OLEH :
NURFADILAH RANGA
NIM : P00220218025
Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji Poltekkes Kementerian
Kesehatan Palu Jurusan Keperawatan Program Studi D-III Keperawatan Poso.
Nama : NURFADILAH RANGA
Nim : P00220218025
Poso, 2021
Pembimbing I
Poso, 2021
Pembimbing II
Menyetujui
Ketua Program Studi
Agusrianto, S.Kep.Ns.MM
NIP. 197307271997031002
Tim Penguji
Penguji 1
NIP
Penguji 2
NIP
Penguji 3
NIP
Mengetahui
Ketua Progran Studi
Puji syukur dan terimah kasih penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat Rahmat dan Hidaya-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
ini. Adapun judul Proposal ini adalah “Penerapan Kompres Hamgat Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Rheumatoid Arthritis Pada Lansia Di Desa Lantojaya”,
yang di ajukan sebagai salah satu persyaratan dalam ranka menyelesaikan Program
Diploma III Keperawatan di Politeknuk Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
Program Tudi Keperawatan Poso.
Penlis menyadari bahwa Proposal ini masih jau dari sempurna karena dalam
menyusun Proposal ini penulis banyak memnentukan keselitan dan hambatan, namun
berkat bantuan dan masukan saran dari semua pihak akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan Proposal Studi Kasus ini. untuk itu peneliti mengucapkan banyak
terimah kasih kepada kedua orang tua (Alban Ranga) dan (Rappeani Dg. Matutuh)
yang telah banyak berkorban dan selalu memberikan nasehat, arahan serta
mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini, dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terimah kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Nasrul, SKM,M.Kes. Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Palu
2. Ibu Selvi Alfrida Mangundap,S.Kp.M,Si Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu
3. Bapak Agusrianto,S.Kep.Ns.MM. Ketua Program Studi Keperawatan Politekknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Palu Prodi D-III Keperawatan Poso
4. Ni Made Ridla P,S.Kep,Ns, M.Biomed selaku pembimbing I yang selalu sabar,
tidak pernah lelah memberikan masukan serta bimbingan selama belajar di
Poltekkes Kemenkes Palu Prodi Poso.
5. Ulfa Sulfianingsi , S.Kep.M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan
saran dan masukan dalam penyelesaian penulisan proposal studi kasus ini.
6. Bapak, Ibu dosen dan tenaga pendidika Progran Studi Keperawatan Poso yang
selama ini telah banyak memberi bantuan kepada penulis
7. Kepada semua teman-taman saya yaitu Ani Suryani, Fitrawati, Ririn Febriyanti,
Zulfitri, Qatrun Nada, Suci ramadhani, Widya Ahmad, Ika Rustiani, dan seluruh
teman-teman kelas yang telah bersama-sama berjuang untuk menyelesaiakan
pendidikan pada waktunya.
Penulis meyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang di miliki penulis maka proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat di harapkan penulis untuk di
jadikan perbaikan penyusuna di masa akan dating.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Rheumatoid Arthritis adalah semua keadaan yang disertai dengan
adanya nyeri dan kaku pada system musculoskeletal, dan ini termasuk juga
gangguan atau penyakit yang berhubungan dengan jaringan ikat (Wiwied,
2008). Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit kronis yang menyebabkan
nyeri, kekakuan, pembengkakan dan keterbatasan gerak serta fungsi dari
banyak sendi. Pada rheumatoid arthritis kekakuan paling sering terburuk di
pagi hari (Hardiani, 2011)
Berdsarkn hasil survey yang sama yang dilaksanakan oleh WHO pada
