Pembimbing :
Sri Quintina Indriyana, dr., M. Kes
Disusun oleh :
Ghiska Vikry N. A 4151171405
Ilda Nurul Ainun 4151171414
Lola Putri 4151171482
Nur ilma Mailani 4151171496
Milana 4151171514
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan Karunia−Nya, sehingga kami dapat menyusun kajian pustaka ini
sebagai salah satu syarat kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani. Kajian pustaka ini
membahas mengenai “ Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
Dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Khusus (PONEK)”.
Dalam penulisan kajian pustaka ini, kami telah dibantu oleh banyak pihak.
Untuk itu melalui kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. H. Sutedja, dr., SKM, selaku Koordinator Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
FK UNJANI.
2. Sri Quintina Indriyana, dr., M.Kes., selaku pembimbing kami yang telah
memberikan bimbingan.
3. Dewi Irawati, dr., selaku Kepala Puskesmas Cimahi selatan yang telah
memberikan bimbingan sekaligus pembimbing yang telah membimbing
penulisan makalah ini selama kepaniteraan di Puskesmas Cimahi Selatan.
4. Wina Anggraeni, dr., selaku pembimbing yang telah membimbing penulisan
makalah ini selama kepaniteraan di Puskesmas Cimahi Selatan .
5. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Cimahi Selatan.
6. Pihak−pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu−persatu.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa kajian pustaka ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan waktu. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan proses
pembelajaran ini dan mohon maaf atas segala kekurangannya.
Akhirnya kami berharap semoga kajian pustaka ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi semua pihak yang membacanya.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Masih tingginya AKI juga dipengaruhi dan didorong oleh berbagai faktor yang
mendasari timbulnya risiko maternal, yaitu faktor-faktor penyakit, masalah gizi
dari wanita usia subur serta faktor 4 Terlalu, yakni, terlalu muda untuk
melahirkan, terlalu tua untuk melahirkan, terlalu dekat jarak kehamilan/persalinan,
dan terlalu banyak melahirkan. Kondisi tersebut di atas lebih diperparah lagi oleh
adanya keterlambatan penanganan kasus emergensi/komplikasi maternal akibat
oleh kondisi 3 Terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan merujuk,
terlambat mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tepat, dan terlambat
memeroleh pelayanan dari tenaga kesehatan yang tepat atau kompeten.6
Melihat permasalahan yang terjadi dalam penurunan AKI, maka diperlukan
upaya yang lebih keras dan dukungan dari seluruh stakeholder baik pusat maupun
daerah. Upaya tersebut diantaranya adalah mulai tahun 1987 telah dimulai
program Safe Motherhood, yang diintervensikan dalam empat pilar, yaitu
keluarga berencana (KB), pelayanan antenatal care (ANC), persalinan yang
aman, dan pelayanan obstetri esensial. Pada tahun 2000 telah dicanangkan strategi
Making Pregnancy Saver (MPS) dengan tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi obstetri dan neonatal
mendapat pelayanan yang adekuat, setiap wanita subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
persalinan. Realisasi dari MPS tersebut di tingkat puskesmas yang mempunyai
dokter umum dan bidan, khususnya puskesmas dengan rawat inap dikembangkan
menjadi Puskesmas Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) yang didukung dengan keberadaan rumah sakit dengan Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) dalam bentuk kerjasama
antara PONED dan PONEK dalam rangka mencapai atau perbaikan kualitas
pelayanan yang dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi.6
Puskesmas PONED memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
langsung terhadap ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang atau rujukan kader/ masyarakat, bidan di desa dan
puskesmas melaksanakan rujukan ke RS PONEK pada kasus yang tidak dapat
ditangani. Puskesmas PONED menjadi tempat pelayanan terdekat dari desa
sampai pembina bidan dan mendekatkan akses pelayanan kegawatdaruratan
3
obstetri karena komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak dapat diduga
atau diramalkan sebelumnya. Berbagai upaya yang dilaksanakan di Puskesmas
PONED antara lain peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam
menyelenggarakan pelayanan komplikasi persalinan, pemenuhan tenaga
kesehatan, pemenuhan ketersediaan peralatan, obat dan bahan habis pakai,
manajemen penyelenggaraan serta sistem rujukannya. Puskesmas PONED sangat
membutuhkan kerjasama yang baik dengan RS PONEK sebagai suatu kesatuan
sistem rujukan mempunyai peran yang sangat penting agar puskesmas PONED
dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan AKI, maka perlu
dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan fungsinya.6-7
Beberapa program di Kota Cimahi untuk penurunan AKI dan AKB telah
dilakukan, salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K) di 13 Puskesmas. Program tersebut menitikberatkan kepedulian
dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan upaya deteksi dini,
menghindai risiko kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan
pelayanan kegawat daruratan obstetri dan neonatal dasar (PONED) telah
dilakukan di 3 puskesmas, yaitu Puskesmas Cimahi Selatan, Puskesmas Melong
Asih, dan Puskesmas Melong Tengah.7
Berdasarkan latar belakang di atas, kami tertarik untuk melakukan kajian
pustaka mengenai Pelayanan Obstetri dan neonatal Emergensi Dasar (PONED) di
Puskesmas Cimahi Selatan serta keterkaitannya dengan Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
5
6
Khusus untuk pasien dalam kondisi sakit cukup berat dan atau kegawat-
daruratan medik, proses rujukan mengacu pada prinsip utama, yaitu :
1) Ketepatan menentukan diagnosis dan menyusun rencana rujukan,
yang harus dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, sesuai
dengan kemampuan dan kewenangan tenaga dan fasilitas pelayanan.
2) Kecepatan melakukan persiapan rujukan dan tindakan secara tepat
sesuai rencana yang disusun.
3) Menuju/memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah
dijangkau dari lokasi.
3. Model pola rujukan kegawat-daruratan medik/PONED yang ideal adalah
dengan regionalisasi pelayanan kesehatan dengan cara:
a. Pemetaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan dalam wilayah
kabupaten/kota;
1) Setiap puskesmas dengan jejaring pelayanan dalam lingkup
wilayah kerjanya, perlu dipetakan secara jelas dengan jalur rujukan
pelayanan dasar yang memungkinkan dapat dibangun
2) Puskesmas non PONED/Puskesmas mampu PONED, bersama RS
kabupaten/kota dalam satu wilayah kabupaten/kota atau dengan RS
Kabupaten/kota tetangganya, perlu dipetakan dalam membangun
sistem rujukan medik spesialistik pada tingkat kabupaten/kota.
3) Puskesmas non PONED di sepanjang perbatasan negara tetangga
dan fasilitas rujukan medik di negara tetangga, perlu dipetakan dalam
rangka membangun satu sistem rujukan medik/PONED terdekat,
bilamana dianggap perlu, didukung dengan satu kebijakan khusus,
melalui hubungan antar pemerintahan
4) Keterlibatan provinsi dalam kondisi wilayah kabupaten
mempunyai daerah-daerah sulit yang harus dilayani Tim Pelayanan
Kesehatan Bergerak (TPKB) Provinsi melalui Flying Health Care
perlu dipetakan dalam sistem rujukan medik di Provinsi.
b. Pemetaan sumberdaya
11
mendukung pihak-pihak terlibat untuk dapat bekerja sama dalam rangka mencapai
tujuan bersama, yaitu meningkatkan aspek-aspek tertentu dari
sistembersangkutan. Dalam sistem kolaborasi ini pasien mulai ditangani tidak
hanya sejak dilakukannya rujukan ke PONED ataupun PONEK, melainkan sejak
di komunitas. Melalui kerjasama dengan LSM ataupun pembentukan kader
kesehatan akan mampu mendeteksi dini adanya faktor risiko terkait obstetri dan
neonatus di lingkungan masyarakat. Selain itu melalui jejaring yang sudah
dibentuk di tiap PONED dan PONEK dalam suatu wilayah juga bisa membantu
melakukan deteksi dini sekaligus menentukan pelayanan apa yang dibutuhkan
oleh masyarakat.
maka call center akan mencari rumah sakit lain di Kota Cimahi hingga RS Hasan
Sadikin Bandung. Petugas PONED melakukan pencacatan aktifitas pelayanan
yang terdiri dari jumlah persalinan dan rujukan, beban kerja dan indikator klinis
seperti jumlah kematian ibu dan neonatal, IMD, pemberian antibiotik sebelum
rujukan, pemberian MgSO4 pada kasus PEB atau eklampsia, pemasangan
kondom kateter pada prarujukan kasus atonia, resusitasi neonatus asfiksia serta
kelengkapan dokumentasi. Hasil pencatatan tersebut kemudian dibahas setiap
bulannya serta terdapat penilaian dari tim Expanding Maternal and Neonatal
Survival (EMAS).
BAB III
KESIMPULAN
26
27
DAFTAR PUSTAKA