Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA YANG

MENGALAMI GOUT ATHRITIS DENGAN MASALAH

KESIAPAN MENINGKATKAN MANAJEMEN KESEHATAN

DI DESA X KECAMATAN WRINGIN

KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 2020

PROPOSAL : KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

Nur A’isyah Pertiwi

NIM : 17.03714.1045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA YANG

MENGALAMI GOUT ATHRITIS DENGAN MASALAH

KESIAPAN MENINGKATKAN MANAJEMEN KESEHATAN

DI DESA X KECAMATAN WRINGIN

KABUPATEN BONDOWOSO

TAHUN 2020

Proposal Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus disusun sebagai Syarat untuk

Menyelesaikan Pendidikan Ahli Madya Keperawatan

Oleh:

Nur A’isyah Pertiwi

NIM : 17.03714.1045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout arthritis merupakansalah satu dari sekian banyak penyakit tidak menular

yang jumlah penderita terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Gout athritis

adalah penumpukan kristal asam urat pada sendi akibat dari gangguan metabolisme

purin di dalam tubuh.

Penumpukan kristal yang terdapat dalam sendi diakibatkan oleh asam urat yang

memiliki daya larut rendah. Asam urat yang berlebihan akan keluar dari serum dan

kemudian mengendap di dalam sendi. Gout athritis sendiri lebih sering dialami oleh

laki-laki setelah usia 30 tahun, sedangkan pada perempuan terjadi setelah masa

menopause. (Asikin dan Nasir, 2016)

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2017,bahwa di seluruh

dunia penyakit gout arthritis sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di

negara maju seperti di negara Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara

Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Namun,peningkatan kejadian gout

arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun,peningkatan juga terjadi

di negara berkembang,salah satunya dinegara Indonesia.

Penderita penyakit gout athritis di Indonesia tahun 2013 sebesar 11,9 %. Namun,

pada tahun 2018 penderita penyakit gout athritis menurun dibandingkan tahun 2013.

Penyakit gout athritis mendudukin urutan kedua setelah hipertensi, perdasarkan usia

65-74 tahun, pada laki-laki 6,1 dan perempuan 8,5. Gout athritis disebabkan karena

gangguan metabolisme di mana protein berbasis purin tidak dapat dimetabolisme

tubuh dengan baik.


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Rikesdes) nasional tahun 2018 di Indonesia

prevalensi kejadian gout athritis sebesar (7,3%) sedangkan pada prevalensi penyakit

gout athritis juga meningkat seiring bertambahnya usia. Kasus gout athritis tertinggi

adalah usia 75 tahun keatas (18,9%) dan lebih banyak perempuan (8,5%)

dibandingkan dengan laki-laki (6,1%).

Menurut data dari Dinas Kesehatan (DINKES) Bondowoso jumlah penderita

penyakit gout athritis pada tahun 2019 yaitu 1.683 orang lebih banyak pada

perempuan 929 orang. Sedangkan pada laki-laki 754 orang. Berdasarkan angka

tertinggi penderita penyakit gout athritis pada wilayah se kabupaten Bondowoso yaitu

pada Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) Wringin yakni sebesar 376 orang

lebih banyak perempuan 195 orang,sedangkan pada laki-laki 181 orang.

Gout athritis dapat ditemui dengan gejala awal adanya peningkatan kadar asam

urat darah diatas normal, diikuti oleh peradangan, pembengkakan dan nyeri pada

sendi-sendi kecil di tangan dan kaki. Salah satu faktor penyebab terjadinya gout

athritis adalah konsumsi makanan tinggi protein purin.

Gejala akut dari gout athritis sebenarnya dapat sembuh sendiri dan akan berkurang

setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan. Meskipun begitu serangan akut gout

athritis dapat menyebabkan gejala gout athritis kronis. Gejala gout athritis kronis yang

tidak ditangani dapat mengakibatkan peradangan kronis dan terbentuknya nodular

akibat dari sendi yang bengkok (Asikin dan Nasir, 2016).

Masalah lain yang akan muncul jika penyakit ini tidak diatasi dengan tepat yaitu

kualitas hidup pada klien akan terganggu karena sering mengalami nyeri yang hebat

pada persendian saat akan menjalani aktifitas sehari-hari. Maka dari itu, kesadaran

dari klien dan dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah kondisi
gout athritis yang lebih buruk.Kesadaran disini dapat diartikan dengan adanya

pengakuan dari diri klien untuk terus melakukan kebiasaan-kebiasaan dan pengobatan

secara berkesinambungan yang dapat mengurangi gejala gout athritis dan resiko

komplikasi lebih lanjut.Dukungan dari keluarga juga akan muncul jika keluarga

memiliki pengetahuan yang memadai tentang gout athtritis.

Dari permasalahan diatas maka ada alternatif solusi menurutDari permasalahan

diatas, maka dapat disimpulkan kriteria hasil menggunakan teori NOC (Nursing

Outcomes Classification) antara lain: Dukungan sosial yaitu kemauan untuk

menghubungi orang lain maupun diri sendiri untuk meminta bantuan sepenuhnya

adekuat, bantuan yang ditawarkan oleh orang lain sepenuhnya adekuat, usaha yang

disediakan orang lain sepenuhnya adekuat, orang-orang yang dapat membantu sesuai

kebutuhan sepenuhnya adekuat.

Berdasarkan kriteria hasil menggunakan teori NOC (Nursing Outcomes

Classification) dapat direncanakan asuhan keperawatan menggunakan teori NIC

(Nursing Interventions Classification) diantaranya yaitu pendidikan kesehatan,

skrining kesehatan, fasilitasi pembelajaran, identifikasi resiko, dukungan kelompok,

pengajaran: individu, pengajaran: prosedur/perawatan.

Melihat dari latar belakang data kejadian yang didapatkan maka penulis tertarik

untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam sebuah Studi

Kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada keluarga yang mengalami gout

athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x

Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso ”.


1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini di batasi pada asuhan keperawatan pada keluarga

yang mengalami gout athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami gout athritis

dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan

Wringin Kabupaten Bondowoso?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami gout athritis

dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan

Wringin Kabupaten Bondowoso.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan asuhan keperawatan pada keluarga yang

mengalami gout athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

2. Menetapkan diagnosa keperawatan asuhan keperawatan pada keluarga yang

mengalami gout athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.


3. Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga yang mengalami gout athritis

dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x

Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada keluarga yang mengalami gout athritis

dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x

Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga yang mengalami gout athritis

dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x

Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bentuk penerapan mata kuliah keperawatan pada keluarga yang

mengalami Gout Athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

1.5.2Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi institusi pendidikan

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan

mahasiswa keperawatan untuk menambah wawasan dan sebagai acuan atau

referensi asuhan keperawatan pada keluarga khususnya pada keluarga yang

mengalami Gout Athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan manajemen

kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

2. Manfaat bagi perawat


Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan dalam pemberian asuhan keperawatan pada

keluarga khususnya pada keluarga yang mengalami Gout Athritis dengan

masalah kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan

Wringin Kabupaten Bondowoso.

3. Manfaat bagi keluarga

Asuhan keperawatan keluarga yang telah diberikan dapat menambah

pengetahuan keluarga tentang Gout Athritis dengan masalah kesiapan

meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten

Bondowoso.

4. Manfaat bagi puskesmas

Sebagai data tambahan tentang permasalahan pada keluarga khususnya pada

keluarga yang mengalami Gout Athritis dengan masalah kesiapan meningkatkan

manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.


BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1Pengertian

Gout athritis adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang

ditandai dengan hiperurikemi dan serangan sinovitis akut berulang-ulang (Zairin

Helmi, 2011). Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai

usia lanjut dan wanita pasca menopause.

Gout athritis atau pirai adalah peradangan akibat adanya pengedapan kristal asam

urat pada sendi dan jari (Risnanto dan Uswatun, 2014). Gout athritis juga bisa

diartikan sebagai serangkaian kondisi inflamasi kronis yang berhubungan dengan

defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan hiperurisemia (Brunner

dan Suddart, 2015)

Gout Athritis adalah peradangan akut yang hebat pada jaringan sendi disebabkan

oleh endapan kristal monosodium urat dan mengakibatkan satu atau beberapa

manifestasi klinik (Idrus Alwi dkk, 2010)

Gout athritis adalah kondisi dimana tubuh mengalami gangguan metabolisme

yang menyebabkan protein berbasis purin tidak dapat dimetabolisme tubuh dengan

baik. Sebagai hasilnya, ada peningkatan jumlah asam urat, yang merupakan hasil

akhir dari metabolisme purin. (Mary Digiulio dkk, 2014)


2.1.2Etiologi

Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini ditimbulan

dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium urat (MSU, gout) dan kalsium

pirofosfat dihidrat (CPPD, pseudogout), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi

degenerasi tulang rawan sendi.

Penumpukan asam urat didalam tubuh dapat diakibatkan oleh produksi asam urat

yang meningkat, pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan asupan

makanan kaya purin.

Dilihat dari penyebabnya gout dapat dibedakan menjadi dua:

1. Gout primer, tanpa adanya penyebab yang jelas dapat disebabkan oleh

pembentukan asam urat tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi

asam urat (paling sering)

2. Gout sekunder, kondisi hipeurisemia lama yang disebabkan oleh kelainan tertentu

atau pemakaian obat tertentu.

2.1.3Klasifikikasi

Penyakit gout dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu primer dan sekunder

1. Gout primer adalah gout yang disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

Pada penyakit gout primer ini, 99% penyebabnya belum diketahui (idiopatik).

Namun, kombinasi faktor genetik dan hormonal diduga yang menjadi penyebab

terganggunya metabolisme. Akibatnya, produksi asam urat juga ikut meningkat

diakibatkan karena berkurangnya pengekuaran asam urat dari tubuh

2. Gout sekunder biasanya timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit lain

(hipertensi dan artherosklerosis). Penyebab penyakit gout sekunder antara lain


karena meningkatnya produksi asam urat akibat nutrisi, yaitu mengkonsumsi

makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organik

yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk dalam kelompok

asam amino, unsur pembentuk protein.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak diobati:

1) Stadium pertama dalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini asam urat

serum laki-laki mengkat dan tanpa gejala selain peningkatan asam urat serum

2) Stadium kedua athritis gout akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan

nyeri luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari dan sendi metatarsofalangeal

3) Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis. Tidak terdapat

gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai

tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout berulang dalam waktu

kurang dari 1tahun jika tidak diobati

4) Stadium keempat adalah tahap gout kronik, dengan timbul asam urat yang terus

meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai. Peradangan kronik

akibat kristal-kristal asam urat mengakibatkan nyeri, skait, kaku juga pembesaran

dan penonjolan sendi bengkak.

2.1.5 Patofisiologi

Endapan kristal yang terdapat dalam sendi atau saluran kemih diakibatkan

oleh asam urat yang memiliki daya larut rendah dan akibat dari garam-garamnya.
Asam urat yang berlebihan dan garam tersebut keluar serum serta urin. Kemudian

masing-masing mengendap didalam sendi dan saluran kemih

2.1.6 Gambaran Klinis

1. Gout akut

Gout akut biasanya monoartikular dan ditemukan pada sendi MTP ibu jari

kaki, pergelangan kaki, dan jari tangan. Nyeri sendi hebat yang terjadi biasanya,

mendadak dan merupakan ciri khas yang ditemukan pada gout akut. Biasanya,

sendi yang terkena tampak merah, licin dan bengkak. Klien juga menderita

demam dan jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut dapat diakibatkan

oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol, dan stres emosional.

Perkembangan serangan gout akut biasanya merupakan kelanjutan dari suatu

rangkaian kejadian. Pertama, biasanya terdapat supersaturasi urat dalam plasma

dan cairan tubuh. Hal ini diikuti dengan pengendapan kristal asam urat. Serangan

gout akut yang berulang juga merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptur tofi

(endapan natrium urat). Kristalisasi dan endapan asam urat merangsang serangan

gout. Kristal asam urat ini merangsang fagisitosis oleh leukosit dan saat leukosit

memakan kristal urat tersebut, maka respons mekanisme peradangan lain akan

terangsang. Respon peradangan dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal

asam urat. Reaksi peradangan yang terjadi merupakan proses yang berkembang

dan memperbesar diri sendiri akibat endapan tambahan kristal dari serum.

Peruode tenang antara serangan gout akut dikenal dengan nama gout interkritikal.

Pada masa ini, klien bebas dari gejala klinis.

Tanda dan gejala gout akut :


1) Rasa nyeri yang hebat dan peradangan lokal

2) Deman dan jumlah sel darah putih meningkat

3) Mula-mula yang terserang yaitu ibu jari kaki. Setelah itu menyerang sendi

jari, lutut, pergelangan tangan, pereglangan kaki dan siku

4) Gejala berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa pengobatan.

2. Gout kronis

Serangan gout akut yang berulang dapat menyebabkan gout kronis yang

bersifat poliartikular. Erosi sendi akibat gout kronis menyebabkan nyeri kronis,

kaku dan deformitas. Akibat adanya kristal urat, maka terjadi peradangan kronis.

Sendi yang bengkak akibat gout kronis sering kali membesar dan berebntuk

nodular. Serangan gout akut dapat terjadi secara simultan disertai dengan gejala

gout kronis. Pada gout kronis, sering kalii ditemukan tofi. Tofi merupakan

kumpulan kristal asam urat pada jaringan lunak,. Tofi dapat ditemukan di bursa

olecranon, tendon achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah, bursa

infrapatella, dan helix telinga. Tofi ini sering sulit dibedakan secara klinis dari

nodul rheumatoid. Kadan, tofi dapat membentuk tukak kemudian mengeluarkan

cairan kental.

Tanda dan gejala gout kronis

1) Timbul dalam jangka waktu beberapa tahun

2) Ditandai dengan rasa nyeri, kaku, dan pegal

3) Terjadi peradangan kronis akibat adanya kristal urat

4) Terbentuk nodulae akibat sendi yang bengkok karena gout kronis yang

membesar.
2.1.7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada gout athritis adalah :

1) Tofus

2) Deformitas sendi

3) Nefropati gout

4) Gagal ginjal

5) Batu saluran kencing (obstruksi dan/atau infeksi)

2.1.8 Penatalaksanaan

1) Farmakologi

a) Kolkisin : biasanya digunakan untuk mengobati serangan gout akut dan

mencegah gout akut di kemudian hari.

b) Fenilbutazon : suatu agen anti radang dan juga dapat digunakan untuk

mengobati athritis gout akut. Akan tetapi, kareba fenilbutazon

menimbulkan efek samping maka, kolkisin digunakan sebagai terapi

pencegahan.

c) Allopurinol : dapat mengurangi pembentukan asam urat.

d) Probenesid dan Sulpirazon : merupakan agen urikosuria yang dapat

menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal sehingga

meningkatkan ekskresi asam urat.

2) Nonfarmakologi
Dianjurkan untuk minum air putih yang cukup serta menghindari makanan

yang mengandung kadar purin yang tinggi, diantaranya jeroan, hati, ginjal,

otak, dan roti manis. Sarden dan anchovy (ikan kecil semacam haring)

sebaiknya juga dibatasi. Membatasi konsumsi alkohol dan obat obatan

yang menaikkan asam urat darah (etambutol, pirazinamid, sikloporin,

asetosal, tiazid), mendorong pasien untuk mempertahankan berat badan

normal. Anjurkan juga untuk melakukan olahraga ringan.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga telah didefinisikan dalam berbagai hal. Perbedaan definisi keluarga

bergantung pada orientasi teoritis yang digunakan oleh “pendefinisi”-yaitu, menurut

jenis penjelasan yang dibuat oleh profesional mengenai keluarga. Sebagai contoh,

penulis yang mengikuti orientasi teoritis para ahli interaksi keluarga, memandang

keluarga sebagai sebuah arena interaksi kepribadian sehingga penekanan diberikan

kepada karakteristik tradisional dinamis keluarga. Oleh karena itu, terdapat banyak

definisi, dengan berbagi teori yang membentuk definisi tersebut dan harapan kita

akan kehidupan keluarga (Smith, 1995 dalam Friedman, 2010).

U.S Bureau Of the Cencus menggunakan definisi keluarga yang berorientasi

tradisional, yaitu sebagai berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung

bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah

tangga yang sama. Saat ini definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam hal

penerapannya maupun inklusivitasnya. Whall (1986), dalam analisa konsepnya

mengenai keluarga sebagai unit asuhan dalam keperawatan, mendefinisikan keluarga


sebagai “sebuah kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu

atan lebih yang memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan

darah atau hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sedemikian rupa sehingga

mereka menganggap dirinya sebagai keluarga”.

Definisi tambahan keluarga dibawah ini disajikan untuk memfasilitasi

pemahaman mengenai kepustakaan keluarga

1. Keluarga inti (terkait dengan pernikahan) keluarga yang terbentuk kerena

pernikahan, peran sebagi orang tua, atau kelahiran; terdiri atas suami istri, anak-

anak mereka- biologis, adopsi, atau keduanya.

2. Keluarga orientasi (keluarga asal) unit keluarga tepat seseorang dilahirkan.

3. Extended family – keluarga inti dari individu terkait lainya (oleh hubungan

darah), yang bisanya merupakan anggota keluarga asal dari salah satu pasangan

keluarga inti. Keluarga ini terdiri atas “sanak saudara” dan dapat mencakup

nenek/kakek, bibi, paman, keponakan, dan sepupu. (friedman, 2010).

2.2.2 Ciri Ciri Keluarga

Menurut Robert Mac Iverdan Charles Horton (Setiadi, 2008):

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

perkawinan yang sengaja dibentuk atau di pelihara.

3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.


4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggotanya

berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan

anak.

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2.2.3 Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang yang

mengelompokkan Setiadi, (2008), antara lain :

1. Secara Tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

a. Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan

anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

b. Keluarga Besar (extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga

lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).

2. Secara Modern (berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa

individualisme maka pengelompokan tipe keluarga selain di atas adalah:

a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, dananak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh

sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat

bekerja di luar rumah.

b. Reconstituid Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami atau istri,

tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan

dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.


c. Niddle Age (Aging Couple)

Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah,

anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan, atau meniti

karier.

d. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau

salah satu bekerja di luar rumah.

e. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-

anaknyadapat tinggal dirumah atau di luar rumah.

f. Dual Carrier

Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Married

Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.

Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan

untuk kawin.

i. Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.

j. Institusional

Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.

k. Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan

anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage

Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya tinggal di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan

semua adalah orang tua dari anak-anak.

m. Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perwakilan tidak dikehendaki, anak diadopsi.

n. Cohibing Couple

Yaitu dua orangatau pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

o. Gay and Lesbian Family

Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.

Gambaran tentang bentuk keluarga di atas ini melukiskan banyaknya bentuk

struktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah keluarga harus

dipahami dalam konteknya, label dan jenisnya hanya berfungsi sebagai refrensi bagi

penataan kehidupan keluarga dan sebuah kerangka kerja. Dan setiap upaya perlu

memperhatiakan keunikan dari setiap keluarga. Untuk itu keluarga profesionalis

dalam bidang kesehatan yang melayani keluarga harus bersifat toleran dan sensitif

terhadap perbedaan gaya hidup keluarga.

2.1.4 Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Setiadi.(2008) menggambarkan bagaimana

keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri

dari bermacam-macam, diantaranya adalah:


1. Patrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2. Matrilineal

Adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara sederhana dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5. Keluarga Kawin

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami atau istri.

2.1.5 Fungsi Pokok Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman 1998 dalam setiadi (2008)

adalah sebagai berikut :

1. Fungsi afektif : adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala

sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang

lain .
2. Fungsi sosialisasi : adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan

dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi : adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan

menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi : adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan

individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5. Fungsi perawatan pemeliharaan kesehatan: yaitu fungsi untuk mempertahankan

keadaan kesehatan anggita keluarga agar tetap memiliki produktifitas tinggi.

2.1.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

dibidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan. Friedman (1981)

membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung

menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari

adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang

terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa


diantara keluarga yang mempunyai kemampuan untuk memputuskan untuk

menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat

agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan seyoganya meminta bantuan orang lain dilingkungan

sekitar keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau tidak dapat membantu

dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda Perawatan ini dapat

dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan

tindakan untuk pertolongan pertama atau pelayanan kesehatan untuk

memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antar keluarga dan lembaga kesehatan

(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada). (Setiadi, 2008)

2.1.7 Peranan Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang

dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan – harapan.Peran

keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam

konteks keluarga.Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan

situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola

perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.


Dalam UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 pasal 5 menyebutkan “Setiap

orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat

kesehatan perorangan, keluarga, dan lingkungan”. Dari pasal di atas jelas bahwa

keluarga berkewajiban menciptakan dan memelihara kesehatan dalam upaya

meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang optimal.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing – masing, antara lain

adalah:

1. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung / pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota

keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

2. Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak – anak,

pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan

juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik,

mental, sosial dan spiritual (Setiadi, 2008).

2.1.8 Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap Perkembangan Keluarga Menurutfriedman (1981) dalam setiadi,

(2008) membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:

1. Keluarga baru (Berganning family)


Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas

perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :

1) Membina hubungan intim yang memuaskan.

2) Menetapkan tujuan bersama.

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial.

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.

5) Persiapan menjadi orang tua.

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi

orang tua).

2. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (child bearing)

Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan

krisis keluarga. Studi Klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17

% tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :

1) Suami merasa diabaikan.

2) Peningkatan perselisihan dan argumen.

3) Interupsi dalam jadwal kontinu.

4) Kehidupan seksual dan sosial terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan

kegiatan).

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua

terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan.

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.


5) Konseling KB post partum 6 minggu.

6) Menata ruang untuk anak.

7) Biaya atau dana Child Bearing.

8) Memfasilitasi role learing anggota keluarga.

9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

3. Keluarga dengan anak pra sekolah

Tugas perkembangan adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra

sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan

merencanakan kelahiran berikutnya.

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan anggota

2) Membantu anak bersosialisasi

3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.

4) Mempertahankan hubungan didalam maupun diluar keluarga.

5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6) Pembagian tanggung jawab.

7) Merencanakan tanggung jawab dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang

anak.

4. Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan

lingkungan lebih luas.

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.

3) Menyediakan aktivitas untuk anak.


4) Menyediakan pada aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan anak.

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan

kesehatan anggota keluarga.

5. Keluarga dengan anak remaja ( 13-20 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang

dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa

muda dan mulai memiliki otonomi.

2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi)

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga

4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga

untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

6. Keluarga dengan anak dewasa (anak I meninggalkan rumah)

Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri

dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitasi dan sumber yang

ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.Tugas

perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar

2) Mempertahankan keintiman

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarakat

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian

anaknya

5) Menata kemballi fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga


6) Berperan suami istri kakek dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-

anaknya

7. Keluarga usia pertengahan (Midle age family)

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat

sosial dan waktu santai

2) Memulihkan hubungan anatara generasi muda tua

3) Keakrapan dengan pasangan

4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga

5) Persiapan masa tua/pensiun

8. Keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup

2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian

3) Mempertahan keakraban pasangan dan saling merawat

4) Melakukan life review masa lalu

2.3 Asuhan keperawatan keluarga

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Keluarga Menurut Friedman,(2010) terdiri dari

1. Data keluarga

2. Data anggota keluarga

3. Tahap dan riwayat perkembangan keluarga


4. Fungsi keluarga

5. Pola koping keluarga

6. Data penunjang keluarga

7. Kemampuan keluarga melakukan tugas pemeliharaan kesehantan

anggota keluarga.

Tabel 2.1 Conton format pengisian identitas

Fasilitas yankes No. Register


Nama perawat Tanggal

yang mengkaji pengkajian

A. Data Keluarga

1. Identitas Umum

a) Identitas kepala keluarga

Nama : Cukup Jelas Nomor Telpon : Cukup Jelas

Umur : Cukup Jelas Bahasa sehari-hari : Cukup Jelas

Agama : Cukup Jelas Status kelas sosial : Cukup Jelas

Pekerjaan : Cukup Jelas Alat Transportasi : Cukup Jelas

Alamat : Cukup Jelas

Tabel 2.2 Contoh format kepal keluarga

Nama kepala Bahasa sehari-hari

keluarga
Alamat rumah & Jarak yankes

telp terdekat
Agama & suku Alat transportasi
b) Komposisi keluarga

Komposisi ini biasanya terdiri dari nama, jenis kelamin, hubungan dengan KK

(kepala keluarga), umur, pendidikan dan status imunisasi dari masing-masing

anggota keluarga yang dibuat dalam bentuk tabel untuk memudahkanpengamatan.

Tabel 2.3 Format data anggota keluarga

N N Hub U JK Suk Pend Pekerja Status TTV Status

o a dgn mu u idika n saat gizi (TD, imunisa

m KK r n ini (TB, N, si dasar

a terak BB,BM RR,

hir I) S)

c) Genogram

Adalah simbol-simbol yang dipakai dalam pembuatan genogram untuk

menggambarkan susunan keluarga. Aturan pembuatan genogram yaitu :

1. Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri

2. Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan

3. Tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-laki atau

perempuan

4. Paling sedikit disusun tiga generasi

5. Aturan simbol

d) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang

terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

e) Suku bangsa (Etnis)


1. Latar belakang etnis keluarga atau anggota keluarg, dikaji asal suku bangsa

keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait

dengan kesehatan.

2. Tempat tinggal keluarga ( bagian dari sebuah lingkungan yang secara etnis

bersifat homogen).

3. Kegiatan-kegiatan keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan (apakah

kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur / budaya keluarga).

4. Kebiasaan-kebiasaan diet dan berbusana (tradisional atau modern).

5. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ‘modern’.

6. Penggunaan jasa-jasa perawat kesehatan keluarga dan praktisi. Dikaji apakah

keluarga mengunjungi pelayanan praktis, terlibat dalam praktik-praktik

pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki kepercayaan tradisional asli

dalam bidang kesehatan.

7. Pengunaan bahasa sehari-hari di rumah.

f) Agama dan Kepercayaan

(a)Apakah anggota keluarga berada dalam praktik keyakinan beragama mereka.

(b)Seberapa aktif keluarga tersebut terliabat dalam kegiatan agama atau

organisasi-organisasi keagamaan lain.

(c)Keluarga menganut agama apa.

(d)Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut dalam

kehidupan keluargaterutama dalam hal kesehatan

(e)Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi
keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yag dikeluarkan oleh

keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

g) Aktivitas rekreasi keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu

namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas

rekreasi.

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga menurut Setiadi, (2008) :

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.

Tahap perkembangan keluarga adalah mengkaji keluarga berdasarkan

Tahap kehidupan keluarga berdasarkan Duvall, ditentukan dnegan anak tertua

dari keluarga inti dan mengkaji sejauhmana keluarga melaksanakan tugas

sesuai tahapan perkembangan.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.

Tahap ini ditentukan sampai dimana perkembangan keluarga saat ini dan

tahap apa yang belum dilakukan oleh keluarga serta kendalannya.

C. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat Kesehatan Keluarga menurut Setiadi, (2008) yaitu :

1. Riwayat keluarga sebelumnya

Disini diuraikan riwayat keluarga kepala keluarga sebelum membentuk

keluarga sampai saat ini.

2. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga saat ini menjelaskan

mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota dan sumber pelayanan

yang digunakan keluarga.

D. Pengkajian Lingkungan

Pengkajian Lingkungan menurut Setiadi, (2008) yaitu :

Karakteristik rumah

1. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar dan lain lain).

Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini.

2. Denah rumah.

3. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah). Interior

rumah meliputi , jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar tidur dan

lain-lain), pengunaan-penggunaan kamar tersebut dan bagaimana kamar

tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan prabot. Apakah penerangan

fentilasi, pemanasan. Apakah lantai, tangga, susunan dan bangunan yang

laindalam kondisi yang adekuat.

4. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, pengamanan

untuk kebakaran.

E. Struktur Keluarga

Struktur Keluarga Menurut Setiadi, (2008) yaitu :

1. Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga, bahasa apa yang

digunakan dalam keluarga, bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang

berlangsung dalam keluarga, dan adakah hal-hal/masalah dalam keluarga yang

tertutup untuk didiskusikan.

2. Struktur kekuatan keluarga


Kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain/anggota

keluarga untuk merubah perilaku. Sistem kekuatan yang digunakan dalam

mengambil keputusan, yang berperan mengambil keputusan, bagaimana

pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut.

a. Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal dan siapa yang menjadi model peran dalam keluarga dan

apakah ada konflik dalam pengaturan peran yang selama ini dijalani.

b. Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai norma yang dianut keluarga yang berhubungan

dengan kesehatan.

F. Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga Menurut Setiadi, (2008) yaitu :

1. Fungsi Afektif

Mengkaji gambaran diri keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki keluarga,

dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, kehangatan kepada

keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai

2. Fungsi sosialisasi

Bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga dan sejauh mana anggota

keluarga belajar disiplin, norma, tahu budaya dan perilaku.

1) Fungsi perawatan kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta

merawat anggota keluarga yang sakit. Pengetahuan keluargamengenai sehat-sakit.

Kesanggupan keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga yaitu :


a) Mengenal masalah kesehatan, sejauhmana keluarga mengetahui mengenai

fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan

gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga

terhadap masalah.

b) Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

c) Sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

d) Sejauhmanakemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah sehat.

e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga mengunakan fasilitas

kesehatan/ pelayanan kesehatan di masyarakat.

2) Fungsi reproduktif

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota keluarga,

metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendaliakn jumlah anggota

keluarga.

3) Fungsi ekonomi

Mengkaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan

papan, daan memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya

meningkatkan status kesehatan.

G. Stress dan Koping Keluarga

Stress dan Koping Keluarga menurut Setiadi, (2008) yaitu :

1. Stressor jangka pendek

Stressor jangka pendek yaitu yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu ±6 bulan dan jangka panjang yaitu yang

memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan.


2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressormengkaji sejauh

mana keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

3. Strategi koping yang digunakanstrategi koping apa yang digunakan keluarga

bila menghadapi masalah.

4. Strategi adaptasi disfungsionaldijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang

digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

H. Pemeriksaan Fisik

Diperiksa persistem sesuai keadaan klien

I. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keluarga menurut Setiadi, (2008) yaitu :

Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang

ditemukan dengan menggunakan skala prioritas ( skala Baylon dan Maglaya )

sebagai berikut :

1. Tentukan skor untuk setiap kriteria

2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria

4. Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

Tabel 2.4 Skoring diagnosa keperawatan

KRITERIA Sko BOBOT


NO
r
1. Sifat Masalah
Skala :
Tidak/kurang sehat 3 1
Ancaman kesehatan 2
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
Mudah 3
Sebagian 2 2
Tidak dapat 1
0
3. Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala :
Masalah berat, harus segera ditangani 2 1
Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
JUMLAH

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan menurut NANDA, (2018-2020) yaitu :

Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan

1. Definisi:

Pola pengaturan dan pengitegrasian ke dalam kehidupan sehari-hari

suatu regimen teraupeutik untuk pengobatan penyakit dan sekuelnya,

yang dapat ditingkatkan

2. Outcome Untuk Mengukur Penyelesaian dari Diagnosis:

a. Perilaku patuh

b. Perilaku patuh : aktivitas yang disarankan

c. Perilaku patuh : diet yang disarankan


d. Perilaku patuh : pengobatan yang disarankan

3. Outcome Tambahan Untuk Mengukur Batasan Karakteristik

a. Perilaku promosi kesehatan

b. Pengetahuan : manajemen athritis

c. Pengetahuan : pengobatan

d. Pengetahuan : manajemen nyeri

e. Pengetahuan : aktifitas yang disarankan

f. Pengetahuan : prosedur penanganan

g. Partisipasi dalam keputusan perawatan sendiri

h. Perawatan diri : pengobatan non parenteral

i. Perawatan diri : pengobatan parenteral

j. Kontrol gejala

Batasan karakteristik

1) Mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan pilihan hidup sehari-

hari untuk memenuhi kebutuhan

2) Mengungkapkan keinginan untuk memenuhi status

imunisasi/vaksinasi

3) Mengungkapkan keinginan untuk menangani penyakit

4) Mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap

regimen yang diprogramkan

5) Mengungkapkan keinginan untuk melakukan penanganan terhadap

faktor resiko

6) Mengungkapkan keiginan untuk melakukan penanganan terhadap

gejala
2.3.3 Intervensi

Intervensi Keperawatan menurut NANDA(2018-2020), NIC NOC (2015) yaitu :

Tabel 2.5 Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
Kesiapan Tujuan : adalah perubahan Pengajaran proses penyakit
meningkatkan perilaku pasien yang diharapkan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
manajemen oleh perawat setelah tindakan terkait dengan proses penyakit yang
kesehatan berhasil dilakukan. spesifik
Kriteria hasil : 2. Jelaskan pada pasien penyebab dari
1. Perilaku Patuh (bersifat aktif) penyakit
a. Mencari informasi 3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum
kesehatan dari berbagai dari penyakit, sesuai kebtuhan
macam sumber dilakukan 4. Berikan kepada keluarga dan orang
secara konsisten dengan yang penting bagi pasien mengenai
skor (5) perkembangan pasien
b. mempertimbangkan risiko / 5. Edukasi pasien mengenai tindakan
keuntungan dari perilaku untuk mengontrol atau meminimalkan
sehat dilakukan secara gejala
konsisten dengan skor (5)

Pengajaran: peresepan diet


2. Perilaku Patuh: Aktivitas
Yang Disarankan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
a. mengidentifikasi manfaat mengenai diet yang disarankan
yang diharapkan dari 2. Kaji pola makan pasien saat ini dan
aktivitas fisik sebelumnya termasuk makanan yang
b. menggunakan strategi untuk disukai dan pola makan saat ini
meningkatkan daya tahan 3. Instruksikan pasien untuk
tubuh dilakukan konsisten menghindari makanan yang
dengan skor (5) dipantang dan mengkonsumsi
makanan yang diperbolehkan
3. Perilaku Patuh: diet yang
disarankan
a. memilih makanan dan
cairan yang sesuai dengan
Pengajaran: peresepan latihan
diet yang ditentukan
dilakukan konsisten dengan 7. Informasikan pasien mengenai
skor (5) tujuan manfaat dari latihan yang
b. menghindari makanan dan diresepkan
minuman yang tidak di 8. Instruksikan pasien bagaimana
perbolehkan dalam diet mempertahankan latihan rutin setiap
dilakukan konsisten dengan hari, sesuai kebutuhan
skor (5) 9. Observasi pasien dalam melakukan
latihan yang diresepkan
4. perilaku patuh: pengobatan
yang disarankan
Pengajaran: peresepan obat-obatan
a. minum obat sesuai dosis
dilakukan konsisten dengan
1. Informasikan pasien mengenai nama
skor (5)
generik dan merek dagang dari setiap
c. membuat daftar semua
obat
obat-obatan dengan dosis
2. Instruksikan pasien mengenai dosis,
dan frekuensi pemberian
rute dan durasi setiap obat
dilakukan konsisten dengan
3. Evaluasi kemampuan pasien untuk
skor (5)
memberikan obat secara mandiri
1.

2.3.4 Implementasi

Impementasi menurut Nikmatur dan Saiful, (2012) yaitu :


Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari

rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini,

perawat mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu

melibatkan secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan

kesehatan dirumah

Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, yaitu :

1. Tahap 1 : Persiapan

Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan :

a. Kontrak dengan keluarga ( kapan dilaksanakan, berapa lama waktunya, materi

yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang

perlu mendapatkan informasi).

b. Mempersiapkan peralatan yang diperlukan.

c. Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.

d. Mengindentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.

Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat mempunyai kesiapan secara

fisik dan psikis pada saat implemantasi.

2. Tahap 2 : Intervensi

Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab

perawat secara profesional adalah :

a. Independent
Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat sesuai dengan

kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan

lainnya.

Lingkup tindakan independent ini adalah :

1. Mengkaji terhadap klien dan keluarga melalui riwayat keperawatan dan

pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.

2. Merumuskan diagnosa keperawatan.

3. Mengindentifikasi tindakan keperawatan.

4. Melaksanakan rencana pengukuran.

5. Merujuk kepada tenaga kesehatan lain.

6. Mengevaluasi respon klien.

7. Partisipasi dengan konsumen atau tenaga kesehatan lainnya dalam

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

Tipen tindakan independent keperawatan dapat dikatagorikan menjadi 4, yaitu :

1) Tindakan diagnostik

a) Wawancara dengan klien.

b) Observasi dan pemeriksaan fisik.

c) Melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, misalnya (anti-HIV)

danmembaca hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.

2) Tindakan terapeutik

Tindakan untuk mencegah mengurangi dan mengatasi masalah klien.

3) Tindakan edukatif
Tindakan untuk merubah perilaku klien melalui promosi kesehatan dan

pendidikan kesehatan kepada klien.

4) Tindakan merujuk

Tindakan kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.

b. Interdependent

Yaitu suatu kegiatan yang memerluka suatu kerja sama dengan tenaga

kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter yang

lainnya.

c. Dependent

Yaitu pelaksanaan rencaa tindakan medis. Misalnya dokter menuliskan

“perawatan kolostomi. Tindakan keperawatan adalah mendefinisikan

perawatan kolostomi berdasarkan kebutuhan individu dari klien.

3. Tahap 3 : Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap

dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan Setiadi, (2008).

Tabel 2.6 Format Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

No. Diagnosa/ Tanggal/Pukul Tindakan Paraf

masalah

Kolaboratif

1. Nomor Diagnosa Keperawatan / Masalah Kolaborasi


Tuliskan nomor diagnosa keperawatan/masalah kolaboratif sesuai dengan

masalahyang sudah teridentifikasi dalam format diagnosis keperawatan.

2. Tanggal/jam

Tuliskan tanggal, bulan, tahun, dan jam pelaksanaan tindakan keperawatan.

3. Tindakan

a. Tuliskan nomor urut tindakan

b. Tindakan dituliskan yang dilakukan beserta hasil/respon pasien dengan

jelas

c. Jangan lupa menuliskan nama/jenis obat, dosis, cara memberikan, dan

instruksi medis yang lain dengan jelas.

d. Jangan menuliskan istilah sering, kecil, besar, atau istilah lain yang dapat

menimbulkan persepsi yang berbeda atau masih menimbulkan

pertanyaan. Contoh: “memberikan makan lebih sering dari biasanya”.

Lebih baik tuliskan pada jam berapa saja memberikan makan dan dalam

berapa porsi makanan diberikan.

e. Untuk tindakan pendidikan kesehatan, tuliskan “melakukan penkes

tentang….., laporan penkes terlampir

f. Bila penkes dilakukan secara singkat, tuliskan tindakan dan respon pasien

setelah penkes dengan jelas.

4. Paraf

Tuliskan paraf dan nama terang.

2.3.5 Evaluasi
Evaluasi menurut Nikmatur dan saiful, (2012) yaitu :

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencana tenntang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga

dalam mencapai tujuan.

Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :

1. Evaluasi berjalan (sumatif)

Evaluasi berjalan menurut Setiadi, (2008) yaitu :

Evaluasi jenis ini dikerjakan dalam bentuk pengisian format catatan

perkembangan dengan berorientasi kepada masalah yang dialami oleh keluarga.

Format yang dipakai adalah format SOAP :

A. Komponen SOAP/SOAPIER

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan

klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/SOAPIER.Penggunaanya tergantung

dari kebijakan setempat. Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut ;

1) S : Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

2) O : Data Objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat

secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

3) A : Analisis
Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis merupakan suatu

masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat

dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status

kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan

objektif.

4) P : Perencanaan

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau

ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan

sebelumnya. Tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan dan

tidak memerlukan tindakan ulang pada umunya dihentikan. Tindakan yang

perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih kompeten untuk menyelesaikan

masalah klien dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilanya.

Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah tindakan yang dirasa dapat membantu

menyelesaikan masalah klien, tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau

mempunyai alternatif pilihan yang lain yang diduga dapat membantu

mempercepat proses penyembuhan. Sedangkan, rencana tindakan yang

baru/sebelumnya tidak dapat ditentukan bila timbul masalah baru atau rencana

tindakan yang ada sudah tidak kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah

yang ada.

5) I : Implementasi

Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan). Jangan

lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan.

6) E : Evaluasi
Evaluasi adalah respons klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

7) R : Reassesment

Reassessmentadalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan

setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu

dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan (Rohmah, 2014).

2. Evaluasi akhir (formatif)

Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara membandingkan antara tujuan yang

akan dicapai. Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya, mungkin semua tahap

dalam proses keperawatan perlu ditinjau kembali, agar didapat data-data, masalah

atau rencana yang perlu dimodifikasi.

A. Metode Evaluasi

Metode yang dipakai dalam evaluasi antara lain adalah :

a. Observasi langsung

b. Wawancara

c. Memeriksa laporan

d. Latihan stimulasi

B. Mengukur pencapaian keluarga

Faktor yang dievaluasi ada beberapa komponen, meliputi :

1. Kognitif

Lingkup evaluasi kognitif adalah :

a. Pengetahuan keluarga mengenai penyakitnya.

b. Mengontrol gejala-gejalanya.

c. Pengobatan.

d. Diet, aktivitas, persediaan alat-alat.


e. Risiko komplikasi.

f. Gejala yang harus dilaporkan.

g. Pencegahan.

Informasi ini dapat diperoleh dengan cara :

1. Wawancara, dengan cara :

a. Menanyakan kepada keluarga untuk mengingat beberapa fakta yang

sudah diajarkan.

b. Menanyakan kepada keluarga untuk menyatakan informasi yang

spesifik dengan kata-kata keluarga sendiri (pendapat keluarga sendiri).

c. Mengajak keluarga pada situasi hipotesa dan tanyakan tindakan yang

tepat terhadap apa yang ditanyakan.

2. Kertas dan pensil

Perawat menggunakan kertas dan pensil untuk mengevaluasi pengetahuan

keluarga terhadap hal-hal yang telah diajarkan.

3. Afektif

Dengan cara observasi langsung, yaitu dengan cara observasi wajah, postur

tubuh, nada suara, isi pesan verbal pada waktu melkukan wawanncara.

4. Psikomotor

Dengan cara melihat apa yang dilakukan keluarga sesuai dengan yang

diharapkan.

C. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi


Ada tiga kemungkinan pada tahap ini, yaitu :

1. Keluarga telah mecapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga

rencana mungkin dihentikan.

2. Keluarga masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga

perlu penambahan waktu, reseources, intervensi sebelum tujuan berhasil.

3. Keluarga tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan, sehingga perlu :

a. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat.

b. Membuat outcome yang baru, mungkin outcome pertama tidak realistis

atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhada tujuan yang disusun

oleh perawat.

c. Intervensi keperawatan harus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk

mencapai tujuan sebelumnya (Setiadi, 2008).

BAB 3
METODE PENULISAN

Bab ini membahas tentang pendekatan yang digunakan dalam

menyelenggarakan studi kasus

3.1 Desain Penulisan

Desain penulisan yang di pakai dalam karya tulis ini adalah studi

kasus untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada keluarga

yang mengalami gout athtitis dengan masalahkesiapan meningkatkan

manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten

Bondowoso.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istilah – istilah

kunci yang menjadi fokus studi kasus. Batasan istilah dalam studi kasus ini

adalah asuhan keperawatan pada keluarga yang mengalami gout athritis

dengan masalahkesiapan meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x

Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso.

3.3 Partisipan

Partisipan dalam penyusunan studi kasus ini adalah 1 keluarga yang

anggota keluarganya terdapat pasien gout athtitis dengan masalah kesiapan

meningkatkan manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin

Kabupaten Bondowoso.

3.4 Lokasi dan Waktu


Pada studi kasus ini di lakukan asuhan keperawatan pada keluarga

yang mengalamigout athtitis dengan masalah kesiapan meningkatkan

manajemen kesehatan di Desa x Kecamatan Wringin Kabupaten

Bondowoso.selama 16 hari (14 TM)

3.5Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :

1) Wawancara

Hasil anamnesa yang berisi tentang (identitas lengkap klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga, dll). Sumber data dapat diperoleh dari

klien, keluarga dan perawat lain (triangulasi data).

2) Observasi dan pemeriksaan fisik

Dengan melakukan pendekatan IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi,

auskultasi) pada sistem tubuh klien.

3) Studi dokumentasi

Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan penunjang yang

dilakukan klien (pemeriksaan diagnostik seperti hasil laboratorium,

rongen dan urinalisis) serta data lain yang relevan.

3.6 Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data dan

informasi sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji

keabsahan data dilakukan dengan cara :

1) Memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan

2) Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi data yaitu

(klien, keluarga,dan perawat) yang berkaitan dengan masalah yang

akan diteliti.

3.7 Analisis Data

Análisis data dilakukan di lapangan sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada

dan di tuang dalam opini pembahasan, teknik análisis digunakan dengan

cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang akan dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah. Urutan dalam análisis data yaitu :

1) Pengumpulan data

Semua data dikumpulkan dari hasil (wanwancara, observasi dan

dokumen). Kemudian hasilnya ditulis dalam bentuk catatan lapangan,

kemudian di salin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2) Mereduksi data

Data dari hasil (wanwancara, observasi dan dokumen) yang

telah disalin dalam bentuk transkrip kemudian dikelompokkan


menjadi data subyektif dan data obyektif, di análisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diganostik kemudian dibandingkan dengan normal.

3) Penyajian data

Penyajian data dapat disajikan dalam bentuk tabel, gambar,

bagan dan teks naratif. Kerahasiaan klien dijaga dengan mengaburkan

identitasnya.

4) Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data di bahas dan di

bandingkan dengan hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis

dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

cara induksi. Data yang dikumpulakn terkait data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

3.8 Etika Penelitian

Ditemukan etika yang mendasar penyusunan studi kasus terdiri dari :

1) Informed Consent (Persetujuan menjadi klien)

Informed consent diberikan kepada responden yang diteliti. Peneliti

memberi penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian pada

responden, jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar

persetujuan dan apabila responden menolak, peneliti tidak akan memaksa

dan tetap menghormati haknya.


2) Anonymity (Tanpa nama)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang di dapat

untuk disembunyikan yaitu bisa dengan tanpa nama/Initial

(Nursalam,2008).

3) Confidentiality (Kerahasiaan)

Subjek berhak untuk meminta bahwa data yang di berikan untuk

dirahasiakan (Nursalam, 2008).


DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Indrus. 2015. Panduan Praktis Klinis. Jakarta: Interna Publishing.

Asikin, M & M. Nasir. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Dinas Kesehatan Bondowoso. 2019. Data Lokasi Jumlah Penderita Gout Athritis
terbanyak di Kabupaten Bondowoso Tahun 2019. Bondowoso: Tidak
Dipublikasikan.

Digiulio Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing

Heather, dkk. 2018. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-


2020.Jakarta : EGC

Kemenkes RI. 2018. Hasil Riskesdas 2018, dilihat 29 Januari


2020.www.depkes.go.id.

M. Bulechek, dkk. 2015. Nursing Interventions Classification. Elsevier

Moorhead, dkk. 2015. Nursing Outcomes Classification. Elsevier

Naga, Sholeh S. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam.


Jogyakarta: Diva Press

Nurarif. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogyakarta : Mediaction Publishing

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Program Studi D III Keperawatan Universitas Bondowoso. 2019. Buku Panduan


Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (Studi Kasus) Tahun Akademik
2019/2020.Bondowoso : Tidak dipublikasikan

Risnanto & Uswatun Isnaini. 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Muskuloskeletal. Jogyakarta : Deepublish

Rohmah, Nikmatur & Saiful Walid. 2014. Proses Asuhan Keperawatan Teori dan
Aplikasi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Widyanto, Faisalado Candra. 2014. Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan


Praktis. Jogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai