Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN INTENSITAS


NYERI PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT GOUT ARTHRITIS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS
KOTA LUBUK LINGGAU TAHUN 2021

JESSICA IRENE SAFITRI


NIM : PO.71.20.3.18.028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul LTA : Penerapan Kompres Hangat Untuk Menurunkan Intensitas


Nyeri Pada Lansia Dengan Penyakit Gout Arthritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk Linggau
tahun2021
Nama Mahasiswa : Jessica Irene Safitri
NIM : PO.71.20.3.18.028
Pembimbing : 1. Bambang Soewito, SKM, M.Kes
2. Hj. Susmini, SKM., M.Kes

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan
dan diseminarkan dalam seminar proposal penelitian Program Studi D-3
Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik
2020/2021.
Lubuklinggau, Februari 2021
Pembimbing I Pembimbing II

Bambang Soewito, SKM., M.Kes Hj. Susmini, SKM., M.Kes


NIP. 197408311994031001 NIP.197210051994032003

Mengetahui
Ketua Program Studi D III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

H. Jhon Feri,S.Kep, NS, M.Kes


NIP.19760509 199502 1 001

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas

Akhir ini.Penulisan Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program

Studi Keperawatan Lubuklinggau Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Palembang. Proposal Laporan Tugas Akhir ini terwujud atas bimbingan dan

pengarahan dari Bapak Bambang Soewito, SKM, M.Kes selaku pembimbing

utama dan Ibu Hj. Susmini , SKM, M.Kes selaku pembimbing pendamping serta

bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis

pada kesempatan ini menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes, selaku Direktur

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.

2. Ibu Devi Mediarti, S.Pd, S.Kep, M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.

3. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Lubuklinggau yang telah memberikan dukungan dan

bimbingan selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes

Palembang Prodi Keperawatan Lubuklinggau.

ii
4. Bapak Bambang Soewito, SKM, M.Kes selaku pembimbing I Proposal

Laporan Tugas Akhir yang penuh dengan kesabaran membimbing penulis

dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

5. Ibu Hj. Susmini, SKM, M.kes selaku pebimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan masukan selama proses penulisan Proposal Laporan Tugas

Akhir yang penuh dengan kesabaran membimbing penulis dalam

menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir.

6. Bapak/Ibu Dosen dan staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah

memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan

kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.

7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan motivasi serta do’a sehingga

saya dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir ini.

8. Teman-temanku seperjuangan yang telah memberikan masukan dan

dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas

Akhir ini.

Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

penulisan yang lebih baik dikemudian hari sangat penulis harapkan. Dengan

segala keterbatasan yang ada, mudah mudahan Proposal Laporan Tugas Akhir

ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Amin.

Wassalamu’alaikumWr. Wb

Lubuklinggau, Januari 2021

iii
Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

2. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

3. Bagi Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk Linggau

tahun2021

4. Bagi Perkembangan Ilmu Dan Teknologi Keperawatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gout Athritis

1. Pengertian

2. Etiologi

3. Patofisiologi

4. Web of Cautation (WOC)

iv
5. Manifestasi Klinis

6. Komplikasi

7. Pemeriksaan PenunjangPenatalaksanaan Medis

B. Konsep Nyeri

1. Pengertian

2. Klasifikasi Nyeri

3. Fisiologi Nyeri

4. Skala Nyeri

5. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

6. Tindakan Keperawatan

7. Konsep dasar keperawatan

8. Diagnosa Keperawatan

9. Intervensi Keperawatan

10. Implementasi

11. Evaluasi

C. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

2. Batasan – Batasan Lansia

3. Karakteristik Lansia

D. Kompres Hangat

1. Pengertian

2. Hal yang perlu di perhatikan dalam memberi kompres hangat

3. Cara Pelaksanaan

v
E. Kerangka Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penulisan

B. Subjek Studi Kasus

C. Fokus Studi

D. Definisi Operasional

E. Tempat dan Waktu Penelitian

F. Pengumpulan Data

G. Penyajian Data

H. Etika Studi Kasus

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kompres hangat yaitu tindakan yang dilakukan dengan caramemberikan

cairan hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau

membebaskan rasa nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme pada otot,

dan memberikan rasa yang hangat, dan tujuannya yaitu untuk memperlancar

sirkulasi darah, dan mengurangi rasa sakit atau rasa nyeri. Penggunaan kompres

hangat merupakan terapi non farmakologis yang bertujuan untuk menghilangkan

atau menurunkan rasa nyeri dengan memberikan rasa yang hangat, memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan rasa nyeri,

danmengurangi terjadinya spasme otot dengan menggunakan air hangat.(Hoesny

et al., 2018)

Lansia merupakan suatu tahap lanjut dari suatu kehidupan dimana lansia

berada pada fase akhir yang ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh

dalam melakukan adaptasi dengan lingkungannya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi di dalam tubuhnya.

Individu dikategorikan ke dalam lansia ketika telah memasuki usia diatas 60

tahun. Banyak lansia yang mengalami gangguan akibat penurunan fungsi tubuh

seperti gangguan kardiovaskuler, pernafasan, pencernaan, panca indra, persarafan,

endokrin, integument dan muskuloskeletal(American Journal of Sociology, 2019).

1
2

Gout Arthritis adalah hasil metabolisme purin didalam tubuh yang kadar

tidak boleh berlebih. Faktor pemicu nya yaitu makanan dan senyawa lain yang

banyak mengandung protein. Penatalaksanaan diet untuk Gout Arthritis masalah

diet rendah purin. Gejala nyeri yang dirasakan pada penderita dapat menyebabkan

perubahan fisiologis yang berpengaruh terhadap penampilan fisik dengan

menurunnya fungsi tubuh pada kehidupan sehari-hari.Penderita Gout Arthritis

dapat mengalami gangguan mobilitas fisik, gangguan pola tidur, dan gangguan

interaksi sosial.Sehingga hal tersebut perlu mendapat penanganan yang segera.

(Zahroh & Faiza, 2018).

Berdasarkan data world health organization, prevalensi Gout Arthritis di

dunia sebanyak 34,2%. Gout Arthritis sering terjadi dinegara maju seperti

amerika. Prevalensi Gout Arthritis di Negara amerika sebesar 26,3% dari total

penduduk. Peningkatan kejadian Gout Arthritis tidak hanya terjadi di negara maju

saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang salah satunya di

Negara Indonesia.

