(STUDI KASUS )
KARYA TULIS ILMIAH
EVA YUANITA
NIM. P17220173021
Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Lawang
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
EVA YUANITA
NIM. P17220173021
Karya Tulis Ilmiah “Penerapan Strategi Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Skizofrenia
Dengan Masalah Keperawatan Waham Kebesaran Di RSJ Wediodiningrat Lawang ”
oleh Eva Yuanita NIM.P17220173021 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.
Malang , 2019
Pembimbing
NIP.
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus oleh Eva Yuanita (NIM.P17220173021), dengan judul
“Penerapan Strategi Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Skizofrenia Dengan Masalah
Keperawatan Waham Kebesaran di RSJ Wediodiningrat Lawang” telah dipertahankan di
depan dewan penguji pada tanggal ................................. .
Dewan Penguji
NIP. NIP.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus yang saya tulis ini
benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan alihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah Studi.Kasus ini
hasil jiplakan maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Malang , 2019
Yang Membuat Pernyataan
Eva Yuanita
NIM.P17220173021
Mengetahui ,
Pembimbing
NIP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus dengan judul “Penerapan
Malang. Terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada yang terhormat :
telah memberikan sarana dan prasarana kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
2.Direktur RS Jiwa yang sudah bersedia memberikan kesempatan kepada peneliti untuk
Malang yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi
Kasus ini.
4.Budiono S.Kp.M.Kep selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Lawang Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang yang telah memberikan ijin penelitian dalam Karya Tulis
6. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan bagi peneliti
dan penyusunan untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini.
7. selaku ketua penguji yang telah memberikan saran dan masukkan bagi Karya Tulis Ilmiah
8.Klien gangguan jiwa waham kebesaran yang sudah bersedia menjadi responden dalam
9.Kedua orang tua saya serta adik saya tercinta selalu mendoakan dan memberi semangat
10.Teman-teman angkatan dan Sahabat yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada
saya selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus.Semoga di berikan balasan
atas amal oleh Alah SWT. Dan semoga Karya Tulis Ilmiah yang disusun ini bisa bermanfaat
Lawang , 2019
Eva Yuanita
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 2 Etiologi
Skizofrenia dianggap sebagai gangguan yang penyebabnya multipel dan
saling berinteraksi. Diantara faktor multipel itu dapat disebut :
1) Keturunan
Penelitian pada keluarga penderita skizofrenia terutama anak kembar satu
telur angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8%, bagi saudara kandung 7-15%,
anak dengan salah satu orang tua menderita skizofrenia 7-16%. Apabila kedua
orang tua menderita skizofrenia 40-60%, kembar dua telur 2-15%. Kembar
satu telur 61-68%. Menurut hukum Mendel skizofrenia diturunkan melalui
genetik yang resesif. (Lumbantobing, 2007).
2) Gangguan Anatomik
Dicurigai ada beberapa bangunan anatomi di otak berperan, yaitu : Lobus
temporal, system limbic dan reticular activating system. Ventrikel penderita
skizofrenia lebih besar daripada kontrol. Pemeriksaan MRI menunjukkan
hilangnya atau 9 kemungkinan budaya atau adat yang dianggap terlalu berat
bagi seseorang dapat menyebabkan seseorang menjadi gangguan jiwa.
3) Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Anna, 2008). Factor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk yang ada di
dalam otak, yang dapat mengakibatkan
b. Stress Lingkungan
c. Sumber Koping
2.1 3 Jenis-jenis Skizofrenia
1) Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks, sering timbul pertama kali pada masa pubertas.
Gejala utama ialah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan
proses berfikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat. Jenis ini timbul secara perlahan. Pada permulaan mungkin penderita
kurang memperhatikan keluarganya atau menarik diri dari pergaulan. Makin
lama ia semakin mundur dalam kerjaan atau pelajaran dan pada akhirnya
menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia akan
mungkin akan menjadi “pengemis”, “pelacur” atau “penjahat” (Maramis,
2008).
2) Skizofrenia hebefrenik
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut Maramis
(2008) permulaannya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau
antara 15–25 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir,
gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi. Gangguan psikomotor seperti
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada jenis ini. Waham dan halusinasi
banyak sekali.
3) Skizofrenia katatonik
Menurut Maramis (2008) skizofrenia katatonik atau disebut juga
katatonia, timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun dan biasanya akut
serta sering didahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik.
a. Stupor katatonik
Pada stupor katatonik, penderita tidak menunjukan perhatian sama sekali
terhadap lingkungannya dan emosinya sangat dangkal. Secara tiba-tiba atau
perlahan-lahan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara
dan bergerak.
b. Gaduh gelisah katatonik
Pada gaduh gelisah katatonik, terdapat hiperaktivitas motorik, tapi tidak
disertai dengan emosi yang semestinya dan tidak dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar.
4) Skizofrenia Paranoid
Jenis ini berbeda dari jenis-jenis lainnya dalam perjalanan penyakit.
Hebefrenia dan katatonia sering lama-kelamaan menunjukkan gejala-gejala
skizofrenia simplek atau gejala campuran hebefrenia dan katatonia. Tidak
demikian halnya dengan skizofrenia paranoid yang jalannya agak konstan
(Maramis, 2008).
5) Episode skizofrenia akut
Gejala skizofrenia ini timbul mendadak sekali dan pasien seperti keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar dan dirinya sendiri berubah. Semuanya seakan-akan
mempunyai arti yang khusus baginya. Prognosisnya baik dalam waktu
beberapa minggu atau biasanya kurang dari enam bulan penderita sudah baik.
Kadangkadang bila kesadaran yang berkabut tadi hilang, maka timbul gejala-
gejala salah satu jenis skizofrenia yang lainnya (Maramis, 2008).
6) Skizofrenia residual
Skizofrenia residual, merupakan keadaan skizofrenia dengan gejala-gejala
primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan
ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia (Maramis, 2008).
7) Skizofrenia skizoafektif
Pada skizofrenia skizoafektif, di samping gejala-gejala skizofrenia
terdapat menonjol secara bersamaan, juga gejala-gejala depresi atau gejala-
gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi
mungkin juga timbul lagi serangan (Maramis, 2008).
2.1.1 Pedoman Diagnostik
Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia
berdasarkan PPDGJ III :
1) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
a) Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal : isi
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
b) Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dariluar; atau Delusion of influence : waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion
of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar; dan Delusional perception : pengalaman
inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien; atau mendiskusikan perihal pasien 12
diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara). Jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham : waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
2.1 4 Pedoman Diagnostik
Berikut ini merupakan pedoman diagnostik untuk Skizofrenia
berdasarkan PPDGJ III :
2) Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :
e) Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda; atau Thought insertion or withdrawal : isi
pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau
isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
f) Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dariluar; atau Delusion of influence : waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau Delusion
of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar; dan Delusional perception : pengalaman
inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya,
biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
g) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien; atau mendiskusikan perihal pasien 12
diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara). Jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
h) Waham : waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain)
2.1 5 Tanda dan Gejala
Menurut Bleuler dalam Maramis (2008) gejala skizofrenia dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Gejala primer
Gejala primer terdiri dari gangguan proses berpikir, gangguan emosi,
gangguan kemauan serta autisme.
2) Gejala sekunder
Gangguan sekunder terdiri dari waham, halusinasi, dan
gejala katatonik maupun gangguan psikomotor yang lain.
2.1 6 Penatalaksanaan
Ada berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal
ini diberikan dengan kombinasi satu sama lain dan dengan jangka waktu yang
relatif cukup lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan,
psikoterapi, dan rehabilitasi. Terapi psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi
individu, terapi kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan
ketrampilan sosial dan manajemen kasus (Hawari, 2009).
2.2 Konsep Dasar Waham
2.2 1 Pengertian Waham
Menurut (Depkes RI, 2000) Waham adalah suatu keyakinan klien yang
tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah
secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang
sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).
Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui
pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering
ditemukan pada penderita skizofrenia. Semakin akut psikosis semakin sering
ditemui waham disorganisasi dan waham tidak sistematis. Kebanyakan pasien
skizofrenia daya tiliknya berkurang dimana pasien tidak menyadari penyakit
serta kebutuhannya terhadap pengobatan, meskipungangguan pada dirinya
dapat dilihat oleh orang lain (Tomb, 2003 dalam purba, 2009).
Waham terjadi karena munculnya perasaan terancam oleh lingkungan,
cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi sehingga individu
mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalah
artikan kesan terhadap kejadian, kemudian individu memproyeksikan pikiran
dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan
keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya
individu mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri
sendiri atau orang lain (Purba, 2009).
Waham kebesaran adalah individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau,
“Saya punya tambang emas.”
2.2 2 Proses Terjadinya Waham
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien
baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat
terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat
terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat
tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang
sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat
pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi
juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang ( life span
history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya
kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan
harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan
standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat
lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki
kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh.
Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support
system semuanya sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu
tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan
dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam
lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan
klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu
kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai
terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super
Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya
serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai
dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat
klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering
menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi,
setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema
waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.
2.2 3 Klasifikasi Waham
a) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau,
“Saya punya tambang emas.”
b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok
yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali,
tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara
saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya.”
c) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu
agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus
menggunakan pakaian putih setiap hari.”
d) Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya
pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi
pasien terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
e) Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini
adalah roh-roh”.
2.2 4 Etiologi
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama fungsi
otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
1. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan
kemampuan menilai dan menilik terganggu.
2. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial
mengakibatkan kemampuan berespons terganggu, tampak
dari perilaku nonverbal (ekspresi dan gerakan tubuh) dan
perilaku verbal (penampilan hubungan sosial).
3. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
4. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan
asosiasi, efek, ambivalen, autistik, serta gangguan atensi
dan aktivitas.
5. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya
ingat.