tahun 2017 Indonesia merupakan negara terbesar ke 4 didunia yang
penduduknya menderita rheumatoid arthritis. Survey badan kesehatan dunia
tersebut juga menunjukkan sebanyak 81% menderita rheumatoid arthritis dari
populasi yang diteliti, dan sebagian penyakit rheumatoid arthritis 35% terjadi
pada pria dibawah usia 34 tahun (Alexander, 2017)
Angka kejadian Rhematoid Arthritis pada tahun 2018 yang dilaporkan
oleh organisasi kesehatan dunia WHO mencapai 20% dari penduduk dunia,
dimana 20% tersebut adalah mereka yang berusia 55 tahun ke atas, sedangkan
laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018
prevalensi penyakit Rhematoid Arthritis adalah 24,7%3. Prevalensi penyakit
rheumatoid arthritis di sulawesin tengah sendiri pada tahun 2009 berada di
posisi ke-12 di Indonesia sebesar 29,7%, sedangkan pada tahun 2013 berada
pada posisi ke-6 yaitu sebesar 26,7% dari data tersebut dapat di simpulkan
bahwa prevalensi penyakit serheumatoid arthritis di Sulawesi Tengah
mengalami penurunan, namun terjadi peningkatan posisi terbanyak
(Riskesdas, 2013). Data di Kabupaten Poso pada tahun 2019 jumlah
keseluruhan penderita Rheumatoid Arthritis sebanyak 2.112 pasien (Poso,
2018). Setelah dilakukan pendataan pada 10 kelurahan yang termaksud dalam
wilaya kerja puskesmas mapane,jumlah penderita terbanyak pada bulan
terakhir, dari bulan januari-maret tahun 2018 terdapat 4 kelurahan yang
memiliki jumlah penderita lebih dari 2, yaitu Kelurahan Kasiguncu berjumlah
15 penderita, Kelurahan Bega 3 penderita Kelurahan Mapane 3 penderita dan
kelurahan Lantojaya 2 penderita (Puskesmas Mapane, 2018)
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, didapatkan
jumlah lansia sebanyak 145.427 jiwa pada tahun 2013 dari seluruh populasi
lansia. Berdasarkan kelompok umur 55-60 tahun laki-laki sebanyak 77.894
jiwa sedangkan perempuan sebanyak 67.533 jiwa. Perubahan struktur fungsi,
baik fisik maupun mental akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
tetap beraktivitas. Lansia dalam proses menua akan berpengaruh terhadap
penampilan, penyakit, penyembuhan dan memerlukan proses rehabilitasi.
Kesulitan berjalan yang di alami lansia karena adanya penurunan pada
regeneratif sendi sehingga menyebabkan lansia mengalami immobilitas fisik.
Penurunan fleksibilitas sendi pada usia 30-70 tahun bisa mencapai 40-50%,
sehingga dianjurkan banyak melakukan melakukan aktivitas bergerak bebas
pada persendian. Hal ini bertujuan untuk mencegah proses degenerasi melalui
gerakan yang tidak menimbulkan beban berlebihan pada otot, sehingga otot
memiliki kesempatan pulih (Salim et al., 2021).
Dampak Arthritis rheumatoid pada lanjut usia yaitu kualitas harapan
hidup seperti kelelahan yang demikian hebatnya mengalami penurunan,
menurunkan rentang gerak tubuh dan nyeri pada pergerakan. Pada saat
bangun tidur pagi hari kekakuan akan bertambah berat, disertai nyeri yang
hebat pada awal gerakan tetapi kekakuan dirasakan tidak berlangsung lama
yaitu seperempat jam. Kekakuan yang terjadi di waktu pagi hari akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan gerak ekstensi, keterbatasan dalam
mobilitas fisik dan efek sistemik yang dapat menyebabkan kegagalan organ
dan kematia (Prices, 2005)
Untuk menanggulangi nyeri, dapat di lakukan tindakan
mengkombinasikan teknik non farmakologis dengan beberapa obat
merupakan cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri. Salah satu
metode penanganan nyeri non farmakologis dalam upaya mengatasi nyeri
antara lain dengan metode kompres hangat.
