Anda di halaman 1dari 34

Bidang Ilmu : Pendidikan

Kedokteran

USULAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA

”ANALISIS FAKTOR DETERMINAN MEDIKO SOSIAL PADA IBU


DENGAN BAYI STUNTING DI KABUPATEN MAMUJU
PROVINSI SULAWESI BARAT“

dr. Nevi Sulvita Karsa, M.Kes (NIDN 0908088802)


dr. Andi Alamanda Irwan (NIDN 0913128403)
dr. Utomo Andi Pangnguriseng (NIPS 111191517)

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


JUNI 2019
Bidang Ilmu : Pendidikan Kedokteran

USULAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA

”ANALISIS FAKTOR DETERMINAN MEDIKO SOSIAL PADA IBU


DENGAN BAYI STUNTING DI KABUPATEN MAMUJU
PROVINSI SULAWESI BARAT“

dr. Nevi Sulvita Karsa, M.Kes (NIDN 0908088802)


dr. Andi Alamanda Irwan (NIDN 0913128403)

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


JUNI 2019
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN DOSEN PEMULA

1. Judul Penelitian : Analisis Faktor Determinan Mediko Sosial Pada Ibu


dengan Bayi Stunting di Kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat
2. Bidang Ilmu : Pendidikan Kedokteran
3. Ketua Peneliti :
a. Nama Lengkap : dr. Nevi Sulfita Karsa, M.Kes
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. NIDN : 0908088802
d. Bidang Keahlian : Farmakologi
e. Pangkat/Golongan : IIIb
f. Jabatan : Dosen
g. Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran
h. Alamat : Jl. Urip Sumoharjo Km. 5, Makassar
i. Telpon/Faks/E-mail : 0411 – 443280
j. Alamat Rumah : Racing Centre 2 No. 5a
k. Telpon/Faks/E-mail: 082393631616
4. Jumlah Anggota Peneliti : 4 orang
a. Nama Anggota I : dr. Andi Alamanda Irwan
b. Nama Anggota II : dr. Utomo Andi Pangnguriseng
Mahasiswa (2 orang)
5. Lokasi Penelitian : Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat
6. Jumlah Biaya Penelitian yang Diterima : Rp 11.567.500,-

Mengetahui, Makassar, 17 Juni 2019


a.n Dekan FK UMI
Wakil Dekan 1 Ketua Pelaksana

Dr. dr. H. Nasrudin A.M, Sp.OG(K), MARS dr. Nevi Sulvita Karsa,
M.Kes
NIPS: 111 06 0826 NIPS: 111 15 1312
Menyetujui,
Ketua LP2S

Prof. Dr. Syahnur Said, S.E., M.S.


NIPS: 10286019
DAFTAR ISI

Sampul Depan
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Ringkasan

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................ 4
1.3. Tujuan Penelitian ................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................ 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stunting ................................................ 6
2.2. Faktor Determinan Kesehatan ................................................. 11
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ……..........................................15
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 15
3.3 Populasi dan sampel ................................................. 15
3.4 Instrumen pengumpulan data ................................................. 16
3.5 Analisis data ................................................. 16
3.6 Prosedur pengambilan data ................................................. 17
3.7 Pertimbangan etik ................................................. 19
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran

Lampiran 1 Format Justifikasi Anggaran


Lampiran 2 Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas
Lampiran 3 Biodata Ketua dan Anggota
Lampiran 4 Surat Pernyataan Ketua Peneliti
RINGKASAN

Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan


malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang
yang ditunjukkan dengan nilai z-score menurut WHO. Data UNICEF tahun 2013
sekitar 1 dari 4 balita mengalami stunting. Di Indonesia, berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar tahun 2013, terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting.
Diketahui dari jumlah presentase tersebut, 19,2% anak pendek dan 18% sangat
pendek. Prevalensi stunting ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil
Riskesdas tahun 2010 yaitu sebesar 35,6%. Kementrian Kesehatan tahun 2018
memprlihatkan bahwa Provinsi Sulawesi Barat merupakan tertinggi kedua angka
kejadian stunting di Indonesia yakni mencapai 39,7%.
Komplikasi obstetrik sangat berpengaruh terhadap beberapa faktor
determinan salah satunya yaitu mediko sosial. Faktor tersebut merupakan masalah
kompleks karena berhubungan dengan banyak hal seperti derajat kesehatan
termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi ibu sebelum dan selama
kehamilan. Status sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan keluarga,
pendidikan orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga
secara tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Hasil
Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa kejadian stunting balita banyak
dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah. Data
UNICEFF mengatakan bahwa stunting pada balita dapat menghambat perkembangan
anak, dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya
seperti penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit tidak menular, penurunan
produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.
Dalam penelitian ini mengambil jenis penelitia survey analitik dengan
pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di Kabupaten Mamuju Sulawesi
Barat dengan sample semua bayi stunting. Dengan luaran agar dapat menurunkan
angka kejadian stunting di Kabupaten Mamuju.
Kata kunci: stunting, mediko social
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan
adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis
maupun berulang yang ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut
usia (TB/U) kurang dari –2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar World
Health Organization. Dimana secara global (UNICEFF), sekitar 1 dari 4
balita mengalami stunting. 1
Hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas 2010) menunjukkan
bahwa secara nasional prevalensi balita pendek menurun hanya 1.2% yaitu dari
36.8% pada tahun 2007 menjadi 35.6% pada tahun 2010, padahal target pada
RPJMN prevalensi balita pendek harus diturunkan menjadi 32% pada tahun
2014 (BAPPENAS 2010). Di sisi lain WHO menyarankan target penurunan
prevalensi stunting hingga menjadi 20% pada tahun 2020 (Frongillo 1999).
Bila diperhatikan kembali data yang diperoleh dalam Riskesdas 2010,
prevalensi balita pendek terus meningkat jelas pada kelompok umur 0—23
bulan. Dari 28.1% pada kelompok umur dibawah 5 bulan, menjadi 32.1% pada
kelompok umur 6—11 bulan, hingga menjadi 41.5% pada kelompok umur
12—23 bulan.1,2
Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas)
tahun 2013, terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari
jumlah presentase tersebut, 19,2% anak pendek dan 18,0% sangat pendek.
Prevalensi stunting ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil Riskesdas
tahun 2010 yaitu sebesar 35,6%.1-3

