Disusun Oleh:
Zahira Mufida
1901050
TA. 2022/2023
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.R DENGAN KASUS ASAM
URAT DI RT 003/RW 003 KELURAHAN PANDANG KECAMATAN
PANAKKUKANG KOTA MAKASSAR
Makassar,.../.../2023
MENYETUJUI
DOSEN PEMBIMBING
(........................................)
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas Keperawatan Gerontik dengan
judul “Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. H dengan Kasus Gout Arthritis di RT
03/RW 03 Kelurahan Pandang Kecamatan Panakkukang Kota Makassar”.
Adapun tujuan dari tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik, serta sebagai salah satu bahan pembelajaran bagi mahasiswa dan mahasiswi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Panakkukang Makassar, khususnya pada jurusan S1 Ilmu
Keperawatan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih terdapat kekurangan yang
perlu dibenahi, untuk segala kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan.
Kata Pengantar................................................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................
BAB II KONSEP DASAR..............................................................................................
A. Konsep Dasar Lansia........................................................................................
B. Konsep Dasar Penyakit.....................................................................................
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN...........................................
A. Pengkajian.........................................................................................................
B. Diagnosis Keperawatan....................................................................................
C. Rencana Keperawatan......................................................................................
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian.........................................................................................................
B. Analisa Data......................................................................................................
C. Prioritas Masalah..............................................................................................
D. Intervensi..........................................................................................................
E. Implementasi dan evaluasi................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................
Lampiran ........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan
efek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012).
Adapun tanda dan gejala gout arthritis adalah nyeri yang tiba- tiba dan parah pada
sendi, rasa nyeri bisa terasa hangat pada saat disentuh dan terlihat merah atau ungu,
kekakuan pada sendi menyebabkan terbatasnya pergerakan, sendi yang paling sering
terkena adalah sendi jempol kaki, pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan,
dan jari-jari tangan. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan sebagai akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial, yang
menyakitkan tubuh serta diungkapkan oleh individu yang mengalaminya (Kozier dkk,
2016).
Berdasarkan data WHO (2017), prevalensi gout arthritis di dunia sebanyak
34,2%. Hasil RISKESDAS (2018) tercatat bahwa prevelensi penyakit gout arthritis di
Indonesia (11,9 %). Jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada ≥ 75
tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (8,46 %) dibandingkan dengan
pria (6.13 %). Prevalensi gout di Jawa Timur sebesar 17%. Berdasarkan prevalensi
diatas gout arthritis menduduki urutan ke 4 setelah ISPA, hipertensi, dan influenza.
Hasil survey dari 5 orang di desa Cukurgondang, 100 % mengeluh nyeri di bagian
persendian. 50% mengeluh sulit untuk tidur.
Munculnya masalah keperawatan nyeri akut yang sering dikeluhkan pasien
gout arthritis, perlu adanya penanganan dan pencegahan untuk menurunkan rasa nyeri
yang diderita pasien. Adapun terapi farmakologis, yaitu dengan memberikan obat
obatan dan terapi non- farmakologis dapat melakukan kompres hangat untuk
meredakan rasa nyeri dan inflamasi. Perawat juga mengedukasi perubahan pola
makan, aktifitas seperti melakukan olahraga di pagi hari atau jalan-jalan pagi,
mengedukasi pasien agar dapat memonitor nyeri secara mandiri, dan dapat
memberikan terapi musik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui bagaimana konsep dasar lansia
b. Mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit gout arthritis
c. Mengetahui bagaimana Konsep dasar Asuhan Keperawatan gout arthritis pada
lanjut usia
2. Tujuan Khusus
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan laporan ini adalah mampu
memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia dengan gout arthritis secara
benar
BAB II
KONSEP DASAR
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. Definisi Lansia
Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
berdasarkan Undang Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia. Lansia adalah seorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas baik pria
maupun wanita, yamg masih aktif beraktifitas yang bekerja maupun mereka yang
tidak berdaya untuk mencari nafka sendiri hingga bergantung pada orang lain
untuk menghidupi drinya sendiri (nugroho, 2006). Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan
perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Djibrael, 2018).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua (Nugroho, 2006).
Keperawatan Gerontik adalah Suatu bentuk pelayanan profesional yang
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psikososio-
spritual dan kultural yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat
maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(Djibrael, 2018).
2. Batasan Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Muhith & Siyoto, 2016) :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun.
c. Lanjut usia tua (old), antara 75 - 90 tahun d) Usia sangat tua (very old), di
atas 90 tahun.
2) Dampak sistemik
a) Penyakit pencernaan terkait dengan kesehatan rongga mulut
yang buru
b) Penyakit kardiovaskular
c) Dampak fungsional
d) Gangguan pada proses bicara
e) Gangguan mengunyah
Gangguan mengunyah dapat mempengaruhi pemilihan
makanan sehingga terjadi perubahan pola makan yang
berpengaruh terhadap status gizi.
e. Melemahnya indra perasa dan pembau
Penurunan rasa dan bau mengakibatkan penurunan kemampuan untuk
mendeteksi makanan. Berkaitan dengan usia, individu yang lebih muda
mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam mendeteksi rasa asin, pahit,
asam, manis, dan selera gurih dibandingkan pada lansia.
Air liur yang melumasi mulut berperan untuk memulai proses
pencernaan dan menjaga kebersihan gizi. Berkurangnya produksi air liur
pada lansia dapat memperlambat penyerapan zat gizi, membuat rongga mulut
lebih sensitif terhadap suhu ekstrim dan tekstur kasar, sehingga
mengakibatkan rasa sakit saat makan. Rasa sakit dan ketidaknyamanan dalam
mengunyah makanan dapat mengakibatkan asupan makanan menjadi lebih
sedikit.
f. Perubahan pada sistem kardiovaskular
Fungsi pemompaan jantung, aliran darah dan kemampuan tubuh untuk
mengatur tekanan darah berkurang pada Lansia.
1) Tulang
Penurunan produksi penyusun tulang yang berfungsi sebagai
perlindungan terhadap beban menyebabkan meningkatnya risiko patah.
2) Otot
Waktu untuk kontraksi dan relaksasi otot memanjang, sehingga
menyebabkan perlambatan waktu untuk bereaksi serta pergerakan yang
menjadi kurang aktif.
3) Sendi
4) Ekstrpgen
Salah satu perubahan yang terjadi pada rangka tubuh akibat proses
menua, yaitu penurunan produksi hormon estrogen. Hal ini menyebabkan
kehilangan unsur-unsur tulang yang berdampak pada pengeroposan
tulang.
4. Faktor risiko
2) Obesitas
3) Hipertensi
Tekanan darah tinggi merupakan peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi
dan peningkatan volume aliran darah (Jafar, 2010).
4) Dislipidemia
5) Diet tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori)
6) Merokok
b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1) Rasa tau latar belakang etnis
Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik, kulit hitam, penduduk
asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).
2) Umur
3) Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko terkena diabetes
tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang dewasa setengah baya, paling sering
setelah usia 45 tahun (American Heart Association [AHA], 2012).
Meningkatnya risiko DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan
dengan terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.
4) Riwayat diabetes pada kehamilan
Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari
4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2 (Ehsan, 2010).
5) Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus
6) Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua. Fakta
menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita DM tingkat
risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih tinggi dan 3,5 kali lipat lebih
tinggi jika memiliki ayah penderita DM. Apabila kedua orangtua
menderita DM, maka akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali
lipat lebih tinggi (Ehsan, 2010).
5. Konsekuensi Fungsional
Etiologi pada gangguan fungsi endokrin pada lansia yaitu sistem kadar gula
darah terganggu, insulin tidak cukup mengatasi kadar gula dalam darah,
peningkatan kadar glukosa darah, kelebihan gula. Faktor risiko pada gangguan
fungsi endokrin pada lansia yaitu, gaya hidup, obesitas, tekanan darah tinggi,
usia, riwayat keluarga diabetes melitus, ras atau latar belakang etnis, riwayat
diabetes pada kehamilan. Dari etiologi dan factor risiko tersebut muncul
konsekuensi fungsional negative yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah,
kelelahan/keletihan, resiko cedera, resiko jatuh, resiko berat badan lebih.
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah : Manajemen hiperglikemia,
b. Kelelahan/keletihan : Manajemen energi
c. Resiko cedera : Manajemen keselamatan lingkungan
d. Resiko jatuh : Pencegahan jatuh
e. Resiko berat badan lebih : Edukasi diet
d. Monitor respons
terhadap terapi relaksasi
Terapeutik :
a. Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika
memungkinkan
b. Berikan informasi
tertulis tentang persiapan
dan prosedur teknik
relaksasi
c. Gunakan pakaian
longgar
d. Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
e. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau Tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang
tersedia (mis.
musik.meditasi, napas
dalam, relaksasi otot
progresif)
b. Jelaskan secara rinci
intervensi relaksasi yang
dipilih
c. Anjurkan mengambil
posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
e. Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih
f. Demonstrasikan dan
latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi terbimbing)
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Hari/Tgl : Rabu, 15 februari 2023
Jam : 10.00 wita
Nama Mahasiswa : Zahira Mufida
1. Identitas
a. Nama : Ny.H
b. TTL : sinjai, 05 juni 1958
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Status Kawin : Kawin
e. Agama : Islam
f. Suku : Bugis
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi
a. Pekerjaan saat ini : IRT
b. Pekerjaan sebelumnya : IRT
c. Sumber Pendapatan : Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap
kebutuhan dari anak kandung suami (kuli bangunan)
d. Kecukupan pendapatan : Ny.H mengatakan pendapatan suaminya cukup untuk
kehidupan sehari-hari.
3. Lingkungan tempat tinggal
a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Nampak bersih
b. Penerangan : Baik
c. Sirkulasi udara : ventilasi cukup,terdapat sebuah jendela
dan terbuka
d. Keadaan kamar mandi & WC : Bersih
e. Pembuangan air kotor : septi teng
f. Sumber air minum : air PDAM (dimasak)
g. Pembuangan sampah : terdapat tempat sampah di depan
rumah, dan tiap minggu diangkut truk sampah.
h. Sumber pencemaran : tidak ada
i. Privasi : tidak ada, kamar tidak terdapat skat.
4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Ny.H mengatakan asam urat dan
nyeri pada bagian punggung
2) Gejala yang dirasakan : mengelu nyeri pada bagian punggung
3) Factor pencetus : Ny.H mengatakan nyeri pada bagian punggung akibat
penyakit asam urat yang dideritanya.
4) Timbulnya keluhan : Mendadak
5) Upaya mengatasi : Ny.H mengatakan jika merasakan nyeri, klien hanya
membeli obat di apotek.
6) Lain-lain : Ny.H mengatakan mengomsumsi obat yang di beli di apotek
b. Riwayat Kesehatan masa lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : asam urat
2) Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu, dan lain-lain) : tidak ada
3) Riwayat kecelakaan : Ny.H mengatakan tidak pernah mengalami
kecelakaan
4) Riwayat pernah dirawat di RS : Ny.H mengatakan pernah dirawat di RS
mengalami sakit asam urat.
5) Riwayat pemakaian obat : klien meminum obat piroxicam dan grathazon
yang dibelinya di apotek.
5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan:
Pada saat klien merasakan nyeri pada bagian punggung nya , klien meminum
obat yang dibelinya di apotek.
b. Nutrisi metabolic:
Klien mengatakan makan dua kali sehari. Nafsu makan klien baik. Jenis
makanan yang dikomsumsi klien adalah makanan sehari-hari seperti nasi,
sayur, dan ikan. Klien tidak memiliki alergi terhadap makanan.klien memiliki
pantangan terhadap makanan yaitu sayur kangkong dan ikan mairo.klien
mengatakan kalau makan sayur kangkong dan ikan mairo,kaki klien
membengkak.
c. Eliminasi
BAK :
1) Frekuensi & waktu : Lancar
2) keluhan yang berhubungan dengan BAK : Tidak ada keluhan
BAB :
1) Frekuensi & waktu : 1 kali sehari, waktunya tidak menentu
2) Konsistensi : Padat
3) keluhan yangberhubungandgn BAB: Tidak ada
4) pengalaman memakai pencahar : Tidak ada
d. aktifitas pola Latihan
klien mandi dua kali sehari. Klien terlihat bersih dan rapih. Klien tidak
memiliki masalah terkait aktifitas sehari-hari. Klien mampu secara mandiri
untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
e. Pola istirahat tidur
1) Lama tidur malam : 8 jam tidur
2) Tidur siang : Klien mengatakan sulit tidur pada siang hari
3) keluhan yang berhubungan dengan Tidur :Tidak ada
f. pola kognitif presepsi
1) Masalah dengan penglihatan : tidak ada masalah
2) Pakai kacamata : Tidak memakai kacamata
3) Masalah pendengaran : Tidak ada masalah
4) Memakai alat bantu dengar : Tidak memakai alat bantu dengar
5) Kesulitan membuat keputusan : Tidak memiliki kesulitan
g. Persepsi diri-pola konsep diri
Klien memandang dirinya sebagai lansia yang sudah menjalani hidup selama
65 tahun, klien menerima bahwa sakit yang dialami karena faktor umur
sehingga perlu memperhatikan agar tidak melakukan kegiatan yang terlalu
berat. Klien melihat orang lain memandang dirinya sebagai tetangga yang
baik.
h. Pola peran-hubungan
Klien memiliki peran sebagai ibu rumah tangga didalam lingkungan
keluarga.Klien merasa puas dengan hubungan nya dengan orang lain baik
dengan keluarga maupun dengan masyarakat.
i. Sexualitas
Klien tidak memiliki masalah sexualitas.
j. Koping-Pola Toleransi Stress
Klien jarang mengalami stress karena ketika ada masalah klien yakin terhadap
keyakinannya dan selalu menyerahkan setiap masalahnya kepada Allah SWT.
k. Nilai-Pola keyakinan
Klien menganut agama Islam, dan sangat berpegang teguh pada keyakinannya.
Klien yakin bahwa setiap hal yang terjadi dalam kehidupannya sudah diatur
oleh Allah SWT., baik mengenai kesehatan, rejeki, bahkan jodoh sudah diatur.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
b. TTV : 188/117
c. BB/TB :
d. Kepala
Rambut :
Mata :
Telinga :
Mulut, gigi, dan bibir :
e. Dada :
f. Abdomen :
g. Kulit :
h. Ekstremitas atas :
i. Ekstremitas bawah :
7. Pengkajian khusus
a. Pengkajian fungsi kognitif SPMSQ :
c. Pengkajian status mental lansia dengan mini mental state exam (MMSE) :
No Pertanyaan Nilai
Maksima
Klien
l
Registrasi
Mengingat
Bahasa
Nilai total 20
Cara Analisis:
Total Skor 5
Cara analisis :
Skor :
Skor 2 = selalu
Skor 1 = kadang-kadang
Skor 0 = hampir tidak pernah
8-10 = ringan
4-7 = sedang
0-3 = berat
Sko Uraian
r
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tak dapat
menghadapinya
2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar
darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak
dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang ke
depan
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat
hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu
yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan diri sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai
membahayakan diri sendiri
H. Menarik diri dari sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya memupnyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan gambaran diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam
penampilan saya dan ini membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada
sebelumnya
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan
sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai napsu makan sama sekali
2 Napsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Napsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Napsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya
Interpretasi Hasil
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
16 Depresi berat
dst
f. Screening fall :
No Instruksi Penilaian (Tinetti Balance) Skor
1 Posisi duduk
-Belajar atau slide di kursi (0) 1
-Stabil dan aman (1)
2 Berdiri dari kursi
-Tidak mampu bila tanpa bantuan (0)
1
-Mampu, tapi menggunakan kekuatan lengan (1)
-Mampu berdiri spontan, tanpa menggunakan lengan (2)
3 Usaha untuk berdiri
-Tidak mampu, bila tanpa bantuan (0)
1
-Mampu, tapi menggunakan kekuatan lengan (1)
-Mampu dalam sekali upaya (2)
4 Berdiri dari kursi (segera dalam 5 detik pertama)
-Tidak kokoh (goyah, terhuyun-huyun, tidak stabil) (0)
-Kokoh, tapi dengan alat bantu (walker atau tongkat,
1
pegangan sesuatu) (1)
-Berdiri tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat
bantu/pegangan) (2)
5 Keseimbangan berdiri
-Tidak kokoh (goyah, tidak stabil) (0)
-Berdiri dengan kaki melebar (jarak antara kedua kaki >4
inci) atau menggunakan alat bantu (walker atau tongkat, 1
pegangan sesuatu) (1)
-Berdiri tergak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat
bantu/pegangan (2)
6 Subjek dalam posisi maksimum dengan kaki sedekat
mungkin, kemudian pemeriksa mendorong perlahan tulang
dada subjek 3X dengan telapak tangan
1
-Mulai terjatuh (0)
-Goyah/sempoyongan , tapi dapat mengendalikan diri (1)
-Kokoh berdiri (stabil) (2)
7 Berdiri dengan mata tertutup (dengan posisi seperti no 6) 0
-Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) (0)
-Berdiri kokoh (stabil) (1)
8 Berbalik 360°
-Tidak mampu melanjutkan langkah (berputar) (0)
-Dapat melanjutkan langkah (berputar) (1) 1
Berbalik 360° 1
-Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) (0)
-Berdiri kokoh (stabil) (1)
9 Duduk ke kursi
-Tidak aman (kesalahan mempersepsikan jarak, langsung
menjatuhkan diri ke kursi) (0)
2
-Menggunakan kekuatan lengan atas, tidak secara perlahan)
(1)
-Aman gerakan perlahan (2)
Jumlah 10
No Instrument penelitian (tinetti gait) Skor
10 Melakukan perintah untuk berjalan
-Ragu-ragu, mencari objek untuku, mantap dukungan (0) 1
-Tidak ragu-ragu, mantap, aman (1)
11 Ketinggian kaki saat melangkah 1
Kaki kanan 1
-Kenaikan tidak konstan, menyeret, atau mengangkat kaki
terlalu tinggi >5 cm (0)
-Konstan tinggi langkah normal (1)
Kaki kiri
-Kenaikan tidak konstan, menyeret atau mengangkat kaki
terlalu tinggi >5cm (0) 1
-Konstan dan tinggi langkah normal (1) 1
C. PRIORITAS MASALAH
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
mengeluh nyeri.
D. INTERVENSI
No
Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Dx
1 Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (1.08238)
Setelah dilakukan intervensi Observasi
keperawatan selama 3x a. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kunjungan, maka Tingkat Nyeri durasi, frakuensi, kualitas,
menurun dengan kriteria hasil: Intensitas nyeri.
e. Keluhan nyeri menurun. (5) b. Identifikasi skala nyeri Identifikasi
f. Meringis menurun.(5) respons nyeri non verbal.
g. Gelisah menurun.(5) c. Identifikasi faktor yang
h. Tekanan darah membaik.(5 ) memperberat dan memperingan
nyeri.
d. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri.
e. Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
f. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup.
g. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan.
h. Monitor efek samping penggunaan
analgetik.
Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnoais, akupresur, terapi
musik, biofeodback, terapi pijat,
aromaterapl, teknik imajinasi
terbimbing- kompres
hangatidingin, terapi bermain).
b. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahaya kebisingan).
c. Fasilitasi Istirahat dan tidur.
d. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strutegi
meredakan nyeri.
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
c. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
d. Anjurkan menggunakan ansigetik
secara tepat.
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu.
Menganjurkan P:
Nurul Hidayah, (2019) Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gout Arthritis Di
Panti Sosial Tresna Werha Nirwana Puri Samarinda .
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Pokok bahasan : Asam Urat Sasaran : Lansia
Tempat : Ny. H Kel. Pandang, Kec. Panakkukang, Kota Makassar
Hari/Tanggal : kamis, 16 februari 2023
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga Ny. H mampu memahami
tentang penyakit asam urat.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mampu:
a) Mengetahui tentang penyakit asam urat.
b) Mengetahui pembagian asam urat.
c) Mengetahui tanda dan gejala asam urat.
d) Mengetahui penyebab asam urat
e) Mengetahui komplikasi asam urat.
f) Mengetahui diet bagi penderita asam urat.
3. Materi (terlampir)
Asam urat
4. Metode
a) Diskusi
b) Tanya jawab
5. Media/alat
Leaflet
6. Kegiatan penyuluhan
7. Evaluasi
a. Proses : selama penyuluhan berlangsung
b. Hasil :
Dapat secara subyektif (lisan) menyebutkan
1) Mengetahui tentang asam urat
2) Mengetahui tentang pembagian asam urat
3) Mengetahui tentang tanda dan gejala asam urat
4) Mengetahui penyebab asam urat
5) Mengetahui komplikasi asam urat
6) Mengetahui tentang diet bagi penderita asm ura