Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout arthritis masih banyak diderita masyarakat, sampai saat ini

masyarakat belum mengetahui tentang penyakit ini. Banyak dari masyarakat yang

mengira nyeri sendi identik dengan Gout Arthritis, padahal tidak semua nyeri

pada sendi berarti Gout Arthritis. Gout arthritis merupakan masalah kesehatan

yang erat kaitannya dengan berbagai faktor seperti pendidikan yang rendah,

pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal, bahkan banyak yang sibuk

bekerja dan tidak sempat untuk periksa kesehatannya. Dari berbagai faktor diatas,

maka munculah berbagai macam masalah keperawatan salah satunya adalah

kesiapan meningkatkan pengetahuan.

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2016, Indonesia

merupakan negara terbesar ke 4 didunia yang penduduknya menderita asam urat.

Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara dengan angka

prevalensi 655.745 orang (0,27%) dari 238.452.952 orang.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013, prevalensi

penyakit sendi adalah 11,9% dan kecenderungan prevalensi penyakit gout arthritis

(24,7%) lebih rendah dibanding tahun 2007 (30,3%). Penyakit gout arthritis

ternyata memiliki peringkat yang patut diperhitungkan oleh masyarakat Indonesia.

Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang gout arthritis.

Hasil studi pendahuluan oleh peneliti berdasarkan data dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Bondowoso pada tahun 2018 menunjukkan bahwa

penderita gout arthritis terbanyak pada tahun 2018 adalah sebanyak 1970 di Desa
2

Tapen, diurutan kedua di Desa Wringin dengan 1785 penderita, dan diurutan

ketiga di Desa Grujugan dengan 372 penderita.

Gout Arthritis merupakan substansi hasil pemecahan purin atau produk

sisa dalam tubuh yang ditandai dengan nyeri sendi hebat dan mendadak. Pada

keadaan normal gout arthritis larut dalam darah, dan dikeluarkan dari dalam tubuh

melalui urin. Jika produksi gout dalam tubuh meningkat atau ginjal tidak mampu

mengeluarkan cukup dari dalam tubuh, kondisi ini disebut hiperusemia.

Hiperusemia merupakan peningkatan kadar gout di dalam tubuh. Banyak keluarga

yang belum mengetahui tentang apa itu gout arthritis, penyebab dan

penyembuhannya. Karena kurangnya pengetahuan keluarga tentang gout arthritis

maka akan timbul masalah keperawatan kesiapan meningkatkan pengetahuan.

Dari permasalahan diatas kasus gout arthritis dengan masalah kesiapan

meningkatkan pengetahuan dapat direncanakan asuhan keperawatan

menggunakan teori dari NOC (Nursing Outcomes Classification) antara lain:

Manajemen Arthritis; tanda dan gejala memburuknya penyakit dengan skor 5

(pengetahuan sangat banyak), strategi untuk menyeimbangkan aktivitas dan

istirahat dengan skor 5 (pengetahuan sangat banyak), manfaat olahraga teratur

dengan skor 5 (pengetahuan sangat banyak), strategi mengelola nyeri dengan skor

5 (pengetahuan sangat banyak), tahu kapan untuk mendapatkan bantuan dari

seorang profesional kesehatan dengan skor 5 (pengetahuan sangat banyak).

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dilakukan rencana keperawatan

menggunakan teori NIC (Nursing Interventions Classification) antara lain:

pendidikan kesehatan: identifikasi faktor internal dan eksternal yang dapat

meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk berperilaku sehat. Peningkatan


3

kesiapan pembelajaran: bina hubungan saling percaya. Pengajaran peresepan diet:

instruksikan pasien untuk menghindari makanan yang dipantang dan

mengkonsumsi makanan yang diperbolehkan, bantu pasien untuk memilih

makanan kesukaan yang sesuai dengan diet yang disarankan, Pengajaran proses

penyakit: jelaskan tanda dan gejala yang umum dari penyakit, sesuai kebutuhan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengambil penelitian tentang

“Asuhan Keperawatan Keluarga yang Mengalami Gout Arthritis dengan Kesiapan

Meningkatkan Pengetahuan di Desa Wringin Kecamatan Wringin Kabupaten

Bondowoso Tahun 2019”

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan keluarga

yang mengalami Gout Artritis dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa

Wringin Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah asuhan keperawatan keluarga yang mengalami Gout

Artritis dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan

Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun 2019?


4

1.4 Tujuan Penelitian

14.1 Tujuan Umum :

Melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gout

Artritis dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan

Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun 2019

14.2 Tujuan Khusus :

1. Melakukan pengkajian keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gout Artritis

dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gout Artritis

dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

3. Menyusun intervensi keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gout Artritis

dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

4. Melakukan tindakan keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gout Artritis

dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

5. Melakukan evaluasi keperawatan Keluarga Yang Mengalami Gout Artritis

dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.


5

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengembangkan

ilmu keperawatan tentang asuhan keperawatan keluarga yang mengalami Gout

Arthritis dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan Desa Wringin Kecamatan

Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun 2019.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Manfaat untuk klien

Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga yang mengalami gout

arthritis.

2. Manfaat bagi puskesmas

Membantu pihak puskesmas dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

pada klien dan keluarga yang mengalami gout arthritis.

3. Manfaat bagi perawat

Dapat lebih meningkatkan dalam memberikan asuhan keperawatan

keluarga pada klien yang mengalami gout arthritis.