Masa antara kehamilan/janin hingga dua tahun pertama kehidupan anak


adalah masa kritis, disebabkan kebutuhan gizi pada kelompok ini paling tinggi
padahal kelompok ini kelompok yang paling rawan memperoleh pola asuh
yang salah, akses pelayanan kesehatan yang tidak cukup dan pola pemberian
makan yang tidak tepat. Tinggi badan sangat berkaitan dengan produktivitas
dan tinggi badan akhir ditentukan oleh gizi mulai dari konsepsi hingga umur
dua tahun. Kurangnya tinggi badan saat dewasa adalah akibat dari stunting
masa kecil yang berhubungan dengan hilangnya produktivitas sebesar 1.4%.
Stunting juga menurunkan intelligence quotient (IQ)/tingkat kecerdasaan
seseorang dari 5—11 poin (World Bank 2006). Stunting yang terjadi pada usia
terlalu dini cenderung membuat kondisi stunting lebih parah (p<0,000).2

Tingginya prevalensi stunting pada anak usia 0—23 bulan di Indonesia


saat ini dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Kualitas manusia Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara tetangga
seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Ranking Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Indonesia tahun 2011 adalah 124 dari 187 negara, sedangkan
Malaysia 61, Thailand 103, dan Filipina 112.2
Masa balita merupakan periode yang sangat peka terhadap lingkungan
sehingga diperlukan perhatian lebih terutama kecukupan gizinya. Masalah
gizi terutama stunting pada balita dapat menghambat perkembangan anak, dengan
dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya seperti
penurunan intelektual, rentan terhadap penyakit tidak menular, penurunan
produktivitas hingga menyebabkan kemiskinan dan risiko melahirkan bayi
dengan berat lahir rendah.2,3
Status sosial ekonomi keluarga seperti pendapatan keluarga,
pendidikan orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota
keluarga secara tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian stunting.
Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian stunting balita
banyak dipengaruhi oleh pendapatan dan pendidikan orang tua yang rendah.3
Komplikasi obstetrik sangat berpengaruh terhadap beberapa faktor
determinan salah satunya yaitu mediko sosial. Faktor tersebut merupakan
masalah kompleks karena berhubungan dengan banyak hal seperti derajat
kesehatan termasuk status kesehatan reproduksi dan status gizi ibu sebelum dan
selama kehamilan. Kejadian komplikasi obstetrik terdapat pada sekitar 20%
dari seluruh ibu hamil, namun kasus komplikasi obstetrik yang ditetapkan
untuk awal tahun 2012 sampai akhir tahun 2016 adalah minimal 12 % dari
semua ibu hamil atau 60% dari kasus komplikasi obstetrik. Peningkatan kasus
komplikasi di atas ini disebabkan oleh faktor determinan mediko sosial dan
medico obstetrik. Dimana faktor determinan social yaitu seperti umur,
pendapatan, motivasi, pendidikan, pekerjaan dan kepercayaan.2,3

Kementerian Kesehatan tahun 2016 melakukan Pemantauan Status


Gizi Dari hasil survei tersebut ditemukan 27,5 persen bayi di bawah lima
Tahun (Balita) mengalami stunting (tinggi badan di bawah
standar/pendek) berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Umur (TB/U).
Jumlah tersebut terdiri dari 8,5 persen bayi sangat pendek dan 19 persen bayi
pendek. Sementara 72,5 persen bayi usia 0-59 bulan tersebut memiliki gizi
normal.2
Di Indonesian tengah, provinsi dengan bayi yang mengalami stunting
terbesar adalah di Sulawesi Barat, yakni mencapai 39,7%. Jumlah tersebut
terdiri dari Balita sangat pendek mencapai 14,7% dan Balita pendek 25%.
Sedangkan provinsi dengan bayi stunting terendah adalah Provinsi Bali, yaitu
hanya mencapai 19,7%, yang terdiri dari bayi sangat pendek 5,2% dan bayi
pendek 14,5%.3
Oleh karena tingginya angka kejadian stunting di wilayah Indonesia
tengah yaitu Provinsi Sulawesi Barat khususnya di Kabupaten Mamuju
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor
determinan mediko sosial pada ibu hamil terhadap kejadian bayi stunting di
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat agar nantinya dapat menurunkan angka
kejadian stunting di wilayah Sulawesi Barat khususnya di Kabupaten Mamuju.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah ada hubungan antara faktor determinan mediko sosial pada ibu
hamil dengan bayi stunting di Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat?”
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara faktor determinan mediko sosial pada ibu
dengan bayi stunting di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat.
2. Tujuan Khusus
2.1 Mengidentifikasi data angka kejadian stunting di Kabupaten Mamuju,
Provinsi Sulawesi Barat.
2.2 Mengidentifikasi faktor-faktor mediko sosial pada ibu hamil dengan
bayi stunting di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
2.3 Menganalisis hubungan antara faktor determinan mediko sosial pada ibu
dengan bayi stunting di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk pemerintah daerah
Sebagai data utama untuk menentukan kebijakan daerah dalam
upaya menurunkan angkata stunting di Kabupaten Mamuju, Provinsi
Sulawesi Barat.
2. Untuk pemerintah daerah
Meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya daya
tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap faktor risiko
dalam segi mediko sosial untuk mencegah terjadinya bayi stunting.
3. Bidang Akademik
2.1.Memberikan informasi tentang berbagai faktor-faktor determinan
mediko sosial pada pada ibu hamil yang berpengaruh terhadap
terjadinya bayi stunting di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat secara
terintegrasi dalam academic health system.
2.2.Memberikan sumbangan teoritis maupun praktis terutama dalam
mengembangkan suatu perspektif baru tentang analisis faktor
determinan mediko sosial pada pada ibu hamil yang berpengaruh
terhadap terjadinya bayi stunting secara terintegrasi.
2.3.Menjadi data dasar dan inspirasi dalam melakukan penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Stunting
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam
kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi
pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan
penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat
dewasa. Kemampuan kognitif para penderita juga berkurang, sehingga
mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi Indonesia.4
Stunting dikatakan sebagai penanda risiko dari perkembangan anak,
dan merupakan salah satu hambatan yang paling penting terhadap
pembangunan manusia. Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek,
hingga melampaui defisit dua standar deviasi (SD) di bawah median panjang
atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional, dan
merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan, pendidikan dan pendapatan
masyarakat. Dampaknya sangat luas, mulai dari dimensi ekonomi, kecerdasan,
kualitas, dan dimensi bangsa yang berefek pada masa depan anak.4

Tabel 1: Data bayi stunting berdasarkan Riskesda Kemenkes tahun 2018.


Kementerian Kesehatan tahun 2018 melakukan Pemantauan
Status Gizi . Dari hasil survei tersebut ditemukan 29,9 persen rata-rata bayi
di bawah lima Tahun (Balita) di Indonesia mengalami stunting (tinggi badan
di bawah standar/pendek) berdasarkan indeks Tinggi Badan menurut Umur
(TB/U). Jumlah tersebut terdiri dari 8,5 persen bayi sangat pendek dan 19
persen bayi pendek. Sementara 72,5 persen bayi usia 0-59 bulan tersebut
memiliki gizi normal.12

Di Indonesia Tengah, provinsi dengan bayi yang mengalami stunting


terbesar adalah di Sulawesi Barat, yakni mencapai 39,7%. Jumlah tersebut
terdiri dari Balita sangat pendek mencapai 14,7% dan Balita pendek 25%.
Sedangkan provinsi dengan bayi stunting terendah adalah Provinsi Bali, yaitu
hanya mencapai 19,7%, yang terdiri dari bayi sangat pendek 5,2% dan bayi
pendek 14,5%.4,6

Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stress yang sudah


berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk), yang
kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).6

