Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI KASUS

PENERAPAN TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID
ARTHRITIS
DI PANTI SOSIAl TRESNA WERDHA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

UMI TIARA
PO.71.20.3.18.069

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR (LTA)

Judul : Penerapan Terapi Back Massage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri


Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis Pada Lansia Di Panti Sosial
Tresna Werdha Kota Lubuklinggau Tahun 2021

Nama Mahasiswa : Umi Tiara

Nim : PO.71.20.3.18.069

Pembimbing : 1. Susmini,SKM. M.Kes

2.

Proposal Laporan Tugas Akhir ini telah diterimah dan


disetujui untuk diujikan dan diseminarkan dalam seminar LTA Program Studi D-
3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik
2020/2021.

Lubuklinggau, januari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Hj.Susmini,SKM,M.Kes BambangSoewito,SKM,M.Kes
NIP. 19720051994032003 NIP.197408311994031002

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

H.JHON FERI,S.Kep,Ns,M.Kes
NIP.197605 199502 1 001
PANITIA SEMINAR PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

Lubuklinggau, Januari 2021

Tim Penguji

Ketua

Hj.Susmini,SKM,M.Kes

NIP. 19720051994032003

Penguji I

Penguji I
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Proposal Laporan Tugas Akhir


dengan judul :

PENERAPAN TERAPI BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN


INTENSITAS NYERI PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID
ARTHRITIS
DI PANTI SOSIAl TRESNA WERDHA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021

Yang dibuat untuk melengkapi sebagaian persyaratan menjadi Ahli Madya


Keperawatan pada program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes
Kemenkes Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari LTA yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D-3
Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di pergruan
Tinggi atau Instansi Manapun. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan LTA
ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes
Kemenkes Palembang.

Lubuklinggau, Januari 2021


Yang Menyatakan

Umi Tiara
PO.71.20.3.18.069
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir

ini tepat waktu. Penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir ini dilakukan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Kemenkes

Palembang. Saya menyadari bahwa penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir

ini atas izinkan saya menguncapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

1) Kedua orang tuaku, dan saudara-saudaraku yang telah banyak

memberikan semangat dan dorongan baik materil maupun spiritual .

2) Bapak Muhamad Taswin,S.Si,Apt,MM,M.Kes, selaku Direktur Politeknik

kesehatan kemenkes Palembang.

3) Ibu Devi Merdarti,S.Pd,S.Kep,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.

4) Bapak H. Jhon Feri S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Prodi Keperawatan

Lubuklinggau

5) Ibu Hj. Susmini, SKM,M.Kes selaku Pembimbing 1 Laporan Tugas Akhir

yang penuh dengan kesabaran membimbing penulisan dalam

menyelesaikan karyan tulis ilmiah.


6) Bapak Bambang Soewito,SKM,M.Kes selaku pembimbing II dalam

Laporan Tugas Akhir ini yang telah banyak memberikan masukan dan

saran kepada penulis

7) Bapak/Ibu Dosen dan staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah

memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan

kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.

8) Teman-temanku seperjungan yang telah memberikan masukan dan

dukungan sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan ini. Dengan segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan

Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita

semua.Amin

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Lubuklinggau, Januari 2021

penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reumatoid Athritis atau yang disingkat RA suatu penyakit kronik.


Penyakit kronik ini dapat menyebabkan nyeri serta deformitas. Rheumatoid
arthritis harus dapat penangan yang tepat di karenakan kondisi nyeri nya
menyebabkan terganggunya aktifitas penderita Rheumatoid arthritis.

(Smeltzer & Bare, 2012).

Rematik adalah penyakit yang menyerang anggota tubuh yang


bergerak yaitu bagian tubuh yang berhubungan antara yang satu dengan
yang lain dengan perantaraan persendian, sehingga menimbulkan rasa
nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu
terutama pada hambatan dalam bekerja maupun melaksanakan kegiatan
sehari-hari sehingga dapat menimbulkan gangguan psikososial seperti
kecemasan pada penderita dan keluarga (Nugroho & Wahyudi, 2012).

Di dunia semakin meningkat penyakit artritis reumatoid pada lansia


terutama banyak terjadi pada perempuan. Penelitian dari Mayo Clinic yang
dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan antara 1995-2005, wanita
penderita Artritis Reumatoid mencapai 54.000 - 100.000 orang, sedangkan
pria hanya 29.000 dari 100.000 orang (Situmorong, 2017).

Menurut WHO Lansia adalah Pria dan wanita yang telah mencapai usia
60 – 74 tahun. Batasan umur lansia terdiri dari ; (1) Usia pertengahan(Middle
age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, (2)Lanjut usia (elderly), antara
60 sampai 74 tahun, (3) Lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun, (4)
Sangat tua (very old), diatas 90 tahun. Hasil survei badan kesehatan dunia
World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa jumlah lansia adalah
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. Secara global pada
tahun 2015 proporsi dari populasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun adalah
13,7% dari total populasi didunia.

World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa lansia tergolong


dari umur 60 tahun keatas. Lanjut usia juga merupakan kelompok usia yang
telah masuk ke tahap fase akhir dalam hidupnya. Pada lansia masalah-masalah
kesehatan yang sering muncul akibat penuaan ialah terganggunya sistem
tubuh serta jaringan ikat sendi secara simentris. Salah satu penyakit sendi
yang sering terjadi pada lansia adalah reumatik. Reumatik ini terjadi karena
faktor usia, karena semakin tua seseorang maka semakin tinggi resiko
penyakit persendian.

Jumlah lansia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut World


Health Organication (WHO) pada tahun 2025 jumlah lansia mencapai
1.200.000.000 jiwa di seluruh dunia. Kementerian kesehatan Indonesia juga
memperkirakan pada tahun 2025 indonesia akan mengalami peningkatan
lansia sebesar 41,4% dari total jumlah penduduk di seluruh wilaya Indonesia

( pujastuti et al 2018).

Peningkatan jumlah lansia berarti bertambahnya masalah kesehatan


karena terjadinya perubahan-perubahan fisiologi pada lansia .Diantara
berbagai masalah kesehatan pada lansia salah satunya adalah nyeri
persendian atau dikenal dengan Reumatoid Athritis. Reumatoid Athritis
adalah penyakit inflamasi non-bakterial yang bersifat
sistemik,progresif,cender

Menurut WHO (2010) terdapat 335 juta jiwa penduduk dunia mengalami
Rheumatoid Athritis. Angka ini diprediksi akan terus meningkat 25% di tahun
2025, prevalensi dunia yang tinggi yaitu terjadi di bagian Eropa dan Asia

(Taja , 2011, dalam Gustina et al 2018)

Angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2016 yang


disampaikan oleh WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10%
adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia
55 tahun (Majdah, Ramli, 2016; Putri, Priyanto, 2019).

Menurut Riskesdas (2018) jumlah penderita rheumatoid arthritis di


Indonesia mencapai 7,30%. Seiring bertambahnya jumlah penderita
rheumatoid arthritisdi Indonesia justru tingkat kesadaran dan salah
pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah menjelaskan
bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya penderita
untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit rheumatoid arthritis.
Selanjutnya prevalensi yang terjadi di Jawa Tengah berjumlah (6.78%).

Prevalensi berdasarkan diagnosis dokter tertinggi di Aceh (13,3%).


Prevalensi yang didiagnosa dokter lebih tinggi perempuan (8,5%) dibanding
dengan laki-laki 6,1% (Riskesdas, 2018). Prevalensi jumlah penyakit di Jawa
Tengah 25,5% (Nurwulan, 2017). Prevalensi penyakit rematik berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan atau gejala di kota Magelang 28,9%, sedangkan
di Kabupaten Magelang 11,7% (Fajri, 2019).

merupakan hasil tahu yang terjadi setelah individu melakukan


penginderaan terhadap suatu objek tertentu, dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan
dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Aklima et al.,
2017).

Timbulnya nyeri membuat penderita seringkali takut untuk bergerak


sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan dapat menurunkan
produktivitasnya (Padila, 2012). Disamping itu, dengan mengalami nyeri,
sudah cukup membuat pasien frustasi dalam menjalani hidupnya sehari-hari
sehingga dapat menganggu kenyamanan pasien. Karenanya terapi utama
yang diarahkan adalah untuk menangani nyeri ini (Lahemma, 2019).
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh
penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada
mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan
kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari
(Silaban, 2016).

Penyakit rematik di Provinsi Sumatera Selatan termasuk dalam golongan


Penyakit Tidak Menular (PTM). Kejadian rematik di dapatkan angka berkisar
8,4% terdiagnosis. Dari kasus tersebut menyebabkan dampak jangka panjang
salah satunya terkait dengan kasus rematik. Dampak jangka panjang yang
ditimbulkan oleh penyakit rematik ini adalah terganggunya sistem otot dan
sendi (Dinkes Sumsel, 2014) dan penurunan kemampuan dalam aktivitas
kehidupan sehari hari sebagaimana hasil penelitian Apriliyasari dan Wulan
(2016)

Menurut American collage Rheumatology, penanganan reumatik dapat


dilakukan dengan terapi farmakologi dan non farmakologi dan juga tindakan
operasi. Teknik non famakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri adalah yaitu dengan pijat, kompres, stimulasi elektrik saraf kulit
transkutan, teknik relaksasi dan istirahat. Adanya nyeri membuat lansia sering
kali takut untuk melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga dapat mengganggu
aktifitas mereka. Nyeri juga adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak
di senangi yang dapat merusak jaringan actual maupun potensial. Salah satu
teknik mengurangi nyeri ialah dengan melakukan back massage. Teknik ini
dapat kita lakukan pada lansia dengan cara meletakkan kedua tangan pada
punggung lansia dengan perlahan. (Kristanto,dkk, 2011).

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat dalam mengatasi
nyeri yang dirasakan oleh pasien adalah dengan memberikan massage.
Massage adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung dan bahu. Massage tidak secara spesifik menstimulasi reseptor yang
sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
kontrol desenden. Massage dapat membuat klien lebih nyaman karena
membuat relaksasi pada otot (Mubarak et al 2015).

Massage yang dapat dilakukan perawat untuk pasien Rheumatoid Arthritis


adalah terapi back massage. Back massage digunakan untuk menurunakan
nyeri pada pasien hipertensi, pasien post operasi abdomen, pada ibu hamil dan
pada pasien Rheumatoid Arthritis. Pada pasien Rheumatoid Arthritis tidak
boleh dilakukan massage secara langsung pada area sendi yang mengalami
pembengkakan, karena dapat memperparah kondisi pembengkakan pada sendi.
Back massage merupakan tindakan massage pada punggung dengan usapan
secara perlahan

(Kenworthy et al, 2002, dalam Kristanto 2011).

Punggung merupakan tempat sumsum tulang belakang berada, dimana


sumsum tulang belakang merupakan bagian dari Sistem Saraf Pusat/ SSP.
Fungsi dari SSP adalah sebagai pengendali utama tubuh. Sehingga jika
diberikan massage pada punggung dapat memberikan relaksasi pada otot dan
sumsum tulang belakang. Sehingga sumsum tulang belakang akan
menyampaikan implus ke otak, dan otak akan menyampaikan informasi ke
seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan nyeri berkurang pada seluruh sendi
(Pearce, 2017).

Fungsi back massage adalah memberikan sensasi relaksasi sehingga


mengakibatkan terjadinya vasodilatasi pada pembuluh darah yang akan
meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap sehingga aktivitas sel
meningkat dan akan mengurangi rasa sakit serta menunjang proses
penyembuhan (Kusyati E, 2006, dalam Kristanto 2011). Untuk mempermudah
proses pemijatan dapat dilakukan dengan menggunakan minyak pijat seperti:
minyak kelapa, minyak zaitun, minyak pijat almond, minyak jojoba, minyak
sereh dan minyak wijen (Orami, 2019).
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang

dapat diambil yaitu Bagaimanakah penerapan Terapi Back Massage Untuk

Menurunkan Intensitas Nyeri Terhadap Penderita Rheumatoid Athritis Di Panti

Sosial Tresna Werda Kota Lubuklinggau Tahun 2021

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Menggambarkan penerapan Back Massage Terhadap penurunan


intensitas nyeri Rheumatoid Athritis Di Panti Sosial Tresna Werda Kota
Lubuklinggau Tahun 2021

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui pengkajian pada lansia yang menderita Rheumatoid
Athritits dengan nyeri Di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Lubuklinggau
Tahun 2021
b. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada lansia yang mengalami
Rheumatoid Athritis Di Panti Sosial Tresna Wherda Kota Lubuklinggau
Tahun 2021
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada lansia yang mengalami
Rheumatoid Athritis Di Panti Sosial Tresna Wherda Kota Lubuklinggau
Tahun 2021
d. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada lansia yang
mengalami Rheumatoid Athritis Di Panti Sosial Tresna Wherda Kota
Lubuklinggau Tahun 2021
e. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada lansia yang mengalami
Rheumatoid Athritis Di Panti Sosial Tresna Wherda Kota Lubuklinggau
Tahun 2021
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
Untuk memenuhi persyaratan pada ujian akhir dalam mengikuti
pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan
Lubuklinggau. Disamping itu untuk mendapatkan pengalaman nyata dan
sebagai gambaran bagi peneliti dalam mengapikasikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid Athritis

1.4.2 Manfaat Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang


Sebagai masukan dalam kegiatan belajar mengajar prioritas
tindakan pemberian terapi back massage untuk mengatasi nyeri pada
Rheumatoid Athritis dan juga dapat digunakan sebagai acuan praktek
keperawatan guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa DIII
keperawatan khususnya dibidang keperawatan gerontik.

1.4.3 Manfaat Bagi Panti Sosial Tresna Wherda Kota Lubuklinggau


Manfaat penelitian ini bagi lansia adalah memberikan informasi mengenai
penerapan terapi back massage untuk mengatasi nyeri rheumatoid arthritis

1.4.4 Pengembangan Ilmu dan Teknologi


Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terhadap ilmu
keperawatan gerontik tentang penerapan terapi back massage pada
penderita rheumatoid athritis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Rheumatoid Athritis

2.1.1 Pengertian Rheumatoid Athritis

Reumatoid Athritis atau yang disingkat RA suatu penyakit kronik.


Penyakit kronik ini dapat menyebabkan nyeri serta deformitas. Rheumatoid
arthritis harus dapat penangan yang tepat di karenakan kondisi nyeri nya
menyebabkan terganggunya aktifitas penderita Rheumatoid arthritis.

(Smeltzer & Bare, 2012).

Rematik adalah penyakit yang menyerang anggota tubuh yang


bergerak yaitu bagian tubuh yang berhubungan antara yang satu dengan
yang lain dengan perantaraan persendian, sehingga menimbulkan rasa
nyeri. Semua jenis rematik menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu
terutama pada hambatan dalam bekerja maupun melaksanakan kegiatan
sehari-hari sehingga dapat menimbulkan gangguan psikososial seperti
kecemasan pada penderita dan keluarga (Nugroho & Wahyudi, 2012).

Anda mungkin juga menyukai