4. Manfaat bagi untuk institusi pendidikan


Sebagai acuan bahan pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah
keperawatan keluarga.
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Pengertian Gout Artritis

Gout (pirai) merupakan kelainan metabolisme purin bawaan yang di tandai

dengan penimbunan kristal asam urat di sendi akibat adanya peningkatan kadar

asam urat serum. Hal ini menimbulkan artritis gout akut. Penyakit ini sering di

temukan pada laki-laki dengan rasio 20:1 dan gejalanya biasanya timbul pada usia

dewasa muda, dengan puncaknya setelah di atas usia 40 tahun. Artritis gout sering

menyerang sendi perifer kaki dan tangan, paling sering mengenai persendian

metatarsofalangeal ibu jari kaki (Sjamsuhidajat, 2011).

Artritis pirai (gout) adalah penyakit yang sering di temukan dan tersebar di

seluruh dunia. Artritis pirai merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai

akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat supersaturasi

asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Manifestasi klinik deposisi urat meliputi

asam urat akut, akumulasi kristal pada jaringan yang merusak tulang (tofi), batu

asam urat dan yang jarang adalah kegagalan ginjal (gout nefropati). Gangguan

metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang di definisikan

sebagai peninggian kadar urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl (Setiati, 2014).

Gout adalah sekelompok kondisi inflamasi kronis yang berhubungan

dengan defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan hiperurisemia

(Brunner & Suddarth, 2015).


7

2.1.2 Etiologi Gout Artritis

Faktor predisposisi terjadinya penyakit gout yaitu umur, jenis kelamin

lebih sering terjadi pada pria, iklim, herediter dan keadaan-keadaan yang

menyebabkan timbulnya hiperuresemia (Huda Amin, 2015)

Hiperuresemia disebabkan oleh dua faktor utama yaitu meningkatnya

produksi asam urat dalam tubuh, hal ini disebabkan karena leukemia atau kanker

darah yang mendapat terapi sitostatika. Faktor yang kedua adalah pengeluaran

asam urat melalui ginjal kurang (gout renal). Disebabkan karena eksresi asam urat

ditubuli distal ginjal yang sehat, gout renal sekunder di sebabkan ginjal yang

rusak, misalnya pada glomerulonefritis kronis, kerusakan ginjal kronis (Dianati,

2015)

2.1.3 Patofisiologi Gout Artritis

Pada penyakit Gout Artritis, terjadi sekresi Gout Arthritis yang berlebihan

atau defek renal yang menyebabkan penurunan eksresi asam urat, atau kombinasi

keduanya. Hiperurisemia primer mungkin disebabkan oleh diet hebat atau

kelaparan, asupan makanan tinggi purin (kerang, daging organ) secara berlebihan,

atau herediter. Pada kasus hiperusemia sekunder, gout merupakan manifestasi

klinis sekunder dari berbagai proses genetik atau proses dapatan, termasuk kondisi

yang disertai dengan peningkatan peremajaan sel (leukemia, mieloma multipel,

psoriasis, beberapa anemia) dan peningkatan penghancuran sel (Suddarth &

Brunner, 2015).

Penyakit gout arthritis adalah salah satu penyakit inflamasi sendi yang

paling sering ditemukan, ditandai dengan nyeri. Gout arthritis merupakan kristal

putih tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi dengan
8

pemanasan menjadi asam sianida sehingga cairan ekstraselular yang disebut

sodium urat. Jumlah asam urat dalam darah dipengaruhi oleh intake purin,

biosintesis asam urat dalam tubuh, dan banyaknya ekskresi asam urat.

Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara

produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila keseimbangan ini

terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar asam urat

dalam darah yang disebut hiperurisemia. Gangguan metabolisme yang

mendasarkan gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian

kadar urat lebih dari normal. Secara klinis, hiperurisemia mempunyai arti penting

karena dapat menyebabkan artritis gout, nefropati, topi, dan neferolithiasis.

Masalah akan timbul jika terbentuk kristal-kristal monosodium urat

monohidrat pada sendi-sendi dan jaringan sekitarnya. Kristal-kristal berbentuk

seperti jarum ini mengakibatkan reaksi peradangan yang jika berlanjut akan

menimbulkan nyeri hebat yang sering menyertai gout. Jika tidak diobati,endapan

kristal akan menyebabkan kerusakanyang hebat pada sendi dan jaringan

lunak.

2.1.4 Manifestasi Klinis Gout Artritis

Gout dicirikan oleh deposit asam urat di berbagai sendi. Ciri-cirinya yaitu:

1. Arthritis akut akibat adalah tanda awal yang paling sering dijumpai.

2. Sendi metatarsofalangeal pada ibu jari kaki adalah yang paling sering

terkena; area tarsal, pergelangan kaki, atau lutut dapat juga terkena.

3. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol, diet, medikasi,

stress, pembedahan atau penyakit.


9

4. Awitan mendadak terjadi di malam hari, yang menyebabkan nyeri hebat,

kemerahan, bengkak, dan rasa hangat diatas sendi yang terganggu.

5. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 sampai 10 hari tanpa

terapi.

6. Serangan selanjutnya mungkin tidak terjadi selam berbulan-bulan atau

bertahun-tahun; pada waktunya, serangan cenderung terjadi lebih sering,

mengenai lebih banyak sendi, dan berlangsung lebih lama (Brunner &

Suddarth, 2015)

2.1.5 Penatalaksanaan Gout Artritis

1. Penatalaksaan Medis:

a. Kolkisin (oral atau parenteral), OAINs seperti indometasin, atau

kortikosteroid diresepkan untuk meredakan serangan gout.

b. Hiperurisemia, tofi, penghangcuran sendi, dan masalah ginjal diterapi

setelah proses inflamasi akut reda.

c. Agens urikosurik, seperti probenesid, memperbaiki hiperuresemia dan

melarutkan deposit urat.

d. Allopurinol efektif ketika beresiko terjadi insufisiensi ginjal atau

kalkuli/batu ginjal.

e. Kortikosteroid dapat digunakan pada pasien yang tidak berespon terhadap

terapi lain.

