Anda di halaman 1dari 119

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA


AUDIO VISUAL TERHADAP KECEMASAN PADA
WANITA PREMENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPUS PALEMBANG
TAHUN 2019

Disusun oleh :
Eky Okta Vizar
PO.71.20.4.15.006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2019
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA


AUDIO VISUAL TERHADAP KECEMASAN PADA
WANITA PREMENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KAMPUS PALEMBANG
TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Terapan Keperawatan

Disusun oleh :
Eky Okta Vizar
PO.71.20.4.15.006

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN RI


PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN 2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal:

24 JUNI 2019

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ismar Agustin, S.Kp., M.Kes Ns. Eva Susanti, S.Kep., M.Kep

NIP.196108231982012001 NIP.197608132002122002

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIV Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Palembang

Sukma Wicaturatmashudi, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB

NIP.197206012001121002

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : EKT OKTA VIZAR
NIM : PO.71.20.4.15.006
Program Studi/Jurusan : D-IV Keperawatan
Judul Tugas Akhir : Pengaruh penkes dengan media audiovisual terhadap
kecemasan pada wanita premenopause di wilayah kerja
peskesmas kampus palembang Tahun 2019
Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan
Keperawatan pada Program Studi Diploma IV Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Ismar Agustin, S.Kp., M.Kes ( )


Pembimbing II : Ns. Eva Susanti, S.Kep., M.Kep ( )
Penguji I : Prahardian Putri, S.Kp., M.Kes ( )
Penguji II : Ns. Yunike, S.Kep.,M.Kes ( )
Penguji III : Imelda Erman, S.Kep.,M.Kes ( )

Di tetapkan di : Palembang
Tanggal : 24 Juni 2019

Ketua Program Studi

Sukma Wicaturatmashudi, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB


NIP.197206012001121002

ii
HALAMAN ORISINILITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : EKY OKTA VIZAR

NIM : PO.71.20.4.15.006

Tanggal : 24 Juni 2019

Yang Menyatakan,

( EKY OKTA VIZAR )

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PALEMBANG

Skripsi, Juni 2019


Eky Okta Vizar

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Audio Visual Terhadap Kecemasan


Pada Wanita Premenopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang Tahun
2019

xiv+ 71 hal+ 9 tabel+ 2 bagan+ 11 lampiran

ABSTRAK

Menopause merupakan fase akhir atau berhentinya ovulasi dan menstruasi pada wanita.
Menopause terjadi pada perempuan yang memasuki usia menjelang 50 tahun. Perubahan-
perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis maupun seksual akan menyebabkan wanita
yang sedang menghadapi menopause cemas dan khawatir. Rasa takut yang dialami oleh wanita
antara lain, kecantikan memudar dan rasa khawatir akan kehilangan suami karena gairah
seksual menurun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pengaruh
Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual (Video) Terhadap Kecemasan Wanita
Premenopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling dengan True Eksperiment dengan rancangan Pretest-Posttest With
Control Group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu berusia 40-50 dengan
jumlah sampel sebanyak 48 responden (24 kelompok perlakuan dan 24 kelompok kontrol).
Analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan Independent t-Test. Hasil
penelitian menunjukan p value = 0,04 (<α=0,05) dapat disimpulkan bahwa ada pemberian
Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual terhadap Kecemasan pada Wanita
Premenopause Tahun 2019. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
pelananan kesehatan dalam memberikan asuhan komunitas khususnya dalam
mensosialisasikan dan melakukan penyuluhan kesehatan dengan media baru sebagai contoh
video audio visual.

Kata kunci : PreMenopause, Kecemasan, Audio Visual


Referensi : 17 (2003-2018)

iv
POLYTECHNIC MINISTRY OF HEALTH KEMENTERIAN RI
STUDY PROGRAMME DIPLOMA IV NURSING
NURSING DEPARTMENT PALEMBANG

Thesis, June 2019


Eky Okta Vizar

Effect of Health Education Media Audio Visual Against Anxiety In Premenopausal


Women in Puskesmas Kampus Palembang 2019

xiv+ 71 pages+ 9 table+ 2 schema+ 11 enclosure

ABSTRACT

Menopause is the final phase or cessation of ovulation and menstruation in women. Menopause
occurs in women entering the age of 50 years. Changes that occur both physically,
psychologically and sexually will cause women who are facing menopause anxious and
worried. The fear experienced by women, among others, faded beauty and fear of losing a
husband because of decreased sexual desire. The purpose of this study was to determine the
effect of health education with audio visual media (video) on the anxiety of premenopausal
women in the work area of campus health centers in 2019. This study used the purposive
sampling method with True Experiment with the design of Pretest-Posttest With Control Group
design. The population in this study were all mothers aged 40-50 with a total sample of 48
respondents (24 treatment groups and 24 control groups). The analysis used was univariate
and bivariate with the Independent t-Test. The results showed p value = 0.04 (<α = 0.05). It
can be concluded that there was the provision of Health Education with Audio Visual Media
on Anxiety in Premenopausal Women in 2019. It is expected that the results of this study can
be input for health services in providing community care especially in disseminating and
conducting health education with new media as an example of audio-visual videos.

Keywords : PreMenopause, Anxiety, Audio Visual


Reference : 17 (2003-2018)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan rahmat-Nya, Saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penulisan Skripsi

ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk melanjutkan penelitian.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan serta saran baik dari berbagai pihak secara tertulis maupun tidak tertulis,

untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM. M.Kes, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.

2. dr. Yuliarni, M.Kes, selaku. Kepala Puskesmas Kampus Palembang.

3. Ibu Devi Meidiarti, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Palembang

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.

4. Bapak Sukma Wicaturatmashudi, S.K.p.,M.Kep, Sp.KMB, selaku Ketua Program

Studi Diploma IV Keperawatan Jurusan Keperawatan PalembangPoliteknik

Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang

5. Ibu Ismar Agustin, S.Kp., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan saran, Terima kasih atas perhatian,

motivasi dan kesabaran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Ns. Eva Susanti, S.Kep., M.Kep, selaku pembimbing II yang telah meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan saran, Terima kasih atas perhatian,

motivasi dan kesabaran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.


vi
7. Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Terima kasih atas

perhatian, motivasi dan kesabaran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga Tugas Akhir ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Palembang, Maret 2018

Penulis

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri

Nama : Eky Okta Vizar


NIM : PO.71.20.4.15.006
Tempat, Tanggal Lahir: Pagaralam, 30 Oktober 1997
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat :Jl Air Perikan Nendagung , Kecamatan Pagar Alam Selatan ,
Kota Pagaralam
Nama Ayah : Ekwan Sumidi
Nama Ibu : Zainab
Email : Ekyoktaviza30@gmail.com

Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2003 – 2009 : SD Negeri 4 Pagaralam
2. Tahun 2009 – 2012 : SMP Negeri 2 Pagaralam
3. Tahun 2012 – 2015 : MAN Pagaralam
4. Tahun 2015 – 2019 : Poltekkes Kemenkes Palembang

viii
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii
HALAMAN ORISINILITAS ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xiv
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 7
1. Tujuan Umum ................................................................................................. 7
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
1. Manfaat Teoritis .............................................................................................. 8
2. Manfaat Praktis ............................................................................................... 8
E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................................... 9
F. Keaslian Skripsi ................................................................................................... 10
BAB II ........................................................................................................................ 12
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 12
A. Konsep Menopause ............................................................................................. 12
1. Pengertian Menopause .................................................................................. 12
2. Tahap-Tahap DalamMenopause................................................................. 13
3. Perubahan yang Terjadi pada Menopause ................................................. 14
4. Dampak Kesehatan Baik Fisik MaupunPsikis .......................................... 16

ix
5. Upaya-Upaya Menghadapi Menopause ..................................................... 18
B. Kecemasan ........................................................................................................... 19
1. Definisi Kecemasan..................................................................................... 19
2. Tingkat Kecemasan ..................................................................................... 20
3. Tingkat Panik ............................................................................................... 21
4. Faktor Predisposisi ...................................................................................... 21
5. Stresor Predisposisi ..................................................................................... 23
6. StresorPresipitasi ......................................................................................... 24
7. Respon Kecemasan...................................................................................... 25
C. Pendidikan Kesehatan .......................................................................................... 27
1. Definisi Pendidikan Kesehatan ..................................................................... 27
2. Media Pendidikan Kesehatan ........................................................................ 28
3. Tujuan Pendidikan Kesehatan....................................................................... 29
4. Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan ..................................... 29
5. Tahap–Tahap Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan ....................................... 32
6. Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan ............................................... 33
D. Penelitian Terkait ................................................................................................. 35
E. Kerangka Teori ....................................................................................................... 37
BAB III ....................................................................................................................... 38
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS .............. 38
A. Kerangka Konsep ................................................................................................. 38
B. Definisi Operasional ............................................................................................ 39
C. Hipotesis .............................................................................................................. 41
METODE PENELITIAN ............................................................................................ 42
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................................. 42
B. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 43
1. Populasi ......................................................................................................... 43
2. Sampel........................................................................................................... 44
C. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................................. 45
D. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 46
E. Instrumen dan bahan penelitian ........................................................................... 47

x
F. Prosedur Penelitian .............................................................................................. 49
G. Manajemen data ................................................................................................... 51
H. Analisis data ......................................................................................................... 52
I. Etika penelitian .................................................................................................... 53
BAB V......................................................................................................................... 56
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................... 56
A. Lokasi Penelitian Puskesmas Kampus ................................................................. 56
B. Hasil Penelitian .................................................................................................... 58
1. Analisis Univariat ......................................................................................... 58
2. Analisis Bivariat............................................................................................ 61
C. Pembahasan .......................................................................................................... 64
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 72
BAB VI ....................................................................................................................... 73
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 73
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 75

xi
DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1. Kerangka Konsep ...................................................................................... 38

Bagan 4.1. Rancangan Penelitian ................................................................................ 43

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ....................................................................... 39

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pendidikan


di wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019.......................... 58

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan


di wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019.......................... 59

Tabel 5.3 Perubahan rata-rata level kecemasan wanita Premenopause Sebelum


dan Sesudah pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampus Tahun 2019................................................. .59

Tabel 5.4 Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause


Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja
Puskesmas Kampus Tahun 2019 .................................................. 60

Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas .......................................... 61

Tabel 5.6 Perbedaan Level Kecemasan pretest dan posttest pada Kelompok
Intervensi di Wilayah Kerja Kampus Tahun 2019 ...................... 62

Tabel 5.7 Perbedaan Level Kecemasan pretest dan posttest pada Kelompok
Kontrol di Wilayah Kerja Kampus Tahun 2019 ......................... 63

Tabel 5.8 Perbedaan Level Kecemasan pada Kelompok Intervensi dan


Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus
Tahun 2019 ................................................................................... 63

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent

Lampiran 2 Satuan Acara Punyuluhan

Lampiran 3 Kuesioner Data Demografi

Lampiran 4 Instrumen Pengukuran Tingkat Kecemasan

Lampiran 5 Protokol Penelitian

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 8 Pengolahan Data Responden

Lampiran 9 Output SPSS

Lampiran 10 Lembar Konsultasi

Lampiran 11 Dokumentasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kementerian Kesehatan mempunyai peran dan tujuan berkonstribusi

dalam tercapainya seluruh Nawa Cita terutama dalam meningkatkan kualitas hidup

manusia Indonesia serta memiliki dua tujuan pada tahun 2015-2019 yaitu yang

pertama meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya

tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan

finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan

pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle) yaitu bayi, balita, anak usia

sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia. (Kemenkes,

2015)

Pada era globalisasi sekarang ini kesehatan menjadi hal yang sangat

berharga.Terutama pada kesehatan reproduksi yang sekarang ini menjadi perhatian

dunia.Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut kehamilan dan

persalinan melainkan dari menarche sampai menopause.Menopause merupakan

fase akhir atau berhentinya ovulasi dan menstruasi pada wanita. Menopause juga

disebut sebagai suatu peristiwa biologis yang terkait berhentinya reproduksi

wanita sebagai konsekuensi dari proses penuaan fisiologis(Nurpatminingsih,

2016).

1
Berdasarkan data WHO (2010) jumlah wanita menopause di Asia pada

tahun 2025 akan terjadi peningkatan dari 107 juta jiwa mencapai 373 juta jiwa.

Ditinjau dari jumlah penduduk yang ada di Indonesia pada tahun 2008 sekitar

25,32 juta wanita memasuki usia menopause. Pada tahun 2015 diperkirakan

jumlah tersebut akan bertambah sebesar 14%. Pada tahun 2020 diperkirakan

jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta orang (Putri,

2017).

Menopause merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat, berasal dari bahasa yunani yang berarti berhenti haid (apause in the

menses) (Nurpatminingsih, 2016). Menopause terjadi pada perempuan yang

memasuki usia menjelang 50 tahun. Melalui usia tersebut bagian universal dan

irreversibel dari keseluruhan proses penuaan yang melibatkan sistem reproduksi

dimana siklus haid setiap bulannya mulai terganggu dan akhirnya menghilang

sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid pada wanita

tersebut disebabkan penurunan dan hilangnya hormon estrogen, hal ini merupakan

masalah yang normal, yang sadar atau tidak akan dilalui oleh perempuan dalam

kehidupannya. Menopause merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya

berbeda-beda diantara para perempuan (Nurpatminingsih, 2016).

Menopause ini disebabkan oleh penuaan ovarium yang mengarah ke

penurunan produksi ovarium Gonadotropin, Estrogen, dan

Progesteron.Kekurangan hormon ini memunculkan berbagai somatik, vasomotor,

seksual dan gejala psikologis lainnya yang mengganggu (Nurpatminingsih, 2016).

2
Menopause menandai akhir masa reproduksi seorang wanita dan biasanya terjadi

pada wanita berusia antara 45 dan 55 tahun dengan usia rata – rata 51 tahun (Koes,

2014).

Kecemasan akan datangnya masa menopause umumnya terjadi pada

perempuan yang memasuki usia 50 tahun. Rasa takut yang dialami oleh wanita

antara lain, kecantikan memudar dan rasa khawatir akan kehilangan suami karena

gairah seksual menurun. Setelah usia 45 tahun, seorang perempuan masih

mengalami menstruasi tetapi tidak teratur lagi, sebagian perempuan telah

mengalami gejala pre menopause. Masa menopause merupakan tahap akhir proses

biologi yang berupa penurunan produksi hormon estrogen dari indung telur karena

ovarium yang sudah tua (Nurpatminingsih, 2016).

Menurut Purwatyastuti dalam Lombogia (2014) sindroma pramenopause

dan menopause dialami oleh banyak wanita di dunia, sekitar 70-80% di Eropa, 60

% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia.

Julianto dalam Lombogia (2014) mengemukakan bahwa gejala yang paling

banyak dari seluruh jumlah wanita premenopause yaitu 40% merasa hot flashes,

38% mengalami susah tidur, 37 % mengalami lebih cepat lelah dalam bekerja,

35% mengatakan menjadi lebih sering lupa, 33% mengatakan mudah tersinggung,

26% mengatakan mengalami nyeri sendi dan 21% mengatakan sering sakit kepala

berlebihan (Nurpatminingsih, 2016).

Beberapa gejala fisik yang dialami oleh seorang perempuan yang

memasuki fase menopause yaitu rasa panas atau hot flues yang merupakan sensasi

3
tiba - tiba panas dan berkeringat terutama pada tubuh bagian atas. Hot flashes

terutama dan yang paling intensif terjadi pada wanita peri dan pasca menopause

(Nurpatminingsih, 2016), berkeringat saat malam hari, susah tidur, sakit kepala,

kesusahan menahan buang air kecil, detak jantung meningkat, dan peningkatan

berat badan (Spencer & Brown, 2007 dalam Nurpatminingsih, 2016). Selain itu

juga disertai dengan beberapa gejala psikis yang menonjol berupa suasana hati

yang berubah ubah, mudah tersinggung, emosi labil, merasa tidak berharga, dan

munclnya kecemasan yang dapat mengganggu aktifitas sehari- hari

(Nurpatminingsih, 2016).

Perubahan-perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis maupun seksual

akan menyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause cemas dan

khawatir. Kecemasan yang mereka alami sering dihubungkan dengan

kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi.

Wanita seperti ini biasanya sangat sensitif terhadap pengaruh emosional.

Umumnya wanita tersebut kurang mendapat informasi yang benar sehingga

dibayangannya yang ada hanya efek negatif yang akan dialami setelah masa

menopause (Nurpatminingsih, 2016). Salah satu cara untuk memperoleh informasi

adalah dengan adanya pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan

untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal(Atikah,

4
2016). Pendidikan kesehatan adalah tindakan penting dan merupakan proses

belajar, yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu-ibu

mengenai persiapan wanita menghadapi menopause (Atikah, 2016). Dengan

memberikan penyuluhan, diharapkan masyarakat bisa lebih siap dalam

menghadapi menopause sehingga dapat menurunkan kekhawatiran mereka dan

meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat.

Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya

perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh

terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.

Belajar yang efektif harus dimulai dari pengalaman langsung atau pengalaman

konkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih

efektif jika dibantu dengan media pembelajaran (Hasan, 2016).

Media mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pendidikan

kesehatan. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki akan ditentukan oleh

kerelevansian penggunaan media. Media yang dapat digunakan salah satunya

adalah media audio visual. Media audio visual merupakan bentuk media

pembelajaran gabungan antara media audio visual (vidio). Media audio visual

adalah salah satu sarana yang tepat dalam proses pendidikan kesehatan. Dalam

kenyataannya dilapangan banyak yang tidak menggunakan media audio visual

dalam proses pembelajaran (Hasan, 2016).

Induniasih & Ratna (2018) bahwa bahan-bahan audio visual dapat

memberikan banyak manfaat dan berperan aktif dalam proses pembelajaran.

5
Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Sebagai media

pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, media audio-visual mempunyai sifat

sebagai berikut, yaitu kemampuan untuk meningkatkan persepsi, kemampuan

untuk meningkatkan pengertian, kemampuan untuk meningkatkan transfer

(pengalihan) belajar, kemampuan untuk memberikan penguatan atau pengetahuan

hasil yang di capai, dan kemampuan untuk meningkatkan retensi

(ingatan)(Induniasih & Ratna, 2017).

Kelebihan media audio visual adalah pemakaiannya tidak membosankan,

hasilnya lebih mudah untuk dipahami, dan informasi yang diterima lebih jelas dan

cepat dimengerti (Hasan, 2016).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan sebelumnya, jumlah

wanita premenopause usia 40-50 tahun sebesar 44,8% sebanyak 94 orang di

puskesmas kampus tahun 2018.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui

“Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio Visual (Video) Terhadap

Kecemasan Wanita Premenopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Tahun

2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, meskipun penelitian sejenis

pernah dilakukan, namun oleh karena pentingnya Pendidikan Kesehatan sebagai

metode konservasi dalam mengurangi kecemasan wanita premenopause sehingga

para wanita mempunyai pengalaman yang positif menjelang premenopause. Oleh

6
karena itu masih perlu dilakukan penelitian tentang“Pengaruh Pendidikan

Kesehatan dengan Media Audio Visual (Video) Terhadap Kecemasan Wanita

Premenopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Tahun 2019”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketauhi pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual

(video) terhadap kecemasan wanita premenopause di wilayah kerja

puskesmas kampus tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketauhi karakteristik responden (Pendidikan, Pekerjaan) di wilayah

kerja puskesmas kampus tahun 2019.

b. Diketauhi tingkat kecemasan wanita premenopause sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi di wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019 pada

kelompok intervensi.

c. Diketauhi tingkat kecemasan wanita premenopause sebelum dan sesudah

dilakukan intervensi di wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019

pada kelompok kontrol. diketauhi pengaruh pendidikan kesehatan dengan

media audio visual (video) terhadap kecemasan wanita premenopause di

wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan pengetahuan dibidang kesehatan terutama

mengenai media yang digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan

khususnya pada wanita premenopause terhadap tingkat kecemasan. Penelitian

ini juga diharapkan menjadi bagian dari landasan dalam pengembangan

evidence based di bidang kesehatan terutama bidang ilmu keperawatan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi D-IV Keperawatan

Menjadi bahan masukan untuk mengembangkan keilmuan dan

keterampilan dalam bidang keperawatan, sebagai bahan acuan penelitian

lebih lanjut dan juga sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan

sehingga dihasilkan sumber daya manusia yang bermutu khususnya di

Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi D-IV Keperawatan.

b. Bagi Puskesmas Kampus Palembang

Menjadi bahan informasi bagi puskesmas Kampus agar dapat

lebih meningkatkan mutu asuhan dan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat sehingga dapat menerapkan pendidikan kesehatan

menggunakan media audio visual (video).

c. Bagi Peneliti

8
Memberikan pengalaman baru bagi peneliti dalam melaksanakan

penelitian dan dapat mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan dengan

media audio visual (video) terhadap kecemasan wanita premenopause

serta mengaplikasikannya untuk mengetahui tingkat kecemasan dalam

menghadapi premenopause.

d. Bagi Perkembangan Riset

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi

penelitian selanjutnya untuk meneliti intervensi yang tepat terhadap

keperawatan maternitas khususnya pada premenopause.

e. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat pengetahuan dan

keterampilan dalam memberikan pendidikan kesehatanmenggunakan

media audio visual (video).

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan lingkup dari keperawatan maternitas, penelitian

ini dilakukan pada wanita premenopause di Wilayah kerja puskesmas kampus

Palembang pada tahun 2019 dengan lama penelitian 4 minggu. sampel dari

penelitian ini adalah wanitausia 40 – 50 tahun yang akan memasuki

masamenopause yang dipilih menggunakan purposive sampling. Penelitian ini

menggunakan desain penelitian True Eksperiment dengan rancangan Pretest-

Posttest With Control Group design.

9
F. Keaslian Skripsi

Penelitian ini melihat pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio

visual (video) terhadap kecemasan wanita premenopause di wilayah kerja

puskesmas kampus tahun 2019.Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah

ada penelitian sejenis dari beberapa jurnal publikasi. Adapun penelitian yang

terkait dengan penelitian ini adalah :

1. Hermawati, Dewi (2010) tentang Hubungan Karakteristik Wanita

Premenopause Dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di

Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan wawasan tentang

perubahan yang terjadi menjelang menopause menjadi sangat penting untuk

di terapkan pada wanita pramenopause. Hal ini dapat menurunkan kecemasan

terhadap menopauase serta dapat meningkatkan penerimaan terhadap

menopause menjadi lebih baik. Desain penelitian ini adalah deskriptif

korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi berumur 40-50

tahun dan belum mengalami menopause. Teknik pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling pada 63 sampel. Data dianalisis

dengan menggunakan statistikmChi-square dengan confidence interval 95%

dan alpha (α) 0,05. Pengujian hipotesa jika p-value > nilai α maka hipotesa

null (Ho) diterima. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi

menopause (P=0,145, P>α), dan tidak ada hubungan antara status perkawinan

10
dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause (nilai P=1,000,

P>α).

2. Nurpatminingsih (2016) tentang Hubungan Antara Kesiapan Menopause

Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause Pada Ibu PKK di Desa Gentan

Kecamatan Bondosari Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitiandiperoleh

2hitung 15,832 (p-value = 0,000), sehingga H0 ditolak. Kesimpulan

penelitian terdapat hubungan Kesiapanmenopause dengan kecemasan

menghadapi menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan

Bendosari, Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan studi korelasi dan rancangan cross sectional. Sample

penelitian adalah perempuan usia 40 – 50 tahun yang akan memasuki

masamenopause yaknisebanyak 54 responden dengan teknik simple random

sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dianaliswas

menggunakan uji chi square.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menopause

1. Pengertian Menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti

yang terdiri dari kata “men” dan “pauseis” yang berasal dari bahasa Yunani

yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini

merupakan suatu akhir proses biologis darisiklus menstruasi yang terjadi

karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium

(indung telur) (Joseph & Nugroho, 2010). Penurunan kadar estrogen,

menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat

dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Menurut Joseph & Nugroho

(2010),ada tiga periode menopause, yaitu:

a. Klimaterium, yaitu merupakan masa peralihan antara masa reproduksi

dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan

pramenopause, antara usia 40-50 tahun, ditandai dengan siklus haid

yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan

relatifbanyak.

b. Menopause, yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan

bila sesudah menopause disebut pasca menopause bila telah

mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya

terjadi pada usia 50-antahun.

12
c. Senium adalah periode sesudah pasca menopause, yaituketika

individu telah mampu menyesuaikan dengankondisinya, sehingga

tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65tahun.

Menopause terjadi pada usia yang bervariatif. Hal ini sangat

tergantung ada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Namun,

apabiladiambilrata-ratanya,umumnyaseorangwanitaakanmengalami

menopause sekitar usia 40-50 tahun (Kasdu, 2004).

2. Tahap-Tahap DalamMenopause

Menurut Joseph dan Nugroho (2010), menopause di bagi dalam

beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

a. PraMenopause

Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Geajala –

gejala yang timbul :

1) Siklus haid yang tidakteratur.

