LAPORAN
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 IGD
1
LEMBAR PERSETUJUAN
KELOMPOK 1 IGD
Menyetujui :
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Bale Bandung
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I KONSEP DASAR CKD..........................................................................................................1
A. Pengertian..................................................................................................................................1
B. Anatomi Fisiologi......................................................................................................................1
C. Etiologi......................................................................................................................................3
D. Klasifikasi..................................................................................................................................5
E. Maninfestasi Klinis....................................................................................................................6
F. Patofisiologi...............................................................................................................................7
G. Pathway.....................................................................................................................................9
H. Penatalaksanaan.......................................................................................................................11
I. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................................14
J. Komplikasi..............................................................................................................................15
K. Asuhan Keperawatan pada pasien............................................................................................16
BAB II STUDI KASUS.....................................................................................................................33
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................58
A. KESIMPULAN........................................................................................................................58
B. SARAN....................................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................60
i
BAB I
KONSEP DASAR CKD
A. Pengertian
Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010).
CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu
mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga
menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir (Terry & Aurora,
2013)
CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
B. Anatomi Fisiologi
Berikut ini adalah struktur dan anatomi ginjal menurut Benny
(20016) : Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen terutama
didaerah lumbal, disebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus
lapisan lemak yang tebal dibelakang pritonium. Kedudukan ginjal dapat
diperkirakan dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis.
terakhir sampai vertebra lumbalis ketiga. Dan ginjal kanan sedikit lebih
rendah dari ginjal kiri karena tertekan oleh hati.
1
Setiap ginjal panjangnya antara 12 cm sampai 13 cm, lebarnya 6 cm dan
tebalnya antara 1,5 sampai 2,5 cm, pada orang dewasa berat ginjal
antara 140 sampai 150 gram. Bentuk ginjal seperti kacang dan sisi
dalamnya atau hilus menghadap ketulang belakang, serta sisi luarnya
berbentuk cembung. Pembuluh darah ginjal semuanya masuk dan keluar
melalui hilus. Diatas setiap ginjal menjulang kelenjar suprarenal.
Setiap ginjal dilingkupi kapsul tipis dan jaringan fibrus yang
membungkusnya, dan membentuk pembungkus yang halus serta
didalamnya terdapat setruktur-setruktur ginjal. Setruktur ginjal
warnanya ungu tua dan terdiri dari bagian kapiler disebelah luar, dan
medulla disebelah dalam. Bagian medulla tersusun atas 15 sampai 16
bagian yang berbentuk piramid, yang disebut sebagai piramid ginjal.
Puncaknya mengarah ke hilus dan berakhir di kalies, kalies akan
menghubungkan dengan pelvis ginjal.
2
Selain tubulus urineferus, setruktur ginjal juga berisi pembuluh
darah yaitu arteri renalis yang membawa darah murni dari aorta
abdominalis ke ginjal dan bercabang-cabang di ginjal dan membentuk
arteriola aferen (arteriola aferentes), serta masing-masing membentuk
simpul didalam salah satu glomerulus. Pembuluh eferen kemudian tampil
sebagai arteriola eferen (arteriola eferentes), yang bercabang-cabang
membentuk jaring kapiler disekeliling tubulus uriniferus. Kapiler-kapiler
ini kemudian bergabung lagi untuk membentuk vena renalis, yang
membawa darah kevena kava inferior. Maka darah yang beredar dalam
ginjal mempunyai dua kelompok kapiler, yang bertujuan agar darah lebih
lama disekeliling tubulus urineferus, karena fungsi ginjal tergantung pada
hal tersebut.
C. Etiologi
Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian CKD menurut
(Mona, 2017) yaitu :
1) Infeksi misalnya pielonefritis kronik (Infeksi saluran kemih),
glomerulonefritis (penyakit peradangan). Pielonefritis adalah proses
infeksi peradangan yang biasanya mulai di renal pelvis, saluran
ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan
parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis disebabkan
oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak baik glomerulus
maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan
3
kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang.
2) Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis Disebabkan karena
terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal oleh adanya
peningkatan tekanan darah akut dan kronik.
4
penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh
presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih.
D. Klasifikasi
Tahap gangguan ginjal menurut (Mona, 2017) antar lain:
1) Tahap 1 : Diminishid Renal Reserve
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan
sisasisa metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan
kompensasi terhadap gangguan yang sakit tersebut.
2) Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensi ginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal,
sedang apabia 15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal
normal hanya 2- 20%. Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolik
mulai berakumulasi dalam darah karena jaringan ginjal yang lebih
sehat ridak dapat berkompensasi secara terus menerus terhadap
kehilangan fungsi ginjal karena adanya penyakit tersebut. Tingkat
BUN, Kreatinin, asam urat, dan fosfor mengalami peningkatan
tergntung pada tingkat penurunan fungsi ginjal.
3) Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap
lanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin) berakumulasi dalam
darah dan ginjal tidak mampu mempertahankan hemostatis.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit terjadi bila segera dianalisa
akan menjadi fatal/ kematian
5
yaitu 30- 59 ml/menit/1,73 m2.
4) Tahap IV adalah kerusakan ginjal dengan penurunan LFG berat
yaitu 15- 29 ml/menit/1,73 m2.
5) Tahap V adalah gagal ginjal dengan LFG < 15 ml/menit/1,73 m2 .
E. Maninfestasi Klinis
Pasien dengan CKD setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan menunjukkan sejumlah tanda dan gejala.
Keparahan tanda dan gejala tergantung pada bagian dan tingkat
kerusakan ginjal, dan kondisi lain yang mendasari. (Menurut benny,
2016) tanda gejala diantaranya adalah :
1) Kardiovaskuler :
a. Hipertensi, yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium
dari aktivasi sistem renin angiotensin aldosteron.
b. Gagal jantung kongestif.
c. Edema pulmoner, akibat dari cairan yang berlebih.
2) Dermatologi seperti Pruritis, yaitu penumpukan urea pada lapisan
kulit.
3) Gastrointestinal seperti
a. anoreksia atau kehilangan nafsu makan,
b. mual sampai dengan terjadinya muntah.
4) Neuromuskuler seperti terjadinya perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi, kedutan otot sampai kejang.
5) Pulmoner seperti adanya seputum kental dan liat, pernapasan
dangkal, kusmol, sampai terjadinya edema pulmonal.
6) Muskuloskletal seperti terjadinya fraktur karena kekurangan
kalsium dan pengeroposan tulang akibat terganggunya hormon
dihidroksi kolekalsi feron.
7) Psiko sosial seperti terjadinya penurunan tingkat kepercayaan diri
sampai pada harga diri rendah (HDR), ansietas pada penyakit dan
kematian.
6
F. Patofisiologi
Menurut Benny (2016) proses terjadinya CKD adalah akibat dari
penurunan fungsi renal, produk akhir metabolisme protein yang normalnya
diekresikan kedalam urin tertimbun dalam darah sehingga terjadi uremia
yang mempengarui sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, maka setiap gejala semakin meningkat. Sehingga menyebabkan
gangguan kliren renal. Banyak masalah pada ginjal sebagai akibat dari
penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi, sehingga menyebabkan
penurunan klirens subtsansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaaan kliren kreatinin. Menurunya
filtrasi glomelurus atau akibat tidak berfungsinya glomeluri klirens
kreatinin. Sehingga kadar kreatinin serum akan meningkat selain itu, kadar
nitrogen urea darah (NUD) biasanya meningkat. Kreatinin serum
merupakan indikator paling sensitif dari fungsi renal karena substansi ini
diproduksi secara konstan oleh tubuh. NUD tidak hanya dipengarui oleh
penyakit renal tahap akhir, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet,
katabolisme dan medikasi seperti steroid.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) juga berpengaruh pada
retensi cairan dan natrium. Retensi cairan dan natrium tidak terkontol
dikarenakan ginjal tidak mampu untuk mengonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon
ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit
seharihari tidak terjadi. Natrium dan cairan sering tertahan dalam tubuh
yang meningkatkan resiko terjadinya oedema, gagal jantung kongesti, dan
hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis renin
angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.
Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan garam,
mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan diare
menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status
uremik.
7
Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan ginjal
mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan. Sekresi asam terutama
akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk mensekresi amonia (NH3) dan
mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3). Penurunan sekresi fosfat dan
asam organik lain juga terjadi.
8
G. Pathway
Nyeri pinggang
Hematuria
GFR turun
Anemia
GGK
Totalkapiler
Total naik
CES naik
Sindrom uremia Prodiksi HB turun
Gg nutrisi
Prod asam lambung naik pruritis Volume interstisial
Perubahan warna kulit
Oksihemoglobin turun
Edema (kelebihan vlme cairan)
Kerusakan integritas kulit
9
Iritasi lambung
Neusea, vomitus Pre load naik Suplai O2, kasar turun
Beban jantung naik
aimbangan
Ketidak se nutrisi k
Tekanan vena pulmunalis
keb t Keletihan urang dari
ubuh
Syncope
(kehilangan Gangguan pertukaran gas
RAA turun
Metabolsm anaerob
Nyeri
10
H. Penatalaksanaan
1) Terapi konservatif
Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya
faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat
akumulasi toksin azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal
dan memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit (Sukandar, 2009).
a. Terapi diet rendah protein menguntungkan untuk mencegah atau
mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat
merugikan terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.
b. Kebutuhan jumlah kalori Kebutuhan jumlah kalori (sumber
energi) untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama, yaitu
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara
status nutrisi dan memelihara status gizi.
c. Kebutuhan cairan Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan
harus adekuat supaya jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
d. Kebutuhan elektrolit dan mineral Kebutuhan jumlah mineral dan
elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG dan penyakit
ginjal dasar (underlying renal disease).
2) Terapi simtomatik
a. Asidosis metabolik Asidosis metabolik harus dikoreksi karena
meningkatkan serum kalium (hiperkalemia). Untuk mencegah dan
mengobati asidosis metabolik dapat diberikan suplemen alkali.
Terapi alkali (sodium bikarbonat) harus segera diberikan intravena
bila pH ≤ 7,35 atau serum bikarbonat ≤ 20 mEq/L.
b. Anemia Transfusi darah misalnya Packed Red Cell (PRC)
merupakan salah satu pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif.
Terapi pemberian transfusi darah harus hati- hati karena dapat
menyebabkan kematian mendadak (hipervolemik).
c. Keluhan gastrointestinal
d. Anoreksia, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering
dijumpai pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupaka
1
nkeluhan utama (chief complaint) dari GGK. Keluhan
gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut
sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi
dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
e. Kelainan kulit Tindakan yang diberikan tergantung dengan jenis
keluhan kulit.
f. Kelainan neuromuskular Beberapa terapi pilihan yang dapat
dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang adekuat,
medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
g. Hipertensi Pemberian obat-obatan anti hipertensi sesuai dengan
keadaan pasien.
h. Kelainan sistem kardiovaskular Tindakan yang diberikan
tergantung dari kelainan kardiovaskular yang diderita.
i. Terapi pengganti ginjal Terapi pengganti ginjal dilakukan pada
PGK stadium 5, Terapi tersebut dapat berupa hemodialisis,
dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).
3) Hemodialisa
a. Pengertian Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika
ginjal tidak mampu melaksanakan fungsi tersebut. Pada dialisis,
molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara
mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih
tinggi) ke cairan yang lebih encer (konsentrasi solut lebih rendah).
Cairan mengalir lewat membran semipermeabel dengan cara
osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekakan eksternal pada
membran). Membran semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-
pori terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori
membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah
seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga
sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi
kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar
1
untuk melewati pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada
dua kompartemen disebut gradien konsentrasi.
Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan
glomerolus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal
yang terganggu fungsinya. Sistem ginjal buatan :
1) Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin,
dan asam urat.
2) Membuang kelebihan air dengan mempengaruhi tekanan
banding antara darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas
tekanan positif dalam arus darah dan tekanan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat (proses ultrafiltrasi).
3) Mempertahankan dan mengembalikan system buffer tubuh.
4) Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
4) CAPD (Continues Ambulatory Peritoneum Dialysis)
Metode pencucian darah dengan mengunakan peritoneum (selaput
yang melapisi perut dan pembungkus organ perut). Selaput ini memiliki
area permukaan yang luas dan kaya akan pembuluh darah. Zat-zat dari
darah dapat dengan mudah tersaring melalui peritoneum ke dalam
rongga perut. Cairan dimasukkan melalui sebuah selang kecil yang
menembus dinding perut ke dalam rongga perut. Cairan harus dibiarkan
selama waktu tertentu sehingga limbah metabolic dari aliran darah
secara perlahan masuk ke dalam cairan tersebut, kemudian cairan
dikeluarkan, dibuang, dan diganti dengan cairan yang baru.
5) Cangkok Ginjal
Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal (anatomi dan
faal). Pertimbangan program transplantasi ginjal, yaitu :
a. Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih seluruh
(100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya mengambil alih
70-80% faal ginjal alamiah b. Kualitas hidup normal kembali.
b. Masa hidup (survival rate) lebih lama.
1
c. Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama berhubungan
dengan obat imunosupresif untuk mencegah reaksi penolakan e.
Biaya lebih murah dan dapat dibatasi.
I. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
1. Volume : Biasanya kurang dari 400 ml/jam (oliguria), atau
urine tidak ada (anuria).
2. Warna : Secara normal perubahan urine mungkin
disebabkan oleh pus / nanah, bakteri, lemak, partikel
koloid, fosfat, sedimen kotor, warna kecoklatan
menunjukkan adanya darah, miglobin, dan porfirin.
3. Berat Jenis : Kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat).
4. Osmolalitas : Kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan tubular, amrasio urine / ureum sering 1:1
b. Ureum : adanya peningkatan
c. Kreatinin: Biasanya meningkat dalam proporsi. Kadar
kreatinin 10 mg/dL diduga tahap akhir (mungkin rendah yaitu
5).
d. Hiponatremia
e. Hiperkalemia
f. Hipokalsemia dan hiperfosfatemi
g. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
h. Gula darah tinggi
i. Hipertrigliserida
j. Asidosis metabolik
2) Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi
ginjal.
a. Ultrasonografi ginjal digunakan untuk menentukan ukuran
ginjal dan adanya massa kista, obtruksi pada saluran
1
perkemihan bagianatas.
b. Biopsi Ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan
sel jaringan untuk diagnosis histologis.
c. Endoskopi ginjal dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
d. EKG mungkin abnormal menunjukkan
ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
J. Komplikasi
(Bayu, 2015)Seperti penyakit kronis dan lama lainnya, penderita CKD
akan mengalami beberapa komplikasi. Komplikasi dari CKD menurut
Benny (2016) antara lain adalah :
1. Hiper kalemi akibat penurunan sekresi asidosis metabolik,
kata bolisme, dan masukan diit berlebih.
2. Prikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat
retensi produk sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
renin angiotensin aldosteron.
1
4. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
5. Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik akibat retensi fosfat,
kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D yang
abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan
nitrogen dan ion anorganik.
6. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
7. Gagal jantung akibat peningkatan kerja jantung yang
berlebian. 8.Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
9.Hiperparatiroid, Hiperkalemia, dan Hiperfosfatemia.
1) Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013),
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Data Demografi :
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada
juga yang mengalami CKD dibawah umur tersebut yang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti proses pengobatan,
penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan
penting sebagai pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja
dengan duduk / berdiri yang terlalu lama dan lingkungan. yang
tidak menyediakan cukup air minum / mengandung banyak
senyawa / zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
b. Riwayat kesehatan dahulu Kemungkinan
Riwayat sakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme,
obstruksi saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga
dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
1
c. Riwayat kesehatan keluarga
2. Pola eliminasi
1
dapat berkomunikasi dengan jelas.
6. Integritas Ego
Ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : umumnya keadaan umum Lemah, aktifitas
dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. tingkat kesadaran
pasien bervariasi dari compos mentis sampai coma.
2) Vital sign : karna kondisi ginjal yg tidak dapat mengatasi
keseimbangan cairan, kebanyakan klien CKD akan
mengalami tekanan darah naik, respirasi rate mungking
meningkat, nadi meningkat dan reguler.
3) Kepala dan leher : simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri
tekan
4) Mata : simetris, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik,
mata anemis
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran
6) Hidung : simetris, kebersihan baik, tidak ada lesi
7) Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada
perdarahan pada rongga mulut, terjadi perdarahan gusi
8) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher
tidak ada, nyeri telan.
9) Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris,
terdengar suara tambahan pada paru (rongkhi basah), terdapat
pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
1
11) Ekstrimitas : Ekstremitas. Kelemahan fisik, aktifitas pasien
dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang, dan Capillary
Refil lebih dari 2 detik.
13) Kulit : Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit
bersisik dan mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
g. Diagnosa keperawatan
No Diagnosa
1 Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah
jantung, penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat
2 Nyeri akut
3 Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retansi cairan serta natrium
4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah, pembatasan diet, dan merubahan
membrane mukosa mulut
5 Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran
darah keseluruh tubuh
6 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi, produk sampah
7 Kerusakan integritas kulit b.d pruritas, gangguan status metabolic
sekunder
1
Perencanaan/intervensi keperawatan
yang mengakibatkan asidosis Respiratory status : ventilation - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
laktat thrust bila perlu
Vital sign status
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
nafas buatan
oksigenasi yang adekuat
- Pasang mayo bila perlu
Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari
tanda-tanda distres pernafasan - Lakukan pisioterapi dada jika perlu
Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas - Keluarkan secret dengan batuk atau suction
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
- Auskultasi suara nafas catat adanya suara tambahan
(mampu mengeluarkan suptum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada pusred lips) - Lakukan suction pada mayo
Tanda-tanda vital dalam rentang yang normal - Berikan bronkodilator bila perlu
2
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Respiratory monitoring
2
crakles dan ronkhi pada jalan nafas utama
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain
frekuensim dan tanda nyeri) tentang ketidakefektifan, kontrol nyeri masa lampau
Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
berkurang menemukan dukungan
2
seperti sushu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Tingkatkan istirahat
Analgesic adminitrasion
2
frekuensi
2
Hydration - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Terbebas dari edema, efusi, anaskara - Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensicairan
(BUN, Hmt, osmolalitas urin)
Bunyi nafas bersih, tidak ada dypsnea/ortopneu
- Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
Terbebas dari distensi vena juguralis, reflek
PAP, PCWP
hepatojugular (+)
- Monitor vital sign
Memelihara tekanan vena sentral, tekanan
kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam - Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracels,
batas normal CVP, edema, distensi vena leher, asites)
Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau - Kaji lokasi dan luas edema
kebingungan
- Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake
Menjelaskan indikator kelebihan cairan kalori
2
Fuid monitoring
pembatasan diet, dan merubahan Nutritional status : food and fuid - Kaji adanya alergi makanan
2
membrane mukosa mulut
Intake - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Nutritional status : nutrient intake
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Weight control
- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein atau
Kriteria hasil
vitamin C
Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan
- Berikan substansi gula
BB ideal sesuai dengan tinggi badan
- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi serat untuk mencegah konstipasi
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi - Berikan makanan yang terpilih (sudah di
Menunjukan peningkatan fungsi pencegahan konsultasikan dengan ahli gizi)
dari menelan - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan harian
Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti makanan
Nutrion monitoring
2
- Monitor adanya penurunan BB
2
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral
2
Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
3
Energy psikomotor - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
Level kelemahan
- Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang disukai
Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan
alat - Bantu klien untuk membuat jadwal diwaktu luang
Kriteria hasil Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
sekali
Perfusi jaringan normal
Monitor kulit akan adanya kemerahan
Tidak ada tanda-tanda infeksi
3
Ketebalan dan tekstur jaringan normal Oleskan lotion atau minyakbaby oil pada daerah
yang tertekan
Menunjukan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
berulang
Monitor status nutrisi pasien
Menunjukan terjadinya proses penyembuhan
Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
luka
Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
jaringan neurotik, tanda-tanda infeksi lokal, formasi
traktus
3
BAB II
STUDI KASUS
(LAPORAN RESUME KASUS_)
RESUME KASUS
3
bulan agustus. Tn. A melakukan pemeriksaan Lab dengan hasil Hb: 8.3, ureum:
142, kreatinin: 8.0. dokter mendiagnosa Tn. A mengalami CKD IV.
B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Nyeri Akut
3
Genogram
Keterangan:
= Laki-laki = Klien
= Perempuan = Meninggal
3
C. PEMERIKSAAN FISIK
- Gangguan N I s/d N XII Klien tidak bisa berjalan karna kedua kakinya
diamputasi
3
- Riwayat pertumbuhan Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada
dan perkembangan fisik waktu dewasa
Kekeringan kulit atau rambut
Endokrin
Ekstremitas
- Atas Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Bawah Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Tulang belakang Tidak ada kelainan Peradangan
Patah tulang Perlukaan
Lokasi…………………….
- Lain –lain Tidak ada
3
Abdomen
- Kontur Abdomen Normal distensi
- Jejas Tidak ya,……cm, lokasi……..
- Bising usus Tidak ada 7 x /mnt
- Meteorismus Tidak ya
- Nyeri tekan Tidak ya, lokasi Ulu hati
- Pembesaran Hepar Tidak ya,..........cm bawah arcus costae
- Pembesaran Limpa Tidak ya
- Teraba Massa Tidak ya, lokasi………………………..
- Ascites Tidak ya
Gastrointestinal
- BAB frekwensi/ konsistensi 2 kali sehari dengan keluhan BAB warna hitam
- Mual/ muntah Tidak ya
- Lain – lain Tidak ada
Nutrisi
Pola makan
- Jenis Diet/ kalori Tidak ada
- Mendapat makanan tambahan Tidak Ya,……………………..
- Klien makan Makanan
yang disajikan Klien sulit makan
- Kesulitan menelan Tidak ya
- TB/BB TB : 141 BB : 50 kg
- Terpasang Alat Bantu Tidak ya dipasang
- Lain – lain NGT Tidak ada
Konsep Diri Tanggapan tentang tubuh : Bersyukur
- Citra diri / body image Bagian tubuh yang disukai: Semua
Bagian yubuh yang tidak disukai: Tidak ada
Persepsi terhadap kehilangan bagian tubuh yang
lainnya: Klien mengatakan tidak bisa berjalan normal
3
- Peran Tanggapan klien terhadap
perannya senang tidak
senang
Lain-lain : Tidak ada
Kemampuan / kesanggupan klien
melaksanakan perannya sanggup
tidak sanggup Kepuasan klien melaksanakan
perannya
puas tidak puas
Lain- lain : Tidak ada
- Ideal diri / harapan Untuk konsidi saat ini klien merasa tidak puas dengan
kemampuan dan kepuasan klien dengan melaksanakan
perannya
Harapan klien terhadap tubuhnya : Semoga diberikan
kesehatan selalu
Psikososial
3
D. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG ( LABORATORIUM, X-RAY, DLL) :
Pemeriksaan Laboratorium
E. TERAPI
- Infus Nacl 0,9% 20 tpm
- Pantopazole 40gr
- Pasang NGT Obs cairan
- Sucralfate 4Amplx10cc
4
- Furosemide 1Anplx40ml
- Ca bicarborat 3x1gr
- Bicnat 3x1gr
- Lansoprazole 1x30ml
- Inbbion 2x1gr
- Amplodipin 1x10ml
- Asam polat 1x5ml
ANALISA DATA
DO : berlangsung kronik
- Pasien tampak CKD
- KU : Lemah
Sekresi protein terganggu
- Pengkajian PQRST
Sindrom uremia
P : Nyeri pada saat bergerak
makan dan muntah hitam Gg keseiambangan asam
4
tusuk
R : Nyeri dirasakan Pada Prod asam lambung naik
bagian ulu hati (epigastrium)
Iritasi lambung
S : Skala nyeri : 8 (berat) dari
Resiko perdarahan
1-10
T : Nyeri berlangsung ± 10- Hematemesi melena
Kreatinin 8.0
2 DS : GGK Resiko gangguan
- Pasien mengatakan muntah pemenuhan asupan
Sekresi protein terganggu
sejak hari jumat nutisi
Sindrom uremia
- Kalien mengatakan BB
Ggn keseimbangan asam
sebelum masuk RS 58kg
setelah masuk RS 55kg basa
4
- Klien mengatakan muntah Prod asam lambung naik
berwarna hitam Iritasi lambung
DO :
Resiko infeksi
- Klien tampak lemas
Gastritis
- BB turun sebelum sakit 58kg
setelah sakit 55kg Mual, muntah
3 DS : GGK
DO :
- KU : Lemah
- TD : 170/90 mmHg, RR :
Kreatinin 8.0
4
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Nyeri Akut berhubungan dengan irtasi mukosa dan spasme otot lambung yang
ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan Nyeri ulu hati sejak kemarin
- Nyeri bertambah hebat ketika bergerak setelah Tn.A makan pagi yang
disertai dengan muntah (hitam)
- Tidak masuk makan
DO :
- Pasien tampak
- KU : Lemah
- Pengkajian PQRST
P : Nyeri pada saat bergerak makan dan muntah hitam
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan Pada bagian ulu hati
(epigastrium) S : Skala nyeri : 8 (berat) dari 0-10
T : Nyeri berlangsung ± 10-15 menit, lalu kemudian berhenti sekitar 5
menit, lalu muncul kembali, nyeri bertambah hebat apabila klien bergerak
dan makan disertai muntah hitam
- Terdapat nyeri tekan didaerah epigastrium
- Wajah tampak meringis dan gelisah
- Pasien tampak memegangi perut bagian atas
- BB setelah masuk RS : 55kg
- TD : 170/90 mmHg
RR :
28x/mnt S :
36,8oC
N : 92x/mnt
Hb : 8.3 g/dl
Ureum 1.42
Kreatinin 8.0
4
2 Resiko gangguan pemenuhan asupan nutisi b.d anoreksia yang ditandai
dengan :
DS :
- Pasien mengatakan muntah sejak hari jumat
- Kalien mengatakan BB sebelum masuk RS 58kg setelah masuk RS
55kg
- Klien mengatakan muntah berwarna hitam
DO :
- Klien tampak lemas
- BB turun sebelum sakit 58kg setelah sakit 55kg
- Hb : 8.3 g/dL
3 Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia yang ditandai dengan :
DS :
- Pasien mengatakan sulit bergerak karna rasa letih dan rasa nyeri
yang dirasakanya
DO :
- KU : Lemah
- TD : 170/90 mmHg
RR : 28x/menit
S : 36,8
N : 92x/mnt
Hb : 8.3 g/dl
4
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (INTERVENSI)
Nama Pasien : Tn. A
9. Tingkatkan istirahat
4
10. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic
Beri obat :
Infus Nacl 0,9% 20tpm
Sucralfate 4mplx10cc
Furosemide 1Amplx40ml
Ca bicarborat 3x1gr
Bicnat 3x1gr
Asam folat 1x5ml
Amplodipin 1x10ml
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 jam NIC
diharapkan kien dengan kriteria hasil : Nutrition management
Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang diutuhkan
4
Pantopazole 1Amplx40ml
Lansoprazole 1x30ml
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 jam
NIC
pasien diharapkan bisa melakukan pergerakan tanpa
Activity therapy
rasa letih dan nyeri yang dirasakanya dengan keriteria
hasil : 1. Tentukan penyebab keletihan (misalnya perawatan, nyeri dan pengobatan)
Kebutuhan personal terpenuhi
2. Pantau respon oksigen pasien misalnya, denyut nadi, irama jantung, dan frekuensi
Dapat melakukan gerakan dengan nyaman dan
pernafasan terhadap aktifitas perawatan diri atau aktifitas keperawatan
bermanfaat bagi tubuh
3. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
Inbbion 2x1gr
4
TINDAKAN KEPERAWATAN
(IMPLEMENTASI)
6/12/2019
Jam : 15:03 2. Melakukan ttv
Respon : Klien mau diajak kerjasama
Hasil : TD 170/ 90 mmHg, Suhu 36,9 oC, Nadi 92
6/12/2019 kali/menit, RR 20 kali/menit, skala nyeri 8 (0-10)
Jam : 14:20
3. Mengkaji nyeri dengan PQRST
Respon : Klien mau diajak
kerjasama Hasil :
- Pengkajian PQRST
P : Nyeri pada saat bergerak makan dan muntah
hitam Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan Pada bagian ulu hati
(epigastrium) S : Skala nyeri : 8 (berat) dari 0-10
T : Nyeri berlangsung ± 10-15 menit, lalu kemudian
berhenti sekitar 5 menit, lalu muncul kembali, nyeri
bertambah hebat apabila klien bergerak dan makan
disertai muntah hitam
6/12/2019
Jam : 14:30 4. Berkolaborasi dengan dokter pemberikan terapi Infus
Nacl 0,9% 20 tpm
Respon : Klien mau diajak kerjasama
Hasil : terapi masuk , Nacl 0,9% 20 tpm
6/12/2019
Jam : 14:30 5. Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan darah
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019 Hasil : sampel darah diberikan ka laboratorium
Jam : 15:00 6. Dipasang NGT
Respon : Klien mau diajak kerjasama
Hasil : Observasi Cairan lambung
6/12/2019
Jam : 16:00 7. Berkolaborasi dengan dokter pemberkan obat
4
Pantoprazole30ml, Sucralfat10cc, Pantropazole 40gr,
Furosemide 1x40, Ca Bicarbonat1 gr, obat Inbbion 1gr,
Lansoprazole 30ml, Amplodipin 10ml
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil: terapi obat masuk
6/12/2019
8. Melakukan teknik relaksasi pada klien
Jam : 16:30
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tampak rileks dan tenang ketika melakukan
teknik relaksasi
6/12/2019 9. Memberikan kompres hangat pada area nyeri
Jam : 16:40
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tidak meringsis saat dilakukan kompres
dingin
6/12/2019
10. Melakukan mobilisasi pada pasien
Jam : 16:50
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tampak rileks dan
6/12/2019 nyaman
Jam : 17:00 11. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat Bicnat 1gr
dan Asam polat 5ml
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019
Jam : 17:00 Hasil: terapi obat masuk
12. Menganjurkan pasien untuk istirahat
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019 Hasil : klien istirahat sesuai intruksi
Jam : 17:00
13. Mengkaji adanya alergi makanan
Respon : klien mau diajak kerjasama
6/12/2019 Hasil : klien tidak ada alergi
Jam : 17:10 maknana
14. Memonitor mual muntah
Respon : klien mau diajak kerjasama
Hasil : klien tidak muntah
5
EVALUASI
Nama Pasien : Tn. A
5
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Tn.
A
5
Nama Pasien : Tn. A
Umur :63 tahun 11 bulan
Diagnosa medis :CKD IV
5
(berat) dari 0-10
T : Nyeri berlangsung
± 10-15 menit, lalu
kemudian berhenti
sekitar 5 menit, lalu
muncul kembali, nyeri
bertambah hebat
apabila klien bergerak
dan makan disertai
muntah hitam
- Terdapat nyeri tekan
didaerah epigastrium
- Wajah tampak
meringis dan gelisah
- Pasien tampak
memegangi perut
bagian atas
- BB setelah masuk RS :
55kg
- TD : 170/90 mmHg
RR : 20x/mnt
S : 36,8 ̊c
N : 92x/mnt
Hb : 8.3 g/dl
Ureum 1.42
Kreatinin 8.0
No : 2 Resiko gangguan S : klien mengatakan
1. Kaji adanya alergi
Tgl : 2 pemenuhan asupan nutisi muntah, tidak bisa
makanan
6/12/2019 b.d anoreksia yang makan
2. Berikan informasi
Jam : O : TD 140/ 90 mmHg,
ditandai dengan :
tentang kebutuhan
18:20 Suhu 35,9 ˚C, Nadi 85
DS : nutrisi
kali/menit, RR 22
- Pasien mengatakan
3. Monitor adanya kali/menit,
muntah sejak hari
penurunan BB A : masalah Resiko
jumat
gangguan pemenuhan
4. Monitor mual dan
- Kalien mengatakan asupan nutisi teratasi
5
BB sebelum masuk muntah P : lanjutkan intervensi
RS 58kg setelah Intervensi dilanjutkan di
5. Lakukan mobilisasi
secara bertahap
5
CATATAN KEPERAWATAN
5
Hasil : klien sudak di kompres 85 kali/menit, RR 22 kali/menit, mulai bisa
hangat bergerak miring kiri dan kanan, dan duduk
6/12/2019 6. Mengantar klien keruangan semi fawler
Jam : 17:00
fajar A : masalah intoleransi aktivitas teratasi
Respon : klien mau diajak P : hentikan intervensi di IGD, dilanjutkan di
kerjasama ruangan fajar L3
Hasil : klien pindah keruangan
fajar
6/12/2019 7. Mengkaji adanya alergi
Jam : 16:15
makanan
Respon : klien mau diajak
kerjasama
Hasil : klien tidak ada alergi
maknana
6/12/2019 8. Memonitor mual muntah
Jam : 16:15
Respon : klien mau diajak
kerjasama
Hasil : klien tidak muntah
5
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Petugas Kesehatan
Dengan adanya penulisan Resume Keperawatan pada pasien post CKD ini
disarankan petugas kesehatan lebih peka dengan masalah kesehatan yang
diderita pasien dan memberikan pelayanan yang terbaik pada setiap pasien
di Rumah Sakit terutama penanganan di ruang IGD sampai pasien masuk
ruangan untuk terapi lebih lanjut.
2. Mahasiswa
Diharapkan mampu memahami tentang pengelolahan resume Keperawatan
pada pasien CKD dari mulai tahap pengkajian hingga ke tahap akhir
evaluasi terutama penanganan di Ruang IGD.
3. Instutusi
Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang Asuhan
keperawatan dan lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku
5
tentang kasus-kasus beserta asuhannya salah satunya tentang kasus penyakit
yang penulis angkat yaitu tentang CKD (chronic kindey disease).
5
DAFTAR PUSTAKA
Buku ajar IKA infeksi dan penyakit tropis IDAI Edisi I. Editor : Sumarmo, S Purwo
Sudomo, Harry Gama, Sri rejeki Bag IKA FKUI jkt 2002.
Christantie, Effendy. SKp, Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995 Prinsip –
Prinsip Keperawatan Nancy Roper hal 269 – 267 Carpenitto,Lj. 2001, Diagnosa
2015