Hasil Riskesdas tahun 2018 tercatat bahwa prevelensi penyakit sendi di

indonesia berdasarkan wawancara diagnosis dokter (7.3%). Seiring dengan

bertambahnya umur, demikian juga yang diagnosis dokter prevalensi tertinggi

pada umur ≥ 75 tahun (18.9%). Prevalensi berdasarkan umur yang didiagnosis

dokter lebih tinggi pada perempuan (8.5%) dibanding laki-laki (6.1%). (Aplikasi

et al., 2020)

Prevelensi penyakit Gout Arthritis di Indonesia semakin mengalami

peningkatan. Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit Gout Arthritis

berdasarkan diagnose tenaga kesehatan diindonesia 11,9% dan berdasarkan


3

diagnosis atau gejala 24,7% jika dilihat dari karateristik umur, prevalensi tinggi

pada umur ≥ 75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46%)

dibandingkan dengan pria (6,13%) (Riskesdas, 2018). Insiden gout menjadi sama

antara laki – laki dan perempuan setelah usia 60 tahun, selain itu banyak faktor

resiko asam urat yang berhubungan kuat dengan kejadian asam urat pada wanita

dibandingkan pria.(Aplikasi et al., 2020).

Sedangkan, data dari Dinas Kesehatan Kota Palembang pada tahun 2018

menunjukan jumlah kasus penyakit arthritis yang ada di Kota Palembang

sebanyak 24.760 pasien .

Berdasarkan studi pendahuluan dipuskesmas perumnas lubuk tanjung

wilayah kecamatan lubuklinggau barat 1 di dapatkan hasil penderita Gout

Arthritis tahun 2018 yaitu 180 orang, pada tahun 2019 sebanyak 188 orang dan

pada tahun2020 pasien Gout Arthritis meningkat sebanyak 382 orang ( Data

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau , 2020 ).

Pada gout artritis terjadi peningkatan asam urat yang menyebabkan

terjadinya penumpukan (Kristal).Hal ini mengakibatkan terjadinya nyeri pada

persedian local.

Nyeri adalah suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik

secara sensori ataupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan

ataupun tidak menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang tidak menyenangkan

dan pengalaman emosional yang dihubungkan dengan aktual atau potensial

kerusakan jaringan tubuh.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan

masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimanakah keefektifan penerapan

kompres hangat untuk menurunkan intensitas nyeri pada lansia dengan penyakit

Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk Linggau

tahun2021”

C. Tujuan Penelitian

D. Tujuan umum

Mengetahui bagaimana keefektifan penerapan kompres hangat

untuk menurunkan intensitas nyeri pada lansia dengan penyakit Gout

Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk Linggau

tahun2021

E. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian pada penderita Gout Arthritis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk Linggau

tahun2021

b. Untuk mengetahui rumusan diagnosa keperawatan pada

penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas

Kota Lubuk Linggau tahun2021

c. Untuk mengetahui penyusunan perencanaan keperawatan pada

penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas

Kota Lubuk Linggau tahun2021


5

d.Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada penderita Gout

Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk

Linggau tahun2021

e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada penderita Gout

Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuk

Linggau tahun2021

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dari informasi yang diperoleh serta

memberikan pengalaman dan kemampuan bagi peneliti dalam

melakukan suatu penelitian sesuai dengan metodologi yang benar.

2. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Hasil penelitian ini diharapkan bisa untuk memberikan masukan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta dapat digunakan sebagai

referensi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa

khususnya dalam penerapan Kompres Hangat terhadap kadar asam urat

pada penderita Gout Arthritis.

C. Bagi Puskesmas Perumnas Kota

Lubuklinggau

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pembelajaran kesehatan dan membantu meningkatkan pelayanan

kesehatan pada penderita khususnya pada lansia dengan Gout Arthritis


6

D. Bagi Perkembangan Ilmu Dan

Teknologi Keperawatan

Hasil keperawatan inidi haerapkan bisa untuk memberikan

masukan bagi pengembangan IPTEK khususnya tentang penerapan

Kompres Hangat terhadap kadar asam urat pada penderita Asam urat
7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gout Arthritis

1. Pengertian

Gout Arthritis atau Asam urat adalah gangguan metabolisme yang

memang sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno oleh Hipokrates.

Penyakit ini berhubungan dengan tingginya kadar asam urat yang ada di

dalam darah. Asam urat juga merupakan hasil metabolisme yang tidak

boleh berlebihan di dalam tubuh, setiap manusia memiliki kadar asam

urat di dalam tubuhnya yang merupakan hasil dari metabolisme

sedangkan pemicu lainnya yang menyebabkan kadar asam urat tinggi

adalah senyawa yang banyak mengandung purin . Penyakit asam urat ini

terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam persendian

meningkat. Peningkatan tersebut juga dapat disebabkan oleh ginjal yang

mengalami gangguan membuang asam urat dalam jumlah yang banyak.

Gout Arthritis dapat bersifat primer maupun sekunder.Gout primer terjadi

secara langsung akibat pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan

atau penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder terjadi akibat

pembentukan asam urat berlebih atau ekskresi asam urat berkurang,

disebabkan oleh proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan tertentu

(American Journal of Sociology, 2019).


8

B. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya, penyakit Gout Arthritis digolongkan

menjadi yaitu:

a. Penyakit Gout Arthritis primer Penyebabnya kebanyakan belum

diketahui (idiopatik). Hal ini juga diduga ada berkaitan dengan

kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan

gangguan metabolisme yang juga dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi asam urat. Atau bisa juga diakibatkan

karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.

b. Penyakit Gout Arthritis sekunder Penyebab penyakit gout arthritis

sekunder:

a) Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pada

makanan yang tidak terkontrol, yaitu dengan mengkonsumsi

makanan yang berkadar purin tinggi. Purin adalah salah satu

senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat (asam inti

dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, yang

merupakan unsur dari pembentuk protein.

b) Produksi asam urat juga dapat meningkat karena penyakit

pada darah (penyakit sumsung tulang, polisitemia, anemia

hemolitik), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker, vitamin

B12, diuretika, dosis rendah asam, salsilat).

c) Obesitas (kegemukan).

d) Intoksikasi (keracunan timbal).


9

e) Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan

baik. Dimana akan ditemukan mengandung bendabenda (hasil

buangan metabolisme lemak) dengan kadar yang tinggi.

Kadar benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan

kadar asam urat juga akan meninggi (Vargas del Valle et al.,

2016).

C. Patofisiologi

Penyakit Gout Arthritis adalah suatu penyakit inflamsi sendi yang

paling sering di temukan pada manusia, penyakit ini di tandai dengan

penumpukan berupa kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar

persendian. Gout Arthritis yaitu suatu kristal putih yang tidak berbau dan

tidak berasa yang kemudian akan mengalami dekomposisi dengan

pemanasan menjadi asam sianida (HCN) sehingga cairan ekstraseslular

yang kemudian disebut dengan sodium urat. Jumlah asam urat yang ada

di dalam darah dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat di

dalam tubuh dan banyaknya ekskresi gout arthritis. Serangan gout ini

tampaknya berhubungan dengan peningkatan yang mendadak dari kadar

asam urat serum. Jika kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, respon

inflamasi kemudian akan terjadi dan serangan Gout pun akan dimulai.

Dengan serangan yang berulang-ulang ini penumpukan kristal natrium

urat yang di namakan topus akan mengendap pada bagian periper tubuh

seperti pada ibu jari kaki, tangan serta telinga. Batu ginjal dengan

penyakit renal kronis yang terjadi secara sekunder akibat dari

penumpukan urat dapat timbul.


10

D. Web of Cautation (WOC)

Alkohol Makanan (kepiting, seafood, dll) Penyakit dan Obat-

Obatan

Kadar laktat dalam Kadar protein ↑ Menghambat eksresi asam

darah ↑ urat di tubulus ginjal

Sekresi asam Produksi asam


Gangguan metabolism purin
urat ↓ urat >>

GOUT

Pelepasan Kristal monosodium urat (crystal shedding)

Penimbunan Kristal urat


Di dalam daerah

Pengendapan Kristal urat sekitar sendi

Lekosit menekan Kristal urat Penimbunan pada membrane

synovial dan tulang rawan


Mekanisme peradangan
articular
Sirkulasi darah daerah Erosi tulang rawan,
Kurangnya
radang panus
Degenerasi tulang rawan
informasi
Vasodilatasi dari
sendi
tentang proses Terbentuk topus, fibrosis,
kapiler Mk : Defisit
Eritma, panas akilosis pada tulang
Pengetahuan
Pembentukan tukak pada
Mk : Nyeri
sendi

Tofus-tofus mengering

Kekakuan pada sendi


11

E. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis Asam urat secara umum :

a. Nyeri sendi Asam urat terjadi mendadak biasanya mulai di waktu

malam hari atau setelah mengkonsumsi makanan yang tinggi purin

atau obat diuretik

b. Nyeri terasa seperti berdenyut atau rasa yang sangat sakit dan

bertambah nyeri bila sedikit saja bergerak

c. Timbul kemerahan, terasa bengkak dari sendi yang terkena asam urat

d. Merasa demam ,kedinginan dan lemah yang mungkin menyertai

serangan tersebut

e. Hasil dari lab yaitu kadar asam urat : >6mg%

Manifestasi klinis menurut kategorinya :

a. Akut

Serangan awal asam urat ini berupa nyeri yang berat, bengkak dan

berlangsung cepat, lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki.Ada

kalanya serangannyeri di sertai dengan kelelahan, sakit kepala dan

demam.

b. Interkritikal

Stadium ini merupakan kelanjutan dari stadium akut dimana terjadi

nya periode interkritikal asimtomatik.Secara klinik tidak dapat

ditemukan tanda-tanda radang akut.

c. Kronis
12

Pada Asam urat kronis terjadinya penumpukan tofi (monosodium

urat) dalamjaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki

(Chilappa et al., 2015)

F. Komplikasi

Menurut Rotschild (2013), komplikasi dari Gout Arthritis meliputi

severe degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur

pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, danoksidan yang berperan dalam

proses inflamasi akut jugaberperan pada proses inflamasi kronis

sehingga menyebabkansinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi

tulang. Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit

untukmengeluarkan IL-1, merangsang sintesis nitric oxide danmatriks

metaloproteinase yang nantinya menyebabkandekstruksi kartilago.

Kristal monosodium urat mengaktivasiosteoblas sehingga mengeluarkan

sitokin dan menurunkanfungsi anabolik yang nantinya berkontribusi

terhadapkerusakan juxta artikular tulang.

Gout Arthritis telah lama diasosiasikan dengan peningkatan

resiko terjadinya batu ginjal. Penderita dengan Asam urat membentuk

batu ginjal karena urin memilkipH rendah yang mendukung

terjadinya asam urat yangtidak terlarut. Terdapat tiga hal yangsignifikan

kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan uric acid

nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria(disebabkan karena peningkatan

kandungan asam urat dalamurin), rendahnya pH (yang mana

menurunkan kelarutanasam urat), dan rendahnya volume urin


13

(menyebabkanpeningkatan konsentrasi asam urat pada urin) (Wahyu

Widyanto, 2017).

G. Pemeriksaan Penunjang

Gout Arthritis atau asam urat adalah penyakit yang disebabkan

oleh tumpukan asam atau kristal urat yang ada pada jaringan, terutama

pada jaringan sendi. Gout Arthritis juga berhubungan dengan gangguan

metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat di dalam

darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari

7,5 mg/dl. Catatan kadar normal asam urat dalam darah untuk pria adalah

<7mg/dl sedangkan pada wanita adalah <6mg/dl (Merliana et al., 2019).

H. Penatalaksanaan Medis

Terapi untuk serangan Gout yaitu:

a. Kolkisin

Dosis : 0,5 – 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan

diikuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau

mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat

diberikan dosis maksimum sampai 7 – 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5

mg dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1,0 mg

sehari.

b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)

Contohnya: indometasin, fenilbutazon

c. Obat urikosurik/ anti hiperurisemia

Contohnya: alopurinol, probenesid, sulfinpirazon, dan febuxostat


14

d. Kortikosteroid

Kortikosteroid juga sering digunakan untuk menghilangkan gejala

Gout akut dan akan mengontrol serangan. Kortikosteroid ini sangat

berguna bagi pasien yang dikontraindikasikan terhadap golongan

NSAID.Jika Gout nya monarticular, pemberian antraarticular yang

paling efektif. Contohnmya adalah: dexametason, hidrokortison,

prednisone(Chilappa et al., 2010).

e. Penatalaksanaan Keperawatan

a) Melakukan pengobatan hingga kadar asam urat kembali

normal. Kadar normalnya adalah 2,4 hingga 6 untuk wanita dan

3,0 hingga 7 untuk pria.

b) Kontrol makanan yang sering dikonsumsi

c) Perbanyak minum air putih,sehingga kita dapat membantu

membuang purin yang ada di dalam tubuh (Kompres et al.,

2018)

I. Konsep Nyeri

1. Pengertian

Menurut IASP (Intersional Association for Study of Pain),

menyebutkan nyeri ialah sebagai suatu sensori subjectif serta pengalaman

emosional yang tidak menyenangkan dan berkaitan dengan kerusakan

jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-kejadian

dimana terjadinya kerusakan.


15

Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak

menyenangkan.Sifatnya bisa subjektif karena perasaan rasa nyeri berbeda

di setiap manusia baik dalam hal skala maupun tingkatannya, serta hanya

manusia tersebutlah yang dapat menjelaskan serta mengevaluasi rasa

nyeri yang sedang dialaminya.

Nyeri disebut juga pengalaman sensori nyeri serta emosional yang

tidak menyenangkan yang hubungannya dengan kerusakan jaringan

potensial dan aktual yang tidak menyenangkan, yang terlokalisasi di

suatu bagian tubuh ataupun juga disebut dengan istilah destruktif dimana

jaringan terasa di tusuk-tusuk, melilit, mual, perasaan takut, emosi, panas

terbakar, panas terbakar (Benedí C. & Güemes J. & Sumarno, 2019)

B. Klasifikasi Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parahnya rasa

nyeri yang dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat

subyektif dan individual dan kemungkinan rasa nyeri dalam intensitas

yang sama dirasakan sangat berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

obyektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik

tubuh terhadap rasa nyeri itu sendiri.Namun pengukuran dengan tehnik ini

juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang rasa nyeri itu sendiri.

Nyeri berdasarkan jenisnya, meliputi secara umum di bagi menjadi

dua :

a. Nyeri akut ialah nyeri yang muncul secara mendadak dan cepat

juga menghilang, tidak melebihi 6 bulan dan ditandai

denganadanya peningkatan tegangan otot.


16

b. Nyeri kronis ialah nyeri yang munculnya secara perlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yaitu lebih

dari 6 bulan yang termasuk dalam kategori ini adalah nyeri

terminal,syndroma nyeri kronis, nyeri psikosomatik(Aisyah, 2017).

C. Fisiologi Nyeri

Mekanisme timbulnya terjadi nyeri didasari oleh proses multipel

yaitu nosisepsi, sensitisasi perifer, perubahan fenotip, sensitisasi sentral,

eksitabilitas ektopik, reorganisasi struktural, dan penurunan inhibisi.

Antara stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat

empat proses tersendiriyaitu : tranduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.

Transduksi ialah suatu proses dimana akhiran saraf aferen

menerjemahkan stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls

nosiseptif.

Transmisi ialah suatu proses dimana impuls disalurkan menuju

kornu dorsalis medula spinalis, yang kemudian sepanjang traktus sensorik

menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan penerima

aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi.Aksonnya berakhir di kornu dorsalis

medula spinalis dan selanjutnya berhubungan dengan banyak neuron

spinal.

Modulasi ialah proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain

related neural signals). Proses ini terjadi terutama di kornu dorsalis medula

spinalis, dan mungkin juga dapat terjadi di level lainnya. Serangkaian

reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat ditemukan di kornu

dorsalis.Sistem nosiseptif juga mempunyai jalur desending berasal dari


17

korteks frontalis, hipotalamus, dan area otak lainnya ke otak tengah

(midbrain) dan medula oblongata, selanjutnya menuju medula spinalis.

Hasil dari proses inhibisi desendens ini adalah penguatan, atau bahkan

penghambatan (blok) sinyal nosiseptif di kornu dorsalis.

Persepsi nyeri merupakan kesadaran akan pengalaman rasa nyeri.

Persepsi adalah hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi, modulasi,

aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya. Reseptor nyeri adalah

bagian organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsangan

nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri ialah ujung syaraf

bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang

secaara potensial dapat merusak.Reseptor nyeri ini disebut juga

Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri (nociseptor) ada yang

bermiyelin dan ada juga yang tidak bermiyelin dari syaraf aferen

(Bahrudin, 2018).

D. Skala Nyeri

Pengukuran subyektif nyeri bisa dilakukan dengan menggunakan

berbagai alat pengukur nyeri seperti dengan skala visual analog, skala

nyeri numerik, skala nyeri deskriptif, ataupun skala nyeri Wong-Bakers

(Aisyah, 2017).

Menurut Torrance &Serginson , ada tiga jenis sel syaraf dalam

proses penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori,

serabut konektor atau interneuron dan sel syaraf efferen atau neuron

motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang

menyebabkan impus nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan


18

otak.Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls yang

merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptorreseptor yang

berespon terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor (Kompres et al.,

2018).

Skala intensitas nyeri deskriptif sederhana

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri

ada nyeri ringan sedang hebat sangat paling

hebat hebat

Skala intensitas nyeri numerik 0-10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

No Skala Keterangan

1 0 Tidak nyeri

2 1-3 Nyeri ringan .dapat berkomunikasi

3 4-6 Nyeri sedang, mendidis,menyeringai

4 7-9 Nyeri berat : tidak dapat mengikuti

perintah

5 10 Nyeri sangat berat : tidak mampu lagi

berkomunikasi
19

E. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

a. Usia

Perbedaan usia dalam merespon terhadap nyeri. Anak kecil

memiliki kesulitan untuk memahami dan mengekspresikan nyeri.

Pada lansia, mereka lebih tidak melaporkan rasa nyeri di karenakan

: persepsi nyeri karena takut konsekuensi atau tindakan media yang

dilakukan dan takut akan penyakit dari rasa nyeri itu tersebut.

b. Jenis kelamin

Seorang laki-laki harus lebih berani sehingga tertanamkan yang

menyebabkan mereka tahan terhadap rasa nyeri dibandingkan

seorang wanita.

c. Kebudayaan

Beberapa kebudayaan meyakini bahwa memperlihatkan nyeri

adalah sesuatu yang wajar namun ada kebudayaan yang

mengajarkan menutup prilaku tidak memperlihatkan nyeri.

d. Makna nyeri

Makna nyeri ialah mempengaruhi pengalaman rasa nyeri dan

adaptasi terhadap rasa nyeri itu.

e. Perhatian

Seseorang yang mampu mengalihkan sebuah perhatian, sensasi

rasa nyeri akan terasa berkurang. Karena adanya upaya pengalihan

dihubungkan dengan respon rasa nyeri menurun.

f. Ansietas
20

Ansietas juga sering meningkatkan resepsi nyeri dan nyeri

dapat menimbulkan ansietas.

g. Keletihan

Meningkatkan resepsi rasa nyeri yang menurunkan kemampuan

koping.

h. Pengalaman nyeri

Seseorang dengan pengalaman yang sudah merasakan nyeri

akan lebih terbentuk koping yang baik dibandingkan dengan orang

yang baru pertama kali terkena nyeri, maka akan menganggu

koping.

i. Gaya koping

Klien sering menemukan cara untuk mengembangkan koping

terhadap efek fisiologis dan psikologis. Gaya koping ini

berhubungan dengan adanya pengalaman nyeri.

j. Dukungan keluarga dan sosial

Kehadiran keluarga atau orang yang dicintai akan

meminimalkan persepsi nyeri (Kompres et al., 2018).

F. Tindakan Keperawatan

Pengkajian nyeri Komponen pengkajian nyeri : riwayat nyeri dan

observasi langsung

a. Lokasi

Nyeri superficial biasanya dapat terjadi secara akurat

ditunjukkandenganklien : sedangkan rasa nyeri yang timbul dari


21

bagian dalam lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat juga

dijelaskan menjadi 4 kategori, yang berhubungan dengan lokasi :

a) Nyeri terlokasilir : jelas terlihat pada area asalnya.

b) Nyeri terproyeksi : sepanjang saraf atau sepanjang serabut saraf

spesifik.

c) Nyeri radiasi

d) Nyeri Alih (Reffered pain)

b. Itensitas Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri :

a) Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian

b) Status kesadaran klien

c) Harapan klien Nyeri dapat berupa : ringan, sedang, berat atau tak

tertahankan.

c. Waktu dan lama

Perawat perlu mencatat kapan rasa nyeri itu timbul, berapa lama,

bagaimana timbulnya rasa nyeri dan kapan terakhir rasa nyeri itu

timbul.

d. Kualitas

Mengkomunikasikan kualitas dari rasa nyeri.Menunjukkan klien

menggunakan bahasa yang diketahui nya.

e. Perilaku

Ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah.

f. Faktor lain

Beberapa faktor lain yang dapat meningkatakan nyeri : lingkungan,

suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stessor fisik dan emosi.


22

g. Alat pengukur suhu

a. Termometer, untuk mengukur suhu tubuh pada klien.

G. Konsep dasar keperawatan

Pengkajian ialahsuatu proses pengumpulan data secara sistematis

yang bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien

pada saat ini dan riwayat yang ada sebelumnya (Potter & Perry, 2013

dikutip Santi Ayu Lestari, 2016). Pengkajian keperawatan ini terdiri dari

2 tahap yaitu mengumpulkan dan verivikasi data dari sumber primer dan

sekunder dan yang kedua adalah menganalisis seluruh data sebagai dasar

untuk menegakkan diagnosis keperawatan. Pada asuhan keperawatan

gerontik, pengkajian menjadi hal komponen yang esensial dan kompleks

dalam proses keperawatan (Miller, 2012 dalamLestari, S. A. (2016).

a. Identitas

Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan,

penanggung jawab.Data dasar pengkajian penerima manfaat

tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya

(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya

eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-

bentuk arthritis lainnya.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan

penyakit Asam urat adalah klien mengeluh nyeri

c. Riwayat Penyakit Sekarang


23

Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh

klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit kesehatan yang dulu seperti riwayat penyakit

musculoskeletal sebelumnya.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Yang perlu dikaji apakah di dalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang sama atau tidak.

f. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umun

Keadaan umum lansia yang mengalami gangguan pada

musculoskeletal biasanya lemah.

b) Keadaan klien biasanya composmentis dan apatis

c) Tanda – tanda vital

Tekanan darah, suhu, nadi, pernapasan

g. Pemeriksaan Review Of System

a) System pernapasan (B1 : Breating)

Dapat ditentukan peningkatan frekuensi nafas atau masih

dalam batas normal.

b) System sirkulasi (B2 : Bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung frekuensi nadi, sirkulasi, perifer,

warna, kehangatan.

c) System persarafan (B3 : Brain)


24

Kaji adanya hilang gerak atau sensai, spasme otot, terlihat

kelemahan atau hilang fungsi, pergerakan mata atau kejelasan

melihat, dilatasi pupil.

d) System perkemihan (B4 : Bleder)

Perubahan pola perkemihan, seperti disuria, distensi, kandung

kemih, warna dan bau urin.

e) System pencernaan (B5 : Bowel)

Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi

bising usus, anoreksia, adanya distensi abdomen, adanya nyeri

tekan pada abdomen.

f) System musculoskeletal (B6 : Bone )

Kaji adanya nyeri berat tiba – tiba mungkin terlokasi pada area

jaringan dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan otot,

kontraktur,atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.

h. Pola fungsi kesehatan

Pola persepsi dan tata laksana pola hidup sehat

a) Pola nutrisi

Mengambarkan masukan nutrisi, balance cairan, nafsu makan,

pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah dan

makanan kesukaan.

b) Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih,

defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi.

c) Pola istirahat dan tidur


25

Menggambarkan pola tidur istirahat dan persepsi terhadap

energy jumlah tidur malam dan siang dalam masalah tidur.

d) Pola hubungan dan peran

Meggambarkan dan mengetahui hubungan peran klien terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan,

tidak punyah rumah , masalah keuangan, pengkajian APGAR

keluarga

e) Pola sensory dan kognitif

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.Pola sensori meliputi

pengkajian pengelihatan, pendengaran, perasaan,

pembau.Pengkajian ststus mental menggunakan Tabel Short

Portable Mental Status Quesionare (SPMSQ).

f) Pola seksual dan Reproduksi

Menggambarkan kepuasan masalah terhadap sekdualitas.

g) Pola mekanisme koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress

h) Pola tata nilai kepercayaan

Menggambarkan kemampuan untuk menjelaskan pola nilai

keyakinan termasuk spiritual.

i) Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi

terhadap kemampuan konsep diri.Konsep diri menggambarkan

gambaran diri, harga diri, peran, identitas diri.Manusia sebagai

system terbuka dan mahkluk bio-psiko—sosio-kultural-


26

spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak terhadap

sakit.Pengkajian tingkat Depresi menggunakan Tabel

Inventaris Depresi Back.(Aspiani, 2014).

H. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia (SDKI, 2017):

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (misalnya

Inflamasi, iskemi, neoplasma).

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.

c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Terpapar Informasi

Mengenai Kondisi dan cara pengobatan

I. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI, 2018):

a. Nyeri Akut Berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis

(Misalnya Inflamasi, Iskemia, Neoplasma).

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri dapat

menurun dengan kriteria hasil:

SLKI : Tingkat Infeksi

No. Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

1. Keluhan Nyeri √

2. Meringis √
27

3. Gelisah √

Keterangan :

1. : Meningkat

2. : Cukup Meningkat

3. : Sedang

4. : Cukup Menurun

5. : Menurut

Intervensi Keperawatan:

SIKI : Manajemen Nyeri

Observasi:

a) Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri.

b) Identifikasi skala nyeri

c) Identifikasi respons nyeri non verbal

d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

e) Memonitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

diberikan

Terapeutik :

a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

(mis.Kompres hangat)

b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu

ruangan, pencahayaan, kebisingan)

c) Fasilitasi istirahat dan tidur


28

Edukasi:

a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyei

b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

d) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

b. Gangguan Mobilitas Fisik berhubugan dengan gangguan

musculoskeletal

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan gangguan

mobilitas fisik dapat berkurang dengan kriteria hasil:

SLKI : Mobilitas Fisik

NO. Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

1. Pergerakan Ekstremitas √

2. Gerakan Terbatas √

3. Kelemahan fisik √

Intervensi Keperawatan

SIKI : Dukungan Mobilisasi

Observasi.

a) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya

b) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakkan

Terapeutik

a) Fasilitasi melakukan pergerakkan, jika perlu


29

b) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam

meningkatkan pergerakkan

Edukasi

a) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

b) Anjurkan melakukan mobilisasi dini

c) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis.

Duduk di tempat tidur, duduk di tempat tidur, pindah dari

tempat tidur ke kursi)

c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Terpapar

Informasi Mengenai kondisi dan cara pegobatan

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan kepertawatan diharapkan deficit

pengetahuan dapat berkurang dengan kriteria hasil:

SLKI :

N Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

1. Kemampuan √

menjelaskan pengetahuan

tentang suatu topik

2. Perilaku sesuai dengan √

pengetahuan

Intervensi Keperawatan:

SIKI : Edukasi Kesehatan


30

Observasi:

a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.

b) Monitor kemajuan klien dalam melakukan mobilitas fisik.

Terapeutik:

a) Persiapkan materi, media, dan alat-alat.

b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.

Edukasi:

a) Jelaskan kepada klien faktor risiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan.

J. Implementasi

Implementasi keperawatan ialah tahap keempat dari proses

keperawatan yang di mulai setelah perawat menyusun rencana

keperawatan yang akan di berikan (potter, 2013 dan lestari, 2016). Pada

tahap ini perawat akan mengimplementasikan intervensi yang telah di

rencanakan berdasarkan hasil pengkajian dan penegakan diagnosis

keperawatan. Implementasi dari rencana keperawatan yang dibuat

berdasarkan diagnosis yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan dan

hasil sesuai yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status

kesehatan klien.Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang

memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi

serta meningkatkan ketidakmampuan (Sunaryo, 2016).


31

K. Evaluasi

Evaluasi dalam keperawatan merupakan perbandingan yang

sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang

telah diterapkan, tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya

perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien.Hal ini bertujuan untuk

melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan,

menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau

belum.Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum

tercapai (Asmadi, 2008).

L. Konsep Lansia

1. Definisi Lansia

Lansia merupakan seseorang yang telah menginjak usia 65 tahun

ke atas. Menurut durmin dalam arismen lansia terbagi menjadi young

elderly (65-74 tahun), dan older elderly (75 tahun). Kemudian menurut

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagikan lansia menjadi 4

golongan yaitu : usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut

usia (elderly) adalah 60-74 tahun,lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun

dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Berdasarkan depkes RI

dalam dewi (2014:4) lanjut usia dikelompokakkan menjadi 5 kelompok

yaitu :

a. Kelompok pra lansia


32

Yaitu masa persiapan lansia yang memperlihatkan keperkasaan

fisik dan kematangan jiwa mulai dari usia 45-59 tahun yang

biasanya disebut masa virilitas

b. Kelompok lansia

Yaitu dimana masa prasenium merupakan kelompok yang

berusia 60 tahun atau lebih

c. Kelompok lansia resiko tinggi

Yaitu kelompok yang sudah berusia 70 tahun atau lebih

d. Kelompok lansia potensial

Kelompok lansia ini merupakan kelompok yang masih mampu

melakukakan suatu pekerjaan dan/atau kegiatan yang

menghasilkan barang/jasa

e. Kelompok lansia tidak potensial

Yaitu kelompok lansia yang sudah tidak sanggup lagi mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain

Menurut Dra.Ny.Jos Masdani (psikologi UI) dalam nugroho

mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan dari usia yang

dewasa.kedewasaan sendiri dapat di bagi menjadi empat bagian . pertama

adalah fase iuventus adntara 25 dan 40 tahun, kedua adalah fase vertilitas

anatara 40 dan 50 tahun ketiga adalah fase prasenium anatara 55 dan 65

tahun, dan ke empat adalah fase senium antara 65 tahun hingga tutup usia

(Latifa, 2017).
33

B. Batasan-Batasan Lansia

Departemen Kesehatan RI (2009) batasan lansia terbagi dalam 3

kelompok yaitu :

a. Virilitas (prasenium) ialah masa dimana persiapan usia lanjut yang

menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).

b. Usia lanjut dini (senescen) ialah kelompok yang mulai memasuki

masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun).

c. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit

degeneratif (usia > 65 tahun) (Sari & A. Ulfa. I. M dan Daulay,

2020)

C. Karakteristik Lansia

Konsep Menurut Butler dan Lewis (1983) serta Aiken (1989)

terdapat berbagai karakteristik lansia yang bersifat positif. Beberapa di

antaranya adalah:

a. Keinginan untuk meninggalkan warisan yang ada.

b. Fungsi sebagai seseorang yang sudah di tua kan.

c. Kelekatan dengan objek – objek yang dikenal.

d. Perasaan tentang siklus kehidupan.

e. Kreativitas.

f. Rasa ingin tahu dan kejutan ( Surprise).

g. Perasaan tentang penyempurnaan atau pemenuhan kehidupan.

h. Konsep diri dan penerimaan diri.

i. Control terhadap takdir dan orientasi ke dalam diri.

j. Kekakuan dan kelenturan.


34

Sedangkan menurut Budi Anna Keliat (1999) lansia memiliki

karakteristik sebagai berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU

No.13 tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual

serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2011).

D. Kompres Hangat

1. Pengertian

Kompres hangat merupakan terapi yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan

nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan

memberikan rasa hangat .Selain itu, kompres hangat berfungsi untuk

melebarkan pembuluh darah serta menstimulasi sirkulasi darah, dan

mengurangi kekakuan. Indikasi pemberian kompres hangat adalah untuk

pasien yang mengalami perut kembung, pasien yang mengalami

kedinginan, pasien dengan radang sendi, pasien yang mengalami kejang

otot, pasien yang mengalami abses ataupun hematoma (Sapti, 2019)

B. Hal yang Perlu Diperhatikan

Dalam Memberi Kompres Hangat

a. Jangan letakan kantong air hangat di bagian tubuh yang telanjang,

lapisi kantong dengan kain flanel atau handuk.


35

b. Kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu

hanya boleh terisi sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak

diperlukan.

c. Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan

lupa memeriksa kulit penderita.

d. Kompres hangat tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan

pembuluh 0darah di area tersebut mengalami dilatasi dan

menyebabkan sakit kepala.

e. Kompres hangat tidak boleh diberikan di perut jika mengalami

radang/ infeksi usus buntu (Ii & Pustaka, 2017)

C. Cara Pelaksanaan

a. Dengan menggunakan botol

a) Siapkan botol kaca atau botol plastik bekas.

b) Bersihkan terlebih dahulu

c) Kemudian isi dengan air hangat.

d) Tutup botol agar panas tidak cepat menguap

e) Lapisi botol dengan kain, atau handuk

f) Berikan pada bagian yang sakit selama 10 - 20 menit (Shahzad et

al., 2019)
36

D. Kerangkan Konsep

Gout Arthritis

Pengkajian

Masalah Keperawatan

Nyeri

Subjek 1 Subjek 2

Intervensi Keperawatan

Penerapan Kompres Hangat

Evaluasi

Penurunan

Nyeri
37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penulisan

Jenis penelitian ini ialah deskriptif dengan menggunakan metode

pendekatan studi kasus.Studi kasus adalah penelitian yang dilakuakan dengan

meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari unit

tunggal.Unit tunggal dapat berarti satu orang atau sekelompok penduduk yang

terkena suatu masalah (Notoatmojo, 2012).

Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisis tingkat nyeri pada pasien

penderita Gout Arthritis sesudah pemberian kompres hangat.

B. Subjek Studi Kasus

Subyek dalam penelitian ini adalah pemberian kompres hangat terhadap

penurunan nyeri pada penderita Gout Arthritis. Ada 2 (dua) kriteria yang di

gunakan yaitu :

1. Kriteria inklusi terdiri dari sebagai berikut :

a. Klien bersedia menjadi responden penelitian

b. Klien yang menderita penyakit Gout Arthritis

c. Klien yang mengalami nyeri sendi sedang ( Skala 4-6

d. Klien yang kooperatif dengan perawat.

2. Kriteria Eksklusi terdiri dari :

a. Klien tidak bersedia menjadi responden.

b. Klien yang menderita penyakit lain selain gout.


38

C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri sendi pada klien

Gout Arthritis yang mendapatkan tindakan kompres hangat

D. Definisi Operasional

1. Gout Arthritis adalah gangguan metabolisme yang memang sudah dikenal

sejak zaman Yunani Kuno oleh Hipokrates. Penyakit ini berhubungan

dengan tingginya kadar asam urat yang ada di dalam darah.

2. Kompres hangat merupakan terapi yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,

mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa

hangat (Alimul, 2008).

3. Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya

bisa subjektif karena perasaan rasa nyeri berbeda di setiap manusia baik

dalam hal skala maupun tingkatannya, serta hanya manusia tersebutlah

yang dapat menjelaskan serta mengevaluasi rasa nyeri yang sedang

dialaminya.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Pelaksanaan kompres hangat terhadap penurunan nyeri

sendi dilakukan di wilayah kerja puskesmas perumnas kota lubuklinggau

tahun 2021

Waktu : Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada bulan Maret

2021
39

F. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini yang digunakan adalah

dengan observasi langsung terhadap penderita Gout Arthritis, sebelum dan

sesudah penerapan Kompres Hangat

a. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan penulis pada

penelitian ini adalah kadar asam urat dan lembar ceklist menggunakan

daftar yang memuat nama observe disertai kadar asam urat yang dialami

pasien, yang dirancang oleh penulis sesuai dengan tujuan yang diinginkan

(Nursalam, 2008)

G. Penyajian Data

Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data

atau hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau teks

(tekstular) dan tabel

H. Etika Studi Kasus

Sebelum melakukan studi kasus, setiap pasien akan diberi hak

penuh untuk menyetujui atau menolak menjadi responden dengan cara

memandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang telah

disiapkan penulis. Apabila responden menolak atau tidak bersedia ikut

serta dalam studi kasus ini maka penulis menghormati keputusan

tersebut.Etika studi kasus ini terhadap responden meliputi hak pasien

dihormati jika timbul respon negative, privasi dihormati, anominitas


40

dipertahankan dan terhadap datanya dijaga kerahasiaannya, hanya untuk

kepentingan penelitian.