2) Perdarahan haid yangmemanjang.

3) Jumlah darah haid yangbanyak.

4) Nyerihaid.

b. PeriMenopause

Fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause. Gejala-

gejala yang timbul :

1) Siklus haid yang tidakteratur

2) Siklus haid yangpanjang.

13
c. Menopause

Haid alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh.

Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada

menopause :

a) Keringat malamhari , mudah marah , sulit tidur

b) Mudahmarah

c) Sulittidur

d) Haid tidakteratur

e) Gangguan fungsiseksual

f) Kekeringanvagina

g) Gelisah

h) Rasakhawatir

i) Sulitkonsentrasi

j) Mudahlupa

k) Sering tidak dapat menahankencing

l) Nyeri ototsendi

m) Depresi

3. Perubahan yang Terjadi pada Menopause

Menurut Joseph dan Nugroho (2010), perubahan terjadi selama

menopause adalah:

a. Perubahan OrganReproduksi.

Akibat berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami

14
perubahan.

b. PerubahanHormon

Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya

suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah

perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski

perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron,

tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh

maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon

estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi

perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai

terganggu, hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim

akibat rendahnya hormon estrogen.

c. PerubahanFisik

Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang

wanita, keadaan ini berupa keluhan ketidak nyamanan yang timbul

dalam kehidupan sehari-hari.

d. PerubahanEmosi

Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas

hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat

tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat

tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap

15
menopause, termasuk pengetahuannya tentang menopause.

4. Dampak Kesehatan Baik Fisik MaupunPsikis

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami

ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-

tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.

Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas dan dingin,

pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar- debar

(Sibagariang & dkk, 2010).

Goyahnya hubungan dan keraguan terhadap diri sendiri ketika

seseorang wanita memasuki masa-masa menopause, dapat menimbulkan

kecemasan dan depresi dampak dari kecemasan tersebut diantaranya, jantung

berdebar-debar, tampak tangan berkeringat, gejolak panas atau sebaliknya

tubuh menggigil kedinginan, diare, sering buang air kecil, mulut kering

sehingga sulit menelan, sulit tidur pulas, otot terasa lemah atau gemetaran.

Sejumlah besar gejala tersebut disebabkan oleh meningkatnya adrenalin yang

dipompa dari kelenjarsuprarenal (Nirmala, 2003).

Menurut(Nirmala, 2003), beberapa keluhan psikologis yang

merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

a. Ingatan Menurun

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun

sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.

16
b. Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering di hubungkan dengan adanya

kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak

pernah di khawatirkan.

c. Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih

mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya

dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan

datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses

mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.

d. Stress

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,

termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang

terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan

suasana hati dan emosi.

e. Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena

kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan

kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.

Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai

wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

17
5. Upaya-Upaya Menghadapi Menopause

Menurut (Kasdu D. , 2008), upaya-upaya yang dapat dilakukan

wanita dalam menghadapi masa menopause diantaranya sebagai berikut :

a. Terapi Hormon

Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement Therapi)

merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan

kuluhan atau sindroma menopause. Terapi sulih hormon juga berguna

untuk mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat menopause,

vagina kering, dan gangguan pada seluruh kandung kemih.

Penggunaan terapi sulih hormon juga dapat mencegah perkembangan

penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen seperi osteoporosis

dan jantung koroner. Melalui pemberian terapi sulih hormon, kualitas

hidupnya dapat ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk

dapat hidup nyaman, secara fisiologis maupun psikologi.

b. Olahraga

Banyak wanita lanjut usia enggan melakukan olahraga dengan alasan

ketuaan. Biasanya, keengganan ini berawal karena kebiasaan olahraga

tidak menjadi bagian dari pola hidupnya. Padahal bukan rahasia

lagi,olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan

seseorang. Dimasa menopause, kebiasaan ini juga membawa dampak

yangpositif.

c. Nutrisi

18
Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak

melakukanprosesperbaikandirilagi.Semakintua,aktivitas gerak yang

dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan

juga berkurang. Dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan

akan berkurang. Meskipun demikian, setiap orang tetap membutuhkan

makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein,

lemak, vitamin danmineral.

d. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang menentukan kesehatan dimasa akan datang.

Gaya hidup,mungkin tidak memberikan dampak langsung sekarang,

tetapi beberapa tahun kemudian, bahkan mungkin puluhan tahun

kemudian.

e. Pemeriksaan Kesehatan

Semakin bertambahnya usia, perhatian akan kesehatan diri harus lebih

diprioitaskan. Sebaiknya setiap wanita dimasa menopause tetap

melaksanakan deteksi dini terhadap berbagai kemungkinan menderita

penyakit tertentu.

B. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar

yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak bahaya.

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian

19
intelektual terhadap bahaya (Stuart, 2007).Sedangkan menurut Videbeck

(2008), kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas,seseorang merasa tidak

nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka

padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut

terjadi. Dan menurut Stuart & Laraia (2005), kecemasan adalah

kekhawatiran yang tidak jelas menyebar dialam dan terkait dengan

perasaan ketidakpastian dan ketidak berdayaan.

2. Tingkat Kecemasan

Menurut Stuart (2007) dalam Atikah (2016), nilai tingkat kecemasan

sebagaiberikut:

a. Kecemasan ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari- hari.

Kekecewaan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.

b. Kecemasan Sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang

persepsi individu. Dengan demikian individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untukmelakukannya.

20
c. Kecemasan Berat

Sangat mempengaruhi lapang persepsi individu. Individu cenderung

berfokus pada suatu yang rinci dan spesifik seta tidak berfikir tentang

hal lain. Semua perilaku ditunjukkkan untuk menguragi ketegangan.

Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada

area lain.

3. Tingkat Panik

Ketakutan yang berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan

teror.Hal yang rinci terhadap dari proporsinya karena mengalami hilang

kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan arahan. Panik merupakan disorganisasi dan

menimbulkan peningkatan aktifitas motorik,menurunya kemampuan

untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

kehilangan pemikiran yang rasional, tingkat kecemasan ini tidak sejalan

dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang lama,

dapatterjadi kelelahan dan kematian.

4. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), berbagai teori dikembangkan untuk

menjelaskan asal kecemasan adalah :

a. Menurut pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan super

ego. Idemewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan

21
super ego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh budaya.

Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan

ego bahwa adabahaya.

b. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaaan

takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami

kecemasan yangberat.

c. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk fruktuasi

yaitu segala sesuatu yang menggangu kemampuan individu untuk

mencapai keinginan yang diinginkan. Ahli teori lain menggangap

kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan diri untuk menghindari kepedihan.

d. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumbang tindih

antara gangguan kecemasan dengandepresi.

e. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodeazepin, obat-obatan yang mengakibatkan

neoregulator inhibisi asam Gama Amino Butyic Acid (GABA), yang

berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan

22
dengankecemasan.

5. Stresor Predisposisi

Menurut Suliswati dkk(2005),stressor predisposesi adalah semua

ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbunya

kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapatberupa:

a. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atausituasional.

b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara ide dan super ego atau trauma keinginan

dan kenyataan dan dapat menimbulkan kecemasan padaindividu.

c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak kemampuan

individu berfikir secara realitas sehingga menimbulkan kecemasan.

d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaanuntuk mengambil

keputusan yang berdampak ego.

e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep

diriindividu.

f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stres

akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang

dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari

dalamkeluarga.

23
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga mempengaruhi respon

individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatanyangmengandungbenzodizepin,karenabonzodizepin dapat

menekan neurotransmiter Gamma Amino ButyicAcid (GABA) yang

mengontrol aktivitas neuron diotak yang bertanggung jawab

menghasilkankecemasan.

6. Stresor Presipitasi

Menurut Suliswati dkk (2005), faktor presipitasi adalah semua

ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya

kecemasan. Faktor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua

bagian:

a. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam

integritas fisikmeliputi:

1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

normal.

2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak

adekuatnya adekuatnya tempattinggal.

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal

24
dirumah dan ditempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat

mengancam hargadiri.

2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,

perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosialbudaya.

7. Respon Kecemasan

a. Respon psikologis

Menurut Stuart (2007), respon fisiologis terhadap kecemasan

antara lain adalah:

1) Kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah

meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, tekanan darah menurun.

2) Pernafasan: nafas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas

dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, sensasi tercekik

danterengah-engah.

3) Neuro muskuler: reflek meningkat, reaksi terkejut, mata berkedap

kedip, insomnia, tremor, rigidias, gelisah, wajah tegang,

kelemahan umum, tungkai lemah dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makanan,

rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu

hati dandiare.

5) Saluran perkemihan: tidak dapat menahan kencing dan sering

25
berkemih.

6) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan),

gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat dan

berkeringan seluruhtubuh.

b. Respon Perilaku

1) Perilaku: gelisah, ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara

cepat kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik

diri dari hubungan interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari

masalah, menghindar, hiperventilasi dan sangat waspada.

2) Kogninif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah

dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir,

lapang persepsi menurun, kreatifitas menurun, bingung, sangat

waspada, kesadaran diri, kehilangan obyektivitas dan takut

kehilangan kendali.

3) Kognitif-lanjutan: takut pada gambaran visual, takut cedera atau

kamatian, kilas balik dan mimpi buruk.

4) Afektif: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,

ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiaran, kecemasan, mati

rasa, rasa bersalah dan malu.

26
C. Pendidikan Kesehatan

1. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan adalah suatu proses intervensi terhadap 3 (tiga) unsur

pendidikan yaitu pengetahuan, sikap dan praktik atau perilaku. Selain itu, dari

beberapa hasil studi dan termasuk yang dilakukan oleh organisasi kesehatan

dunia (WHO), terungkap bahwa meskipun pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan telah tinggi, namun praktik atau tindakannya tentang kesehatan

masih dinilai rendah (Salmah, 2018).

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis

bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan

seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai

menurut (Induniasih & Ratna,2018). Hal ini dikarenakan individu dapat

menerima atau menolak keterangan baru, sikap baru, dan perilaku baru yang

berhubungan dengan tujuan hidup, tentunya proses perkembangan perilaku

juga akan selalu berubah secara dinamis.

Pendidikan kesehatan sebagai proses yang mencakup dimensi dan

kegiatan-kegiatan intelektual, psikologi, dan social yang diperlukan untuk

meningkatkan kemampuan individu dalam mengambil keputusan secara sadar

dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat. Proses

tersebut rupanya didasarkan pada prinsip – prinsip ilmu pengetahuan yang

memberi kemudahan untuk belajar dan perubahan perilaku, baik bagi tenaga

27
kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak–anak dan

remaja (Maulana, 2009 dalam Induniasih & Ratna,2018 ).

Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk memberikan informasi dan

keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan kepada individu, kelompok,

dan masyarakat.Jadi, pendidikan kesehatan ini berarti semua usaha untuk

mendidik, memberikan informasi, pengetahuan, keterampilan untuk

meningkatkan kualitas kesehatan, baik ditingkat individu, kelompok, maupun

masyarakat.Harapannya adalah masyarakat menjadi masyarakat yang peduli

dan melek dengan kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial

mereka.

2. Media Pendidikan Kesehatan

Adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau

informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media

cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat

pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah

positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Media pendidikan kesehatan

pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA), alat-alat tersebut

merupakan alat untuk memudahkan penyampaian dan penerimaan pesan-

pesan kesehatan bagi masyarakat (Fitriani, 2011). Berdasarkan fungsinya

sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media) maka dapat dibagi

menjadi 3 (Fitriani, 2011), yakni:

28
1) Media cetak seperti booklet, leaflet, flyer(selebaran), flipchart( lembar

balik, rubrik, poster, foto

2) Media elektronik yaitu televisi, film atau video dan radio

3) Media papan seperti billboard.

3. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Maulana 2009 dalam induniasih & ratna (2018) menyebutkan tiga

tujuan pendidikan kesehatan tersebut, yaitu:

a. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat. Oleh

karena itu, pendidik kesehatan harus bertanggung jawab mengarahkan

cara–cara hidup sehat sehingga menjadi kebiasaan hidup masyarakat

sehari–hari

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang telah ada. Kadang kala pemanfaatan sarana

pelayanan yang ada dilakukan secara berlebihan dan bahkan justru

sebaliknya, seperti saat kondisi sakit tetapi tidak menggunakan sarana

kesehatan yang ada dengan semestinya.

4. Sasaran dan Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan, baik sebagai ilmu maupun seni,

sangatlah luas karena mencakup segi kehidupan masyarakat.Induniasih &

29
ratna (2018) menyebutkan bahwa ruang lingkup pendidikan kesehatan

berdasarkan beberapa hal, yaitu aspek kesehatan, tatanan atau tempat

pelaksanaan, dan tingkat pelayana. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut

untuk topik ruang lingkup pendidikan kesehatan.

a. Berdasarkan Aspek Kesehatan

Berdasarkan aspek kesehatan, terdapat dua aspek lagi didalamnya,

yaitu (a) aspek promotif serta (b) aspek pencegahan dan penyembuhan.

Pertama, aspek promotif menjadikan kelompok orang sehat atau

sekitar 80 – 85 % populasi menjadi sasaran pendidikan kesehatan.Derajat

kesehatan dinilai cukup dinamis walaupun dalam kondisi sehat tetapi

perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.

Kedua, aspek pencegahan dan penyembuhan.Dalam aspek ini,

upaya pendidikan kesehatan mencakup tiga upaya atau kegiatan, yaitu

pencegahan tingkat pertama (primer), pencegahan tingkat kedua

(sekunder), dan pencegahan tingkat ketiga (tersier).

Dipencegahan tingkat pertama, sasaran pendidikan adalah

kelompok yang memiliki risiko tinggi, seperti ibu hamil dan menyusui,

perokok, obesitas, dan pekerja seks.Tujuan upaya pendidikan ini adalah

untuk menghindarkan mereka dari penyakit dan tidak jatuh sakit.Sasaran

pencegahan tingkat kedua adalah penderita penyakit kronis seperti asma,

DM, dan TBC.Tujuannya adalah agar penderita penyakit tersebut

30
mempunyai kemampuan mencegah penyakit yang dideritanya semakin

bertambah parah.

Pencegahan tingkat ketiga menempatkan kelompok pasien yang

baru sembuh sebagai sasaran pendidikan.Tujuannya adalah agar dapat

memungkinkan penderita segera pulih kembali dan mengurangi

kecacatan seminimal mungkin.

b. Berdasarkan Tatanan Atau Tempat Pelaksanaan

Ruang lingkup berdasarkan tatanan atau tempat pelaksanaan

dibagi menjadi lima, yaitu tatanan keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat

umum, dan fasilitas pelayanan kesehatan. Ditatanan keluarga, sasaran

utamanya adalah orang tua.Tatanan sekolah menjadikan guru sebagai

sasaran utama.Di tatanan tempat kerja, pemilik, pemimpin, atau manajer

menjadi sasaran pendidikan kesehatan.Di tatanan tempat umum, para

pengelola tempat umum menjadi sasaran utamanya.Terakhir, difasilitas

pelayanan kesehatan, sasaran utamanya adalah pimpinan fasilitas

kesehatan.

c. Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Ruang lingkup dan sasaran pendidikan kesehatan berdasarkan

tingkat pelayanan sesuai dengan konsep five levels of prevention

(maulana, 2009 dalam (induniasih, 2018).Kelima hal tersebut adalah

health promotion (peningkatan kesehatan), specific protection

(perlindungan khusus), early diagnosis and prompttreatment (diagnosis

31
dini dan pengobatan segera), disability limitation (pembatasan

kemungkinan cacat), dan rehabilition (rehabilitasi).

5. Tahap–Tahap Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

kegiatan pendidikan kesehatan dilaksanakan secara ilmiah melalui

beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap sensitisasi, publisitas, edukasi, dan

motivasiInduniasih (2018). Berikut adalah penjelasan kelima tahap tersebut:

a. Tahap pertama atau tahap sensitisasi

Kegiatan ditahap ini adalah pemberian informasi untuk menumbuhkan

kesadaran pada masyarakat terhadap adanya hal–hal penting yang

berkaitan dengan kesehatan, seperti kesadaran terhadap adanya pelayanan

kesehatan, fasilitas kesehatan, dan kegiatan imunisasi. Kegiatan ditahap

ini tidaklah dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan tidak

mengarah pada perubahan sikap serta tidak atau belum bermaksud untuk

mengubah perilaku tertentu. Kegiatan ditahap ini hanya sebatas

pemberian informasi tertentu untuk merangsang masyarakat terhadap

perilaku kesehatan dan bentuk kegiatannya adalah radio spot, poster,

selebaran, dan lain-lain.

b. Tahap kedua atau tahap publisitas

Tahap ini menjadi kelanjutan dari tahap sensitisasi yang memiliki tujuan

untuk menjelaskan lebih lanjut tentang jenis pelayanan kesehatan

difasilitas pelayanan kesehatan seperti dipuskesmas, posyandu, polindes,

dan pustu.

32
c. Tahap ketiga atau tahap edukasi

Tahap edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah

sikap, dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan tersebut.

Cara yang digunakan di tahap ini adalah dengan kegiatan belajar

mengajar. Pada tahap ini, penting dilakukan peragaan ataupun

demonstrasi perilaku kesehatan.

d. Tahap terakhir atau tahap motivasi

Tahap ini memiliki makna bahwa setelah mengikuti pendidikan

kesehatan, baik individu maupun masyarakat, harus mampu mengubah

perilaku sehari–hari sesuai dengan perilaku yang dianjurkan. Kegiatan–

kegiatan di atas dilakukan secara berurutan dan bertahap. Oleh sebab

itulah, pendidik kesehatan harus menguasai ilmu komunikasi untuk tahap

sensitisasi dan publisitas serta menguasai ilmu belajar mengajar untuk

melaksanakan pendidikan kesehatan pada tahap edukasi dan motivasi.

6. Peran Perawat Dalam Pendidikan Kesehatan

a. Advokat

b. Pemberi Perawatan (Care Giver)

c. Manager Kasus

d. Konsultan

e. Culture Broker

f. Pendidik

1) Mengenali Dimensi Dari Pilihan – Pilihan Kesehatan

33
2) Mempromosikan Perawatan Kesehatan

3) Mengetahui Sumber Daya Yang Tersedia

4) Memfasilitasi Perilaku Kesehatan

5) Perantara Informasi

g. Innovator

h. Mediator

i. Negosiator

j. Analisa Kebijakan

k. Promotor Atau Collaborative Partnership

l. Tokoh Panutan (Role Model)

m. Sensitizer

n. Aktivis Sosial

34
D. Penelitian Terkait

Berdasarkan pengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian sejenis dari

beberapa jurnal publikasi. Adapun penelitian yang terkait dengan penelitian ini

adalah :

1. Hermawati, Dewi (2010) tentang Hubungan Karakteristik Wanita

Premenopause Dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di

Banda Aceh. Berdasarkan hasil penelitian, peningkatan wawasan tentang

perubahan yang terjadi menjelang menopause menjadi sangat penting untuk

di terapkan pada wanita pramenopause. Hal ini dapat menurunkan kecemasan

terhadap menopauase serta dapat meningkatkan penerimaan terhadap

menopause menjadi lebih baik. Desain penelitian ini adalah deskriptif

korelatif dengan pendekatan cross sectional dengan populasi berumur 40-50

tahun dan belum mengalami menopause. Teknik pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling pada 63 sampel. Data dianalisis

dengan menggunakan statistikmChi-square dengan confidence interval 95%

dan alpha (α) 0,05. Pengujian hipotesa jika p-value > nilai α maka hipotesa

null (Ho) diterima. Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa tidak ada

hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi

menopause (P=0,145, P>α), dan tidak ada hubungan antara status perkawinan

dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause (nilai P=1,000,

P>α).

35
2. Nurpatminingsih (2016) tentang Hubungan Antara Kesiapan Menopause

Dengan Kecemasan Menghadapi Menopause Pada Ibu PKK di Desa Gentan

Kecamatan Bondosari Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian diperoleh 2

hitung 15,832 (p-value = 0,000), sehingga H0 ditolak. Kesimpulan penelitian

terdapat hubungan Kesiapan menopause dengan kecemasan menghadapi

menopause pada ibu PKK di Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten

Sukoharjo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi

korelasi dan rancangan cross sectional. Sample penelitian adalah perempuan

usia 40 – 50 tahun yang akan memasuki masa menopause yakni sebanyak 54

responden dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data

menggunakan kuesioner yang dianaliswas menggunakan uji chi square.

36
E. Kerangka Teori

Wanita Dampak Menopause


Kecemasan Premeopause 1. Fisik
a. Rambut rontok
b. Sering berkeringat
c. Dada terasa panas
d. Vagina terasa kering
Faktor yang Mempengaruhi
e. Kulit mulai ada flek
menopause : hitam dan keriput
1. Usia Haid pertama f. Badan pegal
2. Jumlah anak
3. Faktor psikis 2. Psikologis
4. Wanita dengan a. Gairah seks menurun
histrektomi b. Mudah tersinggung
5. Pemakaian c. Insomnia
kontrasepsi d. Percaya diri menurun
6. Merokok e. Stres
7. Status ekonomi dan f. depresi
sosial
(Sibagariang,2010),(nirnda,2003
(Stuart, 2007)

Upaya-Upaya
Media
Pendididkan Mengurangi dampak gejala
Kesehatan Menopause :
1. Media cetak
2. Media 1. Terapi hormon
elektronik Pendidikan 2. Olahraga
(audio Visual)
Kesehatan 3. Nutrisi
3. Media papan
4. Gaya hidup
5. Pemeriksaan
Kecemasan kesehatan
(Kasdu, 2010)

Sumber :Sibagariang ( 2010);Stuart (2007); Kasdu (2010); Fitriani (2011)

37
BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini dibuat untuk memberikan arah dan gambaran alur

penelitian, yang telah dikembangkan dari kerangka teori serta hubungan pada

variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel

yang ingin peneliti ketahui dan teliti, yaitu teknik media audiovisual (independent)

dan terhadap kecemasan sebagai variabel terikat (dependent). Pada penelitian ini

terdapat variabel pengganggu (confounding) yaitu pendidikan, Pekerjaan, dan

status sosial dan ekonomi yang dianggap dapat mempengaruhi hasil penelitian ini,

tetapi untuk variabel confonding sendiri tidak diteliti. Berikut ini bagan mengenai

kerangka konsep yang akan dilakukan oleh peneliti.

Bagan 3.1. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Tingkat
PenkesMedia
audiovisual Kecemasan

1. Pendidikan.
2. Pekerjaan.

Variabel confounding

38
B. Definisi Operasional

Tabel 3. 1 Definisi Operasional

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Variabel Media audio visual Video Menggunaka 1. Dilakukan Rasio

Independent merupakan bentuk pendidikan n lembar 0. Tidak

Media media pembelajaran kesehatan SOP dilakukan

audiovisual gabungan antara

media audio visual

(gambar) dan suara

sehingga membentuk

sebuah video animasi

berisi informasi

mengenai hal yang

berkaitan tentang

menopause.

Variabel Perasaan atau kondisi Kuesioner Angket 1. Skor Rasio


kecemasan
Dependent ketidakstabilan dengan
berdasarkan
kecemasan psikologis, ditandai menggunakan
pre dan post
dengan gejala HARS setelah
intervensi
fisiologis dan
Rata-rata pre :
psikologis, terjadi saat
20,00

39
individu mengalami Rata-rata post :
18,46
tekanan perasaan,
2. Skor
frustasi, khawatir serta
kecemasan
ketakutan terhadap berdasarkan
pre dan post
menopause
penelitian
pada
kelompok
kontrol.
Rata-rata pre :
14,75
Rata-rata post :
14,58

Pendidikan Jenjang pendidikan Kuesioner Wawancara 1. Rendah Ordinal


formal terakhir yang (SD,SMP)
ditempuh oleh 2. Menengah
responden dengan (SMA)
status “Lulus /Tamat” 3. Tinggi
(perguruan
tinggi)

(UU No 20 tahun
2003 )
Pekerjaan Sesuatu yang Kuesioner Wawancara 1. Bekerja Nomin
dikerjakan sehari-hari 2. Tidak al
untuk mendapatkan Bekerja

40
nafkah atau
penghasilan.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam suatu penelitian ini berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Notoatmodjo, Metodologi penelitian kesehatan, 2018).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini diajukan sehubungan dengan

masalah adalah :

Ha : Terdapat pengaruh penkes dengan media audiovisual terhadap kecemasan

pada wanita premenopause di puskesmas kampus tahun 2019.

41
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasy Eksperiment.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Non Equvalent

Control Group Design, dimana penelitian ini terdapat dua kelompok subjek yaitu

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (eksperimen) yang keduanya

dilakukan observasi sebelum diintervensi (pretest), dan diobservasi kembali

setelah intervensi (posttest). Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian

ini adalah cross-sectional yang merupakan jenis penelitian yang menekankan pada

waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu

kali, pada satu saat (Notoatmodjo, Metodologi penelitian kesehatan, 2018).