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan


berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan
ibu hamil yang mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan melahirkan
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berlanjut
menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak sekolah
dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang
kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa penanggulangan yang
memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation. Kekurangan gizi pada
hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama, selain dampak terhadap
tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti
masalah defisiensi zat gizi mikro.6
2.1.1. Dampak Stunting Pada Balita
Laporan UNICEF tahun 1998, beberapa fakta terkait stunting dan
pengaruhnya adalah sebagai berikut :6
a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia
enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua
tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka
panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu
untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan, dibandingkan
anak-anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting
cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari
sekolah dibandingkan anak-anak dengan status gizi baik. Hal ini
memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam
kehidupannya dimasa yang akan datang.
b. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan
anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat menganggu
pertumbuhan dan perkembangan inteletual. Penyebab dari stunting
adalah bayi berat lahir rendah, 12 ASI yang tidak memadai, makanan
tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.
Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting
mengonsumsi makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi
kadar gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah
pinggiran kota dan komunitas pedesaan.
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
menganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.
Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang
hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa
remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan
mempngaruhi secara langsung pada kesehatan dan prduktivitas,
sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak BBLR. Stunting
terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung
menghambat dalm proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar
meninggal saat melahirkan. Akibat lainnya kekurangan gizi/stunting
terhadap perkembangan sangat merugikan performance anak. Jika
kondisi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak (0-
3 tahun) maka tidak dapat berkembang dan kondisi ini sulit untuk dapat
pulih kembali. Hal ini disebabkan karena 80-90% jumlah sel otak
terbentuk semenjak masa dalam kandungan sampai usia 2 (dua) tahun.
Apabila gangguan tersebut terus berlangsung maka akan terjadi
penurunan skor tes IQ sebesar 10-13 point. Penurunan perkembangan
kognitif, gangguan pemusatan perhatian dan manghambat prestasi
belajar serta produktifitas menurun sebesar 20- 30%, yang akan
mengakibatkan terjadinya loss generation, artinya anak-anak tersebut
hidup tetapi tidak bisa berbuat banyak baik dalam bidang pendidikan,
ekonomi dan lainnya. Generasi demikian hanya akan menjadi beban
masyarakat dan pemerintah, 13 karena terbukti keluarga dan
pemerintah harus mengeluarkan biaya kesehatan yang tinggi akibat
warganya mudah sakit.

2.1.2. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri


Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros.
Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah
ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri adalah
hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak
dibawah kulit.6
Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi
seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat objektif
atau subjektif. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan dengan
baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak
langsung. Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status
gizi secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat.
Antropometri dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi
perseorangan maupun masyarakat.6
Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya
melakukan latihan sederhana, selain itu antropometri memiliki metode yang
tepat, akurat karena memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti,
mempunyai prosedur yang sederhana, dan dapat dilakukan dalam jumlah
sampel yang besar. Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam
survei gizi adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang
disesuaikan dengan usia anak. Pengukuran yang sering dilakukan untuk
keperluan perorangan dan keluarga adalah pengukuran berat badan (BB), dan
tinggi badan (TB) atau panjang badan (PB).6
Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan menurut
umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi
saat ini (saat diukur) karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak
spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh
tinggi badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator
BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.6
2.1.3. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Tinggi badan akan seiring dengan pertambahan umur
dalam keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan
nampak dalam waktu yang relatif lama. Indeks Tinggi Badan Menurut Umur
(TB/U) memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat
dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup
sehat dan pola asuh/ pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak
dilahirkan yang mengakibatkan anak stunting.6
Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik untuk
mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-mana dan
dibuat secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur anaknya. Kelemahan
indeks TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun,
dapat terjadi kesalahan yang mempengaruhi presisi, akurasi dan dan validitas
pengukuran. Sumber kesalahan bisa berasal dari tenaga yang kurang terlatih,
kesalahan pada alat dan tingkat kesulitan pengukuran.6
TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena
merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang
yang tergolong pendek “pendek tak sesuai umurnya (PTSU)” kemungkinan
keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya dalam keadaan normal tinggi
badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi
terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup
lama.6

2.2. Faktor Determinan Kesehatan


Determinan Kesehatan adalah faktor-faktor yang menentukan dan
mempengaruhi ( membentuk) status kesehatan dari individu atau masyarakat.
Menurut Bloom, 1978, yang termasuk ke dalam determinan kesehatan meliputi
genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku individu. Determinan
kesehatan pada obstetrik berupa psikososial, mediko-obstetrik, fasilitas
kesehatan, dan tenaga kesehatan. Faktor psikososial meliputi usia ibu, suku
daerah, agama/kepercayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber biaya.
Mediko obstetrik keadaan individu dari ibu selama kehamilan meliputi paritas/
jumlah persalinan, jarak persalinan, dan riwayat obstetrik yang menyebabkan
pertimbangan pengambilan dalam keputusan tindakan persalinan ataupun
rujukan.(6) Menurut Simon-Morton, dan Green 1995 determinan kesehatan
meliputi Genetik, Lingkungan fisik, Lingkungan Sosial, Pelayanan kesehatan,
dan Perilaku. Perbedaaan dengan teori Bloom adalah untuk determinan
lingkungan lebih dispesifikan menjadi lingkungan fisik dan lingkungan social.
2.2.1. Faktor Mediko Sosial
Sosial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup sosial.
Sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di
sekitarnya. Faktor-faktor determinan Sosial dalam obstetri meliputi umur,
suku, agama, pekerjaan dan tempat tinggal (Widodo, 2017). (Chaplin, 2011).
a. Suku
Menurut Philip Kotler, banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
seseorang, salah satunya adalah faktor sosial dan kebudayaan. Suku
termasuk bagian dari budaya yang tentunya akan mempengaruhi perilaku
dalam menggunakan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.
Suku daerah merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Bila makhluk-makhluk lainnya bertindak
berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari sedangkan
perilaku pada manusia biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya
sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antar seorang yang tinggal
pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berada di
lingkungan yang lain pula. Sehingga pemasar sangat berkepentingan untuk
melihat pergeseran budaya tersebut agar dapat menyediakan produk dan
jasa yang diinginkan konsumen (Sumarwan, 2014).

b. Agama/Kepercayaan
Agama merupakan salah satu faktor sosio-demografis yang mempengaruhi
penggunaan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan yang
merupakan salah satu bentuk dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
menjamin agar setiap wanita hamil dan menyusui dapat memelihara
kesehatannya sesempurna mungkin, dapat melahirkan bayi yang sehat tanpa
gangguan apapun dan dapat merawatnya dengan baik. Melahirkan
merupakan suatu peristiwa yang dianggap sakral, sehingga dalam
pelaksanaannya biasanya disesuaikan dengan ajaran agama yang dianut oleh
ibu mulai dari awal kehamilan sampai waktu persalinan nanti. Persalinan
yang dilakukan dengan seksio sesarea sering dikaitkan dengan masalah
kepercayaan yang masih berkembang di Indonesia. Masih banyak penduduk
di kota-kota besar mengaitkan waktu kelahiran dengan peruntungan nasib
anak dilihat dari faktor ekonomi. Tentunya tindakan seksio sesarea
dilakukan dengan harapan apabila anak dilahirkan pada tanggal dan jam
sekian, maka akan memperoleh rezeki dan kehidupan yang baik.
c. Tingkat Pendidikan
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan
kesehatannya selama kehamilan bila dibanding dengan ibu yang tingkat
pendidikannya lebih rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor
penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan juga keluarga.
Semakin tinggi pendidikan formal seorang ibu diharapkan semakin
meningkat pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan
dalam kehamilan dan persalinannya, sehingga timbul dorongan untuk
melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur. Persalinan
seksio sesarea lebih sering terjadi pada ibu yang mempunyai pendidikan
yang lebih rendah.

d. Pekerjaan

Derajat sosio-ekonomi masyarakat akan menunjukkan tingkat kesejahteraan


dan kesempatannya dalam menggunakan dan menerima pelayanan
kesehatan. Jenis pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan
keadaan sosio-ekonomi keluarga. Beberapa alasan yang mendasari
kecenderungan melahirkan dengan seksio sesarea semakin meningkat
terutama di kota-kota besar, seperti di Jakarta banyak para ibu yang bekerja.
Mereka sangat terikat dengan waktu. Mereka sudah memiliki jadwal
tertentu, misalnya kapan harus kembali bekerja (Hutabalian, 2011).

e. Sumber Biaya

Biaya persalinan bersumber dari pendapatan keluarga/biaya sendiri, atau


ditanggung oleh pihak asuransi kesehatan baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah maupun perusahaan. Pendapatan yang dimaksud adalah seluruh
pendapatan (suami atau istri) dalam satu bulan termasuk gaji atau upah.
Hasil pertanian, perdagangan dan lainnya diukur dalam satuan rupiah. Upah
minimum provinsi Sulawesi Selatan tahun 2018 adalah Rp. 2.600.000
berdasarkan Permenaker no. 78 tahun 2015 dan PP No. 78 tahun 2016.
BAB III
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah Survey analitik. Rancangan penelitian yang
digunakan dengan pendekatan cross sectional (potongan lintang ) dengan
pendekatan retrospektif dimana variabel sebab dan variabel akibat (variabel
terkait dan bebas) diukur dalam waktu yang bersamaan dan sesaat (point time
approach).
4.2.Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi
Barat. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena Provinsi Sulawesi Barat
terutama di Kabupaten Mamuju adalah daerah tertinggi kedua di Indonesia
untuk kasus stunting, oleh karena itu peneliti ingin melihat lebih lanjut apakah
faktor determinan dari mediko sosial menjadi salah satu penyumbang terhadap
terjadinya stunting di wilayah tersebut.
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus 2019
sesuai dengan waktu yang ditentuka oleh LP2S UMI.
A. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan
(Sedarmayanti, 2012)
Populasi dalam penelitian ini adalah anak stunting di Kabupaten
Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat periode Juni-Agustus 2019
2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan Total sampling yaitu seluruh bayi stunting di Kabupaten
Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
a. Kriteria inklusi
1) Bayi stunting berusia 2-5 tahun di Kabupaten Mamuju
2) Ibu yang bersedia menjadi subyek penelitian
b. Kriteria ekslusi
1) Bayi stunting dengan orang tua yang tidak diketahui.
B. Instrumen pengumpulan data
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian secara spesifik sehingga dihasilkan data yang diperlukan
dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, instrumen yang bisa
digunakan adalah pedoman wawancara dan pedoman observasi (Sugiyono,
2013).
Dalam penelitian ini, instrumen pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner, lembar observasi dan checklist.
C. Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh data
primer terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, analisa data yang dilakukan
secara kronologis setelah data selesai dikumpulkan semua dan biasanya
diolah dan dianalisis dengan secara computerized berdasarkan metode
analisi data yang telah ditetapkan dalam desain penelitian (Sugiyono,2013)..
Uji yang digunakan dalam analisis data ini adalah Uji Uji chi square.
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah
a. Analisa Univariat
Jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel. Analisis ini
dilakukan terhadap penelitian deskriptif, dengan menggunakan statistik
deskriptif. Hasil penghitungan statistic tersebut nantinya merupakan dasar
dari penghitungan selanjutnya. Analisis univariat digunakan untuk
mengetahui statistik dekskriftif dari masing-masing variabel dalam bentuk
persentase.
b.Analisa Bivariat
Jenis analisis ini digunakan untuk melihat hubungan dua variabel.
Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok, yaitu variabel
terpengaruh (tidak bebas) dan variabel pengaruh (bebas), dan Pada
penelitian ini, dilakukan uji pada variabel hubungan antara bayi stunting
dengan faktor paritas ibu saat hamil, hubungan bayi stunting dengan faktor
jarak kehamilan ibu saat hamil, dan hubungan bayi stunting dengan faktor
obstetri yang buruk saat ibu hamil.

D. Prosedur Pengambilan Data


1. Prosedur Administrasi
a. Peneliti mengajukan kaji etik penelitian pada komite etik UMI setelah
ujian proposal.
b. Peneliti mengajukan surat izin penelitian yang dikeluarkan oleh LP2S
UMI dan ditujukan kepada Bupati Kabupaten Mamuju.
c. Setelah mendapatkan disposisidari Bupati Kabupaten Mamuju,
meneruskan surat izin penelitian ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Mamuju.
d. Persiapan Kolektor data, dalam pengumpulan data dilakukan oleh
peneliti dengan bantuan orang lain. Peneliti memilih kolektor data
dengan kriteria mahasiswa S1 yang berdomisili di Kabupaten Mamuju.
Sebelum pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu kolektor
diberikan pelatihan tentang prosedur penelitian.
2. Prosedur Tekhnis
a. Peneliti melakukan penelitian di Kabupaten Mamuju.
b. Peneliti menentukan subyek penelitian berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi.
c. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan penelitian meliputi
tujuan, hak dan kewajiban responden serta manfaat penelitian yang
dilakukan.
d. Peneliti memberikan lembar penjelasan dan persetujuan atau informed
consent untuk ditandatangani oleh responden jika responden bersedia
untuk berpartisipasi dalam penelitian.
e. Peneliti dibantu oleh kolektor data.
f. Data yang diperoleh kemudian didokumentasikan pada lembar
observasi.
E. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip etik
meliputi:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (Respect for human dignity)
Penelitian ini harus dilakukan dengan menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia. Subyek memiliki hak asazi dan kebebasan untuk
menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (Autonomy). Tidak
boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subyek bersedia ikut
dalam penelitian, subyek dalam peneliti juga berhak mendapatkan
informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan penelitian
meliputi tujuan, manfaat, prosedur penelitian, resiko penelitian,
keuntungan yang didapat dan kerahasiaan informasi.
Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan
mempertimbangkan dengan baik, subyek kemudian menentukan
apakah akan ikut serta atau menolak sebagai subyek penelitian. Prinsip
ini tertuang dalam informed consent yaitu persetujuan yang
berpartisipasi sebagai subyek penelitian setelah mendapatkan
penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti tentang keseluruhan
pelaksanaan penelitian
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek(Respect for privaci and
confidentiality)
Peneliti perlu merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut
privasi subyek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang
dirinya diketahui orang lain. Prinsip ini diterapkan dengan cara
meniadakan identitas seperti nama, alamat subyek kemudian diganti
dengan kode tertentu.
c. Menghormati keadilan dan inklusivitas (Respect of justice
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan data penelitian dilakukan secara jujur, tepat,
cermat, hati-hati dan dilakukan secara profesional. Sedangkan prinsip-
prinsip keadilan mengandung makna bahwa penelitian memberikan
keuntungan dan beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan subyek
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (Balancing
harm and benefits)
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat sebesar-besarnya bagi subyek penelitian dan populasi
dimana hasil penelitian akan diterapkan, kemudian meminimalisir dampak yang
merugikan bagi subyek penelitian. Prinsip ini yang harus diperhatikan oleh peneliti
ketika pengajuan usulan penelitian untuk mendapatkan persetujuan etik dari komite
etik penelitian. Peneliti harus mempertimbangkan ratio antara manfaat dan kerugian
resiko dari penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1. Nasikhah R, Margawati A. 2012. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 24-36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur, Journal of Nutrition
College.
2. Nadiyah, dkk. 2014. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 0-23 Bulan Di
Provinsi Bali, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Gizi dan Pangan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju. 2019. Skrining Stunting di Kabupaten
Mamuju. Sulawesi Barat.
4. Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
5. Sumarwan, Ujang. 2014. Perilaku Konsumen: Teori dan penerapannya dalam
pemasaran. Bogor: Gjalia Indonesia.
6. Putra, Onetusfifsi. 2015. Pengaruh BBLR Terhadap Kejadian Stunting Pada
Anak usia 12-60 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pauh. Padang: Universitas
Andalas.
7. Amini, Aulia. 2016. Hubungan Kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 12-59 Bulan di Kabupaten Lombok Utara
Provinsi NTB. Medan: Universitas Aisyah Yogyakarta.
8. Saryono. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
Yogyakarta: Mitra Cendikia.
9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Sistem Rujukan
Nasional. Jakarta: Direktorat Jenderal BUK (Bina Upaya Kesehatan)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
10. Hutabalian, Dintar. 2011. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Ibu bersalin
terhadap indikasi tindakan Sectio Caesarea Dalam Persalinan Di Rumah Sakit
Umum Daerah Swadana Taratung. Program S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat
USU. Medan.
11. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2008.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
13. Lampiran 1 Format Justifikasi Anggaran

1. Honor
Honor/Jam Waktu Honor per
Honor Minggu
(Rp) (jam/minggu) Tahun (Rp)
Ketua 30.000 5 10 1.500.000
Anggota1 20.000 5 10 1.000.000
Anggota 2 20.000 5 10 1.000.000
SUB TOTAL (Rp) 3. 500.000

2. Bahan dan Alat Habis Pakai


Harga
Biaya per
Uraian Justifikasi Kuantitas Satuan
Tahun (Rp)
(Rp)
Kertas Untuk penyusunan 2 rim 40.000 80.000
proposal, hasil, dan
dokumen
pendukung
Pulpen Untuk penyusunan 1 kotak 20.000 20.000
proposal, hasil, dan
dokumen
pendukung
Catridge Untuk penyusunan 2 unit 200.000 400.000
Hitam proposal, hasil, dan
dokumen
pendukung
Catridge Untuk penyusunan 2 unit 350.000 700.000
Warna proposal, hasil, dan
dokumen
pendukung
SUB TOTAL (Rp) 1.200.000

3. Transportasi & Akomodasi


Harga
Biaya per Tahun
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Satuan
(Rp)
(Rp)
Tiket PP
(Makassar -
Mamuju -
Makassar) 3 1,000,000 3,000,000
Penginapan saat
- kegiatan 1 kamar/ 2 700,000 1,400,000
Pengambila hari
n data bayi
stunting
Transportas
i
Kendaraan (mobil) saat 1 unit 300,000 900,000
kegiatan

SUB TOTAL (Rp) 5.300,000

4.Lain-lain
Harga
Biaya per
Kegiatan Justifikasi Kuantitas Satuan
Tahun (Rp)
(Rp)
Publikasi Artikel ilmiah
jurnal nasional 1 paket 1,000,000 1,000,000
Laporan Penyusunan 4
Proposal proposal eksemplar 50,000 200,000
Penyusunan dan
Laporan pelaporan hasil 4
Akhir akhir eksemplar 70,000 280,000
Pembayaran pajak
PPH 2.5% penghasilan 3 orang 87.500
SUB TOTAL (Rp) 1.567.500
TOTAL ANGGARAN YANG DIPERLUKAN (Rp) 11.567.500
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas

No Nama / NIDN Instansi Bidang Alokasi Uraian Tugas


Waktu
Asal Ilmu (jam/minggu)

1. dr.Nevi Sulvita Karsa / 0908088802 UMI Kedokteran 5 jam / minggu Ketua

2 dr. Utomo Andi Pangnguriseng / UMI Kedokteran 5 jam/minggu Anggota


111191517
Biodata Tim Peneliti/Pelaksana
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Dr. Nevi sulvita Karsa
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Non Jabatan Fungsional
4. NIP 111 15 1336
5. NIDN 0908088802
6. Tempat dan Tanggal Lahir Soppeng, 8 Agustus 1988
7. E-mail nevisulvita@yahoo.com
8. Nomor Telepon/Hp 082393631616
9. Alamat Kantor Jl. Urip Sumiharjo, Km.5 kampus II UMI
10. Nomor Telepon/Fax 0411-425619
11. Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 2010 profesi dokter =2012
12. Mata Kuliah yang Diampu 1. Farmakologi

B. Riwayat Pendidikan
S-1 Profesi dokter
Nama Perguruan Universitas Muslim Indonesia Universitas Muslim
Tinggi Indonesia
Bidang Ilmu Kedokteran Kedokteran
Tahun Masuk-Lulus 2007-2010 2010-2013
Judul Skripsi/Tesis S1 :
Nama Pembimbing Dr.Hj. Hermiaty Nasrudin,M.Kes
Dr.H.Muchlis Manguluang,M.Kes
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Dosen Pemula.