Menurut Nursalam (2008), prinsip etika studi kasus ini juga meliputi

beberapa prinsip etik, yaitu :

a. Autonomy(Kebebasan)

Responden studi kasus ini diberi kebebasan untuk menentukan

apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan studi kasus secara

sukarela dengan memberikan tanda tangan pada lembar surat pernyataan

kesedian menjadi responden, jika responden belum bersedia harus

diberikan informasi mengenai tujuan dan manfaat dari prosedur yang akan

dilakukan dan apabila responden masih tidak bersedia maka peneliti tidak

menghilangkan hak responden untuk mendapat perawatan.

b. Confidentially (Kerahasiaan)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden informasi yang

diberikan dengan cara tidak mengungkapkan identitas asli hanya

menuliskan inisial nama responden. Semua catatan dan data responden

disimpan dan dirahasiakan.

c. Justice (Keadilan)

Pada penelitian ini subyek berhak mendapatkan keadilan, baik

sebelum, selama dan sesudah keikutsertaan dalam penelitian tanpa adanya

deskriminasi, subyek berhak mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang dilaksanakan untuk penerapan terapi yoga

“pranayama” dan aromaterapi.

d. Nonmaleficience (Tidak merugikan)


41

Penelitian memperhatikan aspek kenyamanan responden baik fisik,

psikologi, maupun sosial.Responden juga dilindungi terhadap

kemungkinan bahaya yang dapat juga timbul pada saat penelitian

dilakukan. Laporan tentang efek negatif dari terapi non farmakologi yaitu

terapi “kompres hangat” belum ada namun demikian peneliti tetap

memberikan antisipasi yang mungkin dialami responden seperti

mengurangi resiko terjatuh dengan selalu berada disamping klien serta

melibatkan keluarga responden yang mendampingi responden selama

dilakukannya intervensi. Kemudian memperhatikan dengan seksama

apabila klien mengeluh terhadap intervensi.


DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, S. (2017). Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan Non


Farmakologi. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 2(1).
https://doi.org/10.30651/jkm.v2i1.1201

American Journal of Sociology. (2019). 済 無 No Title No Title. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Aplikasi, P., Kesehatan, P., Medication, D., Kontrol, R., Pengetahuan, T.,
Kepatuhan, D. A. N., Obat, M., Pasien, P., Aids, H. I. V, Sari, P. I., Studi, P.,
Keperawatan, M., Keperawatan, F., & Airlangga, U. (2020). Ir -
Perpustakaan Universitas Airlangga Tesis Ir - Perpustakaan Universitas
Airlangga. 1–8.

Bahrudin, M. (2018). Patofisiologi Nyeri (Pain). Saintika Medika, 13(1), 7.


https://doi.org/10.22219/sm.v13i1.5449

Benedí C. & Güemes J., & Sumarno, G. dan. (2009).

Chilappa, C. S., Aronow, W. S., Shapiro, D., Sperber, K., Patel, U., & Ash, J. Y.
(2010). Gout and hyperuricemia. Comprehensive Therapy, 36, 3–13.
https://doi.org/10.1136/ard.36.5.487-b

Hoesny, R., Alim, Z., & Hartina, R. (2018). Pengaruh Kompres Hangat Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Wara
Kota Palopo Tahun 2017. Jurnal Fenomena Kesehatan, 1(1), 38–43.
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2012). (middle age).

Kompres, P., Terhadap, H., Nyeri, P., Penderita, P., Artritis, G., Lansia, P.,
Puskesmas, D. I., Pendopo, K., Lawang, K. E., Kesehatan, K., Indonesia, R.,
Palembang, P. K., Keperawatan, P. S., & Linggau, L. (2018). Karya tulis
ilmiah.

Latifa, A. (2015). Hubungan Antara Konsumsi Makanan Dengan Hipertensi


Lansia. http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/65672/Ainul
Latifah-101810401034.pdf?sequence=1

Merliana, R., Daeli, N., & Sitanggang, M. (2019). Perbedaan Kompres Air Hangat
dan Jahe Merah Terhadap Tingkat Nyeri Gout Lansia. Jurnal Kesehatan
Saelmakers Perdana, 2(2), 169–175.

Sapti, M. (2019). 済無 No Title No Title. Kemampuan Koneksi Matematis


(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9), 1689–1699.

41
Sari & A. Ulfa. I. M dan Daulay, 2015. (2005). Bab Ii Tinjauan Pustaka Aplikasi.
Hilos Tensados, 1, 1–476.

Shahzad, A., Azeem, M., Nazir, M. S., Vo, X. V., Linh, N. T. M., Pastor, N. M.
Z., Dhodary, S., Dakua, S., Umeair, S., Luo, F., Liu, J., Faisal, M., Ullah, H.,
Sudarmika, G., Sudirman, I., Juliantika, N., Dewi, M., Insiroh, L., Bhawa, I.,
… ABS., M. K. (2019). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者にお
ける健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, 4(3), 1–21.
https://media.neliti.com/media/publications/112355-ID-pengaruh-struktur-
aktiva-ukuranperusaha.pdf%0Acholar.google.es/scholar?
hl=es&as_sdt=0%2C5&q=Funcionalidad+Familiar+en+Alumnos+de+1°+y+
2°+grado+de+secundaria+de+la+institución+educativa+parroquial+“Peq

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intevensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakart`a: DPP PPNI.

Vargas del Valle, P., Piñeiro Becerra, M. S., Palomino Montenegro, H., Torres-
Quintana, M. a., Balducci, L., Ramachandran, A., Hao, J., Narayanan, K.,
Evans, C., George, A., Kalha, A. S., Kachiwala, V. A., Govardhan, S. N.,
McLaughlin, R. P., Khurshaid, S. Z., Chibebe, P. C., Starobinas, N., Pallos,
D., Mérida, I., … Teixeira, C. C. (2016). No 主観的健康感を中心とした在
宅高齢者における健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.
American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 20(1), 1–8.
https://doi.org/10.1016/j.ajodo.2017.09.016%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.go
v/pubmed/?term=M+Yamaguchi+RANK+?+RANKL+?
+OPG+during+orthodontic+tooth+movement%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.ajodo.2018.10.015%0Ahttp://dx.doi.org/10.1186/s40510-016-0158-
5%0Ahttp://ww

Wahyu Widyanto, F. (2017). Artritis Gout Dan Perkembangannya. Saintika


Medika, 10(2), 145. https://doi.org/10.22219/sm.v10i2.4182

Zahroh, C., & Faiza, K. (2018). Pengaruh kompres hangat terhadap penurunan
nyeri pada penderita penyakit Artritis Gout. Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 5(3), 182–187.
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i3.art.p182-187

42
Zhu, C., Chen, L., Ou, L., Geng, Q., Jiang, W., Lv, X., Wu, X., Ci, H., Liu, Q.,
Yao, Y., Pentadbiran, P., Persekutuan, K., Kami, R., Ketua, S., Kementerian,
S., Persekutuan, J., Pentadbiran, S., Kerajaan, S., Berkanun, B., … Flynn, D.
(2019). No Title กระบวนการสื่อสารกับการยอมรับปรัชญาเศรษฐกิจพอเพียงของ
เกษตรกร ในจังหวัดเชียงใหม.่ Αγαη, 8(2), 2019.
https://doi.org/10.22201/fq.18708404e.2004.3.66178

43

Anda mungkin juga menyukai