Alur penelitian ini adalah kelompok yang digunakan kelompok perlakuan

(kelompok eksperimen) dilakukan pretest (O1), lalu diberi perlakuan/treatment (X)

yaitu dengan intervensi dengan media audiovisual setelah itu diberi posttest (O2),

pada kelompok kontrol juga dilakukan pretest (O3), namun tidak dilakukan

intervensi, kemudian diberi posttest (O4). Desain penelitian dapat dilihat di gambar

berikut :

42
O1 X O2

O3 O4

Bagan 4.1. Rancangan Penelitian

Keterangan :

O1 : Kelompok Ibu premenopause saat awal penelitian kelompok intervensi

(pretest).

X : media audiovisual

O2 : Kelompok Ibu premenopause saat akhir penelitian kelompok intervensi

(posttest)

O3 : Kelompok Ibu premenopause saat awal penelitian pada kelompok kontrol.

O4 : Kelompok Ibu premenopause saat akhir penelitian pada kelompok kontrol.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu berusia 40-50 tahun

di Rt 45. wilayah kerja puskesmas kampus palembang pada tanggal 12-17 Juni

2019 dengan junlah 94 orang.

43
2. Sampel

a. Besaran sampel

Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi digunakan

perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan para ahli.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus :

N. Z² p. q
𝑛=
d² (N − 1) + Z² p. q

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

Z² = Nilai standard normal untuk α = 0,05 ( 1,96)

p = Perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%

q =1-p ( 100%-p)

d =Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang didiinginkan (d=0,1)

N = Perkiraan besar populasi

Perhitungan sampel penelitian :

N. Z² p. q
𝑛=
d² (N − 1) + Z² p. q
94 ∗ (1,96)2 ∗ 0,5 ( 1 – 0,5)
𝑛=
(0,1)² (94 − 1) + (1,96)2 ∗ 0,5 ( 1 – 0,5)
94 ∗ 3,8 ∗ (0,5 − 0,25)
𝑛=
(0,94 − 0,01) + 3,8 ∗ (0,5 − 0,25)
94 ∗ (1,9 − 0,95)
𝑛=
0,93 + 0,95

44
89,3
𝑛=
1,88
𝑛 = 47,5
𝑛 ≈ 48
Pengambilan besar sampel menggunakan teknik Non Probability

Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah ibu berusia 40-50 tahun .

Untuk mengurangi bias, peneliti menentukan kriteria inklusi dan eksklusi.

1) Kriteria inklusi kelompok eksperimen dan kontrol adalah :

a) Ibu berusia 40-50 tahun

b) Mampu berkomunikasi dengan baik.

c) Ibu yang bersedia menjadi responden

d) Ibu yang masih mengalami menstruasi

2) Pada penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :

a) Ibu < 40 tahun atau > 50 tahun (sudah menopause)

b) Ibu yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

c) Ibu yang tidak bersedia menjadi responden

d) Ibu yang tidak mengalami menstruasi lagi

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kampus Palembang pada tanggl

12-17 Juni 2019.

45
D. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis data

a. Data primer

Data primer diambil dengan cara langsung melalui observasi

terjadinyakecemasan pada ibu premenopause dan wawancara dengan

menggunakan alat bantu yaitu format penilaian skala kecemasan pada

responden danlembar obeservasi. Data primer yang diambil yaitu data

kategorik berupa data pendidikan responden, dan data pekerjaan

responden, serta data numerik berupa data skala kecemasan pada ibu

premenopause sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

b. Data sekunder

Data sekunder diperoleh melalui data penduduk responden di

puskesmas kampus palembang yang digunakan sebagai bagian untuk

melengkapi data dari penelitian.

2. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara sebagai

berikut :

a. Peneliti menunjukkan surat izin kepada institusi Poltekkes Kemenkes

Palembang Prodi D.IV Keperawatan, peneliti mengajukan izin kepada

kepala Puskesmas Kampus Palembang Tahun 2019

46
b. Setelah mendapatkan izin dari kepala Puskesmas kampus Palembang

tahun 2019, peneliti melakukan penelitian dengan mengambil sampel

dari populasi yang ada sesuai kriteria inklusi sampel.

c. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden dan melakukan

identifikasi terhadap responden dengan kriteria inklusi dibantu oleh

pihak Puskesmas kampus Palembang tahun 2019 Kemudian responden

diberikan informed consent dan penjelasan manfaat dari penelitian.

d. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, selanjutnya

peneliti memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan

dilakukan selama penelitian.

E. Instrumen dan bahan penelitian

1. Instrumen penelitian

Merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Alat

ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Data karakteristik responden diperoleh dengan wawancara

langsung bersama responden, yang isinya menekankan pada informasi

karakteristik yaitu : nama, usia, pendidikan, status sosial dan pekerjaan.

b. Observasi

Pengukuran observasi dilakukan melalui lembar observasi.

Perubahan respons kecemasan menggunakan Skala kecemasan dapat

47
diobservasi sebelum dan setelah dilakukan intervensi teknik media

audiovisual pada kelompok eksperimen, dan pada kelompok kontrol

dilakukan pengukuran skala kecemasansebelum dan sesudah tanpa

intervensi.

2. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

kecemasan, HARS. ( lestari T , 2014 )

a. Kuesioner Kecemasan, HARS

Instrumen yang digunakan adalah jenis kuesioner dengan pertanyaan

yang sudah disediakan jawaban yang bersifat tertutup.Kuesioner tertutup yang

digunakan dan didesain berdasarkan skala model likert berisi sejumlah

pertanyaan yang menyatakan obyek yang hendak diungkap.

Setiap item disusun menurut skala Likert yaitu selalu, sering, kadang-

kadang, dan tidak pernah (TP). Untuk pertanyaan yang favorablemaka

penghitungan skor atau nilainya adalah:

1) Tidak ada kecemasan : nilai 0

2) Kecemasan ringan : nilai 1

3) Kecemasan sedang : nilai 2

4) Kecemasan berat : nilai 3

5) Kecemasan berat sekali : nilai 4

Sedang pertanyaan yang Unfavorable perhitungan skor atau

1) Tidak ada kecemasan : nilai 0

48
2) Kecemasan ringan : nilai 1

3) Kecemasan sedang : nilai 2

4) Kecemasan berat : nilai 3

5) Kecemasan sangat berat : nilai 4

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah proseder administratif dan prosedur

teknis:

1. Prosedur Administratif

Penelitian dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari

pembimbing penilitian dan izin melakukan penelitian dari Puskesmas Kampus

kota Palembang. Pada tahap ini peneliti harus mengurus perizinan tempat

penelitian dengan megajukan izin penelitian dari direktur Poltekkes

Kemenkes Palembang yang diajukan ke badan kesatuan bangsa dan politik

kota Palembang. Setelah mendapatkan izin lalu peneliti ke Dinas Kesehatan

Kota Palembang.Kemudian Dinas Kesehatan Kota Palembangakan

memberikansurat rekomendasi untuk melakukan penelitian di Puskesmas

Kampus Kota Palembang.

49
2. Prosedur Teknis

a. Tahap Persiapan

1) Persiapan Instrumen

Instrument dalam penelitian ini adalah :

a) Laptop

b) Sound System

c) LCD

2) Persipan Peneliti

a) Menyeleksi responden penelitian sesuai dengan kriteria

inklusi

b) Memperkenalkan diri dengan responden.

c) Menjelaskan perihal penelitian meliputi tujuan, prosedur

atau pelaksaan, waktu, manfaat penelitian dan hak-hak

responden

d) Meminta kesediaan untuk menjadi responden penelitian

dengan menandatangani inform concent.

3) Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada

responden

b) Menjelaskan tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan

tentang menopause dengan metode audiovisual.

50
c) Setelah itu melakukan kontrak waktu dan menyebutkan

materi yang akan disampaikan mengenai menopause

d) Membagikan kuesioner pre intervensi kepada responden

untuk diisi dan memberikan penjelasan mengenai

kuesioner

e) Menjelaskan materi tentang pre menopause mulai dari

definisi, penyebab, gejala, upaya pencegahan dan

pengobatan serta pelayanan kesehatan bagi wanita pre

menopause.

f) Membagikan kuesioner post intervensi kepada responden

untuk diisi dan memberikan penjelasan mengenai

kuesioner

g) Mengumpulkan lembar kuesioner

Kemudian melakukan evaluasi, tanya jawab, menyimpulkan hasil kegiatan

dan mengucap salam.

G. Manajemen data

Proses pengolahan data yang dilakukan berdasarkan langkah-langkah

sebagai berikut (Notoatmodjo, Metodologi penelitian kesehatan, 2018):

a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan data. Setelah seluruh

data terkumpul peneliti memeriksa kembali nama dan karakteristik responden

51
satu persatu serta hasil pengukuran respons kecemasan responden sebelum

dan sesudah diberi intervensi.

b. Coding

Setelah data di edit atau di sunting, selanjutnya dilakukan pengkodean

atau coding, yakni merubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data

angka atau bilangan. Pengkodingan dilakukan pada variabel pendidikan,

pekerjaan status sosial dan ekonomi.

c. Entry atau Processing

Entry merupakan suatu proses memasukkan data kedalam program

pengolahan data untuk kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan

program statistik dalam komputer. Setelah melakukan pengkodean, peneliti

memasukkan data kedalam program pengolahan data statistik (IBM SPSS

Statistics 22).

H. Analisis data

Analisis data pada penelitian ini dibedakan menjadi univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, Metodologi penelitian

kesehatan, 2018). Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan karakteristik variabel yang diteliti, yaitu data karakteristik

52
responden dan skala kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi.

Hasil analisis data berupa rata-rata dan persentase dari masing-masing

variabel termasuk mean, median, standar deviasi, minimum, maksimum dan

95% CI.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesa yang telah

dirumuskan yaitu Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audiovisual

Uji statistik yang digunakan adalah independent t-test, dilakukan untuk

mengetahui apakah ada perbedaan yang bermakna terhadap kecemasan pada

wanita menopause sebelum dan sesudahpadakelompok intervensi dan

kelompok kontrol.

I. Etika penelitian

Etika dalam penelitian menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan

dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan publikasi hasil

penelitian (Notoatmodjo, Metodologi penelitian kesehatan, 2018). Etika penelitian

dalam penelitian ini antara lain :

1. Inform consent (lembar persetujuan)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

dengan memberikan formulir persetujuan. Tujuan informed concent adalah

agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta manfaat dan dampak

dari penelitian yang dilakukan. Jika subyek bersedia maka mereka harus

53
menandatangani formulir persetujuan. Jika subyek tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Semua manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu. Pada penelitian ini peneliti tidak akan menampilkan

informasi mengenai identitas baik nama maupun asal subyek dalam alat ukur

apapun untuk menjaga kerahasian identitas subyek. Peneliti akan

menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti

identitas responden.

3. Justice (Keadilan)

Peneliti perlu menjaga prinsip adil dengan kejujuran, keterbukaan dan

kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga

memenuhi prinsip keterbukaan, yakni menjelaskan prosedur penelitian pada

responden. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua responden

memperoleh perlakuan yang sama tanpa membedakan gender, agama, etnis

dan sebagainya.

4. Beneficence (Manfaat)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian. Peneliti meminimalisasi dampak merugi bagi subyek

(nonmalficence). Adapun manfaat untuk subyek penelitian khususnya

54
kelompok kontrol agar diberikan leaflet secara individu. tujuan diberikan

penyuluhan secara klinis.

55
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian Puskesmas Kampus

Puskesmas Kampus berdiri sejak tahun 1978 dengan nama Puskesmas

Kampus, dimana bangunannya berada diatas tanah hibah dari Pemerintah

Propinsi Sumatera Selatan dengan luas tanah 1560 m2 dengan wilayah kerja

Kecamatan Ilir Barat I. Pada waktu pertama berdiri Puskesmas Kampus

memberikan pelayanan/pengobatan umum, pengobatan gigi dan KIA.

Puskesmas Kampus terletak di Jalan Golf Blok G-5 Rt. 31 Kampus

Palembang. Masyarakat yang ingin berobat dapat menjangkaunya dengan

berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan bermotor.Puskesmas Kampus

tidak dilewati kendaraan umum.