Makassar, Juni 2019


Peneliti,

dr. Nevi Sulvita Karsa


A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) : dr. Andi Alamanda Irwan

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Jabatan Fungsional :-

4. NIP/NIK/Identitas lain : 111 10 1027

5. NIDN : 0913128403

6. Tempat dan Tanggal Lahir : Ujung Pandang. 13 Desember 1984

7. Email : dr.alamandairwan@yahoo.com

8. Nomor Telepon/HP : 081242522255


: Jl. Urip Sumoharjo Km.5, Kampus 2
9. Alamat Kantor
UMI
10. Nomor Telepon/Fax : 0411 - 443280

11. Mata Kuliah yang Diampu : Ilmu Farmakologi Klinik

B. Riwayat Pendidikan
S-1
Nama Perguruan Tinggi : Universitas Muslim Indonesia

Bidang Ilmu : Ilmu Kedokteran

Tahun Masuk – Lulus : 2002 - 2009


: GAMBARAN HUBUNGAN
PERILAKU DAN SIKAP
MAHASISWA FK UMI ANGKATAN
Judul Skripsi/Tesis/Disertasi
2006 MAKASSAR TENTANG
KEGIATAN PROBLEM BASED
LEARNING
Nama Pembimbing/Promotor : dr. Irwin Aras,M.Epid
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Dosen Pemula.
Makassar, Juni 2019
Peneliti,

dr. Andi Alamanda Irwan


A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap dr. Utomo Andi Pangnguriseng
2. Jenis Kelamin Laki-laki
3. Jabatan Fungsional -
4. NIP 111191517
5. NIDN -
6. Tempat dan Tanggal Lahir Sorowako, 10 September 1991
7. E-mail utomoandip@gmail.com
8. Nomor Telepon/Hp 085299963135
9. Alamat Kantor Jl. Urip Sumiharjo, Km.5 kampus II UMI
10. Nomor Telepon/Fax 0411-425619
11. Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = UMI 2014 Profesi Dokter = UMI 2016
12. Mata Kuliah yang Diampu -

B. Riwayat Pendidikan
S-1 Profesi dokter
Nama Perguruan Universitas Muslim Indonesia Universitas Muslim
Tinggi Indonesia
Bidang Ilmu Kedokteran Kedokteran
Tahun Masuk-Lulus 2010-2014 2014-2016
Judul Skripsi/Tesis S1 : Hubungan Tingkat
Pengetahuan, Sikap dan Tindakan
Santri terhadap Kejadian Tinea
cruris di Pesantren Immim Putra
Makassar.
Nama Pembimbing dr. H. Syamsu Rijal, M.Kes, Sp.PA
dr. Edward Pandu Wiriansya, Sp.P

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir


Pendanaan
No Tahun Judul Penelitian Jml
Sumber
(Juta/Rp)
1 2018 Pemberdayaan dan Penanggulangan
Tenaga Kesehatan dalam Skrining
Kanker Leher Rahim dengan Metode Pap PKMD -
Smear Sejak Dini di Kabupaten Luwu
Timur
2 2018 Penanggulangan Kanker Payudara untuk
Setiap Perempuan Secara Mandiri
Melalui Program Periksa Payudara Sejak PKMD -
Dini (SADANI) di Kabupaten Luwu
Timur
3 2017 Neonatus with Cornelia De Lange
Mandiri -
Syndrome
4 2014 Correlation Between Knowledge,
Manner, Action And Tinea Cruris In
Mandiri -
IMMIM Boarding School For Boys
Makassar
5 2014 Expression Of CD68 In Patients With
Multibacillary Type Of Leprosy As A
Marker Of Intracellular Location From
Mandiri -
Mycobacterium Leprae – Pre-Conference
Competition (PCC), Scientfic Paper
Category EAMSC 2014
6 2013 Dengen (Dillenia Serrata) Sebagai
Sumber Alternatif Vitamin C Untuk Mandiri -
Masyarakat Sorowako

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar
dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam pengajuan Penelitian Dosen Pemula.
Makassar, Juni 2019
Peneliti,

dr. Utomo Andi Pangnguriseng


Lampiran 4.Surat Pernyataan Ketua Peneliti

YAYASAN WAKAF UMI


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gedung Menara UMI Lt.9 Jl. Urip Sumohardjo Km.05 Telp.(0411) 455666 - 455696 Fax. (0411) 455695
Makassar 90231
Kampus II : Jl.Urip Sumoharjo KM.05 Telp. (0411) 453818 - 449775-4533308 Fax. (0411) 453009
Makassar 90231
Website :www.umi.ac.id Email : umi@umi.ac.id / humas.umi@gmail.com

SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI / PELAKSANA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : dr. Nevi Sulfita Karsa, M.Kes
NIDN : 0908088802
Pangkat/Golongan : IIIb
Jabatan Fungsional : Dosen
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian dengan judul:
ANALISIS FAKTOR DETERMINAN MEDIKO SOSIAL PADA IBU
DENGAN BAYI STUNTING DI KABUPATEN MAMUJU PROVINSI
SULAWESI BARAT yang diusulkan dalam Proposal Penelirtian Dosen pemula
untuk tahun anggaran 2018/2019 Bersifat original dan belum pernah dibiayai
oleh lembaga/sumber dana lain.
Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan
ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke LP2S UMI.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-
benarnya.
Makassar, 17 Juni 2019
Yang menyatakan,

dr. Nevi Sulfita Karsa, M.Kes


NIPS : 111 15 1312

Anda mungkin juga menyukai