan terapi

64
dipatuhi klien. Masukkan juga tawa,
faktor yabg bisa mempengaruhi 5.2 Faktor apa saja kon bisa depresinya
kepatuhan tersebut. Konsep menurun setelah dilakukan terapi tawa.
katarak secara umum,tidak 7 Agustus Diusahakan sebelum tanggal 14 Agustus
perlu di jabarkan secara detail, 20 segera Semhas.
hanya sebatas pengantar umum
saja. Konsul revisi Bab 4,5,6
- Buat kerangka teori Hasil : mohon diperbaiki abstrak sesuai
- Masukkan komplikasi efek dari IMRAD dan segera ajukan
ketidakpatuhan selama seminar hasil (ACC)
penyembuhan dari post operasi
catarak.

8 23 Konsul BAB 2 revisi 21 13 Pelaksaan Semhas jam 13 00 Wib


November Agustus

65
2020 Hasil Konsul: 2021 Revisi :
Coba di analisa lagi kerangka ini masih - Di pembahasan sesuaikan dengan
belum menunjukkan sebuah fakta teori dan opini
hubungan...variabelnya kan ada
2,tingkat kepatuhan perawatan dan
kesembuhan,jadi 2 variabel ini
memiliki sebuah garis
korelasi.Kerangka teori ini menjelaskan
secara rinkas perlajalanan dari sebuah
hubungan kausa tadi,Jadi faktor yang
mempengaruhi kesembuhan pasien post
op katarak bukan tingkat kepatuhan
seperti kerangka njennengan,maka nati
akan mematahkan topik njenengan
sendiri.cara paling mudah njenengan
cari artikel terkait sebagai pembanding.
30
9 November Konsul BAB 2 REVISI 6
2020 Hasil konsul:
Mohon di teliti garisnya lurus,yang

66
tidak diteliti garisnya putus-putus

10 4 Konsul Bab 2 Kerangka teori 22 29 Konsul hasil revisi semhas :


Desember Hail konsul: Agustus - Di daftar pustaka yang di dapatka
2020 Saya ACC BAB 2 (panah ada yang saya 2021 dari blogspot mohon dihapus,
rubah di kerangka teori).Silahkan kemudian yang belum ada
lanjut BAB 3,mohon mencari dan ditambahkan referensi daftar
review jurnal minimal 5 (jurnal pustaka
terakreditasi) - Untuk isi pembahsan ditambahkan
opini peneliti
11 14 Konsul Bab 3
Desember
2020

18 Hasil Konsul :Revisi


Desember - Mohon gunakan format sesuai
2020 panduan.
- Minimal 5 jurnal terakreditasi

67
nasional
- Mohon di chek letter to editor
- Artikel harus sama dengan topic
LR,tidak sesuai karena harus
membahas
- Tidak sesuai, di kolom analisa
pencarian artikel

12 12 Januari Konsul Bab 3 revisi


2021 Hasil Konsul :
Metode
3.1.3 Kata Kunci
DAN,ATAU TIDAK,atau DAN
TIDAK :pakai bahasa inggris karena
logika Booleen tidak mengenal bahasa
indonesia
3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi
Comparator :harus ada perbedaan
antara inklusi dan eksklusi
Mohon dirunut lagi ,awal kan ketemu
80 artikel mohon didetailkan hingga

68
ketemu akhir 5.

Tabel 3.3 Analisa pencarian artikel


- Mohon artikel yang akan
digunakan dalam LR
disesuaikan dengan judul LR
nya,jadi harus sama.Karena
didalam LR itu jenengan akan
mengenal isis secara referensial
artikel sesuai dengan topik,jadi
akhirnya harus sama.
- Mohon disesuaikan dengan
judul.
13 3 Febuari 22 01 Konsul revisi :
2021 -Konsul untuk pencarian jurnal yang September - ACC
harus sama dengan judul,kami 2021
kesulitan mohon arahan.
Hasil konsul:
- Harus sama karena LR adalah
kajian literatur,cari di google

69
yang indonesia

4 Februari Konsul BAB 3 Revisi


2021 Hasil Konsul:
- Tabel 3.3 Analisa pencarian
artikel
- Dikolom 1,2,3,5 harus sama

14 26 Konsul Bab 3 Revisi


Februari
2021

4 Maret Hasil Konsul:


2021 Silahkan siapkan untuk ujian sempro.
Selanjutnya peneliti menghubungi
pihak kampus,dan mendapat nama
penguji 1 yaitu bpk Sutrisno .
Selanjutnya menyerahkan proposal
kepada Bpk Sutrisno.

70
15 31 Maret Pelaksanaan uji Proposal jam 12 00
2021 Wib :
Penguji 1 : Bpk. Sutrisno
Penguji 2 : Bpk.Andi Eka Pranata
Penguji 3 : Ibu. Anita Fatarona

Revisi untuk artikel karena kurang


relevan,agar mencari yang persis
dengan judul.
Revisi tujuan penelitian dan manfaat
kurang pas.

