Anda di halaman 1dari 38

IMPLEMENTASI KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI

SENDI PADA LANSIA DENGAN GOUT ARTHRITIS

PROPOSAL

SUSI LIDIYAWATI

NIM.21112353

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun
keatas. Setiap makhluk hidup akan mengalami semua proses penuaan yang
dinamakan tua atau menua . Proses bukanlah suatu penyakit , tetapi merupakan suatu
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan komulatif , dimana terdapat
proses menurunna daya tahan tubuh seseorang dalam meghadapi ransangan baik dari
luar maupun dari dalam atau yang dikenal dengan proses menua. (Mujiadi &
Siti,2020).

Menua merupakan proses sepanjang hidup yang sudah di mulai dari suatu
waktu tertentu , yang dimana proses itu sudah dimulai sejak seseorang lahir. Menjdi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang sudah akan melewati tiga tahap
kehidupan yaitu masa anak-anak, dewasa dan tua (Mawaddah 2020).

Berdasarkan data dari departemen Urusan Ekonomi dan Sosial perserikatan


Bangsa-Bangsa (United Nations Departement of Economic And Social Affairs).
(2019). Di dunia ada 703 juta lansia yang berusia 65 tahun ke atas di tahun 2019.
Populasi terbesar di dunia adalah dari asia timur dan asia tenggara 260 juta jiwa. Dan
peningkatan terkecil yaitu di Australia dan selandia baru lebih dari (84%)dan eropa,
Amerika utara lebih dari 48%. Jumlah penduduk di 11 negara anggota World Health
Organization (WHO) kawasan asia tenggara yang berusia di atas 60 tahun berjumlah
124 juta orang dan di perkirakan terus meningkat hingga 3 kai lipat di tahun 2022.

Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2020 mencapai (9,93%) atau 26,82 juta
jiwa. Berdasarkan data survei Sosial Ekonomi Nasional pada maret 2020, dan enam
provinsi yang memasuki fase sruktur penduduk tua yaitu presentase penduduk lansia
yang berada di atas (10%) yaitu daerah istimewa Yogyakarta (14,71%) jawa tengah
(13,81%) jawa timur (13,38%), Bali (11,58%), Sulawesi selatan persentase lansia
sebesar (8,30%). (Badan Pusat Statistik,2020).

Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dan merupakan provinsi


dengan jumlah penduduk lansia terbesar di Indonesia, dengan jumlah 42.111 orang.

(BPS Sumbar, 2019). Pada tahun 2020 jumlah lansia di kota padang sebanyak 33.618
jiwa (laki-laki) dan 37.781 jiwa (perempuan) sehingga total lansia di kota padang
tahun 2020 yaitu sebanyak 71.399 jiwa (BPS sumbar,2020).

Masalah yang timbul pada lansia adalah gangguan kesehatan fisik karena
faktor fisikologis maupun patofisiologis akibat dari suatu peyakit tertentu. Masalah
ini dapat dilihat dari penyakit yang paling banyak dialami oleh lansia adalah penyakit
yang tidak menular salah satu diantaranya adalah penyakut kronis, penyakit
degeneratif yang paling sering dialami oleh lansia adalah gouth arthritis.(Diantara
dan Chandra , 2019)

Gout arthritis merupakan salah satu penyakit dimana terjadinya


penumpukkan purin yang dapat menyebebkan peradangan pada sendi bahkan sampai
mengalami pembengkakan , Sehingga seseorang yang mengalami asam urat pasti
akan merasakan nyeri tak tertahankan yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari
menurut Smeltzer (2014) dalam (Radharani ,2020).

Gout Arthritis dapat disebabkan karena perubahan pola hidup, khususnya


pada pola makan. Pola makan sehat adalah pola makan yang mengandung
karbohidrat, kaya serat, mengkonsumsi vitamin dan mineral sesuai kebutuhan tubuh
kemudian berubah pada pola makan yang mengandung purin , protein, terutama
protein hewani yang dapat mengakibatkan kenaikan kadar asam urat dalam darah dan
mengakibatkan timbulnya penumpukan Kristal asam urat yang pada keadaan ini
menyebabkan terjadinya Gout Arthritis (Ndede, or oh & Bidjuni, 2019). Masalah
utama yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ini adalah komplikasi .
Komplikasi dari gout arthritis yaitu meliputi severe degenerative arthritis ,
infeksi sekunder , batu ginjal, dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin, protease, dan
oksin yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses inflamasi
kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, destruksi kartilago dan denorosi
tulang. Penyakit ini tidak hanya menganggu aktivitas dalam jangka pendek tetapi juga
jangka lama,Serta juga berpotensi menimbulkan batu ginjal/bahkan penyakit jantung
(Lailatullatifah, 2019).

Salah satu dampak dari gout arthiritis adalah Nyeri yang menimbulkan rasa
tidak nyaman pada penderita karena terjadi kerusakan pada jaringan sehingga
menimbulkan rasa sakit bagi yang merasakannya menurut Smelzer (2015) dalam
(Radharani , 2020). Sampai saat ini masih banyak tenaga kesehatan di rumah sakit
yang menggunakan teknik farmakologi untuk mengurangi nyeri di bandingkan
menggunakan teknik non farmakologi menurut (Radharani 2020).

Penatalaksanaan arthritis gout bertujuan untuk mengurangi intensitas nyeri,


mempertahankan sendi dan mencegah terjadinya kelumpuhan. Penatalaksanaan yang
diberikan dua pilihan berupa terapi farmakologi dan non farmakologi.Terapi
farmakologi pasien dapat diberikan tiga pilihan obat yaitu NSAID, kolkiskin dan
kartikosteroid. Penurunan kemampuan sendi akibat nyeri dapat mempengaruhi
aktivitas. Penatalaksanaan non farmakologi untuk menurunkan intensitas nyeri
dengan memberikan teknik distraksi, teknik relaksasi dan simulasi kulit dengan
melakukan terapi kompres hangat dan kompres dingin serta massage. (Hidayat &
Uliyah, 2014)

Salah satu tindakan nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri pada penderita


asam urat yaitu dengan kompres hangat jahe. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) prevelensi kasus asam urat sebanyak 5-30% dari popilasi umum dan mungkin
akan lebih tinggi pada kelompok etnis tertentu. Menurut penelitian (Mela sulistyiana
& sudiaro,dkk) (2023) Penatalaksanaan pengobatan pada asam urat yang bisa
digunakan untuk meredakan nyeri pada penderita asam urat biasanya dilakukan
dengan obat-obatan yaitu golongan salisilat dan golongan obat anti inflamasi
nonsteroid. Obat non-opioid aering digunakan untuk manajemen nyeri , terutama
pada tahap perencanaan perawatan ini. Salah satu efek serius NSAID adalah
pendarahan gastrointestinal. Resiko lebih besar dengan dosis yang tinggi ,
penggunaan campuran dan usia pasien menurut Nengsi et al (2014) dalam (Nadia,
2019)

Salah satu teknik non farmakologi untuk mrngurangi rasa nyeri dan kejang
pada otot akibat asam urat yaitu dengan terapi yaitu dengan terapi komplementer
kompres hangat menurut Purnamasari & Listyarini (2015) dalam (Nadia, 2019)

Peran perawat pada pasien Gout Arthritis adalah sebagai care giver dengan
melakukan terapi non-farmakologis pada pasien , peran perawat sebagai konselor
pada pasien Gout Arthritis dengan mendengarkan keluhan , keinginan dan
memberikan solusi untuk meminimalisir rasa cemas, takut tentang penyakit yang di
derita pasien . Peran perawat sebagai pelindung pada pasien Gout Arthritis dengan
memberikan rasa aman dan nyaman dalam pengambilan tindakan dan melindungi
pasien dari efek yang tidak di harapkan , peran perawat sebagai advokat pada pasien
dengan melindungi hak pasien sebagai manusia berdasarkan hukum, peran perawat
sebagai edukator pada pasien Gout Arthritis dengan memberikan edukasi tentang
kesehatan pada lansia tentang makanan yang boleh dan tidak boleh di konsumsi ,
olahraga secara teratur, bagaimana pola diet yang seimbang dengan mengurangi
makanan yang mengandung tinggi purin dan tinggi protein.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membuat karta tulis ilmiah
dengan judul “ implementasi kompres hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada
lansia dengan gout arthritis”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , didapat rumusan masalah pada kasus ini
adalah “Bagaimana penerapan implementasi kompres hangat jahe pada pasien dengan
Gouth Arthritis ”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan Implementasi Keperawatan Gerontik pada pasien


dengan Gouth Arthritis menggunakan pendekatan proses keperwatan secara benar,
tepat dan sesuai dengan Standar profesi Keperawatan pada Lansia dengan Gout
Arthritis ”

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan gerontik


pada pasien dengan Gouth Arthritis

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan Gouth


Arthritis
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Gouth Arthritis
c. Mahasiswa mampu menentukan intervensi keperawatan pada pasien
dengan Gouth Arthritis
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada
pasien dengan Gouth Arthritis
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien
dengan Gouth Arthritis

D. Manfaat penulisan

1. Bagi penulis
Sebagai tempat bagi penulis untuk menerapkan pengetahuan
yang diperoleh dipendidikan , menambah pengetahuan dan
pengalaman dari implementasi keperawatan khususnya pada lansia
dengan Gouth Arthritis

2. Bagi Akademik / STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

Proposal ini diharapkan dapat berguna dan dapat memperoleh


informasi tentang pelaksanaan karya tulis ilmiah untuk bahan masukan
bagi mahasiswa/mahasiswi yang melaksanakan pendidikan dari
STIKes MERCUBAKTIJYA Padang dalam penerapan implementasi
keperawatan pada pasien dengan Gouth Arthritis di tahun 2024.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

1. Pengertian
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,
seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan
bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin
membaik dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut
usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho,
2019).
2. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut:
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old): 75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Kemenkes RI (2019) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas, 3) Usia lanjut beresiko
yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
3. Ciri-Ciri Lansia menurut (Agustian Maunaturrohmah, 2020)
a. Lansia merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia
sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Motivasi
memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Misalnya
lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada
juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas. Kondisi ini sebagai akibat
dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap lansia dan
diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat
menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa
kepada orang lain sehingga sikap social masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran. Perubahan peran tersebut
dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala
hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW
karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk terhadap
lansia membuat mereka cenderung mengembangkan konsep diri yang
buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk.
Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh: lansia yang tinggal bersama keluarga
sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan karena dianggap
pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik
diri dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri
yang rendah.
4. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan.
Lansia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa
hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan
perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel,
yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain.
Untuk menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan
teori, namun para ahli pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik (Siti Nur Kholifah, 2019).
5. Konsep Penyakit Gout Arthritis
a) Definisi Gout Arthritis
Penyakit asam urat atau dalam dunia medis disebut penyakit pirai atau
penyakit gout (arthritis gout) adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh
tingginya asam urat di dalam darah. Kadar asam urat yang tinggi di dalam
darah melebihi batas normal menyebabkan penumpukan asam urat di
dalam persendian dan organ tubuh lainnya. Penumpukan asam urat inilah
yang membuat sendi sakit, nyeri, dan meradang (Haryani and Misniarti
2020). Selain itu asam urat merupakan hasilmetabolisme normal dari
pencernaan protein (terutama dari daging, hati, ginjal, dan beberapa jenis
sayuran seperti kacang dan buncis) atau dari penguraian senyawa purin
yang seharusnya akan dibuang melalui ginjal, feses, atau keringat. Asam
urat merupakan salah satu dari beberapa penyakit yang sangat
membahayakan, karena bukan hanya mengganggu kesehatan tetapi juga
dapat mengakibatkan cacat pada fisik. (Haryani and Misniarti 2020).
Kadar asam urat normal pada wanita: 2,6 – 6 mg/dl, dan pada pria: 3 – 7
mg/dl (Marlinda and Putri Dafriani 2019). Purin adalah zat yang terdapat
dalam setiap bahan makanan yang berasal dari tubuh makhluk hidup. Gout
arhtritis ditandai dengan peningkatan kadar asam urat, serangan berulang-
ulang dari artritis yang akut, kadang-kadang disertai pembentukan kristal
natrium urat besar yang ditemukan topus, deformitas, sendi dan cedera
pada ginjal (Şenocak, 2019) Kelainan ini berkaitan dengan penimbunan 10
kristal urat monohidrat monosidium dan pada tahap yang lebih lanjut
terjadi degenerasi tulang rawan sendi. Insiden penyakit gout sebesar 1-
2%, terutama terjadi pada usia 30-40 tahun dan 20 kali lebih sering pada
pria daripada wanita. Penyakit ini menyerang sendi tangan dan bagian
pergelangan kaki (Şenocak 2019).
b) Etiologi Gout Arthritis
Penyebab dari gout artritis meliputi usia, jenis kelamin, riwayat
medikasi, obesitas, konsumsi purin dan alkohol. Pria memiliki tingkat
serum asam urat lebih tinggi daripada wanita, yang meningkatkan resiko
mereka terserang artritis gout. Perkembangan artritis gout sebelum usia 30
tahun lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka
kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin setelah usia
60 tahun. Prevalensi gout artritis pada pria meningkat dengan
bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75 dan 84 tahun
(Wahyu Widyanto, 2019). Wanita mengalami peningkatan resiko gout
artritis setelah menopause, kemudian resiko mulai meningkat pada usia 45
tahun dengan penurunan level estrogen karena estrogen memiliki efek
urikosurik, hal ini menyebabkan gout artritis jarang pada wanita muda
(Wahyu Widyanto, 2019). Pertambahan usia merupakan faktor resiko
penting pada pria dan wanita. Hal ini kemungkinan disebabkan banyak
faktor, seperti peningkatan kadar asam urat serum (penyebab yang paling
sering adalah karena adanya penurunan fungsi ginjal), peningkatan
pemakaian obat diuretik, dan obat lain yang dapat meningkatkan kadar
asam urat serum (Wahyu Widyanto, 2019).
6. Manifestasi Klinik
Tanda dan Gejala Menurut (Sapti, 2019), tanda dan gejala yang biasa
dialami oleh penderita penyakit arthritis gout adalah:
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama pada malam atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena arthritis gout terlihat bengkak, kemerahan,
panas, dan nyeri luar biasa.
4. Menyerang satu sendi dan berlangsung selama beberapa hari,
gejalanya menghilang secara bertahap dimana sendi kembali
berfungsi dan tidak muncul gejala hingga terjadi serangan
berikutnya.
5. Urutan sendi yang terkena serangan gout berulang adalah ibu
jari kaki (padogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi
kaki belakang, pergelangan tangan, lutut, dan bursa elekranon
pada siku.
6. Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam
mejelang pagi.
7. Sendi yang terserang gout akan membengkak dan kulit
biasanya akan berwarna merah atau kekuningan, serta terasa
hangat dan nyeri saat digerakkan serta muncul benjolan pada
sendi (tofus). Jika sudah agak lama (hari kelima), kulit di
atasnya akan berwarna merah kusam dan terkelupas
(deskuamasi). Gejala lainnya adalah muncul tofus di helix
telinga/pinggir sendi/tendon. Menyentuh kulit di atas sendi
yang terserang gout bias memicu rasa nyeri yang luar biasa.
Rasa nyeri ini akan berlangsung selama beberapa hari hingga
sekitar satu minggu, lalu menghilang.
8. Gejala lain yaitu demam, menggigil, tidak enak badan, dan
jantung berdenyut dengan cepat.
7. Klasifikasi Gout Arthritis
Ada 3 klasifikasi berdasarkan manifestasi klinik:
1. Gout Arthritis Stadium Akut
Stadium ini umumnya terdapat pada Lansia yang mampu
mengobati dirinya sendiri (self medication). Sehingga dalam waktu
lama tidak mau berobat secara teratur pada dokter. Gout artritis
menahun biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. Tofi
ini sering pecah dan sulit sembuh dengan obat. Kadang-kadang
dapat timbul infeksi sekunder. Secara umum penanganan gout
artritis adalah memberikan edukasi pengaturan diet, istrahat sendi
dan pengobatan. Pengobatan dilakukan dini agar tidak terjadi
kerusakan sendi ataupun komplikasi lainnya. Tujuan terapi
meliputi terminasi serangan akut, mencegah serangan di masa
depan, mengatasi rasa sakit dan peradangan dengan cepat dan
aman, mencegah komplikasi seperti terbentuknya tofi, batu ginjal,
dan arthropati destruktif (Şenocak 2019).

2. Gout Arthritis Stadium interkritikal


Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritik. Walaupun secara klinik tidak dapat ditemukan
tanda-tanda radang akut, namun pada aspirasi sendi ditemukan
kristal urat. Hal ini menunjukkan bahwa proses peradangan masih
terus berlanjut, walaupun tanpa keluhan (Senocak 2019).
3. Gout Arthritis Stadium Kronik
Radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. Lansia
tidur tanpa ada gejala apa-apa. Pada saat bangun pagi terasa sakit
yang hebat dan tidak dapat berjalan. Biasanya bersifat
monoartikular dengan keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa
hangat, merah dengn gejala sistemik berupa demam, menggigil
dan merasa lelah. Apabila proses penyakit berlanjut, dapat terkena
sendi lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. Faktor
pencetus serangan akut antara lain berupa trauma lokal, diet tinggi
purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat
diuretik dan lain-lain. Pemilihan regimen terapi
merekomendasikan pemberian monoterapi sebagai terapi awal
antara lain NSAIDs, kortikosteroid atau kolkisin oral. Kombinasi
diberikan berdasarkan tingkat keparahan sakitnya, jumlah sendi
yang terserang atau keterlibatan 1-2 sendi besar (Şenocak 2019).

Adapun klasifikasi berdasarkan penyebabnya :

1) Gout Arthritis Primer


Gout Arthritis primer merupakan akibat langsung pembentukan
asam urat berlebihan, penurunan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Gout primer disebabkan faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik
adalah factor yang disebabkan oleh anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama. Dan buruknya jika kita mengalami penyakit yang
disebabkan dari gen. Sulit sekali untuk disembuhkan. Makannya untuk
keluarga mana pun, harus menjalankan kehidupan yang sehat, agar
penyakit tidak menyerang pada anggota keluarganya. Masih ada
banyak lagi penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan.
pernyataan ini adalah faktor penyebab asam urat tinggi.
2) Gout Arthritis Sekunder
Gout Arthritis sekunder disebabkan oleh penyakit maupun
obat-obatan.
a. Obat-obatan
Obat TBC seperti obat etambutol dan pyrazinamide dapat
menyebabkan kenaikan asam urat pada beberapa Lansia. Hal ini
terjadi karena adanya efek dari obat ini yang berefek terhambatnya
seksresi dari ginjal, termasuk sekresi asam urat yang menghasilkan
terjadinya peningkatan asam urat pada tubuh.
b. Penyakit Lain
Penyebab asam urat bisa terjadi jika memiliki tekanan darah
yang terlalu tinggi, atau pun memiliki kadar gula darah yang
terlalu tinggi, dan menimbulkan penyakit hipertensi atau pun
penyakit diabetes dan kolesterol dan penyakit tersebut bisa
menyebabkan organ tubuh menurunkan fungsi nya sehingga tidak
dapat mengeluarkan limbah tubuh dengan baik seperti limbah
asam urat, oleh sebab itu salah satu penyebab asam urat akibat
penyakit di dalam tubuh
8. Patofisiologi
Gout Arthritis terjadi kerena adanya gangguan metabolisme Purin
dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asam urat tinggi dan sistem
ekskresi Aasam urat yang tidak adekuat akan mengasilkan akumulasi asam
urat yang berlebihan di dalam plasma darah (Hiperurisemia), sehingga
mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam tubuh. Penimbunan ini
menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon inflamasi. Banyak faktor
yang berperan dalam mekanisme serangan Gout Arthritis salah satunya yang
telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
mekanisme serangan Gout Arthritis akut berlangsung melalui beberapa fase
secara berurutan yaitu, terjadinya presipitasi kristal monosodium urat dapat
terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi
ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon,
dan selaputnya. kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh
berbagai macam protein. Pembungkusan dengan ig akan merangsang netrofil
untuk berespon terhadap pembentukan kristal. Pembentukan kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit dan
selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit (Amin & Hardhi
2019). Kristal difagositosis olah leukosit membentuk Fagolisosom dan
akhirnya membran vakuala disekeliling oleh kristal dan membram leukositik
lisosom yang dapat menyebabkan kerusakan lisosom, sesudah selaput protein
dirusak, terjadi ikatan hidrogen antara permukaan kristal membram lisosom.
Peristiwa ini menyebabkan robekan membran dan pelepasan enzim-enzim dan
oksidase radikal kedalam sitoplasma yang dapat menyebabkan kerusakan
jaringan. Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan
kedalam cairan sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan
kerusakan jaringan (Amin & Hardhi 2019). Saat asam urat menjadi
bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka asam urat tersebut akan
mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang akan berakumulasi
atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh, penumpukan ini disebut
tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut dan netrofil
melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan tetapi juga
menyebabkan inflamasi. Serangan Gout Arthritis akut awalnya biasanya
sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang
sendi. Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang
sendi terasa panas dan merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya
yang paling pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang
sendi pinggang. Kadang-kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam
ringan. (Priscilla, Dkk 2019). Periode interkritikal adalah periode dimana
tidak ada gejala selama serangan Gout Arthritis. Kebanyakan penderita
mengalami serangan kedua pada bulan ke-6 sampai 2 tahun setelah serangan
pertama. Serangan berikutnya disebut dengan poliartikular yang tanpa kecuali
menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang biasanya disertai dengan
demam. Tahap akhir serangan Gout Arthritis akut atau Gout Arthritis kronik
ditandai dengan Polyarthritis yang berlangsung sakit dengan Tofi yang besar
pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi terbentuk di
jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan organ
internal seperti ginjal (Priscilla, Dkk 2015).
9. Penatalaksanaan Gout Arthritis
Penatalaksanaan penderita asam urat dapat dilakukan dengan tindakan
farmakologis dan nonfarmakologis.
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis dapat digunakan untuk mencegah
keparahan penyakit lebih lanjut seperti pemberian obat NSAID yang
dapat digunakan untuk mencegah pembengkakan pada penderita asam
urat (Putri et al., S.Susanti, dkk. Al, 2017). Dalam penelitian (Lexy
Oktora Wilda, 2020) menjelaskan terapi farmakologi antaralain
dengan Obat Anti inflamsi Non Steroid (OAINS), seperti ibuprofen,
Naproxen dan alloporinol.
b. Tindakan non farmakalogis
1. Kompres hangat merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan memberikan rasa hangat dengan suhu 43℃– 46℃ pada
daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan
sehingga kebutuhan rasa nyaman terpenuhi, prinsip kerja kompres
hangat dengan buli-buli hangat yang dibungkus dengan kain yaitu
secara konduksi terjadi pemindahan hangat dari buli-buli kedalam
tubuh sehingga akan menyebabkan pelepasan pembuluh darah dan
akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri yang
dirasakan akan berkurang atau hilang).
2. Terapi kompres hangat menggunakan kain atau handuk yang
dicelupkan pada air hangat dan ditempelkan pada area tertentu.
Anda juga bisa membuat kompres hangat dengan menggunakan
alat seperti botol air hangat. Ini meningkatkan sirkulasi pembuluh
darah, mengurangi nyeri (Cadwell & Hegner, 2013).
3. Tindakan kompres hangat adalah metode non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri sendi. Kompres hangat akan melebarkan
pembuluh darah di sekitarnya, mempermudah kristal urat untuk
masuk ke pembuluh darah dan meninggalkan sendi.
4. Kompres dengan air hangat dengan menggunakan kain yang sudah
di basahi air hangat dengan suhu 300℃ –450 ℃ selama 5 –10
bertujuan untuk memberikan rasa hangat, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mencegah dan mencegah speme otot, dan
memberikan rasa hangat (Kurniajati et al.,2019).
5. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yang
menemukan bahwa kompres hangat membantu mengurangi nyeri
pada penderita gout arthritis. Hasil uji wilcoxon menunjukkan p
value 0,000, nilai kemaknaan 0,005, dan p value <0,05, sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima (Aminah, 2022).
10. Komplikasi
Komplikasi dari Gout Arthritis belum banyak disadari oleh masyarakat
umum. Menurut Sapti 2019, berikut ini komplikasi yang terjadi akibat
tingginya kadar asam urat:
1) Kerusakan sendi Arthritis gout
merupakan penyakit yang cukup ditakuti sebagian orang karena
menimbulkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk tubuh. Kerusakan
sendi yang disebabkan tingginya asam urat dapat terjadi di tangan maupun
kaki. Kerusakan tersebut terjadi karena asam urat menumpuk di dalam
sendi dan menjadi kristal yang menganggu sendi. Sendi yang tertutup
kristal asam urat menyebabkan jari-jari tangan maupun kaki menjadi kaku
dan bengkok tidak beraturan. Namun yang ditakuti penderita bukan
bengkoknya melainkan rasa sakit yang berkepanjangan.
2) Terbentuk Tofi
Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat monohidrat (MSUM)
di sekitar persendian yang sering mengalami serangan akut atau timbul di
sekitar tulang rawan sendi, synovial, bursa, atau tendon. Di luar sendi, tofi
juga bisa ditemukan di jaringan lunak, otot jantung (miokard), katup
bicuspid jantung (katup mitral), retina mata, dan pangal tenggorokan
(laring). Tofi tampak seperti benjolan kecil (nodul) berwarna pucat, sering
teraba pada daun telinga, bagian punggung (ekstensor) lengan sekitar siku,
ibu jari kaki, bursa di sekitar tempurung lutut (prepatela), dan pada tendon
achilles. Tofi baru ditemukan pada kadar asam urat 10-11 mg/dL. Pada
kadar >11 mg/dL, pembentukan tofi menjadi sangat progresif. Bila
hiperurisemia tidak terkontrol, tofi bisa membesar dan menyebabkan
kerusakan sendi sehingga fungsi sendi terganggu. Tofi juga bisa menjadi
koreng (ulserasi) dan mengeluarkan cairan kental seperti kapur yang
mengandung MSU. Dengan adanya tofi, kemungkinan sudah terjadi
pengendapan Na urat di ginjal.
3) Penyakit Jantung
Kadar asam urat yang tinggi dapat menimbulkan gangguan jantung.
Bila penumpukan asam urat terjadi di pembuluh darah arteri maka akan
mengganggu kerja jantung. Penumpukan asam urat yang terlalu lama
dapat menyebabkan LVH (Left Ventrikel Hypertropy) yaitu
pembengkakan ventrikel kiri pada jantung.
4) Batu Ginjal
Tingginya kadar asam urat uang terkandung dalam darah dapat
menimbulkan batu ginjal. Batu ginjal terbentuk dari beberapa zat yang
disaring dalam ginjal. Bila zat tersebut mengendap pada ginjal dan tidak
bisa keluar bersama urine maka membentuk batu ginjal. Batu ginjal yang
terbentuk diberi nama sesuai dengan bahan pembuat batu tersebut. Batu
ginjal yang terbentuk dari asam urat disebut batu asam urat.
5) Gagal Ginjal
Komplikasi yang sering terjadi karena arthritis gout adalah gagal ginjal
atau nefropati gout. Tingginya kadar asam urat berpotensi merusak fungsi
ginjal. Adanya kerusakan fungsi ginjal dapat menyebabkan ginjal tidak
bisa menjalankan fungsinya dengan baik atau mengalami gagal ginjal.
Bila gagal ginjal terjadi ginjal tidak dapat membersihkan darah. Darah
yang tidak dibersihkan mengandung berbagai macam racun yang
menyebabkan pusing, muntah, dan rasa nyeri sekujur tubuh.
B. Konsep Dasar Askep
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses
perawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan keluarga
untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota keluarga. Pengkajian
keperawatan merupakan proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah
pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk
menentukan masalah- masalah, serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan
kesehatan klien (Ns. Wahyu Widagdo, 2017) Fokus pengkajian asuhan
keperawatan pada lanjut usia mengalami gout arthtritis :
1. Identitas
Meliputi Nama, Umur, No MR, Jenis kelamin, Agama, Tanggal
masuk, Status Perkawinan, Pendidikan terakhir, Pekerjaan, Alamat,
Keluarga yang dapat dihubungi, No Telpon.
2. Alasan Masuk
Keluhan utama paling sering dirasakan oleh penderita asam urat gout
arthritis atau klien dengan gangguan muskuloskeletal adalah pasien
mengeluh nyeri diarea persendian yang terkena, adanya keterbatasan gerak
yang menyebabkan keterbatasan mobilitas. Ada beberapa pengkajian nyeri
yang dapatdilakukan (Muhlisin, 2018).
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya penderita gout arthtritis dahulu sering mengkonsumsi
makanan tinggi purin, alkohol. dan biasanya disertai dengan penyakit
hipertensi. (Widyanto, 2014).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian,
bengkak, dan terasa kaku. Didapatkan adanya keluhan nyeri pada otot
sendi. Umumnya, sifat nyeri tersebut seperti pegal atau tertusuk,
dirasakan terus- menerus saat beraktifitas, terjadi juga kekakuan sendi,
keluhan biasanya sudah lama dirasakan. Pada gout arthtritis kronis
didapatkan adanya benjolan atau tofi pada sendi atau jaringan sekitar.
(Widyanto, 2014).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Gout Arthtritis merupakan penyakit yang tidak menular baik
dalam factor genetik, kecuali penyakit keturunan seperti hipertensi,
diabetes melitus dan lain-lain.
4. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri pada masalah nyeri secara umum mencangkup lima
hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri, dan
waktu serangan. Berikut penjelasan tentang pengkajian nyeri:
 P :Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkann nyeri
dan mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
 Q : Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau tumpul.
 R : Region atau lokasi, yaitu perjalanan ke bagian lain
 S : Severity atau keparahan, yaitu intenstias nyeri.
 T : Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi
nyeri.

Pengukuran intensitas nyeri di wajah dilakukan dengan cara


memperhatikan mimik wajah pasien pada saat nyeri tersebut menyerang.
Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyebutkan intensitas
nyerinya dengan skala angka, misalnya anak- anak dan lansia.

5. Pemeriksaan Fisik
Terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki ( head to toe). Pemeriksaan fisik di persendian
tindakannya dengan melakukan inspeksi dan palpasi. inspeksi ialah
melihat dan pengamatan bagian lutut pasien misal kulit daerah persendian
bentuk posisi saat pergerakan saat diam dll. Palpasi ialah perabaan bagian
nyeri pada kulit dilihat juga apakah ada benjolan.
1) Data Klinik
a. Keadaan umum
klien yang mengalami gangguan muskuloskeletal biasanya
mengalami lemah.
b. Kesadaran
Biasanya kesadaran composmentis dan apatis
c. TTV
Tinggi badan, Berat badan, biasanya suhu normal atau
meningkat, nadi normal, tekanan darah meningkat atau dalam batas
normal, pernafasaan biasanya meningkat atau dalam batas normal

2) Kepala

a. Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna
kelabu efek berlebihan produksi asam urat didalam tubuh lebih banyak
(Tamtomo, 2016).
b. Mata
Biasanya perubahan mata pada lansia umumnya adalah
kekendoran kelopak mata, kulit pada palpebra mengalami atropi dan
kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan
kulit yang berlebihan. Mata terasa kabur, perubahan kornea terjadi
acus senilis yaitu kelainan beberapa infiltrasi lemak berwarna
keputihan berbentuk cincin dibagian tepi kornea, selain itu pada lansia
terjadi prespobia, terjadi kekeruhan pada lensa mata yang
menyebabkan penurunan kemampuan membedaan warna antara biru
dan ungu. Perubahan pada iris mengalami depigmentasi, tampak ada
bercak berwarna merah muda sampai putih dan strukturnya menjadi
lebih tebal. Perubahan pada pupil yaitu terjadi penurunan kemampuan
akomodasi ( Tamtomo, 2016 ).
c. Hidung
Biasanya keadaan hidung pada lansia simetris kiri dan kanan,
kebersihan hidung kurang, tidak ada kelainan pada hidung, terjadinya
penurunan penciuman. Pernapasan cuping hidung, sianosis (Udjianti,
2011)
d. Mulut dan Tenggorokan
Pada Lansia biasanya ditemukan banyak gigi yang tunggal dan
sensitifitas indra pengecap menurun. Manifestasi yang sering terlihat
adalah atrofil papil lidah dan terjadinya fisurafisura. Sehubungan
dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap pengecapan.
Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan
terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya
membesar dan akibat kehilangan Sebagian besar gigi, lidah
bersentuhan dengan pipi waktu menguyah, menelan dan berbicara
(Tamtomo, 2016).
3) Leher
Biasanya tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan,
dan tidak ada gangguan pada pergerakan leher.
4) Dada/Thorak
a) Inspeksi Biasanya dada simetris kiri dan kanan, bentuk dada normal,
irama pernapasan biasanya normal, frekuensi napas normal (16-24
kali/menit)
b) Palpasi Biasanya tidak ada nyeri tekan dan gerakan diantara paru-paru
kiri dan kanan sama
c) Perkusi : Biasaya bunti pernapasan klien normal yaitu sonor.
d) Auskultasi Biasanya suara napas terdengar normal, tidak ada bunyi
suara tambahan

5) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya iktus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : Biasanya ictus cordis tidak teraba
c) Perkusi : Biasanya batas jantung dalam batas normal
d) Auskultasi : Biasanya irama jantung terdengar normal
6) Abdomen
a) Inspeksi : Biasanya tidak ada pembengkakan padaabdomen
b) Palpasi : Keadaan kulit normal, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : Biasanya abdomen tidak ada gangguan, bunyinya terdengar
tympani
d) Auskultasi : Biasanya bunyi bising usus normal(5-35 kali/menit)
6) Genitourinaria
Bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menurun, sisa urin
setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung
kemih yang tidak teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan sering
berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin.
8) Ekstremitas
a) Ekstremitas atas
Biasanya kekuatan otot pada lansia mulai melemah, pergerakan
tangan kurang aktif tidak ada luka dan tidak ada udem
b) Ekstremitas bawah
Biasanya kekuatan otot pada lansia mulai melemah, pergerakan
kaki kurang aktif tidak ada luka, terdapat pembengkakan pada daerah
sendi. Pada pengkajian ini disesuaikan dengan kekuatan otot lansia
jika pada ekstremitas lansia dengan gout arthtritis di dapatkan
penurunan kekuatan otot pada penderita, biasanya derajat kekuatan
otot pada lansia dengan:

 Derajat 0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali atau lumpuh total
 Derajat 1 : ada sedikit kontraksi otot tetapi persendian tidak bisa
digerakkan
 Derajat 2 : pasien bisa menggerakkan ekstremitas tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat, misalnya pasien bisa menggeser lengan
tetapi tidak dapat mengangkatnya
 Derajat 3 : kekuatan otot sangat lemah tetapi anggota tubuh dapat
digerakkan melawan gaya gravitasi.
 Derajat 4 : kekuatan otot lemah tetapi anggota tubuh dapat digerakkan
melawan gaya gravitasi dan dapat menahan sedikit tahanan yang diberikan
 Derajat 5 : tidak ada kelumpuhan maupun kelemahan (kondisi normal).

Biasanya pada lansia atau pasien yang menderita gout arthtritis akan
mengalami nyeri. Cara mengukur intensitas nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan mnemonik PQRST
9) Sistem Integumen
Pada Lansia mengalami perubahan umumnya pada kulit mengalami
atropi, kendur tidak elastis, kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan
hingga menjadi menipis dan berbecak. Kekeringan kulit di sebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat
pada kulit dikenal dengan liver spot ( Kemenkes,2016).
10) Sistem Neurologi
Pada lansia akan terjadi penurunan jumlah sel pada otak yang
mengakibatkan penurunan reflek dan penurunan kognitif. Respon menjadi
lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun 10-20
% mengecil syaraf pasca indra sehingga mengakibatkan 29 berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan
perasa, lebih sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingi rendah,
kurang sensitif terhadap sentuhan ( Kemenkes, 2016 ).
6. Aktivitas Sehari-hari
1. Biologi
1. Nutrisi
Biasanya penderita Gout Arthtritis tidak mampu untuk
menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan adekuat
mual, anoreksia. Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat
badan, kekeringan pada membran mukosa.
2. Istirahat dan Tidur
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan
stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara
bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada
gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.
Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan
pada sendi dan otot.
3. Pemeriksaan psikologis
a. Bagaimana sikap lansia terhadap penuaan.
b. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana cara untuk mengatasi stres yang dialami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lansia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan yang diinginkan lansia pada saat ini
dan akan dating
h. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat,
proses berfikir, orientasi, alam perasaan dan
menyelesaikan masalah.

2. Pemeriksaan sosial ekonomi

a. Darimana sumber keuangan lansia,


b. Apa saja kesibukan lansia untuk mengisi waktu luang,
c. Bersama siapa dia tinggal,
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia,
e. Bagaimana pendapat lansia tentang lingkungannya,
f. Seberapa banyak lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang sering berkunjung,
h. Seberapa besar ketergantungan lansia,
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan fasilitas yang ada.

3. Pemeriksaan spiritual

a. Apakah secara teratur lansia melakukan ibadah sesuai dengan


keyakinannya.
b. Apakah lansia teratur mengikuti atau aktif dalam kegiatan keagamaan.
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal. (Kholifah, 2016)
2. Pengkajian Khusus lansia

1. Pengkajian index katz

Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, kontinen (BAB/BAK),
berpindah, kekamar kecil, berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C CKemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup
seharihari,kecualimandi,berpakaian dan satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, kekamar kecil, dan satu fungsi tambahan.
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian,kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan.
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


diklasifikasikan sebagai C,D dan E.

keterangan :

Mandiri tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari orang lain.
Seseorang yang menolak untuk melakukan suatu fungsi diangap tidak
melakukan fungsi meskipun ia anggap mampu.

2. Status kognitif/Afektif/Sosial

Pola sensori dan kognitif, menjelaskan persepsi sensori dan kognitif. Pola
persepsi sensori meliputi pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan dan pembau.
Pada klien katarak dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap. Sedangkan tandanya adalah
tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata. Pengkajian
status mental menggunakan table short portable mentalstatus questioner (SPMSQ).

No Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa umur anda?
6 Kapan anda lahir? (minimal tahun)
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa nama presiden sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetapkan
pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun?
Jumlah kesalahan total

Keterangan:

Skor salah 0-2 : fungsi intelektual utuh

Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan

Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang


Skor salah 8-10 : kerusakan intelektual berat

2). MMSE (Mini Mental State Exam)

Menguji aspek kognitif dari fungsi mental, orientasi, registrasi, perhatian dan
kalkulasi, mengingat kembali dan bahasa.

Nilai Pasien Pertanyaan


Maksimum
Orientasi
5 (Tahun) (musim) ( tanggal)
(Hari) (Bulan apa sekarang) ?
5 Dimana kita: (negara bagian)
(wilayah) (Kota) ?
Registrasi
3 Nama 3 objek :1 detik untuk
mengatakan masing-masing.
Kemudian tanyakan pada lansia
ke 3 objek setelah anda
mengatakannya. Beri 1 point
untuk jawaban yang benar,
Kemudian ulangi sampai lansia
mempelajari ke 3 nya dan
jumlahkan skor yang telah
dicapai dan catat
Perhatian dan kalkulasi
5 Pilihlah kata dengan 7 huruf,
misal kata “panduan”, berhenti
setelah 5 huruf, beri 1point tiap
jawaban benar, kemudian
dilanjutkan, apakah lansia
masih ingat Huruf lanjutannya
Mengingat
3 Minta untuk mengulangi ke 3
objek di atas, beri1 point untuk
tiap jawaban benar
Bahasa

9 Nama pensil dan melihat (2


point)
Nilai Total
Analisis hasil:

Skor salah 0-2 : fungsi intelektual utuh.

Skor salah 3-4 : kerusakan intelektual ringan.

Skor salah 5-7 : kerusakan intelektual sedang.

Skor salah 8-10: kerusakan intelektual berat.(Kholifah, S.N., 2016)

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataanyang jelas, padat dan pasti


tentang kasus kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.
Dengan demikian diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang
masalah dan status kesehatan, baik yang aktual maupun yang mungkin terjadi
(potensial).(Astuty,2019).

Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada pasien gout arthritis adalah :

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal


kronis (D.0078)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekauan sendi
(D.0054)
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
(D.0074)

4. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjekan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (SIKI DPP PPNI 2018) (SLKI DPP PPNI 2019).

Diagnosa Keperawatan SLKI SLKI Aktivitas


1. Nyeri kronis Tingkat Manajemen Observasi
Nyeri(L.08066) Setelah Nyeri 1. Identifikasi, lokasi,
berhubungan dengan
dilakukan perawatan 3x (I.08238) karakteristik, durasi,
kondisi 24 jam kunjungan frekuensi, kualitas,
rumah diharapkan intensitas nyeri
musculoskeletal kronis
tingkat nyeri menurun, 2. Identifikasi skala nyeri
(D.0078) dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respons
1. Kemampuan nyeri non verbal
menuntaskan aktivitas 4. Identifikasi faktor
meningkat yang memperberat dan
2. Keluhan nyeri memperingan nyeri
menurun 5. Identifikasi
3. Sikap protektif pengetahuan dan
menurun keyakinan tentang nyeri
4. Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh
5. Kesulitan tidur budaya terhadap respon
menurun nyeri
6. Menarik diri 7. Identifikasi pengaruh
menurun nyeri pada kualitas hidup
7. Diaforesis menurun 8. Monitor keberhasilan
8. Perasaan depresi terapi komplementer
(tertekan) menurun yang sudah di berikan
9. Perasaan takut 9. Monitor efek samping
mengalami cedera penggunaan analgetik
berulang menurun Terapeutik
10. Ketegangan otot 10. Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
11. Muntah menurun mengurangi rasa nyeri
12. Mual menurun 11. Fasilitasi istirahat
13. Frekuensi nadi dan tidur
membaik 12. pertimbangkan jenis
14. Pola napas dan sumber nyeri dalam
membaik pemilihan strategi
15. Tekanan darah meredakan nyeri
membaik Edukasi
16. Fokus membaik 17. 13. Jelaskan penyebab,
Fungsi berkemih periode, dan pemicu
membaik nyeri 14. Ajarkan teknik
18. Perilaku membaik nonfarmakologis untuk
19. Nafsu makan mengurangi rasa nyeri
membaik 15. Anjurkan memonitor
20. Pola tidur membaik nyeri secara mandiri
21. Berfokus pada diri 16. Anjurkan
sendiri menurun menggunakan analgetik
secara tepat
17. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
kolaborasi
18. kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan mobilitas Mobilitas Fisik Dukungan Observasi
(L.05042) Setelah Mobilisasi 1. Identifikasi adanya
fisik berhubungan
dilakukan perawatan 3x (I.05173) nyeri dan keluhan fisik
dengan kekauan sendi 24 jam kunjungan lainnya
rumah diharapkan 2. Identifikasi toleransi
(D.0054)
dengan kriteria hasil: 1. fisik melalui pergerakan
Pergerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi
meningkat jantung dan tekanan
2. Kekuatan otot darah sebelum memulai
meningkat mobilisasi Terapeutik
3. Rentang gerak 4. Fasilitasi aktivitas
(ROM) meningkat mobilisasi dengan alat
4. Nyeri menurun bantu
5. Kecemasan menurun 5. Fasilitasi melakukan
6. Kaku sendi menurun pergerakan,jika perlu
7. Gerakan tidak 6. Libatkan keluarga
terkoordinasi menurun untuk membantu pasien
8. Gerakan terbatas dalam meningkatkan
menurun pergerakan
9. Kelemahan fisik Edukasi
menurun 7. Jelaskan tujuan
danprosedur mobilisasi
8. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
9. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan(mis,duduk di
tempat tidur,duduk disisi
tempattidur,pindah dari
tempat tidur ke kursi)
3. Gangguan rasa Status Kenyamanan Terapi Observasi
nyaman berhubungan (L.08064) Setelah Relaksasi 1. Identifikasi penurunan
dengan gejala penyakit dilakukan perawatan 3x (1.09326) tingkat energi,
(D.0074) 24 jamkunjungan ketidakmampuan
rumah diharapkan berkonsentrasi, atau
dengan kriteria hasil : gejala lain yang
1. Kesejahteraan fisik mengganggu kemampuan
meningkat kognitif
2. Kesejahteraan 2. Identifikasi teknik
psikologis meningkat relaksasi yang pernah
3. Dukungan sosial efektif digunakan
dari keluarga 3. Identifikasi kesediaan ,
meningkat kemampuan, dan
4. Dukungan sosial penggunaan teknik
dari teman meningkat sebelumnya
5. Perawatan sesuai 4. Periksa ketegangan
keyakinan budaya otot, frekuensi nadi,
meningkat tekanandarah, dan suhu
6. Perawatan sesuai sebelum dan sesudah
kebutuhan meningkat latihan
7. Kebebasan 5. Monitor respons
melakukan ibadah terhadap terapi relaksasi
meningkat Terapeutik
8. Rileks meningkat 6. Ciptakan lingkungan
9. Keluhan tidak tenang dan tanpa
nyaman menurun gangguan dengan
10. Gelisah menurun pencahayaan dan suhu
11. Kebisingan ruang nyaman, jika
menurun 12. Keluhan memungkinkan
sulit tidur menurun 7. Berikan informasi
13. Keluhan kedinginan tertulis tentang persiapan
menurun dan prosedur teknik
14. Keluhan kepanasan relaksasi
menurun 8. Gunakan pakaian
15. Gatal menurun longgar
16. Mual menurun 9. Gunakan nada suara
17. Lelah menurun lembut dengan irama
18. Merintih menurun lambat dan berirama
19. Manangis menurun 10. Gunakan relaksasi
20. Iritabilitas menurun sebagai strategi
21. Menyalahkan diri penunjang dengan
sendiri menurun analgetik atau tindakan
22. Konfusi menurun medis lain, jika sesuai
23. Konsumsi alkohol Edukasi
menurun 11. Gunakan relaksasi
24. Penggunaan zat sebagai strategi penunjang
menurun dengan analgetik atau
25. Percobaan bunuh tindakan medis lain, jika
diri menurun sesuai relaksasi otot
26. Memori masa lalu progresif)
menurun 12.Jelaskan secara rinci
27. Suhu ruangan intervensi relaksasi yang
membaik dipilih
28. Pola eliminasi 13. Anjurkan mengambil
membaik posisi nyaman
29. Postur tubuh 14. Anjurkan rileks dan
membaik merasakan sensasi
30. Kewaspadaan relaksasi
membaik 15. Anjurkan sering
mengulangi atau melatih
31. Pola hidup
teknik yang dipilih
membaik 32. Pola tidur
16. Demonstrasikan dan
membaik
latih teknik relaksasi (mis
nepas dalam, peregangan,
atau imajinasi terbimbing)

5. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang
memilihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta
meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasarkan rencana
keperawatan dari setiap diagnosa keperawatan yang telah dibuat dengan didasarkan
pada konsep asuhan keperawatan. Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada
diagnosa nyeri yaitu dengan melakukan indentifikasi dari kualitas nyeri yang
dirasakan klien dan mengajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
dengan mengajarkan teknik kompres hangat. Diagnosa gangguan mobilitas fisik
penulis dapat mengkaji kekuatan otot dan mengajarkan teknik ROM untuk
mengurangi kekakuan pada sendi pasien yang mengalami artritis gout serta dapat
meningkatkan pengetahuan pada pasien lansia tentang gout artritis serta diit untuk
penderita gout artritis.

6. Evaluasi Keperawatan

a. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien


terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan klien,


membandingkan respons, klien dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan

c. Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau dalam catatan
kemajuan d. Dalam menelaah kemajuan klien dalam pencapaian hasil, perawat akan
mencatat salah satu dari keputusan berikut, dalam lembar evaluasi atau dalam catatan
kemajuan pada saat ditentukan untuk melakukan evluasi:

1) Lanjutkan: diagnosa masih berlaku, tujuan dan kriteria standar masih relevan

2) Direvisi: diagnosis masih berlaku tetapi tujuan dan tindakan keperawatan


memerlukan perbaikan
3) Teratasi: tujuan keperawatan telah dicapai, dan rencana keperawatan tidak
dilanjutkan

4) Dipakai lagi: diagnosis yang telah teratasi terjadi lagi Evaluasi juga dapat disusun
dengan menggunakan SOAP atau SOAPIER. Format ini digunakan apabila
implementasi keperawatan dan evaluasi didokumentasikan dalam satu catatan
kemajuan. Hasil evaluasi yang diharapkan penulis setelah melakukan tindakan
keperawatan pada pasien lansia yaitu klien mengatakan nyeri berkurang setelah
diberikan intervensi keperawatan, pada diagnosa yang kedua yaitu gangguan
mobilitas fisik kekuatan otot klien meningkat 4/5 dan tingkat pengetahuan klien
meningkat ditandai dengan klien mampu memahami materi yang telah disampaikan
oleh perawat.

Anda mungkin juga menyukai