Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

“Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien dengan


Diagnosis Anorexia Geriatri dan Hipertensi di Ruang Rawat Inap Kelas III
Rumah Sakit. Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar Tahun 2022”

OLEH :

ANNISA JIHAN FAROHA

NIM : 192210692

PRGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA


JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2022/2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik
(MAGK) Penyakit Kritis di Unit Instalasi Gizi RS Prof.DR. M.A Hanafiah, SM
Batusangkar Tahun 2022

Oleh :
ANNISA JIHAN FAROHA
NIM : 192210692

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing Praktek Kerja Lapangan
(PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)

Batusangkar, Oktober 2022


Menyetujui :
Clinical instructure

FIRSTY ANANDITTA ANDINI, A,Md.Gz


NIP. 19961230 201920 2002

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan kasus ini yang

2
berjudul “Proses asuhan gizi terstandar pada pasien dengan diagnosis Anorexia
Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III RS. Prof. Dr.M.Ali
Hanafiah,SM Batusangkar tahun 2022.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)
Program Studi Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika Poltekkes Kemenkes Padang.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak DR.Nurman Eka Putra W selaku direktur RS Prof.DR. M.A Hanafiah,
SM Batusangkat.
2. Kasmiyetti, DCN, M. Biomed, selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes RI Padang.
3. Dr.Eva Yuniritha, SST, M.Biomed selaku pembimbing Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes RI Padang.
4. Sandra Yessi, SST selaku kepala Instalasi Gizi di RS Prof.DR. M.A
Hanafiah, SM Batusangkar.
5. Yesi Marlina,S.Gz selaku Kepala Ruangan Instalasi Gizi RS Prof.DR. M.A
Hanafiah, SM Batusangkat.
6. Ahli gizi di intalasi gizi RS Prof.DR.M.A Hanafiah, SM Batusangkar
7. Teman-teman PKL MAGK Rumah Sakit Jurusan Gizi 2022 khususnya PKL
MAGK di RS Prof. DR. M.A Hanafiah, SM Batusangkar yang telah
memberikan motivasi, masukan, dan saran serta dukungan dalam pembuatan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca dan terutama bagi penulis sendiri.
Aamiin.

Batusangkar, Oktober 2022

3
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v

4
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan...............................................................................................................2
D. Manfaat.............................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. Anorexia Geriatri..............................................................................................5
B. Hipertensi........................................................................................................10
BAB III DESKRIPSI KASUS.............................................................................15
A. Assesment.......................................................................................................17
B. Diagnosa Gizi..................................................................................................23
C. Intervensi Gizi.................................................................................................23
D. Monitoring Dan Evaluasi................................................................................26
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................27
A. Hasil Monitoring Evaluasi Status Gizi Pasien................................................27
B. Hasil Monitoring dan Evaluasi Nilai Laboratorium.......................................27
C. Monitoring Gejala Fisik/Klinis.......................................................................29
D. Hasil Monitoring Evaluasi Asupan.................................................................30
E. Monitoring Edukasi dan Konseling Gizi.........................................................32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................34
A. Kesimpulan.....................................................................................................34
B. Saran...............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35
LAMPIRAN..........................................................................................................36

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skrining Pasien..........................................................................................16


Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien...........................................................17
Tabel 3.3 Hasil keadaan fisik.....................................................................................18
Tabel 3.4 Hasil Pemeriksaan Klinis...........................................................................19
Tabel 3.5 Tabel Recall 1x24 jam SMRS....................................................................20

5
Tabel 3.7 Rencana monitoring dan evaluasi..............................................................26
Tabel 4.1 Perkembangan data antropometri...............................................................27
Tabel 4.2 Perkembangan Data Biokimia Pasien........................................................28
Tabel 4.3 Gejala Klinis..............................................................................................29
Tabel 4.4 Gejala Fisik................................................................................................29
Tabel 4.5 Perkembangan Asupan Pasien...................................................................30

6
DAFTAR LAMPIRAN

Menu Pasien
Hasil Recall
Perencanaan Menu 1
Perencanaan Menu 2
Perencanaan Menu 3
Asupan Menu 1
Asupan Menu 2
Asupan Menu 3

7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anoreksia adalah kelainan psikis yang diderita seseorang berupa
kekurangan nafsu makan meski sebenarnya lapar dan berselerah terhadap
makanan. Dorongan untuk makan umumnya didasarkan pada nafsu makan
dan rasa lapar. Dua hal tersebut adalah gejalah yang berhubungan tetapi
memiliki arti yang berbedah. Nafsu makan adalah keadaan yang mendorong
seseorang untuk memuaskan keiinginannya dalam hal makan, ini
berhubungan dengan konsep budaya yang berbedah dengan satu kebudayaan
dengan kebudayaan lainnya. Sedangkan lapar menggambarkan keadaan
kekurangan gizi yang dasar dan merupakan konsep fisiologis(Retika 2021).
Anoreksia pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan
beberapa masalah kesehatan lainnya. Pada penderita anoreksia keadaan
kelaparan yang kronis dapat menyebabkan keabnormalan kelenjar endokrin,
kurang optimalnya pertunbuhan selama masaa remaja, osteoporosis, anemia,
hiponetremia, dan beberapa penyakit lainnya (Duvvuri and Kaye 2009)
Anoreksia geriatri atau pada usia lanjut adalah hilangnya nafsu makan atau
penurunan jumlah asupan makanan pada lansia. Meski hal ini tergolong wajar
terjadi, tetapi kondisi menyebabkan lansia tidak mendapatkan nutrisi yang
cukup. Dampaknya, terjadi peningkatan risiko mengalami penyakit lansia
yang lebih serius, seperti gangguan fungsi organ dan kematian.(Jabfm,2018)
Hipertensi menjadi masalah kesehatan di seluruh belahan dunia dan
sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Hipertensi juga
disebut sebagai penyakit tidak menular, karena hipertensi tidak ditularkan dari
orang ke orang. Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis yang tidak
dapat ditularkan ke orang lain. Penyakit tidak menular masih menjadi salah
satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia saat ini. Hal ini
dikarenakan munculnya PTM secara umum disebabkan oleh pola hidup setiap
individu yang kurang memperhatikan kesehatan(Riskesdas,2018)
Data yang dikeluarkan oleh WHO (2018) menujukkan bahwa sekitar
26,4% penduduk dunia mengalami hipertensi dengan perbandingan 26,6%

8
pria dan 26,1% wanita. Sebanyak kurang lebih 60% penderita hipertensi
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut data yang telah
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, hipertensi dan penyakit jantung lain
meliputi lebih dari sepertiga penyebab kematian, dimana hipertensi menjadi
penyebab kematian kedua setelah stroke.
Hipertensi dijuluki sebagai Silent Killer atau sesuatu yang secara diam-
diam dapat menyebabkan kematian mendadak para penderitanya. Kematian
terjadi akibat dari dampak hipertensi itu sendiri atau penyakit lain yang
diawali oleh hipertensi. Oleh sebab itu, penderita berusaha melakukan
kepatuhan mendisiplinkan diri terhadap makanan maupun gaya hidupnya.
Penyakit hipertensi juga merupakan the silent disease karena orang tidak
mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan
darahnya. (Septianingsih, Dea Gita 2018). Maka dari itu banyak dari penderita
hipertensi mengalami kematian secara mendadak karena kurangnya kepatuhan
menjaga pola makan maupun memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan
kesehatan.
Berdasarkan perrmasalahan diatas, maka penulis berkeinginan untuk
melakukan study kasus terhadap bagaimana proses asuhan gizi terstandar pada
pasien Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III RS.
Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan gizi terstandar pada penyakit Anorexia Geriatri
dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III RS. Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM
Batusangkar?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan PKL Manajemen Asuhan Gizi Klinis (MAGK)
ini, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan asuhan gizi pada pasien
dengan diagnosa Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap
Kelas III RS. Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar

9
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya cara melakukan skrining gizi pada pasien dengan
diagnosa Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III
RS. Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar
b. Diketahuinya cara melakukan asesment pada pasien dengan diagnosa
Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III RS. Prof.
Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar
c. Diketahuinya cara melakukan diagnosis gizi pada pasien dengan
diagnosa Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III
RS. Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar
d. Diketahuinya cara melakukan intervensi gizi pada pasien dengan
diagnosa Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III
RS. Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar
e. Diketahuinya cara melakukan monitoring pada pasien dengan diagnosa
Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III RS. Prof.
Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar
f. Diketahuinya cara melakukan evaluasi pada pasien dengan diagnosa
Anorexia Geriatri dan Hipertensi di ruang rawat inap Kelas III RS.
Prof. Dr.M.Ali Hanafiah,SM Batusangkar
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis terhadap pelaksanaan
skrining gizi dan proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada pasien
dengan penyakit Anorexia Geriatri dan Hipertensi.
b. Menambah pengalaman penulis dalam melaksanakan pelayanan gizi di
Rumah Sakit Prof.DR.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar.
c. Sebagai wadah bagi penulis dalam menekuni profesi sebagai ahli gizi
yang profesional.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet penyakit yang
dialami pasien

10
3. Bagi Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan panduan atau pembanding terhadap Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) Rumah Sakit Prof.DR.M.Ali Hanafiah SM
Batusangkar sehingga dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anorexia Geriatri
1. Pengertian
Anoreksia merupakan penurunan nafsu makan yang merupakan gejala
umum pada banyak penyakit dan dapat disebabakan oleh makanan, obat,
emosi, ketakutan, masalah psikologi dan infeksi. Anoreksia jangka panjang
dapat menyebabkan ketidak seimbangan elektrolit yang dapat menyebabkan
dysritmia jatung. Makan merupakan salah satu cara dalam menaikan berat
badan akan tetapi pemberian makanan melalui selang atau infuse dapat
menjadikan sebuah pilihan. Sedangkan jika pada lansia yang disebut sebagai
penyakit Anoreksia gerietri merupakan salah satu penyakit berkurangnya nafsu
makan atau tidak nafsu makan pada orang tua yang disebabkan karena adanya
gangguan psikologis, gangguan penyakit atau karena faktor usia.
Anoreksia geriatri atau pada usia lanjut adalah hilangnya nafsu makan
atau penurunan jumlah asupan makanan pada lansia. Meski hal ini tergolong
wajar terjadi, tetapi kondisi menyebabkan lansia tidak mendapatkan nutrisi
yang cukup. Dampaknya, terjadi peningkatan risiko mengalami penyakit lansia
yang lebih serius, seperti gangguan fungsi organ dan kematian.(Jabfm,2018)
2. Penyebab
Rasa harga diri yang rendah sering berperan penting dalam munculnya
penyakit ini. Penurunan berat badan dipandang sebagai suatu pencapaian dan
harga diri bergantung pada ukuran dan berat badannya. Ada pula hubungan
antara gangguan makan dengan gangguan alam perasaan. Dinamika keluarga
juga dapat berperan dalam perkembangan gejala anoreksia. Faktor lain yang
juga berperan dalam munculnya gangguan ini adalah kelangsingan idealik
masyarakat yang berusaha disamai atau bahkan dilampau oleh para remaja.
Individu yang terkena gangguan ini mempunyai citra tubuh yang menyimpang
menganggap dirinya obesitas atau terobsesi tentang ukuran dan bentuk bagian
tubuh tertentu. Penyebab yang biasa terjadi pada anokreksia geriatric antara
lain menurunnya fungsi saluran pencernaan, adanya kondisi emosi yang kurang

12
baik, adanya inflamasi pada otak, adanya penurunan fungsi indra penciuman
dan perasa.
a. Biologis
Diyakini ada hubungan keluarga dengan gangguan makan. Keturunan
pertama wanita pada orang yang mengalami gangguan makan yang berisiko
tinggi dari pada populasi umum. Model biologis etiologi gangguan makan di
fukuskan kepada pusat pengatur nafsu makan di hipotalamus, yang
mengendaliakan mekanisme neurokimia khusus untuk makan yang kenyang.
Serotonin dianggap terlibat dalam patofisiologi gangguan makan walaupun
dalam model biologis ini masih dalam tahap perkembangan.
Studi tentang anoreksia menunjukan bahwa gangguan tersebut cenderung
terjadi dalam keluarga. Oleh karna itu, kerentanan genetik mungkin muncul
dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stres emosional. Kerentanan genetik ini
mungkin muncul karena tipe kepribadian tertetu atau kerentanan umum
terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetik mungkin secara langsung
mencakup difungsi hipotalamus(Sigit dwi erdianto, 2009).
b. Lingkungan
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi individu untuk
mengalami gangguan makan. Riwayat terdahulu klien mengalami gangguan
makan sering di persulit oleh penyakit dalam dan bedah, kematian keluarga dan
lingkungan keluarga dengan konflik
c. Psikologis
Kebanyakan klien yang mengalami gangguan mkan menunjukkan
sekelompok gejala psikologis seperti ridigitas, ritual risme, kehati-hatian,
perfectsinisme serta control infuse yang buruk.
d. Sosiokultural
Pada budaya yang menerima dan menghargai kemontikkan, jarang
terjadi gangguan makan, jaringan sosiokultural pada remaja dan wanita muda
di Amerika 50 Serikat juga sangat menekankan kelangsingan dan pengendalian
terhadap tubuh seseorang menjadi idicator untuk evaluasi diri. Di Amerika
Serikat kelebihan berat badan di anggap sebagai tnda kemalasan, kurang

13
control diri atau mendapatkan tubuh yang sempurna disamakan dengan cantik
(Sigit dwi erdianto, 2009).
3. Tanda dan Gejala
a. Penurunan berat badan mendadak, tanpa penyebab yang jelas.
b. Tampilan kurus kering, hilangnya lemak subcutan
c. Perubahan kebiasaan makan, waktu makan yang tidak lazim
d. Latihan dan aktivitas fisik yang berlebihan
e. Amenorea
f. Kulit kering bersisik
g. Lanugo pada ekstremitas, punggung dan wajah
h. Kulit berubah kekuningan
i. Gangguan tidur
j. Konstipasi
k. Erosi eosopagus
l. Alam perasaan depresi
m. Fokus yang berlebihan pada pencapaian hasil yang tinggi
n. Perhatian berlebihan terhadap makanan dan penampilan tubuh
o. Erosi email dan dentin tinggi
4. Patofisiologi
Regulasi pencernaan makanan adalah suatu yang sangat kompleks,
dengan berbagai mekanisme untuk memastikan proses pencernaan makanan
tetap optimal. Secara garis besar, pemasukan makanan diregulasi oleh pusat
makan yang bekerja sama dengan sistem pengaturan nafsu makan perifer.
Sistem pusat pengaturan makan akan menerima stimulasi dari sinyal sel lemak
perifer (leptin), nutrisi yg diabsorbsi dan hormon yang bersirkulasi.
Pada studi yang dilakukan pada manusia dan binatang menunjukan
bahwa perubahan pada berbagai macam sistem diatas terjadi pada proses
penuaan, yang menghasilkan proses anoreksia geriatri. Ketika glukosa dan
triacilgliserol masuk ke duodenum orang muda, menyebabkan pengurangan
rasa lapar dan pemasukan makanan. Ketika nutrisi masuk lewat duodenum
pada orang tua / lansia, pengurangan pada rasa lapar dan pemasukan makanan
lebih sedikit ditemukan.

14
Hal ini menyebabkan peningkatan rasa lapar yang terlihat di orang
dewasa selama pencernaan makanan terjadi bukan karena tidak banyaknya
sinyal pengatur rasa makan atau peningkatan respon untuk mengabsorbsi
nutrisi di usus halus, tetapi karena adanya sinyal nafsu makan lain yang berasal
dari lambung. Hipotesis ini sesuai dengan penemuan cairan preload yang lebih
cepat kosong dari lambung, dimana tidak terlihat menurunkan atau
meningkatkan pemasukan energi pada orang tua bila dibandingkan orang
muda. Dengan bertambahnya usia, makanan lebih cepat bergerak dari fundus
ke antrum dan lebih lama berdiam di antrum, memicu distensi antrum yang
lebih cepat dan hebat.
Beberapa studi menunjukkan peran nitrit oxide memerankan peran
yang penting dalam pengaturan makanan. Nitrit oxide diproduksi untuk
menghasilkan efek pada pemasukan makanan pada sisi central dan perifer. Di
perifer, nitrit oxide bertanggung jawab untuk relaksasi fundus lambung untuk
makanan, menyebabkan dilatasi fundus untuk berperan sebagai penampung
makanan sebelum membawa makanan ke antrum. Penurunan pemasukan
opioid memegang peranan penting pada perkembangan psikologis dari
anoreksia geriatri. Opoid endogen juga menjembatani indra perasa 4 manis dan
konsumsi makanan manis tidak terlihat menurun oleh penuaan, bahkan
mungkin meningkat. Kemungkinan bahwa pemasukan lemak dipicu oleh
opioid.
5. Komplikasi
a) Jantung : bradikardi, tachikardi, aritmia, hipotensi, gagal jantung
b) Gastrointestinal : esofagitis, ulcus peptikum, hepatomegali
c) Ginjal : abnormalitas urea serum dan elektrolit
d) Skelet : osteoporosis, faktor patologik
e) Endokrine : penurunan fertilitas, peningkatan kadar kortisol dan hormon
pertumbuhan, peningkatan glukoneogenesis
f) Metabolik : penurunan BMR, gangguan pengaturan suhu badan,
gangguan tidur

15
6. Manifestasi Klinik
a. Gangguan pola tidur timbul pada beberapa penderita anoreksia dan
terdapat gerakan mata yang cepat, seperti yang sering terdapat pada
penderita depresi. Masalah pada gangguan suhu, khusus nya pada
hipotermia.
b. Tidak mau makan dengan sengaja karena ketakutan berlebihan akan
kenaikan berat badan
c. Pengidap memiliki body mass index kurang dari 18,5
d. Terganggunya siklus menstruasi
e. Cendrung tidak mengakui bahwa ia mengidap penyakit anoreksia karena
ia merasa dapat mengontrol keadaan dengan kemampuanya mengatakan
tidak adaa makanan.
f. Gangguan pada hipotalamik-pituitary-ovarian axis dimanifestasikan
dengan amenorea yang berkaitan dengan pola tidak matang dari sekresi
hormon luteinizing
g. Adanya disfungsi hypothalamic-pituitary-adrenal axis dibuktikan dengan
antara lain dengan mengingkatnya kortisol, 51 hilangnya variasi diurnal
pada sekresi kortisol, dan kegagalan deksametason untuk menekannya.
h. Peningkatan area nitrogen pada darah dapat timbul pada akibat dehidrasi
pda penurunan kecepatan penyaringan glomerulus, namun kadar yang
normal dapat ditemukan pada keadaan serupa karena rendahnya
pemasukkan protein pada penderita dehidrasi
i. Konstipasi merupakan komplikasi masalah mobilitas yang sangat sering
terjadi pada penderita anoreksia
j. Penderita anoreksia tampaknya sangat resisten terhadap inspeksi
k. Kulit penderita anoreksia kering
l. Pada fase pemberian makan kembali sering kerontokan rambut

16
B. Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan pada
tekanan darah yang memberi gejala akan berlanjut ke suatu organ target seperti
stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung,
dan hipertrofi ventrikel kanan untuk otot jantung. (Candra, 2018). Hipertensi
merupakan suatu keadaan medis yang cukup serius dimana secara signifikan
dapat meningkatkan risiko penyakit hati, otak, ginjal, jantung, dan penyakit
lainnya. Hipertensi dapat terjadi apabila tekanan darah lebih besar dari dinding
arteri dan pembuluh darah itu sendiri (WHO, 2019).
Hipertensi merupakan keadaan umum dimana suplai aliran darah pada
dinding arteri lebih besar sehingga dapat menyebabkan beberapa masalah
kesehatan, seperti jantung. Hipertensi pada tahun pertama sangat jarang
dijumpai dengan symptom, hal ini baru disadari apabila terjadi dalam jangka
waktu yang panjang dan terus menerus. Peningkatan hipertensi secara tidak
terkontrol akan menyebabkan masalah hati dan jantung yang cukup serius
(Mayo Clinic, 2018).
Ditandai dengan terjadinya peningkatan tekanan darah lebih dari 120/90
mmHg secara berulang dalam waktu pemeriksaan lebih dari dua 9 kali dengan
selang waktu 5 menit, dapat dikatakan seseorang tersebut memiliki
kemungkinan hipertensi.
2. Penyebab Hipertensi
Menurut Nuraini, 2015 faktor yang dapat menyebabkan seseorang
memiliki risiko hipertensi yaitu :
a. Keturunan / Genetik
Hipertensi rentan terjadi pada seseorang yang memiliki anggota keluarga
dengan riwayat darah tinggi. Hal ini berkaitan dengan adanya peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap
sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita 11 hipertensi daripada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.

17
b. Obesitas
Berat badan yang berlebihan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang
dialirkan ke dalam sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung
juga meningkat.
c. Terlalu banyak mengonsumsi garam atau terlalu sedikit mengonsumsi
makanan yang mengandung kalium Hal ini dapat mengakibatkan tingginya
natrium dalam darah, sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan
dalam pembuluh darah.
d. Kurang aktivitas fisik dan olahraga
Kurang akitivitas fisik dan olahraga dapat mengakibatkan
meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih keras
untuk memompa darah. Hal ini juga dapat mengakibatkan peningkatan berat
badan yang merupakan salah satu factor hipertensi.
e. Merokok
Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit, yang
berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.
f. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pria sama dengan wanita. Namun
wanita masih cukup aman hingga usia sebelum menopause. Karena setelah
menopause, wanita rentan terkena penyakit kardiovaskuler, hipertensi salah
satunya. Wanita yang belum menopause terlindungi oleh hormone estrogen
yang berperan meningkatkan kadar HDL yang merupakan factor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
g. Stress
Keadaan stress atau tertekan dapat meningkatkan tekanan darah
sewaktu-waktu. Hormone adrenaline akan meningkat ketika kita stress
sehingga jantung memompa darah lebih cepat yang mengakibatkan tekanan
darah juga meningkat.

18
3. Patofisiologi
Patofisiologi Hipertensi secara umum didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah yang dapat berakibat pada timbulnya penyakit
sertaan lainnya. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah yang melebihi
140/90mmHg. Hipertensi terjadi karena adanya proses penebalan dinding
pembuluh darah dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Keadaan ini dapat
mempercepat jantung dalam memompa darah guna mengatasi resitensi
perifer yang lebih tinggi dan semakin tinggi. Dari seluruh penderita
hipertensi, 95% penderitanya memiliki kemungkinan mewariskan atau
keturunannya memiliki risiko menderita hipertensi dikemudian waktu,
sedangkan 5% lainnya menjadi penyebab penyakit seperti stroke,
kardiovaskular, atau gangguan ginjal. Organ-organ penting yang
mempengaruhi dan terlibat dalam meningkatnya hipertensi antara lain :
a. Curah Jantung Dan Resistensi Periferal
Curah jantung dan resistensi periferal merupakan komponen utama
dalam penghitungan tekanan darah. Penambahan resistensi periferal adalah
salah satu kontribusi besar. Selain berpengaruh terhadap pembuluh darah
tepi, curah jantung juga berpengaruh cukup besar pada regulasi sirkulasi
ke otak yang berpengaruh terhadap tekanan darah dimana hal ini berperan
besar pada tidak berfungsinya jantung. Banyak factor genetic maupun dari
lingkungan yang berperan pada elevasi dari curah jantung dan resistensi
peripheral. Curah jantung juga meningkatkan kadar obesitas dan volume
plasma.
b. Renin-Angiostensin – Aldosterone System
Rennin-Angiostensis-Aldosterone System (RAAS) meregulasi
tekanan darah dengan sebuah mekanisme yang beragam. Berdasarkan
RAAS (Angiostensin-II), hipertensi banyak berorientasi berdasarkan
gender / jenis kelamin, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penderita
hipertensi terjadi pada pria. Organ tubuh yang berfungsi sebagai pusat
control yaitu otak, juga berperan dalam regulasi sirkulasi sistem. Studi
menunjukkan bahwa RAAS-Otak lebih berperan secara aktif daripada
RAS Periferal. Memiliki kedudukan yang utama pada sistem ini,

19
Angiostensin-II merupakan sebuah pemain neuropeptida pada modulasi
tekanan darah dan reseptor dari RAAS yaitu AT1a, AT1b terletak di
bagian penting di otak. Salah satu tujuannya yaitu mereduksi pasokan
aliran darah pada ginjal sehingga menurunkan tekanan darah.
c. Perubahan Pembuluh Darah Mikro
Tingkatan reduksi dari nitric oksida berpengaruh pada peningkatan
radikal oksigen yang berpotensi terjadinya hipertensi. Dengan lubang
arteriol yang kecil, hal ini menyebabkan perubahan pada pembuluh darah
sehingga perfusi darah ke organ juga berkurang yang disebabkan oleh
tekanan bawaan. Hal ini dapat berakibat pada iskemia atau pecahnya
pembuluh darah sehingga berpengaruh pada kerusakan organ.
d. Inflamasi
Hasil inflamasi yang kuat dalam pembentukan kembali vaskular
yang selanjutnya berubah menjadi hipertensi yang disebabkan oleh
pengaktifan dan prokreasi dari sel otot polos, sel endotelial dan fibroblas.
Sitokin mediator inflamasi, semokin, dan PGE2merupakan bagian-bagian
yang terlibat sebagai tanda adanya hipertensi sebagaimana meningkatkan
tekanan darah dengan cara menebalkan dinding pembuluh darah.
e. Insulin Sensitif
Berdasarkan perubahan nutrisi dan mikro vaskular relaksasi, fungsi
dari hormon insulin juga akan terganggu sebagai akibat dari tidak
tercukupinya suplay glukosa pada jaringan dan bepengaruh terhadap
berkurangnya jumlah oksida nitrat endotel, inflamasi dan stress oksidatif
terjadi pada pasien obesitas dan diabetes (Ammara Batool dkk, 2018).
4. Tanda dan Gejala
Menurut Kemenkes RI, 2018 tidak semua penderita hipertensi
memiliki gejala secara tampak, mayoritas dari penderitanya mengetahui
menderita hipertensi setelah melakukan pemeriksaan pada fasilitas
kesehatan baik primer maupun sekunder. Hal ini pula yang mengakibatkan
hipertensi dikenal dengan sebutan the silent killer. Tetapi pada beberapa
penderita memiliki gejala seperti :

20
a. Sakit Kepala
b. Gelisah
c. Jantung berdebar-debar
d. Pusing
e. Penglihatan kabur
f. Rasa sesak di dada
g. Mudah lelah
5. Manifestasi Klinik
Sebagian besar penderita hipertensi tidak dijumpai kelainan apapun
selain peningkatan tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala.
Setelah beberapa tahun penderita akan mengalami beberapa keluhan
seperti nyeri kepala di pagi hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya
hilang setelah bangun. Jika terdapat gejala, maka gejala tersebut
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler dengan manifestasi khas sesuai
sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan.
Melalui survey dan berbagai hasil penelitian di Indonesia,
menunjukkan bahwa keluhan penderita hipertensi yang tercatat berupa
pusing, telinga berdengung, cepat marah, sukar tidur, sesak nafas, rasa
berat di tengkuk, mudah lelah, sakit kepala, mata berkunang-kunang,
gangguan neurologi, jantung, gagal ginjal kronik juga tidak jarang
dijumpai. Dengan adanya gejala tersebut merupakan pertanda bahwa
hipertensi perlu segera ditangani dengan baik dan patuh.

21
BAB III
DESKRIPSI KASUS

Tn.D berusia 67 tahun dengan TB est 152,9 cm dan BB est 46,6 kg di


rawat di Rumah Sakit Prof. Dr. MA Hanafiah, SM Batusangkar dengan keluhan
mual, muntah, nyeri kepala,lemas dan letih. Pasien di diagnosa anorexia geriatri
dan hipertensi. Pasien mempunyai riwayat penyakit Hipertensi. Pada pemeriksaan
klinis diperoleh tekanan darah 180/110 mmHg, suhu tubuh 36,5 oC, nadi
80x/menit, respiratory rate 20x/mnt. Pada pemeriksaan laboratorium diperoleh Hb
16,3 g/dl,Hematokrit 49 % ,SGOT 20 L, SGPT 14 L ,kolesterol total 126 mg/dL,
HDL 36 mg/dL, LDL 143 mg/dL,Trigliderida 188 mg/dL, Ca+ : 7,5 mmol/L.
Tn.D memiliki kebiasaan makan yang tidak teratur yaitu 2x
sehari,mengonsumsi nasi sebanyak 2 centong nasi rice cooker,mengonsumsi ikan
nila,ikan rayo 3xseminggu,makan ayam 2xseminggu,telur 2xseminggu, tidak
mengonsumsi ikan laut dan untuk sayur pasien mengonsumsi lobak,bayam,buncis,
wortel setiap hari dan pasien mengonsumsi buah jeruk manis,pisang,pepaya,pir
2xseminggu. Pasien sering makan nasi bungkus,sering minum kopi, sarapan
dengan gorengan dan kopi,mengonsumsi gorengan 4x seminggu. Asupan makan
pasien sebelum masuk RS yaitu Energi 25,5% Protein 21,9% Lemak 44,6% dan
Karbohidrat 20,6%.

22
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR
1. GAMBARAN UMUR PASIEN :
No. MR : 162594
Nama : Tn. D
Umur : 67 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status perawatan : BPJS
Ruangan/kamar : Kelas III/Azalia
Tanggal masuk RS : 10 Oktober 2022
Tanggal menjadi kasus : 10 Oktober 2022
Diagnosa medis : Anorexia Geriatri + Hipertensi
2. SKRINING
Tabel 3.1 Skrining Pasien Tn.D Penyakit Anorexia Geriatri +Hipertensi
di Ruang Rawat Inap Kelas III RS Prof.DR. M.A Hanafiah, SM Batusangkar
Tahun 2022
PARAMETER SKOR
YA TIDAK
1. Apakah pasien mengalami penurunan/peningkatan 2
BB yang tidak diinginkan dalam 6 bulan terakhir 1
2. Apakah asupan makan berkurang karena tidak
2
nafsu makan?
3. Pasien dengan diagnose khusus/kondisi khusus
(Penyakit:
DM/Kemoterapi/hemodialisa/geriatric/imunitas)
Sebutkan :
Total Skor 3

Kesimpulan : Dari tabel MST diperoleh hasil bahwa pasien beresiko malnutrisi
dan dilakukan asuhan gizi oleh ahli gizi.

23
A. ASSESMENT
Assesment dilakukan pada tanggal 11 November 2021 . Berdasarkan
assesment yang telah dilakukan terhadap pasien diperoleh data antropometri,
biokimia, fisik/ klinis, dan dietary history pasien. Data diperoleh sebagai
berikut :
1. Data Antropometri
Dari pengukuran antropometri yang telah dilakukan didapatkan data
sebagai berikut:
a. LILA : 25,6 cm
b. Tinggi lutut : 45,1 cm
c. Berat Badan est : 46,6 kg
d. Tinggi Badan (TB) : 152,9 cm
e. Percentille LILA : 83,3%
Kesimpulan : Status gizi pasien kurang
2. Biokimia
Hasil pemeriksaan biokimia pasien Tn.D pada tanggal 11 Oktober
2022 di RS Prof.DR. M.A Hanafiah, SM Batusangkar sebagai berikut :

Tabel 3.2 Hasil Pemeriksaan Biokimia Pasien Tn.D


Tanggal 11 Oktober 2022 di RS Prof.DR. M.A Hanafiah, SM
Batusangkar Tahun 2022

Data
Hasil Nilai Normal Satuan Keterangan
Laboratorium
HB 16,3 13-16 g/dl Normal
Hematokrit 49 40-48 % Tinggi
Leukosit 6,4 4000-10.000 /ml Normal
Eritrosit 5,44 4,5-5,5 /ml Normal

SGOT 20 19 – 48 U/L Normal

SGPT 14 13 – 40 U/L Normal

Kolesterol total 126 <200 mg/dl Normal

24
HDL 36 30 – 75 mg/dL Normal
LDL 143 <100 mg/dl Tinggi
Trigliserida 188 <150 mg/dl Tinggi
Kalsium 7,5 8-11 mg/dl Rendah
GDR 108 <200 Mg/dl Normal

Kesimpulan : hematokrit tingg,hipokalsemia


3. Fisik/Klinis
a. Fisik
Hasil keadaan fisik Tn.D di RS Prof.DR. M.A Hanafiah,SM
Batusangkar sebagai berikut :
Tabel 3.3
Hasil keadaan fisik Tn.D di RS Prof.DR. M.A Hanafiah, SM
Batusangkar Tahun 2022
Keadaan fisik Awal
Penurunan nafsu makan Ada
Mual Ada
Muntah Ada
Nyeri kepala Ada
Lemas Ada

b. Klinis
Hasil Pemeriksaan Klinis Pasien Tn.D di RS Prof.DR. M.A
Hanafiah, SM Batusangkar Tahun 2022 sebagai berikut :

25
Tabel 3.4
Hasil Pemeriksaan Klinis Pasien Tn.D di RS Prof.DR. M.A
Hanafiah, SM Batusangkar Tahun 2022

Nilai Satuan
Pemeriksaan Hasil Ket
Normal
TD 180/110 <130/<85 mmHg Hipertensi
HR 80 60-100 x/mnt Normal
RR 20 14-20 x/mnt Normal
o
T 36,5 36-37 C Normal
SPO2 97 95-100 % Normal

Kesimpulan : Tekanan darah pasien hipertensi, ,mual, muntah, pusing


4. Data Dietary
a. Kebiasaan makan
- Memiliki kebiasaan makan 2 kali sehari @ 2 centong plastik = 100 gr
nasi
- Mengonsumsi biscuit (Biscuit roma kelapa) sebanyak 1-2 kali
seminggu (@4 keping = 80 gr )
- Selalu mengonsumsi tempe sebanyak 7x dlm seminggu (@ 1 ptg bsr =
40 gr )
- Selalu mengonsumsi tahu sebanyak 7kali seminggu (@ 1bh sedang =
40 gr)
- Selalu mengonsumsi bubur putih dalam 2 atau 1 kali seminggu
- Jenis protein hewani yang sering dikonsumsi adalah daging
ayam(2xseminggu @1ptg = 50 gr) dan daging sapi ( 1 kali seminggu
@1 ptg = 50 gr ), telur ayam ( 1 x seminggu @ 1 btr = 55 gr ), dan
ikan ( seperti ikan nila dan ikan rayo sebanyak 3x seminggu @ 1ekor
= 40 gr)
- Selalu mengonsumsi sayuran seperti labu siam,
kangkung,lobak,wortel, dan bayam sebanyak 5x kali seminggu ( untuk
1 kali makan sayur @ 3 sdm = 30 gr )

26
- Jenis buah-buahan yang biasa dikonsumsi adalah pisang,jeruk manis
(@ 1 bh = 100 gr)
- Pengolahan sering digoreng,digulai,ditumis
- Dulu suka makan nasi bungkus setiap hari
- Mengonsumsi kopi sebanyak 5x seminggu dengan 1 ½ sdm gula pasir
(@ 15 gr)
- Tidak memiliki alergi terhadap makanan

Tabel 3.5
Tabel Recall 1x24 jam
Jam Nama Nama Berat E(kcal) P (gr) L KH
makan masakan Bahan (gr) (gr) (gr)
07.00 Nasi Beras 60 108,3 2 0,2 23,9
Ikan Ikan Nila 30 39 5,5 1,7 0
goreng
Minyak 5 43,1 0 5 0
Tumis Kangkung 20 3 0,5 0 0,4
kangkung
Minyak 3 25,9 0 3 0
14.00 Nasi Beras 60 108,3 2 0,2 23,9
Ikan Ikan Nila 30 39 5,5 1,7 0
goreng
Apel Apel 30 17,7 0,1 0,1 4,6
08.00 Bubur Tepung 10 36,1 0,7 0,1 7,9
putih beras
Santan 20 21,2 0,2 2 0,9
Gula 10 37,6 0 09,7
merah
TOTAL 473,2 13,9 18,4 63,4
PERSENTASE 25,5% 21,9% 44,6% 20,6%

Kesimpulan :

27
- Sebelum sakit kebiasaan makan pasien yaitu pola makan pasien tidak
teratur
- Kebiasaan makan pasien sering mengonsumsi nasi bungkus dan sering
minum kopi
- Sebelum masuk rumah sakit asupan pasien kurang dari kebutuhan
Energi Energi 25,5% Protein 21,9% Lemak 44,6% dan Karbohidrat
20,6%.
5. Riwayat Personal
a. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi
b. Riwayat penyakit sekarang
Anorexia geriatri,hipertensi
c. Riwayat sosial dan ekonomi
Tn D berumur 67 tahun dengan suku minang bekerja sebagai petani.
d. Terapi:
Nama Obat Fungi obat Interaksi Obat &
makanan
Inj SA 2 amp Obat ini digunakan untuk Tidak ada interaksi obat
mengobati kejang,untuk dan makanan
menjaga detak jantung pada
pasien saat sedang dilakukan
tindakan operasi.
Omeprazole Obat ini digunakan dalam Tidak ada interaksi obat
1x1 lampiv penanganan penyakit seperti dan makanan
GERD(Gastroesopageal
Reflux Disease),tukak
lambung. Selain itu juga obat
ini juga digunakan untuk
mencegah pendarahan
saluran cerna bagian atas.

Ondansentron Obat yang digunakan untuk Tidak ada interaksi obat

28
injeksi mencegah serta mengobati dan makanan
mual dan muntah.
PCT 3 x 500 Obat ini digunakan untuk PCT umumnya memiliki
meredakan rasa sakit ringan interaksi terhadap
hingga menengah seperti karbohidrat dan alkohol.
sakit kepala,menurunkan Dimana penggunaan PCT
demam. bersama makanan yang
mengandung karbohidrat
akan memperlambat laju
absorbsinya.
Ambroxol Obat untuk meredakan batuk Tidak ada interaksi obat
berdahak yang disebabkan
3x500 dan makanan
oleh infeksi bakteri.

Cefixime Obat antibiotik untuk Tidak ada interaksi obat


mengobati infeksi saluran dan makanan
pernapasan,infeksi
tenggorokan dan
amandel,infeksi pada telinga
Amlodipin 1x5 Obat ini digunakan untuk Tidak ada interaksi obat
mengontrol tekanan dan makanan
darah.Obat ini bisa
dikonsumsi sebelum atau
sesudah makan.

Sukralfat 3x1 Obat untuk mengatasi tukak Sukralfat dapat bereaksi


lambung,ulkus deodenum dengan makanan yang
atau gastritis kronis. menyebabkan gangguan
pencernaan

Kesimpulan : Pasien sudah ada riwayat hipertensi

29
C. DIAGNOSA GIZI
1. Domain Intake
NI 2.1 : Asupan oral inadekuat(P)berkaitan dengan kurang nafsu makan,
mual,muntah,dan pusing SMRS(E) ditandai dengan asupan kurang dari
kebutuhan Energi 25,5%, Protein 21,9%, lemak 44,6%, Karbohidrat 20,6%
(S)
2. Domain Klinis
NC 3.1 : Berat badan kurang(P) berkaitan dengan intake energi yang
kurang(E) ditandai dengan percentille LILA 83,3%(S)
3. Domain Behaviour
NB 1.1 : Kurangnya pengetahuan terkait gizi dan makanan (P) berkaitan
dengan kurang terpaparnya informasi tentang gizi (E)ditandai dengan
kebiasaan makan pasien yang sering minum kopi,pola makan 2x sehari dan
jarang mengonsumsi buah-buahan(S)
D. INTERVENSI GIZI
1. Tujuan Intervensi
a. Memberikan asupan makan sesuai dengan kebutuhan
b. Meningkatkan bb menjadi normal
c. Memberikan edukasi terkait makanan anjuran, dibatas, dan dihindari
selama menjalani diit
2. Prinsip dan Syarat Diet
a. Pinsip Diet : Diet RG III (1000-1200 mg natrium)
b. Syarat Diet
1) Energi cukup 35 kkal/Kg BBI yaitu 1853,7 kkal
2) Protein 1,2 x BBI yaitu 63,4 gr
3) Lemak 20% dari kebutuhan energi total yaitu 41,19 gr
4) Karbohidrat cukup,yaitu sisa dari energi total dikurangi (protein dan
lemak ) yaitu 307,26 gr
5) Asupan natrium dibatasi <2300 mg/hari
6) Memenuhi kebutuhan asupan kalium harian sesuai usia untuk
membantu penurunan tekanan darah,asupan kalsium>800 mg/hari

30
dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 4 mmHg dan 2
mmHg tekanan darah diastolik
7) Asupan magnesium memenuhi kebutuhan harian serta dapat
ditambah dengan suplementasi magnesium240-1000 mg/hari dapat
menrunkan tekanan darah sistolik 1,0-5,6 mmHg
3. Perhitungan Kebutuhan
BBI = TB -100
= 152,9-100 = 52,9
Energy = 35 kkal x BBI
= 35 kkal x 52,9 = 1.853,7kkal
Protein = 0,8 x BBI
= 1,2 x 52,9 = 63,4 gr x 4 =253,6 kkal
Lemak = 20% x total energy
= 20% x 1.853,7 kkal = 370,74 kkal : 9 = 41,19 gr
Karbohidrat = energy – ( protein + lemak )
= 1.853,7 kkal – ( 253,92 kkal + 370,74 kkal )
= 1.853,7 kkal – 624,66 kkal
= 1.229,04 kkal : 4 = 307,26 gr
4. Preskripsi diet
a. Jenis diet : MLRG >MSRG
b. Bentuk makanan : Makanan lunak >Makanan saring
c. Frekuensi pemberian : 3 x makanan utama, 2 x makanan selingan
d. Rute : Oral
5. Implementasi
Implementasi gizi akan dilakukan selama 3 hari dari tanggal 11-13
Oktober 2022. Implementasi gizi yang dilakukan pada kasus ini adalah :
a. Pemberian makanan atau zat gizi sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan pasien.
b. Memberikan edukasi agar pasien agar dapat menghabiskan makanan
yang disajikan
c. Memberikan konseling tentang diet rendah garam
6. Rencana Edukasi

31
Tujuan = Memberikan edukasi mengenai diit yang sedang dijalani
dan pemilihan makanan yang sesuai dengan diit yang sedang dijalani
Sasaran = Pasien dan keluarga pasien
Media = Leaflet dan buku foto makanan
Metode = Konseling
Materi =
1. Apa itu diit rendah garam?
2. Makanan apa saja yang harus dihindari dan dibatasi selama menjalani
diit ?
Waktu = ± 15 menit
Tempat = Ruang rawat pasien

32
E. MONITORING DAN EVALUASI
Tabel 3.7
Rencana monitoring dan evaluasi

Parameter Target Pelaksanaan Evaluasi

Asupan 80% makanan Menggunakan Membandingkan asupan


makan form visual makan dengan kebutuhan
comstock

Fisik dan 1. Fisik Wawancara - nafsu makan meningkat


klinis - Nafsu makan dengan pasien - mual dan muntah sudah
- Mual dan setiap harinya tidak ada
muntah - badan sudah mulai baik
- Badan lemah
- Nyeri kepala

2. Klinik Melihat rekam - Tekanan darah normal


- TD medis pasien

33
BAB IV

PEMBAHASAN

Pengamatan studi kasus ini dilakukan di ruang rawat inap Kelas III, Kasus
yang dipilih dalam studi ini adalah pasien dengan diagnosa Anorexia geriatri dan
hipertensi. Pasien bernama Tn D berusia 67 tahun.
A. Hasil Monitoring Evaluasi Status Gizi Pasien
Tabel 4.1 Perkembangan data antropometri
Tanggal LILA %LIL Kategori Status
pemeriksaan A gizi
11 Oktober 2022 25,6 83,3 Gizi Kurang
13 Oktober 2022 25,6 83,3 Gizi Kurang

Sebelum melaksanakan intervensi pada tanggal 11 Oktober 2022,


dilakukan terlebih dahulu pengukuran antropometri. Berat badan Tn. D
diperoleh dari pengukuran LILA yaitu 25,6 cm dan Tinggi Lutut yaitu
48,5 cm, diperoleh status gizi Tn. D dari % LILA yaitu status gizi
kurang.
B. Hasil Monitoring dan Evaluasi Nilai Laboratorium
Perkembangan data pemeriksaan nilai laboratorium kasus ini dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.2 Perkembangan Data Biokimia Pasien

Parameter Standar Hasil pemeriksaan


Assesment Intervensi Intervensi Intervensi
(10-10-22) ke-I ke-II ke-III
(11-10-22) (12-10-22) (13-10-22)
HB 13-16 16,3 - - -
Hematokrit 40-48 49 - - -
Leukosit 4000-10.000 6400 - - -

34
Eritrosit 4,5-5,5 5,44 - - -
SGOT 19-48 20 - - -
SGPT 13-40 14 - - -
Kolesterol - - -
<200 126
total
HDL 30-75 36 - - -
LDL <100 143 - - -
Trigliserida <150 188 - - -
Kalsium 8-11 7,5 - - -
GDR <200 108 - - -

Dari tabel 4.2 dikatakan bahwa hasil labor konsisten yang di cek
berturut-turut selama 3 dilakukan 1 kali saja saat awal masuk rumas sakit.
Dapat dilihat bawah nilai laboratorium pasien yang memiliki masalah adalah
LDL 143 mg/dl,Trigliserida188 mg/dl.

35
C. Monitoring Gejala Fisik/Klinis
Hasil pemeriksaan klinis pasien kasus yang dilakukan selama intervensi adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.3 Gejala Klinis

Nilai Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan
Normal Satuan Awal Hari 1 Hari 2 Hari 3
mmHg 180/110
TD <130/<85 140/80 120/20 120/80

HR 60-100 x/mnt 80 69 47 58

RR 14-20 x/mnt 20 21 20 20

o
T 36-37 C 36 36 36 36

SPO2 95-100 % 97 100 97 95

Kesadaran (GCS) 15-14 (CM) 15 15 15 15

Hasil Pemeriksaan
Keadaan fisik
Awal Hari 1 Hari 2 Hari 3
Penurunan nafsu makan Ada Ada Tidak Tidak
Mual Ada Ada Berkurang Tidak
Muntah Ada Ada Tidak Tidak
Nyeri kepala Ada Ada Ada Tidak
Lemas Ada Ada Tidak Tidak

Sebelum melakukan intervensi yaitu tanggal 11 Tn.D mengeluhkan


mual,muntah,badan lemas,nyeri kepala , dan nafsu makan menurun. Intervensi
hari pertama pasien masih mengeluh mual dan muntah. Setelah hari ke 2
melakukan intervensi ke Tn.D keluhan mual sudah mulai berkurang, nafsu
makan Tn.D mulai meningkat dan sudah mencapai > 70% . Intervensi hari ke
3 pada Tn. D sudah tidak ada keluhan lagi dan nafsu makan makin membaik
dan mencapai 80%

36
D. Hasil Monitoring Evaluasi Asupan
Untuk mengetahui asupan makan pasien yang dilakukan intervensi selama
3 hari dilakukan penimbangan makanan pasien sebelum dan sesudah dimakan
oleh pasien. Setelah dilakukan intervensi didapatkan asupan makanan pasien
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Perkembangan Asupan Pasien
Pemenuhan Pemenuhan Pemenuhan
Asupan Kebutuha Pemenuhan
awal hari 2 hari 3
makan n hari I
(Asesmen)

Energi 1853,7 25,5% 39% 94% 100%

Protein 63,4 21,9% 30,9% 86% 100%

Lemak 41,19 44,6% 41,4% 95% 100%

Karbohidra 20,6% 83% 100%


307,2 40,3%
t

Grafik Asupan Tn.D pada Assesment Hingga Intervensi Hari ke-III

37
120.00%

100.00%

80.00%

Awal
60.00% Hari 1
Hari 2
Hari 3
40.00%

20.00%

0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat

Dari tabel 4.5 diketahui bahwa hasil recall asupan makan pasien saat
dilakukan intervensi mengalami peningkatan dari hari ke hari. Pada intervensi
pertama pasien hanya makan 2 sdm , dan pada hari kedua pasien menghabiskan
setengah. Kemudian pada hari ketiga pasien sudah menghabiskan makanan
yang diberikan.
Hasil recall sehari sebelum masuk rumah sakit sangat rendah karena
pasien makan pagi hanya nasi 2 sendok makan dengan ikan 1/2 potong dan
tumis kangkung 2 sendok makan. Pada siang mengonsumsi nasi 2 sdm ,ikan ½
potong ,dan pada makan malam tidak makan apa-apa hanya minum air putih
saja. Diagnosis gizi pasien adalah asupan oral inadekuat berkaitan dengan
kurang nafsu makan, mual, muntah SMRS ditandai dengan asupan kurang dari
kebutuhan Energi 24,13%, Protein 21,9%, lemak 37,38%,Karbohidrat 20,6%.
Pada intervensi hari pertama pasien hanya makan 2 sdm nasi lunak
dikarenakan masih tidak nafsu makan,mual dan muntah. Asupan pasien pada
hari pertama sebesar Energi 39%, Protein 30,9%, Lemak 41,4%, Karbohidrat
40,6%. Adapun alasan pasien tidak menghabiskan makan dikarenakan pasien
mual dan muntah.Dan untuk snack, pasien menghabiskan jeruk peras dan buah
pepaya potong dengan makan secara berangsur-berangsur.
Pada intervensi hari kedua, pasien ada perubahan diet yang awalnya
makanan lunak menjadi makanan saring. Sebelum ada perubahan diet, sudah

38
ditanyakan ke psien apakah pasien terbiasa dengan makan bubur putih dan
pasien bersedia ganti makanan menjadi bubur putih. Hal ini dikarenakan pasien
mual dan muntah dan tidak nafsu terhadap makanan lunak. Dan pada makan
siang pagi dan sore pasien menghabiskan bubur putih dan menghabiskan ¼
susu yang diberikan .Pasien tidak menghabiskan susu dikarenakan pasien
kenyang.Pada makan siang pasien makan bubur nasi hanya 2 sdm dikarenakan
pasien tidak menyukai menu bubur nasi. Pada snack pasien menghabiskan sop
buah dan buah pepaya potong.
Pada intervensi hari ke tiga, pada makan pagi,siang dan sore pasien sudah
menghabiskan bubur yang diberikan, dan susu juga sudah dihabiskan .Dan
nafsu makan pasien sudah membaik dan tidak ada mual dan muntah. Pada
snack pasien menghabiskan snack yang diberikan.
Dengan adanyaterapi gizi yang diberikan hendaknya dapat memotivasi
pasien dan keluarga pasien tentang diet yang diberikan kepada pasien. Tujuan
dari diet ini adalah pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis, dan jumlah
kalori. Prinsip dan syarat diet yang diberikan pada pasien hipertensi adalah
memberikan makanan dengan energi cukup sesuai dengan kebutuhan energi
dan kemampuan pasien, protein cukup dan lemak cukup,pemberian karbohidrat
cukup, dan asupan natrium <2000 mg/hari.

E. Monitoring Edukasi dan Konseling Gizi


Edukasi yang diberikan pada saat asesment kepada pasien dan keluarga
pasien mengenai asupan makanan yang baik untuk penderita hipertensi,
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan yang bertujuan untuk
membantu penyembuhan dan memberi motivasi kepada pasien. Edukasi hari
pertama intervensi disampaikan materi tentang memberikan motivasi kepada
pasien untuk menghabisakan makanan. Intervensi hari ketiga disampaikan
materi tentang makanan yang sesuai dengan hipertensi.
Konseling dilakukan ketika hari ketiga intervensi. Pasien diberikan
konseling berkaitan dengan penyakit dan diet rendah garam, makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk penderita hipertensi, menjelaskan porsi
untuk hipertensi dalam ukuran rumah tangga serta penggunaan bahan penukar.

39
Pemberian edukasi dengan konseling ini bertujuan untuk menambahn
pengetahuan pasien tentang makanan untuk hipertensi,dan meningkatkan
kepatuhan diet terhadap hipertensi serta dapat menerjemahkan makanan ke
dalam ukuran rumah tangga sehingga memudahkan pasien untuk
menerapkannya tanpa harus melakukan penimbangan. Serta penggunaan daftar
penukar yang bertujuan sebagai pedoman bagi pasien/keluarga pasien dalam
menggunakan bahan makanan yang lain dengan nilai gizi yang setara.
Sasaran dari edukasi dan konseling adalah pasien dan keluarga pasien,
pemberian edukasi menggunakan metode diskusi dan tanya jawab dan pasien
selalu diberikan motivasi untuk menghabiskan makanan yang diberikan agar
kebutuhan asupan pasien tercukupi.
Output dari edukasi dan konseling ini adalah pasien dan keluarga pasien
memahami tentang diet yang diberikan termasuk bahan makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan. Dari pengamatan yang di lakukan pasien
cukup patuh terhadap dietnya,dimana dapat dilihat dari perkembangan asupan
makan pasien setelah diberikan edukasi gizi asupan pasien mencapai target
>80% dari kebutuhan,dan pasien tidak mengonsumsi makanan selain yang
diberikan rumah sakit. Namun masih perlu adanya dukungan dari keluarga
pasien nantinya dalam pemberian diet pasien saat setelah pulang dari rumah
sakit

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

40
A. Kesimpulan
1. Dari hasil skrining gizi diperoleh hasil bahwa pasien Tn. D perlu dilakukan
asuhan gizi oleh ahli gizi.
2. Berdasarkan hasil assesment gizi yang dilakukan kepada pasien didapatkan
status gizi pasien kurang, dengan anorexia geriatri dan hipertensi
3. Dari hasil diagnosis, masalah gizi utama pasien adalah asupan oral
inadekuat,berat badan yang dan kurang nya pengetahuan terkait gizi dan
makanan.
4. Setelah melakukan intervensi gizi dengan melihat sisa makan pasien
selama tiga hari diperoleh peningkatan asupan oleh pasien dari hari ke
hari, namun pasien masih sering mengonsumsi makanan dari luar.
5. Monitoring yang dilakukan yaitu melihat kondisi pasien setiap harinya
sesuai dengan keluhan awal yang dirasakan pasien.
6. Evaluasi yang dilakukan yaitu dengan melihat asupan makan pasien setiap
hari dan gejala yang ada pada sign symtomp dapat normal kembali.

B. Saran
1) Diharapkan pasien dapat menjalankan diet dengan baik dan benar
2) Diharapkan kepada keluarga pasien membantu pasien menjalankan diit
yang telah dianjurkan oleh ahli gizi dengan baik dan benar tidak hanya di
rumah sakit, tetapi juga dapat dilaksanakan dirumah.

F. DAFTAR PUSTAKA
Duvvuri, V., and W. .. Kaye. 2009. Anoreksia Nervosa.
Jabfm. n.d. “Geriatric Anorexia Nervosa.” 2018.

41
Kemenkes. n.d.
“Https://Kesmas.Kemkes.Go.Id/Assets/Upload/Dir_519d41d8cd98f00/Files/
Hasil-Riskesdas-2018_1274.Pdf.”
Retika, Widiantari. 2021. “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi
Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Kabupaten Klungkung Tahun 2021.”

G. LAMPIRAN

A. Hasil Recall Pasien SMRS


Jadwal Menu Bahan Banyak Energi Protein Lemak KH

42
makan makanan (gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)
08.00 Nasi Nasi 30 108,3 2 0,2 23,9
Ikan Ikan Nila 30 39 5,5 1,7 0
goreng
Minyak 5 43,1 0 0 0
Tumis Kangkung 20 3 0,5 0,5 0,4
kangkung
13.00 Nasi Nasi 30 108,3 2 0,2 23,9
Ikan Ikan Nila 30 39 5,5 1,7 0
goreng
Minyak 5 43,1 0 0 0
08.00 Bubur Tepung beras 10 36,1 36,1 0,1 7,9
putih
13.00 Santan 20 21,2 21,2 2 0,9
Gula merah 10 37,6 37,6 0 9,7
Apel Apel 30 17,7 0,1 0,1 4,6
TOTAL 447,3 13,9 15,4 63,4
PERSENTASE 24,13 21,9% 37,38% 20,6%
%

B. Menu Pasien

Waktu 11 Oktober 2022 12 Oktober 2022 13 Oktober 2022


Makan

43
Nasi lunak Makanan Saring Makanan saring
Gulai masin ikan
18.00
Tumis labu siam wortel
Pisang ambon

Nasi Lunak Makanan saring Makanan saring


Sup daging
06.00
Tumis toge buncis

10.00 Jeruk peras Pepaya potong Sop buah

Nasi lunak Bubur ayam Makanan saring


Ikan acar kuning
12.00
Tumis bayam
Semangka
15.00 Pepaya Sop buah Pepaya potong

C. Sisa Makan

44
Waktu Ket.
Awal Sisa
Makan Berat (gr)
HARI KE-1
Malam (19.00) Berat awal
- Nasi = 300 gr
- Nasi lunak Sudah diambil - Ikan tuna= 60 gr
- Gulai masin - Tempe = 50 gr
ikan - Labu siam = 20 gr
- Tumis labu - Wortel = 30 gr
siam+wortel - Pisang = 100
- Pisang ambon
Berat akhir =
- Nasi = 285 gr
- Ikan tuna = 45 gr
- Tempe = 30 gr
- Labu siam = 5 gr
- Wortel = 10
- Pisang = 50 gr
Pagi (07.00) Berat Awal
Sudah diambil - Nasi = 300 gr
- Nasi lunak - Daging = 50 gr
- Sup daging - Kentang= 20 gr
- Tumis toge - Wortel = 10 gr
buncis - Toge = 20 gr
- Buncis = 30 gr
Berat Akhir
- Nasi = 285 gr
- Daging = 50 gr
- Kentang= 10 gr
- Wortel = 5 gr
- Toge = 15 gr
- Buncis = 25 gr

Snack pagi Berat Awal


(10.00) Tempat dibuang - Jeruk 100 gr
pasien
Jeruk peras Berat Akhir
- Jeruk = habis

45
Siang (13.00) Sudah diambil Berat Awal
- Nasi = 400 gr
- Nasi lunak - Ikan tuna = 60 gr
- Ikan acar - Tempe = 50 gr
kuning - Bayam = 50 gr
- Tumis bayam - Semangka = 100 gr
- Semangka
Berat Akhir
- Nasi = 380 gr
- Ikan tuna= 50gr
- Tempe = 540 gr
- Bayam = 40 gr
- Semangka = 80

Waktu Ket.
Awal Sisa
Makan Berat (gr)
HARI KE-2
Malam (19.00) Berat awal
- Tepung beras = 50
Makanan gr
saring - Santan = 62 gr
- Gula merah= 20 gr
- Susu skim= 40 gr
- Gula pasir = 10 gr

Berat akhir =
- Bubur dihabiskan
pasien
- Susu skim = 10 gr
- Gula pasir = 2,5 gr

Pagi (07.00)
Tempat dibuang Berat Awal
- Makanan pasien - Tepung beras =50gr
saring - Santan =62 gr
- Gula merah 20 gr
- Susu skim = 40 gr
- Gula pasir =10 gr

Berat Akhir
Bubur dan susu
dihabiskan pasien
-

46
Snack pagi Berat Awal
(10.00) Tempat sudah - Pepaya 100 gr
dibuang pasien
Pepaya potong Berat Akhir
- Pepaya
dihabiskan

Siang (13.00) Berat Awal


- Tepung beras =50gr
Makanan - Santan =62 gr
saring - Gula merah 20 gr
- Susu skim = 40 gr
- Gula pasir =10 gr

Berat Akhir
Bubur dan susu
dihabiskan pasien

Snack sore Tempat dibuang Berat awal


(15.00) pasien - Alpokat 50 gr
- Pepaya 30 gr
Sop buah - Semangka 30
gr
- SKM 20 gr

Berat akhir
Sop buah dihabiskan
pasien

Waktu Ket.
Awal Sisa
Makan Berat (gr)
HARI KE-3
Malam Berat Awal
(19.00) - Tepung beras =50gr
- Santan =62 gr
Berat Akhir
Bubur dan susu

47
dihabiskan pasien

Pagi (07.00) Berat Awal


- Tepung beras =50gr
- Nasi biasa Tempat sudah - Santan =62 gr
- Sup daging dibuang pasien - Gula merah 20 gr
- Tumis toge , - Susu skim = 40 gr
buncis - Gula pasir =10 gr

Berat Akhir
Bubur dan susu
dihabiskan pasien

Snack pagi Berat awal


(10.00) Tempat sudah -Pepaya 100 gr
Pepaya dan dibuang pasien - Semangka 100 gr
Berat akhir
semangka
Pepaya dan
potong semangka dihabiskan

Buah potong

48
Siang (13.00) Tempat sudah Berat awal :
dibuang pasien - Nasi 300 gr
Bubur ayam - Ayam 50 gr
- Labu siam 20 gr
- Wortel 20 gr
Kerupuk 10 gr

Berat akhir
- Nasi 270 gr
- Ayam 40 gr
- Labu siam 15 gr
- Wortel 15 gr
- Kerupuk 10 gr
-
Tempat dibuang Berat awal
pasien - Alpokat 50 gr
- Pepaya 30 gr
- Semangka 30
gr
- SKM 20 gr
Berat akhir
Sop buah dihabiskan
pasien

DOKUMENTASI

49
50

Anda mungkin juga menyukai