2. Penatalaksanaan Keperawatan:

a. Dorong pasien untuk membatasi konsumsi makanan tinggi purin, terutama

daging organ (jeroan).


10

b. Dorong pasien untuk mempertahankan berat badan normal. Upaya ini

dapat membantu mencegah episode gout yang nyeri.

2.1.6 Komplikasi

Komplikasi yang muncul akibat arthritis gout antara lain:

a. Gout kronik bertophus

Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar

sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di

sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi

bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral jantung,

retina mata, pangkal tenggorokan.

b. Nefropati gout kronik

Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. terjadi akibat

dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa

terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.

c. Nefrolitiasis asam urat (batu ginjal)

Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa

menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air

kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium,

asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium, amonium, fosfat).

c. Persendian menjadi rusak hingga menyebabkan pincang (Dianati, 2015).


11

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Definisi Keluarga

Keluarga telah didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi

keluarga bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh “pendefinisi”-

yaitu, menurut jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional mengenai keluarga.

Sebagai contoh, penulis yang mengikuti orientasi teoritis para ahli interaksi

keluarga, memandang keluarga sebagai sebuah arena interaksi kepribadian

sehingga penekanan diberikan kepada karakteristik tradisional dinamis keluarga.

Oleh karena itu, terdapat banyak definisi, dengan berbagi teori yang membentuk

definisi tersebut dan harapan kita akan kehidupan keluarga (Friedman, 2010).

U.S Bureau Of the Cencus menggunakan definisi keluarga yang

berorientasi tradisional, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang

bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal

didalam suatu rumah tangga yang sama. Saat ini definisi keluarga tradisional

terbatas, baik dalam hal penerapannya maupun inklusivitasnya. Whall, dalam

analisa konsepnya mengenai keluarga sebagai unit asuhan dalam keperawatan,

mendefinisikan keluarga sebagai “sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri

dan terdiri atas dua individu atan lebih yang memiliki hubungan khusus, yang

dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun

berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap dirinya sebagai

keluarga”.

Definisi tambahan keluarga dibawah ini disajikan untuk memfasilitasi

pemahaman mengenai kepustakaan keluarga


12

1. Keluarga inti (terkait dengan pernikahan) keluarga yang terbentuk kerena

pernikahan, peran sebagi orang tua, atau kelahiran; terdiri atas suami istri,

anak-anak mereka- biologis, adopsi, atau keduanya.

2. Keluarga orientasi (keluarga asal) unit keluarga tepat seseorang dilahirkan.

3. Extended family – keluarga inti dari individu terkait lainya (oleh hubungan

darah), yang bisanya merupakan anggota keluarga asal dari salah satu pasangan

keluarga inti. Keluarga ini terdiri atas “sanak saudara” dan dapat mencakup

nenek/kakek, bibi, paman, keponakan, dan sepupu (Friedman, 2010).

2.2.3 Ciri – Ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iverdan Charles Horton (Setiadi, 2008):

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan

anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.2.4 Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang

mengelompokkan Setiadi, (2008), antara lain :

1. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:


13

a. KeluargaInti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu

dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga Besar (extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,

paman-bibi).

2. Secara Modern (berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah:

a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh

sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.

b. Reconstituid Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami

atau istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya,

baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru,

satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

c. Niddle Age (Aging Couple)

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di

rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan,

atau meniti karier.

d. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya

atau salah satu bekerja di luar rumah.


14

e. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau di luar rumah.

f. Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan

untuk kawin.

i. Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.

k. Comunal

Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya tinggal di

dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

m. Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perwakilan tidak dikehendaki, anak diadopsi.
15

n. Cohibing Couple

Yaitu dua orange atau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

o. Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

Gambaran tentang bentuk keluarga di atas ini melukiskan banyaknya bentuk

struktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah keluarga

harus dipahami dalam konteknya, lebel dan jenisnya hanya berfungsi sebagai

refrensi bagi penataan kehidupan keluarga dan sebuah kerangka kerja. Dan setiap

upaya perlu memperhatiakan keunikan dari setiap keluarga. Untuk itu keluarga

profesionalis dalam bidang kesehatan yang melayani keluarga harus bersifat

toleran dan sensitive terhadap perbedaan gaya hidup keluarga.

2.2.5 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Setiadi. (2008) menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri

dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

1. Patrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
16

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya

hubungan dengan suami atau istri.

2.2.6 Fungsi Pokok Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman dalam setiadi (2008)

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif : adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain .

2. Fungsi sosialisasi : adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi : adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi : adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5. Fungsi perawatan pemeliharaan kesehatan: yaitu fungsi untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggita keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.


17

2.2.7 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Friedman membagi 5

tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari

adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang

terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa

diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memputuskan untuk

menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan

sekitar keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat membantu

dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda Perawatan ini dapat

dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama atau pelayanan kesehatan untuk

memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.


18

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga kesehatan

(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada) (Setiadi, 2008)

2.2.8 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan. Peran

keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam

konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain

adalah:

1. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung/pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan

juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,

mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).


19

2.2.9 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap Perkembangan Keluarga Menurut friedman dalam setiadi, (2008) :

Membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

1. Keluarga baru (Berganning family)

Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua).

2. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Studi Klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %

tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argumen.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.

4) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan

kegiatan).
20

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap

bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan.

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.

5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.

7) Biaya atau dana Child Bearing.

8) Memfasilitasi role learing anggota keluarga.

9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkebangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra

sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan

merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan anggota

2) Membantu anak bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab.

7) Merencanakan tanggung jawab dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.

4. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:


21

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas.

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

3) Menyediakan aktivitas untuk anak.

4) Menyediakan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja ( 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang

dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa

muda dan mulai memiliki otonomi.

2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitasi dan sumber yang ada

dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat


22

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya

5) Menata kemballi fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga

6) Berperan suami isrti kakek dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya

7. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

sosial dan waktu santai

2) Memulihkan hubungan anatara generasi muda tua

3) Keakrapan dengan pasangan

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga

5) Persiapan masa tua/pensiun

8. Keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

3) Mempertahan keakraban pasangan dan saling merawat

4) Melakukan life review masa lalu

2.3 Asuhan keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.

Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya.


23

Kemampuan mengindentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini

akan menentukan desain perencanaan yang ditetapkan. Selanjutnya, tindakan

keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu,

pengkajian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh kebutuhan

perawatan pada klien dapat diindentifikasi (Nikmatur & Walid, 2012).

1. Data subjektif:

a. Tanyakan keluhan nyeri, lokasi, dan derajatnya.

b. Bagaimana gejala awalnya dan cara penanggulangannya.

c. Adakah riwayat gout dikeluarga.

d. Obat-obatan yang diperoleh.

e. Anoreksia.

f. Sakit kepala.

2. Data objektif: Palpasi apakah ada nyeri tekan atau nyeri saat di gerakkan,

pembengkakan/nodul dan kemerahan pada sendi. Periksa adanya demam.

3. Riwayat psikososial. Adanya nyeri pada persendian, pasien merasa cemas an

takut untuk melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.

4. Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan darah (asam urat meningkat, sel

darah putih meningkat selama fase akut). Pada aspirasi sendi ditemukan asam

urat. Pemeriksaan urin ditemukan adanya kristal asam urat. Pemeriksaan rontgen

pada daerah yang terkena pirai (Suratun, 2008)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut diagnosa keperawatan yang diambil dalam NANDA (2018-2020) yaitu :


Kesiapan meningkatkan pengetahuan
1. Suatu pola informasi kognitif yang berhubungan dengan topik spesifik
atau penguasaannya, yang dapat di perkuat.
24

Batasan karakteristik
1) Mengungkapkan minat untuk meningkatkan pembelajaran
2.3.3 Intervensi

Menurut intervensi keperawatan yaitu :


Tabel 2.1 Intervensi keperawatan
Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan

Kesiapan meningkatkan Tujuan adalah : perubahan perilaku 1. Peningkatan kesiapan


keluarga yang diharapkan oleh perawat pembelajaran
pengetahuan setelah tindakan berhasil dilakukan a) Bina hubungan yang baik saling
Kriteria hasil : mempercayai
1. Pengetahuan : proses penyakit b) Penuhi kebutuhan fisiologis
a. Tanda dan gejala penyakit (5) pasien (misalnya: lapar, haus, suhu,
2. Perilaku patuh dan oksigen)
a. Menggunakan jasa pelayanan c) Berikan waktu bagi pasien untuk
kesehatan sesuai dengan bertanya dan mendiskusikan
kebutuhan(5) kekhawatiran
b. Mencari informasi kesehatan kekhawatirannya
dari berbagai sumber (5) 2. Pengajaran
3. Pengetahuan : diet yang disarankan individu
a) Makanan yang diperbolehkan a) Bina hubungan baik
dalam diet (5) b) Pertimbangkan kesiapan pasien
b) Makanan yang untuk belajar
tidak diperbolehkan c) Nilai kemampuan/
dalam diet (5) ketidakmampuan pasien secara
kognitif, psikomotor, dan efektif
d) Tentukan motivasi pasien untuk
mempelajari informasi tertentu
(yaitu: keyakinan
terhadap kesehatan,
ketidakpatuhan masa lalu,
pengalaman buruk dengan
perawatan kesehatan atau belajar,
dan tujuan yang saling bertentangan
e) Berikan lingkungan yang
kondusif untuk belajar
3. Pengajaran : peresepan diet
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan
b) Intruksikan pasien untuk
menghindari makanan yang
dipantang dan mengkonsumsi
makanan yang diperbolehkan
c) Ajarkan pasien nama
-nama makanan yang sesuai dengan
diet yang disarankan
25

2.3.4 Implementasi

1. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data

berkelanjutan, mengobservasi respons klien selama dan sesudah pelaksanaan

tindakan, serta menilai data yang baru. (Nikmatur & Walid, 2012).

2. Keterampilan yang Dibutuhkan dalam Pelaksanaan

a) Keterampilan Kognitif

Keterampilan kognitif mencakup pengetahuan keperawatan yang

menyeluruh. Perawat harus mengetahui alas an untuk setiap intervensi

terapeutik, memahami respon fisologis, psikologis normal, dan abnormal,

mampu mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran dan pemulangan klien,

serta mengenali aspek-aspek promotif kesehatan klien dan kebutuhan

penyakit.

b) Keterampilan Interpersonal

Keterampilan interpersonal penting untuk tindakan keperawatan yang

efektif. Perawat harus berkomunikasi dengan jelas kepada klien,

keluarganya, dan anggota tim perawatan kesehatan lainnya. Perhatian dan

rasa saling percaya ditunjukkan ketika perawat berkomunikasi secara

terbuka dan jujur. Penyuluhan dan konseling harus dilakukan hingga

tingkat pemahaman yang di inginkan dan sesuai dengan pengharapan

klien. Perawat juga harus sensitive pada respons emosional klien terhadap

penyakit dan pengobatan. Penggunaan keterampilan interpersonal yang


26

sesuai memungkinkan perawat mempunyai persiptif terhadap komunikasi

verbal dan nonverbal klien.

c) Keterampilan Psikomotor

Keterampilan psikomotor mencakup kebutuhan langsung terhadap

perawatan kepada klien, seperti perawatan luka, memberikan suntikan,

melakukan penghisapan lender, mengatur posisi, membantu klien

memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari, dan lain-lain. Perawat

mempunyai tanggung jawab professional untuk mendapatkan keterampilan

ini. Dalam halnya keterampilan baru, perawat mengkaji tingkat

kompetensi mereka dan memastikan bahwa klien mendapat tindakan yang

aman.

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan

a) Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.

b) Kemampuan menilai data baru.

c) Kreatifitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.

d) Penyesuaian selama berikteraksi dengan klien.

e) Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.

f) Kemampuan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan serta efektifitas

tindakan.

4. Tahap – tahap Pelaksanaan

a) Tahap persiapan

a. Review rencana tindakan keperawatan

b. Analisis pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan

c. Antisipasi komplikasi yang akan timbul


27

d. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan (waktu, tenaga, alat )

e. Mengidentifikasi aspek-aspek hokum dan etik

f. Memperhatikan hak-hak pasien, antara lain sebagai berikut :

a) Hak atas pelayanan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan

kesehatan

b) Hak atas informasi

c) Hak untuk menentukan nasib sendiri

d) Hak atas second opinion

b) Tahap pelaksanaan

a. Berfokus pada klien

b. Berorientasi pada tujuan dan kriteria hasil

c. Memperhatikan keamanan fisik dan psikologis klien

d. Kompeten

c) Tahap sesudah pelaksanaan

a. Menilai keberhasilan tindakan

b. Mendokumentasikan tindakan, yang meliputi :

a) Aktivitas/ tindakan perawat

b) Hasil/ respon pasien

c) Tanggal/ jam, nomor diagnosis keperawatan, tanda tangan.

Tabel 2.2 Format Pelaksanaan TindakanKeperawatan

No. Diagnosis/
Tanggal/
Masalah Tindakan Paraf
Pukul
keperawatan
28

Pedoman Pengisian Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Nomor Diagnosis Keperawatan/ Masalah Kolaboratif

Tulislah nomor diagnosis keperawatan/ masalah kolaboratif sesuai dengan

masalah yang sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.

2. Tanggal/ Jam

Tulislah tanggal, bulan, tahun, dan jam pelaksanaan tindakan keperawatan.

Tindakan:

a. Tuliskan nomor urut tindakan

b. Tindakan dtuliskan berdasarkan urutan pelaksanaan tindakan

c. Tuliskan tindakan yang dilakukan beserta hasil/ respons pasien dengan

jelas

d. Jangan lupa menuliskan nama/ jenis obat, dosis, cara memberikan, dan

instruksi medis yang lain dengan jelas

e. Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang

dap menimbulkan persepsi yang berbada atau masih menimbulkan

pertanyaan. Contoh: “ memberi makan lebih sering dari biasanya”.

Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja memberikan makan dan

dalam berapa porsi makanan diberikan.

f. Untuk tindakan pendidikan kesehatan, tulislah “melakukan penkes

tentang….., laporan penkes terlampir”.

g. Bila Penkes dilakukan secara singkat, tulislah tindakan dan respons

pasien setelah pendidikan kesehatan dengan jelas.

3. Paraf

Tuliskan paraf dan nama terang.


29

2.3.5 Evaluasi

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang di amati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dbuat

pada tahap perencanaan. (Nikmatur & Walid, 2012)

Tujuan Evaluasi

1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan

3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan

B. Proses Evaluasi

1. Mengukur Pencapaian Tujuan

Tujuan dari aspek kognitif. Pengukuran perubahan kognitif dapat

dilakukan dengan dua cara :

a. Interview/ Tanya Jawab

a) Menanyakan kembali segala esuatu ang telah dijelaskan oleh perawat

untuk mengklarifikasi pemahaman klien/ keluarga terhadap ini penting

untuk menjmain bahwa apa yang telah disampaikan benar-benar telah

dipahami dengan baik dan benar. Perawat sering menganggap bahwa

ketika klien/ keluarga sudah paham, padahal belum tentu. Bisa jadi

karena klien takut untuk bertanya kembali atau karena alasan yang lain

klien seolah-olah memahami penjelasan perawat. Oleh karena itu,

perawat harus selalu menanyakan kembali segala sesuatu yang telah

dijelaskan sehingga pemahaman dan kesalahpahaman bisa

diidentifikasi secara langsung. Pertanyaan yang diajukan pada klien/


30

keluarga berpedoman pada tujuan dan kriteria evaluasi yang telah

ditetapkan.

b) Komprehentif Pertanyaan komprehensif adalah pertanyaan yang

diajukan berdasarkan pemahaman klien terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi pada tubuhnya. Contoh : ciri apa yang Anda rasakan ?

c) Aplikasi Fakta Pertanyaan berdasarkan aplikasi fakta adalah pertanyan

yang ditujukan untuk mengidetifikais pemahaman klien pada tingkat

apliaksi. Perawat mengajukan beberapa situais atau kondisi yang

mungkin terjadi pada klien dankien diminta untuk menentukan

alternative pemevahan masalahnya. Contoh : apa yang akan Anda

lakukan bila ketika Anda berjalan, kemudian ada perasaan sesak?

b. Tulis

Teknik yang kedua digunakan untuk mnegukur pencapaian tujuan kognitif

adalah dengan mengajukan pertanyaan tertulis. Pertnayaan-pertanyaan ini sudah

dsiapkan sebelumnya dan berdasarkan tujuan dan kriteria evaluasi yang telah

ditetapkan. Teknik evaluasi tertulis ini jarang digunakan untuk pendidikan

kesehatan individual, umunya digunakan untuk mengevaluasi tindkaan pendidikan

kesehatan yang diberikan secara berkelompok dengan topic yang sama sehingga

dapat menghemat waktu.

Tujuan aspek efektif. Untuk mengukur pencapaian tujuan aspek afektif,

dapat dilakukan dengan dua cara :

a. Observasi
31

Observasi adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap

perubahan emosional klien : apakah klien telah kooperatif, apakah

mekanisme koping telah efektif.

b. Feed back dari Staf Kesehatan Lain Umpan balik, masukan, dan

pengamatan dari staf yang lain dapat juga dipakai sebagai salah satu

informasi tentang aspek afektif klien.


32

1) Psikomotor

Pengukuran perubahan aspek psikomotor dapat dilakukan melalui

observasi seacara langsung terhadap perubahan perilaku klien.

2) Perubahan Fungsi Tubuh

Perubahan fungsi tubuh merupakan komponen yang paling sering

menjadi kriteria evaluasi. Darai pengamatan dirumah sakit, pada

umumnya dari daftar diagnosis keperawatan yang ada kebanyakan

bersifat fisik sehingga kriteria hasil yang ingin dicapai mengacu pada

aspek perubahan fungsi tubuh. Mengingat begitu banyaknya aspek

perubahan fungsi tubuh, untuk mengukur perubahannya dapat

dilakukan dengan tiga cara, antara lain :

a. Observasi

b. Interview

c. Pemeriksaan fisik

2. Penentuan keputusan

a. Klien telah mencapai hasil yang telah ditentukan dalam tujuan.

Kondisi ini dicapai apabila semua data yang ditentukan dalam kriteria

hasil sudah dipenuhi.

b. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan. Kondisi ini

dicapai apabila sebagian saja dari kriteria hasil yang ditentukan

terpenuhi.

c. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan. Kondisi ini

dtentukan apabila hanya sebagian kecil atau tidak ada sama sekali dari
33

kriteria hasil yang dapat dipenuhi. Dapat juga terjadi kondisi klien

semakin buruk sehingga timbul masalah yang baru.

C. Macam Evaluasi

1. Evaluasi Proses (Formatif)

a. Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.

b. Berorientasi pada etiologi.

c. Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan

tercapai.

2. Evaluasi Hasil (Sumatif)

a. Evaluasi yang dilakukan setalah akhir tindakan keperawatan secara

paripurna.

b. Berorientasi pada masalah keperawatan.

c. Menjelaskan keberhasilan/ ketidakberhasilan.

d. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan

kerangka waktu yang ditetapkan.

Tabel 2.3 Format Evaluasi Keperawatan

Masalah Kep/ Tanggal/


Catatan Perkembangan Paraf
Kolaboratif Jam

Pedoman pengisian format evaluasi/ catatan perkembangan

1. Masalah Keperawatan/ Masalah Keperawatan

Tulislah masalah keperawatan/ masalah kolaboratif (hanya problem saja).


34

2. Tanggal/ Jam Tulislah tanggal, bulan, tahun, dan jam waktu evaluasi

dilakukan.

3. Catatan Perkembangan ( Menggunakan SOAP)

a. Tulislah adata perkembangan yang diperoleh dari catatan tindakan

keperawatan

b. Tulislah data dalam kelompok data subjektif dan objektif (S-O)

c. Tulislah data perkembangan hanya data yang bersesuaian dengan

kriteria hasil, jadi jangan menuliskan data yang tidak perlu atau

meniadakan data yang diperlukan

d. Tulislah masalah keperawatan/ kondisi masalah keperawatan/ kondisi

masalah keperawatan dalam analisa (A) untuk evaluasi proses. Contoh

: nyeri akut/ nyeri akut berkelanjut/ nyeri akut masih terjadi.

e. Tulislah dalam analisis (A) tujuan teratasi, teratasi sebagian, tidak

teratasi untukevaluasi hasil

f. Bila ditemukan maslah yang baru, tuliskan masalah dalam bentuk

diagnosis keperawatan dengan formulasi yang tepat

g. Tulislah dalam perencanaan (P) nomor dari rencana tindakan

keperawatan untuk rencana tindakan yang dikehendaki untuk

dilanjutkan/ dipertahankan atau dihentikan

h. Tulislah rencana tindakan baru bila dikehendaki sebagimana teknik

penulisan rencana tindakan

i. Bila menggunakan SOAPIE/ SOAPIER, tulislah pelaksanaan tindakan

dalam item I/ Implementasi dan respons klien dituliskan dalam item E/


35

Evaluasi, kemudian tentukan rencana berikutnya pada item R/

Reassessment.

4. Paraf

Tulislah paraf dan nama terang


36

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan adalah studi kasus, yaitu studi yang

mengeksplorasi suatu masalah atau fenomena dengan batasan terperinci, memiliki

pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai informasi. Studi

kasus dibatasi waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa

aktivitas/individu.

Studi kasus dalam karya tulis ini adalah studi untuk mengeksplorasi

masalah “ Asuhan keperawatan keluarga yang mengalami Gout Arthritis dengan

Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan di Desa Wringin Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso Tahun 2019”

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah adalah persyaratan yang menjelaskan istilah-istilah kunci

yang menjadi fokus dalam penulisan studi kasus. Batasan istilah disusun secara

naratif dan apabila diperlukan ditambahkan informasi sebagai tanda atau ciri khas

dari batasan yang dibuat penulis.

Batasan istilah dalam studi kasus ini adalah asuhan keperawatan keluarga

pada yang mengalami Gout Arthritis dengan Kesiapan Meningkatkan

Pengetahuan di Desa Wringin Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.


37

3.3 Partisipan

Pada sub bab ini dideskripsikan tentang karakteristik partisipan/unit

analisis/kasus yang akan diteliti. Partisipan dalam studi kasus keperawatan

umumnya adalah klien. Subyek yang akan digunakan adalah satu keluarga atau

(satu kasus) dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sesuai dengan

judul. Dalam penyusunan studi kasus ini partisipan adalah satu kasus atau satu

keluarga.

Partisipan dalam penyususnan studi kasus ini adalah 1 keluarga yang salah

satu anggota mengalami Gout Arthritis dengan Kesiapan Meningkatkan

Pengetahuan di Desa Wringin Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso Tahun

2019.

3.4 Lokasi dan Waktu

Menjelaskan tentang deskriptif lokasi penelitian, jika fokus sasaran adalah

keluarga maka perlu menuliskan nama desa nama kecamatan dan nama kabupaten

yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah studi kasus.

Waktu penyelenggaraan asuhan keperawatan adalah studi kasus keluarga.

Penelitian dilakukan selama 14 hari kunjungan.

Pada studi kasus ini dilakukan asuhan keperawatan keluarga yang

mengalami Gout Arthritis dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan di Desa

Wringin Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

3.5 Pengumpulan Data

Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan
38

1. Wawancara (hasil anamnesa berita tentang identitas klien. Keluhan utama,

riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga). Sumber data dari klien, keluarga

dan perawat lainnya

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA inspeksi,

palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien

3. Studi dukumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data

lain yang revelan).

Pengumpulan data dalam studi kasus “Asuhan Keperawatan Keluarga

yang Mengalami Gout Arthritis dengan Kesiapan Meningkatkan Pengetahuan”

a) Persiapan (Administratif)

Pengambilan data kunjungan penderita Gout Arthritis tertinggi di wilayah

Kabupaten Bondowoso dimulai dari pengiriman surat Permohonan ijin

pengambilan data ke Bakesbangpol, lalu rekomendasi pengambilan data dari

Bakesbangpol ke Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso, kemudian

Rekomendasi pengambilan data proposal ke kepala bidang P2P Dinas Kesehatan

Kabupaten Bondowoso, terakhir permohonan ijin pengambilan data ke Kepala

Puskesmas Wringin Kabupaten Bondowoso

b) Pelaksanaan pengambilan data Klien Gout Arthritis

Yang pertama Wawancara yang meliputi wawancara identitas, keluhan,

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dll, dengan menggunakan

format pengkajian Asuhan keperawatan keluarga yang ditetapkan ( Sugiyanto H,

2016). Dilanjutkan obervasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan IPPA

inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi ) pada sistem tubuh klien. Setelah itu lakukan
39

Studi Dokumentasi (Hasil dari pemeriksaan diagnostik pemeriksaan kadar asam

urat dalam darah klien menggunakan GCU).

Setelah mengumpulkan data dan menemukan masalah kemudian

merumuskan diagnosa keperawatan (Heather, 2015), dengan skoring (Skala

Baylon dan Maglaya) (Setiadi,2008). Saat menemukan diagnosa keperawatan

melakukan penyusunan intervensi keperawatan dengan NIC (Nursing Intervention

Classification) (Bulecheck, 2013) dan melaksanankan Implementasi dengan

Kriteria Hasil atau patokan Outcome dari NOC (Nursing Outcome Classification)

( Moorhead, 2013), terakhir di evaluasi secara sumatif ataupun formatif (Rohmah,

2012).

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data informasi

yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping

intergritas penulis ( karena penulis menjadi instrument utama ), uji keabsahan

data dilakukan yaitu dengan : 1 ) memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

dan 2 ) sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber

data utama yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan

masalah yang akan diteliti.

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutkan membandingkan dengan teori yang ada dan


40

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasa. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil intrepetasi

wawancara mendalam yang akan di lakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknis analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diintrepretasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dan dokumen

). Hasil di tulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian di salin dalam bentuk

transkrip ( catatan terstruktur )

2. Mereduksi data

Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan

dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif

dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, bagan dan

teks naratif.Kerahasian klien dijaga dengan mengaburkan identitas dari klien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajiakan, kemudian data dibahas dan di bandingkan

dengan hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan cara indikasi. Data yang


41

dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan

dan evaluasi.

3.8 Etika Penelitian

Dicantumkan etika yang mendasar penyusunan studi kasus, terdiri dari :

1. Informed consent ( persetujuan menjadi klien )

Informed consent diberikan kepada klien yang diteliti. Peneliti memberi

penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada responden, jika

responden bersedia maka harus menandatangani lembar persetujuan dan apabila

klien menolak, peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonymity ( tanpa nama )

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang didapat untuk

disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama atau inisial (Nursalam, 2013)

3. Confidentiality ( kerahasian )

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang diberikan untuk

dirahasiakan (Nursalam, 2013).


42

DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha


Ilmu
Friedman, Marlyn. 2014. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC

Buluchek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Intervention Clasification. Yogyakarta : CV


Mocomedia
Moorhead, Su, dkk. 2016. Nursing Outcome Clasifications. Yogyakarta : CV
Mocomedia
Heidman, Heather. 2017. Diagnosis keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jogjakarta : EGC
Huda, Amin. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction

Rohmah, Nikmatur dan Saiful Walid. 2014. Proses Keperawatan. Yogyakarta :


Ar-Ruzz Media
Digiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha
Pubhlising
Sjamsuhidajat. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

Suratun. 2008. Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : EGC

Setiati, Siti. 2009. Ilmu Penyakit Dalam, edisi 5. Jakarta : Internet Publishing

Sholihah, Fatwa. 2014. Diagnosis Treatment Gout Arthritis. Journal J Majority


volume 3 no. 7
Dianati, Amalia, Nur. 2015. Gout And Hiperuricemia. Artikel review
J Majority volume 4 no. 3
Tambayong, Jan. 2013. Patofisiologi. Jakarta : EGC
43

Lampiran 1
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)

Surat Persetujuan Responden Penulisan


Nama Institusi : Prodi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso

Surat Persetujuan Peserta Penulisan


Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan
resiko penulisan tersebut dibawah ini yang berjudul:
Asuhan Keperawatan Keluarga yang mengalami Gout Arthritis dengan Kesiapan
Meningkatkan Pengetahuan di Desa Wringin Kecamatan Wringin Kabupaten
Bondowoso tahun 2019.
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penulisan diatas dengan
catatan suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini.

Bondowoso, ......Februari 2019

Mengetahui, Yang Menyetujui


Penanggung Jawab Penulisan Peserta Penulisan

(...........................) (...........................)
44

Lampiran 2

U N I V E R S I T A S B O N D O W O S O
PROGRAM STUDI DIII
KEPERAWATAN
JalanKhairil Anwar No.S3B Tlp/Fax.
(0332) 433015 Bondowoso

PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

NamaPuskesmas No. Register

NamaPerawat TanggalPengkajian

A. DATA KELUARGA

NamaKepalaKeluar Bahasasehari-hari

ga

AlamatRumah&Tel Yankesterdekat, Jarak

Pekerjaan Alattransportasi

Agama &Suku Status KelasSosial

DATA ANGGOTA KELUARGA

No Nama Hub Usia JK suku pendidik Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV Status
dgn anterakh SaatIni BB, BMI) (TD, N, S, P) Imunisa
KK ir siDasar
45

LANJUTAN

Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa RiwayatPenyakit/ Alergi
Saatini
46

DATA PENUNJANG KELUARGA

RumahdanSanitasiLingkungan PHBS Di RumahTangga

Kondisi Rumah : JikaadaBunifas,

.................................................................. Persalinanditolongolehtenagakesehatan :

.................................................................. Ya/ Tidak*

Ventilasi : .......................................................................

Cukup/Kurang*………………………… Jikaadabayi, Memberi ASI ekslusif : Ya/

................................................................. Tidak*

PencahayaanRumah : jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan

Baik/ Tidak* .......................................... :

………………………………………… Ya/ Tidak*

Saluran Buang Limbah : .......................................................................

Baik/Cukup/Kurang*.............................. Menggunakan air bersih untuk makan

………………………………………… &minum:

Sumber Air Bersih : Ya/ Tidak*

Sehat/Tidak Sehat*................................. .......................................................................

...................………………………........ Menggunakan air bersih untuk kebersihan

JambanMemenuhiSyarat : diri:

: ya/tidak* Ya/ Tidak*

…………............................................... .......................................................................

...............................................................TempatSampah: Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :

Ya/Tidak* Ya/ Tidak*

.............................................................. .......................................................................

………………………………………... Melakukan pembuangan sampah pada


47

RasioLuasBangunanRumahdenganJumlah tempatnya :

AnggotaKeluarga (8m2/orang) Ya/ Tidak*

Ya/Tidak*............................................................. .......................................................................

………………………………………… Menjaga lingkungan rumah tampak bersih

ya/tidak

.......................................................................

(observasidanvalidasi)

Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :

Ya/ Tidak*

.......................................................................

Menggunakan jamban sehat :

Ya/ Tidak*

.......................................................................

Memberantas jentik di rumah sekali

seminggu :

Ya/ Tidak* (menguras, mengubur,

menutup)

.......................................................................

Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/

Tidak* ........................................................

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/

Tidak* .....................................................

Tidakmerokok di dalamrumah :Ya/ Tidak*

............................................................
48

Penggunaanalkoholdanzatadiktif : ya/tidak

.......................................................................
49
50

Lampiran 4
51

Lampiran 5
52

Lampiran 6
RENCANA KEGIATAN PENELITIAN
TAHUN 2018-2019
Uraian Desember Januari februari September Oktober
Kegiatan 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Informasi
Penelitian
Konfirmasi
Penelitian
Konfirmasi
Judul / ACC
Penyusunan
Proposal KTI
Bimbingan
Proposal KTI
Ujian
Proposal KTI
Pengumpulan
Data KTI
Bimbingan &
Konsultasi
KTI
Sidang KTI

Anda mungkin juga menyukai