Anda di halaman 1dari 51

Telah Di Setujui Pembimbing Klinik Telah Di Setujui Pembimbing Akademik

Hari / Tanggal : / / 2022 Hari / Tanggal : / / 2022


Tandatangan : Tandatangan :

(Ns. Heti Susanti, S.Kep)

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS (PPKGK)


TUGAS KELOMPOK SEMINAR KASUS PADA NY. M DENGAN STROKE NON
HEMORAGIK (SNH) DI RUANG ICU RSUD KEPAHIANG

Di Susun Oleh :

No Nama NPM
1 Diajeng Dwi Lestari ,S.Kep 22260025
2 Dina Aryanti, S.Kep 22260082
3 Dite Ainun Purnama ,S.Kep 22260007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah
Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis di Ruangan ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023.
Selanjutnya tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak
membantu dan membimbing sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih
penulis ucapkan kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untukl mengikuti Praktek Klinik Keperawatan di RSUD Kepahiang.
2. Ibu Ns. Essy Hirosima N,.S.Kep., selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD
Kepahiang.
3. Ibu Ns. Peramasari, S.Kep., Selaku Kepala Seksie Keperawatan RSUD Kepahiang.
4. Ibu Hamsia, SKM selaku Kepala Seksi Profesi dan Asuhan Keperawatan RSUD
Kepahiang.
5. Ibu Ns. Danur Azisah Roeslina Sofasis ,SST,S.Kep.M.Kep., selaku Ketua Program
Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.
6. Ibu Ns. Heti Susantim S.Kep., selaku Clinical Instruktur Ruangan ICU RSUD
Kepahiang.
7. Seluruh Tim Perawat Ruangan ICU RSUD Kepahiang.
8. Seluruh Mahasiswa/Mahasisiwi Prodi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Dehasen Bengkulu.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan berlipat ganda atas mereka yang
memberikan banguan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
sepenuhnya bahan pembuatan dan penyusunan makalah jurnal ini masih terdapat kesalahan
dan kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini .

Kepahiang , Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................................3
D. Manfaat....................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
I. Konsep Stroke Non Hemoragik.....................................................................5
A. Pengertian Stroke Non Hemoragik...........................................................5
B. Etiologi Stroke Non Hemoragik...............................................................6
C. Woc Stroke Non Hemoragik.....................................................................7
D. Patofisiologi Stroke Non Hemoragik.......................................................8
E. Manifestasi Stroke Non Hemoragik.........................................................8
F. Pemeriksaan Penunjang Stroke Non Hemoragik......................................12
G. Komplikasi Stroke Non Hemoragik.........................................................12
H. Penatalaksanaan Stroke Non Hemoragik.................................................14
II. Asuhan Keperawatan Teoritis......................................................................15
A. Pengkajian................................................................................................15
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................19
C. Intervensi Keperawatan............................................................................19
D. Implementasi Keperawatan......................................................................23
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................25
A. Pengkajian................................................................................................25
B. Analisa Data.............................................................................................31
C. Rencana Asuhan Keperawatan.................................................................33
D. Catatan Perkembangan.............................................................................35
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................41
A. Pengkajian................................................................................................41
B. Diagnosa Keperawatan.............................................................................42
C. Intervensi Keperawatan............................................................................42
D. Implementasi Keperawatan......................................................................44
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................45
BAB V PENUTUP..........................................................................................46
A. Kesimpulan..............................................................................................46
B. Saran.........................................................................................................47
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak fokal maupun global
akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa
peringatan dan dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian, akibat
gangguan aliran darah ke otak karena pendarahan maupun non-pendarahan (Patricia
dkk, 2014).
Pada umumnya pasien stroke non hemoragik akan mengalami gangguan
sensori dan motorik yang mengakibatkan gangguan keseimbangan termasuk
kelemahan otot, serta hilangnya koordinasi, hilangnya kemampuan keseimbangan
tubuh dan postur (hemiparesis). Keadaan hemiparesis merupakan salah satu factor
yang menjadi penyebab hilangnya mekanisme refleks postural normal, seperti
mengontrol siku untuk bergerak, mengontrol gerak kepala untuk keseimbangan, rotasi
tubuh untuk gerak-gerak fungsional pada ekstremitas (Agusman dkk, 2017)
Berdasarkan Data WHO (World Health Organization) 2020 secara
keseluruhan bahwa stroke menduduki urutan kedua penyebab dari kematian. Angka
kejadian stroke sebanyak 137 juta orang penderita meninggal pertahun di seluruh
dunia (Kemenkes,2020). Data kesehatan kota Bengkulu tahun 2019, stroke
merupakan penyakit pembunuh utama dengan angka prevalensi sebesar 12.322, dan
termasuk dalam penyebab kematian dan kecatatan (Dinas Kesehatan Bengkulu, 2019)
Menurut data Rekam Medik angka kejadian stroke di RSUD Kepahiang selama 5
tahun terakhir pada tahun 2018 yaitu sebanyak 45 kasus, di tahun 2019 74 kasus, di
tahun 2020 63 kasus, di tahun 2021 24 kasus, dan di tahun 2022 sebanyak 27 kasus
(RM RSUD Kepahiang).
Dampak pada sebagian besar penderita stroke adalah mengalami kelumpuhan
dan kelemahan otot. Gangguan sensorik dan motorik pada stroke mengakibatkan
gangguan kesimbangan termasuk kelemahan otot, penurunan fleksibilitas jaringan
lunka, serta gangguan control motoric pada stroke mengakibatkan hilangnya
koordinasi, kemampuan keseimbanga tubuh untuk mempertahankan posisi, selain itu
dapat menimbulkan cacat fisik yang permanen. Oleh karena itu dibutuhkan
penanganan rehabilitasi sedini mungkin secara cepat dan tepat sehingga membantu
pemulihan fisik yang cepat dan optimal. Serta menghindari kelemahan otot apabila
tidak seera mendapatkan penanganannya (Irfan, 2010)
Untuk penanganan stroke dengan kelemahan otot yaitu dapat dilakukan secara
farmakologi dengan obat-obatan, sedangkan non farmakologi salah satunya bisa
dengan latihan rentang gerak yang di sebut dengan Range Of Motion (ROM). ROM
merupakan latihan yang digunakan untuk mempertahankan atau memperbaiki
kemampuan menggerakkan persendian untuk meningkatkan massa dan tonus otot.
Salah satu bagian dari tubuh yang penting untuk dilakukan ROM ialah ekstremitas, hal
ini karena fungsi tersebut merupakan bagian paling aktif dalam peran aktivitas sehari-
hari (Junaidi, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Garrison alasan dilakukan nya latihan
Rom ini di karenakan menunjukkan bahwa pada pasien stroke akan mengalami
kelemahan pada satu sisi anggota tubuh yang disebabkan oleh penurunan tonus otot,
sehingga tidak mampu menggerakkan tubuhnya (imobilisasi). Immobilisasi yang tidak
mendapatkan penaganan yang tepat akan menimbulkan komplikasi berupa
abnormalitas tonus dan kontraktur (Garrison,2003). Sebaiknya dilakukan tindakan
latihan ROM pasif karena mempengaruhi rentang sendi pada ekstremitas atas dan
bawah pada pasien stroke.
Hasil dari penelitian menurut Astrid et al, didapatkan bahwa kekuatan otot
meningkat dan kemampuan fungsional meningkat secara signifikan setelah diberikan
latihan ROM. Hal ini berarti latihan Rom berpengaruh terhadap peningkatan kekuatan
dan kemampuan fungsional pasien stroke non hemoragik (Astrid et al, 2011)
Sehubungan hal tersebut diperlukan penanganan yang komprehensif demi
mencegah terjadinya tahap penyakit yang lebih lanjut atau bahkan kematian. Disini
diperlukan peran perawat sebagai pelayanan kesehatan dan juga pendidik yang mampu
memberikan asuhan keperawatan kepada klien Stroke Non Hemoragic melalui
pendekatan proses keperawatan yang benar.
Berdasarkan data uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
dalam mengenai “Asuhan keperawatan pada Ny. M Stroke Non Hemoragik (SNH) di
Ruang ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemamparan latar belakang penulis merumuskan masalah
bagaimana gambaran pelaksanaan Asuhan keperawatan pada Ny. M Stroke Non
Hemoragik (SNH) di Ruang ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023”

Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memberikan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan
pada kasus pada Ny. M Stroke Non Hemoragik (SNH) di Ruang ICU RSUD
Kepahiang Tahun 2023
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan
keperawatan dengan Stroke Non Hemoragik (SNH) di Ruang ICU RSUD
Kepahiang Tahun 2023
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan dengan Stroke Non
Hemoragik (SNH) di Ruang ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023
c. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi keperawatan dengan Stroke Non
Hemoragik (SNH) di Ruang ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023
d. Mahasiswa mampu merumuskan implementasi dengan Stroke Non Hemoragik
(SNH) di Ruang ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023
e. Mahasiswa mampu merumuskan evaluasi dengan Stroke Non Hemoragik
(SNH) di Ruang ICU RSUD Kepahiang Tahun 2023
f. Mahasiwa mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan yang telah
diberikan pada pasien Stroke Non Hemoragik (SNH) di Ruang ICU RSUD
Kepahiang Tahun 2023

C. Manfaat Penulis
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan serta informasi yang dapat dimanfaatkan oleh penulis dan
mahasiswa sebagai bahan bacaan dalam memberikan asuhan keperawatan Stroke
Non Hemoragik (SNH)
2. Bagi keilmuan keperawataan
Mendapatkan pengetahuan dan gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan
Stroke Non Hemoragik (SNH), sehingga dapat diaplikasikan saat memberikan
pelayanan keperawatan pada pasien,jurnal ini dapat di jadikan sebagai pedoman
atau panduan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif.
3. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Kepahiang
Mendapatkan gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga diharapkan
dapat dijadikan pedoman umum memberikan pelayanan keperawatan khususnya
pada pasien dengan keluhan Stroke Non Hemoragik (SNH)
4. Bagi pasien dan keluarga
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam merawat pasien
dengan Stroke Non Hemoragik (SNH)
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Stroke merupakan gangguan fungsional otak fokal maupun global akut
dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena, yang sebelumnya tanpa
peringatan, dan dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat atau kematian, akibat
gangguan aliran darah ke otak karena pendarahan ataupun non pendarahan (Junaidi
Iskandar, 2002 dalam Lyan Hernanta).
Stroke hemoragik adalah perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah pada
area tertentu di dalam otak. Kondisi ini menyebabkan aliran darah di bagian tersebut
berkurang. Tanpa pasukan oksigen yang di bawa oleh darah, sel otak dapat cepat mati
sehingga fungsi otak pun terganggu merupakan kondisi yang kritis. Artinya,
perawatan medis perlu diberikan kepada penderita stroke hemoragik sesegera
mungkin. Penanganan dini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan otak
permanen, cacat, dan bahkan kematian (Wilson & Price, 2003 dalam Lyan Hernanta).
Stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif Huda, 2016). Tidak
terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya
dapat timbul edema sekunder (Wijaya & Putri 2013).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan
otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu
kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak. Stroke non-hemoragik dapat
disebabkan oleh trombosis dan emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke
non-hemoragik dan 20% persen sisanya adalah stroke hemoragik yang dapat
disebabkan oleh pendarahan intraserebrum hipertensi dan perdarahan subarachnoid
(Wilson & Price, 2016).

B. Etiologi
Stroke non hemoragik biasanya terjadi karena adanya penyempitan di
pembuluh darah di otak sehingga untuk aliran darah dan oksigen ke otak terhambat
bahkan bisa sampai terhenti. Penyebab stroke biasanya terjadi karena ada beberapa
kombinasi faktor resiko seperti hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes
melitus, obesitas, usia, riwayat keluarga yang menderita stroke dan kekurangan
aktivitas fisik (Brunner & Suddarth, 2001 dalam Lyan Hernanta).
Stroke mempunyai beberapa penyebab faktor atau yang sering di sebut
multifaktor. Terbagi menjadi dua yaitu faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan
(non-modifiable risk faktor) dan faktor resiko yang dapat di kendalikan (modifiable
risk faktor) (Nastiti, 2002 dalam Lyan hernanta).

C. Patofisiologis
Dalam kehidupan sehari-hari otak membutuhkan suplai darah yang konstan di
mana dalam hal ini semua perubahan tekanan perfusi dari sistem sirkulasi sentral di
pelihara oleh suatu fenomena auto regulasi (Lany Sustiyani Syamsir dan Iwan
Hadobroto dalam Lyan hernanta).
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera pada
otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga alitran darah dan suplainya ke bagian otak tidak
adekuat, serta selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskhematik
otak. Bila hal ini terjadi sedemikian rupa hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis
(infrak).
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan hancurnya darah ke jaringan
(hemorrhage).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstisiel
jaringan otak. Konstruksi lokal sebuah arteri mula-mula hanya menyebabkan
sedikit perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan
melampaui batas kritis terjadi pengurangan aliran secara drastic dan cepat.
Akulasi suatu arteri otak akan menimbulkan reduksi perfusi suatu area di mana
jaringan otak normal sekitarnya masih mempunyai pendarahan yang baik
berusaha untuk membantu menyuplai darah melalui jalur anastomi yang ada
(Lany Sustiyani Syamsir Alam dan Iwan Hadibroto dalam Lyan Hernanta).
D. WOC

RESIKO PERFUSI SEREBRAL TIDAK EFEKTIF

NYERI AKUT

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI


GANGGUAN KOMUNIKASI
VERBAL

GANGGUAN MOBILITAS FISIK

GANGGUAN INTEGRITAS
KULIT

DEFISIT NUTRISI

Sumber : SDKI PPNI 2017


E. Manifestasi Klinis

Serangan kecil atau serangan awal stroke biasanya di awali dengan menurunnya daya
ingat dan sering mengalami kebingungan secara tiba- tiba dan kemudian menghilang
dalam 24 jam. Selain itu, tanda dan gejala stroke dapat di amati dari beberapa hal
berikut :
1. Adanya serangan neurologis fokal berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan,
tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
2. Melemahnya otot (hemiplegia), kaku, dan menurunnya fungsi motorik.
3. Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah
satu sisi tubuh seperti mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan, rasa perih
bahkan seperti rasa terbakar di bagian bawah kulit.
4. Gangguan penglihatan, seperti hanya dapat melihat secara parsial atau pun tidak
dapat melihat keseluruhan karena penglihatan gelap dan pandangan ganda sesaat.
5. Menurunnya kemampuan mencium bau maupun mengecap.
6. Berjalan menjadi sulit dan langkahnya menjadi tertatih-tatih bahkan tak jarang
juga bisa mengalami kelumpuhan total.
7. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih sehingga sering kencing tanpa di
sadari.
8. Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi secara baik.
9. Tidak memahami pembicaraan orang lain, tidak mampu membaca, menulis, dan
menghitung secara baik.
10. Adanya gangguan dan kesulitan dalam menelan makanan dan minuman.
11. Adanya gangguan berbicara dan sulit berbahasa yang ditujukkan dengan bicara
yang tidak jelas (rero), sengau, pelo, gagap, dan berbicara hanya sepatah kata,
bahkan sulit memikirkan atau mengucapkan kata kata yang tepat.
12. Menjadi pelupa (demensia) dan tidak mampu mengenali bagian tubuh.
13. Vertigo (kepala pusing) atau perasaan berputar yang menetap saat tidak
beraktivitas.
14. Kelopak mata sulit dibuka.
15. Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri.
Menurut Lanny Sustiani, stroke non hemoragik diklasfikasikan oleh faktor
faktor sebagai berikut :
a. Menumpuknya lemak pada pembuluh darah yang
menyebabkan mulai terjadinya pembekuan darah.
b. Benda asing dalam pembuluh darah jantung.
c. Adanya lubang pada pembuluh darah sehingga darah
bocor yang mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Trigliserida: untuk mengetahui kadar kolestrol LDL tinggi dan kolestrol HDL
rendah terutama pada orang yang memilki berat badan berlebih atau obesitas
biasanya mempunyai kadar trigliserida yang melewati batas normal(Junaidi
Iskandar dalam Lyan Hernanta).
2. CT Scan: untuk membedakan antara stroke Hemoragik dan non Hemoragik.
3. Angiography: untuk melihat gambaran pembuluh darah yang patologis.
4. EEG: untuk melihat area yang spesifik dari lesi otak.
5. MRI: untuk mengetahui adanya perdarahan.
6. Brainplan: untuk mengetahui adanya infark Hemoragik, hematoma, dan
malformasi dari arteri dan vena.
7. Dopler Ultrasonography: untuk mengetahui ukuran dan kecepatan aliran darah
yang melalui pembuluh darah.
8. Skull Roentgenogram: untuk mengetahui klasifikasi intra cranial.
9. Digital Substraction angiography : untuk mengetahui adanya aklusi atau
penyempitan pembulu darah terutama kolusi arteri karotif.
10. Mode Ultrasound: untuk mengukur tekanan darah melalui pembuluh darah
leher.

G. Penatalaksanaan

Untuk penatalaksanaan stroke non hemoragik yaitu :


1. Penatalaksanaan umum
a. Pada fase akut:
1) Mengatur posisi pasien dengan posisi 30° , kepala dan dada berada
pada satu bidang; ubah posisi pasien setiap 2 jam sekali , untuk
mencegah terjadinya luka lecet dibagian belakang.
2) Melakukan bebas jalan nafas memberi oksigen sebanyak ½ liter/menit
karena biasanya untuk orang yang mengalami stroke kesulitan untuk
bernafas lagi/ dengan keadaan setengah sadar.
3) Biasanya terjadi demam pada pasien stroke , dan lakukan kompres
agar menurunkan suhu yang tinggi, dan lihat penyebab apakah terjadi
karena kandung kemih penuh, dikosongkan (sebaiknya menggunakan
kateter).
4) Pemberian nutrisi biasanya melalui ngt untuk pasien yang tidak sadar
atau yang mengalami penurunan kesadaran, hindari cairan yang
mengandung glukosa atau salin isotonic, kemudian untuk pemberian
nutrisi melalui oral jika fungsi menelan baik.
5) Lihat juga untuk kadar gula darah pasien >150mg% harus diperhatikan
sampai batas gula darah 150% dengan melakukan insulin drip di
intravena selama 2-3 hari pertama.
6) Jika tekanan darah belum mencapai sistol >220 mmHg diastole
>120 mmHg maka tekanan darah belum perlu diturunkan.
7) Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20% dan biasanya obat
untuk penurunan tekanan darah yaitu natrium nitropusid, penyekat
reseptor alfa beta, atau antagonis kalsium.
8) Jika pasien terjadi hipitensi, yaitu tekanan darah sistol <90 mmHg dan
diastol <70 mmHg maka dinjurkan memberi cairan NaCL 0.9% 250 ml
selama 1jam dan dilanjutkan sampai 5jam sebanyak 500 ml atau
sampai tekanan hipotensi teratasi.
9) Jika didapatkan tekanan intracranial meningkat, diberikan mannitol
intravena 0,25 g/kgBB per 30 menit dan jika dicurigai memburuk maka
dilanjutkan 0,25 g/kgBB per30 menit setelah 6 jam selama 3-5 hari.
b. Fase rehabilitasi
1) Mempertahankan nutrisi yang adekuat.
2) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi range
of motion (ROM).
3) Mempertahankan integritas kulit tidak terjadi luka lecet.
4) Pertahkan komunikasi yang efektif.
5) Kebutuhan sehari hari terpenuhi.
6) Pasien pulang jika sudah dengan keadaan membaik.
H. Penatalaksanaan Medis Obat
Terapi farmakologi biasanya digunakan pada pasien stroke non hemoragik yaitu :
1. Fibrinolitik/ trombolitik (rtPa/ Recombinant Tissue Plasminogen Activator)
Untuk golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk
mengembalikan perfusi darah yang terambat pada serangan stroke akut. Obat ini
bekerja untuk memecah thrombus dengan mengaktivasi plasminogen yang
terikat pada fibrin. Efek sampingnya biasanya yang sering terjadi adalah risiko
pendarahan seperti pada intracranial atau saluran cerna.
2. Antikoagulan berfungsi sebagai mengurangi pembentukan bekuan darah dan
mengurangi emboli
3. Antiplatelet biasanya sering digunakan pada pasien stroke untuk mencegah
terjadinya agregasi platelet. Agregasi platelet biasanya digunakan untuk pasien
stroke.

I. Komplikasi

Menurut (Junaidi Iskandar dalam Lyan Hernanta) komplikasi stroke yaitu :


Komplikasi yang terjadi pada pasien stroke adalah hemiparesis atau hemiplegi yang
berperan satu sisi tubuh lemah atau bahkan bisa lumpuh. Akibatnya, zat zat terlarut
seprti kolestrol, kalsium dan lain sebagainya akan mengendap pada dinding pembuluh
darah bila penyempitan pembuluh darah terjadi dalam waktu lama, akan
mengakibatkan suplai darah keotak berkurang, bahkan terhenti.
1. Hipoksia: Otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan
kejaringan .
2. Penurunan darah serebral Aliran darah serebral bergantung pada tekanan
darah, curah jantung, darah integritas pembuluh darah serebral.
3. Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibralsi atrium
atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan
aliran darah keotak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.
Distrimia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian
thrombus lokal.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien Stroke Non Hemoragik

A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya untuk
pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data,
identitas dan evaluasi status kesehatan klien (Tarwoto, 2013). Hal-hal yang perlu
dikaji antara lain:
1. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosis medis.
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat
klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif
dan koma.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama,
penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif dan
kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien,
seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia, penghambat beta dan
lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari
riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih
jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
6. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping yang
digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien terhadap
penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga dan
masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya,
baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran
Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran pasien
mengantuk namun dapat sadar saat dirangsang (samnolen), pasien acuh tak
acuh terhadap lingkungan (apati), mengantuk yang dalam (sopor), spoor
coma, hingga penrunn kesadaran (coma), dengan GCS < 12 pada awal
terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan biasanya memiliki
tingkat kesadaran letargi dan compos mentis dengan GCS 13-15.
b. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik memiliki riwata tekanan
darah tinggi dengan tekanan systole > 140 dan diastole > 80. Tekanan
darah akan meningkat dan menurun secara spontan. Perubahan tekanan
darah akibat stroke akan kembali stabil dalam 2-3 hari pertama.
2) Nadi: Nadi biasanya normal 60-100 x/menit
3) Pernafasan: Biasanya pasien stroke non hemoragik mengalami
gangguan bersihan jalan napas.
4) Suhu: Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke non
hemoragik.
c. Rambut
Biasanya tidak ditemukan masalah rambut pada pasien stroke non
hemoragik
d. Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V (Trigeminus)
: biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan pada pasien
koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas halus, pasien akan menutup
kelopak mata. Sedangkan pada nervus VII (facialis) : biasanya alis mata
simetris, dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi, mengerutkan hidung,
menggembungkan pipi, saat pasien menggembungkan pipi tidak simetris
kiri dan kanan tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah,
pasien kesulitan untuk mengunyah.
e. Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
kelopakmata tidak oedema. Pada pemeriksaannervus II (optikus): biasanya
luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III (okulomotorius):
biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor,
palpebral dan reflek kedip dapat dinilai jika pasien bisa membuka mata.
Nervus IV (troklearis): biasanya pasien dapat mengikuti arah tangan
perawat ke atas dan bawah. Nervus VI (abdusen): biasanya hasil yang di
dapat pasien dapat mengikuti arah tangan perawat ke kiri dan kanan.
f. Hidung
Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksaan nervus I (olfaktorius): kadang ada yang
bisa menyebutkan bauyang diberikan perawat namun ada juga yang tidak,
dan biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda danpada
nervus VIII (vetibulokoklearis): biasanya pada pasoien yang tidak lemah
anggota gerak atas, dapat melakukan keseimbangan gerak tangan – hidung.
g. Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, spoor, sopor coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada
pemeriksaan nervus VII (facialis): biasanya lidah dapat mendorong pipi
kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkanrasa manis dan asin.
Pada nervus IX (glossofaringeus): biasanya ovule yang terangkat tidak
simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan pasien dapat
merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII (hipoglosus) : biasanya
pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan,
namun artikulasi kurang jelas saat bicara.
h. Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus
VIII (vestibulokoklearis): biasanya pasien kurang bisa mendengarkan
gesekan jari dariperawat tergantung dimana lokasi kelemahan dan pasien
hanya dapat mendengar jika suara dan keras dengan artikulasi yang jelas.
i. Leher
Pada pemeriksaan nervu X (vagus): biasanya pasien stroke non hemoragik
mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku kuduk biasanya (+)
dan bludzensky 1 (+).
j. Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sama antara kiri dan kanan Perkusi
: biasanya bunyi normal sonor
Auskultasi : biasanya suara normal vesikuler
k. Jantung
Inspeksi : biasanya iktus kordis tidak terlihat Palpasi : biasanya iktus
kordis teraba Perkusi : biasanya batas jantung normal Auskultasi :
biasanya suara vesikuler.
l. Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites Palpasi : biasanya tidak
ada pembesaran hepar.
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar
Pada pemeriksaan reflek dinnding perut, pada saat perut pasien
digores, biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
m. Ekstremitas
1) Atas
Biasanya terpasang infuse bagian dextra atau sinistra. Capillary Refill
Time (CRT) biasanya normal yaitu < 2 detik. Pada pemeriksaan nervus
XI (aksesorius) : biasanyapasien stroke non hemoragik tidak dapat
melawan tahananpada bahu yang diberikan perawat. Pada pemeriksaan
reflek, biasanya saat siku diketuk tidak ada respon apa-apa dari siku,
tidak fleksi maupun ekstensi (reflek bicep (-)). Sedangkan pada
pemeriksaan reflek Hoffman tromner biasanya jari tidak mengembang
ketika di beri reflek ( reflek Hoffman tromner (+).
2) Bawah
Pada pemeriksaan reflek, biasanya pada saat pemeriksaan bluedzensky
1 kaki kiri pasien fleksi ( bluedzensky (+)). Pada saat telapak kaki
digores biasanya jari tidak mengembang (reflek babinsky (+)). Pada
saat dorsal pedis digores biasanya jari kaki juga tidak berespon ( reflek
Caddok (+)). Pada saat tulang kering digurut dari atas ke bawah
biasanya tidak ada respon fleksi atau ekstensi ( reflek openheim (+))
dan pada saat betis di remas dengan kuat biasanya pasien tidak
merasakan apa- apa ( reflek Gordon (+)). Pada saat dilakukan treflek
patella biasanya femur tidak bereaksi saat diketukkan (reflek patella
(+)).
n. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : merasa kesulitan untuk melakukann aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa mudah lelah, susah
untuk beristirahat (nyeri atau kejang otot).
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan terjadikelemahan
umum, gangguan pengelihatan, gangguan tingkat kesadaran.
o. Eliminasi
Gejala : terjadi perubahan pola berkemih
Tanda : distensi abdomen dan kandung kemih, bising usus negatif.
p. Makanan atau Cairan
Gejala : nafsu makan hilang,mual muntah selama fase akut, kehilangan
sensasi pada lidah dan tenggorokan, disfagia, adanya riwayat diabetes,
peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan dan obesitas.
q. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, kelemahan atau kesemutan, hilangnya rangsang
sensorik kontralateral pada ekstremitas, pengelihatan menurun, gangguan
rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : status mental atau tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada
tahap awal hemoragik, gangguan fungsi kongnitif, pada wajah terjadi
paralisis, afasia, ukuran atau reaksi pupil tidak sama, kekakuan, kejang.
r. Pernapasan
Gejala : merokok
Tanda : ketidakmampuan menelan atau batuk , hambatan jalan napas,
timbulnya pernapasan sulit dan suara nafas terdengar ronchi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
Diagnosa yang akan muncul pada kasus stroke non hemoragik dengan menggunakan
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif
3. Gangguan persepsi sensori
4. Gangguan mobilitas fisik

2.1.1 Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Risiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen
serebral tidak keperawatan selama.....jam peningkatan tekanan
efektif b/d diharapkan perfusi serebral intracranial
penurunan sirkulasi dapat teratasi/meningkat 1. identifikasi penyebab
darah keotak dengan Kriteria hasil : peningkatan tekanan
1. Tingkat intracranial(TIK)
kesadaran 2. Monitor tanda
meningkat gejala peningkatan
2. Tekanan Intra tekanan intracranial
Kranial (TIK) menurun 3. Monitor status
3. Tidak ada tanda pernafasan pasien
tanda pasien gelisah. 4. Monitor intake
4. TTV membaik dan output cairan
5. Monitor status
neurologis dengan
GCS
6. Berikan
posisi semi
fowler
7. Cegah terjadinya
kejang
8. Atur ventilator
agar PaCO2 optimal
9. Pertahankan suhu
tubuh normal
2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
fisik berhubungan keperawatan selama.....jam 1. Identifikasi adanya
dengan deficit diharapkan Gangguan keluhan nyeri atau
neurologis secara Mobilitas Fisik dapat fisik lainnya
mendadak teratasi/meningkat dengan 2. Identifikasi
Kriteria hasil : kemampuan dalam
1. Pergerakan melakukan
ekstremitas meningkat pergerakkan
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor keadaan
3. Rentang gerak umum selama
(ROM) meningkat melakukan
4. Kelemahan fisik menurun mobilisasi
4. Libatkan keluarga
untuk membantu
klien dalam
meningkatkan
pergerakan
5. Anjurkan untuk
melakukan
pergerakan secara
perlahan
6. Ajarkan mobilisasi
sederhana yg bisa
dilakukan seperti duduk
ditempat tidur, miring
kanan/kiri, dan latihan
rentang gerak (ROM).
3. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Promosi komunikasi:
komunikasi verbal keperawatan selama......jam defisit bicara
berhubungan diharapkan Hambatan 1. Monitor
dengan penurunan Komunikasi Verbal dapat kecepatan,tekanan,
sirkulasi serebral teratasi/meningkat dengan kuantitas,volume
gangguan Kriteria hasil : dan diksi bicara
pendengaran 1. Kemampuan 2. Identifikasi perilaku
bicara meningkat emosional dan fisik
2. Kemampuan mendengar sebagai bentuk
dan memahami kesesuaian komunikasi
ekspresi wajah / tubuh 3. Berikan dukungan
meningkat psikologis kepada
3. Respon prilaku klien
pemahaman 4. Gunakan metode
komunikasi membaik komunikasi alternatif
4. Pelo menurun (mis. Menulis dan
bahasa isyarat/
gerakan tubuh)
5. Anjurka klien
untuk bicara secara
perlahan
4. Deficit Setelah dilakukan tindakan Deficit perawatan diri
perawatan diri keperawatan selama jam 1. Identifikasi kebiasaan
berhubungan diharapkan Defisit aktivitas perawatan diri
dengan gangguan Perawatan Diri dapat sesuai usia
neuromuskuler teratasi/meningkat dengan 2. Monitor
Kriteria hasil : tingkat
1. Verbalisasi keinginan kemandirian
melakukan perawatan 3. Identifikasi
diri kebutuhan alat
2. mempertahankan bantu kebersihan
kebersihan diri diri
3. mempertahankan 4. Sediakan
kebersihan mulut lingkungan yang
teraupetik
5. Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
( Tim Pokja DPPNI 2019 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi
25

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Ny. M
2. Umur : 73 Tahun
3. Alamat : Batu Kalung
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS : 05 Maret 2023
6. Tanggal Pengkajian : 09 Maret 2023
7. Nomor rekam medis : 12.24.58
8. Diagnosa medis : Stroke Non Henoragik
B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NADA
9. Health promotion
a. Kesehatan umum :
- Alasan masuk rumah sakit :
Keluarga mengatakan pasieng mengalami penurunan kesadaran.
dan kelemahan anggota badan sebelah kanan

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pada saat pengkajian keluarga pasien mengatakan sebelum
dibawa ke UGD RSUD Kepahiang pasien mengalami kelemahan
anggota badan sebelah kanan dan pada tanggal 05 Maret 2023 jam
06.00 pagi, pasien sempat terjatuh pada saat akan ke kamar mandi
dan mengalami penurunan kesadaran lalu keluarga segera membawa
pasien ke UGD RSUD Kepahiang.
Pada saat pengkajian pada tanggal 09 Maret di ruang ICU tingkat
kesadaran pasien Sopor E3M2V1, terpasang oksigen NRM 11L/m,
terpasang OPA, suara napas ronchi basah tampak terdapat secret
warna keputihan kental, tampak ada penggunaan otot bantu napas,
terpasang NGT, rentang gerak (ROM) menurun, terpasang kateter.
Hasil pemeriksaan vital sign pasien yaitu Tekanan darah:
150/100mmHg, HR: 112x/m, RR: 36x/m, T: 36,7oC, SPO2: 95%.
26

c. Riwayat penyakit dahulu


Keluarga pasien mengatakan pasien pernah dirawat dengan penyakit
stroke terakhir kali pada bulan desember tahun 2021 dan riwayat
penyakit hipertensi dengan riwayat penggunaan obat antihipertensi
dengan dosis 1x sehari.

d. Riwayat penggobatan

No Nama Obat Dosis


1 Amlodipine 1x 5 mg

e. Kemampuan mengontrol kesehatan :


- Yang dilakukan bila sakit:
Keluarga membawa pasien kontrol ke layanan kesehatan dan
disiplin minum obat.
- Pola hidup (konsumsi/alcohol/olah raga, dll):
Keluarga pasien mengatakan dulu pasie sering jalan santai pagi.
Namun semenjak pasien sakit stroke pasien tidak pernah jalan
santai lagi.

f. Pengobatan sekarang

No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat


1
2
3
4
10. Nutrition
a. A (Antropometri)
1) BB biasanya : 70kg BB sekarang : 70kg
2) TB: 169cm
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :
27

c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa


bibir, konjungtiva anemis/tidak :
Distribusi rambut merata, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering,
kongjungtiva an anemis.
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makan yang diberikan
selama dirumah sakit :
Terpasang NGT dengan diit cair 400cc/8jam.
e. E (Energi) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama
dirumah sakit : Aktvitas pasien dibantu total oleh perawat jaga.
Kekuatan otot pasien:

1 1
1 1
Ekstremitas lemah, tidak ada luka, tida ada odema, kekuatan otot lemah.

f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,


mengunyah, dll)
Pasien tidak mampu menelan, pasien mengalami penurunan
kesadaran, pasien terpasang NGT.
g. Pola asupan cairan :
IVFD Asering 20tts/m
h. Penilaina status cairan ( balance cairan )

Intake 09/03/23 10/03/23


Cairan infus 1500ml 1500ml
Obat IV 40ml 40ml
Diit (NGT) 1200ml 1200ml
Total 2.740 ml 2.740 ml
Output 09/03/23 10/03/23
Urine 2000ml 2100ml
IWL 43,75 ml 43,75 ml
Feses 100ml 50ml
Total 2.143,7 ml 2.243,7 ml
Balance Cairan 09/03/23 596,3 ml
10/03/23 496,3 ml
28

11. Pemeriksaan Fisik


a. Kepala :
Kepala bersih, warna rambut putih (uban), tidak ada nyeri tekan dan
odema.
b. Mata:
Kongjungtiva an anemis, reflek cahaya ada, pupil isokor.
c. Hidung:
Terpasang oksigen NRM 11L/m, terpasang NGT. Terapat secret
warnah putih kental adanya sumbatan jalan napas.
d. Mulut
Terpasang OPA, terdapat sputumberwarna keputihan kental, mukosa
kering.
e. Sistem pernapasan (thorax):
Bentuk dada normal, frekuensi napas: 36x/m, pola pernapasan
takipnea, penggunaan alat bantu napas NRM 11l/m, suara napas
ronchi basah.
f. Sistem Pencernaan dan status nutrisi:
BB: 70 Kg TB: 169 Cm, tidak terdapat penurunan berat badan dalam
waktu 6 bulan ini, BAB 1X sehari, konsistensi lunak ,BAK terpasang
kateter 2000-2100/ 24 jam, Jenis diit cair 400cc/8 jam lewat NGT,
g. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan odema, tidak ada luka
operasi, tidak ada pembesaran hepar, peristaltik 9x/m.
h. Sistem Syaraf
Pasien mengalami penurunan kesadaran, banyak nervus tidak terkaji
N5: pasien tidak dapat menguyah N10: Pasien tidak dapat menelan,
N11: Pasien tidak mampu menggerakan bahu N12: Pasien terpasang
OPA.
i. System urinary :
Pasien terpasang kateter, produksi urine 200ml/24 jam, warna
kuning, bau khas, tidak ada nyeri tekan pada kandung kemih, tidak
ada distesi kandung kemih.
29

12. Activity/rest :
Pasien mengalami penurunan kesadaran pasien terbaring di tempat tidur,
semua aktivitas di bantu total oleh perawat.

13. Safety/protection
a. Alergi : keluarga mengatakan pasien tidak ada alergi obat dan
makanan
b. Penyakit autoimmune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan thermogulasi : tidak ada
e. Gangguan/resiko : pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien
memiliki riyawat oenyakit hipertensi,

C. CATATAN PERKEMBANGAN
Keadaan umum

JAM 06.00 12.00 18.00 06.00 12.00 18.00


TTV TD 175/100 150/100 186/11 172/104 183/112 189/118
5
NADI 105 112 102 98 103 110
RR 35 36 37 38 36 37
SUHU 36,4 36,7 36,3 36,5 36,7 36,4
GCS EYE 3 3 3 3 3 3
MOTORIK 2 2 2 2 2 2
VERBAL 1 1 1 1 1 1
30

D. DATA LABORATORIUM

Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Metode Nilai rujukan


pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin 14,1 g/dL Cyanmet Hb W : 11,7-15,5
L : 13.2-17.3
Jumlah lekosit 18100 uL Turk/Hema W : 3.600-
analyzer 11.000 L :
3.800-10.600
Jumlah eritrosit 4.61 Juta/uL Hayem/Hema W : 3,8 – 5,2
analyzer L : 4,4 – 5,9
Jumlah trombosit 280.000 uL Direk/Hema 150.000 –
analyzer 440.000
Laju endap darah 18 Mm Westegren W : 0 – 20 L :
0 – 10
Hiff count 0/0/0/89/7/4 % Mikroskopis 0-1/2-4/3-
giemsa 5/50-70/25-
40/2-8
Hematrocit 40 % Kapiler/Hema W : 35 . 47 L
analyzer . 40 – 52
MCV 86 fL Indirek 80-100
MCH 31 Pg Indirek 26-34
MCHC 36 mg/dL Indirek 32-36
RDW / sebaran % Hema 11,5-14,5
ukuran eritrosit analizer
Ureum 29 Mg/dL Urease- 17-43
GLDH
Kreatinin 2,26 Mg/dL Jaffe W : 0,45-0,75
L : 0,62 –
1,10
31

ANALISIS DATA

Nama Pasien : Ny.M

Ruang Rawat : Kenanga RSUD Kepahiang

Diagnosa Medik : SNH

No DATA Etiologi SDKI


1. DS:
Keluarga pasien
mengatakan pasien batuk
berdahak
Pasien sesak napas
Pasien tampak gelisah Sekresi yang tertahan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif
DO: K/U : Lemah (D. 0149)
- Pasien tampak gelisah
- Batuk tidak efektif
- Terdapat suara napas
ronchi (dahak susah
keluar, kala keluar dikit
berwarna putih kental)
- Terpasang NRM 11 L/m
TD : 150/100 Mmhg
T : 36.7 ℃
P : 112 x/m
RR: 36 x/m
Spo2 : 95%

2 DS :
- Keluarga mengatakan Penurunan Gangguan mobilitas
pasien mengalami kekuatan otot fisik
kelemahan anggota (D.0054)
badan sebelah kanan

DO :
- K/U: Lemah
- Pasien tampak tidak bisa
menggerakan badan nya
- Rentang gerak ROM
menurun
- ADL pasien dibantu
keluarga
TD : 150/100 Mmhg
T : 36.7 ℃
P : 112 x/m
RR: 36 x/m
Spo2 : 95%
32

DS :
- Keluarga mengatakan
pasien mengalami
penurunan kedasaran
Hipertensi Resiko perfusi
DO : selebral tidak efektif
- K/U: Lemah (D.0017)
- Pasien tampak gelisah
- Pasien terpasang kateter
- Pasien terpasang NGT
- Pasien terpasang opa
TD : 150/100 Mmhg
T : 36.7 ℃
P : 112 x/m
RR: 36 x/m
Spo2 : 95%
33

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. M

Ruang Rawat : Kenanga RSUD Kepahiang

Diagnosa Medik : SNH

No SDKI SLKI SIKI Rasional


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Utama
Bersihan jalan napas selama 3x24 jam Maka diharapakan Manajemen jalan napas (SIKI,
1
tidak efektif bersihan jalan napas akan meningkat I. 01011)
(D. 0001) dengan kriteria hasil (SLKI: L. 01001) Observasi:
1. Monitor pola napas Untuk mengetahui pola napas
1. Keluhan batuk efektif dipertahankan
pasien frekuensi dan
pada tingkat cukup meningkat (4)
kedalaman
ditingkatkan ke tingkat menurun (1)
2. Monitor bunyi napas Untuk mengetahui apakah ada
2. Produksi sputum dipertahankan
tambahan suara tambahan seperti ronkhi
pada tingkat cukup meningkat (2)
ditingkatkan ke tingkat menurun (5)
3. Monitor sputum Untuk mengetahui jumlah dan
3. Dispnea dipertahankan pada tingkat warna sputum
cukup meningkat (2) ditingkatkan Terapeutik:
ke tingkat menurun (5) 4. Posisikan semi-fowler atau Agar pasien merasa nyaman
fowler dan membantu pernapasan
34

pasien
4. Gelisah dipertahankan pada tingkat
5. Lakukan penghisapan Untuk mengurangi sputum
cukup meningkat (2) ditingkatkan
lender kurang dari 15 detik yang ada
ke tingkat menurun (5)

6. Berikan oksigen .
Untuk membantun pernapasan
Kolaborasi: pasien agar tidak sesak
7. Kolaborasi pemberian Untuk memberikan obat sesuai
nebulizer kebutuhan dalam mengatasi
sesak pasien

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi (I.05173)


fisik
keperawatan selama jam Observasi :
(D.0054)
diharapkan Gangguan Mobilitas 1. Identifikasi adanya Mengetahui adanya nyeri dan
Fisik dapat teratasi/meningkat keluhan nyeri atau fisik lainnya keluhan lainnnya
dengan Kriteria hasil : (L. 05042) 2. Identifikasi kemampuan
1. Pergerakan ekstremitas dalam melakukan pergerakkan Mengetahuin kemampuan dan
meningkat 3. Monitor keadaan umum batasan kemampuan pasien
2. Kekuatan otot meningkat selama melakukan mobilisasi
3. Rentang gerak (ROM) Terapeutik : Mengetahui kondisi pasien
35

meningkat 5. Libatkan keluarga untuk setelah melakauan mobilisasi


4. Kelemahan fisik menurun membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan
Eduksi : Dengan dukungan keluarga
6. Anjurkan untuk melakukan mampu memotifasi pasien
pergerakan secara perlahan
7. Ajarkan mobilisasi
sederhana yg bisa dilakukan Mengajarkan pasien untuk
seperti duduk ditempat tidur, melakukan ambulasi dini
miring kanan/kiri, dan Mengajarkan pasien
latihan rentang gerak melakukan petrgerakan
(ROM). sederhana
3. Setelah dilakukan tindakan Manajemen peningkatan tekanan
Risiko perfusi serebral
keperawatan selama jam intracranial (I.06194)
tidak efektif
(D.0017) diharapkan perfusi serebral dapat Observasi Mengetahui peningkatan TIK
teratasi/meningkat dengan Kriteria 1. identifikasi penyebab
hasil : peningkatan tekanan
1. Tingkat kesadaran meningkat intracranial(TIK) Mengetahui adanya gejala
2. Tekanan Intra Kranial (TIK) 2. Monitor tanda gejala peningkatan tekanan
menurun peningkatan tekanan intracranial
36

3. Tidak ada tanda tanda pasien intracranial Memonitor pola napas pasien
gelisah. 3. Monitor status pernafasan ada sesak atau tidak
TTV membaik pasien.
4. Monitor intake dan output
cairan Mengetahui balnce cairan
Terapeutik:
5. Monitor status neurologis
dengan GCS. Mengetahui tingkat kedasaran
6. Berikan posisi semi fowler. pasien
7. Cegah terjadinya kejang. Agar pasien tidak sesak,
8. Atur ventilator agar Spo2 pasien merasa nyaman
optimal. Pantau suhu tubuh pasien
9. Pertahankan suhu tubuh
normal. Agar oksigen keotak normal
Terapeutik:
10. Kolaborasi pemebarian Agar pasien tidak mengalami
diuretic osmosis hipertermi

Pemberian terapi sesuai


anjuran dokter
37

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny.M

Ruang Rawat : kenanga

Diagnosa Medik : SNH

Hari ke : 1

Hari/Tgl SDKI Implementasi Evaluasi


Kamis DS: Jam 12.30 wib JAM 18.00 Wib
09 maret 2023 Keluarga pasien
1. Monitor pola napas S:
mengatakan pasien
batuk berdahak R/ pola napas pasien cepat, ada cuping hidung, retraksi Ibu pasien mengatakan masih
Pasien sesak napas
dinding dada TD :150/100 Mmhg RR : 36x/m P : 112x/m T terdapat sputum dan suara napas
Pasien tampak gelisah
: 36,7oC Spo2 :95% tambahan pada pasien,dan masi
DO: K/U : Lemah
2. Monitor bunyi napas tambahan sesak
- Pasien tampak
gelisah R/ masih terdengar suara napas ronchi, terdapat sputum. O:
- Batuk tidak efektif Jam 13.25 wib Pasien tampak meringis.
- Terdapat suara
3. Monitor sputum Pasien tampak sesak dan memakai
napas ronchi (dahak
susah keluar, kala R/keluarga pasien mengatakan pasien masih batuk berdahak O2 NRM 11 L/m
keluar dikit
dengan sputum susah keluar. TD : 167/108 Mmhg
berwarna putih
kental) Jam 13.45wib P: 115x/m
- Terpasang NRM 11
38

L/m 4. Posisikan semi-fowler dan fowler RR: 38x/m


TD : 150/100 Mmhg R/ pasien tidur dengan posisi kepala lebih tinggi dari kaki, T: 36,2C
T : 36.7 ℃
P : 112 x/m agar pasien nyaman dan saat bernapas lebih legah.
RR: 36 x/m Jam 14.00 wib
BB: 70 Kg
Spo2 : 95% 5. Melakukan pengisapan sputum (suction) kurang dari 15 A: Masalah bersihan jalan napas
detik. tidak efektif belum teratasi
R/ pasien tampak nyaman saat telah dilakukan pengisapan
sputum, sputum berwarna putih dan kental. P: Intervensi No. 1,2,3,4,5,6
6. Berikan oksigen dilanjutkan
R/terpasang oksigen NRM 11 L/m pasien tampak nyaman
dan sesak sedikit berkurang.

Kamis Gangguan mobilitas Jam 14.00 wib JAM 18.00 Wib


09 maret 2023 fisik
1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik S: -
(D.0054)
R/ Pasien mengalami penurunan kesadaran dan susah O:
DS :
menggerakan sebagian anggota badan. K/u: Lemah
- Keluarga
mengatakan pasien 2. Mengidentifikasi kemampuan dalam melakukan Aktivitas pasien masih dibantu total
mengalami
pergerakkan. oleh keluarga dan perawat.
kelemahan anggota
badan sebelah R/, kekuatan otot pasien lemah dengan nilai 1 TD : 167/108 Mmhg
kanan
P: 115x/m
39

DO : 3. Memonitor keadaan umum. RR: 38x/m


- K/U: Lemah
R/, TD: 150/100, P: 112x/m RR: 36x/m T: 36,2C
- Pasien tampak tidak
bisa menggerakan 4. Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam
badan nya
meningkatkan pergerakan. A: Masalah Gangguan Mobilitas
- Rentang gerak
ROM menurun R/ Keluarga ikut berpartisipasi dalammembantu Fisik belum teratasi
- ADL pasien dibantu
pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
keluarga
TD : 150/100 Mmhg 5. Mengjarkan mobilisasi sederhana yg bisa dilakukan
T : 36.7 ℃
seperti, miring kanan/kiri, dan latihan rentang gerak P: Intervensi 1,2,3,3 dan 5
P : 112 x/m
RR: 36 x/m (ROM). dilanjutkan
Spo2 : 95%
R/ Mencegah terjadinya decubitus.

Kamis Risiko perfusi serebral Jam 14.50 wib JAM 18.00 Wib
09 Maret 2023 tidak efektif
1. Memonitor status pernafasan pasien. S: -
(D.0017)
R/ perbapasan pasien cepat RR: 36x/m O:
DS :
2. Memonitor intake dan output cairan K/u: Lemah
- Keluarga
mengatakan pasien R/ intake output pasien di monitor agar balance cairan Tingkat kesadaran pasien spoor
mengalami
pasien normal. E3M2V1TD : 167/108 Mmhg
penurunan
kedasaran 3. Monitor tingkat kesadaran pasien P: 115x/m
40

DO : R/ tingkat kesadaran pasien spoor E3M2V1 RR: 38x/m


- K/U: Lemah
4. Monitor pupil pasien T: 36,2C
- Pasien tampak
gelisah R/ pupil pasien isokor
- Pasien terpasang
5. Monitor tanda-tanda vital pasien A: Masalah Risiko perfusi serebral
kateter
tidak efektif belum teratasi
- Pasien terpasang R./ TD : 150/100 Mmhg, T : 36.7 ℃ , P : 112 x/m,
NGT
RR: 36 x/m, Spo2 : 95%
- Pasien terpasang
opa
P: Intervensi 1,2,3,3 dan 5
TD : 150/100 Mmhg
T : 36.7 ℃ dilanjutkan
P : 112 x/m
RR: 36 x/m
Spo2 : 95%
BAB IV

PEMBAHASAN

Makalah ini berdasarkan studi kasus yang dilakukan di Ruang ICU


RSUD Kepahiang pada pasien Ny. M yang dirawat dengan diagnosa medis
SNH yang dirawat selama 2 hari pada tanggal 09-10 Maret 2023 di Ruang ICU
RSUD Kepahiang. Asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, Analisa Data,
Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Implementasi Keperawatan
dan Evaluasi Keperawatan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses asuhan keperawatan dan
merupakan proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan Pasien (nursalam
2016). Sumber data didapatkan dari Pasien, keluarga Pasien, anggota tim
perawatan kesehatan, catatan perkembangan, pemeriksaan fisik, hasil
pemeriksaan penunjang (Potter, 2015).
Pada saat pengkajian pada tanggal 09 Maret di ruang ICU tingkat
kesadaran pasien Sopor E3M2V1, terpasang OPA, suara napas ronchi basah
tampak terdapat secret warna keputihan kental, tampak ada penggunaan otot
bantu napas, Pada kasus didapatkan data Jalan Nafas Paten, nafas spontan,
tidak ada obstruksi jalan nafas, gerakan dada simetris, irama nafas cepat,
terdapat sesak, tidak ada pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen NRM
11L/m, terpasang NGT, rentang gerak (ROM) menurun, terpasang kateter.
Adanya peningkatan TIK yaitu peningkatan tekanan darah yang sering
terjadi pada klien stroke. pada kasus didapatkan data , tekanan darah
meningkat TD : 167/108 Mmhg,P: 115x/m, RR: 38x/m,T: 36,2C , SPO2:
95% dan mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS 6 (Sopor).
pada kasus didapatkan data adanya kelemahan pada seluruh ekstermitas,
kebutuhan ADL sepenuhnya dibantu oleh keluarga dan perawat.

1 1
1 1

41
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau potensial Pasien terhadap
masalah kesehatan yang mana perawat mempunyai izin untuk membantu mengatasinnya
(Potter, 2015). Pada masalah keperawatan khusunya pada post op STT Terdapat beberapa
diagnosa Stroke Non Hemoragik menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2016)yaitu:
Berikut merupakan beberapa diagnosa yang mungkin muncul padapasien non hemoragik
stroke(SDKI, 2017).

1. Resikoperfusi serebral tidak efektif (SDKI, D. 0017)


2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI, D. 0001)
3. Gangguan komunikasi verbal (SDKI, D. 0119)
4. Gangguan mobilitas fisik (SDKI, D. 0054)
Dari hasil pengkajian yang telah diakukan pada pasien Ny. Mmaka diagnosa yang kami angkat
sesuai dengan hasil pengkajian yang kami dapat yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (SDKI, D.0001)


2. Gangguan mobilitas fisik (SDKI, D. 0054)
3. Resikoperfusi serebral tidak efektif (SDKI, D. 0017)

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan bagian dari proses keperawatan yang meliputi tujuan perawatan,
penetapan, kriteria hasil, penetapan rencana keperawatan yang akan diberikan pada Pasien
untuk memecahkan masalah keperawatan yang dialami Pasien dari masing-masing rencana
tindakan yang akan diberikan untuk setiap diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi,
perawat mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan Pasien (Potter, 2016). Dalam
teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Pada
kasus Ibu perawat melakukan rencana tidakan keperawatan intervensi meliputi : observasi,
teraputik, edukasi dan kolaborasi. Dalam menyusun rancana tindakan keperawatan pada pasien
ini berdasarkan masalah yang dialami pasien tidak semua rencana tindakan pada teori dapat

42
dilakukan pada tinjauan kasus, karena disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan pasien saat
pengkajian.

43
1. Bersihan jalan napas tidak efektif . .Dalam tinjauan kasus ini, tindakan
yang diberikan pada pasien monitor pola napas: monitor bunyi napas
tambahan, monitor sputum , posisikan semi-fowler atau fowler , lakukan
penghisapan lender kurang dari 15 detik, berikan oksigen, kolaborasi
pemberian nebulizer
2. Gangguan mobilitas fisik .Dalam tinjauan kasus ini, tindakan yang
diberikan pada pasien adalah Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainnya, Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan, Monitor
frekuensi jantung dan tekanan darah sebelummemulai mobilisasi, Libatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan.
3. Resiko Perfusi serebral tidak efektif. Dalam tinjauan kasus ini, tindakan
yang diberikan pada pasien adalah Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrisan, dan reaktifitas pupil,Monitor tingkat kesadaran, Monitor
tanda- tandavital, Monitor kesimetrisan wajah, Monitor respons terhadap
pengobatan.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yang
merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter, 2016).
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam melakukan tindakan
keperawatan ± 6 jam dari 3 diagnosa yang dirumuskan penulis pada tahap
perencanaan, semua intervensi dapat dilaksanakan pada kasus. Adapun
tindakan yang dilaksanakan oleh penulis selama pelaksanaan kasus adalah
sebagai berikut:

1. Bersihan alan napas tidak efektif


- Monitor pola napas: pola napas pasien cepat, ada cuping
hidung, retraksi dinding dada TD :150/100 Mmhg RR :
36x/m P : 112x/m T : 36,7oC Spo2 :95%
- Monitor bunyi napas tambahan : masih terdengar suara
napas ronchi, terdapat sputum.
- Monitor sputum: keluarga pasien mengatakan pasien masih
batuk berdahak dengan sputum susah keluar.
- Posisikan semi-fowler dan fowler: pasien tidur dengan
posisi kepala lebih tinggi dari kaki, agar pasien nyaman
dan saat bernapas lebih legah.
- Melakukan pengisapan sputum (suction) kurang dari 15
detik: pasien tampak nyaman saat telah dilakukan
pengisapan sputum, sputum berwarna putih dan kental.
- Berikan oksigen: terpasang oksigen NRM 11 L/m pasien
tampak nyaman dan sesak sedikit berkurang.
2. Gangguan Mobilitas Fisik
- Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik: Pasien mengalami
penurunan kesadaran dan susah menggerakan sebagian anggota badan.
- Mengidentifikasi kemampuan dalam melakukan pergerakkan:
kekuatan otot pasien lemah dengan nilai 1
- Memonitor keadaan umum: TD: 150/100, P: 112x/m RR: 36x/m
- Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam meningkatkan
pergerakan: Keluarga ikut berpartisipasi dalammembantu pemenuhan
kebutuhan ADL pasien.
- Mengjarkan mobilisasi sederhana yg bisa dilakukan seperti, miring
kanan/kiri, dan latihan rentang gerak (ROM):Mencegah terjadinya
decubitus.
3. Resiko perfusi seleral tidak efektif
- Memonitor status pernafasan pasien : pernapasan pasien cepat RR:
36x/m
- Memonitor intake dan output cairan: intake output pasien di monitor
agar balance cairan pasien normal.
- Monitor tingkat kesadaran pasien: tingkat kesadaran pasien spoor
E3M2V1
- Monitor pupil pasien: pupil pasien isokor
- Monitor tanda-tanda vital pasien: TD : 150/100 Mmhg, T : 36.7 ℃ ,
P : 112 x/m, RR: 36 x/m, Spo2 : 95%

E. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap evaluasi penulis melakukan penilaian keberhasilan dari
implementasi keperawatan yang telah di berikan, apakah masalah teratsi
atau intervensi dilanjutkan. Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil
menurut SLKI DPP PPNI yang telah ditentukan.
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Adapun hasil evaluasi pada tanggal 10 Maret 2023 yaitu:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif belum teratasi ditandai dengan klien
masih terpasang Oksigen NRM 11 L/m.
2. Gangguan mobilitas fisik belum teratasi ditandai dengan data klien masih
tampak lemah, klien tampak terbaring lemah diatas tempat tidur,
kebutuhan ADL klien sepenuhnya masih dibantu oleh keluarga dan
perawat.
3. Resiko Perfusi serebral tidak efektif belum teratasi ditandai dengan klien
masih mengalami penurunan kesadaran ( sopor) dengan nilai GCS 96 dan
Tekanan darah pada klien semakin hari semakin tinggi.
47

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus asuhan keperawatan pada Ny.M dengan masalah
Stroke Non Hemoragik di Ruang ICU RSUD kepahiang yang telah penulis
lakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa Ny. M usia 73 tahun
dengan stroke non hemoragik. Pada saat pengkajian pada tanggal 09
Maret di ruang ICU tingkat kesadaran pasien Sopor E3M2V1, terpasang
OPA, suara napas ronchi basah tampak terdapat secret warna keputihan
kental, tampak ada penggunaan otot bantu napas, Pada kasus didapatkan
data Jalan Nafas Paten, nafas spontan, tidak ada obstruksi jalan nafas,
gerakan dada simetris, irama nafas cepat, terdapat sesak, tidak ada
pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen NRM 11L/m, terpasang
NGT, rentang gerak (ROM) menurun, terpasang kateter. Adanya
peningkatan TIK yaitu peningkatan tekanan darah yang sering terjadi
pada klien stroke. pada kasus didapatkan data , tekanan darah
meningkat TD : 167/108 Mmhg,P: 115x/m, RR: 38x/m,T: 36,2C ,
SPO2: 95% dan mengalami penurunan kesadaran dengan nilai GCS 6
(Sopor). pada kasus didapatkan data adanya kelemahan pada seluruh
ekstermitas, kebutuhan ADL sepenuhnya dibantu oleh keluarga dan
perawat.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah diakukan pada pasien Ibumaka
diagnosa yang diangkat yaitu :Bersihan jalan napas tidak efektif (D.
0001), Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054), Resiko perfusi selebral
tidak efektif (D. 0017).
3. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rancana tindakan keperawatan pada pasien
berdasarkan masalah yang dialami pasien tidak semua rencana tindakan
pada teori dapat dilakukan pada tinjauan kasus, karena disesuaikan
dengan keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian.
48

4. Implementasi
Pada saat impelemtasi keperawatan semua intervensi keperawatan
yang ada pada kasus dapat diimplementasikan sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan, hal ini disebabkan karena Pasien dan keluarga
koperatif pada saat implementasi dilakukan.Tidak ada rencana
keperawatan yang dilakukan penulis di luar rencana tindakan
keperawatan yang ada diteori, penulis melakukan implementasi
dengan rencana yang telah direncanakan sebelumnya untuk memenuhi
kriteria hasil.
5. Evaluasi
Untuk kesinambungan dari asuhan keperawatan perlu dilakukan
evaluasi dari rencanana tindakan yang telah diberikan. Dalam
melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal
memerlukan adanya kerja sama antara pasien, perawat, dokter, dan
tenaga kesehatan lainnnya.
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai keberhasilan tindakan melalui
indikator yang ditetapkan sebelumnya dan dilakukan segera setelah
tindakan maupun setiap akhir shift untuk evaluasi perkembangan.
Hasil evaluasi untuk diagnosa bersihan jalan anaps tidak efektif,
gangguan mobilitas fisik dan resiko perfusi selebral tidak efekti belum
ada yang teratasi. Pasien sudah dirujuk ke rumah sakit lain untuk
perawatan lebih lanjut.

B. Saran
1. Bagi Perawat
Perlu adanya pengetahuan yang lebih baik lagi dalam mengatasi
diagnosa stroke non hemoragik ini agar ini dapat tuntas sehinggadapat
teratasi.
2. Bagi Keilmuan Keperawataan
Diharapkan mendapatkan pengetahuan dan gambaran dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien stroke non hemoragik,
49

sehingga dapat diaplikasikan saat membarikan pelayanan keperawatan


pada pasien,jurnal ini dapat di jadikan sebagai pedoman atau panduan
bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif.

3. Bagi RSUD Kepahiang


Hendaknya pasien dilengkapi dengan pendidikan kesehatan dan
pemulihan kondisi pasien. Alangkah baiknya bila rumah sakit lebih
meningkatkan sarana dan prasarana dalam peningkatan mutu
pelayanan dan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Agusman, Fery & Evi Kusgiarty.(2017). Pengaruh Mirror Therapy Terhadap


Kekuatan Otot Pasien Stroke Non Hemoragik. Jurnal Keperawatan
VOL.4 NO.1 di RSUD Kota Semarang diakses tanggal 20 desember
2021

Astrid, M., Elly, E., & Budianto, B. (2011). Pengaruh Latihan Range of
Motion (ROM) terhadap Kekuatan Otot, Luas Gerak Sendi dan
Kemampuan Fungsional Pasien Stroke di RS Sint Carolus Jakarta..
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 1 (4), 175-182
Bakara, B., & Surani, S. (2016). Latihan Range Of Motion (Rom) Pasif
terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke. Idea Nursing Journal,
7(2), 12-18
Garrison, S. J (2003). Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation, Edisi

II. Philadelphia: Lippincott Wiliams & Wilkins


Hernata Lyan (2013). Ilmu Kedokteran Lengkap Tentang Neurosains.

Yogyakarta:D-MEDIKA
Irfan, Muhammad (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Graha Ilmu :
Yogyakarta

Junaidi, Iskandar (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Andi Offset :


Yogyakarta

M.Clevo Rendy & Margareth TH Nuha (2012) Buku Asuhan Keperawatan


Medikal Bedah dan penyakit dalam, Medika: Yogyakarta

Murtaqib, Murtaqib. (2013). Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM)


Aktif terhadap Perubahan Rentang Gerak Sendi pada Penderita Stroke
di Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. IKESMA, 9(2).
Ngatini, Ngatini, Wardaningsih, Shanti, & Afandi, Moh. (2016). Pengaruh
Latihan Pasrah Diri dan Latihan Range of Motion Melalui Discharge
Planning Terhadap Perubahan Activity Daily Living pada Pasien Stroke
Iskemik. IJNP (Indonesian Journal of Nursing Practices), 1(1), 48–54.
Patricia GM, et al.(2014). Keperawatan Kritis Pendekatan Asuhan Holistik
Volume 1 dan 2., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta diakses
tanggal 28 maret 2022

Rahayu, K. I (2015). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (ROM)


Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Stroke Di Rsud Gambiran.
Jurnal Keperawatan , 6, 1-10.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017 Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019 Standar intervensi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019 Standar Luaran Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP
PPNI.

Anda mungkin juga menyukai