Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

A DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD


(CHRONIC KINDEY DISEASE) DI RUANG IGD RS BHAYANGKARA TK.II
SARTIKA ASIH BANDUNG

LAPORAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Gawat


Darurat dan Keperawatan Medikal Bedah di RS Bhayangkara TK.II Sartika Asih
Bandung

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 IGD

PROGRAM STUDI ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS BALE
BANDUNG BANDUNG
2019

1
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD


(CHRONIC KINDEY DISEASE) DI RUANG IGD RS BHAYANGKARA TK.II
SARTIKA ASIH BANDUNG

KELOMPOK 1 IGD

Endang Mustofa Mega Mulya Krisdayanti


Fuji Pratiwi Wati Hani Evi Herawati
Astri Nurwulan Rahmawati Oki Pri
DenaSurya Hastin Nafitri Rahayu
Desi Novianti Intan Sri Rosalina Nisa Anisa Rohmah
Mega Siti Nurlani Isyeu Sintia

Laporan Praktek Rumah Sakit ini telah disetujui oleh


Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik
Bandung, 28 Desember 2019

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ganjar Safari, S.Kep., Ners MM Yayat Supriatna, S.Kep., Ners


NIK. 0428108602 NIP. 197607232014121001

Menyetujui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Bale Bandung

Tri Nugroho Wismadi, S.Kp. MPH


NIK. 1043170005

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah


S.W.T,karena berkahNya dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan
Diagnosa Medis Ckd (Chronic Kindey Disease) Di Ruang Igd Rs Bhayangkara
Tk.II Sartika Asih Bandung” dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas wajib untuk mata
kuliah Kebutuan Keperawatan Gawat Darurat di Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Bale Bandung.
Penyusun menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, oleh karena itu segala kritik dan saran membangun dari para pembaca sangat
diharapkan oleh penyusun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandung, 15 Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I KONSEP DASAR CKD..........................................................................................................1
A. Pengertian..................................................................................................................................1
B. Anatomi Fisiologi......................................................................................................................1
C. Etiologi......................................................................................................................................3
D. Klasifikasi..................................................................................................................................5
E. Maninfestasi Klinis....................................................................................................................6
F. Patofisiologi...............................................................................................................................7
G. Pathway.....................................................................................................................................9
H. Penatalaksanaan.......................................................................................................................11
I. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................14
J. Komplikasi..............................................................................................................................15
K. Asuhan Keperawatan pada pasien............................................................................................16
BAB II STUDI KASUS.....................................................................................................................33
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................58
A. KESIMPULAN........................................................................................................................58
B. SARAN....................................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................60

i
BAB I
KONSEP DASAR CKD
A. Pengertian
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu
mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga
menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir (Terry & Aurora,
2013)
CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).

B. Anatomi Fisiologi
Berikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Benny
(20016) : Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama
didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus
lapisan lemak yang tebal dibelakang pritonium. Kedudukan ginjal dapat
diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis.
terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Dan ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri karena tertekan oleh hati.

1
Setiap ginjal panjangnya antara 12 cm sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan
tebalnya antara 1,5 sampai 2,5 cm, pada orang dewasa berat ginjal
antara 140 sampai 150 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi
dalamnya atau hilus menghadap ketulang belakang, serta sisi luarnya
berbentuk cembung. Pembuluh darah ginjal semuanya masuk dan keluar
melalui hilus. Diatas setiap ginjal menjulang kelenjar suprarenal.
Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus serta
didalamnya terdapat setruktur-setruktur ginjal. Setruktur ginjal
warnanya ungu tua dan terdiri dari bagian kapiler disebelah luar, dan
medulla disebelah dalam. Bagian medulla tersusun atas 15 sampai 16
bagian yang berbentuk piramid, yang disebut sebagai piramid ginjal.
Puncaknya mengarah ke hilus dan berakhir di kalies, kalies akan
menghubungkan dengan pelvis ginjal.

Setruktur mikroskopik ginjal tersusun atas banyak nefron yang


merupakan satuan fungsional ginjal, dan diperkirakan ada 1.000.000
nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron mulai membentuk sebagai
berkas kapiler (Badan Malpighi / Glomerulus) yang erat tertanam dalam
ujung atas yang lebar pada unineferus. Tubulus ada yang berkelok dan
ada yang lurus. Bagian pertama tubulus berkelok-kelok dan kelokan
pertama disebut tubulus proksimal, dan sesudah itu terdapat sebuah
simpai yang disebut simpai henle. Kemudian tubulus tersebut berkelok
lagi yaitu kelokan kedua yang disebut tubulus distal, yang bergabung
dengan tubulus penampung yang berjalan melintasi kortek dan medulla,
dan berakhir dipuncak salah satu piramid ginjal.

2
Selain tubulus urineferus, setruktur ginjal juga berisi pembuluh
darah yaitu arteri renalis yang membawa darah murni dari aorta
abdominalis ke ginjal dan bercabang-cabang di ginjal dan membentuk
arteriola aferen (arteriola aferentes), serta masing-masing membentuk
simpul didalam salah satu glomerulus. Pembuluh eferen kemudian tampil
sebagai arteriola eferen (arteriola eferentes), yang bercabang-cabang
membentuk jaring kapiler disekeliling tubulus uriniferus. Kapiler-kapiler
ini kemudian bergabung lagi untuk membentuk vena renalis, yang
membawa darah kevena kava inferior. Maka darah yang beredar dalam
ginjal mempunyai dua kelompok kapiler, yang bertujuan agar darah lebih
lama disekeliling tubulus urineferus, karena fungsi ginjal tergantung pada
hal tersebut.

C. Etiologi
Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian CKD menurut
(Mona, 2017) yaitu :
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan). Pielonefritis adalah proses
infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran
ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan
parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis disebabkan
oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak baik glomerulus
maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan

3
kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis Disebabkan karena
terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal oleh adanya
peningkatan tekanan darah akut dan kronik.

3) Gangguan jaringan ikat misalnya lupus eritematosus sistemik,


poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif Disebabkan oleh
kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membrane basalis
glomerulus dan menimbulkan kerusakan (Price, 2008). Penyakit
peradangan kronik dimana sistem imun dalam tubuh menyerang
jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ.
4) Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal
polikistik, asidosis tubulus ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai
dengan kista multiple, bilateral, dan berekspansi yang lambat laun
akan mengganggu dalam menghancurkan parenkim ginjal normal
akibat penekanan, semakin lama ginjal tidak mampu
mempertahankan fungsi ginjal sehingga ginjal akan menjadi rusak.
5) Penyakit metabolik misalnya DM (Diabetes Mellitus), gout,
hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab terjadinya ini dimana
kondisi genetik yang ditandai dengan adanya kelainan dalam proses
metabolisme dalam tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim.
Proses metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat protein,
dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan energi.
6) Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati
timbal. Penyebab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel,
sehingga penggunaan berbagai prosedur diagnostik.
7) Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher
kandung kemih dan uretra.
8) Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis, Merupakan

4
penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.

D. Klasifikasi
Tahap gangguan ginjal menurut (Mona, 2017) antar lain:
1) Tahap 1 : Diminishid Renal Reserve
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan
sisasisa metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan
kompensasi terhadap gangguan yang sakit tersebut.
2) Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensi ginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal,
sedang apabia 15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal
normal hanya 2- 20%. Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolik
mulai berakumulasi dalam darah karena jaringan ginjal yang lebih
sehat ridak dapat berkompensasi secara terus menerus terhadap
kehilangan fungsi ginjal karena adanya penyakit tersebut. Tingkat
BUN, Kreatinin, asam urat, dan fosfor mengalami peningkatan
tergntung pada tingkat penurunan fungsi ginjal.
3) Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap
lanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin) berakumulasi dalam
darah dan ginjal tidak mampu mempertahankan hemostatis.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit terjadi bila segera dianalisa
akan menjadi fatal/ kematian

Menurut Benny (2016), tahapan CKD dapat ditunjukan dari laju


filtrasi glomerulus (LFG), adalah sebagai berikut :
1) Tahap I adalah kerusakan ginjal dengan LFG normal atatu
meningkat > 90 ml/menit/1,73 m2.
2) Tahap II adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan
yaitu 60- 89 ml/menit/1,73 m2.
3) Tahap III adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG sedang

5
yaitu 30- 59 ml/menit/1,73 m2.
4) Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat
yaitu 15- 29 ml/menit/1,73 m2.
5) Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2 .

E. Maninfestasi Klinis
Pasien dengan CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang mendasari. (Menurut benny,
2016) tanda gejala diantaranya adalah :
1) Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium
dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Gagal jantung kongestif.
c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.
2) Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan
kulit.
3) Gastrointestinal seperti
a. anoreksia atau kehilangan nafsu makan,
b. mual sampai dengan terjadinya muntah.
4) Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
5) Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan
dangkal, kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.
6) Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan
kalsium dan pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon
dihidroksi kolekalsi feron.
7) Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri
sampai pada harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan
kematian.

6
F. Patofisiologi
Menurut Benny (2016) proses terjadinya CKD adalah akibat dari
penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang normalnya
diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia
yang mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga menyebabkan
gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, sehingga menyebabkan
penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin. Menurunya
filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens
kreatinin. Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat selain itu, kadar
nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indikator paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh
penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme dan medikasi seperti steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada
retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol
dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon
ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit
seharihari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh
yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin
angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik.

7
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal
mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan
asam organik lain juga terjadi.

Kerusakan ginjal pada CKD juga menyebabkan produksi eritropoetin


menurun dan anemia terjadi disertai sesak napas, angina dan keletian.
Eritropoetin yang tidak adekuat dapat memendekkan usia sel darah merah,
defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan karena
setatus pasien, terutama dari saluran gastrointestinal sehingga terjadi
anemia berat atau sedang. Eritropoitin sendiri adalah subtansi normal yang
16 diproduksi oleh ginjal untuk menstimulasi sum-sum tulang untuk
menghasilkan sel darah merah.
Abnormalitas utama yang lain pada CKD menurut Benny (2016)
adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat tubuh yang memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain
menurun. Penurunan LFG menyebabkan peningkatan kadar fosfat serum
dan sebaliknya penurunan kadar serum menyebabkan penurunan sekresi
parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun pada CKD, tubuh tidak
berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi parathormon, dan
akibatnya kalsium di tulang menurun, menyebabkan perubahan pada tulang
dan menyebabkan penyakit tulang, selain itu metabolik aktif vitamin D
(1,25 dihidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat didalam ginjal
menurun, seiring dengan berkembangnya CKD terjadi penyakit tulang
uremik dan sering disebut Osteodistrofienal. Osteodistrofienal terjadi dari
perubahan komplek kalsium, fosfat dan keseimbangan parathormon. Laju
penurunan fungsi ginjal juga berkaitan dengan gangguan yang mendasari
ekresi protein dan urin, dan adanya hipertensi. Pasien yang mengekresikan
secara signifikan sejumlah protein atau mengalami peningkatan tekanan
darah cenderung akan cepat memburuk dari pada mereka yang tidak
mengalimi kondisi ini.

8
G. Pathway

Zat toksik Vaskuler Infeksi Obstruksi Saluran kemih

Tertimbun ginjal Retinasi urin Batu besar & kasar


Reaksi antigen antibodi Arterio skerosis

Menekan syaraf perifer Iritasi/cedera jaringan


Suplay darah ginjal

Nyeri pinggang
Hematuria
GFR turun
Anemia
GGK

Retensi Na Sekresi eitropoitis turun


Sekresi protein terganggu

Totalkapiler
Total naik
CES naik
Sindrom uremia Prodiksi HB turun

Sulplai nutrisi dalam darah turun


Ggn Kesim asam basa Urokrom terhimbun dikulit perpospatemia

Gg nutrisi
Prod asam lambung naik pruritis Volume interstisial
Perubahan warna kulit
Oksihemoglobin turun
Edema (kelebihan vlme cairan)
Kerusakan integritas kulit
9
Iritasi lambung
Neusea, vomitus Pre load naik Suplai O2, kasar turun
Beban jantung naik

Hipertrovi ventrikel kiiri


Resiko infeksi Resiko perdarahan Intoleransi aktivitas

Payah jantung kiri


Gastritis
Hematemesei Melana
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Anemia COP turun


Mual,muntah Bendungan atrium kiri naik

aimbangan
Ketidak se nutrisi k
Tekanan vena pulmunalis
keb t Keletihan urang dari
ubuh

Kapiler paru naik

Suplai O2 keotak turun


Aliran darah ginjal turun Edema paru
Suplai O2, jaringan turun

Syncope
(kehilangan Gangguan pertukaran gas
RAA turun
Metabolsm anaerob

Retensi Na dan H2O Fatigue Nyeri sendi


Asam laktat naik

Nyeri
10
H. Penatalaksanaan
1) Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya
faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat
akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal
dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2009).
a. Terapi diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat
merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan jumlah kalori Kebutuhan jumlah kalori (sumber
energi) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama, yaitu
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara
status nutrisi dan memelihara status gizi.
c. Kebutuhan cairan Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan
harus adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral Kebutuhan jumlah mineral dan
elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit
ginjal dasar (underlying renal disease).
2) Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik Asidosis metabolik harus dikoreksi karena
meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan
mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali.
Terapi alkali (sodium bikarbonat) harus segera diberikan intravena
bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
b. Anemia Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC)
merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif.
Terapi pemberian transfusi darah harus hati- hati karena dapat
menyebabkan kematian mendadak (hipervolemik).
c. Keluhan gastrointestinal
d. Anoreksia, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupaka

1
nkeluhan utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan
gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut
sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi
dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
e. Kelainan kulit Tindakan yang diberikan tergantung dengan jenis
keluhan kulit.
f. Kelainan neuromuskular Beberapa terapi pilihan yang dapat
dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat,
medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
g. Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi sesuai dengan
keadaan pasien.
h. Kelainan sistem kardiovaskular Tindakan yang diberikan
tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita.
i. Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada
PGK stadium 5, Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
3) Hemodialisa
a. Pengertian Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika
ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut. Pada dialisis,
molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara
mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih
tinggi) ke cairan yang lebih encer (konsentrasi solut lebih rendah).
Cairan mengalir lewat membran semipermeabel dengan cara
osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekakan eksternal pada
membran). Membran semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-
pori terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori
membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah
seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga
sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi
kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar

1
untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada
dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan
glomerolus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal
yang terganggu fungsinya. Sistem ginjal buatan :
1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin,
dan asam urat.
2) Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan
banding antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas
tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses ultrafiltrasi).
3) Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.
4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
4) CAPD (Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis)
Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput
yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki
area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari
darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam
rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang
menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan
selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah
secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan
dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
5) Cangkok Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan
faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu :
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih
70-80% faal ginjal alamiah b. Kualitas hidup normal kembali.
b. Masa hidup (survival rate) lebih lama.

1
c. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan
dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan e.
Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.

I. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
1. Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria), atau
urine tidak ada (anuria).
2. Warna : Secara normal perubahan urine mungkin
disebabkan oleh pus / nanah, bakteri, lemak, partikel
koloid, fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
3. Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
4. Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1
b. Ureum : adanya peningkatan
c. Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu
5).
d. Hiponatremia
e. Hiperkalemia
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemi
g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
h. Gula darah tinggi
i. Hipertrigliserida
j. Asidosis metabolik
2) Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi
ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran
ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran

1
perkemihan bagianatas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
sel jaringan untuk diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.

e. Foto Polos Abdomen


Menilai besar dan bentuk ginjal serta adakah batu atau obstruksi
lain.
3) Pielografi Intravena
Menilai sistem pelviokalises dan ureter, beresiko terjadi penurunan
faal ginjal pada usia lanjut, diabetes melitus dan nefropati asam
urat.
4) USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkin ginjal , anatomi
sistem pelviokalises, dan ureter proksimal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kandung
kemih dan prostat.
5) Biopsi Ginjal
dilakukan bila terdapat keraguan dalam diagnostik gagal ginjal
kronis atau perlu untuk mengetahui etiologinya.

J. Komplikasi
(Bayu, 2015)Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD
akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut
Benny (2016) antara lain adalah :
1. Hiper kalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik,
kata bolisme, dan masukan diit berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.

1
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang
abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan
nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang
berlebian. 8.Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9.Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.

K. Asuhan Keperawatan pada pasien

1) Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013),
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Data Demografi :
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan
penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan. yang
tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa / zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan
Riwayat sakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme,
obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.

1
c. Riwayat kesehatan keluarga

Adanya riwayat DM, hipertensi pada keluarga dapat beresiko


menrunnya sakit DM maupun hipertensi terhadap anggota
keluarga lain
d. Riwayat kesehatan sekarang
Adanya keluhan penurunan aktivitas fisik, sesak nafas, odema pada
perifer.
e. Pola-pola fungsional
1. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan
BB dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia,
mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.

2. Pola eliminasi

Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output


dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien terjadi
konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.

3. Aktifitas dan latian.

Gejalanya adalah pasien mengatakan lemas dan tampak


lemah, serta pasien tidak dapat menolong diri sendiri.
Tandanya adalah aktifitas dibantu.

4. Pola istirahat dan tidur.

Gejalanya adalah pasien terliat mengantuk, letih dan terdapat


kantung mata. Tandanya adalah pasien terliat sering
menguap.

5. Pola persepsi dan koknitif.

Gejalanya penurunan sensori dan rangsang. Tandanya adalah


penurunan kesadaran seperti ngomong nglantur dan tidak

1
dapat berkomunikasi dengan jelas.
6. Integritas Ego
Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : umumnya keadaan umum Lemah, aktifitas
dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. tingkat kesadaran
pasien bervariasi dari compos mentis sampai coma.
2) Vital sign : karna kondisi ginjal yg tidak dapat mengatasi
keseimbangan cairan, kebanyakan klien CKD akan
mengalami tekanan darah naik, respirasi rate mungking
meningkat, nadi meningkat dan reguler.
3) Kepala dan leher : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan
4) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
mata anemis
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran
6) Hidung : simetris, kebersihan baik, tidak ada lesi
7) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan.
9) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.

10) Abdomen : Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik,


turgor jelek, perut buncit.

1
11) Ekstrimitas : Ekstremitas. Kelemahan fisik, aktifitas pasien
dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary
Refil lebih dari 2 detik.

12) Genital : Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi


dini, impotensi, terdapat ulkus.

13) Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit
bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.

g. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa
1 Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2 Nyeri akut
3 Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retansi cairan serta natrium
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan merubahan
membrane mukosa mulut
5 Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran
darah keseluruh tubuh
6 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7 Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status metabolic
sekunder

1
Perencanaan/intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Gangguan pertukaran gas b.d
1 NOC NIC
kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer  Respiratory status : gas exchange Airway management

yang mengakibatkan asidosis  Respiratory status : ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
laktat thrust bila perlu
 Vital sign status
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
nafas buatan
oksigenasi yang adekuat
- Pasang mayo bila perlu
 Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari
tanda-tanda distres pernafasan - Lakukan pisioterapi dada jika perlu

 Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas - Keluarkan secret dengan batuk atau suction
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
- Auskultasi suara nafas catat adanya suara tambahan
(mampu mengeluarkan suptum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pusred lips) - Lakukan suction pada mayo

 Tanda-tanda vital dalam rentang yang normal - Berikan bronkodilator bila perlu

- Berikan pelembab udara

2
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan

- Monitor respirasi dan status O2

Respiratory monitoring

- Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan usaha


respirasi

- Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,


penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal

- Monitor suara nafas, seperti dengkur

- Monitor pola nafas : bradipnea, takipenia, kussmaul,


hiperventilasi, cheyne stokes, biot

- Catat lokasi trakea

- Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan


paradoktisis)

- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak


adanya ventilasi dan suara tambahan

- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi

2
crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama

- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk


mengetahui hasilnya
Nyeri akut
2 NOC NIC

 Pain level, Pain Management

 Pain control, - Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif


termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 Comfort level,
kualitas dan faktor presipitasi
Kriteria hasil
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
- Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk
mampu menggunakan teknik nonfarmakologi
mengetahui pengalaman nyeri pasien
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Kaji kultur yang memepengaruhi respon nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
frekuensim dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan, kontrol nyeri masa lampau

 Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

2
seperti sushu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

- Kurangi faktor respirasi nyeri

- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,


non farmakologi dan interpersonal)

- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan


intervensi

- Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasi dengan dokter jika ada kleluhan dan


tindakan nyeri tidak berhasil

- Monitor penerimaan pasien tentang managemen


nyeri

Analgesic adminitrasion

- tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat


nyeri sebelum pemberian obat

- cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan

2
frekuensi

- cek riwayat alergi

- pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari


analgesik ketika pemberian lebih dari satu

- tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan


bertanya nyeri

- Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan


dosis optimal

- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan


nyeri secara teratur

- Monitor vital sign sebelum dan sesduah pemberian


analgesik pertama kali

- Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri


hebat

- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala


Kelebihan volume cairan b.d
3 NOC NIC
penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retansi cairan serta  Electrolit and acid base balance Fuid management

natrium  Flud balance - Timbang popok/pembalut jika diperlukan

2
 Hydration - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

Kriteria hasil - Pasang urin kateter jika diperlukan

 Terbebas dari edema, efusi, anaskara - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensicairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
 Bunyi nafas bersih, tidak ada dypsnea/ortopneu
- Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
 Terbebas dari distensi vena juguralis, reflek
PAP, PCWP
hepatojugular (+)
- Monitor vital sign
 Memelihara tekanan vena sentral, tekanan
kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam - Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracels,
batas normal CVP, edema, distensi vena leher, asites)

 Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau - Kaji lokasi dan luas edema
kebingungan
- Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake
 Menjelaskan indikator kelebihan cairan kalori

- Monitor status nutrisi

- Kolaborasi pemberian diuretik sesuai intruksi

- Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremi


dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l

- Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul


memburuk

2
Fuid monitoring

- Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan


eliminasi

- Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak


seimbangan cairan (hipertermia), terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi,
disfungsi hati, dll)

- Monitor berat badan

- Monitor serum dan elektrolit urine

- Monitor BP, HR dan RR

- Monitor parameter hemodinamik infasif

- Catat secara akutar intake dan output

- Monitor adanya distensi leher, rincgi, eodem perifer


dan penambahan BB

- Monitor tanda dan gejala eodem


Ketidakseimbangan nutrisi
4 NOC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah,  Nutritional status : Nutrition management

pembatasan diet, dan merubahan  Nutritional status : food and fuid - Kaji adanya alergi makanan

2
membrane mukosa mulut
 Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
 Nutritional status : nutrient intake
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
 Weight control
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein atau
Kriteria hasil
vitamin C
 Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
- Berikan substansi gula
 BB ideal sesuai dengan tinggi badan
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi serat untuk mencegah konstipasi
 Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi - Berikan makanan yang terpilih (sudah di
 Menunjukan peningkatan fungsi pencegahan konsultasikan dengan ahli gizi)
dari menelan - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan harian
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti makanan

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi


yang diutuhkan

Nutrion monitoring

- BB pasien dalam batas normal

2
- Monitor adanya penurunan BB

- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biosa


dilakukan

- Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan

- Monitor lingkungan selama makan

- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama


jam makan

- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

- Monitor turgor kulit

- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah


patah

- Monitor mual dan muntah

- Monitor kadar albumi, total protei,Hb, dan kadar Ht

- Monitor pertumbuhan dan perkembangan

- Monitor pucat, kemerahn, dan kekeringan jaringan


konjungvita

- Monitor kalori dan intake nutrisi

2
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral

- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet


Ketidak efektifan perfusi
5 NOC NIC
jaringan perifer b.d perlemahan
aliran darah keseluruh tubuh  Circulation status Peripheral sensation management (menejmenen
sensasi perifer)
 Tissue perfusion cerebral
- Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka
Kriteria hasil :
terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
Mendemonstrasikan status sirkulasi yang
- Monitor adanya paretese
ditandai dengan :
- Intruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika
 Tekanan systole dan dyastole dalam rentang
ada isi atau laterasi
yang diharapkan
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi
 Tidak ada ortostarik hipertensi
- Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
 Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) - Monitor kemampuan BAB

Mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang - Kolaborasi pemberian analgetik


ditandai dengan :
- Monitor adanya tromboplebitis
 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan
- Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
kemampuan

2
 Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi

 Memproses informasi

 Membuat keputusan dengan benar

Menunjukan fungsi sensori motoricarnial


yang utuh : tingkat kesadaran membaik, tidak
ada gerakan-gerakan involunter

Intoleransi aktivitas b.d


6 NOC NIC
keletihan, anemia,
retensi, produk sampah  Energy consevartion Activity therapy

 Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik


dalam merencanakan program terapi yanag tepat
 Self care : ADls
- Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
Kriteria hasil
mampu dilakukan
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
peningkatan tekanan darah, nadi dan RR
dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (Adls)
- Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
secara mandiri
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
 Tanda-tanda vital normal diinginkan

3
 Energy psikomotor - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
 Level kelemahan
- Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang disukai
 Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan
alat - Bantu klien untuk membuat jadwal diwaktu luang

 Status kardiopulmunari adekuat - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi


kekurangan dalam beraktivitas
 Sirkulasi status baik
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
 Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi
beraktifitas
adekuat
- Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri
dan penguatan

- Monitor respo fisik, emosi, social dan spirituual


Kerusakan integritas kulit b.d
7 NOC Nic
pruritas, gangguan status
metabolic sekunder  Tissue integrity : skin and mucous  Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
benar
 Wound healing : primary and secondary
intention  Jaga kulit agar tetep bersih dan kering

Kriteria hasil  Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
 Perfusi jaringan normal
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Tidak ada tanda-tanda infeksi

3
 Ketebalan dan tekstur jaringan normal  Oleskan lotion atau minyakbaby oil pada daerah
yang tertekan
 Menunjukan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera  Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
berulang
 Monitor status nutrisi pasien
 Menunjukan terjadinya proses penyembuhan
 Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
luka
 Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
jaringan neurotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus

 Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka

 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang pemberian diet


TKTP (tinggi kalori protein)

 Cegan kontaminasi fases dan urin

 Lakukan teknik perawatan luka dengan steril

 Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka

 Hindari kerutan pada tempat tidur

3
BAB II
STUDI KASUS
(LAPORAN RESUME KASUS_)

ASUHAN KEPERAWAT PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA MEDIS


CKD (CHRONIC KINDEY DISEASE) DI RUANG IGD RS
BHAYANGKARA TK.II SARTIKA ASIH BANDUNG

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Rumah Sakit : RS Bhayangkara Tk.II Sartika Asih Bandung


Ruangan : IGD
Tanggal Pengkajian : 06 Desember 2019 Jam: 14.20 WIB
Diagnosa medis : CKD IV
Triase : ATS 2 Emergency (Orange) di bawa ke ruang tindakan
dewasa

A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. A Nama : Tn. Y
Umur : 64 tahun Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Sunda Suku : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA (Akp kepolisian) Pendidikan : SMA
(Kepolisian)
No. Rekam Medik : 00.116.030 No Rekam Medik : -
Alamat : Mulya graha III No.52 Alamat : Mulya graha
III No.52

RESUME KASUS

Tn. A datang ke IGD RS BHAYANGKARA TK.II SARTIKA ASIH pada


tanggal 06-Desember-2019 pada jam 14:00 dengan keluhan nyeri uluhati seperti
di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 8 (0-10), tidak masuk makanan di sertai dengan
muntah berwarna hitam pekat dan BAB berwarna hitam, pasien juga mengatakan
lemas letih, TTV saat dikaji TD : 170/90 mmHg, N : 92x/menit, RR : 28x/menit,
S : 36,8oC, SPO2 : 97% on air. BB sebelum masuk RS 58 setelah masuk RS 55.
Tn. A saat dikaji tampak meringis kesakitan dan kerluarga mengatakan Tn. A
pernah mengalami hal serupa dengan keluhan yang sama di rawat di ICU pada

3
bulan agustus. Tn. A melakukan pemeriksaan Lab dengan hasil Hb: 8.3, ureum:
142, kreatinin: 8.0. dokter mendiagnosa Tn. A mengalami CKD IV.

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Keluhan Utama
Nyeri Akut

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Tn. A datang ke IGD RS BHAYANGKARA TK.II SARTIKA ASIH,


dengan keluhan nyeri ulu hati seperti ditusuk-tusuk dengan skala
nyeri 8 (0-10), nyeri berlangsung ± 10-15 menit, hilang timbul selama 5
menit, tidak masuk makanan, muntah berwarna hitam pekat dan BAB
berwarna hitam, pasien juga mengatakan lemas letih, BB sebelum
masuk RS 58 setelah masuk RS 55, nyeri dirasakan bertambah pada saat
beraktivitas.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Tn. A memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus dari 6 tahun yang


lalu dan tidak melakukan pengobatan, Ulkus diabetes sehingga kedua
kakinya harus di amputasi karna luka diabetes di kaki, Tn. A juga pernah
punya riwayat hipertensi, meminum obat amplodipin 10 mg, memiliki
riwayat PJK sejak 6 bulan yang lalu karena gula darah tinggi.
Tn. A mengatakan pernah dirawat di ICU RS BHAYANGKARA
TK.II SARTIKA ASIH dengan keluhan yang sama pada bulan Agustus.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tn. A mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami riwayat


CKD, namun ada keluarga ada yang mengalami diabetes karena turunan,
ayah dan kedua kaka kandungnya meninggal karena penyakit diabetes.

3
Genogram

Keterangan:

= Laki-laki = Klien

= Perempuan = Meninggal

= Tinggal serumah = garis menikah


= garis keturunan/anak

3
C. PEMERIKSAAN FISIK

- Suara jantung S1 S2 Tunggal S3 S4


- Nadi Reguler Iregular HR 74x/menit
- Capilary refill < 3 detik > 3 detik
Kardiovaskuler

- JVP Normal Meningkat ….. cm


- Murmur Ya Tidak
- Gallop Ya Tidak
- Akral hangat Dingin
- Oedem Ya Tidak
- CVP Ya Tidak
- Lain- lain Tidak ada
.
- Bentuk dada Simetris
- Bunyi nafas Bronkial Bronkovesikular Vesikular
Suara nafas
tambahan Tidak Ya, (kanan/kiri)
- Whezing Tidak Ya, (kanan/kiri)
Respiratory

- Ronchi Tidak Ya,


- Stridor Tidak Ya,
- Snoring Tidak Ya, Produktif/ tidak, secret
Batuk Tidak Ya,
Pemakaian otot Bantu nafas 21x/menit
RR Tidak ada
- Lain – lain

- Warna kulit Kecoklatan


- Kelembaban lembab berkeringat kering
- Icterus Tidak ya, lokasi
Integumen

- Turgor tidak ada, ……cm. lokasi…………


- Jejas tidak ada …….cm lokasi…………
- Luka tidak ada ….%, grade… lokasi…………
- Luka bakar Tidak ada
- Lain – lain Tidak ada
- Pupil Isokor Anisokor
Reflek cahaya Normal
Diameter
Neurologi

- GCS E: 4 M: 6 V:5 =15 (compos mentis)

- Gangguan N I s/d N XII Klien tidak bisa berjalan karna kedua kakinya
diamputasi

- Lain – lain Tidak ada

3
- Riwayat pertumbuhan Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada
dan perkembangan fisik waktu dewasa
Kekeringan kulit atau rambut
Endokrin

Exopthalmus Goiter Hipoglikemia


Tidak toleran terhadap panas
Tidak toleran terhadap dingin
Polidipsi Poliphagi Poliuri
- Lain – lain Tidak ada

- Kemampuan pergerakan sendi Bebas Terbatas


- Parese Ya Tidak
- Paralise Ya Tidak
- Hemiparese Ya Tidak
- Kontraktur Ya Tidak
- Lain- lain Tidak ada
Muskuloskeletal

Ekstremitas
- Atas Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Bawah Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Tulang belakang Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Lain –lain Tidak ada

3
Abdomen
- Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
- Bising usus Tidak ada 7 x /mnt
- Meteorismus Tidak ya
- Nyeri tekan Tidak ya, lokasi Ulu hati
- Pembesaran Hepar Tidak ya,..........cm bawah arcus costae
- Pembesaran Limpa Tidak ya
- Teraba Massa Tidak ya, lokasi………………………..
- Ascites Tidak ya
Gastrointestinal

- BAB frekwensi/ konsistensi 2 kali sehari dengan keluhan BAB warna hitam
- Mual/ muntah Tidak ya
- Lain – lain Tidak ada

Nutrisi
Pola makan
- Jenis Diet/ kalori Tidak ada
- Mendapat makanan tambahan Tidak Ya,……………………..
- Klien makan Makanan
yang disajikan Klien sulit makan
- Kesulitan menelan Tidak ya
- TB/BB TB : 141 BB : 50 kg
- Terpasang Alat Bantu Tidak ya dipasang
- Lain – lain NGT Tidak ada
Konsep Diri Tanggapan tentang tubuh : Bersyukur
- Citra diri / body image Bagian tubuh yang disukai: Semua
Bagian yubuh yang tidak disukai: Tidak ada
Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh yang
lainnya: Klien mengatakan tidak bisa berjalan normal

Status klien dalam keluarga


- Identitas anak istri suami
Kepuasan klien terhadap status dan posisinya
dalam keluarga puas tidak puas
Kepuasan klien terhadap jenis
kelaminya puas tidak puas

3
- Peran Tanggapan klien terhadap
perannya senang tidak
senang
Lain-lain : Tidak ada
Kemampuan / kesanggupan klien
melaksanakan perannya sanggup
tidak sanggup Kepuasan klien melaksanakan
perannya
puas tidak puas
Lain- lain : Tidak ada

- Ideal diri / harapan Untuk konsidi saat ini klien merasa tidak puas dengan
kemampuan dan kepuasan klien dengan melaksanakan
perannya
Harapan klien terhadap tubuhnya : Semoga diberikan
kesehatan selalu
Psikososial

Posisi (dalam pekerjaan: mantan AKP


(KEPOLISIAN)
Status (dalam keluarga) Suami, ayah dan kakek
Tugas/ pekerjaan
Harapan klien terhadap penyakit yang dideritanya:
Semoga Allah mengangkat penyakit saya dan
digugurkanya dosa-dosa saya

Tanggapan klien terhadap harga dirinya : Klien


- Harga diri bersyukur

- Sosial /interaksi Klien sering dikunjungi oleh keluarga: Sering


Hubungan klien dengan keluarga: Baik
Dukungan keluarga terhadap klien
Lain-lain : Tidak ada

- Spiritual Klien selalu berdo’a kepada Allah dan selalu


bersyukur

3
D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, X-RAY, DLL) :

 Pemeriksaan Laboratorium

No Transaksi : L191201285 Jenis kelamin : Laki-laki


No Biling : J191202657 Tgl lahir : 12-12-1955
NO MR : 00 116 030 Tgl periksa : 06-12-2019
jam:16
Nama : Tn. A Tgl sampel : 06-12-2019
Usia : 63th 11 Bln 0 hari Ruang rawat : RJ
Status : Dokter pengirim : RABBANI dr
pekerjaan : Tgl hasil : 16-12-2019
Alamat : Mulya graha III No.52 Tgl pegambilan hasil : Mulya graha
III No.52

No Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Satuan Nilai rujukan


Hematologi pemeriksaan darah
1 Hematologi
1.1 Hemoglobin 8.3 g/dl 12-18
1.2 Leukosit 5.700 /mm3 4000-10000
1.3 Hematorik 24 % 37-48
1.4 Trombosit 201.000 /mm3 150000-
400000
Kimia
2 Ureum 1.42 mg/dl 20-40
3 Kreatinin 8.0 mg/dl 0.3-1.5
4 SGPT 12 U/L <32
5 Gula darah sewaktu 139 mg/dl <150
6 Elektrolit
6.1 Natrium 139.67 mg/dl 138-145
6.2 Kalium 4.76 mg/dl 3.5-5.1
6.3 Klorida 112.08 mg/dl 96-110

 Pemeriksaan X-RAY (Thoraks

PA) View errect : Simetris


Hasil : Apke pulmo
Cor : ctr 0.62
Kesan : Normal Chest X Ray

 Pemeriksaan EKG (Elektro Cardio


Gram) Synus Rhytm Heart Rate 80bpm

E. TERAPI
- Infus Nacl 0,9% 20 tpm
- Pantopazole 40gr
- Pasang NGT Obs cairan
- Sucralfate 4Amplx10cc

4
- Furosemide 1Anplx40ml
- Ca bicarborat 3x1gr
- Bicnat 3x1gr
- Lansoprazole 1x30ml
- Inbbion 2x1gr
- Amplodipin 1x10ml
- Asam polat 1x5ml

ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. Aam

Mustaram Umur : 63 tahun/ 11 bulan

No DATA ( DS/DO) ETIOLOGI MASALAH


1 DS : Hipertensi Nyeri Akut
- Pasien mengatakan Nyeri ulu Volume darah ke ginjal
hati sejak kemarin
naik
- Nyeri bertambah hebat ketika
Ginjal tidak mampu
bergerak setelah Tn.A makan
yang disertai dengan muntah menyaring darah yang

(hitam) terlalu banyak


- Pasien mengatakan muntah
Kerusakan ginjal
berwarna hitam, BAB hitam
GFR turun
sejak 2 hari kemarin
Gangguan fungsi ginjal

DO : berlangsung kronik
- Pasien tampak CKD
- KU : Lemah
Sekresi protein terganggu
- Pengkajian PQRST
Sindrom uremia
P : Nyeri pada saat bergerak
makan dan muntah hitam Gg keseiambangan asam

Q : Nyeri seperti ditusuk- basa

4
tusuk
R : Nyeri dirasakan Pada Prod asam lambung naik
bagian ulu hati (epigastrium)
Iritasi lambung
S : Skala nyeri : 8 (berat) dari
Resiko perdarahan
1-10
T : Nyeri berlangsung ± 10- Hematemesi melena

15 menit, lalu kemudian


Rangsang syaraf reseptor
berhenti sekitar 5 menit, lalu
muncul kembali, nyeri
Nyeri akut
bertambah hebat apabila klien
bergerak dan makan disertai
muntahhitam
- Terdapat nyeri tekan didaerah
epigastrium
- Wajah tampak meringis dan
gelisah
- Pasien tampak memegangi
perut bagian atas
- BB setelah masuk RS : 55kg
- TD : 170/90 mmHg
RR : 28x/mnt
S : 36,8
N : 92x/mnt
Ureum 1.42

Kreatinin 8.0
2 DS : GGK Resiko gangguan
- Pasien mengatakan muntah pemenuhan asupan
Sekresi protein terganggu
sejak hari jumat nutisi
Sindrom uremia
- Kalien mengatakan BB
Ggn keseimbangan asam
sebelum masuk RS 58kg
setelah masuk RS 55kg basa

4
- Klien mengatakan muntah Prod asam lambung naik
berwarna hitam Iritasi lambung
DO :
Resiko infeksi
- Klien tampak lemas
Gastritis
- BB turun sebelum sakit 58kg
setelah sakit 55kg Mual, muntah

- Hb : 8.3 g/dL Resiko gangguan

pemenuhan asupan nutisi

3 DS : GGK

- Pasien mengatakan lemas/letih Sekresi eritropoitis turun Intoleransi aktivitas

- Pasien mengatakan sulit Produksi Hb turun

bergerak karna rasa letih Okshiemoglobin turun

dan rasa nyeri yang Suplay o2 kasar turun

dirasakanya Intoleransik aktivitas

DO :

- KU : Lemah

- TD : 170/90 mmHg, RR :

28x/menit, S : 36,8, N : 92x/mnt

- Hb : 8.3 g/dl,Ureum 1.42,

Kreatinin 8.0

4
DIAGNOSA KEPERAWATAN

No DIAGNOSA KEPERAWATAN

1 Nyeri Akut berhubungan dengan irtasi mukosa dan spasme otot lambung yang
ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan Nyeri ulu hati sejak kemarin
- Nyeri bertambah hebat ketika bergerak setelah Tn.A makan pagi yang
disertai dengan muntah (hitam)
- Tidak masuk makan
DO :
- Pasien tampak
- KU : Lemah
- Pengkajian PQRST
P : Nyeri pada saat bergerak makan dan muntah hitam
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan Pada bagian ulu hati
(epigastrium) S : Skala nyeri : 8 (berat) dari 0-10
T : Nyeri berlangsung ± 10-15 menit, lalu kemudian berhenti sekitar 5
menit, lalu muncul kembali, nyeri bertambah hebat apabila klien bergerak
dan makan disertai muntah hitam
- Terdapat nyeri tekan didaerah epigastrium
- Wajah tampak meringis dan gelisah
- Pasien tampak memegangi perut bagian atas
- BB setelah masuk RS : 55kg
- TD : 170/90 mmHg
RR :
28x/mnt S :
36,8oC
N : 92x/mnt
Hb : 8.3 g/dl
Ureum 1.42
Kreatinin 8.0

4
2 Resiko gangguan pemenuhan asupan nutisi b.d anoreksia yang ditandai
dengan :
DS :
- Pasien mengatakan muntah sejak hari jumat
- Kalien mengatakan BB sebelum masuk RS 58kg setelah masuk RS
55kg
- Klien mengatakan muntah berwarna hitam
DO :
- Klien tampak lemas
- BB turun sebelum sakit 58kg setelah sakit 55kg
- Hb : 8.3 g/dL
3 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia yang ditandai dengan :
DS :

- Pasien mengatakan lemas/letih

- Pasien mengatakan sulit bergerak karna rasa letih dan rasa nyeri

yang dirasakanya

DO :

- KU : Lemah

- TD : 170/90 mmHg

RR : 28x/menit

S : 36,8

N : 92x/mnt

Hb : 8.3 g/dl

4
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)
Nama Pasien : Tn. A

Umur : 63 tahun/ 11 bulan

NO DIAGNOSA : 01,02 dan 03

No TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA TINDAKAN


1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam
NIC
diharapkan masalah nyeri aku dapat teratasi dengan
Pain Management
kriteria hasil :

 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 1. Observasi tanda-tanda vital


nyeri, mampu menggunakan teknik 2. Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik,
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
mencari bantuan)
3. Berikan lingkungan yang nyaman
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang
4. Ajarkan teknik manajmen nyeri seperti teknik relaksasi nafas dalam
dengan menggunakan manajemen nyeri
5. Jelaskan pada dan keluarga sebab munculnya nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensim dan tanda nyeri) 6. Atur posisi klien senyaman mungkin

 Mengatakan rasa nyeri berkurang 7. Kurangi faktor respirasi nyeri

8. Lakukan kompres hangat pada daerah nyeri

9. Tingkatkan istirahat

4
10. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic

Beri obat :
Infus Nacl 0,9% 20tpm
Sucralfate 4mplx10cc
Furosemide 1Amplx40ml
Ca bicarborat 3x1gr
Bicnat 3x1gr
Asam folat 1x5ml
Amplodipin 1x10ml
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam NIC
diharapkan kien dengan kriteria hasil : Nutrition management

 BB ideal sesuai dengan tinggi badan - Kaji adanya alergi makanan

 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

 Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang diutuhkan

 Menunjukan peningkatan fungsi pencegahan dari - Monitor adanya penurunan BB


menelan
- Monitor mual dan muntah
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

- Berkolaborasi dengan dokter pemberian

obat Beri obat :

4
Pantopazole 1Amplx40ml
Lansoprazole 1x30ml
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam
NIC
pasien diharapkan bisa melakukan pergerakan tanpa
Activity therapy
rasa letih dan nyeri yang dirasakanya dengan keriteria
hasil : 1. Tentukan penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri dan pengobatan)
 Kebutuhan personal terpenuhi
2. Pantau respon oksigen pasien misalnya, denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi
 Dapat melakukan gerakan dengan nyaman dan
pernafasan terhadap aktifitas perawatan diri atau aktifitas keperawatan
bermanfaat bagi tubuh
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas

4. Bantu dengan pergerakan teratur

5. Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas (makan dan minum)

6. Lakukan mobilisasi secara bertahap

7. Kolaborasi dengan dokter pemberian rencana terapi yang

tepat Beri obat :

Inbbion 2x1gr

4
TINDAKAN KEPERAWATAN
(IMPLEMENTASI)

Nama Pasien : Tn. A

Umur : 63 tahun/ 11 bulan

Tanggal/Jam No. Dx Tindakan keperawatan


6/12/2019 1,2 dan 3 1. Operan dinas
Jam : 14:05

6/12/2019
Jam : 15:03 2. Melakukan ttv
Respon : Klien mau diajak kerjasama
Hasil : TD 170/ 90 mmHg, Suhu 36,9 oC, Nadi 92
6/12/2019 kali/menit, RR 20 kali/menit, skala nyeri 8 (0-10)
Jam : 14:20
3. Mengkaji nyeri dengan PQRST
Respon : Klien mau diajak
kerjasama Hasil :
- Pengkajian PQRST
P : Nyeri pada saat bergerak makan dan muntah
hitam Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan Pada bagian ulu hati
(epigastrium) S : Skala nyeri : 8 (berat) dari 0-10
T : Nyeri berlangsung ± 10-15 menit, lalu kemudian
berhenti sekitar 5 menit, lalu muncul kembali, nyeri
bertambah hebat apabila klien bergerak dan makan
disertai muntah hitam
6/12/2019
Jam : 14:30 4. Berkolaborasi dengan dokter pemberikan terapi Infus
Nacl 0,9% 20 tpm
Respon : Klien mau diajak kerjasama
Hasil : terapi masuk , Nacl 0,9% 20 tpm
6/12/2019
Jam : 14:30 5. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019 Hasil : sampel darah diberikan ka laboratorium
Jam : 15:00 6. Dipasang NGT
Respon : Klien mau diajak kerjasama
Hasil : Observasi Cairan lambung
6/12/2019
Jam : 16:00 7. Berkolaborasi dengan dokter pemberkan obat

4
Pantoprazole30ml, Sucralfat10cc, Pantropazole 40gr,
Furosemide 1x40, Ca Bicarbonat1 gr, obat Inbbion 1gr,
Lansoprazole 30ml, Amplodipin 10ml
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil: terapi obat masuk
6/12/2019
8. Melakukan teknik relaksasi pada klien
Jam : 16:30
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tampak rileks dan tenang ketika melakukan
teknik relaksasi
6/12/2019 9. Memberikan kompres hangat pada area nyeri
Jam : 16:40
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tidak meringsis saat dilakukan kompres
dingin
6/12/2019
10. Melakukan mobilisasi pada pasien
Jam : 16:50
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tampak rileks dan
6/12/2019 nyaman
Jam : 17:00 11. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat Bicnat 1gr
dan Asam polat 5ml
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019
Jam : 17:00 Hasil: terapi obat masuk
12. Menganjurkan pasien untuk istirahat
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019 Hasil : klien istirahat sesuai intruksi
Jam : 17:00
13. Mengkaji adanya alergi makanan
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019 Hasil : klien tidak ada alergi
Jam : 17:10 maknana
14. Memonitor mual muntah
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tidak muntah

5
EVALUASI
Nama Pasien : Tn. A

Umur : 63 tahun/ 11 bulan


Tanggal/Jam No. Dx. Per Evaluasi
6/12/2018 01 S : klien mengatakan nyeri daerah epigastrium nyerinya hilang
Jam : 17:30
timbul dan lamanya tidak tentu.
O : TD 150/ 90 mmHg, Suhu 36,9 ˚C, Nadi 90 kali/menit, RR 21
kali/menit, skala nyeri 5 (0-10)
A : masalah nyeri ulu hati belum teratasi (skala nyeri 5 (0-10))
P : lanjutkan intervensi
- Lakukan teknik relaksasi dan nafas dalam
- Kompres area nyeri dengan air hangat
- Anjurkan klien tidak banyak bergerak
6/12/2019 02 S : klien mengatakan muntah,tidak bisa mkanan
Jam : 17: 40 O : TD 150/ 90 mmHg, Suhu 36,9 ˚C, Nadi 90 kali/menit, RR 25
kali/menit
A : masalah Resiko gangguan pemenuhan asupan nutisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervesi di ruangan, hentikan intervensi di IGD
6/12/2019 03 S : klien mengatakan sudah mulai bisa bergerak perlahan-lahan
Jam : 17: 50 tampa rasa lemas dan rasa nyeri yang dirasakanya berkurang
O : TD 150/ 90 mmHg, Suhu 36,9 ˚C, Nadi 90 kali/menit, RR 21
kali/menit, mulai bisa bergerak miring kiri dan kanan, dan duduk
semi fawler
A : masalah intoleransi aktivitas teratasi
P : Hentikan intervensi di IGD, lanjutkan intervensi di ruangan.

5
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.
A

Umur : 63 tahun/ 11 bulan

Tanggal/Jam No. Dx. Per Catatan perkembangan


6/12/2019 01 S : klien mengatakan nyeri daerah epigastrium nyerinya hilang
Jam : 18:00 timbul dan lamanya tidak tentu.
O : TD 160/ 90 mmHg, Suhu 35,9 ˚C, Nadi 90 kali/menit, RR 22
kali/menit, skala nyeri 4 (0-10)
A : masalah nyeri ulu hati belum teratasi (skala nyeri 4 (0-10))
P : lanjutkan intervensi
1. Lakukan teknik relaksasi dan nafas dalam
2. Kompres area nyeri dengan air hangat
3. Anjurkan klien tidak banyak bergerak
6/12/2019 02 S : klien mengatakan muntah,tidak bisa mkanan
Jam : 18:10 O : TD 150/ 90 mmHg, Suhu 36,9 ˚C, Nadi 90 kali/menit, RR 25
kali/menit
A : masalah Resiko gangguan pemenuhan asupan nutisi belum
teratasi
P : lanjutkan intervesi di ruangan, hentikan intervensi di IGD
6/12/2019 03 S : klien mengatakan sudah mulai bisa bergerak perlahan-lahan
Jam : 18:20 tampa rasa lemas dan rasa nyeri yang dirasakanya berkurang
O : TD 160/ 90 mmHg, Suhu 35,9 ˚C, Nadi 90 kali/menit, RR
22 kali/menit, mulai bisa bergerak miring kiri dan kanan, dan
duduk semi fawler
A : masalah intoleransi aktivitas teratasi
P : Hentikan intervensi di IGD, lanjutkan intervensi di ruangan.

5
Nama Pasien : Tn. A
Umur :63 tahun 11 bulan
Diagnosa medis :CKD IV

No Masalah keperawatan Intervensi Evaluasi


Prioritas
masalah
No : 1 Nyeri Akut erhubungan S : klien mengatakan
1. Observasi tanda-tanda
Tgl : dengan irtasi mukosa dan nyeri daerah
vital
6/12/2019 spasme otot lambung yang epigastrium nyerinya
Jam : ditandai dengan : 2. Lakukan pengkajian hilang timbul dan
18:00 nyeri secara lamanya tidak tentu.
DS :
komperhensif termasuk O : TD 140/ 90 mmHg,
- Pasien mengatakan
lokasi, karakteristik, Suhu 35,9 ˚C, Nadi 85
Nyeri ulu hati sejak
durasi, frekuensi, kali/menit, RR 22
kemarin
kualitas dan factor kali/menit, skala nyeri 4
- Nyeri bertambah
presipitasi dengan (0-10)
hebat ketika
PQRST A : masalah nyeri ulu
bergerak setelah
Tn.A makan pagi 3. Berikan lingkungan hati belum teratasi

yang disertai yang nyaman (skala nyeri 4 (0-10))


P : lanjutkan intervensi
dengan muntah
4. Ajarkan teknik
Intervensi dilanjutkan di
(hitam) manajmen nyeri seperti
ruangana fajar L3 di
- Tidak masuk teknik relaksasi nafas
kamar 3 bad 5
makan dalam
DO :
5. Atur posisi klien
- Pasien tampak
senyaman mungkin
- KU : Lemah
- Pengkajian PQRST 6. Kurangi factor respirasi
P : Nyeri pada saat nyeri
bergerak makan dan 7. Lakukan kompres
muntah hitam hangat pada daerah
Q : Nyeri seperti nyeri
ditusuk-tusuk
8. Tingkatkan istirahat
R : Nyeri dirasakan
Pada bagian ulu hati
(epigastrium)
S : Skala nyeri : 8

5
(berat) dari 0-10
T : Nyeri berlangsung
± 10-15 menit, lalu
kemudian berhenti
sekitar 5 menit, lalu
muncul kembali, nyeri
bertambah hebat
apabila klien bergerak
dan makan disertai
muntah hitam
- Terdapat nyeri tekan
didaerah epigastrium
- Wajah tampak
meringis dan gelisah
- Pasien tampak
memegangi perut
bagian atas
- BB setelah masuk RS :
55kg
- TD : 170/90 mmHg
RR : 20x/mnt

S : 36,8 ̊c
N : 92x/mnt
Hb : 8.3 g/dl
Ureum 1.42
Kreatinin 8.0
No : 2 Resiko gangguan S : klien mengatakan
1. Kaji adanya alergi
Tgl : 2 pemenuhan asupan nutisi muntah, tidak bisa
makanan
6/12/2019 b.d anoreksia yang makan
2. Berikan informasi
Jam : O : TD 140/ 90 mmHg,
ditandai dengan :
tentang kebutuhan
18:20 Suhu 35,9 ˚C, Nadi 85
DS : nutrisi
kali/menit, RR 22
- Pasien mengatakan
3. Monitor adanya kali/menit,
muntah sejak hari
penurunan BB A : masalah Resiko
jumat
gangguan pemenuhan
4. Monitor mual dan
- Kalien mengatakan asupan nutisi teratasi

5
BB sebelum masuk muntah P : lanjutkan intervensi
RS 58kg setelah Intervensi dilanjutkan di

masuk RS 55kg ruangana fajar L3 di


kamar 3 bad 5
- Klien mengatakan
muntah berwarna
hitam
DO :
- Klien tampak lemas
- BB turun sebelum
sakit 58kg setelah
sakit 55kg
- Hb : 8.3 g/dL
No : 3 Intoleransi aktivitas b.d S : klien mengatakan
NIC
Tgl : keletihan, anemia yang sudah mulai bisa
1. Tentukan penyebab
6/12/2019 ditandai dengan : bergerak perlahan-lahan
keletihan (misalnya
Jam : DS : tampa rasa lemas dan
perawatan, nyeri dan
18:30 - Pasien rasa nyeri yang
pengobatan)
mengatakan dirasakanya berkurang
lemas/letih 2. Pantau respon oksigen O : TD 160/ 90 mmHg,
- Pasien mengatakan pasien misalnya, denyut Suhu 35,9 ˚C, Nadi 85
sulit bergerak nadi, irama jantung, dan kali/menit, RR 22
karna rasa letih dan frekuensi pernafasan kali/menit, mulai bisa

rasa nyeri yang terhadap aktifitas bergerak miring kiri dan


perawatan diri atau kanan, dan duduk semi
dirasakanya
aktifitas keperawatan fawler
DO :
- KU : Lemah 3. Bantu klien untuk A : masalah intoleransi
mengidentifikasi aktivitas teratasi
- TD : 160/90 mmHg
aktivitas/pergerakan P : Hentikan intervensi
RR : 22x/menit
di IGD, lanjutkan
S : 35,8 4. Kaji kemampuan klien
intervensi di ruangan
N : 74x/mnt dalam melakukan
Fajar Lantai 3 kamar 5
Hb : 8.3 g/dl aktivitas (makan dan
minum)

5. Lakukan mobilisasi
secara bertahap

5
CATATAN KEPERAWATAN

Diagnosa keperawata: 1,2 dan 3

Tanggal Implementasi Perkembangan


6/12/2019 1. Melakukan ttv S : klien mengatakan nyeri daerah
Jam : 18:30
Respon : Klien mau diajak epigastrium nyerinya hilang timbul dan
kerjasama lamanya tidak tentu.
Hasil : TD 160/ 90 mmHg, O : TD 160/ 90 mmHg, Suhu 35,9 C˚ ,
Nadi
Suhu 35,9 ˚C, Nadi 90
85 kali/menit, RR 22 kali/menit, skala nyeri 4
kali/menit, RR 22 kali/menit,
(0-10)
skala nyeri 4 (0-10)
A : masalah nyeri ulu hati belum teratasi
6/12/2019 2. Memberikan obat lewat NGT
(skala nyeri 4 (0-10))
Jam : 18:35
dan AFF NGT P : lanjutkan intervensi
Respon : Klien mau diajak Intervensi dilanjutkan di ruangana fajar L3 di
kerjasama kamar 3 bad 5
Hasil : klien di masukan obat
dan NGT di AFF
6/12/2019 3. Melakukan teknik
Jam : 18:40
relaksasi dan nafas dalam S : klien mengatakan muntah, tidak bisa
Respon : klien mau diajak makan
kerjasama O : TD 140/ 90 mmHg, Suhu 35,9 C˚ ,
Hasil : klien tampak rileks dan Nadi
85 kali/menit, RR 22 kali/menit,
tenang ketika melakukan
A : masalah Resiko gangguan pemenuhan
teknik relaksasi
asupan nutisi belum teratasi
6/12/2019 4. Memberikan kompres hangat
Jam : 18:45 P : lanjutkan intervensi
pada area nyeri
Intervensi dilanjutkan di ruangana fajar L3 di
Respon : klien mau diajak
kamar 3 bad 5
kerjasama
Hasil : klien tidak meringsis
saat dilakukan kompres hangat
5. Melakukan mobilisasi pada
6/12/2019 S : klien mengatakan sudah mulai bisa
Jam : 18:50 klien
bergerak perlahan-lahan tampa rasa lemas
Respon : klien mau diajak
dan rasa nyeri yang dirasakanya berkurang
kerjasama
O : TD 160/ 90 mmHg, Suhu 35,9 C˚ ,
Nadi

5
Hasil : klien sudak di kompres 85 kali/menit, RR 22 kali/menit, mulai bisa
hangat bergerak miring kiri dan kanan, dan duduk
6/12/2019 6. Mengantar klien keruangan semi fawler
Jam : 17:00
fajar A : masalah intoleransi aktivitas teratasi
Respon : klien mau diajak P : hentikan intervensi di IGD, dilanjutkan di
kerjasama ruangan fajar L3
Hasil : klien pindah keruangan
fajar
6/12/2019 7. Mengkaji adanya alergi
Jam : 16:15
makanan
Respon : klien mau diajak
kerjasama
Hasil : klien tidak ada alergi
maknana
6/12/2019 8. Memonitor mual muntah
Jam : 16:15
Respon : klien mau diajak
kerjasama
Hasil : klien tidak muntah

5
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang


bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapat digolongkan dalam kategori
ringan, sedang dan berat (Mansjoer, 2007 Penyebab kejadian gagal ginjal
kronik pada pasien hemodialisis baru menurut data yang dikumpulkan oleh
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) pada tahun 2011 hasilnya yaitu
penyakit hipertensi berada pada urutan pertama sebesar 34%, urutan kedua
yaitu diabetes melitus sebesar 27% dan selanjutnya ada glomerulonefritis
sebesar 14%, nefropati obstruksi sebesar 8%, pielonefritis kronik sebesar 6%,
ginjal polikistik sebesar 1%, penyebab yang tidak diketahui sebesar 1% dan
penyebab lainnya sebesar 9%.
Diagnosa keperawatan prioritas yang dapat didapatkan dari kasus gagal
ginjal kronik ini meliputi :1 Nyeri Akut berhubungan dengan irtasi mukosa
dan spasme otot lambung, 2) Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia .

B. SARAN

1. Petugas Kesehatan
Dengan adanya penulisan Resume Keperawatan pada pasien post CKD ini
disarankan petugas kesehatan lebih peka dengan masalah kesehatan yang
diderita pasien dan memberikan pelayanan yang terbaik pada setiap pasien
di Rumah Sakit terutama penanganan di ruang IGD sampai pasien masuk
ruangan untuk terapi lebih lanjut.
2. Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang pengelolahan resume Keperawatan
pada pasien CKD dari mulai tahap pengkajian hingga ke tahap akhir
evaluasi terutama penanganan di Ruang IGD.
3. Instutusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang Asuhan
keperawatan dan lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku

5
tentang kasus-kasus beserta asuhannya salah satunya tentang kasus penyakit
yang penulis angkat yaitu tentang CKD (chronic kindey disease).

5
DAFTAR PUSTAKA

 Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo

Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.

 Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995 Prinsip –

Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267 Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa

Keperawatan. Ed 6. EGC. Jakarta.

 Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC jilid 2,

2015

Anda mungkin juga menyukai