Perawat perlu memberikan intervensi atau tindakan non farmakologis
untuk mengatasi nyeri. Penanganan penderita rheumatoid arthritis difokuskan
pada cara mengontrol rasa sakit, mengurangi kerusakan sendi, dan
meningkatkan atau mempertahankan fungsi dan kualitas hidup (Gulbuddin &
Hikmatyar, 2017). Tindakan non farmakologis untuk penderita asam urat
adalah kompres hangat. Menurut penelitian yang dilakukan Wahyu ningsih
tahun 2013, menghasilkan kesimpulan, setelah dilakukan hasil kompres
hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada penderita rheumatoid
arthritir. Kompres hangat adalah upaya yang mudah dan murah, sehingga
diharapkan dapat mengatasi atau menurunkan keluhan nyeri lansia dengan
rheumatoid arthritis (Mellynda & Dkk, 2016)
Menurut (Bobak, 2005), kompres hangat berfungsi untuk mengatasi
atau mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan
menurunkan kontraksi otot dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat
meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan
sejahtera, menigkatkan aliran darah di daerah persendian. Berdasarkan hasil
penelitian ini¸ peneliti berasumsi bahwa nyeri yang dirasakan pasien asam
urat merupakan rasa ketidaknyamanan emosional yang diakibatkan oleh
kerusakan jaringan pada pasien, sehingga kompres air hangat termasuk
intervensi yang efektif sebagai penghilang rasa nyeri khususnya pada pasien
asam urat, karena rasa hangat yang diberikan kepada pasien asam urat dapat
melancarkan pembuluh darah sehingga dapat menghilangkan rasa nyeri
tersebut
Rheumatoid Arthritis
Mk : Nyeri Ruptur Tendon Secara Persial Atau Lokal Gangguan Mekanis &
Fungsional Pada Sendi
Keterangan :
0 : None (tidak nyeri)
1-3 : Mild (nyeri ringan) : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 : Moderate (nyeri sedang) : secara obyektif klien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik
7-10 : Severe (nyeri berat) : secara obyektif klien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi masih respon / tidak merespon terhadap tindakan,
dapat menunjukkan lokasi
3. Rencana keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut (D.0077) Tingat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
Defiisi : Setelah dilakukan (I.08238)
Pengalaman sensorik tindakan keperawatan Observasi
atau emosional yang diharapkan nyeri akut 1. Identifikasi
berkaitan dengan membaik dengan lokasi,
kerusakan jaringan kriteria hasil : karakteristik,
actual atau fungsional, durasi, frekuensi,
dengan onset 1. Keluhan nyeri kualitas, intensitas
mendadak atau lambat menurun nyeri
dan berintensitas ringan 2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala
hingga berat yang 3. sikap protektif nyeri
berlangsung kurang menurun 3. Identifikasi
dari 3 bulan 4. Gelisah menurun respon nyeri non
5. Kesulitan tidur verbal
Batasan karakteristik : menurun 4. Identifikasi faktor
- Data mayor : 6. frekuensi nadi yang
Subjektif : meningkat memperberat dan
1. Menguluh nyeri memperingan
Objektif : nyeri
1. Tampak meringis 5. Identifikasi
2. Bersikap protektif pengetahuan dan
3. Gelisah keyaninan tentang
4. Frekuensi nadi nyeri
meningkat 6. Identifikasi
5. Sulit tidur pengaruh budaya
- Data minor : terhadap respon
Subjektif : nyeri
(tidak tersedia) 7. Identifikasi
Objektif : pengaruh nyeri
1. Tekanan darah pada kualitas
meningkat hidup
2. Pola nafas berubah 8. Monitor
3. Nafsu makan keberhasialan
berubah terapi
4. Proses berpikir komplementer
terganggu yang sudah
5. Menarik diri diberikan
6. Berfokus pada diri 9. Monitor efek
senidri samping
7. Diaforesia penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikut teknik
non farmakologo
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis:
TENS, hinosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback,
terapi pijat, aroma
terpi, teknik
imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin.
terapi bermain).
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rsa
nyeri (mis: suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredahkan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredaan nyeri
3. anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik
non
faramakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Gangguan mobilitas Mobilitas fisik Dukungan ambulasi
fisik (D.0054) (L.05042) (I.06171)
Definisi: Setelah dilakukan Observasi
Keterbatasan dslsm tindakan keperawatan 1. Identifikasi
gerakan fisik dari satu diharapkan gangguan adanya nyeri akut
ataunlebih ekstremitas mobilitas fisik membaik keluhan fisik
secara mandiri dengan kriteria hasil : lainnya
2. Identoifikasi
Betasan karakteristik: 1. Pergerakan toleransi fisik
Data mayor: ekstremitas melakukan
Subjektif meningkat ambulasi
1. Mengeluh sulit 2. Kekuatan otot 3. memonitor
menggerakan meningkat frekuensi jantung
ekstremitas 3. Kentang gerak dan tekanan darah
Objektif (ROM) meningkat sebelum
1. Kekuatan otot melakukan
menurun rentang ambulasi
gerak (ROM) 4. Monitor kondisi
menurun umum selama
Data minor melakukan
Subjektif ambulasi
1. Nyri saat bergerak Terapeutik
2. Enggan melakukan 1. Fasilitasi aktivitas
pergerakan ambulasi dengan
3. Merasa cemas saat alat bantu (mis:
bergerak tongkat, kruk)
Objektif 2. fasilitasi
1. Sendi kaku melakukan
2. Gerakan tidak ambulasi fisik,
terkoordinasi jika perlu
3. Gerakan terbatas 3. libatkan keluarga
4. Fisik lemah untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
prosedur ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis: berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda, berjala
dari tempat tidur
ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi).
3. Intolerasi aktivitas Toleransi aktivitas Edukasi teknik
(D.0056) (L.05047) ambulai (I.12450)
Definisi: Setelah dilakukan Observasi
Ketidak cukupan energi tindakan keperawatan 1. Identifikasi
untuk melakukan diharapkan gangguan kesiapan dan
aktifitas sehari-hari mobilitas fisik membaik kemampuan
dengan kriteria hasil : menerima
Batasan karakteristik: informasi
Data mayor: 1. Frekuensi nadi 2. Monitor kemajuan
Subjektif meningkat pasien dalam
1. Mengeluh lelah 2. Keluhan lelah ambulasi
Objektif menurun Terapeutik
1. Frekuensi jantung 3. Dispnea saat 1. Sediakan materi,
meningkat >20% aktifitas meningkat media dan alat
dari kondisi 4. Dispnea setelah bantu jalan (mis:
istirahat aktivitas meningkat tongkat, walker,
Data minor: kruk)
Subjektif 2. jadwalkan
1. Dispnea saat/setelah pendidikan
aktivitas kesehatan sesuai
2. Meras tidak nyaman kesepakatan
3. Merasa lelah 3. Beri kesempatan
Objektif pada keluarga
1. Tekanan darah untuk bertanya
berubah >20% dari Edukasi
kondisi istirahat 1. Jelaskan prosedur
2. Gambaran EKG dan tujuan
menunjukan aritmia ambulasi dengan
saat/setelah atau tanpa alat
aktivitas bantu
3. Menunjukkan 2. Anjurkan
iskemia menggunakan alas
4. Sianosis kaki yang
memudahkan
berjalan dan
mencegah cedera
3. Anjurkan
menggunakan
sabuk
pengamamn
secara trasfer dan
ambulasi, jika
perlu
4. Anjurkan cara
mengidentifikasi
sarana dan
prasarana yang
mendukung untuk
ambulasi di
rumah
5. Anjurkan cara
mengidentifikasi
kemampuan
ambulasi (mis:
kekuatan otot,
rentang gerak)
6. Ajarkan duduk di
tempat tidur, di
sisi tempat tidur
(menjuntai), atau
di kursi, sesuai
toleransi
7. Ajarkan
memposisikan diri
dengat tepat
selama prosedur
8. transfer
9. Ajarkan teknik
ambulasi yang
aman
10. Ajarkan berdiri
dan ambulasi
dalam jarak
tertentu
11. Demonstrasikan
cara ambulasi
tanpa alat bantu
berjalan
12. Demonstrasikan
cara ambulasi
dengan alat bantu
(mis: walker,
Kruk, korsi roda,
cane)
4. Gangguan identitas Harga diri (L.09069) Promo kesehatan
diri (D.0084) Setelah dilakukan diri (I.09311)
Definisi: tindakan keperawatan Observasi
Tidak mampu diharapkan gangguan 1. Identifikasi
mempertahankan mobilitas fisik membaik keadaan
kebutuhan persepsi dengan kriteria hasil : emosional saat ini