16 1-10 April Mencari Jurnal yang cocok dan persis


2021 kesulitan dan dapat artikel yang mirip.
Dikonsulkan dan hasil:
- Agar dikonsulkan ke penguji 1
- Dari penguji 1 dan pembimbing

71
1 artikel kurang relevan
sehingga akan kesulitan saat
melakukan
pembahasan,kesimpulan
Konsul revisi hasil sempro dan artikel
17 26 Mei ada yang mirip.
2021 Hasil konsul : artikel kurang persis dan
sama dengan judul.
Saran : kalau memang sulit ,berarti
opsi terakhir harus menyesuaikan
topik dengan jurnal yang ada alias
mengganti dari awal. Tapi cari yang
merip supaya tidak menyimpang jauh .
18 31 Mei Konsul untuk mengganti judul
2021 Hasil: agar mencari artikel minimal 5
dengan topik yang sama yang
sekiranya mudah untuk pembahasan.

19 1 Juni Konsul jurnal


2021 Hasil : jurnal berbeda-beda ,tidak
sama.Seluruh judul artikel harus sama

72
persis dengan topik LR yang akan
diangkat.
Saran : Cari artikel yang judulnya
( topiknya) harus sama persis,tidak
boleh berbeda-beda. Catat judul artikel
,sejajarkan dan amati supaya gampang
menilai kesamaannya.cari jurnal 5
tahun terakhir dan artikel yang
terpublish di jurnal karena nanti akan
dicantumkan identitas jurnalnya di
reverensi.

Konsul jurnal dengan judul Pengaruh


20 10 Juni Terapi Tertawa Terhadap Depresi Pada
2021 Lansia.
Hasil : Penguji 1 dan Pembimbing 1
ACC ,di lanjut Bab 1,2,3
21 19 Juli Konsul BAB 1,2,3 via email
2021 Hasil :
- BAB III .3.2 Kriteria inklusi dan

73
eksklusi:
- Populasinya berarti kelompok
lansia(inklusi) dengan
depresi..eksklusi bisa jadi lansia
depresi dengan pencetus yang
menjadi pemberat,misalnya
gangguan mental organic dll.
- Intervensinya kan berupa
terapi tawa?
- Study design and publication
type ,mohon ini dicermati
betul,karena nanti akan
mempengaruhi artikel yang
diambil.Harus sesuai desain
artikel dengan kriteria inklusi.
- Saran pakai bahasa indonesian
saja agar lebih mudah.
22 1 Agustus Konsul hasil revisi dan Bab 1,2,3
2021 Hasil :
- Bab 4. 4.1
- Format bab mohon disesuaikan

74
dengan panduan BAB 4 itu
bagian apa?
- Mohon marginasinya
diperhatikan.Rata pinggir
kanan dan kirinya,spasi sub bab
dll cek di panduan.
- Tabel ini apa bedanya dengan
bab 3.Sebenarnya untuk hasil
itu,dibuat secara sistimatis,bisa
dikuti strukturnya sebagai
berikut :
-Karakteristik responden
-Tingkat depresi sebelum terapi
tawa
-Tingkat depresi susudah terapi
Tawa
-Pengaruh terap tawa terhadap
tingkat depresi
- Seluruh penyajian yang bisa disajikan
dalam bentuk tabel,lebih baik disajikan
dalam bentuk tabel supaya lebih mudah

75
dibaca.
- Kemudian di pembahasan,bahas scara
detail dengan mengkombinasikan hasil
riset yang relevan dengan teori yang
ada.
- BAB 5 Pembahasan
- Struktur pembahasan sebenarnya
mengacu dari tujuan khusus dan isi
dari masing-masing artikel untuk
menjasi sebuah kesimpulan
ilmiah,silahkan strukturnya bisa
mengikuti contoh isian yang saya
berikan di bab hasil,kemudian
pembahasan pada LR ini lebih kearah
membandingkan kesamaan /perbedaan
dari artikel-artikel yang dipakai,
sehingga nati ada sebuah formula akhir.
- Mohon cara sitasi mengikuti pedoman.
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan: menjawab tujuan khusus

76
silahkan chek tujuan khusus lagi.
Daftar Pustaka : Daftar Pustaka pakai
pola mendeley supaya bisa lebih akurat
dan mudah.
23 7 Agustus Konsul revisi BAB 4,5,6
2021 Hasil : l
Lengkapi dokumen,abstrak
diperbaiki,ACC Semhas.

24 8 Agustus Bab 4,5,6 konsul penguji 1 ACC Semhas


2021
25 13 Agustus Pelaksanaan uji seminar hasil jam 13 00
2021 Wib
Revisi :
Penguji utama
- Proses terapi tertawa
- Masalah yang perlu ditekankan

77
di abstrak

26 29 Agustus ACC
2021

78

Anda mungkin juga menyukai