Secara fisik Puskesmas Kampus mengalami perbaikan total pada tahun

2015, sehingga tampak seperti penampilan saat ini. Dengan penampilan yang

menarik dan SDM yang memadai Puskesmas Kampus akan memberikan

pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Dalam rangka implementasi Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah (PPK‐BLUD), maka Puskesmas Kampus perlu disesuaikan

berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. Maka struktur organisasi

Puskesmas Kampus dikembangkan dari organisasi yang saat ini ada. Perubahan

56
paling mendasar dilakukan untuk membenahi aspek pengelolaan keuangan,

pengawasan, monitoring dan evaluasi. Sedangkan bagian lain hanya akan

berubah secara minor atau tidak dilakukan perubahan sama sekali. Penguatan

dalam akuntabilitas dan transparansi organisasi menjadi tujuan utama dalam

pembenahan organisasi.

Berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor 3 tahun 2013 tanggal

15 Januari 2013, tantang Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

Pusat Kesehatan Masyarakat), struktur organisasi Puskesmas Kampus

Palembang adalah sebagai berikut:

a. Unsur Pimpinan, yaitu Kepala Puskesmas

b. Unsur Pembantu Pimpinan yaitu Sub Bagian Tata Usaha

c. Unsur Pelaksana, yaitu Koordinator Program

d. Kelompok Jabatan Fungsional

Puskesmas Kampus baru ditetapkan menjadi Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD)Penuh pada tahun 2014, dan belum dibentuk Dewan Pengawas.

Dewan Pengawas bisa dibentuk jika omzet penerimaan Puskesmas Kampus telah

mencapai 15 Milyar atau nilai aset telah mencapai 75 Milyar. Puskesmas Kampus

mendapatkan sertifikat iso 9001: 2008 dari NQA pada tahun 2016.

57
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Responden

1) Pendidikan

Gambaran karakteristik pendidikan responden dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5. 1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendidikan di wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019 (n=48)
NO Pendidikan Responden Ʃ %
1 Rendah (SD dan SMP) 17 35,4
2 Menengah (SMA) 26 54,2
3 Tinggi (Perguruan Tinggi) 5 10,4

Dari tabel 5.1 dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi

pendidikan responden di wilayah kerja Puskesmas Kampus tahun

2019 tertinggi pada jenjang pendidikan menengah (SMA) sebesar

54,2 % (26 responden) dan frekuensi terendah terdapat pada jenjang

pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) sebesar 10,4% (5 responden).

2) Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

58
Tabel 5. 2
Distribusi Frekuensi Karakteristik responden berdasarkan
Pekerjaan di wilayah kerja puskesmas kampus tahun 2019 (n=48)
Pekerjaan
NO Ʃ %
Responden
1 Bekerja 21 43,8
2 Tidak Bekerja 27 56,3

Dari tabel 5.2 dapat digambarkan bahwa distribusi frekuensi

pekerjaan wanita premenopause dari 48 responden, tertinggi yaitu

tidak bekerja sebanyak 27 responden (56,3%), sedangkan yang

bekerja hanya 21 responden (43,8%).

3) Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

a) Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi

Tabel 5. 3
Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita
Premenopause Sebelum dan Sesudah pada Kelompok
Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Tahun 2019

Level Median Sdt. Min-


Mean Range
Kecemasan Deviasi Max
Prettest 20,00 20,00 20 5,332 7-27
Posttest 18,46 20,00 20 5,167 7-27

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa

Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio

59
visual (video) adalah 20,00 dengan standar deviasi 5,332 dan

level kecemasan minimum adalah 7 dan level kecemasan

maksimum 27. Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan

media audio visual (video), rata- rata rata-rata level kecemasan

adalah 18,46 dengan standar deviasi 5,167 dan level kecemasan

minimum adalah 7 dan level kecemasan maksimum 27.

b) Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

Sebelum dan Sesudah pada pada Kelompok Kontrol.

Tabel 5. 4
Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita
Premenopause Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Kontrol
di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Tahun 2019
Level Median Sdt. Min-
Mean Range
Kecemasan Deviasi Max
Prettest 14,75 15,50 22 3,698 8-20
Posttest 14,58 15,00 20 3,586 8-20

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa

Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

saat pretest kelompok kontrol adalah 14,75 dengan standar

deviasi 3,698 dan level kecemasan minimum adalah 8 dan level

kecemasan maksimum 20. Saat posttest, rata- rata rata-rata

level kecemasan adalah 14,58 dengan standar deviasi 3,386 dan

level kecemasan minimum adalah 8 dan level kecemasan

maksimum 20.

60
2. Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan analisa statistik, terlebih dulu dilakukan uji

asumsi atau uji prasyaratan analisis yaitu normalitas dan homogenitas.

Pengujian normalitas menggunakan Uji Shapiro-WilkTestkarena jumlah

sampel yang digunakan < 50 sampel. Untuk menentukan data tersebut

normal atau tidak, maka nilai Asymp. Sig dibandingkan dengan 0,05. Jika

Asymp. Sig >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut adalah

normal. Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas dengan Levene Test dengan

Asymp. Sig >0,05. Jika Asymp. Sig >0,05 maka dapat disimpulkan bahwa

varians antara kedua kelompok bersifat homogen.

Tabel 5. 5
Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas

Shapiro-Wilk Homogeneity Test


Variabel
p-Value p-Value
Pretest
Intervensi 0,184
0,224
Kontrol 0,107
Posttest
Intervensi 0,345
0,158
Kontrol 0,205

Pada tabel 5.6 diatas, hasil menunjukkan data pretest dan posttest

pada kedua kelompok bersifat homogen karena memiliki varians yang sama

(p>0,05). Data pretest dan posttest pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol berdistribusi normal (p>0,05). Dari penjelasan tersebut, dapat

61
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal sehingga uji yang digunakan

adalah uji parametrik dengan menggunakan uji Independent.

1) Perbedaan Rata-Rata Tingkat Level Kecemasan (pretest dan posttest)

pada Kelompok Intervensi

Tabel 5. 6
Perbedaan Level Kecemasan pretest dan posttest pada Kelompok
Intervensi di Wilayah Kerja Kampus Tahun 2019 (n=15)

Level Sdt.
Mean p-Value
Kecemasan Deviasi
Prettest
1,542 1,933 0,001
Posttest

Berdasarkan tabel 5.7 Menunjukan hasil menggunakan

Independent t-Test didapatkan nilai mean antara pretest dan posttest

yaitu 1,542, dengan standar deviasi 1,933 dan p-value atau Asymp.sig

(2-tailed) sebesar 0,001 yang artinya p<0,05. Dalam hal ini, ada

perubahan level kecemasan saat pretest dan posttest pada kelompok

intervensi.

2) Perbedaan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause (pretest

dan posttest) pada Kelompok Kontrol

62
Tabel 5. 7
Perbedaan Level Kecemasan pretest dan posttest pada Kelompok
Kontrol di Wilayah Kerja Kampus Tahun 2019 (n=15)

Level Kecemasan Mean Sdt. Deviasi p-Value


Prettest
0,167 0,637 0,213
Posttest

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukan hasil menggunakan uji

Independent T-Test didapatkan nilai mean antara pretest dan posttest

yaitu 0,167, dengan standar deviasi 0,637 dan p-value atau Asymp.sig

(2-tailed) sebesar 0,213 yang artinya p>0,05. Dalam hal ini, tidak ada

perubahan level kecemasan saat pretest dan posttest pada kelompok

kontrol.

3) Perbedaan Level Kecemasan Wanita Premenopause pada Kelompok

Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus

Tahun 2019

Tabel 5. 8
Perbedaan Level Kecemasan pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Kampus
Tahun 2019 (n=48)

[Kelompok Variabel p-Value


Posttest Intervensi
Kontrol 0,004

Berdasarkan tabel 5.9 hasil statistik didapatkan pada kelompok

intervensi dan kontrol p-value sebesar 0,004 (p<0,05) yang berarti Ha

63
diterima dan Ho ditolak dengan demikian dapat diketahui bahwa ada

pengaruh pemberian Pendidikan Kesehatan deng Media Audio Visual

terhadap Kecemasan pada Wanita Premenopause Tahun 2019.

C. Pembahasan

1. karakteristik responden

a. Pekerjaan

Hasil penelitian ini menujukkan responden wanita premenopause

mayoritas tidak bekerja sebanyak 56,3%. Pekerjaan akan mempengaruhi

kesibukan seseorang dan mempengaruhi akses untuk memperoleh

pengetahuan. Orang yang bekerja biasanya mempunyai pola pikir yang

lebih luas dibandingkan yang tidak bekerja. Hal ini dipengaruhi oleh

interaksi sosial yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan

pengalaman dan tingkat pengetahuan. Selain itu, Lingkungan fisik

dimana seseorang bekerja dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya

penyakit tertentu (Potter dan Perry, 2002). Hal ini sesuai dengan teori

Lee (2008) yang menyatakan bahwa tingkat pekerjaan mempunyai

pengaruh terhadap pengetahuan, padatnya aktivitas seorang wanita

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap diri sendiri. Menurut hasil

wawancara penelitian yang dilakukan peneliti dengan responden sebagian

besar responden yang tidak bekerja mendapatkan uang dari anak-anaknya,

64
jadi walaupun mereka tidak bekerja mereka bisa memenuhi kebutuhan

sehari-harinya dan biaya pengobatan.

b. Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian ini didapatkan data diatas menunjukan bahwa

tingkat pendidikan responden pada penelitian ini sebagian besar pada level

pendidikan SMA sebesar 54,2%. Menurut Hanifah (2008) menyebutkan

bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan lebih antisipatif

(berpikir panjang), sehingga penanganan penyakit yang lebih cepat dan

illness perception yang lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah.

Hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifah

(2008) bahwa semakin rendah pendidikan seseorang maka, ketakutan

akan kematian semakin rendah. Hal tersebut dikarenakan responden

yang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang sederhana,

sehingga menyebabkan rasa takut yang muncul juga sederhana atau

rendah.

Namun pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

(Adawiyah dkk, 2014) menunjukkan mayoritas respondennya

berpendidikan rendah/sedang ada 29 orang (59,2%) dan berpendidikan

tinggi ada 20 orang. Menurut teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo

(2014), Seseorang dengan pendidikan yang baik, lebih matang terhadap

proses perubahan pada dirinya, sehingga lebih mudah menerima pengaruh

65
luar yang positif, objektif dan terbuka terhadap berbagai informasi

termasuk tentang kesehatan. Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian yang

demikian mungkin dikarenakan kurang kondusifnya suasana penelitian

sehingga responden menjawab pertanyaan peneliti dengan seadanya.

c. Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

1) Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

Sebelum dan Sesudah pada Kelompok Intervensi. Hasil penelitian ini

didapatkan bahwa Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita

Premenopause sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media

audio visual (video) adalah 20,00 dengan standar deviasi 5,332 dan

level kecemasan minimum adalah 7 dan level kecemasan maksimum

27. Setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan media audio visual

(video), rata- rata rata-rata level kecemasan adalah 18,46 dengan

standar deviasi 5,167 dan level kecemasan minimum adalah 7 dan level

kecemasan maksimum 27.

2) Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita Premenopause

Sebelum dan Sesudah pada pada Kelompok Kontrol. Hasil penelitian

didapatkan bahwa Perubahan Rata-Rata Level Kecemasan Wanita

Premenopause saat pretest kelompok kontrol adalah 14,75 dengan

standar deviasi 3,698 dan level kecemasan minimum adalah 8 dan level

kecemasan maksimum 20. Saat posttest, rata- rata rata-rata level

66
kecemasan adalah 14,58 dengan standar deviasi 3,386 dan level

kecemasan minimum adalah 8 dan level kecemasan maksimum 20.

Menopause merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat, berasal dari bahasa yunani yang berarti berhenti haid (apause in the

menses) (Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4, 2016).

Menopause terjadi pada perempuan yang memasuki usia menjelang 50 tahun.

Melalui usia tersebut bagian universal dan irreversibel dari keseluruhan proses

penuaan yang melibatkan sistem reproduksi dimana siklus haid setiap bulannya

mulai terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali. Terganggunya atau

sampai hilangnya proses haid pada wanita tersebut disebabkan penurunan dan

hilangnya hormon estrogen, hal ini merupakan masalah yang normal, yang sadar

atau tidak akan dilalui oleh perempuan dalam kehidupannya. Menopause

merupakan masalah normal sedangkan penerimaannya berbeda-beda diantara

para perempuan (Nurpatminingsih, 2016).

Menopause ini disebabkan oleh penuaan ovarium yang mengarah ke

penurunan produksi ovarium Gonadotropin, Estrogen, dan Progesteron.

Kekurangan hormon ini memunculkan berbagai somatik, vasomotor, seksual dan

gejala psikologis lainnya yang mengganggu (Nurpatminingsih, 2016).