terhadap identitas diri 2. Identifikasi
1. Penilaian diri positif respons yang di
Batasan karakteristik: 2. Perasaan memiliki tunjukan berbagai
Data mayor: kelebihan atau situasi
Subjektif kemampuan positif Terapeutik
1. (Tidak tersedia) 3. Penerimaan 1. diskusikan nilai-
Objektif penilaian positif nilai yang
1. (Tidak tersedia) terhadap diri sendiri berkontrasi
4. Perasaan malu terhadap konsep
5. Perasaan bersalah diri
6. Perasaan tidak 2. Diskusikan
mampu melakukan tentang pikiran,
apapun perilaku, atau
7. meredahkan respons terhadap
kemampuan kondisi
mengatasih masalh 3. Ungkapkan
penyangkalan
tentang kenyataan
4. Motivasi dalamn
meningkatkan
kemampuan
belajar
Edukasi
1. Anjurkan
mengenali pikiran
dan perasaan
tentang diri
2. Anjurkan
menyadari bahwa
seiap orang unik
3. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan (mis:
marah atau
depresi)
4. Anjurkan
meminta bantuan
orang lain, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengubah
pandang diri
sebagai korban
6. Anjurkan
mengidentifikasi
perasaan bersalah
7. Anjurkan
mengidentifikasi
situasi yang
muncul
kecemasan
8. Anjurkan
mengevaluasi
kembali persepsi
negatif tentang
diri
9. Anjuran dalam
mengekspresikan
diri dengan
kelompok sebaya
10. Ajarkan cara
membuat priritas
hidup
11. Latih kemampuan
positif diri yang
dimiliki.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah insiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik yang bertujuan untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang telah mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan
mamfasilitasi koping.
Pelaksanaan keperawatan/implementasi harus sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya dan pelaksanaan ini disesuaikan
dengan masalah yang terjadi.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Namun,
evaluasi dapat dilakukan pada setiap tahap akhir proses keperawatan.
Pada tahap evaluasi perawat dapat menemukan reaksi klien terhadap
intervensi keperawatan yang telah diberikan dan menetapkan apakah
sasaran dari rencana keperawatan telah dapat diterima (suara & Dkk,
2010)
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana
tujuan dapat dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektifitas tindakan
keperawatan. Perawat perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana
kriteria ini harus dapat diukur dan diamati agar kemajuan perkembangan
keperawatan kesehatan klien dapat di ketahui.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yaitu Penerapan Kompres Hamgat Terhadap
Penurunan Nyeri Sendi Rheumatoid Arthritis Pada Lansia di Desa Lantojaya.
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penerapan dari tindakan ini dilakukan di Desa Lantojaya, dan waktu
penelitian selama 7 hari.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek penelitian dalam studi kasus ini adalah 1 (Satu) orang lansia
dengan rheumatoid arthritis yang gangguan nyeri skala 5 (sedang).
D. Fokus Studi
Fokus studi yang digunakan adalah Penerapan Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Rheumatoid Arthritis Pada Lansia di Desa
Lantojaya
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel.
1. Asuhan keperawatan
Keperawatan pasien dengan rheumatoid arthritis merupakan proses
atau rangkaian pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung
kepada pasien meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi dan evaluasi pada pasien dengan rheumatoid
arthritis di Desa Lantojaya
2. Rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit yang di alami oleh persendian
(biasanya terjadi pada tangan dan kaki), secara simetris mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan nyeri dan menyebabkan
kerusakan pada bagian sendi
3. Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal linu, ngilu, keju, cangkue
dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Pengukuran nyeri
menggunakan nyeri Numerical Rating Scale (NRS) sendi skala 5 (sedang).
4. Kompres hangat adalah tindakan yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mencegah
terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat pada bagian tubuh
yang memerlukannya serta pemberiannya selama 20 menit selama 7 hari
dilakukan pada pagi hari
F. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan 3 cara :
a. Wawancara
Data yang di peroleh dalam wawancara yaitu hasil anamnese teentang
identitas pasien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, wawancara biasa antara
pasien, keluarga dengan perawat
b. Observasi
Data yang diperoleh melalui observasi yaitu dengan melihat keadaan
pasien dengan menggunakan pemeriksaan fisik yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi pada system tubuh
Mk: gangguan konsep diri, citra diri
c. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
pengambilan Dinas Kesehatan, dan di Desa Lantojaya
G. Etika Keperawatan
Sebelum melakukan penelitian, penelitian harus memahami prinsip-
prinsip-prinsip etika dalam penelitian karena penelitian yang digunakan
adalah subjek manusia, dimana setiap manusia memiliki hak masing-masing
yang tidak bisa dipaksakan.
Adapun etika dalam penelitian, sebagai berikut :
1. Informed Consent
Sebelum melakukan tindakan yang akan diberikan maka pasien harus
menandatangani surat persetujuan, dimana dalam persetujuan tersebut
sudah dijelaskan maksud dan tujuan dari tindakan yang akan diberikan.
2. Anonymity (Tanpa Nama)
Salah satu etika keperawatan yang harus dilakukan oleh perawat adalah
menjaga kerahasian pasien. Maka dari itu dalam melakukan penelitian
perawat harus menjaga kerahasian pasien dengan tidak mencantumkan
nama responden. Data yang ditampilkan menggunakan inisial untuk
menjaga privasi pasien
3. Prinsip Autonomy
Prinsip autonomy didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Dalam melakukan
tindakan perawat harus jujur dan menggungkapkan sesuai dengan
kenyataan yang ada.
4. Prinsip Confidientiality (Kerahasian)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh
peneliti, baik informasi maupun masalah-masalh lainnya, data yang telah
didapatkan harus dijaga kerahasiaanya.
5. Prinsip Beneficence And Nonmaleficence
Dalam memberikan tindakan perawat harus berbuat artinya dalam
melakukan tindakan harus mempertimbangkan apakah tindakan tersebut
berbahaya atau tidak kepada pasien serta merugikan pasien.
6. Prinsip Justice
Prinsip ini menekankan pada aspek keadilan, dimana dalam melakukan
penelitian perawat tidak memandang dari segi ras, suku, agama, ekonomi
dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
4 Perbaikan
5 Persetujuan
Ujian
6
proposal
7 Perbaikan
Perizinan
8
penelitian
9 Penelitian
Pengelolaan
10
data
Konsultasi
11
hasil
12 Ujian KTI
13 Perbaikan
Penyetoran
14
KTI
Nama :
Jenis kelamin :
Usia :
Alamat :
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan tanpa ada paksaan
dari pihak
Poso, 2021
Yang menyatakan
(…………………)
Lampiran 3
PENJELASAN SEBELUM PENELITIAN
Saya Nurfadilah Ranga Mahasiswa dari Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Prodi D-
III Keperawatan Poso yang sedang melakukan penelitian tugas akhir, dengan ini
meminta Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dengan suka rela dalam penelitian yang
berjudul “Penerapan Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Sendi
Rheumatoid Arthritis Pada Lansia Di Desa Lantojaya
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penerapan kompres hangat
terhadap penurunan nyeri sendi rheumatoid arthritis pada lansia di desa lantojaya
2. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatakan mutu pelayanan
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pasien lansia dengan
rheumatoid arthritis
3. Tindakan yang akan dilakukan adalah prosedur tindakan keperawatan dengan
Penerapan kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi rheumatoid arthritis
pada lansia di desa lantojaya
4. Partisipasi Bapak/Ibu bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan Bapak/Ibu bisa
sewaktu-waktu mengundurkan diri dari penelitian ini.
5. Semua data yang telah diberikan selama penelitian disimpan dijaga
kerahasiaannya. Peneliti akan merahasiakan data Bapak/Ibu dengan cara
memberikan inisial sebagai pengganti nama klien yang berarti identitas Bapak/Ibu
hanya diketahui peneliti. Untuk informasi lebih lanjut Bapak/Ibu dapat
menghubungi di nomor telepon 082291331204
Peneliti
(Nurfadilah Ranga)
Lampiran 4
HASIL: