Oleh :
MUHAMMAD FAHRIJAL ARIFUDIN FIRMANSYAH
NIM.191.0076
Dosen Pembimbing
Hidayatus Sya’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP.03.009
NIDN. 0710067901
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................4
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi..........................................................................................4
1.4.2 Manfaat Bagi Mahasiswa.....................................................................................5
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti...........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gout artritis merupakan salah satu jenis radang sendi atau inflamasi pada sendi
yang seringkali dijumpai pada masyarakat. Nyeri yang terjadi pada gout artritis terasa
hilang timbul dan kebanyakan penderita mengeluhkan hal tersebut. Gejala tersebut
disebabkan oleh pengendapan kristal monosodium urat dalam jaringan sinovisial dan
jaringan lainnya (Neogi, 2011). Gout artritis akan menyebabkan kadar asam urat
penderita meningkat dan juga merasakan nyeri, bengkak, kemerahan, dan hangat pada
persendian, yang apabila tidak diobati akan berakibat kerusakan pada sendi. Oleh sebab
itu, diperlukan penanganan untuk mengatasi nyeri Gout artritis ini dengan intervensi yang
sesuai dan tentunya juga untuk mencegah kondisi yang bisa menghambat aktivitas fisik
penderitanya (Lingga 2012). Salah satunya bisa dengan edukasi atau pendidikan
kesehatan.
Prevalensi Gout di dunia bervariasi dengan berbagai sumber dan beragam
kemungkinan. Menurut World Health Organization (2018). Prevalensi gout di dunia
mengalami kenaikan dengan jumlah 1370 (33,3%). Adapun data prevalensi pada benua-
benua di dunia, yang tertinggi terdapat di Amerika sekitar >4,0%, kemudian diikuti Eropa
dengan 3,0%-4.0%, lalu Asia-Pasifik sebesar 1,0%-3,0%, dan Afrika yakni <0,5% (Kuo
et al, 2015). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2018, menyebutkan bahwa
penyakit sendi di Indonesia merupakan urutan kelima dalam penyakit tidak menular
setelah obesitas, berat badan lebih, stroke, dan hipertensi. Dinyatakan bahwa prevalensi
penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11,9
% hingga kemudian menjadi 7,3%. Terdapat 10 Provinsi di Indonesia dengan prevalensi
tinggi diatas presentase nasional, yaitu Aceh (13,3%), Bengkulu (11,8%), Bali (10,3%),
Papua (10,3%), Kalimantan Barat (9,5%), Jawa barat (8,9%), Jambi (8,4%), Sulawesi
Utara (8,3%), Papua Barat (8,2%), Kalimantan Timur (8,2%) (Montol dan Rotinsulu,
2014). Prevalensi Gout di Jawa Timur menduduki urutan kesembilan belas dari 34
provinsi yaitu sebesar 6,7% menurut Hasil Rikesdas Jawa Timur tahun 2018.
Berdasarkan beberapa data yang dijelaskan sebelumnya mengenai Gout artritis
maka sangat diperlukan upaya untuk meminimalisir semakin banyaknya kasus penyakit.
Diantaranya adalah dengan edukasi atau pendidikan kesehatan. Beberapa contohnya
dengan merubah pola kebiasaan hidup sehari-hari meliputi pola makan, pola istirahat,
kebutuhan olahraga yang seimbang dan lainnya. Perubahan pola kebiasaan hidup yang
dapat menurunkan status kesehatan seseorang salah satunya adalah pola makan. Banyak
orang yang seringkali kurang memperhatikan kebiasaan pola makan dan gizi yang
diperlukan, sehingga tidak jarang pantangan makan terabaikan. Hal ini memicu timbulnya
berbagai macam penyakit, salah satunya perubahan pola makan yang sehat dengan
kandungan banyak karbohidrat dan serat ke pola makan yang banyak mengandung
protein, lemak dan kalori yang tinggi purin. Makanan dengan kandungan purin tinggi
yang dapat menaikan kadar asam urat dalam darah. Semakin bertambah dan
menumpuknya asam urat tanpa diimbangi dengan olahraga akan mengkristal dan
disimpan di sendi dan menyebabkan nyeri yang disebut dengan Gout artritis (Wirahmadi,
2013).
Dalam hal ini Penyuluhan Kesehatan sangatlah penting bagi masyarakat penderita
Gout Artritis agar lebih memahami tentang penyakit tersebut dan dapat merubah pola
hidupnya demi tercapainya hidup sehat. Pendidikan kesehatan juga bagus dan sangat
diperlukan bagi kalangan pelajar maupun mahasiswa yang notabennya berusia remaja
guna melakukan upaya pencegahan terhadap penyakit gout artritis. Menurut Notoatmodjo
(2007) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penanganan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah, antara lain pengaturan
diet, menghindari atau mengurangi makanan tinggi purin, konsumsi vitamin dan mineral
serta serat yang cukup, olahraga rutin, berhenti merokok, pengobatan farmakologi dan
juga pengobatan herbal (Sari & Syamsiyah, 2017). Dengan pendidikan kesehatan
diharapkan mampu mengedukasi mahasiswa STIKES Hang Tuah Surabaya agar
memperhatikan pola kebiasaan sehari-hari sesuai apa yang disampaikan sebelumnya
dengan tujuan mencegah timbulnya penyakit gout artritis sehingga menjadi mahasiswa
yang sehat guna terciptanya kelancaran dalam kegiatan proses belajar mengajar
mahasiswa.