Anda di halaman 1dari 105

LAPORAN PRESENTASI KASUS DAN LAPORAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KASUS DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RSUD AL IHSAN PROVINSI
JAWA BARAT: PENDEKATAN EVIDENCE BASED NURSING
PRACTICE KOMBINASI ANKLE PUMP EXERCISE DAN ELEVASI KAKI
30O TERHADAP EDEMA PADA KAKI

diajukan untuk memenuhi tugas stase Keperawatan Medikal Bedah Holistik


Islami
Dosen Pengampu:
Sri Atun, S.Kep., M.Kep., ETN

Disusun Oleh :
Ariska Laraswati
Rida Alkania
Ananda Herdanta S.
Sania Sundari
Zein Al Syurfah
Endang Sudrajat

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Bimillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah, Alhamdulillah penulis


panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia serta
ridho-Nya, sehingga dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus stase
Keperawatan Medikal Bedah Holistik Islami ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat
serta salam penulis limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Atas rahmat dan inayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas presentasi kasus ini dengan judul “Laporan Presentasi
Kasus Dan Laporan Asuhan Keperawatan Pada Kasus Dengan Diagnosa Medis
Chronic Kidney Disease (Ckd) Di Rsud Al Ihsan Provinsi Jawa Barat: Pendekatan
Evidence Based Nursing Practice Kombinasi Ankle Pump Exercise Dan Elevasi
Kaki 30o Terhadap Edema Pada Kaki”. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah
satu tugas presentasi kasus stase Keperawatan Medikal Bedah Holistik Islami di
PPN XI Universitas ‘Aisyiyah Bandung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Atun, S.Kep., M.Kep.,
ETN selaku dosen pembimbing PPN XI Kelompok 8 stase Keperawatan
Medikal Bedah Holistik Islami yang telah memberikan bimbingan, ide, dan
saran. Laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan, do’a
dan juga dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari laporan ini jauh dari
kata sempurna, baik dari isi maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu,
penulis berterima kasih jika adanya kritik maupun saran untuk membangun
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat dan selalu mendapatkan
ridho dari Allah SWT, aamiin allohuma aamiin.

Bandung, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan...........................................................................................................3
C. Metode Penyusunan Laporan........................................................................4
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT................................................................5
A. Konsep Dasar Chronic Kidney Desease....................................................5
1. Definisi......................................................................................................5
2. Anatomi Fisiologi Ginjal...........................................................................6
3. Etiologi....................................................................................................10
4. Manifestasi Klinis....................................................................................11
5. Patofisiologi.............................................................................................13
6. Pathway...................................................................................................15
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................15
8. Penatalaksanaan Medis............................................................................16
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD). . .17
1. Pengkajian...............................................................................................17
2. Diagnose Keperawatan...............................................................................20
3. Perencenaan Keperawatan.......................................................................20
4. Implementasi Keperawatan.....................................................................24
5. Evaluasi Keperawatan.............................................................................24
BAB III Tinjauan Kasus......................................................................................26
A. Pengkajian...................................................................................................26
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................37
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................39
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan...................................................50
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................88
A. Pengkajian...................................................................................................88
B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................90

ii
C. Intervensi Keperawatan...............................................................................91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................93
A. Kesimpulan.................................................................................................93
B. Saran............................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................96

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal ginjal adalah suatu keadaan penurunan fungsi ginjal secara


mendadak. Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut
sampah metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan
yang biasanya di eliminasi di urine menumpuk dalam cairan tubuh akibat
gangguan eksresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan
metabolik, cairan, elektrolit serta asam basa (Harmilah, 2020 dalam Mait
et al., 2021).
Jumlah kasus gagal ginjal di Indonesia cukup tinggi. Berdasarkan
data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 jumlah pasien gagal
ginjal kronik di Indonesia sebanyak 713.783 penderita dengan angka
tertinggi berada di Jawa Barat dengan jumlah 131.846 penderita dan angka
terendah berada di Kalimantan Utara dengan 1.838 penderita. Sedangkan
di Provinsi Lampung insiden gagal ginjal kronik yaitu 22.171 penderita.
Ginjal berfungsi sebagai organ pengatur keseimbangan air dan elektrolit,
keseimbangan asam basa, ekskresi air dari sisa metabolik dan toksin, serta
mengeluarkan beberapa hormon (hormon renin, eritropoietin,
prostaglandin). Ginjal juga mengatur transportasi garam, air dan elektrolit .
Apabila terjadi kerusakan pada ginjal, maka akan menyebabkan penurunan
fungsi ginjal sehingga terjadi gagal ginjal. Gagal ginjal dapat bersifat akut
dan kronik. Gagal ginjal kronik mengakibatkan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh yang normal. Gangguan fungsi ginjal tersebut jika tidak segera
diatasi, maka akan berpontensi menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut
yang dapat berujung pada kematian. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk meminimalkan risiko yang menyebabkan kerusakan

1
ginjal lebih lanjut salah satunya dengan tindakan hemodialisa.
Hemodialisa adalah terapi pengganti ginjal pada pasien gagal ginjal yang

2
3

bertujuan untuk menghilangkan sisa toksik, kelebihan cairan dan untuk


memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dengan prinsip osmosis dan
difusi dengan menggunakan sistem dialisa eksternal dan internal.
Berdasarkan penelitian yang berjudul Epidemiology of haemodialysis
outcomes, menunjukkan bahwa hampir 4 juta orang di dunia hidup dengan
terapi penggantian ginjal, dan hemodialisis (HD) tetap menjadi bentuk
terapi penggantian ginjal yang paling umum, terhitung sekitar 69% dari
semua terapi penggantian ginjal dan 89% dari semua dialisis. Data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, proporsi hemodialisis pada pada
penduduk berumur >15 tahun dengan gagal ginjal kronik di Indonesia
yaitu 2.850 penduduk, dengan angka tertinggi berada di Jawa Barat
berjumlah 651 penderita (Putri et al., 2023).
Hemodialisis mengakibatkan munculnya beberapa komplikasi
yaitu hipotensi dan kram otot, komplikasi tersebut memberikan stressor
fisiologis kepada pasien. Selain mendapatkan stressor fisiologis, pasien
juga mengalami stressor psikologis. Stressor psikologis diantaranya adalah
pembatasan cairan, pembatasan konsumsi makanan, gangguan tidur,
ketidakjelasan tentang masa depan, pembatasan aktivitas rekreasi,
penurunan kehidupan sosial, pembatasan waktu dan tempat bekerja, serta
faktor ekonomi. Pasien akan kehilangan kebebasan karena berbagai aturan
dan sangat bergantung kepada tenaga kesehatan, kondisi ini
mengakibatkan pasien tidak produktif, pendapatan akan semakin menurun
atau bahkan hilang sehingga hal tersebut dapat memengaruhi kualitas
hidup. Kelebihan cairan pada pasien HD dapat menimbulkan komplikasi
lanjut, seperti hipertensi, aritmia, kardiomiopati, uremic pericarditis, efusi
perikardial, gagal jantung, serta edema pulmonal, nyeri pleura, efusi
pleura, uremic pleuritis, uremic lung, dan sesak nafas (Prabowo & Pranata,
dalam Mait et al., 2021).
Pada pasien dengan CKD untuk menurunkan edema pada kaki
maka diberikan intervensi yaitu dengan menggunakan terapi kombinasi
ankle pump exercise dan elevasi kaki 30o terhadap edema pada kaki
4

sehingga muncul rumusan masalah yaitu “Apakah dengan


menggunakan terapi non farmakologi terapi kombinasi Ankle Pump
Exercise Dan Elevasi Kaki 30o dapat menurunkan edema kaki pada
pasien CKD (Chronic Kidney Disease)?”.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang, maka tujuan yang ingin dicapai


dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD
(Chronic Kidney Disease) di RSUD Al-Ihsan provinsi jawa
barat.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melengkapi laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan dengan diagnosa medis CKD (Chronic
Kidney Disease)
b. Mahasiswa dapat menegakan diagnosa keperawatan pada
klien dengan CKD (Chronic Kidney Disease) di RSUD Al-
Ihsan
c. Mahasiswa dapat melakukan intervensi keperawatan yang
sesuai dengan masalah keperawatan pada pasien dengan
CKD (Chronic Kidney Disease) dengan menerapkan terapi
non farmakologi seperti terapi kombinasi ankle pump
exercise dan elevasi kaki 30o terhadap edema pada kaki.
d. Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan
keperawatan
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari hasil tindakan
keperawatan.
5

C. Metode Penyusunan Laporan

BAB 1 : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan yang terdiri dari
tujuan umum dan tujuan khusus, dan metode penyusunan laporan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Mengemukakan teori dan konsep dari penyakit berdasaran masalah
yang ditemukan pada pasien dan konsep dasar asuhan keperawatan
yang meliputi pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
pada pasien CKD (Chronic Kidney Disease) di ruang Abdurrahman bin
Auf RSUD AL – IHSAN Provinsi Jawa Barat
BAB III: TINJAUAN KASUS
Tinjauan kasus berisiskan tentang laporan kasus klien yang dirawat,
sistematika dokumentasi proses keperawatan yang dimulai dari
pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan catatan
perkembangan.
BAB IV: PEMBAHASAN
Pada bab ini berisikan tentang analisa terhadap kesenjangan antara
konsep dasar dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisikan kesimpulan yang diambil penulis setelah
melakukan asuhan keperawatan serta mengemukakan saran dari seluruh
proses kegiatan keperawatan yang telah dilakukan.
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Konsep Dasar Chronic Kidney Desease

1. Definisi
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease (CKD))
didefinisikan sebagai kerusakan fungsi ginjal yang terjadi lebih dari 3
bulan, berupa kelainan struktural maupun fungsional ginjal dengan atau
tanpa disertai penurunan laju filtrasi glomerulus (Glomerulus Filtration
Rate / GFR) dengan manifestasi kelainan patologis atau terdapat tanda –
tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia darah,
urin atau kelainan radiologis. CKD merupakan suatu kondisi dimana organ
ginjal sudah tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh
berupa bahan yang biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk
dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal dan menyebabkan
gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam
basa.
CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irrevesible dimana kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia
(Elinsanse, 2022).
Gagal ginjal kronik merupakan akibat terminal destruksi jaringan
dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung berangsur-angsur. Keadaan
ini dapat pula terjadi karena penyakit yang progresif cepat disertai awitan
mendadak yang menghancurkan nefron dan menyebabkan kerusakan
ginjal yang irreversible (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2017). Sedangkan
menurut Setiati (2015) gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu
derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. Gagal ginjal kronik merupakan gangguan

6
7

fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh mengalami


kegagalan untuk mempertahankan metabolism, keseimbangan cairan dan
elektrolit, sehingga menyebabkan uremia(Dila & Panma, 2019)

2. Anatomi Fisiologi Ginjal

1) Anatomi Ginjal
Lokasi ginjal berada dibagian belakang dari kavum abdominalis, area
retroperianeal bagian atas pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan
melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah
kacang merah, jumlahnya ada 2 buah yang terletak pada bagian kiri
dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan. Pada orang dewasa
berat ginjal ±200 gram. Pada umunya ginjal laki-laki lebih panjang
daripada ginjal wanita.
a) Struktur Makroskopis Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).
b) Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat
penyaringan darah ini banyak mengandung kapiler darah yang
tersusun bergumpal-gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bowman, dan gabungan
antara glomerolus dengan simpai bowman disebut badan
malpighi. Penyaringan darah terjadi pada bagian malpighi,
yaitu diantara glomerolus dan simpai bowman. Zat-zat yang
terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bowman.
Dari sini maka zat-zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang
merupakan lanjutan dari simpai bowman yang terdapat di
dalam sumsum ginjal.
c) Sumsum Ginjal (Medula)
8

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang


disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks
dan puncaknya disebut apeks atau papila renis mengarah ke
bagian dalam ginjal. satu piramid dengan jaringan korteks di
dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah
tampak bergaris-garis karena terdiri atas berkas saluran paralel
(tubuli dan duktus kolingentes). Diantara piramid terdapat
jaringan korteks yang disebut kolumna renal. Pada bagian ini
berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan
dari simpai bowman. Di dalam pembuluh halus ini terngkut
urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan
malpighi setelah mengalami berbagai proses.
d) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sebelum berbatasan dengan jaringan
ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks
mayor, yang masing-masing bercabang membentuk beberapa
kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid.
Kaliks minor ini menampung urine yang terus keluar dari
papila. Dari kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renis, ke ureter, hingga ditampung dalam kandung kemih
(vesika urinaria). (Nuari dan Widayati, 2017)
e) Struktur Mikroskopis Ginjal
Satuan struktur dan fungsional ginjal yang terkecil disebut
nefron. Tiap- tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan
tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh
darah yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler yang mengitari
tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsula bowman,
serta tubulus-tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus kontortus pengumpul dan
lengkung henle. Henle yang terdapat pada medula. Kapsula
9

Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng


dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus)
yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut
podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara
teratur sehingga celah-celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerulus disebut korpuskel renal,
bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan
tubulus kontortus proksimal karena jalannya berkelok-kelok,
kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal
kemudian menjadi tipis disebut ansa henle atau loop of henle,
karena mebuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus
kontortus distal. (Nuari dan Widayati, 2017).

f) Vaskularisasi Ginjal
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan
dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi
arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal
10

bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut


dengan glomerulus dan dikelilingi oleh alat yang disebut
dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan
pertama dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
(Nuari dan Widayati, 2017)
2) Fisiologi Ginjal
Ginjal memainkan peran penting dalam mengatur volume dan
komposisi cairan tubuh, mengeluarkan racun, dan menghasilkan
hormon seperti renin, eritroprotein, dan bagian aktif vitamin D.
Sebelum menjadi urin, didalam ginjal akan terjadi tiga macam proses,
yaitu :
a) Penyaringan (filtrasi)
Proses pembentukan urin diawali dengan penyaringan darah yang
terjadi di kapiler glomerolus. Sel-sel kapiler glomerolus yang
berpori (podosit), tekanan dan permeabilitas yang tinggi pada
glomerolus mempermudah proses penyaringan. Selain
penyaringan, di glomerolus juga terjadi penyerapan kembali sel-sel
darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-
bahan kecil yang terlarut di dalam plasma darah, seperti glukosa,
asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan urea dapat
melewati filter dan menjadi bagian dari endapan. Hasil
penyaringan di glomerolus disebut filtrat glomerolus atau urin
primer, mengandung asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan
garam-garam lainnya.
b) Penyerapan Kembali (reabsorbsi)
Bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam urin primer akan
diserap kembali di tubulus kontortus proksimal, sedangkan di
tubulus distal terjadi penambahan zat-zat sisa dan urea.
Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam
amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui
11

peristiwa osmosis. Penyerapan air terjadi di tubulus proksimal dan


tubulus distal. Subtansi yang masih diperlukan seperti glukosa dan
asam amino dikembalikan ke dalam darah. Zat amonia, obat-
obatan seperti penisilin, kelebihan garam dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan bersama urin. Setelah terjadi reabsorbsi maka
tubulus akan menghasilkan urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat
sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya urea.
c) Augmentasi
Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang
mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Dari tubulus-tubulus
ginjal, urin akan menuju ke rongga ginjal, selanjutnya menuju
kantong kemih melalui saluran ginjal. jika kantong kemih telah
terisi urin, dinding kantong kemih akan tertekan sehingga timbul
rasa ingin berkemih. Urin akan keluar melalui uretra. Komposisi
urin yang dikeluarkan melalui uretara adalah air, garam, urea, dan
sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi
memberi warna dan bau pada urin. (Nuari dan Widayati, 2017)

3. Etiologi
3. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan CKD
bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal (Muttaqin & Sari,
2014). Adapun penyebab CKD adalah sebagai berikut: (Almardhiyah,
2016).
1) Kondisi ginjal
Infeksi saringan (glomerulus) : Glomerulonefritis, Infeksi bakteri
seperti ureteritis, pielonefritis. Nefrolitiasis (batu ginjal), Kista di
ginjal: ginjal polisitis khususnya merusak ginjal, kanker ginjal,
sumbatan seperti batu, tumor, dan penyempitan
2) Penyakit umum yang tidak berhubungan dengan ginjal
Penyakit sistemik seperti Lupus sistemik, kolesterol tinggi, hipertensi,
diabetes melitus, dan dislipidemia eritematosus, TB paru, sifilis,
12

malaria, hepatitis, pre-eklampsia, dan obat-obatan adalah hasil dari


infeksi internal.
Penyebab utama CKD pada anak berbeda dari penyebab pada populasi
dewasa. Penyebab CKD paling sering terjadi pada anak, seperti uropati
obstruktif dan nefropati refluks, hipoplasia/diplasia ginjal,
glomerulosklerosis fokal segmental primer (sindrom nefrotik), sindrom
uremik hemolitik, glomerulonefritis kompleks imun/glomerulonefritis
kronik, nefropati yang diwariskan seperti penyakit polikistik ginjal, serta
penyebab lain yang cukup jarang terjadi seperti penyakit ginjal terkait
dengan obat atau racun (Becherucci et al., 2016).
Glomerunefritis dapat terjadi karena kelainan imunologik, gangguan
koagulasi, defek biokimia, atau efek toksik langsung pada ginjal. Kelainan
imunologik merupakan mekanisme predominan dalam gangguan
glomeruli pada anak. Salah satu kelainan imunologik ini adalah henoch
schonlein purpura. Henoch schonlein purpura (HSP) adalah bentuk
tersering vaskulitis pada anak. Vaskulitis adalah peradangan dan kerusakan
pembuluh darah sehingga menyebabkan iskemia pada jaringan yang akan
diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut. HSP di perantarai oleh IgA di
pembuluh darah kecil pada ginjal yang menyebabkan glomerunefritis dan
mengakibatkan sindrom nefrotik (Bernstein, 2017). Penelitian Kim et.al.,
(2021) dari total 186 pasien anak dengan HSP terdapat 67 anak atau 36%
mengalami gangguan pada ginjal dengan insidensi terbanyak pada
perempuan berumur antara 4-10 tahun.
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis berkembang seiring waktu jika
kerusakan ginjal berlangsung lambat. Tanda dan gejala penyakit ginjal
mungkin termasuk : (Milnawati, 2019).
1) Mual
2) Muntah
3) Kehilangan nafsu makan
4) Kelelahan dan kelemahan
5) Masalah tidur
6) Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil
13

7) Otot berkedut dan kram


8) Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki
9) Gatal terus menerus
10) Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
11) Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru
12) Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan

Menurut Hamzah dkk, (2021), Tanda dan gejala klinis pada gagal
ginjal kronik dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai
organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak.
Sehingga kerusakan kronis secara fisiologis ginjal akan mengakibatkan
gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah tanda
dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis :
1) Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering,
penurunan tugor kulit, kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi
penurunan kesadaran dan nyeri kepala yang hebat. Dampak dari
peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya
otot mengalami kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak
terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik. Tanda paling
khas adalah penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi .
2) Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic
pericarditis, effusi perikardial (kemungkinan bisa terjadi tamponade
jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer.
3) Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi
pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritis dan uremic lung
dan sesak nafas.
4) Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa
gastrointestinal karena stomatitis, ulserasi dan perdarahan gusi, dan
kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif
duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis.
14

Kejadian sekunder biasanya mengikuti seperti anoreksi, nause, dan


vomitting.
5) Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp.
Selain itu, biasanya juga menunjukkan adanya purpura, ekimosis,
petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
6) Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal
pada lengan dan kaki. Selain itu, juga adanya kram pada otot dan
refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat,
iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan
adanya perubahan metabolik encephalopathy.
7) Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan
gangguan siklus menstruasi pada wanita, impoten, penurunan seksresi
sperma, peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan metabolisme
karbohidrat.
8) Hepatopoiteic
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah,
trombositopenia (dampak dari dialisis), dan kerusakan platelet.
Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan
dengan adanya pendarahan ( purpura, ekimosis, dan petechiae).
9) Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis,
danklasifikasi (otak, mata, gusi, sendi, miokard).

5. Patofisiologi
1) Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam
untuk pemeriksaan klirens kreatini. Akibat dari penurunan GFR, maka
klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan
nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
15

2) Gangguan klirens renal


Banyak masalah muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, menyebabkan penurunan klirens
(subtansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
3) Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsetrasi atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahan cairan dan natrium,
sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
4) Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritroprotein yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defiensi nutrisi, dan
kecenderungan untuk terjadi pendarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran GI.
5) Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling
timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan turun.
Dengan menurunnya GFR maka tejadi peningkatan kadar fosfat serum
dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini
akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal,
tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon,
akibatnya kalsium di dalam tulang menurun menyebabkan perubahan
pada tulang dan penyakit tulang.
6) Penyakit tulang uremik (osteodiostrofi)
Terjadi perubahan kompleks kalsium fosfat dan keseimbangan
parathormon
16

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Zuliani dkk, (2021) pemeriksaan penunjang pada penyakit CKD
dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium :
a. Laju endap darah
Laju endap darah akan meninggi diperberat oleh
anemia, hipoalbuminemia, dan retilulosit yang rendah.
b. Ureum dan kreatinin
Ureum dan kreatinin meninggi. Perbandingan antara ureum dan
kreatinin 20:1. Biasanya perbandingan ini bisa meninggi karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid,
dan obstruksi saluran kemih.
c. Hiponatremi
Umumnya karena kelebihan cairan dan bersamaan dengan menurunnya
diuresis.
d. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
17

Hipokalsemia dan hiperfosfatemia terjadi karena berkurangnya sintesis


vitamin D3 pada CKD.
e. Phospat maninggi
Phospat meninggi diakibatkan ganggguan metabolisme tulang,
terutama isoenzim fosfatase lindi tulang.
f. Hipoalbuminemia
Biasanya disebabkan oleh gangguan metabolisme dan diet rendah
protein.
g. Kadar gula darah meningkat
Diakibatkan oleh gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal
(resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
h. Hipertrigliserida
Disebabkan oleh gangguan metabolisme lemak yang disebabkan
peninggianhormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
i. Asidosis metabolik
Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan pH
yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semua
disebabkan retensi asam organic dalam gagal ginjal. Kapiler adalah
bagian dari satu kesatuan nefron. Ketika nefron rusak, perfusi ginjal
menurun secara berkelanjutan, saat perfusi ginjal dan nefron turun,
ginjal menjadi kurang mampu mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit serta mengeliminasi produk sisa dari tubuh (LeMone
et.al., 2019).

8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kowalak, (Dila & Panma, 2019). penatalaksanaan medis pada
gagal ginjal kronik adalah:
1) Diet
2) Pemberian obat
3) Transfusi sel darah merah untuk mengatasi anemia
4) Dialisis
5) Transplantasi ginjal
18

6) Perikardiosentesis darurat atau pembedahan darurat untuk


penanganan kor tamponade

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)

1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data Awal
2) Identitas pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
nomor register dan diagnosa medis.
3) Identitas Penangung jawab Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan hubungan.
b. Riwayat Kesehatan Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh
pasien sebelum masuk ke rumah sakit. Pada pasien dengan gagal ginjal
kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai dari
urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa
kering, rasa lelah, napas bau (amonia), dan gatal pada kulit (Ramadhani,
2017).
c. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami penurunan
frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan
fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia, rasa sakit
kepala, dan perubahan pemenuhan nutrisi (Ramadhani, 2017).
d. Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai
riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung,
penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi
sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.
Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu
dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan
(Muttaqin & Sari, 2011).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit vaskuler hipertensif, penyakit metabolik , riwayat
menderita penyakit gagal ginjal kronik.
f. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Pola Aktivitas / Istirahat
Biasanya pasien mengalami kelelahan ekstrim,kelemahan, malaise,
gangguan tidur (insomnia/gelisah atau samnolen), penurunan rentang
gerak (Haryono, 2013).
19

2) Pola Nutrisi dan Metabolisme


Biasanya pasien mual, muntah, anoreksia, intake cairan inadekuat,
peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan
(malnutrisi), nyeri ulu hati, rasa metalik tidak sedap pada mulut
(pernafasan amonia) (Haryono,2013).
3) Pola Eliminasi
Biasanya pada pasien terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria
(gagal tahap lanjut), abdomen kembung, diare konstipasi, perubahan warna
urin (Haryono 2013).
4) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, menolak,
ansietas, takut, marah, mudah, perubahan kepribadian, kesulitan
menentukan kondisi, contoh tidak mampu bekerja, mempertahankan
fungsi peran.
5) Pola reproduksi dan seksual
Penurunan libido, amenorea, infertilitas(Haryono, 2013).
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keluhan umum dan tanda-tanda vital
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat. Tingkat kesadaran
menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi
system saraf pusat. Pada hasil pemeriksaan vital sign, sering didapatkan
adanya perubahan pernafasan yang meningkat, suhu tubuh meningkat serta
terjadi perubahan tekanan darah dari hipertensi ringan hingga menjadi
berat (Muttaqin & Sari,2011).
2) Pengukuran antropometri:
Penurunan berat badan karena kekurangan nutrisi, atau terjadi peningkatan
berat badan karena kelebihan cairan.
3) Kepala
a) Mata : konjungtiva anemis, mata merah, berair, penglihatan kabur, edema
periorbital.
b) Rambut: rambut mudah rontok, tipis dan kasar.
c) Hidung : biasanya ada pernapasan cuping hidung
d) Mulut : nafas berbau amonia, mual,muntah serta cegukan, peradangan
mukosa mulut.
4) Leher : terjadi pembesaran vena jugularis.
5) Dada dan toraks : penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan dangkal
dan kusmaul serta krekels, pneumonitis, edema pulmoner, friction rub
pericardial.
6) Abdomen : nyeri area pinggang, asites.
7) Genital : atropi testikuler, amenore.
20

8) Ekstremitas : Capitally revil time > 3 detik, kuku rapuh dan kusam serta
tipis, kelemahan pada tungkai, edema, akral dingin, kram otot dan nyeri
otot, nyeri kaki, dan mengalami keterbatasan gerak sendi.
9) Kulit : ekimosis, kulit kering, bersisik, warna kulit abu-abu, mengkilat atau
hiperpigmentasi, gatal (pruritus), kuku tipis dan rapuh, memar (purpura),
edema.
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Menurut Muttaqin (2011) dan Rendi & Margareth (2012) hasil
pemeriksaan laboratoium pada pasien gagal ginjal kronik adalah :
a) Urine, biasanya kurang dari 400ml / 24 jam (oliguria) atau urine tidak ada
(anuria). Warna secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan pus,
bakteri, lemak fosfat, dan urat sedimen kotor. Kecoklatan menunjukkan
adanya darah. Berat jenis urine kurang dari 0,015 (metap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat). Protein, derajat tinggi proteinuria (3-
4) secara kuat menunjukkan kerusakan glomerulus.
b) Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan
hipoalbuminemia. Anemia normoster normokrom dan jumlah retikulosit
yang rendah.
c) Ureum dan kreatinin meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan
kreatinin kurang lebih 20:1. Perbandingan bisa meninggi oleh karena
perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid dan
obstruksi saluran kemih. Perbadingan ini berkurang ketika ureum lebih
kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein dan tes Klirens Kreatinin
yang menurun.
d) Hiponatremi: umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia: biasanya
terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
e) Hipoklasemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis
vitamin D3 pada pasien CKD.
f) Alkalin fosfat meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama
isoenzim fosfatase lindin tulang.
g) Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein
h) Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada
gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
i) Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan
peninggian hormon insulin dan menurunnya lipoprotein lipase.
j) Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukkan Ph yang
menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semua disebabkan
retensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
21

2. Diagnose Keperawatan
Menurut LeMone et.al., (2019), Nurbadriyah (2021), dan SDKI (2018)
diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien anak dengan
chronic kidney disease yaitu :
a. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi ginjal
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
c. Defisit nutrisi b.d variabel psikologis: nafsu makan menurun
d. Intoleran aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
e. Resiko perfusi renal tidak efektif d.d faktor resiko disfungsi ginjal

3. Perencenaan Keperawatan
Rencana keperawatan yang akan ditetapkan disini berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) PPNI (2018) dan Standar
Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) PPNI (2019), sebagai berikut :
a. Hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi.
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan kelebihan cairan pada
pasien berkurang dan kebutuhan cairan seimbang.
Kriteria hasil: asupan cairan cukup, output urin meningkat, membran
mukosa lembab, asupan makanan meningkat, edema menurun,
dehidrasi menurun, asites menurun, konfusi menurun, tekanan darah
membaik, frekuensi nadi membaik, kekuatan nadi membaik, tekanan
arteri rata-rata (MAP) membaik, mata cekung membaik, turgor kulit
membaik, berat badan membaik
Intervensi: Manajemen hipervolemi (I.03114).
Observasi: Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis. ortopnea,
dispnea, dan edema); identifikasi penyebab hipervolemia; monitor
status hemodinamik (mis. frekuensi jantung dan tekanan darah) jika
tersedia; monitor intake dan output cairan; monitor tanda
hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis
urin); monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma (mis. Kadar
22

protein, dan albumin meningkat); monitor kecepatan infus secara


ketat); monitor efek samping diuretic; (mis. hipotensi ortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremi)
Terapeutik: Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama;
batasi asupan cairan dan garam; tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
Edukasi: Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5ml/kgBB/jam
dalam 6 jam; ajarkan melapor jika berat badan bertambah >1kg dalam
sehari; ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
cairan; ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian diuretic; kolaborasi peggantian
kehilangan kalium akibat diuretic; Kolaborasi pemberian continuous
renal replacement therapy (CRRT), jika perlu
b. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pertukaran
gas meningkat Kriteria hasil: Tingkat kesadaran meningkat, dispneu
menurun, bunyi napas tambahan menurun, gelisah menurun,
diaphoresis menurun, PCO2 membaik, dan PO2 membaik.
Intervensi: Pemantauan respirasi (I.01014)
Observasi: Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen; monitor
frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas; monitor adanya
sumbatan jalan nafas; monitor kecepatan aliran oksigen; monitor
posisi alat terapi oksigen; monitor tanda-tanda hipoventilasi; monitor
integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik: Atur Interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien;
bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu;
pertahankan kepatenan jalan napas; berikan oksigen jika perlu
Edukasi: Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan; informasikan
hasil pemantauan, jika perlu; ajarkan keluarga cara menggunakan O2
di rumah.
Kolaborasi: Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
c. Defisit nutrisi b.d variabel psikologis: nafsu makan menurun
23

Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan status


nutrisi membaik
Kriteria hasil: Porsi makanan yang dihabiskan meningkat, kekuatan
otot menyunyah meningkat, kekuatan otot menelan meningkat,
verbalisasi keinginan untuk makan meningkat, pengetahuan tentang
nutrisi pilihan meningkat, pengetahuan tentang minuman yang sehat
meningkat, perasaan cepat kenyang menurun, nyeri abdomen
menurun, sariawan menurun, rambut rontok menurun, diare menurun
berat badan membaik, indeks massa tubuh (IMT) membaik, frekuensi
makan membaik, nafsu makan membaik, bising usus membaik, tebal
lipatan kulit trisep membaik.
Intervensi: Manajemen nutrisi (I.03119)
Manajemen diet diperlukan pada pasien dengan CKD mengingat
kompleksnya permasalahan yang ada. Manajemen gizi berfungsi
untuk mengatasi komplikasi tersebut (Susetyowati dkk, 2019).
Observasi: Identifikasi status nutrisi; identifikasi alergi dan intoleransi
makanan; identifikasi makanan yang disukai; identifikasi kebutuhan
kalori dan jenis nutrisi; identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric; monitor asupan makanan; monitor berat badan; monitor
hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik: Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu; fasilitasi
menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan); sajikan makanan
secara menarik dan suhu yang sesuai; berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi; berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein; berikan suplemen makanan, jika perlu; hentikan pemberian
makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi: Anjurkan posisi duduk, jika mampu; ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu; kolaborasi dengan ahli gizi untuk
24

d. Intoleran aktivitas b.d kelemahan, ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat
Kriteria hasil: Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
meningkat, dispnea saat setelah aktivitas menurun, perasaan lemah
menurun, frekuensi napas normal 12-20x/menit
Intervensi: Manajemen energi (I.05178)
Keletihan atau kelemahan adalah manifestasi umum gangguan pada
ginjal. Anemia, kehilangan protein plasma, anoreksia, dan mual dapat
memperberat keletihan ini sehingga kemampuan untuk
mempertahankan aktivitas fisik dan mental dapat terganggu (LeMone
et.al., 2019).
Observasi: Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkkan
kelemahan; monitor kelemahan fisik dan emosional; monitor pola dan
jam tidur; monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik: Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus;
lakukan rentang gerak pasif/aktif; berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan; fasilitasi duduk di sisi tempat tidur
Edukasi: Anjurkan tirah baring; anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap; anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
e. Resiko perfusi renal tidak efektif d.d faktor resiko disfungsi ginjal
Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perfusi
renal meningkat
Kriteria hasil: Jumlah urin meningkat, nyeri abdomen menurun, mual
menurun, muntah menurun, distensi abdomen menurun
Intervensi: Pencegahan syok (I.02068)
Observasi: Monitor status kardiopulmunal (frekwensi dan kekuatan
nadi, frekwensi nafas, TD, MAP); monitor status oksigenasi
(oksimetri nadi, AGD); monitor status cairan (masukan dan haluaran,
25

turgor kulit, CRT); monitor tingkat kesadaran dan respon pupil;


periksa riwayat alergi
Terapeutik: Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
>94%; persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika perlu; pasang
jalur IV, jika perlu; pasang kateter urin untuk menilai produksi urin,
jika perlu; lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi: Jelaskan penyebab/ faktor resiko syok; jelaskan tanda dan
gejala awal syok; anjurkan melapor jika menemukan/ merasakan
tanda dan gejala syok; anjurkan memperbanyak asupan oral; anjurkan
menghindari alergen
Kolaborasi: Kolaborasi pemberian IV, jika perlu; kolaborasi
pemberian transfusi darah, jika perlu; kolaborasi pemberian
antiinflamasi, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri
dan tindakan kolaborasi (Tarwotoh & Wartonah, 2018). Implementasi
keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan
komunikasi (Dinarti & Mulyanti, 2017).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang
membandingkan antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang
dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah
belum teratasi.
26

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian


proses keperawatan guna tujuan dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien
(Dinarti &Mulyanti, 2017).
BAB III

Tinjauan Kasus

A. Pengkajian

Hasil anamnesis biodata dan riwayat kesehatan pasien dengan CKD

Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2


Nama Ny. D Tn. S
Jenis kelamin Perempuan Laki-laki
Umur 34 tahun 57 tahun
Status Perkawinan Kawin Kawin
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Buruh Harian Lepas
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SMA SMA
Alamat Kp. Babakan Ciparay Kp. Cidadap
Diagnosa Medis CKD CKD
No. Register 00913017 00914547
MRS/Tgl Pengkajian 5 November 2023/ 6 5 November 2023/ 6
November 2023 November 2023
Keluhan Utama Klien mengatakan kaki Klien mengatakan
kanan kiri bengkak bengkak pada kaki kanan
kiri

27
28

Riwayat Penyakit Sekarang Klien mengatakan 4 hari Klien mengatakan sejak 3


SMRS kaki kanan kiri hari SMRS bengkak pada
bengkak dan BAK hanya tangan dan kaki kanan
sedikit kurang lebih 100cc kiri, dan BAK hanya
dan sesak nafas seperti sedikit dan memutuskan
tertindih, dirasakan jika untuk ke IGD RSUD Al
beraktivitas dengan skala Ihsan, pada saat dilakukan
5 (0-10) selama dirumah pengkajian tanggal 6
klien mendapatkan terapi November 2023, klien
nebulisasi tetapi tidak ada tampak lemas, edema di
perbaikan jadi kaki kanan kiri, edema
memutuskan untuk ke derajat 3 dengan waktu
IGD RSUD Al Ihsan kembali 17 detik, klien
tanggal 5 November 2023, mengeluh pusing dan tidak
pada saat pengkajian bisa melakukan aktivitas
tanggal 6 November 2023, dengan waktu yang
klien terpasang oksigen lama,klien mengatakan
nasal kanul 5 lpm dan mudah lemas , tidak ada
klien mengatakan sesak nyeri BAK
nafas berkurang, edema
dikaki kanan dan kiri
dengan derajat III dengan
waktu kembali 15 detik,
klien dalam posisi semi
fowler terbaring lemas dan
juga pucat crt >2 detik,
klien mengatakan cepat
lelah jika beraktivitas.
Riwayat Kesehatan Dahulu Klien mengatakan Klien mengatakan
mempunyai riwayat mempunyai riwayat
hipertensi sejak bulan hipertensi sejak ± 6 bulan
Februari 2023, dan sudah yang lalu., Klien tidak
melakukan 9x hemodialisa mempunyai penyakit
di RS Bandung Kiwari turunan
29

terakhir melakukan asma ,diabetes,Hepatitis


hemodialisa 2 bulan lalu. Klien juga tidak
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi
memiliki alergi terhadap terhadap makanan atau
makanan dan obat-obatan,, obat-obatan , klien
tidak mempunyai mengatakan tidak
kebiasaan merokok mempunyai kebiasaan
ataupun meminum merokok ataupun
alkohol. meminum alkohol.

Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan Klien mengatakan didalam


keluarganya tidak anggota keluarganya tidak
mempunyai riwayat ada yang pernah dirawat
penyakit hipertensi, DM sebelumnya dan tidak ada
atau penyakit yang yang mengalami penyakit
serupa dengan klien. seperti klien

Hasil Observasi dan Pemeriksaan Fisik pada pasien dengan CKD

Observasi dan Pasien 1 Pasien 2


Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Umum Lemah Lemah
Kesadaran Compos mentis Compor Mentis
GCS : 15, E4V6M5
Pemeriksaan TTV TD : 150/80 mmHg TD: 160/90 mmHg
N : 90x/menit N: 105 x/mnt
R : 26x/menit S: 36.6o C
S : 36,7oC RR: 22 x/mnt
BB : 83 kg
TB : 162 cm
Kenyamanan Klien mengatakan sesak Klien mengatakan pusing
nafas dibagian dada seperti dan leher bagian belakang
tertindih skala 5 (0-10) sesak terasa berat
30

dirasakan jika melakukan


aktivitas
Sistem Pernafasan Pada saat dikaji klien Bentuk dada simetris, RR
terpasang oksigen nasal 22x/menit, , Pada saat
kanul 5lpm, klien tidak dipalpasi tidak adanya nyeri
menggunakan otot nafas pada bagian dada. Pada saat
tambahan,pengembangan diperkusi terdengar sonor
dada kanan dan kiri simetris, atau resonan. Pada saat
pada saat dilakukan vocal diauskultasi didapatkan
premitus getaran antara bunyi pernapasan vesikuler
dinding dada kanan dan disekitar area paru, tidak
dinding kiri sama. Pada saat terdapat suara tambahan.
di palpasi tidak terdapat
nyeri pada sinus (maksilaris,
sphenoid, etmoidalis,
frontalis). Pola pernafasan
klien frekuensinya
26x/menit, tidak terdapat
suara nafas abnormal
(wheezing, ronchi). Suara
paru vesikular.

Sistem Kardiovaskuler Pada saat dikaji klien N: 105 x/mnt


mengatakan sesak di dada Tidak ada nyeri saat ditekan,
seperti tertindih skala 5(0- tidak ada luka atau benjolan
10) dan sesak dirasakan jika pada dada pasien.
beraktivitas, tidak terdapat Terdapat edema di kaki
palpitasi, nadi 90x/menit, kanan kiri dengan derrajat 3
tekanan darah 150/80 dengan waktu kembali 17
mmHg, terdapat edema di detik, tidak terdapat
kaki kanan kiri derajat 3 peningkatan JPV, akral
dengan waktu kembali 15 hangat, CRT kembali dalam
detik , tidak terdapat 2 detik
31

peningkatan JPV, akral


hangat, CRT > 2 detik.
Sistem Integumen Pada saat dikaji Pada saat di Pada saat diinspeksi warna
inspeksi klien tampak pucat, kulit pucat, warna kulit sawo
akral teraba hangat, dan kulit matang, tidak terdapat
sedikit kering,kebersihan benjolan dan akral teraba
kulit bersih, kebersihan kulit hangat pada kedua kaki,
kepala bersih. TTV suhu kebersihan kulit bersih,
tubuh 36.7 oC. kebersihan kulit kepala
bersih. TTV suhu tubuh 36.6
o
C.

Sistem Pencernaan Pada saat dikaji mukosa Pada saat dikaji mukosa
bibir pucat, bibir berwarna bibir pucat, bibir berwarna
pucat, tidak mengalami pucat, tidak mengalami
kesulitan dalam menelan, kesulitan dalam menelan,
tidak terdapat stomatitis tidak terdapat stomatitis
pada mulut klien. Klien pada mulut klien. Klien
mengatakan BAB 1x/hari mengatakan BAB belum
BAB sejak kemarin
Sistem Perkemihan Klien terpasang kateter, Klien tidak terpasang
tidak ada distensi kandung kateter, kandung kemih
kemih, tidak ada nyeri tekan, penuh dengan cairan. Pada
klien minum sebanyak saat dipalpasi didaerah
600cc/ hari dan BAK 450 pinggang tidak terdapat
cc/hari warna kuning keruh sedikit nyeri tekan dibagian
perut bawah, klien minum
dibatasi 600cc/hari , BAK
sedikit kurang lebih
300cc/hari

Sistem Reproduksi Tidak ada gangguan pada Tidak ada gangguan pada
area genital. area genital
32

Sistem Muskuloskeletal Ektremitas atas: ROM kedua Ekstremitas


tangan kiri dan kanan dapat Atas: tidak ada edema, ,
digerakan dengan bebas ke kekuatan otot 5/5, ektremitas
segala arah. Dapat atas dapat digerakkan.
melakukan fleksi dan Bawah: akral hangat, ROM
ekstensi pada persendian kaki kanan sulit untuk
tidak ada nyeri pada area digerakan karena edema
tangan. Kekuatan otot kanan derajat 3 dengan waktu
dan kiri: 5/5. Tangan kiri kembali 17 detik kekuatan
terdapat Infuse Lasix otot 3/3
10mg/24 jam.
Ektremitas bawah: akral
hangat, ROM kaki kanan
sulit untuk digerakan karena
edema derajat 3 dengan
waktu kembali 15 detik
kekuatan otot 3/3

Hasil Pengkajian Psikososial Spiritual

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2


1. Data psikologis Keluarga klien mengatakan Keluarga klien mengatakan
emosi klien stabil, klien tampak emosi klien stabil, klien tampak
lemah ditempat tidur, Klien lemah ditempat tidur, Klien
mengatakan semangat untuk mengatakan semangat untuk
sembuh. Klien mengatakan sembuh. Klien mengatakan
bersyukur dalam keadaan sakit bersyukur dalam keadaan sakit
ini suami dan keluarga nya ini suami dan keluarga nya
menerina meadaan klien, dan menerina meadaan klien, dan
klien mengatakan bahwa klien mengatakan bahwa
kondisinya saat ini sebagai kondisinya saat ini sebagai ujian
ujian dari Allah SWT. dari Allah SWT.
2. Data sosial Klien mempunyai suami dan 2 Klien mengatakan sangat
orang anak, klien sehari-hari mempercayai dan memiliki
33

hanya dirumah sebagai ibu hubungan paling dekat dengan


rumah tangga,dan suka berbaur istri dan anak-anaknya. Klien
dengan tetangga sekitar selama mengatakan ketika di rumah ia
dirumah sakit klien bisa selalu mengikuti kegiatan
berinteraksi dengan masyarakat seperti mengikuti
perawat,dokter dan tenaga kerja bakti dan lain-lain.
kesehatan lain. Hubungan klien dengan
lingkungan baik, klien dapat
berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya dan hubungan klien
dengan perawat, dokter dan
tenaga kesehatan lainnya dengan
cukup baik
3. Pengkajian Klien beragama islam, dalam Klien beragama islam, dalam
Spiritual menghadapi sakitnya pasien menghadapi sakitnya pasien
sabar dan ikhlas, klien percaya sabar dan ikhlas, klien percaya
bahwa cobaan yang diberikan bahwa cobaan yang diberikan
oleh Allah ini adalah bentuk oleh Allah ini adalah bentuk
sayang Allah kepada dirinya, sayang Allah kepada dirinya,
sehingga pasien percaya bahwa sehingga pasien percaya bahwa
penyakit ini juga akan diangkat penyakit ini juga akan diangkat
kembali oleh Allah dengan kembali oleh Allah dengan
berdoa yang tidak ada berdoa yang tidak ada putusnya.
putusnya. Pada saat dirumah Pada saat dirumah klien selalu
klien selalu melaksanakan melaksanakan shalat 5 waktu,
shalat 5 waktu, wudhu dengan wudhu dengan cara tayamum.
cara tayamum. pada saat pada saat dirumah sakit juga
dirumah sakit juga klien selalu klien selalu melaksanakan shalat
melaksanakan shalat 5 waktu 5 waktu dengan tepat waktu
dengan tepat waktu meskipun meskipun saat sakit ini shalat
saat sakit ini shalat dengan cara dengan cara duduk
duduk
34

Hasil Pemeriksaan Radiologi

Pasien 1 Pasien 2
Foto Thorax Kardiomegali tanpa Kardiomegali tanpa
bendungan paru, tidak bendungan paru, tidak
tampak TB paru aktif tampak TB paru aktif
maupun pneumonia maupun pneumonia

Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Hasil
Pasien 1 Pasien 2 Nilai Normal
Laboratorium
Hemoglobin 9,4 g/dL 8,2 g/dL 12-16
Leukosit 18400/mm 7690/mm 4.000 – 10.000
Eritrosit 2,22 /mm 4.10/mm 3,5 – 5,0
Hematokrit 30,8 % 37,4 % 36 – 48
Trombosit 388000/mm 413.000/mm 150.000 – 400.000
Fungsi Liver
SGOT 25 u/L - u/L 10 – 31
SGPT 22 u/L - u/L 9 -36
Gula Darah
GDS 116 mg/dL 115 mg/dL 50 - 200
Kimia Klinik
Ureum 110 mg/dL 159 mg/dL 10-50
Kreatinin 3.45 mg/dL 7.03 mg/dL 0,7-1,13

Hasil pengkajian aktifitas sehari-hari (ADL)

Item Pengkajian Pasien 1 Pasien 2

Nutrisi Makan
 Jenis Bubur, nasi, lauk dan Nasi, lauk pauk dan sayur
sayur rendah garam rendah garam
 Frekuensi 3x sehari
3 kali sehari
 Porsi 1 porsi
1 porsi
 Keluhan Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan

Minum
Air putih
 Jenis
Air putih,
3-6x sehari
 Frekuensi 3-5 x/sehari
35

 Jumlah (cc) 600cc 600 cc


 Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Eliminasi BAB
 Frekuensi 1x sehari Belum BAB selama
 Warna - dirawat

 Konsistensi - -

 Keluhan Tidak ada keluhan -


Tidak ada keluhan

BAK
-
 Frekuensi
Kuning pekat 6x sehari
 Warna
450cc Kuning jernih
 Jumlah (cc)
BAK sedikit-sedikit 300 cc
 Keluhan
BAK sedikit-sedikit

Istirahat dan Tidur


 Waktu tidur 21.00-05.00
Malam,pukul 21.00
Siang, pukul Jarang tidur siang 12.00-13.00
 Lamanya 6-8 jam 6-8 jam
 Keluhan Sering terbangun Sering terbangun

Kebiasaan Diri
 Mandi 1x sehari 1x sehari
 Perawatan 1 minggu sekali 1x seminggu
kuku
 Perawatan gigi 2x sehari 2x sehari

 Perawatan
rambut Seminggu 3x 2x seminggu

Dibantu oleh suami Dibantu istri

Olahraga Klien tidak melakukan Klien mengatakan setiap


olahraga hari minggu selalu
36

berolahraga, baik jalan


ataupun lari-lari kecil
Kebiasaan konsumsi Klien mengatakan Klien mengatakan
obatan-obatan / mengkonsumsi obat - mengkonsumsi obat -
minuman keras obatan / minuman obatan / minuman keras
keras

Kebiasaan merokok Klien tidak merokok Klien tidak merokok

Terapi Farmakologi
Pasien 1 Pasien 2
Kegunaan
Nama Obat Dosis/ Rute Nama Obat Dosis/ Rute
Lasix 10mg/ jam/ Lasix 10mg/ jam/ Untuk mengeluarkan
IV IV cairan berlebih pada
kondisi edema pada
penderita gagal
ginjal/gagal jantung
Asam Folat 1x1/ Oral Asam Folat 1x1/ Oral Membantu tubuh
memproduksi dan
memelihara sel-sel
baru, serta mencegah
perubahan pada
DNA yang dapat
menyebabkan
kanker.
Amlodipine Oral/ Amlodipine Oral/ Menurunkan tekanan
1x10mg 1x10mg darah tinggi dan
memudahkan
jantung memompa
dara ke seluruh
tubuh
Ceftriaxone Untuk
mengatasi penyakit
37

akibat infeksi bakteri


Bicnat 3x 1 / Oral Bicnat 3x 1 / Oral Obat untuk
memperbaiki
gangguan asam basa
pada pasien ckd
Calos 3x 1 / Oral Calos 3x 1 / Oral Obat yang digunakan
untuk pencegahan
dan terapi untuk
gangguan
metabolisme atau
kekurangan calcium
Kalitake 2x1/ Oral Kalitake 2x1/ Oral Obat yang
mengandung
capolystyrene
sulfonate yang
digunakan untuk
mengobati
hiperkalemia
(kelebihan ion
kalium di dalam
tubuh) karena gagal
ginjal akut dan
kronik

Terapi Non Farmakologi


No Nama Terapi Indikasi
1 Terapi Ankle Pump Excersice Latihan tersebut menjadi kontraksi
dan Terapi Elevasi 30o otot yang menekan pembuluh darah
vena yang kemudian meningakat
dalam pengaturan susunan saraf pusat
yang kemudianakan meningkatkan
laju proses oksidasi natrium, kalium
38

didorong secara maksimal dalam


pembuluh darah, dan dialirkan
keseluruh pembuluh darah untuk
memperoleh hasil penurunan edema

B. Diagnosa Keperawatan

Pasien 1 Pasien 2
No Hari/ Diagnose Hari/
Diagnose Keperawatan
Tanggal Keperawatan Tanggal
1. 6 Hipervolemia 6 Hipervolemia
Novembe November DS:
DS :
r 2023 2023 - Pasien mengatakan
- Klien mengatakan
kaki kanan dan kiri BAK sedikit kurang
bengkak
dari 300cc / hari
- Klien mengatakan
sesak nafas - Klien mengatakan
DO :
kaki kanan kiri
- Edema kaki ka/ki
derajat III dengan bengkak
waktu kembali 15
DO:
detik
- Hemoglobin - Terdapat edema pada
menurun (9,4gr/dl)
kaki dan tangan
- Klien tampak lemas
- Intake lebih banyak derajat 3 dengan
dari output
waktu kembali 17
Intake : 600 cc / hari
Ouput : 450 cc / hari detik
- TD : 150/80 mmHg
- Klien tampak lemas
- Kreatinin : 3,45
mg/dl - Intake lebih banyak
Normal : 0,7-1,13
dari output
mg/dl
- Ureum : 110 mg/dl Intake : 600 cc / hari
Normal : 10-50
Ouput : 300 cc / hari
mg/dl
- TD : 160/90 mmHg
- Ureum 159 mg/dl
39

- Kreatinin 7.03 mg/dl


Perfusi Perifer Tidak
Efektif
DS :
Perfusi Perifer Tidak
Efektif - Klien mengatakan
DS :
pusing
- Klien mengatakan
mudah lemas saat - Klien mengatakan
aktivitas
mudah lemas saat
DO :
6 - Hemoglobin : 9,4 6 aktivitas
2 Novembe gr/dl November DO :
- Klien tampak
r 2023 lemas 2023 - Hemoglobin :
- Warna kulit klien 8,2gr/dl
pucat - Klien tampak lemas
- Edema kaki kanan - Warna kulit klien
kiri derajat III pucat
dengan waktu - Edema kaki kanan
kembali 16 detik kiri derajat III
dengan waktu
kembali 16 detik

Intoleransi Aktivitas Intoleransi Aktivitas

DS : DS :
- Mandi di seka - Mandi di seka
dibantu oleh suami dibantu oleh istri
- Klien mengeluh - Klien mengatakan
mudah lelah saat tidak bisa aktivitas
beraktivitas dengan waktu lama
6 - Klien mengatakan 6 - Klien mengatakan
sesak nafas pusing
3 Novembe November
r 2023 DO : 2023 DO :
- Klien tampak - Klien tampak lemas
lemas - Klien tampak pucat
- Klien tampak - Hb : 8,2 gr/dl
pucat - TD : 160/90 mmHg
- Hb : 9,4 gr/dl - Aktivitas dibantu
- TD : 150/80 oleh istri
mmHg
- Aktivitas dibantu
oleh suami
40
41

C. Intervensi Keperawatan

Pasien 1

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
D.0022 Luaran Utama : Intervensi Utama :
Hipervolemia b.d Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Gangguan (L.03020) Observasi
Mekanisme Regulasi Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa tanda dan gejala 1. Untuk mengetahui tanda dan
d.d Dispnea, Edema keperawatan selama 3x24 hipevolemia(mis. Edema, gejala pada pasien
kaki kanan kiri, jam diharapkan masalah dispnea) 2. Untuk mengetahui penyebab
Kadar Hb turun (9,4 Hipervolemia dapat teratasi 2. Identifikasi penyebab hiperveolemia pada pasien
gr/dl), Oliguria, dengan Kriteria hasil : hypervolemia 3. pada pasien dengan terapi
Intake lebih banyak - Haluaran urin 3. Monitor status hemodinamik hemodialisa harus mengatur
dari output meningkat (tekanan darah) intake cairan
- Tekanan darah 4. Monitor intake output cairan 4. Membatasi cairan akan
membaik (120/80 5. Monitor kecepatan infus ketat menentukan berat tubuh
mmHg) Terapeutik ideal, haluaran urin dan
42

- Berat badan membaik 6. Batasi asupan cairan dan garam respon terhadap terapi
- Edema menurun 7. Berikan terapi ankle pump 5. Agar pasien dapat
- Berat badan membaik excercise dan evelasi 30o mengetahui cara mengukur
dan mencatat asupan dan
haluaran cairannya secara
Edukasi mandiri
8. Ajarkan cara mengukur dan 6. Agar pasien dapat
mencatat asupan haluara cairan mengontrol intake dan
Kolaborasi output cairan secara mandiri
9. Pemberian hemodialisis 7. Terapi ankle pump excercise
Berikan infus Lasix 10mg/jam, dan evelasi 30o menjadi
Bicnat 3x1 oral, Kalitake 2x1 oral kontraksi otot yang
menekan pembuluh darah
vena yang kemudian
meningakat dalam
pengaturan susunan saraf
pusat yang kemudianakan
meningkatkan laju proses
oksidasi natrium, kalium
43

didorong secara maksimal


dalam pembuluh darah, dan
dialirkan keseluruh
pembuluh darah untuk
memperoleh hasil
penurunan edema
8. Hemodialisis adalah suatu
teknologi tinggi sebagai
terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme atau
racun tertentu dari peredaran
darah manusia seperti air,
natrium, kalium, hidrogen,
urea, kreatinin, asam urat,
dan zat-zat lain melalui
membrane semi permeabel
sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal
44

buatan dimana terjadi proses


difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi (Rosdiana,2021)

D.0009 Perfusi Luaran Utama : Intervensi Utama : Perawatan


Perifer Tidak Efektif Perfusi Perifer (L.02011) Sirkulasi (1.02079)
b.d Penurunan Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa sirkulasi perifer
1. Untuk mengetahui sirkulasi
Konsentrasi keperawatan selama 3x24 (mis.nadi, edema, warna kulit, perifer klien
Hemoglobin d.d jam diharapkan masalah suhu) 2. Untuk mencegah tanda
abnormal yang ditandai dari
warna kulit pucat, Perfusi Perifer Tidak Efektif 2. Identifikasi factor risiko
ekstremitas
edema kaki kanan dapat teratasi dengan gangguan sirkulasi (mis. 3. Untuk mencegah klien
kiri, Hb (9,4 gr/dl) Kriteria hasil : Diabetes, perokok, orang tua, mengalami infeksi
4. membantu menurunkan atau
- Warna kulit pucat hipertensi, dan kadar kolesterol
mengontrol tekanan darah
menurun tinggi) klien
- Edema perifer menurun 3. Monitor panas, nyeri, atau 5. Membantu mempercepat
- Hemoglobin membaik bengkak pada ekstremitas perbaikan sirkulasi klien

(14 gr/dl) Terapeutik


- Tekanan darah sistolis 4. Hindari pemasangan infus atau
membaik (120 mmHg) pengambilan darah di area
45

- Tekanan darah diastolic keterbatasan perfusi


membaik (80 mmHg) 5. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
Edukasi :
6. Anjurkan menggunakan obat
penurun tekaan darah
(Amplodipine 1x10mg)
Kolaborasi
7. Berikan asam folat 1x1

D.0056 Intoleransi Luaran Utama : Toleransi Intervensi Utama :


Aktivitas b.d Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (1.05178)
ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan
antara suplai dan keperawatan selama 3x24 Observasi
kebutuhan oksigen jam diharapkan masalah 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengetahui
gangguan fungsi tubuh
d.d Mengeluh Intoleransi Aktivitas dapat tubuh yang mengakibatkan
yang dialami pasien akibat
mudah lelah saat teratasi dengan Kriteria kelelahan kelelahan
beraktivitas,Dipsnea, hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur 2. Untuk mengetahui tingkat
46

Tekanan Darah - Keluhan lelah menurun 3. Monitor lokasi dan kelelhan fisik dan
150/80 mmHg - Warna kulit membaik ketidaknyamanan selama emosional pasien
3. Untuk mengetahui pola
- Tekanan darah melakukan aktivitas
tidur pasien apakah teratur
membaik (120/80 Terapeutik atau tidak
mmHg) 4. Sediakan lingkungan nyaman 4. Untuk menunjang proses
kesembuhan pasien secara
- Frekuensi nafas dan rendah stimulus
bertahap
membaik (mis.cahaya, suara, kunjungan)
5. Lakukan latihan rentang gerak
aktif
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring

Pasien 2

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


D.0022 Hipervolemia b.d Luaran Utama : Intervensi Utama :
Gangguan Mekanisme Regulasi Keseimbangan Cairan Manajemen Hipervolemia
d.d Dispnea, Edema kaki kanan (L.03020) (I.03114)
47

kiri, Kadar Hb turun (8,2 gr/dl), Setelah dilakukan asuhan Observasi 1. Untuk mengetahui tanda
Oliguria, Intake lebih banyak keperawatan selama 3x24 1. Periksa tanda dan gejala dan gejala pada pasien
dari output jam diharapkan masalah hipevolemia(mis. Edema, 2. Untuk mengetahui
Hipervolemia dapat dispnea) penyebab hiperveolemia
teratasi dengan Kriteria 2. Identifikasi penyebab pada pasien
hasil : hypervolemia 3. pada pasien dengan terapi
- Haluaran urin 3. Monitor status hemodinamik hemodialisa harus
meningkat (tekanan darah) mengatur intake cairan
- Tekanan darah 4. Monitor intake output cairan 4. Membatasi cairan akan
membaik (120/80 5. Monitor kecepatan infus ketat menentukan berat tubuh
mmHg) Terapeutik ideal, haluaran urin dan
- Berat badan 6. Batasi asupan cairan dan respon terhadap terapi
membaik garam 5. Agar pasien dapat
- Edema menurun 7. Berikan terapi ankle pump mengetahui cara mengukur
- Berat badan excercise dan evelasi 30o dan mencatat asupan dan
membaik Edukasi haluaran cairannya secara
8. Ajarkan cara mengukur dan mandiri
mencatat asupan haluara 6. Agar pasien dapat
cairan mengontrol intake dan
48

Kolaborasi output cairan secara


9. Pemberian hemodialysis mandiri
10. Berikan infus Lasix 7. Terapi ankle pump
10mg/jam, Bicnat 3x1 oral, excercise dan evelasi 30o
Kalitake 2x1 oral menjadi kontraksi otot
yang menekan pembuluh
darah vena yang kemudian
meningakat dalam
pengaturan susunan saraf
pusat yang kemudianakan
meningkatkan laju proses
oksidasi natrium, kalium
didorong secara maksimal
dalam pembuluh darah,
dan dialirkan keseluruh
pembuluh darah untuk
memperoleh hasil
penurunan edema
8. Hemodialisis adalah suatu
49

teknologi tinggi sebagai


terapi pengganti fungsi
ginjal untuk mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme atau
racun tertentu dari
peredaran darah manusia
seperti air, natrium,
kalium, hidrogen, urea,
kreatinin, asam urat, dan
zat-zat lain melalui
membrane semi permeabel
sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal
buatan dimana terjadi
proses difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi
(Rosdiana,2021)
D.0009 Perfusi Perifer Tidak Luaran Utama : Intervensi Utama : Perawatan
Efektif b.d Penurunan Perfusi Perifer Sirkulasi (1.02079)
50

Konsentrasi Hemoglobin d.d (L.02011) 1. Periksa sirkulasi perifer


warna kulit pucat, edema kaki Setelah dilakukan asuhan (mis.nadi, edema, warna kulit, 1. Untuk mengetahui sirkulasi
perifer klien
kanan kiri, Hb (9,4 gr/dl) keperawatan selama 3x24 suhu)
2. Untuk mencegah tanda
jam diharapkan masalah 2. Identifikasi factor risiko abnormal yang ditandai dari
Perfusi Perifer Tidak gangguan sirkulasi (mis. ekstremitas
3. Untuk mencegah klien
Efektif dapat teratasi Diabetes, perokok, orang tua,
mengalami infeksi
dengan Kriteria hasil : hipertensi, dan kadar 4. membantu menurunkan atau
- Warna kulit pucat kolesterol tinggi) mengontrol tekanan darah
klien
menurun 3. Monitor panas, nyeri, atau
5. Membantu mempercepat
- Edema perifer bengkak pada ekstremitas perbaikan sirkulasi klien
menurun Terapeutik
- Hemoglobin 4. Hindari pemasangan infus
membaik (14 gr/dl) atau pengambilan darah di
- Tekanan darah area keterbatasan perfusi
sistolis membaik 5. Hindari pengukuran tekanan
(120 mmHg) darah pada ekstremitas
- Tekanan darah dengan keterbatasan perfusi
diastolic membaik Edukasi :
(80 mmHg) 6. Anjurkan menggunakan obat
51

penurun tekaan darah


(Amplodipine 1x10mg)
Kolaborasi
7. Berikan asam folat 1x1

D.0056 Intoleransi Aktivitas Luaran Utama : Toleransi Intervensi Utama : 1. Untuk mengetahui
b.d ketidakseimbangan antara Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi (1.05178) gangguan fungsi tubuh
yang dialami pasien
suplai dan kebutuhan oksigen Setelah dilakukan asuhan
akibat kelelahan
d.d Mengeluh mudah lelah saat keperawatan selama 3x24 Observasi 2. Untuk mengetahui
beraktivitas,Dipsnea, Tekanan jam diharapkan masalah 1. Identifikasi gangguan fungsi tingkat kelelhan fisik
dan emosional pasien
Darah 160/90 mmHg Intoleransi Aktivitas tubuh yang mengakibatkan
3. Untuk mengetahui pola
dapat teratasi dengan kelelahan tidur pasien apakah
Kriteria hasil : 2. Monitor pola dan jam tidur teratur atau tidak
4. Untuk menunjang proses
- Keluhan lelah 3. Monitor lokasi dan
kesembuhan pasien
menurun ketidaknyamanan selama secara bertahap
- Warna kulit melakukan aktivitas
membaik Terapeutik
- Tekanan darah 4. Sediakan lingkungan
membaik (120/80 nyaman dan rendah stimulus
52

mmHg) (mis.cahaya, suara,


- Frekuensi nafas kunjungan)
membaik 5. Lakukan latihan rentang
gerak aktif
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring

D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Implementasi & evaluasi pasien 1 Implementasi & evaluasi pasien 2


Diagnosa Hari/ Hari/
keperawatan tanggal Implementasi Evaluasi tanggal Implementasi Evaluasi
jam Jam
D.0022 Senin , 6 1. Memeriksa tanda S: Senin , 6 1. Memeriksa tanda S:
- Klien - Klien
Hipervolemia b.d Novembe dan gejala Novembe dan gejala
r 2023 mengatakan r 2023 mengatakan
Gangguan hipevolemia(mis. sesak nafas hipevolemia(mis. kaki kanan
14.30
dibagian dada kiri bengkak
Mekanisme Edema, dispnea) Edema, dispnea)
seperti - Klien
53

Regulasi d.d Hasil : tertindih Hasil : mengatakan


sesuatu, sesak nyaman kaki
Dispnea, Edema Klien mengatakan Klien mengatakan
dirasakan saat menjadi
kaki kanan kiri, sesak nafas beraktifitas 09:00 kaki kanan kiri mudah untuk
dengan skala 5 digerakan
Kadar Hb turun 14.35 dibagian dada bengkak (Derajat
(0-10) setelah
(9,4 gr/dl), seperti tertindih - Klien III dengan waktu melakukan
mengatakan terapi ankle
Oliguria, Intake sesuatu, sesak 09:00 kembali 16 detik)
sesak pump
lebih banyak dari dirasakan saat berkurang 2. Mengidentifikasi exercise dan
14.40 setelah elevasi 30o
output beraktifitas penyebab
diberikan - Klien
dengan skala 5 (0- oksigen skala 4 hypervolemia mengatakan
(0-10) minum
10) klien Hasil :
- Klien hanya
terpasang oksigen mengatakan - Kreatinin : 600cc/hari
kaki kanan kiri dan makan
nasal kanul 5lpm 7.03 mg/dl
bengkak bubur dan
dan klien - Klien 09:00 Normal : 0,7- sayur rendah
mengatakan garam
mengatakan sesak 1,13 mg/dl
nyaman kaki
berkurang skala 4 menjadi mudah - Ureum : 159
16.00 untuk
(0-10), dan kaki mg/dl
digerakan O:
kanan kiri setelah Normal : 10-50 - Kaki kanan
melakukan kiri klien
bengkak (Derajat 09:20 mg/dl
terapi ankle bengkak
III dengan waktu pump exercise - Intake lebih (Derajat III
54

kembali 15 detik) dan elevasi 30o banyak dari dengan


- Klien waktu
2. Mengidentifikasi 09:20 output
mengatakan kembali 16
penyebab minum hanya Intake : 600 cc / detik) setelah
16.30
600cc/hari dan diberikan
hypervolemia hari
makan bubur terapi elevasi
Hasil : dan sayur Ouput : 300 cc / 30o selama
rendah garam 30menit dan
- Kreatinin : hari
16.30 terapi ankle
3,45 mg/dl - Hemoglobin : pump
exercise
Normal : 0,7- 09:20 8,2 gr/dl
O: selama
1,13 mg/dl - Klien 3. Memonitor status selama 10-15
terpasang menit,
- Ureum : 110 hemodinamik
oksigen nasal edema klien
mg/dl kanul 5lpm (tekanan darah) menurun
16.40 - Kaki kanan kiri menjadi
Normal : 10-50 Hasil :
klien bengkak derajat 2
mg/dl (Derajat III TD : 160/90 dengan
dengan waktu waktu
- Intake lebih 09:20 mmHg
kembali kembali 10
banyak dari output 15detik) 4. Memonitor intake detik
setelah - Hasil lab :
Intake : 600 cc / output cairan
diberikan Kreatinin :
hari terapi elevasi Hasil : 7.03 mg/dl
30o selama Normal :
Ouput : 450 cc / Intake :
30menit dan 0,7-1,13
hari terapi ankle 600cc/hari mg/dl
55

- Hemoglobin : pump exercise Output : 300 Ureum : 159


selama selama mg/dl
9,4 gr/dl 14:30 cc/hari
16.40 10-15 menit, Normal : 10-
3. Memonitor status edema klien 5. Memonitor 50 mg/dl
menurun Intake lebih
hemodinamik kecepatan infus
menjadi derajat banyak dari
(tekanan darah) 2 dengan 19:00 ketat output
waktu kembali Intake : 600
Hasil : Hasil :
9 detik cc / hari
18.00 TD : 150/80 - Hasil lab : Infus Lasix Ouput : 300
Kreatinin : cc / hari
mmHg 10mg/jam
3,45 mg/dl (BAK :
4. Memonitor intake Normal : 0,7- 6. Membatasi sedikit-
1,13 mg/dl sedikit 4kali)
output cairan 19:20 asupan cairan dan
Ureum : 110 Hemoglobin
19.15 Hasil : mg/dl garam : 8,2 gr/dl
Normal : 10-50 TD : 135/81
Intake : 600cc/hari Hasil :
mg/dl mmHg
Output : 450 Intake lebih 19:20 Klien mengatakan (setelah HD)
banyak dari - Klien sudah
19.20 cc/hari minum hanya
output diberikan
5. Memonitor Intake : 600 600cc/hari dan hemodialisa
cc / hari senin 6
kecepatan infus makan dengan
Ouput : 450 November
ketat cc / hari bubur dan sayur 2023 dan
(BAK : sedikit- mengatakan
Hasil : rendah garam
sedikit 4kali) edema
Infus Lasix Hemoglobin : 7. Memberikan berkurang,
56

20.00 10mg/jam 9,4 gr/dl terapi ankle pump TD


TD : 150/80 menurun
6. Membatasi asupan excersice dan
mmHg (135/81
cairan dan garam - Klien evelasi 30o mmHg)
diberikan Infus - Klien sudah
Hasil : Hasil :
Lasix diberikan
Klien mengatakan 10mg/jam Klien mengatakan infus Lasix
- Klien sudah 10mg/jam,
minum hanya nyaman kaki nya
diberikan infus Bicnat 3x1
600cc/hari dan Lasix ditinggikan 30o oral,
10mg/jam, Kalitake 2x1
makan dengan selama 30 menit
Bicnat 3x1 oral
bubur dan sayur oral, Kalitake dan melakukan
2x1 oral A:
rendah garam terapi ankle pump
- Klien rencana Hipervolemia
7. Memberikan HD hari selasa exercise selama Teratasi
7 November Sebagian
terapi ankle pump selama 10-15
2023
excersice dan menit, dan edema
A: P:
evelasi 30o klien menurun
Hipervolemia Lanjutkan
Hasil : Teratasi Sebagian menjadi derajat 2
Intervensi
Klien mengatakan dengan waktu
1,2,3,4,5,6,7,10
nyaman kaki nya P: kembali 10 detik,
Lanjutkan
ditinggikan 30o dan klien
Intervensi
selama 30 menit mengatakan
57

dan melakukan 1,2,3,4,5,6,7,9,1 nyaman kaki


terapi ankle pump 0 menjadi mudah
exercise selama untuk digerakan
selama 10-15 8. Mengajarkan cara
menit, dan edema mengukur dan
klien menurun mencatat asupan
menjadi derajat 2 haluaran cairan
dengan waktu Hasil :
kembali 9 detik, Klien minum
dan klien 600cc/hari, BAK :
mengatakan sedikit-sedikit
nyaman kaki 4kali
menjadi mudah 9. Pemberian
untuk digerakan hemodialisis
8. Mengajarkan cara Hasil :
mengukur dan Klien sudah
mencatat asupan diberikan
haluaran cairan hemodialisa senin
Hasil : 6 November 2023
58

Klien minum dan mengatakan


600cc/hari, BAK : edema berkurang,
sedikit-sedikit TD menurun
4kali (135/81 mmHg)
9. Pemberian 10. Memberikan infus
hemodialisis Lasix 10mg/jam,
Hasil : Bicnat 3x1 oral,
Klien rencana HD Kalitake 2x1 oral
hari selasa 7 Hasil :
November 2023 Klien sudah
10. Memberikan infus diberikan infus
Lasix 10mg/jam, Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral, Bicnat 3x1 oral,
Kalitake 2x1 oral Kalitake 2x1 oral
Hasil :
Klien sudah
diberikan infus
Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral,
59

Kalitake 2x1 oral


D.0009 Perfusi Senin, 6 1. Memeriksa S: Senin, 6 1. Memeriksa S:
- Klien - Klien
Perifer Tidak Novembe sirkulasi perifer Novembe sirkulasi perifer
r 2023 mengatakan r 2023 mengatakan
Efektif b.d (mis.nadi, warna (mis.nadi,
08.00
ada keluarga ada keluarga
Penurunan kulit, suhu) warna kulit,
09:00
tidak memiliki tidak
Konsentrasi Hasil : suhu)
riwayat memiliki
Hemoglobin d.d TD : 150/80 Hasil :
hipertensi, DM riwayat
warna kulit pucat, S : 36,7 TD : 150/80
09:00
dan kadar hipertensi,
edema kaki kanan N : 90 S : 36,7
kolesterol DM dan
kiri, Hb (9,4 gr/dl) R : 26 N : 90
tinggi, klien kadar
09.00 SPO 2 : 99% R : 26
mengatakan kolesterol
Warna kulit SPO 2 : 99%
ada riwayat tinggi, klien
pucat Warna kulit
09:20
preelamsia mengatakan
09.00 2. Mengidentifikasi pucat
- Klien ada riwayat
factor risiko 2. Mengidentifikas
mengatakan preelamsia
gangguan i factor risiko
09:20
ada edema di - Klien
sirkulasi (mis. gangguan
kaki kanan dan mengatakan
Diabetes, sirkulasi (mis.
kiri ada edema di
perokok, orang Diabetes,
60

14.00 tua, hipertensi, perokok, orang kaki kanan


dan kadar O: tua, hipertensi, dan kiri
kolesterol tinggi - TTV : dan kadar
TD : 150/80
16.00 Hasil : kolesterol tinggi O :
S : 36,7
Klien N : 90 14:00 Hasil : - TTV :
R : 26 TD : 160/90
mengatakan ada Klien
SPO 2 : 99% S : 36,6
16.00 keluarga tidak - Warna kulit mengatakan ada N : 105
pucat R : 22
memiliki riwayat 19:00 keluarga tidak
- Klien diberikan SPO 2 : 99%
hipertensi, DM amplodipine memiliki - Warna kulit
1x10 mg pucat
dan kadar riwayat
- Klien diberikan - Klien
kolesterol tinggi, asam folat 1x1 hipertensi, DM diberikan
amplodipine
3. Memonitor 19:00 dan kadar
16.45 1x10 mg
panas, nyeri, kolesterol - Klien
A: diberikan
atau bengkak tinggi,
Perfusi Perifer asam folat
pada ekstremitas Tidak Efektif 3. Memonitor 1x1
Teratasi Sebagian
Hasil : panas, nyeri,
18.00
Klien P: 19:20 atau bengkak
Lanjutkan A:
mengatakan ada pada ekstremitas
Perfusi Perifer
Intervensi
edema di kaki Hasil : Tidak Efektif
61

kanan dan kiri 1,,3,4,5,6, 19:20 Klien Teratasi


Sebagian
4. Menghindari mengatakan ada
pemasangan edema di kaki P:
Lanjutkan
infus atau kanan dan kiri
Intervensi
pengambilan 4. Menghindari
1,,3,4,5,6,
darah di area pemasangan
keterbatasan infus atau
perfusi pengambilan
Hasil : darah di area
Klien dipasang keterbatasan
infus di tangan perfusi
kiri Hasil :
5. Menghindari Klien di infus
pengukuran ditangan kanan
tekanan darah 5. Menghindari
pada ekstremitas pengukuran
dengan tekanan darah
keterbatasan pada ekstremitas
perfusi dengan
62

Hasil : keterbatasan
Klien di cek TD perfusi
ditangan kanan Hasil :
6. Menganjurkan Klien di cek TD
menggunakan ditangan kanan
obat penurun 6. Menganjurkan
tekaan darah menggunakan
(Amplodipine obat penurun
1x10mg) tekaan darah
Hasil : (Amplodipine
Klien diberikan 1x10mg)
amplodipine Hasil :
1x10 mg Klien diberikan
7. Memberikan amplodipine
asam folat 1x1 1x10 mg
Hasil : 7. Memberikan
Klien diberikan asam folat 1x1
asam folat 1x1 Hasil :
Klien diberikan
63

asam folat 1x1

D.0056 Intoleransi Senin , 6 1. Mengidentifikasi S : Senin , 6 1. Mengidentifikas S:


- Klien - Klien
Aktivitas b.d Novembe gangguan fungsi Novembe i gangguan
r 2023 mengatakan mengataka
ketidakseimbangan tubuh yang sesak nafas r fungsi tubuh n pusing
08.00
dan kaki dan cepat
antara suplai dan mengakibatkan 09.00 yang
bengkak lelah jika
kebutuhan oksigen kelelahan sehingga sulit mengakibatkan aktivitas
untuk dengan
d.d Mengeluh Hasil : 09.10 kelelahan
melakukan waktu yang
mudah lelah saat Klien aktivitas Hasil : lama dan
- Klien juga kaki
beraktivitas,Dipsne mengatakan Klien
mengatakan kanan kiri
a, Tekanan Darah sesak nafas dan tidur malam mengatakan bengkak
pukul 21.00 sehingga
150/80 mmHg 09.00 kaki bengkak 09.20 pusing dan cepat
dan tidur sulit untuk
sehingga sulit siang pukul lelah jika melakukan
14.00 tetapi aktivitas
untuk aktivitas dengan
sering - Klien
09.00 melakukan terbangun 10.00 waktu yang mengataka
pada malam n tidur
aktivitas lama dan juga
hari malam
2. Memonitor pola O : kaki kanan kiri pukul 21.00
- Klien sudah dan tidur
dan jam tidur 19.00 bengkak
siang pukul
diberikan
Hasil : sehingga sulit 14.00 tetapi
64

Klien kamar yang untuk sering


14.00 terbangun
mengatakan nyaman 19.10 melakukan
pada
tidur malam - Kunjangan aktivitas malam hari
kepada klien O:
pukul 21.00 dan 2. Memonitor pola
dibatasi - Klien
16.00 tidur siang pukul - Klien dan jam tidur
sudah
diberikan
14.00 tetapi Hasil :
terapi ankle diberikan
sering terbangun pump Klien
kamar yang
16.00 exercise dan
pada malam hari 19.20 mengatakan
terapi elevasi nyaman
3. Memonitor 30o untuk tidur malam
- Kunjangan
mengurangi
lokasi dan pukul 21.00 dan kepada
edema pada
klien
ketidaknyamana kaki kanan 20.00 tidur siang
dibatasi
dan kiri
n selama pukul 14.00 - Klien
- Klien telah
diberikan
16.45 melakukan melakukan tetapi sering
terapi ankle
tirah baring
aktivitas terbangun pada pump
exercise
Hasil : malam hari
A: dan terapi
Klien sudah Intoleransi 3. Memonitor elevasi 30o
Aktivitas Teratasi untuk
diberikan kamar lokasi dan
Sebagian mengurangi
yang nyaman ketidaknyamana edema pada
kaki kanan
4. Menyediakan n selama
dan kiri
65

lingkungan P: melakukan - Klien telah


Lanjutkan melakukan
nyaman dan aktivitas
tirah baring
Inervensi
rendah stimulus Hasil :
1,2,3,4,5,6
(mis.cahaya, Klien sudah A:
Intoleransi
suara, diberikan kamar
Aktivitas
kunjungan) yang nyaman Teratasi
Sebagian
Hasil : 4. Menyediakan
Kunjangan lingkungan
kepada klien nyaman dan
P:
dibatasi rendah stimulus Lanjutkan
5. Melakukan (mis.cahaya, Inervensi
latihan rentang suara, 1,2,3,4,5,6
gerak aktif kunjungan)
Hasil : Hasil :
Klien diberikan Kunjangan
terapi ankle kepada klien
pump exercise dibatasi
dan terapi 5. Melakukan
elevasi 30o untuk latihan rentang
66

mengurangi gerak aktif


edema pada kaki Hasil :
kanan dan kiri Klien diberikan
6. Menganjurkan terapi ankle
tirah baring pump exercise
Hasil : dan terapi
Klien telah elevasi 30o
melakukan tirah untuk
baring mengurangi
edema pada
kaki kanan dan
kiri
6. Menganjurkan
tirah baring
Hasil :
Klien telah
melakukan tirah
baring
D.0022 Selasa , 7 1. Memeriksa S: Selasa , 7 1. Memeriksa tanda S:
67

Hipervolemia b.d Novembe tanda dan gejala - Klien Novembe dan gejala - Klien
r 2023 hipevolemia(mis mengatakan mengatakan
Gangguan r 2023 hipevolemia(mis.
. Edema, sesak nafas kaki kanan
Mekanisme dispnea) dibagian dada Edema, dispnea) kiri bengkak
Hasil : seperti - Klien
Regulasi d.d Hasil :
Klien tertindih mengatakan
Dispnea, Edema mengatakan sesuatu, sesak Klien mengatakan nyaman kaki
sesak nafas dirasakan saat menjadi
kaki kanan kiri, kaki kanan kiri
dibagian dada beraktifitas mudah untuk
Kadar Hb turun seperti tertindih dengan skala 4 bengkak (Derajat digerakan
sesuatu, sesak (0-10) klien setelah
(9,4 gr/dl), 2 dengan waktu
dirasakan saat terpasang melakukan
Oliguria, Intake beraktifitas oksigen nasal kembali 10 detik) terapi ankle
dengan skala 4 kanul 5lpm dan pump
lebih banyak dari 2. Mengidentifikasi
(0-10) klien klien exercise dan
output terpasang mengatakan penyebab elevasi 30o
oksigen nasal sesak - Klien
hypervolemia
kanul 5lpm dan berkurang mengatakan
klien skala 3 (0-10) Hasil : minum
mengatakan - Klien hanya
- Kreatinin :
sesak berkurang mengatakan 600cc/hari
skala 3 (0-10), kaki kanan kiri 7.03 mg/dl dan makan
dan kaki kanan bengkak bubur dan
Normal : 0,7-
kiri bengkak (Derajat III sayur rendah
(Derajat III dengan waktu 1,13 mg/dl garam
dengan waktu kembali
- Ureum : 159
kembali 15detik) 15detik)
2. Mengidentifikasi - Klien mg/dl
68

penyebab mengatakan Normal : 10-50 O:


hypervolemia nyaman kaki - Kaki kanan
mg/dl
Hasil : menjadi mudah kiri klien
Kreatinin : 3,45 untuk - Intake lebih bengkak
mg/dl digerakan (Derajat
banyak dari
Normal : 0,7- setelah 2dengan
1,13 mg/dl melakukan output waktu
Ureum : 110 terapi ankle kembali 10
Intake : 600 cc /
mg/dl pump exercise detik) setelah
Normal : 10-50 dan elevasi 30o hari diberikan
mg/dl - Klien terapi elevasi
Ouput : 450 cc /
, Intake lebih mengatakan 30o selama
banyak dari minum hanya hari 30menit dan
output (intake : 600cc/hari dan terapi ankle
- Hemoglobin :
600 cc / hari, makan bubur pump
Ouput : 500 cc / dan sayur 8,2 gr/dl exercise
hari) rendah garam selama
3. Memonitor status
Hemoglobin : - Klien selama 10-15
9,4 gr/dl mengatakan hemodinamik menit,
3. Memonitor badan terasa edema klien
(tekanan darah)
status lebih enak menurun
hemodinamik setelah Hasil : menjadi
(tekanan darah) hemodialisa derajat 2
TD : 150/85
Hasil : O: dengan
TD : 138/63 - Klien mmHg waktu
mmHg terpasang kembali 10
4. Memonitor intake
4. Memonitor oksigen nasal detik
intake output kanul 5lpm output cairan - Hasil lab :
69

cairan - Kaki kanan kiri Hasil : Kreatinin :


Hasil : klien bengkak 7.03 mg/dl
Intake :
Intake : (Derajat III Normal :
600cc/hari dengan waktu 600cc/hari 0,7-1,13
Output : 500 kembali mg/dl
Output : 450
cc/hari 15detik) Ureum : 159
5. Memonitor setelah cc/hari mg/dl
kecepatan infus diberikan Normal : 10-
5. Memonitor
ketat 50 mg/dl
terapi elevasi
Hasil : kecepatan infus Intake lebih
30o selama
Infus Lasix banyak dari
30menit dan ketat
10mg/jam output
6. Membatasi terapi ankle Hasil : Intake : 600
asupan cairan pump exercise cc / hari
selama selama Infus Lasix
dan garam Ouput : 450
Hasil : 10-15 menit, 10mg/jam cc / hari
Klien edema klien Hemoglobin
menurun 6. Membatasi
mengatakan : 8,2 gr/dl
minum hanya menjadi derajat asupan cairan dan TD : 150/85
600cc/hari dan 2 dengan mmHg
garam
makan bubur waktu kembali - Klien sudah
dan sayur rendah 7 detik Hasil : diberikan
garam - Hasil lab : infus Lasix
Klien mengatakan
7. Memberikan Kreatinin : 10mg/jam,
terapi ankle 3,45 mg/dl minum hanya Bicnat 3x1
pump excersice Normal : 0,7- oral,
600cc/hari dan
dan evelasi 30o 1,13 mg/dl Kalitake 2x1
Hasil : Ureum : 110 makan dengan oral
70

Klien mg/dl bubur dan sayur


mengatakan Normal : 10-50 A:
rendah garam
nyaman kaki nya mg/dl Hipervolemia
ditinggikan 30o Intake lebih 7. Memberikan Teratasi
selama 30 menit banyak dari Sebagian
terapi ankle pump
dan melakukan output
terapi ankle Intake : 600 excersice dan
pump exercise cc / hari P:
evelasi 30o
selama selama Ouput : 500 Lanjutkan
10-15 menit, dan cc / hari Hasil :
Intervensi
edema klien (BAK : sedikit-
Klien mengatakan
menurun sedikit 4kali) 1,2,3,4,5,6,7,
menjadi derajat Hemoglobin : nyaman kaki nya
2 dengan waktu 9,4 gr/dl
ditinggikan 30o
kembali 7 detik, TD : 138/63
dan klien mmHg selama 30 menit
mengatakan - Klien
dan melakukan
nyaman kaki diberikan Infus
menjadi mudah Lasix terapi ankle pump
untuk digerakan 10mg/jam
exercise selama
8. Pemberian - Klien sudah
hemodialisis diberikan infus selama 10-15
Hasil : Lasix
menit, dan edema
Klien 10mg/jam,
mengatakan Bicnat 3x1 klien menurun
badan terasa oral, Kalitake
menjadi derajat 2
lebih enak 2x1 oral
setelah dengan waktu
71

hemodialisa dan kembali 10 detik,


sesak berkurang A:
dan klien
skala 3, edema Hipervolemia
berkurang Teratasi Sebagian mengatakan
9. Memberikan
nyaman kaki
infus Lasix P:
10mg/jam, Lanjutkan menjadi mudah
Bicnat 3x1 oral, Intervensi
untuk digerakan
Kalitake 2x1 1,2,3,4,5,6,7,9
oral 8. Memberikan infus
Hasil :
Lasix 10mg/jam,
Klien sudah
Bicnat 3x1 oral,
diberikan infus Lasix
Kalitake 2x1 oral
10mg/jam, Bicnat
Hasil :
3x1 oral, Kalitake
Klien sudah
2x1 oral
diberikan infus
Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral,
Kalitake 2x1 oral
D.0009 Perfusi Selasa , 7 1. Memeriksa S: Selasa , 7 1. Memeriksa S:
- Klien - Klien
Perifer Tidak Novembe sirkulasi perifer Novembe sirkulasi perifer
r 2023 mengatakan mengatakan
Efektif b.d (mis.nadi, warna r 2023 (mis.nadi,
72

Penurunan kulit, suhu) ada edema di warna kulit, ada edema di


Konsentrasi Hasil : kaki kanan dan suhu) kaki kanan
Hemoglobin d.d TD : 138/63 kiri sedikit Hasil : dan kiri
warna kulit pucat, S : 36,7 berkurang TD : 150/85 sedikit
edema kaki kanan N : 88 x/menit - S : 36,5 berkurang
O:
kiri, Hb (9,4 gr/dl) R : 27 x/menit N : 87 x/menit -
- TTV :
O:
SPO 2 : 99% TD : 138/63 R : 20 x/menit
- TTV :
S : 36,7
Warna kulit SPO 2 : 99% TD : 150/85
N : 88 x/menit
S : 36,5
pucat R : 27x/menit Warna kulit
N:
SPO 2 : 99%
2. Memonitor pucat 87x/menit
- Warna kulit
R:
panas, nyeri, 2. Memonitor
pucat 20x/menit
atau bengkak panas, nyeri, SPO 2 : 99%
- Klien di infus
- Warna kulit
pada ekstremitas atau bengkak
di tangan kiri
pucat
Hasil : pada ekstremitas
- Klien di cek
- Klien di
Klien Hasil :
TD di tangan
infus di
mengatakan ada Klien
kanan
tangan kiri
edema di kaki mengatakan ada
- Klien diberikan
- Klien di cek
kanan dan kiri edema di kaki
amplodipine
TD di tangan
sedikit kanan dan kiri
73

berkurang 1x10 mg sedikit kanan


3. Menghindari - Klien diberikan berkurang - Klien
pemasangan asam folat 1x1 3. Menghindari diberikan
infus atau pemasangan amplodipine
pengambilan infus atau 1x10 mg
A:
darah di area Perfusi Perifer pengambilan - Klien
Tidak Efektif
keterbatasan darah di area diberikan
Teratasi Sebagian
perfusi keterbatasan asam folat
P:
Hasil : perfusi 1x1
Lanjutkan
Klien di infus di Intervensi Hasil :
1,2,3,4,5,6
tangan kiri Klien di infus di
A:
4. Menghindari tangan kiri Perfusi Perifer
Tidak Efektif
pengukuran 4. Menghindari
Teratasi
tekanan darah pengukuran Sebagian
pada ekstremitas tekanan darah
dengan pada ekstremitas
P:
keterbatasan dengan
Lanjutkan
perfusi keterbatasan
Intervensi
Hasil : perfusi
74

Klien di cek TD Hasil : 1,2,3,4,5,6


di tangan kanan Klien di cek TD
5. Menganjurkan di tangan kanan
menggunakan 5. Menganjurkan
obat penurun menggunakan
tekaan darah obat penurun
(Amplodipine tekaan darah
1x10mg) (Amplodipine
Hasil : 1x10mg)
Klien diberikan Hasil :
amplodipine Klien diberikan
1x10 mg amplodipine
6. Memberikan 1x10 mg
asam folat 1x1 6. Memberikan
Hasil : asam folat 1x1
Klien diberikan Hasil :
asam folat 1x1 Klien diberikan
asam folat 1x1
75

D.0056 Intoleransi Selasa , 7 1. Mengidentifikasi S : Selasa , 7 1. Mengidentifikas S:


- Klien - Klien
Aktivitas b.d Novembe gangguan fungsi Novembe i gangguan
r 2023 mengataka
mengatakan
ketidakseimbangan tubuh yang r 2023 fungsi tubuh n pusing
sesak nafas dan dan cepat
antara suplai dan mengakibatkan yang
lelah jika
kaki bengkak
kebutuhan oksigen kelelahan mengakibatkan aktivitas
sehingga sulit dengan
d.d Mengeluh Hasil : kelelahan
waktu yang
untuk
mudah lelah saat Klien Hasil : lama dan
melakukan juga kaki
beraktivitas,Dipsne mengatakan Klien
kanan kiri
aktivitas sudah
a, Tekanan Darah sesak nafas dan mengatakan bengkak
berkurang sudah
150/80 mmHg kaki bengkak pusing dan cepat
sedikit
- Klien
sehingga sulit lelah jika berkurang
mengatakan - mengataka
untuk aktivitas dengan
n tidur
tidur malam
melakukan waktu yang malam
pukul 21.00 pukul 21.00
aktivitas sudah lama dan juga
dan tidur
dan tidur siang
berkurang kaki kanan kiri siang pukul
pukul 14.00 14.00 tetapi
2. Memonitor pola bengkak sudah
sering
tetapi sering
dan jam tidur sedikit terbangun
terbangun pada pada
Hasil : berkurang
malam hari
malam hari
Klien 2. Memonitor pola O :
76

mengatakan dan jam tidur - Klien


tidur malam O: Hasil : sudah
- Klien sudah
pukul 21.00 dan Klien diberikan
diberikan
tidur siang pukul mengatakan kamar yang
kamar yang
14.00 tetapi tidur malam nyaman
nyaman
sering terbangun pukul 21.00 dan - Kunjangan
- Kunjangan kepada
pada malam hari tidur siang
klien
kepada klien
3. Memonitor pukul 14.00 dibatasi
dibatasi - Klien
lokasi dan tetapi sering
diberikan
- Klien diberikan
ketidaknyamana terbangun pada terapi ankle
terapi ankle pump
n selama malam hari
exercise
pump exercise
melakukan 3. Memonitor dan terapi
dan terapi elevasi 30o
aktivitas lokasi dan
untuk
elevasi 30o
Hasil : ketidaknyamana mengurangi
untuk edema pada
Klien sudah n selama
kaki kanan
mengurangi
diberikan kamar melakukan dan kiri
edema pada - Klien telah
yang nyaman aktivitas
melakukan
kaki kanan dan
4. Menyediakan Hasil : tirah baring
kiri
lingkungan Klien sudah
77

nyaman dan - Klien telah diberikan kamar A:


melakukan Intoleransi
rendah stimulus yang nyaman
tirah baring Aktivitas
(mis.cahaya, A: 4. Menyediakan Teratasi
Intoleransi Sebagian
suara, lingkungan
Aktivitas Teratasi
kunjungan) Sebagian nyaman dan
Hasil : rendah stimulus
P:
Kunjangan (mis.cahaya, Lanjutkan
P:
kepada klien suara, Inervensi
Lanjutkan
dibatasi Intervensi kunjungan) 1,2,3,4,5,6
1,2,3,4,5,6
5. Melakukan Hasil :
latihan rentang Kunjangan
gerak aktif kepada klien
Hasil : dibatasi
Klien diberikan 5. Melakukan
terapi ankle latihan rentang
pump exercise gerak aktif
dan terapi Hasil :
elevasi 30o untuk Klien diberikan
mengurangi terapi ankle
78

edema pada kaki pump exercise


kanan dan kiri dan terapi
6. Menganjurkan elevasi 30o
tirah baring untuk
Hasil : mengurangi
Klien telah edema pada
melakukan tirah kaki kanan dan
baring kiri
6.
Menganjurkan
tirah baring
Hasil :
Klien telah
melakukan tirah
baring
D.0022 Rabu, 8 1. Memeriksa S: Rabu, 8 1. Memeriksa tanda S :
tanda dan gejala - Klien - Klien
Hipervolemia b.d Novembe Novembe dan gejala
r 2023 hipevolemia(mis mengatakan mengatakan
Gangguan . Edema, sesak nafas r 2023 hipevolemia(mis. kaki kanan
dispnea) dibagian dada kiri bengkak
Mekanisme Edema, dispnea)
Hasil : seperti - Klien
79

Regulasi d.d Klien tertindih Hasil : mengatakan


mengatakan sesuatu, sesak nyaman kaki
Dispnea, Edema Klien mengatakan
sesak nafas dirasakan saat menjadi
kaki kanan kiri, dibagian dada beraktifitas kaki kanan kiri mudah untuk
seperti tertindih dengan skala digerakan
Kadar Hb turun bengkak (Derajat
sesuatu, sesak 3 (0-10) setelah
(9,4 gr/dl), dirasakan saat - Klien 2 dengan waktu melakukan
beraktifitas mengatakan terapi ankle
Oliguria, Intake kembali 8 detik)
dengan skala 3 minum hanya pump
lebih banyak dari (0-10) klien 600cc/hari 2. Mengidentifikas exercise dan
terpasang dan makan elevasi 30o
output i penyebab
oksigen nasal bubur dan - Klien
kanul 5lpm dan sayur rendah hypervolemia mengatakan
klien garam minum
Hasil :
mengatakan Klien hanya
sesak berkurang mengatakan - Kreatinin : 600cc/hari
skala 2 (0-10), nyaman kaki dan makan
7.03 mg/dl
dan kaki kanan nya bubur dan
kiri bengkak ditinggikan Normal : 0,7- sayur rendah
(Derajat III 30o selama 30 garam
1,13 mg/dl
dengan waktu menit dan
kembali 15detik) nyaman - Ureum : 159
2. Mengidentifikasi melakukan
mg/dl
penyebab terapi ankle O:
hypervolemia pump Normal : 10-50 - Kaki kanan
Hasil : excersice kiri klien
mg/dl
Kreatinin : 3,45 klien bengkak
mg/dl mengatakan - Intake lebih (Derajat
80

Normal : 0,7- nyaman kaki banyak dari 2dengan


1,13 mg/dl menjadi waktu
output
Ureum : 110 mudah untuk kembali 8
mg/dl digerakan Intake : 600 cc / detik) setelah
Normal : 10-50 - diberikan
hari
mg/dl O: terapi elevasi
, Intake lebih - Klien Ouput : 500 cc / 30o selama
banyak dari terpasang 30menit dan
hari
output (intake : oksigen nasal terapi ankle
600 cc / hari, kanul 5lpm - Hemoglobin : pump
Ouput : 550 cc / - Hasil Lab : exercise
8,2 gr/dl
hari) Kreatinin : selama
Hemoglobin : 3,45 mg/dl 3. Memonitor status selama 10-15
9,4 gr/dl Normal : menit,
hemodinamik
3. Memonitor 0,7-1,13 edema klien
status mg/dl (tekanan darah) menurun
hemodinamik Ureum : 110 menjadi
Hasil :
(tekanan darah) mg/dl derajat 2
Hasil : Normal : 10- TD : 146/85 dengan
TD : 135/80 50 mg/dl waktu
mmHg
mmHg Hemoglobin : kembali 8
4. Memonitor 9,4 gr/dl 4. Memonitor intake detik
intake output - Intake lebih - Hasil lab :
output cairan
cairan banyak dari Kreatinin :
Hasil : output (intake : Hasil : 7.03 mg/dl
Intake : 600 cc / hari, Normal :
Intake :
600cc/hari Ouput : 550 0,7-1,13
Output : 550 cc / hari) 600cc/hari mg/dl
81

cc/hari - TD : 135/80 Output : 500 Ureum : 159


5. Memonitor mmHg mg/dl
cc/hari
kecepatan infus - Klien diberikan Normal : 10-
ketat Infus Lasix 5. Memonitor 50 mg/dl
Hasil : 10mg/jam Intake lebih
kecepatan infus
Infus Lasix - Klien diberikan banyak dari
10mg/jam terapi elevasi ketat output
6. Membatasi 30o dan terapi Intake : 600
Hasil :
asupan cairan ankle pump cc / hari
dan garam exercise Infus Lasix Ouput : 500
Hasil : selama selama cc / hari
10mg/jam
Klien 10-15 menit, Hemoglobin
mengatakan dan edema 6. Membatasi : 8,2 gr/dl
minum hanya klien menurun TD : 146/85
asupan cairan dan
600cc/hari dan menjadi derajat mmHg
makan bubur 2 dengan garam - Klien sudah
dan sayur rendah waktu kembali diberikan
Hasil :
garam 6 detik infus Lasix
7. Memberikan - Klien sudah Klien mengatakan 10mg/jam,
terapi ankle diberikan infus Bicnat 3x1
minum hanya
pump excersice Lasix oral,
dan evelasi 30o 10mg/jam, 600cc/hari dan Kalitake 2x1
Hasil : Bicnat 3x1 oral
makan dengan
Klien oral, Kalitake
mengatakan 2x1 oral bubur dan sayur A:
nyaman kaki nya Hipervolemia
rendah garam
ditinggikan 30o A: Teratasi
selama 30 menit Hipervolemia 7. Memberikan Sebagian
82

dan melakukan Teratasi Sebagian terapi ankle pump


terapi ankle
excersice dan
pump exercise P: P:
selama selama Lanjutkan evelasi 30o Lanjutkan
10-15 menit, dan intervensi
Hasil : Intervensi
edema klien 1,2,3,4,5,6,7,8
menurun Klien mengatakan 1,2,3,4,5,6,7,8
menjadi derajat
nyaman kaki nya
2 dengan waktu
kembali 6 detik, ditinggikan 30o
dan klien
selama 30 menit
mengatakan
nyaman kaki dan melakukan
menjadi mudah
terapi ankle pump
untuk digerakan
8. Memberikan exercise selama
infus Lasix
selama 10-15
10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral, menit, dan edema
Kalitake 2x1
klien menurun
oral
Hasil : menjadi derajat 2
Klien sudah
dengan waktu
diberikan infus
Lasix 10mg/jam, kembali 8 detik,
Bicnat 3x1 oral,
dan klien
Kalitake 2x1
oral mengatakan
83

nyaman kaki
menjadi mudah
untuk digerakan
8. Memberikan infus
Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral,
Kalitake 2x1 oral
Hasil :
Klien sudah
diberikan infus
Lasix 10mg/jam,
Bicnat 3x1 oral,
Kalitake 2x1 oral
D.0009 Perfusi Rabu, 8 1. Memeriksa S: Rabu, 8 1. Memeriksa S:
- Klien - Klien
Perifer Tidak Novembe sirkulasi perifer Novembe sirkulasi perifer
r 2023 mengatakan mengatakan
Efektif b.d (mis.nadi, warna r 2023 (mis.nadi, warna
ada edema di ada edema di
Penurunan kulit, suhu) kulit, suhu)
kaki kanan kaki kanan
Konsentrasi Hasil : Hasil :
dan kiri dan kiri
Hemoglobin d.d TD : 135/80 TD : 146/85
84

warna kulit pucat, mmHg sudah S : 36,5 berkurang


edema kaki kanan S : 36,7 o berkurang N : 80 x/menit -
O:
kiri, Hb (9,4 gr/dl) N : 85 x/menit - R : 20 x/menit
- TTV :
O:
R : 24 x/menit SPO 2 : 99% TD : 146/85
- TTV :
S : 36,5
SPO 2 : 99% TD : 135/80 Warna kulit
N:
Warna kulit mmHg pucat 80x/menit
R:
pucat S : 36,7 o 2. Memonitor
20x/menit
2. Memonitor N : 85 panas, nyeri, SPO 2 : 99%
- Warna kulit
panas, nyeri, x/menit atau bengkak
pucat
atau bengkak R : 24 pada
- Klien di
pada ekstremitas x/menit ekstremitas
infus di
Hasil : SPO 2 : 99% Hasil :
tangan kiri
Klien - Warna kulit Klien
- Klien di cek
mengatakan ada pucat mengatakan ada
TD di tangan
edema di kaki - Klien edema di kaki
kanan
kanan dan kiri diberikan kanan dan kiri
- Klien
sudah berkurang amplodipine berkurang
diberikan
3. Menghindari 1x10 mg 3. Menghindari
amplodipine
pemasangan - Klien pemasangan
85

infus atau diberikan infus atau 1x10 mg


pengambilan asam folat pengambilan - Klien
darah di area 1x1 darah di area diberikan
keterbatasan keterbatasan asam folat
A:
perfusi perfusi 1x1
Perfusi Serebral
Hasil : Tidak Efektif Hasil :
Teratasi Sebagian
Klien di infus Klien di infus di
A:
ditangan kiri P: tangan kiri Perfusi Perifer
Lanjutkan Tidak Efektif
4. Menghindari 4. Menghindari
Intervensi Teratasi
pengukuran 1,2,3,4,5,6 pengukuran Sebagian
tekanan darah tekanan darah
pada ekstremitas pada ekstremitas
P:
dengan dengan
Lanjutkan
keterbatasan keterbatasan
Intervensi
perfusi perfusi
1,2,3,4,5,6
Hasil : Hasil :
Klien di cek TD Klien di cek TD
di tangan kanan di tangan kanan
5. Menganjurkan 5. Menganjurkan
86

menggunakan menggunakan
obat penurun obat penurun
tekaan darah tekaan darah
(Amplodipine (Amplodipine
1x10mg) 1x10mg)
Hasil : Hasil :
Klien diberikan Klien diberikan
amplodipine amplodipine
1x10 mg 1x10 mg
6. Memberikan 6. Memberikan
asam folat 1x1 asam folat 1x1
Hasil : Hasil :
Klien diberikan Klien diberikan
asam folat 1x1 asam folat 1x1

D.0056 Intoleransi Rabu, 8 1. Mengidentifikasi S : Rabu, 8 1. Mengidentifikas S:


- Klien - Klien
Aktivitas b.d Novembe gangguan fungsi Novembe i gangguan
r 2023 mengataka
mengatakan
ketidakseimbangan tubuh yang r 2023 fungsi tubuh n pusing
sesak nafas dan dan cepat
antara suplai dan mengakibatkan yang
lelah jika
87

kebutuhan oksigen kelelahan kaki bengkak mengakibatkan aktivitas


dengan
d.d Mengeluh Hasil : sehingga sulit kelelahan
waktu yang
mudah lelah saat Klien untuk Hasil : lama dan
juga kaki
beraktivitas,Dipsne mengatakan melakukan Klien
kanan kiri
a, Tekanan Darah sesak nafas dan aktivitas sudah mengatakan bengkak
berkurang
150/80 mmHg kaki bengkak berkurang pusing dan cepat
- mengataka
sehingga sulit - Klien lelah jika n tidur
malam
untuk mengatakan aktivitas dengan
pukul 21.00
melakukan tidur malam waktu yang dan tidur
siang pukul
aktivitas sudah pukul 21.00 lama dan juga
14.00 tetapi
berkurang dan tidur siang kaki kanan kiri sering
terbangun
2. Memonitor pola pukul 14.00 bengkak
pada
dan jam tidur tetapi sering berkurang malam hari
O:
Hasil : terbangun pada 2. Memonitor pola
- Klien
Klien malam hari dan jam tidur
sudah
mengatakan Hasil :
diberikan
tidur malam O: Klien
kamar yang
- Klien sudah
pukul 21.00 dan mengatakan
nyaman
diberikan
tidur siang pukul tidur malam
- Kunjangan
88

14.00 tetapi kamar yang pukul 21.00 dan kepada


klien
sering terbangun nyaman tidur siang
dibatasi
pada malam hari - Kunjangan pukul 14.00 - Klien
diberikan
3. Memonitor kepada klien tetapi sering
terapi ankle
lokasi dan dibatasi terbangun pada pump
exercise
ketidaknyamana - Klien diberikan malam hari
dan terapi
n selama terapi ankle 3. Memonitor elevasi 30o
untuk
melakukan pump exercise lokasi dan
mengurangi
aktivitas dan terapi ketidaknyamana edema pada
kaki kanan
Hasil : elevasi 30o n selama
dan kiri
Klien sudah untuk melakukan - Klien telah
melakukan
diberikan kamar mengurangi aktivitas
tirah baring
yang nyaman edema pada Hasil :
4. Menyediakan kaki kanan dan Klien sudah A:
Intoleransi
lingkungan kiri diberikan kamar
Aktivitas
nyaman dan - Klien telah yang nyaman Teratasi
melakukan Sebagian
rendah stimulus 4. Menyediakan
tirah baring
(mis.cahaya, A: lingkungan
Intoleransi
suara, nyaman dan
Aktivitas Teratasi P:
89

kunjungan) Sebagian rendah stimulus Lanjutkan


Hasil : (mis.cahaya, Inervensi
P:
Kunjangan Lanjutkan suara, 1,2,3,4,5,6
Intervensi
kepada klien kunjungan)
1,2,3,4,5,6
dibatasi Hasil :
5. Melakukan Kunjangan
latihan rentang kepada klien
gerak aktif dibatasi
Hasil : 5. Melakukan
Klien diberikan latihan rentang
terapi ankle gerak aktif
pump exercise Hasil :
dan terapi Klien diberikan
elevasi 30o untuk terapi ankle
mengurangi pump exercise
edema pada kaki dan terapi
kanan dan kiri elevasi 30o
6. Menganjurkan untuk
tirah baring mengurangi
90

Hasil : edema pada


Klien telah kaki kanan dan
melakukan tirah kiri
baring 6. Menganjurkan
tirah baring
Hasil :
Klien telah
melakukan tirah
baring
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan upaya mengumpulkan data secara lengkap dan


sistematias untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun
spiritual.Pada saat dilakukan pengkajian pada 06 November 2023
terhadap pasien 1 Tn.D, dirinya kaki kanan dan kiri mengalami bengkak.
Saat dilakukan pengkajian Klien mengatakan 4 hari SMRS kaki kanan
kiri bengkak dan BAK hanya sedikit kurang lebih 100cc dan sesak nafas
seperti tertindih, dirasakan jika beraktivitas dengan skala 5 (0-10) selama
dirumah klien mendapatkan terapi nebulisasi tetapi tidak ada perbaikan
jadi memutuskan untuk ke IGD RSUD Al Ihsan tanggal 5 November
2023, pada saat pengkajian tanggal 6 November 2023, klien terpasang
oksigen nasal kanul 5 lpm dan klien mengatakan sesak nafas berkurang,
edema dikaki kanan dan kiri dengan derajat III dengan waktu kembali 15
detik, klien dalam posisi semi fowler terbaring lemas dan juga pucat crt
>2 detik, klien mengatakan cepat lelah jika beraktivitas. Klien
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi, diabetes TBC,
HIV, dan anemia. Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak
bulan Februari 2023, dan sudah melakukan 9x hemodialisa di RS
Bandung Kiwari terakhir melakukan hemodialisa 2 bulan lalu. Klien
mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat-obatan,,
tidak mempunyai kebiasaan merokok ataupun meminum alkohol.
Pengkajian fisik pada Tn.D, terdapat keluhan terutama pada bagian
ekstermitas bawah dengan keluhan akral hangat, rentang gerak ROM
kaki kanan sulit untuk digerakan edema derajat 3 dengan waktu kembali
15 detik kekuatan otot 3/3

91
Kondisi spiritual pasien saat ini, Klien beragama islam, dalam
menghadapi sakitnya pasien sabar dan ikhlas, klien percaya bahwa

92
93

cobaan yang diberikan oleh Allah ini adalah bentuk sayang Allah kepada
dirinya, sehingga pasien percaya bahwa penyakit ini juga akan diangkat
kembali oleh Allah dengan berdoa yang tidak ada putusnya. Pada saat
dirumah klien selalu melaksanakan shalat 5 waktu, wudhu dengan cara
tayamum. pada saat dirumah sakit juga klien selalu melaksanakan shalat
5 waktu dengan tepat waktu meskipun saat sakit ini shalat dengan cara
duduk. Klien mempunyai suami dan 2 orang anak, klien sehari-hari
hanya dirumah sebagai ibu rumah tangga,dan suka berbaur dengan
tetangga sekitar selama dirumah sakit klien bisa berinteraksi dengan
perawat,dokter dan tenaga kesehatan lain.
Pada saat dilakukan pengkajian pada pasien 2 Tn. S mengatakan
mengalami bengkak pada kaki kanan dan kiri. Klien mengatakan sejak 3
hari SMRS bengkak pada tangan dan kaki kanan kiri, dan BAK hanya
sedikit dan memutuskan untuk ke IGD RSUD Al Ihsan, pada saat
dilakukan pengkajian tanggal 6 November 2023, klien tampak lemas,
edema di kaki kanan kiri, edema derajat 3 dengan waktu kembali 17
detik, klien mengeluh pusing dan tidak bisa melakukan aktivitas dengan
waktu yang lama,klien mengatakan mudah lemas , tidak ada nyeri BAK.
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak ± 6 bulan yang
lalu., Klien tidak mempunyai penyakit turunan asma ,diabetes,Hepatitis
Klien juga tidak mempunyai alergi terhadap makanan atau obat-obatan ,
klien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan merokok ataupun
meminum alkohol.
Pada saat dilakukan pengkajian fisik terdapat keluhan utama yaitu
ROM kaki kanan sulit untuk digerakan karena edema derajat 3 dengan
waktu kembali 17 detik kekuatan otot 3/3.
Pada saat dilakukan pengkajian spiritual Klien beragama islam, dalam
menghadapi sakitnya pasien sabar dan ikhlas, klien percaya bahwa
cobaan yang diberikan oleh Allah ini adalah bentuk sayang Allah kepada
dirinya, sehingga pasien percaya bahwa penyakit ini juga akan diangkat
kembali oleh Allah dengan berdoa yang tidak ada putusnya. Pada saat
94

dirumah klien selalu melaksanakan shalat 5 waktu, wudhu dengan cara


tayamum. pada saat dirumah sakit juga klien selalu melaksanakan shalat
5 waktu dengan tepat waktu meskipun saat sakit ini shalat dengan cara
duduk.
Klien mengatakan sangat mempercayai dan memiliki hubungan paling
dekat dengan istri dan anak-anaknya. Klien mengatakan ketika di rumah
ia selalu mengikuti kegiatan masyarakat seperti mengikuti kerja bakti dan
lain-lain. Hubungan klien dengan lingkungan baik, klien dapat
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan hubungan klien dengan
perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dengan cukup baik.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan


dan merupakan suatu pernyataan respon manusia (status kesehatan atau
resiko perubahan pola) dari individu, keluarga atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengindentifikasi dan memberikan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang hendak dicapai.
Diagnosa diambil berdasarkan batasan karakteristik. Diagnosis
Keperawatan dan tanda gejala mayor minor di standar diagnosis
keperawatan indonesia (SDKI). Diagnosa yang dapat diambil dari hasil
pengkajian pada pasien 1 dan 2 adalah :
1. Hipervolemia ( D. 0022 ) (PPNI, 2016)
Definisi : Hipervolemia adalah peningkatan volume cairan
intravaskular, interstisial, dan intraseluler. Kelebihan volume cairan
ekstraselular dapat terjadi jika natrium dan air kedua-duanya tertahan
dengan proporsi yang lebih kurang sama. Seiring dengan terkumpulnya
cairan isotonic berlebiha, maka cairan akan berpindah ke kompartemen
cairan interstisial sehingga menyebabkan terjadinya edema.
95

C. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan atau rencana tindakan keperawatan


merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus.
Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan dan
penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi
(Astar et al., 2018).
Perencanaan keperawatan di buat berdasarkan diagnosa
keperawatan yang telah di ambil dari SDKI, pada tahap ini penulis
membuat rencana asuhan keperawatan berdasarkan standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI) (PPNI, 2018) yang telah disesuaikan dengan
masalah yang ada dan situasi serta kondisi yang ditemukan. Selain itu,
dalam menentukan tujuan keperawatan penulis berpedoman standar luaran
keperawatan indonesia (SLKI) (PPNI, 2019). Kelompok melaksanakan
asuhan keperawatan pada pasien 1 dan pasien 2 dengan intervensi yang
sama yaitu manajemen hypervolemia pada sesuai dengan asuhan
keperawatan yang dibutuhkan oleh klien.
Kelompok mengambil intervensi yang cocok untuk mengontrol
edema atau hipervolemia yang terjadi pada pasien 1dan 2 dengan terapi
kombinasi ankle pump exercise dan elevasi kaki 30o terhadap edema kaki
pasien CKD menurut Riska (2023), Pasien dengan gagal ginjal kronik
perlu mendapat bimbingan dan arahan tentang pembatasan cairan, apabila
peningkatan jumlah cairan dengan peningkatan berat badan 5,7% dapat
mengakibatkan kesulitan bernafas, edema, kaki bengkak, terjadinya
meningkatnya uremia, dan memiliki resiko kematian. Tindakan
penatalaksanaan di berbagai rumah sakit yang biasa diterapkan kepada
pasien dengan edema yaitu dengan elevasi kaki dan belum digabungkan
dengan ankle pump exercise, bahkan dibeberapa rumah sakit masih asing
dengan tindakan ankle pump exercise untuk edema pada pasien CKD.
Elevasi kaki 30° sendiri membuktikan bahwa mampu mengurangi tingkat
edema. Kelompok ingin memberikan tindakan keperawatan untuk
96

mengurangi edema kaki yaitu dengan mengkombinasikan ankle pump


exercise dan elevasi kaki 30° untuk mengurangi derajat edema kaki pada
pasien gagal ginjal kronik.
Memberikan terapi kombinasi ankle pump exercise ini
memberikan latihan tersebut menjadi kontraksi otot yang menekan
pembuluh darah vena yang kemudian meningakat dalam pengaturan
susunan saraf pusat yang kemudianakan meningkatkan laju proses oksidasi
natrium, kalium didorong secara maksimal dalam pembuluh darah, dan
dialirkan keseluruh pembuluh darah untuk memperoleh hasil penurunan
edema. Gerakan aktif ankle pump exercise pada prinsipnya memanfaatkan
vena yaitu arah aliran langsung kejantung yang kemudian dipengaruhi
oleh gerakan otot (muscular contracting) kemudian dengan gerakan otot
yang maksimal akan terjadi penekanan vena yang menyebabkan
peningkatan regulasi sistem saraf. Sehingga cairan edema dapat dibawa
kedalam vena yang diartikan dalam proses ini edema dapat berkurang.
Tindakan ankle pump exercise dan elevasi kaki 30°ini dapat
diaplikasikan oleh petugas kesehatan mengingat tugas dan peran perawat
dalam memberikan intervensi, perawat atau petugas kesehatan juga perlu
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien terkait pembatasan
asupan cairan. Kelebihan dari intervensi atau tindakan kombinasi ankle
pump dan elevasi kaki 30° ini tidak menggunakan energi dan biaya yang
besar dalam melaksanakannya oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menentukan pengaruh kombinasi ankle pump exercise dan
elevasi kaki 30° untuk mengurangi derajat edema kaki pada pasien dengan
Chronic Kidney Disease (CKD).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal merupakan


suatu keadaan pada ginjal yang sudah mengalami kerusakan kerusakan
atau gangguan fungsional ataupun struktural. Kerusakan ini sifatnya tidak
dapat diubah sehingga semua fungsi ginjal akan terganggu. Keadaan ginjal
yang mengalami penurunan fungsi tidak mampu untuk membuang produk
sisa atau sampah melalui pembuangan urin dapat mengakibatkan
terganggunya fungsi endokrin, cairan, elektrolit, metabolik serta asam
basa, akibatnya pada pasien gagal ginjal biasanya memerlukan dialisis atau
transplatasi ginjal untuk keberlangsungan hidup pasien gagal ginjal.
Masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien Chronic Kidney
Disease (CKD) salah satunyayaitu kelebihan volume cairan. Pada
pengidap gagal ginjal kronik sering di temukan keadaan edema. Edema
adalah adanya penumpukan cairan secara berlebih diantara sel– sel tubuh
atau di dalam beberapa rongga tubuh, Umumnya Edema terbagi menjadi
infeksi edema atau eksudat dan edema non-infeksi atau transudat.
Berdasarkan studi kasus dan pengkajian ditemukan kesamaan pada
kedua pasien yaitu adanya edema pada kaki kiri dan kanan dengan derajat
edema 3, dimana pada pasien 1 waktu kembali 15 detik sedangkan pasien
2 waktu kembali 17 detik. Kedua pasien memiliki riwayat penyakit yang
sama yaitu hipertensi. Sehingga muncul diagnosa yang sama pada kedua
pasien yaitu diagnosa hipervolemia, perfusi perifer tidak efektif dan
intoleransi aktivitas.
Intervensi yang diberikan kepada pasien untuk mengurangi edema
pada kaki dengan melakukan terapi kombinasi ankle pump exercise dan
terapi elevasi 30o . pada penelitian Effect Of The Combination Of Ankle
Pump Exercise And 30° Foot Elevation On Foot Edema In Ckd Patients
(Arifin Noor et al., 2023) dijelaskan salah satu untuk mengurangi edema

97
98

kaki pada pasien CKD. Ankle pump exercise merupakan metode yang
efektif untuk menurunkan edema, ankle pump exercise dilakukan dengan
mengencangkan kaki sebanyak mungkin kebagian atas dan bawah. dengan
mengelevasikan kaki jika ada pembengkakan distal untuk menaikkan
aliran darah balik sehingga mampu menurunkan pembengkakan distal
akibat sirkulasi darah yang lancar. Sebaliknya, meninggikan 30° dengan
memanfaatkan gravitasi untuk meningkatkan vena dan kaki limpatik.
Gravitasi mempengaruhi tekanan arteri dan vena perifer.
Implementasi pada pasien untuk mengurangi edema pada kaki
maka pada tanggal 8 November 2023 melakukan terapi Ankle Pump
Exercise dan elevasi kaki 30o pada kedua pasien dengan respon pasien 1
mengatakan nyaman kaki nya ditinggikan 30 o selama 30 menit dan
melakukan terapi ankle pump exercise selama selama 10-15 menit, dan
edema klien menurun menjadi derajat 2 dengan waktu kembali 6 detik,
dan klien mengatakan nyaman kaki menjadi mudah untuk digerakan dan
pasien 2 mengatakan nyaman kaki nya ditinggikan 30 o selama 30 menit
dan melakukan terapi ankle pump exercise selama selama 10-15 menit,
dan edema klien menurun menjadi derajat 2 dengan waktu kembali 8
detik, dan klien mengatakan nyaman kaki menjadi mudah untuk
digerakan.

B. Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada pasien CKD


diharapkan dapat memberikan masukan terutama:
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar dapat menjadikan asuhan keperawatan berbasis EBN
ini sebagai pengembangan prosedur dalam mengatasi pasien edema pada
kaki di rumah sakit khususnya pada pasien dengan CKD
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan
meningkatkan pemahaman terutama para perawat dalam melakukan asuhan
99

keperawatan, serta membantu dalam memecahkan masalah kesehatan


mengenai penanganan edema.
DAFTAR PUSTAKA

Almardhiyah, A. (2016). Laporan pendahuluan pada pasien Chronic kidney


disease. 1–23.
Arifin Noor, M., Riska, W. M., Suyanto, S., & Wahyuningsih, I. S. (2023).
Pengaruh Kombinasi Ankle Pump Exercise Dan Elevasi Kaki 30° Terhadap
Edema Kaki Pada Pasien Ckd. Jurnal Keperawatan Sisthana, 8(1), 25–36.
https://doi.org/10.55606/sisthana.v8i1.225
Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). Pengaruh Pelayanan Asuhan
Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Puskesmas Takalala Kabupaten
Soppeng. Journal of Management, 1(2), 33–57.
Dila, R. R., & Panma, Y. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal
Ginjal Kronik Rsud Kota Bekasi. Buletin Kesehatan: Publikasi Ilmiah
Bidang Kesehatan, 3, 41–61.
Elinsanse, C. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN
CHRONIC KIDNEY DISEASE DIRUANGAN MELATI RSUD CURUP.
Mait, G., Nurmansyah, M., & Bidjuni, H. (2021). Gambaran Adaptasi Fisiologis
Dan Psikologis Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani
Hemodialisis Di Kota Manado. Jurnal Keperawatan, 9(2), 1.
https://doi.org/10.35790/jkp.v9i2.36775
Milnawati, ni komang ar. (2019). chronic kidney disease CKD. In Proceedings of
the Institution of Mechanical Engineers, Part J: Journal of Engineering
Tribology (Vol. 224, Issue 11).
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Tim Pokja SDKI DPP
PPNI.
Putri, S. I., Dewi, T. K., & Ludiana. (2023). Implementation Of Slow Deep
Breathing On Fatigue In Chronic Kidney Failure Patients In HD Room Of
RSUD Jendral Ahmad Yani Metro In 2022. Jurnal Cendekia Muda, 3(2),
292–293.
Ramadhani, W. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Chronic
Kidney Desease (Ckd) Di Ruang Penyakit Dalam Pria Rsup Dr. M. Djamil
Padang. Kesehatan Keluarga, 1, 206.

100
101

Anda mungkin juga menyukai