Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.

H DENGAN KASUS GOUT


ARTHRITIS DI RT 003/RW 003 KELURAHAN PANDANG KECAMATAN
PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR

Mata Kuliah: Keperawatan Gerontik


Dosen: Ns. Suriyani, M.Kep

Disusun Oleh:
Zahira Mufida
1901050

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR

TA. 2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.R DENGAN KASUS ASAM
URAT DI RT 003/RW 003 KELURAHAN PANDANG KECAMATAN
PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR

Mata Kuliah : Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing : Ns. Suriyani, M.Kep

Makassar,.../.../2023

MENYETUJUI

DOSEN PEMBIMBING

(........................................)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKUKKANG MAKASSAR

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas Keperawatan Gerontik dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. H dengan Kasus Gout Arthritis di RT
03/RW 03 Kelurahan Pandang Kecamatan Panakkukang Kota Makassar”.

Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik, serta sebagai salah satu bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan mahasiswi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar, khususnya pada jurusan S1 Ilmu
Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih terdapat kekurangan yang
perlu dibenahi, untuk segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan.

Makassar, 20 Februari 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II KONSEP DASAR..............................................................................................
A. Konsep Dasar Lansia........................................................................................
B. Konsep Dasar Penyakit.....................................................................................
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...........................................
A. Pengkajian.........................................................................................................
B. Diagnosis Keperawatan....................................................................................
C. Rencana Keperawatan......................................................................................
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.........................................................................................................
B. Analisa Data......................................................................................................
C. Prioritas Masalah..............................................................................................
D. Intervensi..........................................................................................................
E. Implementasi dan evaluasi................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
Lampiran ........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan
efek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012).
Adapun tanda dan gejala gout arthritis adalah nyeri yang tiba- tiba dan parah pada
sendi, rasa nyeri bisa terasa hangat pada saat disentuh dan terlihat merah atau ungu,
kekakuan pada sendi menyebabkan terbatasnya pergerakan, sendi yang paling sering
terkena adalah sendi jempol kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan,
dan jari-jari tangan. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang
menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang mengalaminya (Kozier dkk,
2016).
Berdasarkan data WHO (2017), prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak
34,2%. Hasil RISKESDAS (2018) tercatat bahwa prevelensi penyakit gout arthritis di
Indonesia (11,9 %). Jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada ≥ 75
tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46 %) dibandingkan dengan
pria (6.13 %). Prevalensi gout di Jawa Timur sebesar 17%. Berdasarkan prevalensi
diatas gout arthritis menduduki urutan ke 4 setelah ISPA, hipertensi, dan influenza.
Hasil survey dari 5 orang di desa Cukurgondang, 100 % mengeluh nyeri di bagian
persendian. 50% mengeluh sulit untuk tidur.
Munculnya masalah keperawatan nyeri akut yang sering dikeluhkan pasien
gout arthritis, perlu adanya penanganan dan pencegahan untuk menurunkan rasa nyeri
yang diderita pasien. Adapun terapi farmakologis, yaitu dengan memberikan obat
obatan dan terapi non- farmakologis dapat melakukan kompres hangat untuk
meredakan rasa nyeri dan inflamasi. Perawat juga mengedukasi perubahan pola
makan, aktifitas seperti melakukan olahraga di pagi hari atau jalan-jalan pagi,
mengedukasi pasien agar dapat memonitor nyeri secara mandiri, dan dapat
memberikan terapi musik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui bagaimana konsep dasar lansia
b. Mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit gout arthritis
c. Mengetahui bagaimana Konsep dasar Asuhan Keperawatan gout arthritis pada
lanjut usia
2. Tujuan Khusus
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah mampu
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan gout arthritis secara
benar
BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. Definisi Lansia
Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia. Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupun mereka yang
tidak berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain
untuk menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Djibrael, 2018).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Keperawatan Gerontik adalah Suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psikososio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Djibrael, 2018).
2. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Muhith & Siyoto, 2016) :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 - 90 tahun d) Usia sangat tua (very old), di
atas 90 tahun.

Menurut Undang-undang no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia


(Notoatmadjo, 2007) :
a. Kelompok Umur Pertengahan Kelompok usia dalam masa persiapan usia
lanjut yang memperlihatkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-
54 tahun).
b. Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok dalam masa pensiunan, yaitu
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).
c. Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam masa usia 65 tahun ke atas.
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi Kelompok yang berusia
lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.(Abdurrahman , 2017)

Menurut Undang-undang no.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia


(Notoatmadjo, 2007) :

a. Kelompok Umur Pertengahan Kelompok usia dalam masa persiapan usia


lanjut yang memperlihatkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-
54 tahun).
b. Kelompok Usia Lanjut Dini Kelompok dalam masa pensiunan, yaitu
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun).
c. Kelompok Usia Lanjut Kelompok dalam masa usia 65 tahun ke atas.
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Risiko Tinggi Kelompok yang berusia
lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri,
terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.(Abdurrahman , 2017)
3. Perubahan terkait usia
Berikut ini adalah beberapa perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia antara
lain (Dieny, Rahadiyanti, & Widayastuti, 2019) :
a. Komposisi tubuh
Perubahan komposisi tubuh pada proses penuaan secara umum tidak
bisa dihindari. Lansia akan mengalami penurunan massa otot dan
peningkatan massa lemak.Perbandingan komposisi tubuh pada dewasa &
lansia.

Komposisi Tubuh 20-25 70-75 Tahun


Protein 19% 12%
Air 61% 53%
Massa Mineral 6% 5%
Lemak 14% 30%
Tabel 2.1 perbandingan komposisi tubuh pada dewasa & lansia

Perubahan komposisi tubuh ini berhubungan dengan rendahnya


aktivitas fisik, asupan makanan, dan perubahan hormonal pada perempuan.
Aktivitas fisik yang cukup dan teratur berdampak positif dalam
mempertahankan kekuatan dan pemeliharaan status fungsional tubuh.

b. Berat badan (BB)


Berat badan cenderung berhubungan dengan penuaan. Berat badan dan
IMT (Indeks Massa Tubuh) maksimal terjadi antara usia 50 dan 59 tahun,
kemudian stabil dan mulai perlahan-lahan mengalami penurunan sekitar usia
70 tahun. Berat badan terkait usia tersebut belum pasti, namun beberapa studi
penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh adalah
kurangnya olahraga secara rutin.
c. Sistem kekebalan tubuh
Fungsi sistem kekebalan tubuh dalam melawan infeksi menurun sesuai
umur. Saat menginjak usia tua maka risiko kesakitan seperti penyakit infeksi,
kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik menjadi meningkat. Hal ini
disebabkan karena perjalanan alamiah penyakit yang berkembang secara
lambat sehingga gejala-gejalanya baru terlihat setelah beberapa tahun
kemudian. Masalah lain yang muncul adalah tubuh lansia kehilangan
kemampuan membedakan benda asing yang masuk ke dalam tubuh atau
benda itu bagian dari dalam tubuhnya sendiri.
Kelompok lansia kurang mampu menghasilkan sel imun untuk sistem
kekebalan tubuh. Sel perlawanan infeksi yang dihasilkan kurang cepat
bereaksi dan kurang efektif. Seseorang yang berusia di atas 70 tahun
cenderung menghasilkan autoantibodi, yaitu antibodi yang melawan
antigennya sendiri dan mengarah pada penyakit autoimmune.
d. Sistem pencernaan
Perubahan kerja sistem pencernaan pada Lansia meliputi berkurangnya
produksi air liur dan lendir, mempunyai gigi yang rusak bahkan hilang,
mengalami kesulitan mengunyah atau kesulitan menelan, serta penurunan
produksi energi. Penurunan fungsi pencernaan juga berpengaruh pada
berkurangnya produksi asam lambung dan enzim pencernaan.Kehilangan gigi
akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Kehilangan gigi
mempunyai dampak emosional, sistemik dan fungsional.
1) Dampak emosional:
a) Kehilangan kepercayaan diri
b) Keterbatasan aktivitas seperti mengunyah dan
berbicara
c) Perubahan pada penampilan

2) Dampak sistemik
a) Penyakit pencernaan terkait dengan kesehatan rongga mulut
yang buru
b) Penyakit kardiovaskular
c) Dampak fungsional
d) Gangguan pada proses bicara
e) Gangguan mengunyah
Gangguan mengunyah dapat mempengaruhi pemilihan
makanan sehingga terjadi perubahan pola makan yang
berpengaruh terhadap status gizi.
e. Melemahnya indra perasa dan pembau
Penurunan rasa dan bau mengakibatkan penurunan kemampuan untuk
mendeteksi makanan. Berkaitan dengan usia, individu yang lebih muda
mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mendeteksi rasa asin, pahit,
asam, manis, dan selera gurih dibandingkan pada lansia.
Air liur yang melumasi mulut berperan untuk memulai proses
pencernaan dan menjaga kebersihan gizi. Berkurangnya produksi air liur
pada lansia dapat memperlambat penyerapan zat gizi, membuat rongga mulut
lebih sensitif terhadap suhu ekstrim dan tekstur kasar, sehingga
mengakibatkan rasa sakit saat makan. Rasa sakit dan ketidaknyamanan dalam
mengunyah makanan dapat mengakibatkan asupan makanan menjadi lebih
sedikit.
f. Perubahan pada sistem kardiovaskular
Fungsi pemompaan jantung, aliran darah dan kemampuan tubuh untuk
mengatur tekanan darah berkurang pada Lansia.

g. Perubahan tulang dan otot

1) Tulang
Penurunan produksi penyusun tulang yang berfungsi sebagai
perlindungan terhadap beban menyebabkan meningkatnya risiko patah.
2) Otot
Waktu untuk kontraksi dan relaksasi otot memanjang, sehingga
menyebabkan perlambatan waktu untuk bereaksi serta pergerakan yang
menjadi kurang aktif.

3) Sendi

ecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen, menyebabkan risiko nyeri,


inflamasi, penurunan mobilitas sendi.

4) Ekstrpgen

Salah satu perubahan yang terjadi pada rangka tubuh akibat proses
menua, yaitu penurunan produksi hormon estrogen. Hal ini menyebabkan
kehilangan unsur-unsur tulang yang berdampak pada pengeroposan
tulang.

5) Perubahan pada sistem pernafasan

Pada lansia terjadi penurunan fungsi paru, sehingga lansia dapat


mengalami kesulitan bernafas.

6) Perubhan pada sistem endokrin

Sekitar 50% lansia menunjukkan intoleransi glukosa, dengan kadar gula


puasa yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini
adalah faktor diet, obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan, (Dieny,
Rahadiyanti, & Widayastuti, 2019).

4. Faktor risiko

a. Faktor risiko yang dapat diubah


1) Gaya hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam aktivitas
sehari-hari. Makanan cepat saji (junk food), kurangnya berolahraga dan
minumminuman yang bersoda merupakan faktor pemicu terjadinya
diabetes melitus tipe 2 (Abdurrahman, 2014). Penderita DM diakibatkan
oleh pola makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan
tentang bagaimanan pola makan yang baik dimana mereka mengkonsumsi
makanan yang mempunyai karbohidrat dan sumber glukosa secara
berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga perlu
pengaturan diet yang baik.

2) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya


penyakit DM. Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin
(resisten insulin). Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh
semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul
didaerah sentral atau perut (central obesity) (Kariadi (2009) dalam Fathmi,
2012).

3) Hipertensi
Tekanan darah tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi
dan peningkatan volume aliran darah (Jafar, 2010).
4) Dislipidemia
5) Diet tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori)
6) Merokok
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Rasa tau latar belakang etnis
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam, penduduk
asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).
2) Umur
3) Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes
tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering
setelah usia 45 tahun (American Heart Association [AHA], 2012).
Meningkatnya risiko DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan
dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.
4) Riwayat diabetes pada kehamilan
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari
4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsan, 2010).
5) Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
6) Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Fakta
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM tingkat
risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih
tinggi jika memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua orangtua
menderita DM, maka akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali
lipat lebih tinggi (Ehsan, 2010).
5. Konsekuensi Fungsional
Etiologi pada gangguan fungsi endokrin pada lansia yaitu sistem kadar gula
darah terganggu, insulin tidak cukup mengatasi kadar gula dalam darah,
peningkatan kadar glukosa darah, kelebihan gula. Faktor risiko pada gangguan
fungsi endokrin pada lansia yaitu, gaya hidup, obesitas, tekanan darah tinggi,
usia, riwayat keluarga diabetes melitus, ras atau latar belakang etnis, riwayat
diabetes pada kehamilan. Dari etiologi dan factor risiko tersebut muncul
konsekuensi fungsional negative yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah,
kelelahan/keletihan, resiko cedera, resiko jatuh, resiko berat badan lebih.
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah : Manajemen hiperglikemia,
b. Kelelahan/keletihan : Manajemen energi
c. Resiko cedera : Manajemen keselamatan lingkungan
d. Resiko jatuh : Pencegahan jatuh
e. Resiko berat badan lebih : Edukasi diet

Setelah dilakukan intervensi, diharapkan muncuk konsekuensi fungsional positif


yaitu :

1) Kadar glukosa darah stabil


2) Lansia tampak tidak letih
3) Lansia mampu mengetahui dan mencegah terjadinya cedera, jatuh dan
penaikan berat badan.

B. KONSEP DASAR MEDIS (Gout arthritis)


1. Definisi
Gout arthritis merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
pengendapan senyawa urat didalam sendi sehingga timbul peradangan sendi yang
nyeri (Kowalak, dkk. 2013).
Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang
ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulangulang.
Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia lanjut dan
wanita pasca menopause (Nurarif dan kusuma, 2016).
Arthritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat dari
hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat) disebabkan
karena penumpukan purin dan eksresi asam urat kurang dari ginjal (Sya’diyah,
2018).
2. Etiologi
Kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa faktor, contohnya yaitu
pola makan dan gaya hidup. Pola makan meliputi frekuensi makan, jenis
makanan, dan jumlah makanan. Gaya hidup merupakan pola tingkah laku
seharihari yang patut dijalankan oleh suatu kelompok sosial ditengah masyarakat
meliputi aktivitas fisik, kebiasaan istirahat, dan kebiasaan merokok (Ridhoputrie
et al., 2019). Menurut Fitriana (2015) terdapat faktor resiko yang mempengaruhi
gou arthritis adalah :
a) Usia
Pada umumnya serangan gout arthritis yang terjadi pada laki-laki mulai
dari usia pubertas hingga usia 40-69 tahun, sedangkan pada wanita
serangan gout arthritis terjadi pada usia lebih tua dari pada laki-laki,
biasanya terjadi pada saat Menopause. Karena wanita memiliki hormon
estrogen, hormon inilah yang dapat membantu proses pengeluaran asam
urat melalui urin sehingga asam urat didalam darah dapat terkontrol.
b) Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kadar Asam Urat yang lebih tinggi dari pada wanita,
sebab wanita memiliki hormon ektrogen.
c) Konsumsi purin yang berlebih
Konsumsi Purin yang berlebih dapat meningkatkan kadar Asam Urat di
dalam darah, serta mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi
Purin.
d) Komsumsi alcohol
e) Obat-obatan
Serum asam urat dapat meningkat pula akibat salisitas dosis rendah
(kurang dari 2-3 g/hari) dan sejumlah obat diuretik, serta antihipertensi.
3. Patofisiologis
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang
mengandung asam urat tinggi dan sistem ekskresi asam urat yang tidak adekuat
akan mengasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di dalam plasma darah
(hiperurisemia), sehingga mengakibatkan kristal asam urat menumpuk dalam
tubuh. Penimbunan ini menimbulkan iritasi lokal dan menimbulkan respon
inflamasi (Sudoyo, dkk, 2009).
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout arthritis. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.
mekanisme serangan gout arthritis akut berlangsung melalui beberapa fase secara
berurutan yaitu, terjadinya presipitasi kristal monosodium urat dapat terjadi di
jaringan bila kosentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, jaringan para-artikuler misalnya bursa, tendon, dan selaputnya.
Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus oleh berbagai macam protein.
Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap
pembentukan kristal. Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang
menimbulkan respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal
oleh leukosit (Nurarif, 2015).
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain, maka
asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam-garam urat yang
akan berakumulasi atau menumpuk di jaringan konektif di seluruh tubuh,
penumpukan ini disebut tofi. Adanya kristal akan memicu respon inflamasi akut
dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom ini tidak hanya merusak jaringan
tetapi juga menyebabkan inflamasi. Serangan gout arthritis akut awalnya biasanya
sangat sakit dan cepat memuncak. Serangan ini meliputi hanya satu tulang sendi.
Serangan pertama ini timbul rasa nyeri berat yang menyebabkan tulang sendi
terasa panas dan merah. Tulang sendi metatarsophalangeal biasanya yang paling
pertama terinflamasi, kemudian mata kaki, tumit, lutut dan tulang sendi pinggang.
Kadang- kadang gejala yang dirasakan disertai dengan demam ringan. Biasanya
berlangsung cepat tetapi cenderung berulang (Sudoyo, dkk, 2009).
Periode interkritikal adalah periode dimana tidak ada gejala selama serangan
gout arthritis. Kebanyakan penderita mengalami serangan kedua pada bulan ke-6
sampai 2 tahun setelah serangan pertama. Serangan berikutnya disebut dengan
poliartikular yang tanpa kecuali menyerang tulang sendi kaki maupun lengan yang
biasanya disertai dengan demam. Tahap akhir serangan gout arthritis akut atau
gout arthritis kronik ditandai dengan polyarthritis yang berlangsung sakit dengan
tofi yang besar pada kartigo, membrane sinovial, tendon dan jaringan halus. Tofi
terbentuk di jari tangan, kaki, lutut, ulna, helices pada telinga, tendon achiles dan
organ internal seperti ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).
4. Manifestasi Klinis
Terdapat empat stadium perjalanan klinis gout asthritis jika tidak segera diobati
(Nurarif, 2015) diantaranya :
a) Stadium pertama adalah Hiperurisemia Asimtomatik. Pada stadium ini asam
urat serum meningkat dan tanpa gejala selain dari peningkatan asam urat
serum.
b) 2 Stadium kedua gout arthritis akut terjadi awitan mendadak pembengkakan
dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metatarsofalangeal.
c) Stadium ketiga setelah serangan gout asthritis akut adalah tahap interkritikal.
Tidak terdapat gejala gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung dari
beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami serangan gout
arthritis berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak diobati.
d) Stadium keempat adalah tahap gout asthritis kronis, dengan timbunan asam
urat yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronis akibat kristal kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit,
dan kaku juga pembesaran dan penonjolan sendi.
5. Komplikasi
a) Deformitas atau perubahan bentuk pada persendian yang terserang.
b) Urolitiasis atau batu ginjal akibat deposit kristal urat pada saluran kemih.
c) Nephrophaty atau kelainan ginjal yang mengakibatkan gangguan fungsi ginjal
karena peradangan glomerulus akibat deposit kristal urat dalam interstisial
ginjal
d) Hipertensi ringan.
e) Proteinuria atau protein dalam urin.
f) Hiperlipidemia yaitu kondisi dimana kadar lipid atau lemak dalam darah
tinggi.
g) Gangguan parenkim ginjal dan batu ginjal (Aspiani, 2014).
6. Pemeriksaam penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang gout arthritis menurut (Aspiani, 2014) :
a) Dapat dilakukan dengan alat tes kadar asam urat, umumnya nilai normal asam
urat dalam darah yaitu 3,5 mg/dl – 7,2 mg/dl namun pada pasien dengan gout
arthritis atau kadar asam urat tinggi nilai asam urat dalam darah lebih dari 7,0
mg/dl untuk pria dan 6,0 mg/dl untuk wanita.
b) Serum asam urat, umumnya meningkat diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperurisemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau
gangguan ekskresi.
c) Leukosit, menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih
dalam batas normal yaitu 5000-10.000/mm3.
d) Urin specimen 24 jam, urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan
produksi dan ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan
250-750mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi asam urat
meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang dari 800 mg/24
jam mengidentifikasi gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat. Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan
peses atau tisu toilet selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas purin pada
waktu itudiindikasikan.
e) Pemeriksaan radiografi, pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah
penyakit berkembang progesif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada
tulang yang berada di bawah sinavial sendi.
7. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
Terapi bagi penderita gout biasanya dibagi menjadi 2 yaitu terapi pada
serangan akut dan terapi hiperurisemia pada serangan kronik. Terapi
farmakologi (dengan obat) bagi penderita gout dapat dilakukan dalam 3
tahapan (Annete Johnstone, 2005), yaitu :
1) Mengatasi nyeri saat terjadi serangan akut,
2) Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah terjadinya penimbunan
kristal urat.
3) Terapi pencegahan dengan menggunakan obat hipourisemik. Adapun obat-
obatan yang digunakan untuk terapi penyakit gout yaitu :
a) onstreoid Anti-inflammatory Drugs (NSAID) NSAID
merupakan terapi pilihan pertama yang efektif untuk pasien yang
mengalami serangan gout akut.
b) Naproxen
Naproxen merupakan NSAID turunan asam propionat yang berkhasiat
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik.
c) Natrium Diklofenak
Merupakan golongan NSAID turunan asam propionat yang memiliki
cara kerja dan efek samping yang sama dengan naproksen.
d) Piroxicam
Merupakan golongan NSAID yang mempunyai aktifitas antiinflamasi,
analgetik – antipiretik.
e) NSAID selektif COX-2
Merupakan golongan NSAID yang mempunyai tingkat keamanan
saluran cerna atas lebih baik dibanding NSAID non-selektif.
f) Colchicine
Colchicineefektif digunakan untuk serangan gout akut. Colchicine
hanya digunakan selama saat kritis untuk mencegah serangan gout.
Komplikasi utamaterapi ini adalah dehidrasi.
g) Kortikosteroid
Kortikosteroid sering digunakan untuk menghilangkan gejala gout akut
dan akan mengontrol serangan. Jika goutnya monarticular, pemberian
antraarticular yang paling efektif.
h) Uricosuric
Obat ini memblok reabsorpsi tubular dimana urat disaring sehingga
mengurangi jumlah urat metabolik, mencegah pembentukan benjolan
baru dan memperkecil ukuran benjolan yang telah ada.
i) Allopurinol
Allopurinol merupakan penghambat xantin oksidase yang bekerja
menurunkan produksi asam urat dengan cara penghambatan kerja
enzim xantin oksidase yang memproduksi asam urat. Obat ini sangat
bermanfaat bagi pasien dengan gagal ginjal atau batu urat yang tidak
dapat diberikan urocisuric.

b. Terapi non farmakologi


Pengaturan diet dilakukan dengan cara membatasi makanan tinggi purin dan
memilih makanan yang rendah purin. Berikut penggolongan makanan
berdasarkan kandungan purin:
1) Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100
gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi
(tape), alkohol serta makanan dalam kaleng.
2) Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi,
kerangkerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam,
asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung.
3) Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100
gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran lain, buah sirsak.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan :
a) bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi
bahan makanan golongan A dan membatasi diri untuk mengkonsumsi
bahan makanan golongan B.
b) Memperbanyak minum air putih dapat membantuk membuang purin
yang ada dalam tubuh.
c) Menghindari minuman beralkohol.
d) Menurunkan berat badan bagi yang obesitas (kegemukan).
e) Banyak istirahat dan menghindari bekerja terlalu berat. (Dalimartha,
2000)
4) Mengkonsumsi jus buah sirsak secara teratur karena mengandung
kandungan vitamin, protein, dan karbohidrat yang dapat menurunkan
kadar asam urat.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan (Teori)
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan, kemudian dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar dari klien, untuk informasi yang
diharapakan dari klien (Iqbal dkk, 2011).
Fokus pengkajian pada Lansia dengan Gout Arthritis:
1. Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan dan pekerjaan.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang menonjol pada klien Gout Arthritis adalah nyeri dan terjadi
peradangan sehingga dapat menggangu aktivitas klien.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan nyeri yang terjadi di otot sendi. Sifat dari nyerinya
umumnya seperti pegal,di tusuk-tusuk,panas,di tarik-tarik dan nyeri yang
dirasakan terus menerus atau pada saat bergerak, terdapat kekakuan sendi,
keluhan biasanya dirasakan sejak lama dan sampai menggangu pergerakan dan
pada Gout Arthritis Kronis didapakan benjolan atan Tofi pada sendi atau jaringan
sekitar.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita oleh klien, apakah keluhan penyakit Gout
Arthritis sudah diderita sejak lama dan apakah mendapat pertolongan sebelumnya
dan umumnya klien Gout Arthritis disertai dengan Hipertensi.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adakah riwayat Gout Arthritis dalam keluarga.
6. Riwayat psikososial
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan penyakit klien dalam
lingkungannya. Respon yang didapat meliputi adanya kecemasan individu dengan
rentan variasi tingkat kecemasan yang berbeda dan berhubungan erat dengan
adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas fisik akibat respon nyeri dan kurang
pengetahuan akan program pengobatan dan perjalanan penyakit. Adanya
perubahan aktivitas fisik akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.
7. Riwayat nutrisi
Kaji riwayat nutisi klien apakah klien sering menkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi Purin.
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut hingga ujung kaki (head to toe). Pemeriksaan fisik pada daerah sendi
dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yaitu melihat dan mengamati
daerah keluhan klien seperti kulit, daerah sendi, bentuknya dan posisi saat
bergerak dan saat diam. Palpasi yaitu meraba daerah nyeri pada kulit apakah
terdapat kelainan seperti benjolan dan merasakan suhu di daerah sendi dan
anjurkan klien melakukan pergerakan yaitu klien melakukan beberapa gerakan
bandingkan antara kiri dan kanan serta lihat apakah gerakan tersebut aktif, pasif
atau abnormal.
B. Diagnosis keperawatan (teori)
Menurut NANDA (2015) diagnosa yang dapat muncul pada klien Gout Arthritis yang
telah disesuaikan dengan SDKI (2017) adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (D.0077).
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri persendian (D.0054).
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit (D.0074).
C. Perencanaan keperawatan (Teori)
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang
akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. (Iqbal dkk, 2011).
No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana
Dx (SLKI) (SIKI)
1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan intervensi keperawatan (1.08238)
selama 3x kunjungan, maka Tingkat Nyeri Observasi
menurun dengan kriteria hasil: a. Identifikasi lokasi,
a. Keluhan nyeri menurun.(5) karakteristik, durasi,
b. Meringis menurun(5) frakuensi, kualitas,
c. Gelisah menurun.(5) Intensitas nyeri.
d. Tekanan darah membaik (5). b. Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons
nyeri non verbal.
c. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri.
d. Identifikasi pengetahuan
dan keyaninan tentang
nyeri.
e. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri.
f. Identifikasi pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup.
g. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan.
h. Monitor efek samping
penggunaan analgetik.
Terapeutik
a. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnoais,
akupresur, terapi musik,
biofeodback, terapi
pijat, aromaterapl,
teknik imajinasi
terbimbing- kompres
hangatidingin, terapi
bermain).
b. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahaya
kebisingan).
c. Fasilitasi Istirahat dan
tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strutegi
meredakan nyeri.
Edukasi
a. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri.
b. Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
c. Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri.
d. Anjurkan menggunakan
ansigetik secara tepat.
e. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2 Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan Mobilisasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan (1.05173)
selama 3x kunjungan, maka mobilitas fisik Observasi
meningkat dengan kriteria hasil: a. Identifikasi adanya nyeri
a. Pergerakan ekstremitas meningkat (5) atau keluhan fisik
b. Kekuatan otot meningkat (5)
lainnya
c. Rentang gerak (ROM) meningkat (5)
b. Identifikasi toleransi
fisik melakukan
pergerakan
c. Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum memulai
mobilisasi
d. Monitor kondisi umum
selama melakukan
mobilisasi
Terapeutik
a. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (mis: pagar tempat
tidur)
b. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika perlu
c. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
b. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
c. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis: duduk di
tempat tidur, duduk di
sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke
kursi)
3 Status Kenyamanan (L.08064) Terapi relaksasi (1.09326)
observasi :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan
a. identifikasi penurunan
selama 3x kunjungan, maka Status tingkat energi,
ketidakmampuan
Kenyamanan meningkat dengan kriteria hasil:
berkonsentrasi, atau
a. kesejahteraan fisik meningkat (5) gejala lain yang
mengganggu
b. kesejahteraan psikologis meningkat (5).
kemampuan kognitif
c. Perawatan sesuai kebutuhan
b. Identifikasi teknik
meningkat (5)
relaksasi yang pernah
d. Kebebasan melakukan ibadah efektif digunakan
meningkat. (5)
c. Identifikasi kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi, tekanan
darah, dan suhu sebelum
dan sesudah Latihan

d. Monitor respons
terhadap terapi relaksasi

Terapeutik :
a. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
b. Berikan informasi
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik
relaksasi
c. Gunakan pakaian
longgar
d. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
e. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis.
musik.meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif)
b. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
c. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
f. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl : Rabu, 15 februari 2023
Jam : 10.00 wita
Nama Mahasiswa : Zahira Mufida
1. Identitas
a. Nama : Ny.H
b. TTL : sinjai, 05 juni 1958
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Suku : Bugis
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : IRT
b. Pekerjaan sebelumnya : IRT
c. Sumber Pendapatan : Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan dari anak kandung suami (kuli bangunan)
d. Kecukupan pendapatan : Ny.H mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk
kehidupan sehari-hari.
3. Lingkungan tempat tinggal
a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Nampak bersih
b. Penerangan : Baik
c. Sirkulasi udara : ventilasi cukup,terdapat sebuah jendela
dan terbuka
d. Keadaan kamar mandi & WC : Bersih
e. Pembuangan air kotor : septi teng
f. Sumber air minum : air PDAM (dimasak)
g. Pembuangan sampah : terdapat tempat sampah di depan
rumah, dan tiap minggu diangkut truk sampah.
h. Sumber pencemaran : tidak ada
i. Privasi : tidak ada, kamar tidak terdapat skat.
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Ny.H mengatakan asam urat dan
nyeri pada bagian punggung
2) Gejala yang dirasakan : mengelu nyeri pada bagian punggung
3) Factor pencetus : Ny.H mengatakan nyeri pada bagian punggung akibat
penyakit asam urat yang dideritanya.
4) Timbulnya keluhan : Mendadak
5) Upaya mengatasi : Ny.H mengatakan jika merasakan nyeri, klien hanya
membeli obat di apotek.
6) Lain-lain : Ny.H mengatakan mengomsumsi obat yang di beli di apotek
b. Riwayat Kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : asam urat
2) Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu, dan lain-lain) : tidak ada
3) Riwayat kecelakaan : Ny.H mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan
4) Riwayat pernah dirawat di RS : Ny.H mengatakan pernah dirawat di RS
mengalami sakit asam urat.
5) Riwayat pemakaian obat : klien meminum obat piroxicam dan grathazon
yang dibelinya di apotek.
5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan:
Pada saat klien merasakan nyeri pada bagian punggung nya , klien meminum
obat yang dibelinya di apotek.
b. Nutrisi metabolic:
Klien mengatakan makan dua kali sehari. Nafsu makan klien baik. Jenis
makanan yang dikomsumsi klien adalah makanan sehari-hari seperti nasi,
sayur, dan ikan. Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan.klien memiliki
pantangan terhadap makanan yaitu sayur kangkong dan ikan mairo.klien
mengatakan kalau makan sayur kangkong dan ikan mairo,kaki klien
membengkak.
c. Eliminasi
BAK :
1) Frekuensi & waktu : Lancar
2) keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan
BAB :
1) Frekuensi & waktu : 1 kali sehari, waktunya tidak menentu
2) Konsistensi : Padat
3) keluhan yangberhubungandgn BAB: Tidak ada
4) pengalaman memakai pencahar : Tidak ada
d. aktifitas pola Latihan
klien mandi dua kali sehari. Klien terlihat bersih dan rapih. Klien tidak
memiliki masalah terkait aktifitas sehari-hari. Klien mampu secara mandiri
untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
e. Pola istirahat tidur
1) Lama tidur malam : 8 jam tidur
2) Tidur siang : Klien mengatakan sulit tidur pada siang hari
3) keluhan yang berhubungan dengan Tidur :Tidak ada
f. pola kognitif presepsi
1) Masalah dengan penglihatan : tidak ada masalah
2) Pakai kacamata : Tidak memakai kacamata
3) Masalah pendengaran : Tidak ada masalah
4) Memakai alat bantu dengar : Tidak memakai alat bantu dengar
5) Kesulitan membuat keputusan : Tidak memiliki kesulitan
g. Persepsi diri-pola konsep diri
Klien memandang dirinya sebagai lansia yang sudah menjalani hidup selama
65 tahun, klien menerima bahwa sakit yang dialami karena faktor umur
sehingga perlu memperhatikan agar tidak melakukan kegiatan yang terlalu
berat. Klien melihat orang lain memandang dirinya sebagai tetangga yang
baik.
h. Pola peran-hubungan
Klien memiliki peran sebagai ibu rumah tangga didalam lingkungan
keluarga.Klien merasa puas dengan hubungan nya dengan orang lain baik
dengan keluarga maupun dengan masyarakat.
i. Sexualitas
Klien tidak memiliki masalah sexualitas.
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Klien jarang mengalami stress karena ketika ada masalah klien yakin terhadap
keyakinannya dan selalu menyerahkan setiap masalahnya kepada Allah SWT.
k. Nilai-Pola keyakinan
Klien menganut agama Islam, dan sangat berpegang teguh pada keyakinannya.
Klien yakin bahwa setiap hal yang terjadi dalam kehidupannya sudah diatur
oleh Allah SWT., baik mengenai kesehatan, rejeki, bahkan jodoh sudah diatur.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
b. TTV : 188/117
c. BB/TB :
d. Kepala
Rambut :
Mata :
Telinga :
Mulut, gigi, dan bibir :
e. Dada :
f. Abdomen :
g. Kulit :
h. Ekstremitas atas :
i. Ekstremitas bawah :
7. Pengkajian khusus
a. Pengkajian fungsi kognitif SPMSQ :

No Item Pertanyaan Benar Salah


1 Tanggal berapa sekarang ?
1
Jawab: 16
2 Hari apa sekarang ?
1
Jawab: kamis
3 Apa nama tempat ini ?
1
Jawab:
4 Berapa umur anda ?
1
Jawab: 64
5 Dimana alamat Bapak sekarang?
Jawab: RT 03/RW 03 Kel. Pandang, Kec. 1
Panakkukang, Kota Makassar
6 Berapa jumlah anggota keluarga yang 1
tinggal bersama ibu?
Jawab: 4
7 Siapa anggota keluarga yang tinggal
bersama ibu? 1
Jawab: suami ,cucu
8 Tahun berapa Hari Kemerdekaan
Indonesia? 1
Jawab: 1945
9 Siapa nama Presiden Republik Indonesia
sekarang? 1
Jawab: Jokowi
10 Coba hitung terbalik dari angka 10 ke 1?
1
Jawab: 10, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1
Jumlah 10 0

Skor salah : 0 – 2 : fungsi intelektual utuh


Skor salah : 3 – 4 : keruakan intelektual ringan
Skor salah : 5 – 7 : kerusakan intelektual sedang
Skor salah : 8 – 10: kerusakan intelektual berat

b. Pengkajian status fungsional (Katz Indeks) :

No Aktivitas Mandiri Tergantung


1 Mandi
Mandiri:
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi (seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampu)
atau mandi sendiri sepenuhnya 
Bergantung:
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri
2 Berpakaian 
Mandiri:
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian
Bergantung:
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri:
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia
sendiri 
Bergantung:
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan
pispot
4 Berpindah
Mandiri:
Berpindah kedaan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri

Bergantung:
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan
5 Kontinen 
Mandiri:
BAK dan BAB seluruhnya
dikontrol sendiri
Bergantung:
Inkontinensia parsial atau total,
penggunaan kateter, pispot, enema,
dan pembalut (pampers)
6 Makan
Mandiri:
Mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya sendiri
Bergantung: 
Bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral (NGT)
Ket:
Berikan tanda () pada point yang sesuai kondisi klien.
Analisis Hasil:
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB)
berpindah, ke kamar kecil, mandi, dan berpakaian.
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut.
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.

c. Pengkajian status mental lansia dengan mini mental state exam (MMSE) :

No Pertanyaan Nilai
Maksima
Klien
l

Orientasi waktu dan ruang

Tahun, musim, tanggal, hari, bulan apa 5 5


1 sekarang?

Dimana kita. Negara, wilayah, kota, tempat, 5 5


lantai?

Registrasi

Nama 3 objek : 1 detik untuk mengatakan 3 3


2 masing - masing objek. Tanyakan ke 3
objek tersebut setelah ditunjukkannya dan
disebutkannya

Perhatikan dan kalkulasi

3 Seri 7 pertanyaan. Berhenti setelah 5 5 2


jawaban. Bergantian eja “kata” ke belakang

Mengingat

4 Minta untuk mengulang ketiga objek di 3 2


atas. Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran.

Bahasa

Menggunakan pensil dan melihat (2 poin). 9 3


5
Mengulang hal berikut: tak-ada-jika-dan-
atau-tetapi (1 poin)

Nilai total 20

Cara Analisis:

 Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum


 Keterangan:
*) Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi adanya kerusakan
kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.

d. Pengkajian status sosial lansia dengan APGAR keluarga format pengkajian :

No Uraian Fungsi Skor

1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada Adaption 1


keluarga (teman-teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan saya

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) Partnership 1


saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya Growth 1


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas atau arah baru

4 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) Affection 1


saya mengekspresikan afek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya seperti marah,
sedih atau mencintai

5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan Resolve 1


saya menyediakan waktu bersama-sama

Total Skor 5

Cara analisis :
 Skor :
Skor 2 = selalu

Skor 1 = kadang-kadang
Skor 0 = hampir tidak pernah

 Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:


Jumlah total skor :

8-10 = ringan

4-7 = sedang

0-3 = berat

e. Pengukuran skala depresi lansia dengan Beck’s Depressions scale format


pengkajian :

Sko Uraian
r
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya memupnyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Interpretasi Hasil
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
16 Depresi berat
dst

f. Screening fall :
No Instruksi Penilaian (Tinetti Balance) Skor
1 Posisi duduk
-Belajar atau slide di kursi (0) 1
-Stabil dan aman (1)
2 Berdiri dari kursi
-Tidak mampu bila tanpa bantuan (0)
1
-Mampu, tapi menggunakan kekuatan lengan (1)
-Mampu berdiri spontan, tanpa menggunakan lengan (2)
3 Usaha untuk berdiri
-Tidak mampu, bila tanpa bantuan (0)
1
-Mampu, tapi menggunakan kekuatan lengan (1)
-Mampu dalam sekali upaya (2)
4 Berdiri dari kursi (segera dalam 5 detik pertama)
-Tidak kokoh (goyah, terhuyun-huyun, tidak stabil) (0)
-Kokoh, tapi dengan alat bantu (walker atau tongkat,
1
pegangan sesuatu) (1)
-Berdiri tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat
bantu/pegangan) (2)
5 Keseimbangan berdiri
-Tidak kokoh (goyah, tidak stabil) (0)
-Berdiri dengan kaki melebar (jarak antara kedua kaki >4
inci) atau menggunakan alat bantu (walker atau tongkat, 1
pegangan sesuatu) (1)
-Berdiri tergak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat
bantu/pegangan (2)
6 Subjek dalam posisi maksimum dengan kaki sedekat
mungkin, kemudian pemeriksa mendorong perlahan tulang
dada subjek 3X dengan telapak tangan
1
-Mulai terjatuh (0)
-Goyah/sempoyongan , tapi dapat mengendalikan diri (1)
-Kokoh berdiri (stabil) (2)
7 Berdiri dengan mata tertutup (dengan posisi seperti no 6) 0
-Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) (0)
-Berdiri kokoh (stabil) (1)
8 Berbalik 360°
-Tidak mampu melanjutkan langkah (berputar) (0)
-Dapat melanjutkan langkah (berputar) (1) 1
Berbalik 360° 1
-Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) (0)
-Berdiri kokoh (stabil) (1)
9 Duduk ke kursi
-Tidak aman (kesalahan mempersepsikan jarak, langsung
menjatuhkan diri ke kursi) (0)
2
-Menggunakan kekuatan lengan atas, tidak secara perlahan)
(1)
-Aman gerakan perlahan (2)
Jumlah 10
No Instrument penelitian (tinetti gait) Skor
10 Melakukan perintah untuk berjalan
-Ragu-ragu, mencari objek untuku, mantap dukungan (0) 1
-Tidak ragu-ragu, mantap, aman (1)
11 Ketinggian kaki saat melangkah 1
Kaki kanan 1
-Kenaikan tidak konstan, menyeret, atau mengangkat kaki
terlalu tinggi >5 cm (0)
-Konstan tinggi langkah normal (1)
Kaki kiri
-Kenaikan tidak konstan, menyeret atau mengangkat kaki
terlalu tinggi >5cm (0) 1
-Konstan dan tinggi langkah normal (1) 1

Panjang langkah kaki


Kaki kanan
-Langkah pendek tidak melewati kaki kiri (0)
-Melewati kaki kiri (1)
Kaki kiri
-Langkah pendek tidak melewati kaki kanan (0)
-Melewati kaki kanan (1)
12 Kesimetrisan langkah
-Panjang langkah kaki kiri dan kanan tidak sama (0) 1
-Panjang langkah kaki kiri dan kanan sama (1)
13 Kontinuitas langkah kaki
-Menghentikan langkah kaki diantara langkah (0) 1
-Langkah terus-menerus/berkesinambungan (1)
14 Berjalan pada jalur yang ditentukan/koridor
-Penyimpangan jalur yang terlalu jauh (0)
2
-Penyimpangan jalur ringan/sedang/nutuh alat bantu (1)
-Berjalan lurus sesuai jalur tanpa alat bantu (2)
15 Sikap tubuh saat berdiri:
-Terhuyun-huyun, butuh alat bantu (0)
-Tidak terhuyun-huyun tapi lutut fleksi/kedua tangan
1
dilebarkan (1)
-Tubuh stabil, tanpa lutut fleksi dan merenggangkan tangan
(2)
16 Sikap berjalan
-Tumit tidak menempel lantai sepenuhnya (0) 1
-Tumit menyentuh lantai (1)
Jumlah 11
Total skor = Tinetti balance+gait
=10+11
=21
1. ≤18 = Resiko jatuh tinggi
2. 19-23 = Resiko jatuh sedang
3. ≥24 = Resiko jatuh rendah
Jadi, klien termasuk dalam kategori resiko jatuh sedang

g. Pengukuran skala Norton :


1. Kondisi fisik umum
a) Baik 4
b) Lumayan 3
c) Buruk 2
d) Sangat buruk 1
2. Kesadaran
a) Komposmentis 4
b) Apatis 3
c) Konfu/soporus 2
d) Stupor/koma 1
3. Aktivitas
a) Ambulan 4
b) Ambulan dengan bantuan 3
c) Hanya bisa duduk 2
d) Tiduran 1
4. Mobilitas
a) Bergerak bebas 4
b) Sedikit terbatas 3
c) Sangat terbatas 2
d) Tidak bisa bergerak 1
5. Inkontinens
a) Tidak 4
b) Kadanga-kadang 3
c) Sering inkontinensia urin 2
d) Inkontinensia alvi & urin 1
Total Skor : 20
Kategori Skor
15-20 : kecil sekali/tak terjadi
12-15 : kemungkinan kecil terjadi
<12 : kemungkinan besar terjadi
Jadi, kemungkinan klien berisiko mengalami decubitus adalah kecil
sekali/tak terjadi.
B. ANALISA DATA

Batasan Karakteristik (DS & DO) Masalah


DS: Nyeri Akut
- Klien mengeluh nyeri di bagian punggung.
- Keluhan klien timbul secara mendadak.
- Jika nyeri klien kambuh, klien mengonsumsi
obat yang di beli di apotek.
DO: -

C. PRIORITAS MASALAH
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri.

D. INTERVENSI

No
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Dx
1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (1.08238)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kunjungan, maka Tingkat Nyeri durasi, frakuensi, kualitas,
menurun dengan kriteria hasil: Intensitas nyeri.
e. Keluhan nyeri menurun. (5) b. Identifikasi skala nyeri Identifikasi
f. Meringis menurun.(5) respons nyeri non verbal.
g. Gelisah menurun.(5) c. Identifikasi faktor yang
h. Tekanan darah membaik.(5 ) memperberat dan memperingan
nyeri.
d. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
e. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
f. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
h. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnoais, akupresur, terapi
musik, biofeodback, terapi pijat,
aromaterapl, teknik imajinasi
terbimbing- kompres
hangatidingin, terapi bermain).
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahaya kebisingan).
c. Fasilitasi Istirahat dan tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strutegi
meredakan nyeri.
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
d. Anjurkan menggunakan ansigetik
secara tepat.
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

N Hari, Diagnosa Implementasi Evaluasi TT


O Tanggal, Keperawatan D
jam
1. Kamis, Nyeri akut  Menjelaskan S:
16 Berhubunga kepada klien Klien
Februari n penyebab mengatakan
2023 Dengan nyeri sudah
10:00 Agen  Menjelaskan mengontrol
WITA pencedera kepada klien pola makan
fisiologis faktor yang yang baik
dibuktikan menurunkan O:
dengan dan Klien terlihat
mengeluh memperberat sudah
nyeri. nyeri mengontrol
 Mengajarkan pola makan
metode yang baik
farmakologi A:
untuk Masalah belum
menurunkan teratasi
nyeri sepenuhnya

 Menganjurkan P:

klien untuk Melaporkan

mnghindari kepada petugas

makanan yang posbindu lansia

meningkatkan setempat terkait

kadar asam masalah yang

urat belum teratasi


DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman , F. F. (2017). Laporan Pendahuluan Resiko Cidera Pada Lansia.
Retrieved Februari 09, 2022, from coursehero:
https://www.coursehero.com/file/34616336/LP-Gerontik-Farizdocx/
Dieny, F. D., Rahadiyanti, A., & Widayastuti, N. (2019). Modul Gizi dan
Kesehatan Lansia. Yogyakarta: K-Media.
Amalia,Syakira Sierly.(2021).Asuhan Keperawatan Lansia Gout Arthritis Dengan
Masalah Keperawatan Nyeri Akut Di Desa Cukurgondang.

Nurul Hidayah, (2019) Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di
Panti Sosial Tresna Werha Nirwana Puri Samarinda .

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pokok bahasan : Asam Urat Sasaran : Lansia
Tempat : Ny. H Kel. Pandang, Kec. Panakkukang, Kota Makassar
Hari/Tanggal : kamis, 16 februari 2023
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga Ny. H mampu memahami
tentang penyakit asam urat.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mampu:
a) Mengetahui tentang penyakit asam urat.
b) Mengetahui pembagian asam urat.
c) Mengetahui tanda dan gejala asam urat.
d) Mengetahui penyebab asam urat
e) Mengetahui komplikasi asam urat.
f) Mengetahui diet bagi penderita asam urat.
3. Materi (terlampir)
Asam urat
4. Metode
a) Diskusi
b) Tanya jawab
5. Media/alat
Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan

N Tahap Waktu Penyuluhan Kegiatan sasaran


o
1. Pembukaan 5 menit - Membuka - Menjawab salam
kegiatan dengan - Mendengarkan
mengucapkan - Memperhatikan
salam. - Mendengarkan dan
- Memperkenalkan memperhatikan
diri
- Menjelaskan
tujuan dari
penyuluhan
- Menyebutkan
materi yang akan
disampaikan
2. Penyampaian 25 menit - Menjelaskan - Mendengarkan
materi tentang penyakit - Memperhatikan
asam urat dan
- Menjelaskan mendengarkan
tentang - Memperhatikan
pembagian asam dan
urat mendengarkan
- Menjelaskan
tentang tanda dan
gejala asam urat
- Menjelaskan
tentang penyebab
asam urat
- Menjelaskan
tentang
komplikasi asam
urat
- Menjelaskan
tentang diet bagi
penderita asam
urat
3. Evaluasi 15 menit - Mempersilahkan - Mengajukan
Ny. H untuk pertanyaan
mengajukan - Mendengarkan
- Pertanyaan
- Menjawab
pertanyaan
4. penutup 5 menit - Menyimpulkan - Menjawab salam
materi yang telah
disampaikan
bersama Ny. H
- Menutup
penyuluhan
dengan salam

7. Evaluasi
a. Proses : selama penyuluhan berlangsung
b. Hasil :
Dapat secara subyektif (lisan) menyebutkan
1) Mengetahui tentang asam urat
2) Mengetahui tentang pembagian asam urat
3) Mengetahui tentang tanda dan gejala asam urat
4) Mengetahui penyebab asam urat
5) Mengetahui komplikasi asam urat
6) Mengetahui tentang diet bagi penderita asm ura

Anda mungkin juga menyukai