Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN STUDI KASUS

DI RSUD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG


POST SC + PREEKLAMPSIA + OBESITAS

Oleh:
ANAK AGUNG ISTRI KESUMA DEWI
NIM. P07131220112

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PROGRAM STUDI GIZI DAN DIETETIKA
PROGRAM SARJANA TERAPAN
DENPASAR
2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN STUDI KASUS DI RSUD MANGUSADA BADUNG
KASUS LANJUT OBGYN
POST SC + PREEKLAMPSIA + OBESITAS

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Narasumber/Pembimbing Klinik, Pembimbing Lapangan,

Ida Ayu Sri Wedari, SST Pande Putu Sri Sugiani, DCN, M.Kes
NIP. 196412271989032002
NIP. 198510132011012016

Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar,

Dr. Ni Komang Wiardani, SST., M.Kes


NIP. 1967031161990032002
KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan studi kasus. Laporan studi kasus ini dilakukan
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktek Kerja Lapangan Manajemen Asuhan
Gizi Rumah Sakit (MAGRS). Tersusunnya laporan studi kasus ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada:
1. Para narasumber atau pembimbing klinik dari RSUD Mangusada Badung yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyusunan laporan ini.
2. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP, MPH selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Denpasar.
3. Ibu Dr. Ni Komang Wiardani, SST, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Denpasar.
4. Ibu Pande Putu Sri Sugiani, DCN, M.Kes selaku Ketua Program Studi Gizi dan Dietetika
dan Program Sarjana Terapan Jurusan Gizi dan pembimbing lapangan.
5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan baik moril dan materil sehingga laporan studi kasus ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan studi kasus
ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan.

Denpasar, 25 Desember 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. ii

KATA PENGANTAR.......................................................................... iii

DAFTAR ISI......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit................................................................ 3


1. Preeklampsia................................................................................ 3
2. Obesitas........................................................................................ 6
B. Penatalaksanaan Diet.......................................................................... 8
1. Penatalaksanaan Diet Untuk Pre eklamsia................................... 8
2. Penatalaksanaan Diet Untuk Obesitas.......................................... 9

BAB III GAMBARAN UMUM KASUS LANJUT

A. Identitas Kasus................................................................................... 11

B. Skrinning Gizi..................................................................................... 14

C. Proses Asuhan Gizi Terstandar........................................................... 14

1. Pengkajian Gizi................................................................................... 14

2. Diagnosa Gizi...................................................................................... 18

3. Intervensi Gizi..................................................................................... 18

4. Monitoring dan Evaluasi..................................................................... 23

iv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................... 24

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.............................................................................. 26

B. Saran........................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 27
LAMPIRAN........................................................................................... 28

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan yang harus

diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan

fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan perubahan fungsi

organ selama proses penyembuhan. Upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat

baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga

kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi (Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan

hal tersebut maka dilakukan studi kasus untuk memberikan asupan gizi pada pasien. Pada

studi kasus ini pasien yang mendapatkan asuhan gizi adalah pasien Obgyn Post SC dengan

Preeklampsia dan Obesitas yang dirawat di Ruang Margapati RSUD Mangusada Badung.

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan

keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, status metabolisme tubuhnya.

Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya

proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi

kondisi pasien semakin memburuk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Hal tersebut

diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh

(Kemenkes RI, 2013).

Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan epidemiologi yang ditandai dengan

beralihnya penyebab kematian utama yang semula adalah penyakit menular bergeser ke

penyakit yang tidak menular termasuk diantaranya penyakit jantung, DM, kanker dan gagal

ginjal kronik. (Kemenkes RI, 2015).

1
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai, yaitu mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan

Manajemen Asuhan Gizi Klinik pada pasien Obgyn Post SC dengan Preeklampsia dan

Obesitas yang dirawat di Ruang Margapati RSUD Mangusada Badung.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melaksanakan skrinning gizi pada pasien Obgyn Post SC dengan

Preeklampsia dan Obesitas.

b. Mahasiswa mampu melaksanakan anamnesa gizi pada pasien Obgyn Post SC dengan

Preeklampsia dan Obesitas.

c. Mahasiswa mampu melakukan diagnosa gizi pada pasien Obgyn Post SC dengan

Preeklampsia dan Obesitas.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi dan implementasi gizi pada pasien

Obgyn Post SC dengan Preeklampsia dan Obesitas.

e. Mahasiswa mampu melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien Obgyn Post SC

dengan Preeklampsia dan Obesitas.

f. Mahasiswa mampu merencanakan dan menyusun siklus menu tiga hari sesuai

kebutuhan gizi pasien Obgyn Post SC dengan Preeklampsia dan Obesitas.

g. Mahasiswa mampu membuat leaflet sesuai diet yang diberikan kepada pasien Obgyn

Post SC dengan Preeklampsia dan Obesitas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Penyakit

1. Pre eklamsia
Preeklamsia adalah kondisi peningkatan tekanan darah disertai dengan adanya protein
dalam urine. Kondisi ini terjadi setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Preeklamsia
harus diberikan penanganan untuk mencegah komplikasi dan mencegahnya berkembang
menjadi eklampsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin. Salah satu faktor
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia adalah ibu hamil berusia lebih
dari 40 tahun atau dibawah 20 tahun.

Gejala Preeklamsia

Preeklamsia umumnya berkembang secara bertahap. Tanda dan gejala yang akan
muncul seiring dengan perkembangan preeklamsia adalah:

- Tekanan darah tinggi (hipertensi)

- Proteinuria (ditemukannya protein di dalam urin)

- sakit kepala berat atau terus-menerus

- Gangguan penglihatan, seperti pandangan kabur atau sensitif terhadap cahaya

- Nyeri di perut kanan atas

- Pusing, lemas, dan tidak enak badan

- Frekuensi buang air kecil dan volume urine menurun

- Mual dan muntah

- Bengkak pada tungkai, tangan, wajah, dan beberapa bagian tubuh lain

- Berat badan naik secara tiba-tiba

3
Segera periksakan diri kedokter jika Anda mengalami gejala-gejala preeklamsia
yang telah disebutkan di atas. Hal ini karena preeklamsia perlu secepatnya ditangani oleh dokter
agar tidak terjadi komplikasi dan tidak berkembang menjadi eklamsia.

Pada kehamilan yang normal, jadwal pemeriksaan rutin ke dokter adalah sebagai berikut:

 Minggu ke-4 sampai ke-28: sebulan sekali


 Minggu ke-28 sampai ke-36: 2 minggu sekali
 Minggu ke-36 sampai ke-40: seminggu sekali

Jika didiagnosis mengalami preeklamsia, ibu hamil akan diminta untuk lebih sering
melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter, agar kondisinya dan kondisi janinnya dapat terus
terpantau. Jika ibu hamil memiliki kondisi yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
preeklamsia, seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit autoimun, diabetes, gangguan darah,
atau pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, pemeriksaan kehamilan ke
dokter juga perlu lebih sering dilakukan untuk memantau kondisi ibu hamil.

Penyebab Preeklamsia

Penyebab preeklamsia masih belum diketahui secara pasti. Meski demikian, ada
dugaan bahwa kondisi ini disebabkan oleh kelainan perkembangan dan fungsi plasenta, yaitu
organ yang berfungsi menyalurkan darah dan nutrisi untuk janin. Kelainan tersebut
menyebabkan pembuluh darah menyempit dan timbulnya reaksi yang berbeda dari tubuh ibu
hamil terhadap perubahan hormon. Akibatnya, timbul gangguan pada ibu hamil dan janin.

Diagnosis Preeklamsia

Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami ibu hamil, serta
riwayat kesehatan ibu hamil dan keluarganya.Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan
fisik menyeluruh, termasuk tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernapasan, suhu tubuh,
pembengkakan pada tungkai, kaki, dan tangan, serta kondisi kandungan. Jika tekanan darah ibu
hamil lebih dari 140/90 mmHg pada 2 kali pemeriksaan dengan jeda waktu 4 jam, dokter akan
melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk memastikan diagnosis preeklamsia:
4
- Tes urine, untuk mengetahui kadar protein dalam urine

- Tes Darah, untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jumlah trombosit darah

- Ultrasonograpi (USG), untuk melihat pertumbuhan janin

- USG Doppler, untuk mengukur efisiensi aliran darah ke plasenta

- Nonstress test (NST) dengan Cardiografpy, untuk mengukur detak jantung janin saat
bergerak di dalam kandungan.

Komplikasi juga bisa menyerang janin. Komplikasi pada janin meliputi:

 Pertumbuhan janin terhambat


 Lahir prematur
 Lahir dengan berat badan rendah
 Neonatal respiratory distress syndrome (NRDS)

Pencegahan Preeklamsia

Tidak ada cara khusus untuk mencegah preeklampsia. Namun, ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya preeklamsia, yaitu:

 Melakukan kontrol rutin selama kehamilan


 Mengontrol tekanan darah dan gula darah jika memiliki kondisi hipertensi dan diabetes
sebelum kehamilan
 Menerapkan pola hidup sehat, antara lain dengan menjaga berat badan ideal, mencukupi
kebutuhan nutrisi, tidak mengonsumsi makanan yang tinggi garam, rajin berolahraga, dan
tidak merokok
 Mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral sesuai saran dokter

5
2. Obesitas

Obesitas adalah kondisi kronis akibat penumpukan lemak dalam tubuh yang


sangat tinggi. Obesitas terjadi karena asupan kalori yang lebih banyak dibanding aktivitas
membakar kalori, sehingga kalori yang berlebih menumpuk dalam bentuk lemak. Apabila
kondisi tersebut terjadi dalam waktu yang lama, maka akan menambah berat badan hingga
mengalami obesitas.

Masalah obesitas semakin meningkat di dunia. Hal ini menjadi tantangan yang
besar dalam mencegah pertumbuhan penyakit kronis di dunia. Obesitas juga dipicu
pertumbuhan industri dan ekonomi, serta perubahan gaya hidup, asupan nutrisi yang
semakin banyak dari makanan olahan, atau diet dengan tinggi kalori.

Berdasarkan data WHO tahun 2016, sekitar 650 juta penduduk berusia dewasa
mengalami obesitas, sedangkan 340 juta anak-anak dan remaja usia 5 hingga 19 tahun
mengalami berat badan berlebih. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2010, diperkirakan
terdapat 23% orang dewasa mengalami obesitas, dan wanita lebih banyak yang
mengalaminya dibanding dengan pria.

Masalah obesitas ini terkait dengan peningkatan jumlah kematian akibat


penyakit jantung dan pembuluh darah,diabetes, serta beberapa penyakit kanker. Jumlah
kematian penderita obesitas yang disertai sejumlah penyakit tersebut lebih banyak dibanding
penderita dengan berat badan yang normal.

Penyebab Obesitas

Obesitas terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan dan minuman tinggi


kalori tanpa melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori berlebih tersebut. Kalori yang
tidak digunakan itu selanjutnya diubah menjadi lemak di dalam tubuh, sehingga membuat
seseorang mengalami pertambahan berat badan hingga akhirnya obesitas. Faktor-faktor lain
penyebab obesitas adalah:

 Faktor keturunan atau genetik


 Efek samping obat-obatan
6
 Kehamilan
 Kurang tidur
 Pertambahan usia
 Penyakit atau masalah medis tertentu

Diagnosis Obesitas

Seseorang dewasa dinyatakan mengalami obesitas, jika indeks massa tubuh


(IMT) lebih dari 25. Perhitungan tersebut didapat dengan membandingkan berat badan
dengan tinggi badan. Nilai IMT ini digunakan untuk mengetahui berat badan seseorang
normal, kurang atau berlebih, hingga obesitas.

Penanganan obesitas ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat


badan yang normal dan sehat. Untuk mencapai tujuan ini, maka perlu dilakukan perubahan
pola makan, melakukan beberapa cara menahan nafsu makan dan peningkatan aktivitas
fisik. Di samping itu, ada beberapa metode pengobatan lain untuk mengatasi obesitas,
misalnya:

 Mengonsumsi obat penurun berat badan


 Mengikuti konseling dan support group untuk mengatasi masalah psikologis terkait berat
badan.
 Menjalani operasi bariatrik untuk mengobati obesitas pasien.

Penurunan berat badan, meski dalam jumlah kecil, dan mempertahankannya


secara stabil dapat mengurangi risiko seseorang mengalami komplikasi penyakit terkait
obesitas. Selain dengan cara-cara tersebut, penurunan berat badan juga bisa dilakukan
dengan cara tradisional.

Komplikasi Obesitas

Penumpukan lemak tubuh ini meningkatkan risiko terjadinya gangguan


kesehatan serius, seperti penyakit jantung, diabetes, atau hipertensi. Obesitas juga dapat
menyebabkan gangguan kualitas hidup dan masalah psikologi, seperti kurang percaya diri
hingga depresi.
7
B. Penatalaksanaan Diet
1. Pre eklamsia
Tujuan terapi gizi untuk pre eklamsi adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi  dan  tekanan dalam keadaan darah normal. Mencegah atau
mengurangi retensi garam atau air. Mencapai keseimbangan nitrogen. Mengurangi atau
mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah
melahirkan.
 
Standar diet bagi pre eklamsi, Energi cukup. Protein 1 – 1,5 gr / kg BB dengan
memperhatikan komplikasi yang ada. Lemak sedang. Karbohidrat cukup. Vitamin dan
mineral sesuai kebutuhan pada masa hamil. Serat cukup.
 
Syarat dietnya, Antioksidan diberikan tinggi. Porsi kecil dan sering. Makanan
mudah cerna. Dihindarkan makanan yang berbumbu tajam. Menjaga keseimbangan
elektrolit. Cairan diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
 
Macam diet bagi pre eklamsi, Diet Preeklamsia I, Diet pertama ini
diberikan jika mengalami pre dan eklamsi berat,  diberikan paling sedikit 1500 ml yang
semuanya berupa sari buah dan susu. Diet Preeklamsi II, Diet ini diberikan setelah
melewati diet I atau keadaan sudah berangsur baik dan makanan yang diberikan berbentuk
makanan lunak berupa diet rendah garam. Diet Preeklamsi III, Diet ini perpindahan dari
diet II makanan berprotein tinggi dan rendah garam dan diberikan dalam bentuk makanan
biasa bila kondisi belum membaik  makanan masih dalam bentuk  lunak.
Syarat dan Prinsip Diet
o Kebutuhan energi : memenuhi kebutuhan energi sehari selama kehamilan sesuai
aktivitas dan trimester, penambahan energi untuk trimester II dan III +300kalori
dari kebutuhan energi pra hamil/hari
o Kebutuhan protein : kebutuhan protein sesuai selama kehamilan pada trimester
II/III yaitu penambahan protein 25 gram dari kebutuhan normal pra hamil/hari.
Pada kondisi pasien pre eclampsia setelah melahirkan atau post partum/ post
8
section caesarea dibutuhkan protein untuk penyembuhan luka yaitu minimal 1,3-
1,5 g/kgBB/hari
o Kebutuhan lemak : penambahan kebutuhan lemak 10 gram per hari dari
kebutuhan normal/hari. Diutamakan lemak tidak jenuh misalnya minyak jagung,
minyak kelapa sawit, minyak zaitun, minyak kedelai, dan sumber omega-3
(misalnya ikan salmon, telur, ikan sarden, ikan tuna, kacang kacangan)
o Kebutuhan karbohidrat : Memenuhi penambahan kebutuhan karbohidrat +40
gram per hari dari kebutuhan normal/hariyang bersumber dari karbohidrat
kompleks.
o Kebutuhan zat gizi mikro : diperlukan kalsium yang cukup (1500 mg sehari),
vitamin D cukup (dianjurkan suplementasi 1500 IU), asam folat cukup, vitamin C
dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi dari kecukupan. Natrium diberikan sesuai
AKG, karena hingga sat ini tidak terbukti diet rendah garam signifikan mencegah
hipertensi pada pre eclampsia.
o Kebutuhan cairan 35-40 ml/kgBB per hamil per/hari atau sesuai indikasi. Pada
keadaan oliguria atau dalam terapi obat MgSO4 cairan dibatasi (600-1000ml/hari
atau sesuai instruksi medis) untuk mencegah retensi cairan lebih lanjut dan terus
perhatikan cairan yang keluar melalui urine, feses, muntah keringat dan
pernapasan.
o Kebutuhan serat 34 g/hari
o Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien

2. Obesitas

Diet pada obesitas merupakan langkah penting untuk menurunkan berat badan,
walaupun masih banyak faktor lain yang mempengaruhi berat badan. Hal ini dapat dipahami
bahwa orang obes lebih mudah mengurangi asupan makanan dibandingkan meningkatkan
aktivitas fisik. Pada dasarnya metoda diet untuk obesitas meliputi penurunan kalori dan
keseimbangan komposisi makronutrien.6 Beberapa metoda diet pada obesitas meliputi1 
Diet tinggi lemak (55-65%), diet rendah karbohidrat (<10%), diet sangat tinggi karbohidrat,
dan protein sedang (diet Dean Ornishs Program for Reversing Heart Disease). Berdasarkan
9
indeks massa tubuh (IMT) dikatakan obesitas jika IMT ≥25 kg/m2 . Untuk IMT 25-29,9
kg/m2 , diet dengan mengurangi 300-500 kkal per hari sudah adekuat. Sebaliknya apabila
IMT ≥30 kg/m2 , diet harus dikurangi 500-1000 kkal untuk mendapatkan hasil yang
adekuat. Semakin banyak defisit kalori maka penurunan berat badan semakin banyak,
namun harus tetap diperhatikan penurunan berat badan mencapai 10% berat badan
sebelumnya

Diet Rendah Lemak (Low Fat Diets) Diet rendah lemak merupakan salah satu
metoda diet yang umum direkomendasikan pada obesitas oleh karena diketahui bahwa
lemak mengandung tinggi energi, rasanya yang enak, dan tingkat konsumsi lemak
cenderung tinggi terutama pada negara berkembang dimana prevalensi obesitas cenderung
tinggi. Diet rendah lemak hanya fokus pada pembatasan asupan lemak, bukan pembatasan
asupan kalori. Jenis diet ini memiliki kandungan kalori lebih rendah dibandingkan diet
tinggi lemak.

Jumlah makanan yang dikonsumsi tetap sesuai dengan kebiasaan sehari-hari,


hal ini didasarkan pada dalam jangka pendek rasa kenyang dipengaruhi oleh jumlah
makanan dibandingkan dengan kandungan energi dalam makanan. Mengganti asupan lemak
(9 kkal/g) dengan karbohidrat atau protein (4 kkal/g) diketahui dapat menurunkan kalori,
namun penambahan serat dan air juga memiliki efek yang sama. Serat dan air dapat
menambah berat makanan tanpa menambah jumlah kalori. Diet rendah lemak juga
mengandung tinggi serat yang juga diketahui menimbulkan rasa kenyang.

Diet Rendah Kalori (Low Calorie Diets) Diet rendah kalori


merekomendasikan asupan kalori hanya 1000-1500 kkal per hari. Hasil penelitian mengenai
diet rendah kalori dibandingkan diet rendah lemak selama pengamatan enam bulan
didapatkan bahwa diet rendah kalori lebih baik dibandingkan diet rendah lemak dengan
perbedaan penurunan berat badan 1,1 kg dalam 12 bulan dan 3,7 kg dalam 18 bulan
pengamatan walaupun tidak berbeda secara signifikan. Hasil penelitian lainnya diet rendah
kalori dengan asupan lemak cukup lebih baik dibandingkan asupan lemak terbatas dan
didapatkan perbedaan penurunan berat badan sampai 14 kg selama 14 bulan.

10
BAB III

GAMBARAN UMUM KASUS LANJUT

A. Identifikasi Kasus

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. DR
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Swasta
Ruang Perawatan : Margapati
Diagnosa MRS : Post SC + Pre eklampsia + Obesitas

2. Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit

1) Riwayat penyakit sekarang

Kondisi mobilisasi hanya di tempat tidur Post SC dengan kesadaran Compos

Mentis, tidak mengalami gangguan gastrointestinal dan nyeri luka pada jaritan

sesar,

2) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Hipertensi sejak kehamilan trimester ketiga.

3) Riwayat penyakit keluarga

b. Riwayat Gizi

1) Pola makan pasien

Pasien memiliki pola makan 3x makan utama dan 4-5 kali makanan selingan.
Pasien mempunyai kebiasaan rutin minum susu hamil 1x sehari. Pengolahan

11
makanan di rumah sering dilakukan dengan cara digoreng untuk lauk hewani atau
nabati dan ditumis untuk sayuran.
Asupan makan di rumah : Energi = 3.813 kkal, Protein = 149 gram, Lemak =156
gram, Karbohidrat 412 gram.

Riwayat Makan Pasien Masuk Rumah Sakit

Asupan dirumah sakit Energi = 812 kkal, Protein = 31 gram, Lemak = 33 gram,
Karbohidrat = 93 gram.

2) Alergi terhadap makanan

Pasien tidak memiliki pantangan makanan dan tidak ada alergi sama sekali.

c. Pengobatan

- Nifedipin 3x 10 mg
- Paracetamol 4x 500 mg
- SF 2x 60 mg
- Metildopa 3x250 mg
- Kalitake 3x 1 sct
d. Kondisi Sosial Ekonomi

Pasien merupakan pegawai swasta.

e. Kebiasaan Hidup

3. Data Obyektif
a. Data Antropometri

1) Tinggi Badan = 171 cm

2) LiLA = 41 cm

b. Data Biokimia

Jenis Pemeriksaan Hasil Lab di RS Nilai Normal

Hemoglobin 10,5 g/dL 13-16 g/dL


12
Albumin 2,9 mg/dL 4-5,2 mg/dL
Kalium 5,2 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L

c. Pemeriksaan Fisik/Klinis

Hasil Pemeriksaan Klinis

Jenis Pengukuran Hasil Pengukuran di RS Nilai Normal

Suhu 36oC 36-37oC


Nadi 89 x/menit 60-100 x/menit
RR 20 x/menit 12-20 x/menit
Tekanan darah 169/107 mmHg 90-120/60-80 mmHg

Hasil Pemeriksaan Fisik

Kesadaran Compos Mentis, Tidak mengalami gangguan gastrointestinal dan nyeri

luka pada jaritan sesar.

d. Analisa Zat Gizi

Asupan Gizi Sebelum Masuk Rumah Sakit

Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat


(kkal) (gram) (gram) (gram)
a. Asupan SMRS 3813 149 156 412
b. Kebutuhan 1917,1 71,9 42,6 311,5
%asupan 198,9 207,2 366,2 132,3

Asupan Gizi Masuk Rumah Sakit

Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat


(kkal) (gram) (gram) (gram)
a. Asupan MRS 812 31 33 93
b. Kebutuhan 853,9 32 19 138,8
13
%asupan 95,1 96,9 57,6 67

B. Skrinning Gizi

Hasil skrinning gizi menggunakan MST

Nama : Ny. DR TL :-
Jenis Kelamin : Perempuan TM :-
Pekerjaan : Swasta Umur : 21 tahun
Ruang : Margapati TB : 171 cm
Diagnosa : Post SC + Preeklampsia + Obesitas LiLA : 41 cm

No Parameter Skor
1 Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan dalam 6
bulan terakhir?
a. Tidak ada penurunan BB 0(√)
b. Tidak yakin/tidak tahu/terasa baju lebih longgar 2 (….)
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut?
* 1-5 kg 1 (…..)
* 6-10 kg 2 (…..)
* 11-15 kg 3 (…..)
** >15 kg 4 (…..)
2 Apakah asupan makan berkurang karena tidak nafsu makan?
a. Tidak 0(√)
b. Ya 1 (…..)
TOTAL SKOR 0
Skor 0 = risiko rendah
Skor 1 = risiko sedang Risiko Rendah
Skor ≥ 2 = pasien berisiko malnutrisi, konsul ke ahli gizi

C. Proses Asuhan Gizi Terstandar

1. Pengkajian Gizi

a. Data Antropometri
1) TB = 171 cm

14
2) LiLA = 41 cm

3) BBI = 90% x (TB-100) kg

= 90% x (171-100) kg
= 63,9 kg
4) Estimasi BB = - 64,6 + (2,15 x LiLA) + (0,54 x TB)

= - 64,6 + (2,15 x 41) + (0,54 x 171)

= - 64,6 + (88,15) + (92,34)

= 115, 9 kg
Kesimpulan: berdasarkan nilai LiLA pasien memiliki status gizi Obesitas.

b. Data Biokimia
Parameter Hasil Nilai Normal Keterangan

Hemoglobin 10,5 g/dL 12-15 g/dL Rendah


Albumin 2,9 mg/dL 4-5,2 mg/dL Rendah
Kalium 5,2 mmol/L 3,7-5,2 mmol/L Normal
Kesimpulan: berdasarkan data biokimia pasien mengalami Anemia dan
Hipoalbuminemia.

c. Data Fisik Klinis

Hasil Pemeriksaan Klinis

Parameter Hasil Nilai Normal Keterangan

Suhu 36oC 36-37oC Normal


Nadi 89 x/menit 60-100 x/menit Normal
RR 20 x/menit 12-20 x/menit Normal
Tekanan darah 169/107 mmHg 90-120/60-80 mmHg Tinggi
Kesimpulan: berdasarkan data klinis pasien mengalami Hipertensi

Hasil Pemeriksaan Fisik

15
Kesadaran Compos Mentis, Tidak mengalami gangguan gastrointestinal dan nyeri

luka pada jaritan sesar.

Berdasarkan data fisik klinis, pasien tidak mengalami gangguan gastrointestinal tapi

mengalami nyeri luka pada jaritan sesar.

d. Data Riwayat Makan

1) Kuantitatif

Di Rumah Sakit dengan Recall Makan Malam Saja Post SC

Hasil Interpretasi Asupan Makan Selama di Rumah Sakit

Pengamatan Energi Protein Lemak Karbohidrat


(kkal) (gram) (gram) (gram)
a. Asupan MRS 812 31 33 93
b. Kebutuhan 853,9 32 19 138,8
%asupan 95,1 96,9 57,6 67
Kesimpulan: berdasarkan hasil recall dan analisis pola makan pasien memiliki
kebiasaan makan sudah mencukupi kebutuhan tubuh baik jumlah maupun variasi
jenis makanan.

e. Interaksi Obat dan Makanan


1) Paracetamol
Paracetamol adalah obat yang digunakan untuk mengobati rasa sakit ringan
hingga sedang. Untuk mengatasi nyeri, sakit, dan demam, tablet paracetamol 500
mg biasanya diminum setiap 4-6 jam sekali. Cara penggunaannya, yaitu dengan
menelan obat secara utuh.
Efek makanan terhadap paracetamol terjadi pada dua fase, yaitu pada fase
absorbsi dan pada fase metabolisme. Pada fase absorpsi, makanan dapat
menurunkan kecepatan absorbsi dari paracetamol sehingga level parasetamol
tertinggi lambat tercapai, dan efek mungkin akan lebih lama didapatkan.
Mekanisme terjadinya penundaan absorbsi ini karena adanya makanan dapat

16
menurunkan waktu pengosongan lambung, sehingga menunda absorbsi dari
parasetamol. Makanan tinggi karbohidrat, tinggi lemak, dan tinggi protein dapat
menunda waktu pengosongan lambung (Bushra, 2011).
Selain berpengaruh pada fase absorbsi makanan juga dapat berpengaruh
pada fase metabolisme. Beberapa jenis sayuran seperti kecambah dan kubis
menginduksi penurunan AUC paracetamol sampai 16%, dan memacu
metabolisme paracetamol sampai 17%. Sedangkan seledri menurunkan level
plasma dari paracetamol, namun menurunkan metabolit oksidatif dari paracetamol
sehingga risiko toksisitas dari paracetamol meningkat (Ismail, 2009).
Pemberian sediaan jus anggur bersama dengan parasetamol dapat
mempengaruhi proses absorbsi yang ditunjukkan dengan bertambahnya AUC,
meningkatnya Vd, dan menurunnya konstanta kecepatan eliminasi sertaklirens
sehingga waktu paro lebih lama. Begitu pula dengan pemberian jus buah durian
dapat mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol (Pinondang,
2013).
2) Nifedipin 3 x10 mg
3) SF 2 x 60 mg
4) Metildopa 3x 250 mg
5) Kalitake 3 x 1 sachet

a. Intervensi Konseling Gizi


1) Tujuan
a) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi diet dan makanan untuk

proses penyembuhan pasien pasca bedah.

b) Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya

diet yang diberikan.

c) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang bahan makanan yang dianjurkan

dan tidak dianjurkan/dibatasi sesuai dengan kondisi pasien.

17
d) Memotivasi pasien agar menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit

e) Adanya perubahan perilaku makan pada pasien dan untuk mempertahankan

gizi optimal pada pasien.

2. DIAGNOSA GIZI

Domain Problem Etiologi/akar permasalahan Tanda dan Gejala


Pasien dengan Dikarenakan adanya kelebihan Ditandai dengan hasil
Intake
Obesitas (NI1.5) asupan energi yang dikonsumsi IMT= 39,2kg/m2(status
(NI)
gizi lebih)
Kelebihan asupan Berkaitan denagn kebiasaan Ditandai dengan tingkat
Intake
oral (NI.2.2) mengkonsumsi makanan yang konsusmi makanan
(NI)
berlebih SMRS>80%

Kurangnya Berkaitan dengan kurangnya Ditandai dengan sering


Prilaku dan
Pemilihan Makanan pengetahuant tentang kebiasaan mengkonsumsi makanan
lingkungan
yang salah (NB.1.7) mengkonsumsi makanan yang yang di goreng
(NB)
salah
Perubahan Nilai Berkaitan dengan Peningkatan Ditandai dengan hasil
Klinis
laboratorium terkait Tekanan Darah tekanan darah
(NC)
Gizi 169/107mmhg

Perubahan nilai Perubahan nilai laboratorium Ditandai dengan hasil


Biokimia
laboratorium terkait terkait gizi yang berkaitan dengan haemoglobin 10,5 g/dl
(BD)
gizi. (NC.2.2.) anemia gizi kurang dari batas normal.

3. INTERVENSI GIZI

b. DIAGNOSIS GIZI INTERVENSI

1 P (Problem) Pasien dengan Obesitas Tujuan : Menurunkan berat badan


sampai mencapai Berat badan Ideal
E (Etiologi) Dikarenakan adanya kelebihan Cara : Memberikan makanan yang

18
asupan energi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
dikonsumsi pasien dan memberikan konseling gizi
kepada pasien sesuai dengan prinsip
gizi seimbang dan bervariasi.
S (Sign/Simptom) Ditandai dengan hasil IMT= Target : memberikan makanan seuai
39.2kg/m2(status gizi lebih) dengan kondisi pasien agar tercapai
Dan hasil dri pemenuhan nutrisi yang optimal sesuai
LILA=41/26,5=154% dengan kebutuhan pasien
(Obesitas)
2 P (Problem) Kelebihan asupan oral (NI.2.2) Tujuan Mengurangi konsumsi makanan
agar tetap sesuai dengan porsi makanan
yang sebenarnya
E (Etiologi) Berkaitan dengan kebiasaan Cara:Memberikan konseling Gizi
mengkonsumsi makanan yang kepada pasien sesuai dengan prinsip
berlebih Gizi seimbang
S (Sign/Simtom) Ditandai dengan tingkat Target menyeimbangkan asupan nutrisi
konsumsi makanan agar tetap dengan batas normal
SMRS>80%
3 P (Problem ) Perubahan nilai laboratorium Tujuan: Mencapai dan
terkait gizi. (NC.2.2.) mempertahankan nilai laboratorium
menjadi normal.
E (Etiologi) berkaitan dengan peningkatan Cara: Memberikan makanan yg sesuai
Tekanan Darah dengan kebutuhan serta berkaitan
denagan hasil laboratorium
S ( Sign/Simptom) Ditandai dengan hasil Tekanan Target: Menurunkan hasil Tekanan
Darah 169/107 mmHg dari Darah menjadi normal.
batas normal.
1) Preskripsi diet
a) Jenis diet : Rendah Natrium
b) Rute : Oral
c) Bentuk makanan : Lunak
19
d) Frekuensi : 3x makanan utama, 2x selingan
2) Tujuan diet
a) Memberikan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan
daya terimanya.
b) Memberikan makanan tinggi Fe atau suplemen fe dan vitamin c untuk
meningkatkan kadar haemoglobin dalam darah
c) Memberikan makanan rendah Natrium untuk menurunkan tekanan darah
d) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
e) Memberikan makanan yang mudah dicerna.
f) Memberikan edukasi dalam upaya perubahan sikap dan perilaku makan yang
sehat kepada pasien dan keluarganya.
g) Memotivasi untuk memilih makanan yang benar sesuai dengan pedoman
umum gizi seimbang dan diet yang diberikan.
3) Syarat diet
a) Kebutuhan energi diberikan 2846,4kkal
b) Kebutuhan Protein diberikan 106,8gr
c) Kebutuhan lemak 63,3gr
d) Karbohidrat diberikan 462,6gr
e) Cairan diberikan 2237ml perhari.
f) Makanan yang diberikan merupakan makanan mudah cerna.sesuai kondisi
pasien
g) Natrium diberikan rendah yaitu 1500-2300mg/hari
h) Fe diberikan tinggi yaitu 28 mg/hari
i) Vitamin C diberikan tinggi yaitu 85mg/hari

4) Perhitungan kebutuhan zat gizi dengan Harris Benedict


BBI = 90% x (TB-100) kg
= 90% x (171-100) kg
= 63,9 kg
Estimasi BB = - 64,6 + (2,15 x LiLA) + (0,54 x TB)
= - 64,6 + (2,15 x 41) + (0,54 x 171)
20
= - 64,6 + (88,15) + (92,34) = 115, 9 kg
BEE = 655 + (9,6x63,9) + (1,8xTB) – (4,7xU)
= 655 + (9,6x115,9) + (1,8x171) – (4,7x21)
= 655 + 613,44 + 307,8 - 98,7 = 1477,5
Energi = BEE x (Faktor aktivitas) x Faktor Stress
= 1477,5 x 1,2 x 1,2
= 2127,6+300kal=2427,6 kkal
Makan Malam (30%) = 30% x 2427,6 = 728,28 kkal
Protein = 15% x Energi
= 15% x 2427,6
= 364,14 / 4 = 91,03 gram
Makan Malam (30%) = 30% x 91,03gram = 27 gram
Lemak = 20% x Energi
= 20% x 2427,6 = 485,52 / 9 = 53 gram
Makan Malam (30%) = 30% x 53 gram = 15,9 gram
Karbohidrat = 65% x Energi
= 65% x 2427,6
= 1577,94 / 4 = 394,49 gram
Makan Malam (30%) = 30% x 394,49 gram = 118,38 gram

b. Intervensi Konseling Gizi


2) Tujuan
f) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang terapi diet dan makanan untuk
proses penyembuhan pasien pasca bedah.
g) Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya
diet yang diberikan.
h) Meningkatkan pengetahuan pasien tentang bahan makanan yang dianjurkan
dan tidak dianjurkan/dibatasi sesuai dengan kondisi pasien.
i) Memotivasi pasien agar menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit
j) Adanya perubahan perilaku makan pada pasien dan untuk mempertahankan
gizi optimal pada pasien.
21
3) Sasaran : Keluarga pasien
4) Metode : Ceramah dan Tanya jawab
5) Media : Leaflet, bahan makanan penukar dan makanan yang dihidangkan
untuk pasien
6) Tempat : Ruang Margapati RSD Mangusada Badung
7) Waktu : ±15 menit
8) Materi
a) Pengertian Diet Rendah Garam
b) Tujuan pemberian Diet Rendah Garam
c) Syarat pemberian Diet Rendah Garam
d) Bahan Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan/dibatasi untuk Diet
Rendah Garam

c. Implementasi
Intervensi Diet
1) Jenis diet : Diet Rendah Natrium
2) Rute : Oral
3) Bentuk makanan : Makanan Lunak
4) Frekuensi : 3x makanan utama, 2x selingan (porsi kecil tapi sering)
5) Kebutuhan zat gizi Energi = 2.427,6 kkal
Protein =91 gram
Lemak =53,9 gram
Karbohidrat =348,5 gram

4. MONITORING DAN EVALUASI


MONITORING DAN EVALUASI GIZI RENCANA TINDAK
Sesudah LANJUT
Parameter MRS Evaluasi
MRS Konsultasi Gizi
1. TB=171cm - Mempertahankan Konsultasi gizi yang
22
Antropometri nilai normal. diberikan yaitu:
Lila=41cm a. Melakukan pengamatan
BB rutin gula darah dan
extimasi=15,9kg hemoglobine (HB)agar
2.Biokimia/Lab Perubahan hasil dapat kembali menjadi
-Hb= 10,5g/dl
- laboratorium normal.
mencapai normal. b. Melakukan pengamatan
3.Fisik/Klinis Fisik : Perubahan kondisi rutin agar kondisi fisik
lemas fisik pasien. pasien membaik dan
Klinis : Perubahan terhadap tekanan darah.
-
- Tensi :169/107 nilai klinis agar c. Peningkatan pengetahuan
mmHg mencapai normal. pasien dan penjaga pasien
terhadap makanan yang
4.Dietary Tingkat Mencapai tingkat dianjurkan dan tidak
History Konsumsi konsumsi sesuai dianjurkan untuk pasien.
-
Melebihi kebutuhan
Kebutuhan

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Rencana Intervensi
Dari Hasil Intakerevensi diet yang diberikan kepada pasien, yaitu diet Rendah
Natrium yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan kondisi pasien dengan frekuensi
pemberian tiga kali makanan utama dan dua kali makanan selingan. Pemberian diet
dilakukan secara bertahap dengan porsi kecil namun sering.Dari hasil recal SMRS
didapatkan kebutuhan E=3813kkal P= 149gr, L= 156gr, KH=412 dan hasil recal MRS
didapatkan hanya 30%dengan kebutuhan E= 812kal,E= 31gr,L=33gr, KH= 93gr dari
kebutuhan ,dikarenakn pasien hanya mengkonsumsi makan malam saja karena pasien post
SC.
Masalah gizi adalah gangguan Kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok
orang atau masyarakat. Berdasarkan data antropometri, biokimia, fisik/klinis, dan riwayat
makan pasien didapat permasalahan gizi, yaitu status gizi obesitas kadar hemoglobin rendah,
albumin rendah, asupan sebelum masuk rumah sakit melebihi kebutuhan sedangkan sesudah
masuk rumah sakit kebutuhan lemak dan kharbohidrat kurang dari kebutuhan.Dari hasil
pasien.

Pada asuhan gizi klinik ini, pasien diberikan energi 2427,6kkal, yaitu untuk
mencukupi dan memperbaiki status gizi pasien. Pada protein, pasien diberikan 91gram untuk
membangun dan memperkuat serta memperbaiki atau mengganti jaringan tubuh yang
hilang/rusak, maka dalam pemberian diet selanjutnya dilakukan secara bertahap dan
disesuaikan dengan kemampuan atau daya terima pasien. Lemak diberikan yaitu 53,9gram
dari kebutuhan energi total dan karbohidrat diberikan 394,5gram.

B. Rencana Penyuluhan dan Konseling Gizi


Penyuluhan berkaitan dengan diet yang diberikan kepada keluarga pasien yang
menjaga pasien karena pasien memiliki kondisi yang lemah, maka kemungkinan akan
kesulitan untuk berkonsentrasi mendengarkan. Penyuluhan yang dilakukan bertujuan untuk
memberikan informasi tentang diet yang sedang dijalankan, yaitu diet Rendah Garam. Alat
24
bantu yang digunakan, yaitu leaflet dan daftar bahan makanan penukar untuk memberikan
gambaran tentang besarnya atau banyaknya makanan yang dikonsumsi setiap harinya,
sehingga mempermudah dalam proses penyuluhan. Metode yang digunakan adalah ceramah
dan tanya jawab sehingga dapat diketahui pemahaman sasaran terhadap materi yang
disampaikan.
Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan dalam asuhan gizi
untuk menolong individu dan keluarga memperoleh pengertian yang lebih baik tentang
dirinya dan permasalahan yang dihadapi. Setelah konseling diharapkan individu dan
keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah gizi termasuk
perubahan pola makan serta memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat.
Pada konseling diberikan materi berupa Diet Rendah Natrium dikarenakan masalah penyakit
yang diderita pasien. Konseling dilakukan pada keluarga pasien karena pasien sedang dalam
kondisi lemah, kemungkinan sulit untuk berkonsentrasi. Konseling ini bertujuan
memberikan informasi tentang Diet Rendah natrium agar dapat diterapkan pada pola makan
sehari-hari.

25
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil skrinning gizi pada pasien didapatkan bahwa pasien masih dengan
tahap resiko rendah untuk mengalami malnutrisi
2. Berdasarkan hasil pengkajian gizi, pasien memiliki berat badan melebihi BBI, status gizi
obesitas, kadar hemoglobin rendah, albumin rendah, asupan sebelum masuk rumah sakit
(SMRS) melebihi dari kebutuhan sedangkan sesudah MRS kebutuhan zat gizi lemak,dan
kharbohidrat masih belum mencukupi kebutuhan tubuh pasien.
3. Diagnosa gizi yang ditegakkan, yaitu kelebihan asupan, perubahan nilai laboratorium,
berat badan lebih(Obesitas), kurangnya pemilihan makanan yang salah.
4. Terapi diet yang diberikan, yaitu Diet Rendah Natrium dengan bentuk makanan lunak
dan frekuensi pemberian 3x makanan utam a 2x makanan selingan. Pemberian
penyuluhan dan konseling gizi tentang Diet Rendah Garam dengan sasaran, yaitu
keluarga pasien, karena kondisi pasien yang lemah. Metodenya ceramah dan tanya jawab
dengan media leaflet dan bahan penukar.
5. Rencana monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada pasien, yaitu data antropometri,
data biokimia, data fisik/klinis, data asupan makan, sikap dan perilaku pasien.
6. Leaflet dan menu dibuat sesuai dengan diet yang diberikan kepada pasien.

B. Saran
1. Sebaiknya pasien mematuhi diet yang diberikan.
2. Keluarga dapat memberikan motivasi kepada pasien agar patuh menjalankan terapi diet
yang telah diberikan selama proses penyembuhan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Persatuan Ahli Gizi & Asosiasi Dietesien Indonesia. 2019. Penuntun Diet dan Terapi Gizi,
Ed. 4. Jakarta: EGC.
Dame Cristy Pane, dr. Merry. 2020. Nifedipine. https://www.alodokter.com/nifedipine.
(Diakses tanggal 18 Desember 2020)
Aprilia Samiadi, Lika. 2020. Ferrous Sulfate.
https://hellosehat.com/obatan-suplemen/obat/ferrous-sulfate/#gref (diakses tanggal 18
Desember 2020)
Candra Swari, Risky dan dr. Tania Savitri. 2020. Metildopa. https://hellosehat.com/obatan-
suplemen/obat/metildopa/ (diakses tanggal 18 Desember 2020)
Rachman, Aby. 2019. Kalitake Bubuk 5 g. https://www.sehatq.com/obat/kalitake-bubuk-5-g
(diakses tanggal 18 Desember 2020)
Fajar Shodiq, Muhammad dan M. Besari Adi Pramono. 2019. Hubungan Peningkatan Berat
Badan Trimester III Terhadap Berat Badan Pasca Salin. Jurnal Kedokteran Diponegoro,
8(1), 291-299.
G Dumais, Caroline E, Rudy A. Lengkong danMaya E. Mewengkang. 2016. Hubungan
Obesitas Pada Kehamilan dengan Preeklampsia. Jurnal e-Clinic, 4 (1).
Dame Cristy Pane, dr. Merry. 2020. Preeklampsia. https://www.alodokter.com/preeklamsia
(diakses tanggal 20 Desember 2020).
Nur Indah, Siti dan Ety Apriliana. 2016. Hubungan antara Preeklamsia dalam Kehamilan
dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan kedokteran Unila,5
(5), 55-60.
Willy, dr. Tjin. 2018. Obesitas. https://www.alodokter.com/obesitas (diakses tanggal 20
Desember 2020)

27
LAMPIRAN ( Menu Sehari Di Rumah Sakit )
Protein
Bahan
Waktu Menu Makanan Berat Energi hewa naba Lemak HA
ni ti
Pagi Bubur Beras 100 178 0 2,1 0,1 40,6
Ayam Suir Ayam 50 151 9,1 0 12,5 0
Tumis Tauge 25 5,75 0 0,725 0,05 1,025
Wortel 25 10,5 0 0,3 0,075 2,325
Sub Total 345,25 9,1 3,125 12,725 43,95
Sanck Bubur
pagi Sumsum Tepung beras 25 91 0 1,75 0,125 20
Gula aren 20 73,6 0 0 0 19
Sub Total 164,6 0 1,75 0,125 39
Siang Bubur Beras 150 267 0 3,15 0,15 60,9
Ayam Bb Bali Ayam 100 302 18,2 0 25 0
Tempe bb
merah Tempe 50 74,5 0 9,15 2 6,35
Sayur Urap Bayam 50 18 0 1,75 0,25 3,25
Kc.panjang 25 11 0 0,675 0,075 1,95
Tauge 25 5,75 0 0,725 0,05 1,025
Kelapa parut 5 17,95 0 0,17 1,735 0,7
Buah Pisang 100 45 0 0,9 0,2 11,2
Sub Total 741,2 18,2 16,52 29,46 85,375
Puding Buah Agar-agar 1 0 0 0 0,002 0
Gula pasir 10 36,4 0 0 0 9,4
Semangka 50 14 0 0,25 0,1 3,45
Sub Total 50,4 0 0,25 0,102 12,85
Makan
Malam Bubur Beras 100 178 0 2,1 0,1 40,6
Ikan bb
Kuning Ikan segar 50 56,5 8,5 0 2,25 0
Cah Tahu Tahu 50 34 0 3,9 2,3 0,8
Tumis Sayur Buncis 25 8,75 0 0,6 0,05 1,925
Wortel 50 21 0 0,6 0,15 4,65
Jagung 25 8,25 0 0,55 0,025 1,85
Sub Total 306,5 8,5 7,75 4,875 49,825
Total 1608 65,195 47,287 231

28
29

Anda mungkin juga menyukai