Menopause menandai akhir masa reproduksi seorang wanita dan biasanya terjadi

pada wanita berusia antara 45 dan 55 tahun dengan usia rata – rata 51 tahun

(Koes, 2014). Kecemasan akan datangnya masa menopause umumnya terjadi

pada perempuan yang memasuki usia 50 tahun. Rasa takut yang dialami oleh

67
wanita antara lain, kecantikan memudar dan rasa khawatir akan kehilangan suami

karena gairah seksual menurun. Setelah usia 45 tahun, seorang perempuan masih

mengalami menstruasi tetapi tidak teratur lagi, sebagian perempuan telah

mengalami gejala pre menopause.

Masa menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang berupa

penurunan produksi hormon estrogen dari indung telur karena ovarium yang

sudah tua (Nurpatminingsih, 2016). Beberapa gejala fisik yang dialami oleh

seorang perempuan yang memasuki fase menopause yaitu rasa panas atau hot

flues yang merupakan sensasi tiba - tiba panas dan berkeringat terutama pada

tubuh bagian atas. Hot flashes terutama dan yang paling intensif terjadi pada

wanita peri dan pasca menopause (Nurpatminingsih, 2016), berkeringat saat

malam hari, susah tidur, sakit kepala, kesusahan menahan buang air kecil, detak

jantung meningkat, dan peningkatan berat badan (Spencer & Brown, 2007 dalam

Nurpatminingsih, 2016). Selain itu juga disertai dengan beberapa gejala psikis

yang menonjol berupa suasana hati yang berubah ubah, mudah tersinggung,

emosi labil, merasa tidak berharga, dan munclnya kecemasan yang dapat

mengganggu aktifitas sehari- hari (Nurpatminingsih, 2016). Perubahan-

perubahan yang terjadi baik secara fisik, psikis maupun seksual akan

menyebabkan wanita yang sedang menghadapi menopause cemas dan khawatir.

Kecemasan yang mereka alami sering dihubungkan dengan kekhawatiran dalam

menghadapi situasi yang sebelumnya belum pernah terjadi. Wanita seperti ini

biasanya sangat sensitif terhadap pengaruh emosional. Umumnya wanita tersebut

68
kurang mendapat informasi yang benar sehingga dibayangannya yang ada hanya

efek negatif yang akan dialami setelah masa menopause (Nurpatminingsih,

2016). Salah satu cara untuk memperoleh informasi adalah dengan adanya

pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan

kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan

untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal(Atikah,

2016). Pendidikan kesehatan adalah tindakan penting dan merupakan proses

belajar, yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan pengetahuan ibu-ibu

mengenai persiapan wanita menghadapi menopause (Atikah, 2016). Dengan

memberikan penyuluhan, diharapkan masyarakat bisa lebih siap dalam

menghadapi menopause sehingga dapat menurunkan kekhawatiran mereka dan

meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat. Salah satu pertanda bahwa

seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang

itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat

pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Belajar yang efektif harus dimulai

dari pengalaman langsung atau pengalaman konkrit dan menuju kepada

pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan

media pembelajaran (Hasan, 2016).

Media mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan pendidikan

kesehatan. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki akan ditentukan oleh

69
kerelevansian penggunaan media. Media yang dapat digunakan salah satunya

adalah media audio visual. Media audio visual merupakan bentuk media

pembelajaran gabungan antara media audio visual (vidio). Media audio visual

adalah salah satu sarana yang tepat dalam proses pendidikan kesehatan. Dalam

kenyataannya dilapangan banyak yang tidak menggunakan media audio visual

dalam proses pembelajaran (Hasan, 2016).

Induniasih & Ratna (2018) bahwa bahan-bahan audio visual dapat

memberikan banyak manfaat dan berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Sebagai media pembelajaran dalam pendidikan kesehatan. Sebagai media

pembelajaran dalam pendidikan kesehatan, media audio-visual mempunyai sifat

sebagai berikut, yaitu kemampuan untuk meningkatkan persepsi, kemampuan

untuk meningkatkan pengertian, kemampuan untuk meningkatkan transfer

(pengalihan) belajar, kemampuan untuk memberikan penguatan atau

pengetahuan hasil yang di capai, dan kemampuan untuk meningkatkan retensi

(ingatan) (Induniasih & Ratna, 2017). Kelebihan media audio visual adalah

pemakaiannya tidak membosankan, hasilnya lebih mudah untuk dipahami, dan

informasi yang diterima lebih jelas dan cepat dimengerti (Hasan, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan hasil menggunakan uji

Independent t-test didapatkan nilai mean antara pretest dan posttest yaitu 1,542,

dengan standar deviasi 1,933 dan p-value atau Asymp.sig (2-tailed) sebesar 0,001

yang artinya p<0,05. Dalam hal ini, ada perubahan level kecemasan saat pretest

dan posttest pada kelompok intervensi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan

70
hasil menggunakan uji Independent t-Test didapatkan nilai mean antara pretest

dan posttest yaitu 0,167, dengan standar deviasi 0,637 dan p-value sebesar 0,213

yang artinya p>0,05. Dalam hal ini, tidak ada perubahan level kecemasan saat

pretest dan posttest pada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pada kelompok intervensi dan

kontrol p-value sebesar 0,004 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak

dengan demikian dapat diketahui bahwa ada pengaruh pemberian Pendidikan

Kesehatan deng Media Audio Visual terhadap Kecemasan pada Wanita

Premenopause Tahun 2019. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Hermawati, Dewi (2010) tentang Hubungan Karakteristik Wanita

Premenopause Dengan Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Menopause di

Banda Aceh. Peningkatan wawasan tentang perubahan yang terjadi menjelang

menopause menjadi sangat penting untuk di sampaikan pada wanita

pramenopause. Hal ini dapat menurunkan kecemasan terhadap menopauase serta

dapat meningkatkan penerimaan terhadap menopause menjadi lebih baik.

71
D. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan,

walaupun peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk membuat hasil penelitian

ini sempurna. Peneliti menyadari bahwa keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Jumlah responden dalam satu pertemuan tidak dapat memenuhi jumlah

sampel, sehingga dilakukan dua kali pertemuan.

2. Intervensi hanya dapat dilakukan satu kali pada kelompok intervensi

3. Pengukuran kecemasan dialkukan pada hari yang Sama , pada kelompok

intervensi waktu yang digunakan untuk mengukur kecemasan kurang lebih

selama 1 jam , pada kelompok kontrol kurang lebih 15 menit

72
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media audio visual terhadap

tingkat kecemasan ibu pre- menopause di Puskesmas Kampus Palembang adalah

sebagai berikut :

1. Pendidikan responden banyak pada jenjang pendidikan menengah (SMA)

sebesar 54,2 %. Pekerjaan responden banyak yang tidak bekerja sebanyak 27

responden (43,8%),

2. Terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi

pada kelompok yang diberi pendidikan kesehatan dengan metode audio visual

ada perubahan level kecemasan saat pretest dan posttest pada kelompok

intervensi (ρ value sebesar 0,001).

3. Tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah pada

kelompok kontrol (ρ value sebesar 0,213).

4. Ada pengaruh pemberian Pendidikan Kesehatan denga Media Audio Visual

terhadap Kecemasan pada Wanita Premenopause Tahun 2019 (ρ value sebesar

0,004).

73
B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan perawat dapat meningkatkan pelayanan melalui

pengembangan asuhan keperawatan khususnya pada ibu pre menopause untuk

tidak cemas dalam menghadapi masa menopause .

2. Bagi Peneliti

Diharapkan peniliti dapat menambah wawasan dalam

mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh khususnya pemberian pendidikan

kesehatan dengan metode media audio visual untuk menurunkan rasa cemas

ibu

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai awal penelitian

berikutnya dengan menggunakan jumlah responden yang lebih besar dan

representatif dengan metode yang lebih akurat, serta meneliti dari faktor lain

yang lebih banyak lagi dan menggunakan sudut pandang yang lebih relevan

dengan keadaan masyarakat.

5. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan untuk kedepannya Poltekkes Kemenkes Palembang dapat

memberikan waktu yang lebih longgar kepada peneliti agar penelitian bisa

dilakukan secara maksimal.

74
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Y. C. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Coping Strategy


Pada Ibu Yang Memiliki Anak Penyandang Tunagrahita. Retrieved from
http://repository.upi.edu/3885/6/S_PSI_0800932_Chapter3.pdf
Atikah, S. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kesiapan Menghadapi
Menopause Pada Ibu Premenopause Di Dusun Klawisan Margoagung Sleman
Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta. melalui
http://digilib.unisayogya.ac.id/2479/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20SRI%2
0ATIKAH.pdf akses tanggal 07 November 2018.
Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hasan, H. (2016). Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Ketuntasan Belajar IPS
Materi Perkembangan Teknologi Produksi, Komunikasi, dan Transportasi Pada
Siswa Kelas IV SD Negeri 20 Banda Aceh. Jurnal Pesona Dasar Vol. 3 No. 4,
22-33.
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/download/7538/6205
Induniasih, & Ratna, W. (2018). Promosi Kesehatan : Pendidikan Kesehatan dalam
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Joseph, & Nugroho. (2010). Catatan Kuliah Obstetri dan Gynekologi. Jakarta: Nuha
Medika.
Kasdu. (2004). Kiat Sehat Dan Bahagia Diusia Menopause. Jakarta: Puspa Swara.
Kasdu, D. (2008). Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Puspa Sehat.
Kemenkes. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI 2015-2019.
Kementerian Kesehatan RI.
Koes, I. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabet.
Nirmala. (2003). Hidup Sehat dengan Menopause. Jakarta: Buku Populer Nirmala.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurpatminingsih, S. (2016). Hubungan Antara Kesiapan Menopause Dengan
Kecemasan Menghadapi Menopause Pada Ibu PKK Di Desa Gentan
Kecamatan Bendosari Kabpuaten Sukoharjo. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. jakarta: salemba medika.
Proverawati, A. (2010). Menopause dan Sindrome Pre Menopause. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Putri, D. R. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Tentang
Menopause Pada Ibu-Ibu Pkk Dukuh Menjing Rt 03 Donohudan Ngemplak
Boyolali. Surakarta: Universitas Muhammadiyah

75
Surakarta.http://eprints.ums.ac.id/53030/11/HALAMAN%20DEPAN%20revi
si.pdf
Salmah, S. (2018). Pengantar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta timur.
Sibagariang, & dkk. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media.
Stuart, & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Jakarta: EGC.
Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
Stuart, G. (2007). Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Suliswati, d. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Videbeck. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Haryono, Rudi.2016. Siap Menghadapi Menstruasi dan
Menopause.Yogyakarta:Gosyen Publishing.

76
Lampiran 1
SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (Inisial) :

Umur :

Pendidikan Terakhir :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian


yang berjudul, “Pengaruh penkes dengan media audiovisual terhadap kecemasan
pada wanita premenopause di puskesmas kampus palembang Tahun 2019” dan
setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan
tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Palembang, 2019

Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan


Persetujuan

( ) ( )
Lampiran 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Menopause

Sasaran : Wanita usia 40-50 tahun

Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Kampus Palembang

A. Tujuan

1. Tujuan Intruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta dapat mengtahui tentang pre

menopause

2. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan peserta mampu :

1. Menjelaskan definisi menopause

2. Mengetahui fisiologi menopause

3. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi selama menopause

4. Mengetahui gejala-gejala menopause

5. Mengetahui ketidaknyamanan pada saat menghadapi menopause

6. Mengetahui cara mengatasi kekhawatiran menopause

B. Pokok Materi

1. Definisi menopause

2. Fisiologi menopause
3. Gejala-gejala menopause

4. Upaya menghadapi menopause

C. Sasaran

Ibu-ibu yang berusia 40-50 tahun di wilayah kerja puskesmas kampus Palembang

D. Tempat dan Waktu

Hari/Tanggal : / April 2019

Tempat : Puskesmas Kampus Palembang

Waktu :

E. Metode

Ceramah, diskusi, tanya jawab

F. Media

Leaflet dan power point.

G. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu

1. Pendahuluan: 4 menit

a. Menyampaikan salam a. Membalas salam

b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan dengan aktif

c. Menjelaskan tujuan c. Mendengarkan dan

memberikan respon
d. Menyebutkan materi yang akan

diberikan

e. Menyampaikan kontrak waktu

2. Penjelasan materi Memperhatikan tentang materi 12 menit

yang di berikan
1. Definisi pre menopause

2. Penyebab premenopause

3. Gejala-gejala pada pre

menopause

4. Pelayanan kesehatan bagi

wanita pre menopause

3. Evaluasi Ibu dapat menjawab pertanyaan 4 menit

yang diberikan

4. Penutup 10 menit

a. Tanya jawab a. Menanyakan hal yang belum

b. Menyimpulkan hasil kegiatan jelas

c. Memberikan salam b. Aktif bersama dalam

menyimpulkan

c. Membalas salam
Total waktu 30 menit

H. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a) Peserta hadir ditempat penyuluhan

b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Wilayah kerja Puskesmas

Kampus Palembang.

2. Evaluasi Proses

a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar

3. Evaluasi Hasil

Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu

mengerti penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus masa

klimakterium
Lampiran Materi

MENOPAUSE

1. Pengertian Menopause

Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti

yang terdiri dari kata “men” dan “pauseis” yang berasal dari bahasa Yunani

yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini

merupakan suatu akhir proses biologis darisiklus menstruasi yang terjadi

karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium

(indung telur) (Joseph & Nugroho, 2010). Penurunan kadar estrogen,

menyebabkan periode menstruasi yang tidak teratur, dan ini dapat

dijadikan petunjuk terjadinya menopause. Menurut Joseph & Nugroho

(2010),ada tiga periode menopause, yaitu:

a. Klimaterium, yaitu merupakan masa peralihan antara masa reproduksi

dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan

pramenopause, usia 40-50 tahun, ditandai dengan siklus haid yang

tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif

banyak.

b. Menopause, yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan

bila sesudah menopause disebut pasca menopause bila telah


mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya

terjadi pada usia 50-an tahun.

c. Senium adalah periode sesudah pasca menopause, yaituketika

individu telah mampu menyesuaikan dengankondisinya, sehingga

tidak mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun.

Menopause terjadi pada usia yang bervariatif. Hal ini sangat

tergantung ada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Namun,

apabiladiambilrata-ratanya,umumnyaseorangwanitaakanmengalami

menopause sekitar usia 40-50 tahun (Kasdu, 2004).

2. Tahap-Tahap DalamMenopause

Menurut Joseph dan Nugroho (2010), menopause di bagi dalam

beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

a. Pra Menopause

Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Geajala –

gejala yang timbul :

5) Siklus haid yang tidakteratur.

6) Perdarahan haid yangmemanjang.

7) Jumlah darah haid yangbanyak.

8) Nyerihaid.

b. Peri Menopause

Fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause. Gejala-


gejala yang timbul :

3) Siklus haid yang tidakteratur

4) Siklus haid yangpanjang.

c. Menopause

Haid alami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh.

Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada

menopause :

a) Keringat malam hari

b) Mudah marah

c) Sulit tidur

d) Haid tidak teratur

e) Gangguan fungsi seksual

f) Kekeringan vagina

g) Gelisah

h) Rasa khawatir

i) Sulit konsentrasi

j) Mudah lupa

k) Sering tidak dapat menahan kencing

l) Nyeri otot sendi

m) Depresi
3. Perubahan yang Terjadi pada Menopause

Menurut Joseph dan Nugroho (2010), perubahan terjadi selama

menopause adalah:

a. Perubahan Organ Reproduksi.

Akibat berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami

perubahan.

b. PerubahanHormon

Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya

suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah

perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski

perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron,

tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh

maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon

estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi

perubahan haid menjadi sedikit, jarang, bahkan siklus haidnya mulai

terganggu, hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim

akibat rendahnya hormon estrogen.

c. Perubahan Fisik

Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang


wanita, keadaan ini berupa keluhan ketidak nyamanan yang timbul

dalam kehidupan sehari-hari.

d. Perubahan Emosi

Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas

hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat

tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat

tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap

menopause, termasuk pengetahuannya tentang menopause.

4. Dampak Kesehatan Baik Fisik Maupun Psikis

Ketika seseorang memasuki masa menopause, fisik mengalami

ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba-

tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas.

Kadang-kadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas dan dingin,

pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar- debar

(Sibagariang & dkk, 2010).

Menurut(Nirmala, 2003), beberapa keluhan psikologis yang

merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu :

a. Ingatan menurun

Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun

sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat.

b. Kecemasan

Kecemasan yang timbul sering di hubungkan dengan adanya


kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya tidak

pernah di khawatirkan.

c. Mudah tersinggung

Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih

mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya

dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan

datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses

mana yang sedang berlangsung dalam dirinya.

d. Stress

Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,

termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang

terhadap sumber stress tidak bisa diramalkan, sebagaimana perbedaan

suasana hati dan emosi.

e. Depresi

Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena

kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan

kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik.

Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai

wanita dan harus menghadapi masa tuanya.

5. Upaya-Upaya Menghadapi Menopause


Menurut (Kasdu D. , 2008), upaya-upaya yang dapat dilakukan

wanita dalam menghadapi masa menopause diantaranya sebagai berikut :

a. TerapiHormon

Terapi sulih hormon atau HRT (Hormon Replacement Therapi)

merupakan pilihan untuk mengurangi keluhan pada wanita dengan

kuluhan atau sindroma menopause. Terapi sulih hormon juga berguna

untuk mencegah berbagai keluhan yang muncul akibat menopause,

vagina kering, dan gangguan pada seluruh kandung kemih.

Penggunaan terapi sulih hormon juga dapat mencegah perkembangan

penyakit akibat dari kehilangan hormon estrogen seperi osteoporosis

dan jantung koroner. Melalui pemberian terapi sulih hormon, kualitas

hidupnya dapat ditingkatkan sehingga memberikan kesempatan untuk

dapat hidup nyaman, secara fisiologis maupun psikologi.

b. Olahraga

Banyak wanita lanjut usia enggan melakukan olahraga dengan alasan

ketuaan. Biasanya, keengganan ini berawal karena kebiasaan olahraga

tidak menjadi bagian dari pola hidupnya. Padahal bukan rahasia

lagi,olahraga akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan

seseorang. Dimasa menopause, kebiasaan ini juga membawa dampak

yang positif.

c. Nutrisi

Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan


proses perbaikan diri lagi. Semakin tua, aktivitas gerak yang

dilakukan juga tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan

juga berkurang. Dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan

akan berkurang. Meskipun demikian, setiap orang tetap membutuhkan

makanan bergizi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral.

d. GayaHidup

Gaya hidup seseorang menentukan kesehatan dimasa akan datang.

Gaya hidup, mungkin tidak memberikan dampak langsung sekarang,

tetapi beberapa tahun kemudian, bahkan mungkin puluhan tahun

kemudian.

e. Pemeriksaan Kesehatan

Semakin bertambahnya usia, perhatian akan kesehatan diri harus lebih

diprioitaskan. Sebaiknya setiap wanita dimasa menopause tetap

melaksanakan deteksi dini terhadap berbagai kemungkinan menderita

penyakit tertentu.
Lampiran 3
LEMBAR KUESIONER

PENGARUH PENKES DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL


TERHADAP KECEMASAN PADA WANITA PREMENOPAUSE TAHUN
2019

Pengkajian Data

Nama Ibu :

Usia :

Pekerjaan :

Bekerja
Tidak Bekerja

Riwayat Pendidikan :

SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Lampiran 4
INSTRUMEN PENGUKURAN TINGKAT KECEMASAN

Nama Ibu :

Umur :

Tingkat Kecemasan :

Skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Kecemasan dapat diukur dengan pengukuran tingkat kecemasan menurut alat

ukur kecemasan yang disebut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale).Skala HARS

merupakan pengukurankecemasan yang didasarkan pada munculnya symptom pada

individu yang mengalami kecemasan.Menurut skala HARS terdapat 14 syptoms yang

nampak pada individu yang mengalami kecemasan.Setiap item yang diobservasi diberi

5 tingkatan skor antara 0 (Nol Present) sampai dengan 4 (severe) dalam penilaian

kecemasan terdiri dari 14 item.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Gejala ringan/ satu dari gejala yang ada

2 = Gejala sedang/ separuh dari gejala yang ada

3 = Gejala berat/ lebih dari ½ gejala yang ada

4 = Gejala berat sekali/ semua gejala ada


Skor

No Pertanyaan 0 1 2 3 4

21 Perasaan Cemas firasat buruk, takut akan


pikiran sendiri, mudah tersinggung.
32 Ketegangan merasa tegang, gelisah,
gemetar, mudah terganggu dan lesu.
43 Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap
orang asing, bila tinggal sendiri dan takut pada
binatang besar.
54 Gangguan tidur: sukar memulai tidur,
terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan
mimpi buruk.
65 Gangguan kecerdasan: penurunan daya
ingat, mudah lupa dan sulit konsentrasi.
76 Perasaan depresi: hilangnya minat,
berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih,
perasaan tidak menyenangkan sepanjang hari.
87 Gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan
kaku, gertakan gigi, suara tidak stabil dan kedutan
otot.
98 Gejala sensorik: perasaan ditusuk-tusuk,
penglihatan kabur, muka merah dan pucat serta
merasa lemah.
19 Gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di
dada, denyut nadi mengeras dan detak jantung
hilang sekejap.
110 Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada,
perasaan tercekik, sering menarik napas panjang
dan merasa napas pendek.
111 Gejala gastrointestinal: sulit menelan,
obstipasi, berat badan menurun, mual dan muntah,
nyeri lambung sebelum dan sesudah makan,
perasaan panas di perut.
112 Gejala urogenital: sering kencing, tidak
dapat menahan kencing, aminorea, ereksi lemah
atau impotensi.
113 Gejala vegetatif: mulut kering, mudah
berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing
atau sakit kepala.
114 Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-
jari gemetar, mengkerutkan dahi atau kening, muka
tegang, tonus otot meningkat dan napas pendek dan
cepat.
Jumlah

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai skor dan item 14

dengan hasil:

0-14 = Tidak ada kecemsan

14-20 = Kecemasan ringan

21-27 = Kecemasan sedang

28-41 = Kecemasan berat

42-56 = Kecemasan berat sekali


Lampiran 5
PROTOKOL PENELITIAN

Protokol penelitian disusun sangat rinci dari setiap tahapan penelitian. Protokol

menjelaskan tentang siapa atau mengapa, bagaimana, kapan dan untuk siapa penelitian

ini akan dilaksanakan

Prosedur penelitian ini adalah proseder administratif dan prosedur

teknis:

1. Prosedur Administratif

Penelitian dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari

pembimbing penilitian dan izin melakukan penelitian dari Puskesmas Kampus

kota Palembang. Pada tahap ini peneliti harus mengurus perizinan tempat

penelitian dengan megajukan izin penelitian dari direktur Poltekkes

Kemenkes Palembang yang diajukan ke badan kesatuan bangsa dan politik

kota Palembang. Setelah mendapatkan izin lallu peneliti ke Dinas Kesehatan

Kota Palembang. Kemudian Dinas Kesehatan Kota Palembang akan

memberikan surat rekomendasi untuk melakukan penelitian di Puskesmas

Kampus Kota Palembang.

2. Prosedur Teknis

a Tahap Persiapan

1) Persiapan Instrumen

Instrument dalam penelitian ini adalah :

a) Laptop
b) Sound System

c) LCD

2) Persipan Peneliti

a) Menyeleksi responden penelitian sesuai dengan kriteria

inklusi

b) Memperkenalkan diri dengan responden.

c) Menjelaskan perihal penelitian meliputi tujuan, prosedur

atau pelaksaan, waktu, manfaat penelitian dan hak-hak

responden

d) Meminta kesediaan untuk menjadi responden penelitian

dengan menandatangani inform concent.

3) Tahap Pelaksanaan

a) Memberikan salam dan memperkenalkan diri kepada

responden

b) Menjelaskan tujuan dilakukannya pendidikan kesehatan

tentang pre menopause dengan metode audiovisual.

c) Setelah itu melakukan kontrak waktu dan menyebutkan

materi yang akan disampaikan.

d) Membagikan kuesioner pra penyuluhan kepada

responden.

e) Menjelaskan materi tentang pre menopause mulai dari

definisi, penyebab, gejala, upaya pencegahan dan


pengobatan serta pelayanan kesehatan bagi wanita pre

menopause dengan menggunakan media Audiovisual.

f) Kemudian melakukan tanya jawab kepada responden

mengenai materi yang telah disampaikan.

g) Kemudian melakukan evaluasi, dan memberikan

kuesioner setelah penyuluhan serta menyimpulkan hasil

kegiatan.

h) Setelah selesai melaksanakan kegiatan peneliti menutup

kegiatan dan mengucap salam.


Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian


Lampiran 8 Pengolahan Data Responden
Lampiran 9 Output SPSS
Lampiran 10 Lembar Konsultasi
Lampiran 11 Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai