Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRESS DENGAN

KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS SUNGAI TUTUNG
TAHUN 2022

SKRIPSI

ELFIRA DEFIANTI
201000414201091

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2022
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRESS DENGAN
KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI TUTUNG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Diajukan ke Program Studi Sarjana Keperawatan Ikes Prima Nusantara


Sebagai Pemenuhan Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sajana Keperawatan

ELFIRA DEFIANTI
201000414201091

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2022

2
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Proposal : Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Terhadap


Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai
Tutung Tahun 2022.
Nama : Elfira Defianti

NIM : 201000414201091

Proposal Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan didepan

Dewan Penguji sebagai persyaratan yang diperlakukan untuk

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi S-1

Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

Bukittinggi, Juni 2022


Menyetujui,
Koordinator Skripsi Pembimbing

( ) (Ns. Vera Kurnia, M.Kep)

Mengetahui,
Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

(Ns. Vera Kurnia, M.Kep)


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Penelitian dengan judul “Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stress

dengan Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun

2022”.

Proposal ini disususun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir

sebagai salah satu syarat kelulusan Intitut Kesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan Proposal ini. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terimakasih terutama kepada Yth. Ibu Ns. Vera Kurnia,

M.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan sehingga

penulis dapat menyelesaikan Proposal ini. Pada kesempatan ini perkenankan

penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Susanti, S.ST, M.Biomed, selaku Rektor IKes Prima
Nusantara Bukittinggi.
2. Ibu Ayu Nurdiyan, S.ST, M.Keb selaku Wakil Rektor I IKes Prima
Nusantara Bukittinggi.
3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku Wakil Rektor II IKes Prima
Nusantara Bukittinggi.
4. Ibu Ns. Elfira Husna, M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kesehatan Masyarakat IKes Prima Nusantara Bukittinggi dan juga selaku
pembimbing skripsi.
5. Ibu Ns Vera Kurnia, M.Kep selaku Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
IKes Prima Nusantara Bukittinggi.
6. Ibu Ns. Vera Kurnia, M.Kep selaku Dosen Koordinator Skripsi Program
Studi S-1 Keperawatan IKes Prima Nusantara Bukittinggi.

ii
7. Bapak Dr. Junios, M.Si dan Bapak Ns. Febrian Rahmat Suwandi SN, M.Kep
selaku Tim Penguji.
8. Dosen dan Staf IKes Prima Nusantara Bukittinggi yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
9. Bapak/Ibi tenaga kependidikan yang telah membantu proses selama ini
10. Keluarga besar IKes Prima Nusantara Bukittinggi
11. Ibu Kepala Puskesmas Sungai Tutung yang telah memberikan izin
melakukan survey awal dan penelitian.
12. Kepada para responden peneliti yang bersedia berpartisipasi pada penelitian
ini
13. Teristimewa kedua orang tua dan keluarga tercinta atas dorongan moril dan
materil serta do’a yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
ini.
14. Serta semua sahabat dan rekan-rekan seperjuangan yang telah sama-sama
berjuang dalam suka dan duka menjalani pendidikan ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga

penulis merasa masih ada yang belum sempurna baik dalam isi maupun dalam

penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang

membangun guna penyempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat memberi

manfaat kepada kita semua dan tenaga kesehatan.

Kerinci, Juni 2022

(Peneliti)

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR SKEMA.................................................................................................v

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................7

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................8

E. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................10

A. Konsep Gastritis.........................................................................................10

B. Konsep Pola Makan...................................................................................20

C. Konsep Stres...............................................................................................27

D. Kerangka Teori...........................................................................................39

BAB III KERANGKA KONSEP........................................................................41

A. Kerangka Konsep.......................................................................................41

B. Definisi Operasional...................................................................................42

BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................44

A. Desain Penelitian........................................................................................44

B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................45

C. Populasi dan Sampel..................................................................................45

iv
D. Instrumen Pengumpulan Data....................................................................46

E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................47

F. Analisa Data...............................................................................................49

G. Etika Pelaksanaan Penelitian......................................................................51

BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................53

A. Hasil Penelitian..........................................................................................53

BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................58

A. Analisa Univariat..........................................................................................58

B. Analisa Bivariat.............................................................................................64

BAB VII PENUTUP.............................................................................................70

A. Kesimpulan................................................................................................70

B. Saran...........................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Kerangka Teori....................................................................................39

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ..............................................................41

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Operasional....................................................................... 42

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Format Bimbingan Proposal Skripsi


Lampiran 2 informad consent
Lampiran 3 Kuisioner Pola makan
Lampiran 4 Kuisioner Depression Anxiety Stres Scale
Lampiran 5 Izin Melakukan Pengambilan Data Awal
Lampiran 6 Balasan Surat Izin Pengambilan Data

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang

dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti : asinan, cuka,

sambal, serta kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan

jumlah penderita gastritis. Gastritis merupakan salah satu masalah

kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi. Akhir-akhir ini

peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum dikenal dengan

istilah sakit “maag” atau nyeri pada uluh hati meningkat dan banyak

dikeluhkan oleh masyarakat. Kejadian penyakit gastritis terjadi karena

pola hidup yang bebas hingga berdampak pada kesehatan masyarakat

(Susilowati dan Hariri, 2019). Penyakit gastritis adalah salah satu

gangguan pencernaan yang diakibatkan oleh pola makan bahkan hampir

10 persen penduduk dunia mengalami gastritis (Syafi’i, 2019).

Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan gastritis membuat

angka kejadian gastritis meningkat. Menurut World Health Organization

(WHO) tahun 2018 di dunia insiden gastritis yaitu sekitar 1,8-2,1 juta dari

jumlah penduduk setiap tahunnya. Sedangkan di Asia Tenggara, insiden

terjadinya gastritis sekitar 583.635 kasus dari jumah penduduk setiap

tahunnya. Data di negara barat seperti Amerika Serikat, tercatat kematian

yang disebabkan oleh penyakit gastritis mencapai 8-10% setiap tahunnya


2

dengan angka perbandingan 150 per 1000 populasi (World Health

Organization, 2018).

Hasil dari Riskesdas (2018) angka terjadinya gastritis di Indonesia

dalam berbagai daerah cukup tinggi 40,8% dengan preferensi 274,396

kasus dari penduduk 238,452,952 jiwa. Beberapa kota dengan presentasi

cukup besar mempunyai penyakit gastritis diantaranya: Surabaya (31,2%),

Denpasar (46%) dan Medan (91,6%). Dari hasil penulisan dan pengamatan

Departemen Kesehatan RI gastritis merupakan salah satu penyakit dalam

10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia

dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).

Menurut Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jambi 2018 penyakit

gastritis termasuk kedalam 10 penyakit terbanyak yang ada di seluruh

Puskesmas Provinsi Jambi. Pada tahun 2015 penyakit gastritis berada pada

urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak dengan jumlah kasus sebesar

14,82%. Pada tahun 2016 kasus gastritis mengalami penurunan menjadi

12,92% kasus, pada tahun 2017 kasus gastritis juga mengalami penurunan

menjadi 11,98% kasus, dan terakhir pada tahun 2018 kasus gastritis

mengalami peningkatan sebesar 30,95% kasus dan berada pada urutan

pertama dari 10 penyakit terbanyak yang ada di Provinsi Jambi (Dinas

Kesehatan Provinsi Jambi, 2019).

Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung didapatkan data dari

laporan 3 tahun terakhir penyakit gastritis masih termasuk dalam 10

penyakit terbesar, dengan jumlah kasus pada tahun 2020 sebanyak 94

kasus. Pada tahun 2021 meningkat menjadi 122 kasus, dan pada tahun
3

2022 dari bulan Januari sampai bulan April ini kasus gastritis berjumlah

36 kasus (Laporan Bulanan Puskesmas Sungai Tutung 2020-2021).

Dampak dari penyakit gastritis dapat menganggu aktivitas pasien

sehari-hari karena munculnya berbagai keluhan seperti rasa nyeri pada ulu

hati, rasa terbakar, mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan dan keluhan-

keluhan lainnya. Jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan

komplikasi seperti gangguan penyerapan vitamin B12, anemia pernesiosa,

gangguan penyerapan zat besi dan penyempitan pada daerah antrum

pylorus. Dampak jangka panjang dari penyakit gastritis yaitu dapat

menyebabkan tukak lambung, perdarahan hebat, dan kanker. Risiko

terkena kanker lambung dapat menyebabkan kematian (Anggraeni, 2019).

Pada zaman yang modern ini, tidak bisa dipungkiri bahwa pola

hidup manusia jauh dari kata sehat karena kebiasaan-kebiasaan yang buruk

seperti sering mengkonsumsi junk food, makan tidak tepat pada waktunya,

makan tanpa memperhatikan kebersihan lingkungan sekitarnya dan makan

tidak dengan memperhatikan nilai gizi dari makanan yang dikonsumsi.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi risiko yang besar untuk terkena

penyakit Gastritis. Penyakit Gastritis ini bila tidak diatasi dengan cepat

maka dapat menimbulkan pendarahan sehingga banyak darah yang keluar

dan berkumpul di lambung, selain itu juga dapat menimbulkan tukak

lambung ataupun kanker lambung sehingga dapat menyebabkan kematian

(Amanda et al., 2021).

Pada dasarnya penyebab gastritis dibedakan menjadi dua bagian

besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal merupakan
4

adanya keadaan memicu terjadinya pengeluaran asam lambung yang

berlebihan, dan beberapa zat eksternal yang menyebabkan lambung

menjadi infeksi dan iritasi (Handayani, 2018). Faktor risiko gastritis

beberapa diantaranya seperti memakai obat aspirin atau antiradang non

steroid, memiliki kebiasaan meminum minuman beralkohol/bersoda,

memiliki kebiasaan merokok, memiliki kebiasaan makan yang buruk

seperti waktu makan yang tidak teratur dan terlalu sering mengkonsumsi

makanan yang pedas dan asam, infeksi kuman Helicobacter pylori

(Ausrianti, 2019).

Selain itu faktor stress juga merupakan hal yang banyak

dikeluhakan saat masyarakat berobat di Puskesmas. Stress merupakan

kelelahan badan yang diakibatkan oleh kecemasan dan tekanan-tekanan

yang dialamai dalam menjalani kehidupan. Mulai dari masalah keluarga

hingga masalah ekonomi menjadi penyebabnya masyarakat menjadi stress.

Kondisi seseorang yang mengalami stress sangat berpengaruh terhadap

terjadinnya kekambuhan gastritis karena stress dapat merangsang produksi

asam lambung sehingga menyebabkan peradangan. Banyaknya kasus

gastritis ini perlu mendapat perhatian, mengingat bahwa penyakit gastritis

ini bisa menimbulkan kekambuhan yang bisa menurunkan sistem

pertahanan tubuh sehingga dapat menimbulkan penyakit baru (Ausrianti,

2019).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Widiya

Tussakinah, dkk (2017), tentang Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres

terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota


5

Payakumbuh Tahun 2017. Dengan hasil univariat didapatkan prevalensi

kambuh (55,6%), sampel dengan pola makan kurang baik (20%) dan

sampel dengan tingkat stres berat (26,7%). Hasil analisis bivariat

menunjukkan ada hubungan antara pola makan dengan kekambuhan

gastritis (p=0,000) dan juga ada hubungan antara tingkat stres dengan

kekambuhan gastritis (p=0,000). Simpulan penelitian ini adalah terdapat

hubungan bermakna antara pola makan dan tingkat stres dengan

kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Tarok

kota Payakumbuh tahun 2017.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ausrianti Dan

Nurleni (2018) Tentang Hubungan Pola Makan Dan Faktor Stress Dengan

Kejadian Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsup Dr. M Jamil Padang

Tahun 2018. Dari hasil analisis di peroleh nilai OR=5,200 dengan p=0,020

(p>0,05), ada hubungan bermakna antara pola makan dengan kejadian

gastritis. Dari hasil analisis di peroleh nilai OR=4,231dengan p=0,027

(p>005). Disimpulkan bahwa ada hubungan faktor stress, pola makan

dengan kejadian gastritis.

Dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Aritonang, Murni

(2020) tentang Pengaruh Stress Dan Pola Makan Dengan Frekuensi

Kekambuhan Penyakit Pada Penderita Gastritis Di RSUD Dr. Pirngadi

Medan Tahun 2020. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan stress

dengan frekuensi kekambuhan gastritis dengan nilai p=0,002 dan r= 0,732

berarti ada hubungan kuat. Pola makan berhubungan dengan frekuensi

kekambuhan gastritis dengan nilai p=0,009 dan r=-0,645 yang berarti ada
6

hubungan yang kuat, diperoleh dengan menggunakan uji Spearman Rank.

Kesimpulan bahwa stress dan pola makan berhubungan dengan frekuensi

kekambuhan penyakit gastritis.

Survey awal dilakukan oleh penulis pada hari Senin tanggal 28

Maret 2022 yaitu dengan mewawancarai 5 orang pasien dengan gastritis

yang berkunjung berobat ke Puskesmas Sungai Tutung. 3 dari 2 pasien

tersebut adalah seorang petani yang bekerja di sawah. 2 pasien lainya tidak

bekerja dan hanya dirumah saja. Berdasarkan hasil wawancara dengan

salah seorang pasien mengatakan bahwa dia adalah seorang petani yang

menghidupi istri dan 3 orang anak yang masih sekolah dan kuliah. Pagi-

pagi dia sudah kesawah sehingga kadang tidak sempat sarapan dan hanya

membawa bekal untuk makan siang.

Selain itu berdasarkan hasil observasi di lapangan didapatkan

bahwa kebanyakan masyarakat mulai melakukan kegiatan bekerja disawah

dan dikebun sejak pagi hari pukul 06.00 WIB tanpa sarapan terlebih

dahulu. Kemudian baru beristirahat untuk makan pada siang harinya, yang

membuat pola makan pada kebanyakan masyarakat tersebut tidak teratur.

Dari hal tersebut, pada penelitian ini akan diteliti lagi lebih dalam

mengenai kejadian gastritis dengan menggunakan 2 kuisioner yaitu

kuisioner pola makan dan kuisioner tingkat stress yang dapat menilai

hubungan keterkaitan antara pola makan dan tingkat stress terhadap

kejadian gastritis pada masyarakat. Berdasarkan data dan latar belakang

diatas maka penulis telah melakukan penelitian dengan judul “Hubungan


7

Pola Makan dan Tingkat Stress dengan Kejadian Gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas dapat dirumuskan masalah yaitu

“Ada Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Dengan Kejadian

Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan pola makan dan tingkat stress dengan

kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun

2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian gastritis pada masyarakat

di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

b. Diketahui distribusi frekuensi pola makan pada pasien gastritis di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

c. Diketahui distribusi frekuensi tingkat stress pada pasien gastritis

di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

d. Diketahui hubungan pola makan dan tingkat stress terhadap

kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung

Tahun 2022.

e. Diketahui hubungan tingkat stress terhadap kejadian gastritis di


8

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat penelitian Teoritis

a. Bagi peneliti

Diharapkan Informasi yang diperoleh peneliti dapat

digunakan untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu

keperawatan yang telah di peroleh dalam penelitian yang

berhubungan dengan pola makan dan kejadian gastritis.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan

perbandingan untuk melakukan penelitian selanjutnya dan

dijadikan sebagai data awal atau dasar untuk penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Penelitian Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan dan Sebagai informasi kepada

Puskesmas Sungai Tutung tentang pentingnya memperhatikan pola

makan dan pencegahan gastritis pada masyarakat.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan ilmu keperawatan untuk meningkatkan

pendidikan keperawatan dan manfaat untuk pedoman penelitian

selanjutnya bagi mahasiswa Institut Kesehatan Prima Nusantara

Bukittinggi pada umumnya dan mahasiswa perawat khusunya.


9

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan Untuk mengetahui Hubungan Pola Makan

Dan Tingkat Stress Terhadap Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022 . Penelitian ini menggunakan

desain deskriptif korelasi menggunakan pendekata Survey. Penelitian ini

dilakukan dengan mengambil waktu tertentu yang relative pendek dan

tempat tertentu, dilakukan pada beberapa objek yang berbeda taraf. Dalam

penelitian ini yang dijadikan variabel independen adalah pola makan dan

tingkat stress. Kemudian yang menjadi variabel dependent Gastritis.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gastritis

1. Definisi

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat

akut, kronik difus, atau lokal. Karakteristik dari peradangan ini antara

lain anoreksia, rasa penuh atau tidak nyaman pada epigastrium, mual,

dan muntah. Peradangan lokal pada mukosa lambung ini akan

berkembangan bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan

bakteri atau bahan iritan lainnya (Suratan dalam ida, 2017).

Menurut Syafi’i dan Andriani (2019) Gastritis merupakan suatu

peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan

oleh faktor iritasi, infeksi, dan pola makan. Penyakit gastritis atau

sering dikenal sebagai penyakit maag merupakan penyakit yang sangat

menggangu. Biasanya penyakit gastritis terjadi pada orang- orang yang

mempunyai pola makan yang tidak teratur dan memakan makanan

yang merangsang produksi asam lambung. Beberapa infeksi

mikroorganisme juga dapat menyebabkan terjadinnya gastritis. Gejala-

gejala sakit gastritis selain nyeri ulu hati juga menimbulkan gejala

seperti mual, muntah, lemas, kembung, terasa sesak, nafsu makan

menurun, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin,

pusing, selalu bersendawa dan pada kondisi yang lebih parah, bisa

muntah darah (Wijayanto dalam Syamsu, 2017).

10
11

2. Etiologi

Menurut Megawati dan Nosi (2016) penyebab dari penyakit

gastritis yaitu :

1) Pola makan

Salah satu penyebab utama meningkatnya asam lambung

adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan atau minuman yang

di konsumsi dan masuk kedalam lambung berfungsi mengurangi

kepekatan asam lambung sehingga dapat menggerogoti lambung.

Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan,

frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makanan yang

dikonsumsi dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis.

2) Stress

Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme

neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga berisiko

untuk mengalami gastritis. Efek stres pada saluran pencernaan

menyebabkan penurunan aliran darah pada sel epitel lambung

dalam melindungi mukosa lambung. Stress bukanlah suatu

penyakit, melainkan mekanisme pertahanan tubuh. Namun jika

mekanisme pertahanan ini menjadi kronis maka kita akan menjadi

lebih rentan terhadap penyakit. Stres bertindak kejam terhadap

sistem pencernaan. Ketika sedang dilanda stres berat, kelenjar liur

dapat menghentikan aliran air liur, atau dalam kasus lain,

mengalirkannya berlebihan. Lambung meningkatkan asamnya

sehingga menimbulkan zat asam, rasa mual dan luka.


12

3) Konsumsi obat-obatan kimia seperti aspirin dan kortikosteroid.

Aspirin dapat mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung

dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga

sekresi HCL meningkat dan menyebabkan suasana lambung

menjadi asam sehingga menimbulkan iritasi pada mukosa

lambung.

4) Konsumsi alkohol.

Alkohol dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa gaster.

5) Infeksi

Infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti helicobacter,

escheriacia coli, salmonella dan lain-lain. Menurut Aspiani (2014)

Gastritis seringkali disebabkan oleh stress, endotoksin bakteri

(masuk setelah menelan makanan yang yang terkontaminasi),

kafein, alkohol, dan aspirin yang merupakan agen-agen penyebab

yang sering.

3. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien gastritis dinilai

bervariasi mulai dari keluhan jaringan hingga muncul perdarahan

saluran cerna bagian atas. Bahkan pada beberapa kondisi seringkali

gastritis tidak menimbulkan gejala yang khas. Adapun gejala yang

lazim muncul pada pasien diantaranya anoreksia, rasa penuh, nyeri

pada epigastrium mual dan muntah sendawa, dan dan hematemesis.

Nyeri pada daerah epigastrium atau organ lambung dinilai sebagai

gejala klinis yang paling umum ditemukan pada gastritis akut. Gejala
13

lain yang mungkin muncul pada pasien ini meliputi pusing, malaise

dan hiccup. Sedangkan pada gastritis kronis biasanya ditandai dengan

penurunan berat badan perdarahan anemia pernisiosa sebagai akibat

penurunan absorpsi vitamin B yang menyebabkan terjadinya

hipoklorydia dan anchorhydia.

Beberapa pasien tidak menunjukkan gejala atau asimtomatik

namun pada beberapa penderita ditemukan adanya ulserasi superfisial

yang menimbulkan perdarahan. Rasa tidak nyaman pada abdomen,

sakit kepala, kelesuan, Kholik, diare dan penurunan nafsu makan

selama 2 sampai 3 hari juga dapat dirasakan oleh penderita pada

kondisi gastritis akut, sedangkan pada gastritis kronis biasanya

penderita mengeluh nyeri ulu hati, gembung dan rasa asam di mulut

(Diyono dan Mulyati, 2018).

4. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Lambung

Lambung adalah reservoir berbentuk J pada sistem

pencernaan manusia lambung memiliki fungsi untuk mencerna

makanan dengan bantuan cairan lambung ( mengandung enzim dan

asam hidroklorida). Beberapa proksimal lambung manusia dimulai

pada gastro esopangeang Junction, Beberapa cm di atas diafragma

dan berakhir pada sprinter pilorus lambung memiliki kurvatura

minor dan mayor, bagian kurvatura ini masing-masing melekat

pada jaringan lemak yang disebut omentum minus dan omentum

majus. Bagian permukaan dalam dari lambung memiliki rugae


14

yang prominen yang dapat mendaftar saat distensi, dan terdapat

bagian yang disebut areae gastrica, yaitu bagian lekukan yang lebih

kecil dan dangkal (Treuting et all., 2018)

Secara topografi lambung dibagi menjadi 5 bagian yaitu

cardia dan gastroesoparingal Junction, fundus, korpus, dan pilorus.

Bagian cardia meluas 1 sampai 3 cm pada distal dari

gastroesophangeal Junction. Fundus adalah bagian sebalik dari

lambung yang terletak Superior dari Junction adalah bagian tengah

dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum dan pilorus

adalah bagian distal dari lambung dan letaknya lebih proksimal

dari sprinter pilorus dan duodenum (Treuting et all., 2018).

Lambung memiliki suplai vaskularisasi dari 5 cabang arteri

menurut Drake et al, 2020 yaitu:

1) Arteri gastrica sinistra, cabang dari truncus ceoliatus.

2) Arteri gastrica dextra, sebagian besar adalah cabang dari Arteri

hepatica.

3) Arteri gastroamitalis dextra, dari Arteri gastroduodenalis.

4) Arteri gastro mentalis sinistra dari arteri splenica.

5) Arteri gastrica posterior dari arteri splenica ( bervariasi dan

tidak selalu didapatkan).

b. Fisiologi Lambung

Menurut Drake et al (2020) fungsi dari lambung yaitu :


15

1) Fungsi Motorik

a) Fungsi reservoir yaitu menyimpan makanan sampai

makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan dan

bergerak pada saluran cerna.

b) Fungsi mencampur yaitu memecahkan makanan menjadi

partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan getah

lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi

lambung.

c) Fungsi pengosongan lambung diatur oleh pembukaan

sfingter pilorikum yang dipengaruhi oleh viskositas,

volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan fisik serta

emosi, obat-obatan dan kerja.

2) Fungsi pencernaan dan sekresi

a) Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL dimulai

dilambung, pencernaan karbohidrat dan lemak oleh amilase

dan lipase dalam lambung kecil peranannya.

b) Sintesis dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein

yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan

rangsangan vagus.

c) Sekresi faktor intrinsik memungkinkan absorbsi vitamin

B12.

d) Sekresi mukus membentuk selubung yang melindungi

lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehingga

makanan lebih mudah diangkut.


16

5. Patofisiologi

Secara fisiologis mukosa lambung merupakan barier atau

pertahanan pertama dalam melindungi jaringan lambung itu sendiri.

Saat faktor risiko terjadi gastritis menyebabkan cedera pada Musa

lambung maka akan mendorong munculnya proses inflamasi lambung.

Normalnya mukosa lambung dilindungi juga oleh barier mukosa

lambung meliputi lapisan impermeabel lipid hideopobic ( melindungi

sel epitel Gaster, mencegah difusi molekul larut air). Cek resi ion

bikarbonat sebagai respon atas sekresi asam lambung, mukus gel

( menjaga lapisan lambung dari pepsin dan menangkap HCO3 serta

mencegah kerusakan mekanik akibat isi lambung) (Bachrudin dan

Najib, 2017).

Mukosa lambung sebenarnya berperan penting dalam melindungi

lambung dari auto digesti HCl dan pepsin. Bila terjadi cedera pada

mukosa maka akan terjadi difusi HCL ke mukosa. Peningkatan HCL

pada mukosa lambung akan menstimulasi perubahan enzim

pepsinogen menjadi pepsin pepsin kemudian merangsang pelepasan

histamin dari sel Mask dan menyebabkan peningkatan permeabilitas

kapiler. Secara patofisiologi ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kerusakan mukosa lambung meliputi kerusakan barrier

mukosa ( menyebabkan difusi balik ion H plus meningkat),

terganggunya perfusi mukosa lambung ataupun meningkatnya jumlah

asam lambung. Faktor-faktor ini biasanya tidak berdiri sendiri. Kondisi

tersebut kemudian menyebabkan kerusakan mukosa dan jaringan


17

pariental di bawahnya, sehingga terjadilah perpindahan cairan dari

intrasel ke ekstrasel atau edema dan kerusakan kapiler. Penurunan

fungsi lambung dan perdarahan juga dapat terjadi apabila kondisi

inflamasi lambung ini berlanjut pada erosi mukosa dengan faktor

risiko kontaminasi bakteri dan anemia ( Muttaqin dan Sari, 2020).

6. Komplikasi

Menurut Aspiani (2014) komplikasi dari penyakit gastritis yaitu

terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagian atas, ulkus kalau

prosesnya hebat, perforasi, atropi lambung dapat menyebabkan

gangguan penyerapan terutama terhadap penyerapan vitamin B12.

Khusus untuk perdarahan saluran cerna bagian atas perlu dibedakan

dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir

sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi

yang disebabkan oleh Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak

duodenum dan 60-90% pada tukak lambung.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan dignostik menurut Alianto (2016), beberapa yang

dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Radiology, merupakan pemeriksaan sinar x gastrointestinal bagian

atas.

b. Endoskopy, gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.

c. Laboratorium, mengetahui kadar asam hidroklorida.

d. EGD (Esofagagastriduodenoskopi), tes diagnostic kunci untuk

perdarahan gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau


18

derajat ulkus jaringan atau cidera.

e. Pemeriksaan Histopatologi, tampak kerusakan mukosa karena erosi

tidak pernah melewati mukosa muskularis.

f. USG, mengetahui luka ataupun massa melalui gambar.

8. Penatalaksanaan Gastritis

Penatalaksanaan gastritis menurut Menurut Khotimah dkk (2019) :

a. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Penatalaksanaan gastritis secara Nonfarmakologi yaitu

dengan memodifikasi gaya hidup. Memodifikasi gaya hidup sangat

penting dalam mencegah gastritis dan merupakan bagian yang

tidak dapat dipisahkan dalam mengobati gastritis. Penatalaksanaan

gastritis dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara

modifikasi gaya hidup yaitu :

1) Mengurangi stress.

2) Mengurangi penggunaan NSAID dan rokok.

3) Menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan dan

memperburuk gejala (makanan pedas, makanan yang tinggi

akan protein, kafein dan alkohol).

4) Makan secara teratur dan tepat waktu

5) Pemanfaatan tanaman obat seperti kunyit, madu, kombinasi

kunyit dan madu, lidah buaya (aloe vera) dan jus pepaya.

b. Penatalaksanaan Farmakologi

1) Antasida
19

Digunakan untuk profilaksis secara umum. Antasida

mengandung alumunium dan magnesium yang dapat

membantu penurunan keluhan gastritis dengan menetralkan

asam lambung.

2) Penghambat H2

Agen ini mempunyai mekanisme sebagai penghambat

reseptor histamin. Histamin dipercaya mempunyai peran

penting dalam sekresi asam lambung. Penghambat H2 secara

efektif akan menekan pengeluaran asam lambung dan stimulasi

pengeluaran asam oleh makanan dari sistem saraf. Beberapa

obat dari agen ini meliputi Cimetidin, Ranitidin, Famotidin,

dan Nizatidin. Cimetidin sangat efektif bila diberikan melalui

intravena, sedangkan Ranitidin lebih efektif bila digunakan per

oral pada saat perut kosong dengan efek menurunkan sekresi

produksi asam, mempercepat pengosongan lambung, dan

menyeimbangkan kosentrasi hidrogen.

3) Penghambat pompa proton

Agen ini menghambat pompa proton seperti enzim, H˖, K˖

dan ATP-ase, yang berlokasi didalam sekretori membran

apikal dari sel-sel sekresi asam lambung (sel parietal). Agen ini

mempunyai kemampuan menghambat produksi asam dengan

durasi panjang. Jenis obat agen ini di antaranya adalah

Omeprazole.

4) Antibiotik
20

Agen ini digunakan pada gastritis dengan infeksi bakteri

seperti H. Pylori. Beberapa agen antibiotik yang dianjurkan

adalah Amoksilin oral, Tetrasiklin oral dan Metronidazol oral.

B. Konsep Pola Makan

1. Definisi Pola Makan

Menurut seorang ahli mengatakan bahwa pola makan di

defenisikan sebagai karakteristik dari kegiatan yang berulang kali

makan individu atau sikap orang makan dalam memenuhi

kebutuhan makan (Sulistyoningsih, 2015).

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh

seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan

bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi

frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan

faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup (Hudha dalam

Bagas, 2016).

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber

energi, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena

semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan

tubuh serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta

dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan

pola makan sehari hari yang seimbang dan aman, berguna untuk

mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang


21

optimal terutama dalam menghindar kejadian gastritis (Hirlan,

2013).

2. Komponen Pola Makan

Pola makan terdiri dari 3 komponen, yaitu jenis, frekuensi,

dan jumlah makanan (Sulistyoningsih,2013) :

a. Jenis makanan

Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yag dimakan

setiap hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk

nabati, sayuran dan buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan

pokok adalah sumber makanan utama di negara Indonesia yang

dikonsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang

terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi- umbian, dan tepung.

Menurut (Almatsier,2016) terdapat jenis makanan yang dapat

dikonsumsi guna mencegah peningkatan asam lambung yaitu:

1) Sumber hidrat arang (nasi atau pengganinya) yaitu beras,

kentang, roti, biskuit, dan tepung-tepungan.

2) Sumber protein hewani yaitu ikan, hati, daging sapi, telur

ayam, susu.

3) Sumber protein nabati yaitu tahu, tempe,kacang hijau

direbus atau dihaluskan.

4) Jenis makanan lemak yaitu margarine, minyak (tidak untuk

menggoreng).

5) Sayuran yaitu sayuran yang tidak banyak serat dan tidak

menimbulkan gas misalnya brokoli


22

6) Buah-buahan yaitu pepaya, pisang rebus, sawo, jeruk garut,

sari buah.

7) Bumbu-bumbu yaitu gula, garam, vitsin, kunyit, serasi,

salam,lengkuas, jahe dan bawang.

8) Makanan selingan untuk mencegah rasa sakit lambung yaitu

berbentuk basah seperti lemper, semar, mendem, tepung

kanji.

Makanan yang tidak boleh dikonsumsi:

1) Sumber hidrat arang (nasi atau penggantinya) yaitu beras

ketan, bulgur, jagung cantel, singkong, kentang goreng,

cake, dodol.

2) Sumber protein hewani yaitu daging, ikan, ayam (yang

diawetkan/dikalengkan, digoreng, dikeringkan, atau di

dendeng), telur ceplok atau digoreng.

3) Sumber protein nabati yaitu kacang merah, kacang tanah

yang digoreng atau dipanggang.

4) Jenis makanan lemak yaitu lemak hewanii, santan kental.

5) Sayuran yaitu sayuran yang banyak mengandung serat dan

menimbulkan gas, sayuran mentah misalnya kol sayur.

6) Bumbu-bumbu yang tidak dikonsumsi yaitu cabai, merica,

cuka, dan bumbu yang merangsang asam lambung.

b. Frekuensi Makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi (sebelum pukul 09.00 wib), makan siang


23

(pukul 12.00-13.00 wib), makan malam (18.00-19.00 wib), dan

makan selingan, makan dengan porsi sedikit namun sering

dengan 2-4jam

c. Jumlah makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang dimakan

dalam setiap orangn atau stiap individu dalam kelompok. Jumlah

porsi standar yaitu :

1) Makanan pokok

Makanan pokok berupa nasi, roti tawar, jumlah atau

porsi makanan pokok terdiri dari nasi 100 gram, roti tawar 50

gram

2) Lauk pauk

Lauk pauk mempunyai dua golongan lauk nabati dan

lauk hewani, jumlah porsinya : daging 50 gram, telur 50 gram,

ikan 50 gram, tempe 50 gram (dua potong), tahu 100 gram

(dua potong)

3) Sayur

Jumlah atau porsi sayuran dari berbagai jenis masakan

sayuran antara lain sayur 100 gram

4) Buah

Buah meripakan sumber vitamin terutama karoten,

vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, dan sumber mineral,

jumlah atau porsi buah ukuran buah 100 gram, ukuran

potongan 75 gram
24

5) Makanan selingan atau makanan kecil biasanya dihidangkan

antara waktu makan pagi, makan siang, maupun makan sore

hari. Porsi atau jumlah unuk makanan selingan tidak terbatas

jumlahnya (bisa sedikit atau banyak)

6) Minuman mempunyai fungsi membantu proses metabolisme

tubuh, setiap jenis minuman berbeda-beda pada umumnya

jumlah atau ukuran untuk air putih dalam sehari lima kali atau

lebi pergelas (2 liter perhari) atau 1 gelas (200 gram). Jumlah

porsi makanan sesuai dengan anjuran makanan

(Achmad,2015).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan

Faktor-faktor yang mempengaruhi makanan anak yaitu (Snae,

2019) :

1) Faktor Ekonomi

Variabel ekonomi yang cukup dominan dalam mempengaruhi

konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga.

Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk

membeli pangan dengan kualitas yang lebih baik.

2) Sosial Budaya

Pantangan dalam konsumsi jenis makanan tertentu dapat

dipengaruhioleh faktor budaya atau kepercayaan. Budaya

mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa yang akan

dimakan, bagaimana pengolahan, persiapan, dan penyajian serta

untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut


25

dikonsumsi. Perayaan hari besar agama juga mempengaruhi

pemilihan bahan makanan yang disajikan.

3) Pendidikan

Pendidikan dalah hal ini biasanya dikaitkan dengan

pengetahuan akan pengaruh terhadap pemilihan bahan makanan

dan pemenuhan kebutuhan gizi.

4) Lingkungan

Faktor lingkungan cukup besar pengaruhnya terhadap

pembentukan perilaku makan. Kebiasaan makan pada keluarga

sangat berpengaruh besar terhadap pola makan seseorang terhadap

makanan tersebut dari kebiasaan makan yang terdapat dalam

keluarga.

4. Pola Makan Sehat

Pola makan sehat bagi penderita gastritis menurut Wahyu, dkk

(2015) yaitu :

a. Makan sesuai waktunya

b. Biasakan makan membawa bekal dari rumah

c. Pilih makanan yang direbus bukan digoreng

d. Kurangi makanan fast food yang mengandung banyak lemak

e. Makan dengan nutrisi yang cukup dan seimbang selain

karbohidrat (nasi, roti, pasta) juga konsumsi protein

f. Hindari minuman soft drink


26

5. Tujuan Makan

Tujuan makan adalah memperoleh energi yang berguna untuk

pertumbuhan mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur metabolisme

tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan

penyakit. Tujuan utama dari makanan yang dimakan adalah untuk

menyediakan berbagai nutrisi bagi tubuh. Ada enam kelas utama

nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan yaitu : karbohidrat,

lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.

Fungsi makanan bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi (tenaga),

sumber bahan pembangun sel dan jaringan tubuh serta menggantikan

sel- sel tubuh yang rusak atau tua, dan pengatur proses yang terjadi di

dalam tubuh serta sebagai pelindung tubuh terhadap berbagai

penyakit. Energi yang diperlukan aktivitas tubuh berasal dari makanan

yang mengandung karbohidrat dan lemak. Zat yang berfungsi sebagai

bahan pembangun tubuh adalah protein (Achmad,2015).

6. Membentuk pola makan yang baik

Menurut Snae (2019) Beberapa upaya yang dapat dilakukan

dalam membentuk pola makan yang baik yaitu:

a. Menyediakan makanan yang bervariasi

b. Makan makanan sumber tepung-tepungan, lauk pauk, sayuran

dan buah

c. Kurangin makanan berlemak

d. Batasi makanan gula

e. Kurangi makanan yang banyak mengandung garam


27

f. Makan dengan teratur

g. Memberikan pengetahuan gizi

h. Menciptakan suasana yang menggembirakan saat makan

i. Menanamkan adat sopan santun saat makan

Pada penderita gastritis diawali dengan pola makan yang tidak

teratur sehingga mengakibatkan peningkatan produksi asam lambung

yang memicu terjadinya nyeri epigastrium.

C. Konsep Stres

1. Definisi Stres

Istilah stres berasal dari istilah latin stingere yang mempunyai arti

ketegangan dan tekanan. Stres merupakan stimulus atau situasi yang

menimbulkan distres dan menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada

seseorang (Lestari, 2015).

Stres adalah suatu kondisi pada individu yang tidak menyenangkan

dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisik

maupun psikologis pada individu (Manurung, 2016).

Stress merupakan ketegangan, setiap ketegangan yang dirasakan

oleh seseorang dapat mengganggu dan menimbulkan reaksi fisiologis,

emosi, kognitif maupun prilaku. Stress tidak bisa sepenuhnya

dihindari tetapi dapat dikurangi dengan mengabaikan hal-hal yang

tidak begitu penting (Candra et al., 2017).

2. Sumber Stres

Sumber stres dapat berubah seiring dengan berkembangnya


28

individu, tetapi kondisi stres dapat terjadi setiap saat selama hidup

berlangsung. Berikut ini sumber - sumber stres menurut Manurung

(2016) antara lain :

a. Diri individu

Sumber stres diri individu ini hal yang berkaitan dengan

adanya konflik dikarenakan dapat menghasilkan dua

kecenderungan yaitu approach conflict (muncul ketika kita

tertarik terhadap dua tujuan yang sama – sama baik) dan

avoidance conflict (muncul ketika kita dihadapkan pada satu

pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan).

b. Keluarga

Sumber stres keluarga menjelaskan bahwa perilaku,

kebutuhan dan kepribadian dari setiap anggota keluarga

berdampak pada interaksi dengan orang – orang dari anggota lain

dalam keluarga yang dapat menyebabkan stres. Faktor keluarga

yang cenderung dapat memungkinkan menyebabkan stres adalah

hadirnya anggota baru, perceraian dan adanya keluarga yang

sakit.

c. Komunitas dan masyarakat

Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak

sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan

persaingan. Adanya pengalaman - pengalaman seputar dengan

pekerjaan dan juga dengan lingkungan yang dapat menyebabkan

seseorang menjadi stres.


29

3. Macam-Macam Stres

Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan merusak

yang disebut sebagai distres dan stres yang menguntungkan atau

membangun yang disebut sebagai eustres. Adapun macam-macam

stres menurut Lestari (2015) sebagai berikut:

a. Eustres (tidak stres) adalah seseorang yang dapat mengatasi stres

dan tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh.

b. Distres (stres) adalah pada saat seseorang menghadapi stres

terjadi gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga pada

organ tubuh tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan

baik.

4. Penyebab Stres

Stressor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang

mengakibatkan terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari

berbagai sumber baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan

juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan

lingkungan luar lainnya. Stressor dapat berwujud atau berbentuk fisik

seperti polusi udara dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan sosial

seperti interaksi sosial. Pikiran dan perasaan individu sendiri yang

dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi

dapat juga menjadi stressor. Adapun tipe kejadian yang dapat

menyebabkan stres menurut Lestari (2015) antara lain :

a. Daily hassles yaitu kejadian kecil yang terjadi berulang-ulang

setiap hari seperti masalah kerja di kantor, sekolah dan


30

sebagainya.

b. Personal stressor yaitu ancaman atau gangguan yang lebih kuat

atau kehilangan besar terhadap sesuatu yang terjadi pada level

individual seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan

pekerjaan, masalah keuangan dan masalah pribadi lainnya. Umur

adalah salah satu faktor penting yang menjadi penyebab stres,

semakin bertambah umur sesorang, semakin mudah mengalami

stres. Hal ini antara lain disebabkan oleh faktor fisiologis yang

telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti

kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar.

Pengalaman kerja juga mempengaruhi munculnya stres kerja.

c. Appraisal yaitu penilaian terhadap suatu keadaan yang dapat

menyebabkan stres disebut stres appraisal. Menilai suatu keadaan

yang dapat mengakibatkan stres tergantung dari dua faktor, yaitu

faktor yang berhubungan dengan orangnya (personal factors) dan

faktor yang berhubungan dengan situasinya. Personal factors

didalamnya termasuk intelektual, motivasi, dan personality

characteritics. Selanjutnya masih ada beberapa faktor lain yang

dapat mempengaruhi tingkat stres yaitu kondisi fisik, ada

tidaknya dukungan sosial, harga diri, gaya hidup dan juga tipe

kepribadian tertentu.

5. Model Stres

Model stres adalah untuk membantu individu dalam mengatasi

respons yang tidak sehat dan tidak produktif terhadap stressor. Setiap
31

model menekankan aspek stres yang berbeda. Adapun model stres

menurut Dudi Hartono (2013) antara lain :

a. Model stres berdasarkan stimulus

Model stres ini berfokus pada karakteristik yang

mengganggu di dalam lingkungan. Riset klasik yang

mengidentifikasi stres sebagai stimulus telah menghasilkan

perkembangan dalam skala penyesuaian sosial, yang mengukur

efek peristiwa besar dalam kehidupan dalam penyakit. Model

berdasarkan stimulus ini memfokuskan pada asumsi berikut :

1) Peristiwa perubahan dalam kehidupan adalah normal dan

perubahan ini membutuhkan tipe dan durasi penyesuaian

yang sama.

2) Individu adalah resipien pasif dari stres, dan persepsi mereka

terhadap peristiwa adalah tidak relevan.

3) Semua orang mempunyai ambang stimulus yang sama.

b. Model stres berdasarkan transaksi

Model stres ini memandang individu dan lingkungan dalam

hubungan yang dinamis dan interaktif. Model ini berfokus pada

proses yang berkaitan dengan stres seperti penilaian kognitif dan

koping.

6. Respon Terhadap Stres

Individu secara keseluruhan terlibat dalam merespon dan

mengadaptasi stres. Namun demikian, sebagian besar dari riset tentang

stres berfokus pada respon fisiologis dan psikologis, meski dimensi ini
32

saling tumpang tindih dan berinteraksi dengan dimensi lain. Ketika

terjadi stres, seseorang menggunakan energi fisiologis dan psikologis

untuk berespon dan mengadaptasi. Besarnya energi yang dibutuhkan

dan keefektifan dari upaya untuk mengadaptasi bergantung pada

intensitas, cakupan dan durasi stressor dan besarnya stressor lainnya.

Adapun macam-macam respon terhadap stres menurut Dudi Hartono

(2013) yaitu :

a. Respon fisiologis

Dalam respon fisiologis terhadap stres ini mengidentifikasi

dua jenis yaitu local adaptation syndrome (LAS) dan general

adaptation syndrome (GAS).

1) Local adaptation syndrome (LAS) yaitu respon dari jaringan,

organ, atau bagian tubuh terhadap stres karena trauma,

penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. Contoh dari LAS

adalah respon refleks nyeri dan respon inflamasi.

Karakteristik dari LAS yaitu respon adaptif dan tidak

melibatkan seluruh sistem tubuh, memerlukan stressor untuk

menstimulasinya.

2) General adaptation syndrome (GAS) yaitu respon pertahanan

dari keseluruhan tubuh terhadap stres. Respon ini melibatkan

beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan

sistem endokrin.

b. Respon psikologis

Pemajanan terhadap stressor mengakibatkan respon adaptif


33

psikologis dan fisiologis. Ketika seseorang terpajan pada stressor,

maka kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan darah

menjadi terganggu. Gangguan atau ancaman ini dapat

menimbulkan frustasi, ansietas, dan ketegangan. Perilaku adaptif

psikologis individu membantu kemampuan seseorang untuk

menghadapi stressor. Perilaku ini diarahkan pada

penatalaksanaan stres dan didapatkan melalui pembelajaran dan

pengalaman sejalan dengan individu dalam mengidentifikasi

perilaku yang dapat diterima.

7. Tingkatan Stres

Stress dibagi menjadi beberapa tingkatan yaitu:

a. Stress ringan

Stress ringan adalah stress yang tidak merusak aspek

fisiologis dari seseorang. Stress ringan umunya dirasakan dan

dihadapi oleh setiap orang secara teratur seperti lupa, kebanyakan

tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir

dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan

menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi stress terus menerus

b. Stress sedang

Stress sedang adalah stress yang terjadi lebih lama dari

beberapa jam sampai beberapa hari seperti pada waktu

perselisihan kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang

berlebihan, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan

keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi


34

kesehatan seseorang.

c. Stress berat

Stress berat merupakan stress kronis yang terjadi beberapa

minggu sampai beberapa tahun yang disebabkan oleh beberapa

factor seperti hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan

finansial, dan penyakit fisik yang lama.

d. Stress sangat berat

Situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan

dalam kurun waktu yang tidak dapat ditentukan. Biasanya

seseorang untuk hidup cenderung pasrah dan tidak memiliki

motivasi untuk hidup. Seseorang dalam tingkatan stress ini

biasanya teridentifikasi mengalami depresi kedepannya (Dudi

Hartono, 2013).

8. Dampak Stres

Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara, pertama

perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung mempengaruhi

fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Kedua secara

tidak langsung stres mempengaruhi perilaku individu sehingga

menyebabkan timbulnya penyakit atau memperburuk kondisi yang

sudah ada. Kondisi dari stres ini terdiri dari beberapa gejala menurut

Manurung (2016) antara lain :

a. Gejala biologis

Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang

sedang mengalami stres diantaranya sakit kepala yang berlebihan,


35

tidur menjadi tidak nyenyak, gangguan pencernaan, hilangnya

nafsu makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang

berlebihan di seluruh tubuh.

b. Gejala kognisi

Gangguan daya ingat (menurunya daya ingat dan mudah

lupa suatu hal), perhatian dan konsentrasi yang berkurang

sehingga seseorang tidak fokus dalam melakukan suatu hal.

c. Gejala emosi

Seperti mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap

segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.

9. Proses terjadinya stress

Proses terjadinya stress menurut (Dudi Hartono, 2013)

menyebutkan bahwa stress terjadi melalui tahapan:

a. Tahap I : Stress pada tahap ini justru membuat seseorang lebih

bersemangat, pengelihatan tajam, peningkatan energi, rasa puas

dan senang, muncul rasa gugup tapi mudah diatasi.

b. Tahap II : Menunjukkan keletihan, otot tegang, gangguan

pencernaan.

c. Tahap III : Menunjukkan gejala seperti tegang, sulit tidur, badan

terasa lesu dan lemas.

d. Tahap IV dan V : Pada tahap ini seseorang tidak akan mampu

menanggapi situasi dan konsentrasi menurun dan mengalami

insomnia.

e. Tahap VI : Gejala yang muncul detak jantung meningkat, gemetar


36

sehingga dapat pula mengakibatkan pingsan.Berdasarkan uraian

diatas dapat disimpulkan proses stress terbagi menjadi 6 tahap

tingkatan gejalanya berbeda- beda di setiap tahap.

10. Mekanisme Stress Menyebabkan Gastritis

Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan

oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Doli Tine Donsu, 2017).

Orang yang mengalami stress seringkali mengalami gangguan pada

system pencernaannya, misalnya lambung terasa kembung, mual,

muntah, dan pedih hal ini disebabkan oleh asam lambung yang

berlebihan.

Penyakit gastritis merupakan salah satu penyakit psikomatik yang

salah satu penyebabnya yaitu stress. Stress yang dialami pasien

gastritis dapat timbul melalui lingkungan pekerjaan. Stress memiliki

efek negative melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran

pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis. Efek stress

pada saluran pencernaan antara lain menurunkan saliva sehingga

mulut menjadi kering, menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol

pada otot eshopagus sehingga sulit untuk menelan, serta asam

lambung meningkat (gastritis) (Prasetyo, 2015).

11. Alat Ukur Tingkat Stres

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu

dengan menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres

Scale). Unsur yang dinilai antara lain skala stres. Pada kuesioner ini

terdiri dari 14 pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan


37

menggunakan 0: Tidak pernah, 1: Kadang-kadang, 2: Sering, 3:

Hampir setiap saat. Untuk penilaian tingkat stres dengan ketentuan

sebagai berikut menurut Lestari (2015) :

Normal : 0-14

Ringan : 15-18

Sedang : 19-25

Berat : 26-33

Sangat Berat : >34

12. Pencegahan Stres

Pencegahan dari stres menurut Lumban Gaol (2016) antara lain:

a. Olahraga salah satunya dapat meningkatkan daya tahan dan

kekebalan baik fisik maupun mental. Olahraga tidak perlu yang

mahal-mahal, bahkan tanpa biaya sekalipun setiap orang dapat

melakukanya. Misalnya jalan pagi, senam yang dilakukan setiap

hari atau paling tidak 2 kali seminggu. Olahraga tidak perlu

berlama lama, bila badan sudah berkeringat dapat dianggap cukup

memadai, dan kemudian mandilah dengan air hangat.

b. Berat badan. Orang yang berat badan yang berlebihan

(kegemukan atau obesitas) dapat menurunkan daya tahan dan

kekebalan tubuh terhadap stres. Oleh karena itu berat badan

hendaknya seimbang dengan tinggi badan (tidak terlalu gemuk

dan tidak terlalu kurus).

c. Aktivitas lainya seperti dikalangan orang barat yang tidak

melakukan pendekatan psikoreligius dalam upaya seseorang


38

untuk meningkatkan daya tahan kekebalan terhadap stres

dilakukan aktivitas seperti relaksasi, meditasi, yoga dan lain

sebagainya yang pada hakekatnya hal-hal tersebut dapat

dilakukan dalam ruang lingkup pengalaman ibadah agama.

Misalnya, bagi pemeluk agama islam hal tersebut diatas dapat

dilakukan dengan menjalankan sholat 5 waktu, ditambah dengan

sholat malam (tahajud) disertai dengan berdoa dan berdzikir.


39

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori


Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stress dengan Kejadian Gastritis
di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung
Tahun 2022

Faktor penyebab gastritis :


Pola makan
Stress Gastritis
Konsumsi obat-obatan kimia seperti
aspirin dan kartikosteroid
Konsumsi alkohol
Infeksi

Terapi Farmakologis : Terapi Non Farmakologis :


Antasida Mengurangi stress.
Penghambat H2 Mengurangi penggunaan NSAID dan
Penghambat pompa proton rokok.
Antibiotik Menghindari makanan dan minuman yang
menyebabkan dan memperburuk gejala
(makanan pedas, makanan yang tinggi akan
protein, kafein dan alkohol).
Makan secara teratur dan tepat waktu
Pemanfaatan tanaman obat seperti kunyit,
madu, kombinasi kunyit dan madu, lidah
buaya (aloe vera) dan jus pepaya.

Keterangan :
Huruf tebal : diteliti
Huruf biasa : tidak diteliti

Sumber : Megawati dan Nosi (2016), Khotimah, dkk (2019)

Terjadinya kekambuhan penyakit gastritis berhubungan dengan

beberapa faktor-faktor yang antara lain: pola makan, stress, konsumsi obat-

obatan kimia seperti aspirin dan kartikosteroid, konsumsi alcohol dan infeksi.
40

Penatalaksanaan gastritis dapat dilakusan secara farmakologis dan non

farmakologis.

Penatalaksanan dengan farmakologis adalah dengan antasida,

penghambat H2, penghambat pompa proton dan antibiotik. Sedangkan dengan

nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup

yaitu : mengurangi stress, mengurangi penggunaan NSAID dan rokok,

menghindari makanan dan minuman yang menyebabkan dan memperburuk

gejala (makanan pedas, makanan yang tinggi akan protein, kafein dan

alkohol), makan secara teratur dan tepat waktu, pemanfaatan tanaman obat

seperti kunyit, madu, kombinasi kunyit dan madu, lidah buaya (aloe vera)

dan jus pepaya.


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang

dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka

konsep juga menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian

(Nursalam, 2017). Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress dengan Kejadian

Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian,

maka maka dasar penelitian ini dapat digambarkan sebagi berikut :

Skema 3.1
Kerangka Konsep penelitian

Variabel Dependen Variabel Independen

Gastritis Pola makan dan tingkat stress

41
42

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

Variable Definisi Cara Alat Hasil ukur Skala


operasional ukur ukur ukur
Independen :  pola makan Wawanc Ku 1. Baik jika Interval
Pola makan Pola makan ara isi (Skor 0-8)
dan tingkat adalah suatu on 2. Buruk jika
stress er (Skor 9-17)
cara atau
usaha dalam
pengaturan
jumlah dan
jenis
makanan.

 Tingkat Wawanc Kuisioner Tingkat Interval


stress ara stress
Stres adalah 1. Normal
suatu kondisi jika skor :
pada 0-14
individu 2. Ringan
yang tidak skor : 15-
menyenangk 18
an. 3. Sedang
jika skor :
19-25
4. Berat jika
skor : 26-
33
5. Sangat
berat jika
skor : >34

Dependen: Gastritis Pemeriksa Kuisioner Kejadian Ordinal


gastritis merupakan an fisik gastritis jika :
suatu 1. Nilai T <
peradangan mean T
atau berarti
perdarahan
gastritis
pada mukosa
lambung yang 2. Niali T >
disebabkan mean T
oleh faktor berarti
iritasi, infeksi, tidak
43

dan pola gatritis


makan.

C. Hipotesa

Ha : Ada Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress dengan Kejadian

Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional

karena dalam pengumpulan data atau informasi tanpa melakukan

intervensi atau perlakuan pada responden, sedangkan berdasarkan tipe

penelitian adalah penelitian analitik karena bermaksud menganalisa

hubungan antara variabel- variabel penelitian, pengumpulan data yang

digunakan yaitu secara Cross Sectional. Dimana seluruh variabel yang

diamati, diukur pada saat penelitian berlangsung. Penelitian ini

menggunakan data primer untuk mengetahui hubungan pola makan dan

tingkat stress dengan gastritis di wilayah kerja Puskesmas Sungai Tutung.

Dimana variabel independen yaitu pola makan dan tingkat stress dan

variabel dependen yaitu terjadinya gastritis akan dikumpulkan dalam

waktu bersamaan.

Cross sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan

mengambil waktu tertentu yang relatif pendek dan tempat tertentu,

dilakukan pada beberapa objek yang berbeda taraf (Sujarweni, 2017).

Penelitian ini dilakukan melalui tahap penyebaran kuesioner di wilayah

kerja Puskesmas Sungai Tutung.

44

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


45

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2022 di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil

menghitung ataupun pegukuran kuantitatif maupun kualitatif mengenai

karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan

jelas yang ingin dipelajri sifat-sifatnya (Roflin, 2021). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien gastritis yang berkunjung ke

puskesmas Sungai Tutung tahun 2022 terhitung dari bulan Januari sampai

bulan April 2022, yaitu sebanyak 36 kalien dengan gastritis.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian. apabila jumlah responden kurang

dari 100, sampel diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Sedangkan apabila jumlah responden lebih dari 100,

maka pengambilan sampel 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto,

2019).

Peneliti akan menggunakan teknik Total Sampling. Menurut Roflin

(2021) mengatakan bahwa Total Sampling adalah teknik penentuan

sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Total


46

Sampling disebut juga sensus, di mana semua anggota populasi dijadikan

sebagai sampel. Berdasarkan uraian diatas Maka jumlah sampel yang

peneliti gunakan adalah 36 orang responden atau seluruh dari jumlah

populasi yang ada. Adapun kriteria responden untuk jadi sampel adalah :

1. Kriteria Inklusi

a. Klien gastritis yang bersedia untuk menjadi responden

b. Dapat berkomunikasi dengan baik dan benar

c. Klien gastritis yang tidak mengalami nyeri berat

2. Kriteria Ekslusi

a. Klien gastritis yang tidak bisa baca tulis

b. Klien yang tidak bisa dikunjungi setelah dua kali kunjungan

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instumen pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data dengan cara melakukan pengukuran.

Cara ini dilakukan untuk memperoleh data yang obyektif yang diperlukan

untuk menghasilkan kesimpulan penelitian yang obyektif pula (Wagiran,

2019). Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan alat lembar

kuisioner/observasi, informad consent, dan alat tulis.


47

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diambil adalah hasil wawancara dengan kalien yang dicatat

dalam lembar observasi/kuisioner Sedangkan data lain klien yang

dikumpulkan meliputi nama dan umur klien.

1. Langkah-langkah pengumpulan data

a. Peneliti menemui Klien secara langsung baik di rumah maupun pada

saat kunjungan ke puskesmas Sungai tutung

b. Klien yang ditemui dikelola oleh peneliti dan di orientasikan

terhadap tujuan penelitian.

c. Klien yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dijadikan

sebagai responden setelah menyetujui lembar persetujuan (informed

concent) yang telah diajukan peneliti.

d. Peneliti melakukan wawancara kepada responden

e. Peneliti menjelaskan dan membimbing responden dalam pengisian

kuisioner

2. Pengolahan Data

Menurut (Victor T.H & T Rohana S, 2019), pengolahan data

merupakan langkah-langkah yang digunakan untuk menganalisis data

yang sudah diperoleh setelah melakukan penelitian. langkah-langkah

pengolahan data penelitian sebagai berikut:

1) Pemeriksaan Data (Editing)

Proses editing merupakan proses dengan melakukan pemeriksaan


48

data yang telah diperoleh dari lapangan setelah melakukan

penelitian. Pemeriksaan data berupa buku register, daftar pertanyaan

atau jawaban responden yang sudah dijawab selama penelitain

dilakukan.

2) Pemberian Kode (Coding)

Coding adalah pemberian kode pada data yang berskala nominal dan

ordinal. Kodenya berbentuk angka/numeric/nomor, bukan symbol

karena hanya angka yang dapat diolah secara stastik dengan bantuan

program computer. Kode termasuk indikasi posisi kolom (field) dan

data mencatatnya akan terisi. Data berskala intervensi dan ratio tidak

perlu dikoding karena sudah dalam bentuk angka.

3) Pemasukan Data (Entry)

Setelah semua lembar observasi terisi serta telah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar

data yang sudah di-entry dapat dianalisa. Processing dapat dilakukan

dengancara meng-entry data hasil observasi ke paket program

komputer.

4) Pembersihan Data (Cleaning Data)

Data cleaning adalah proses pembersihan data sebelum diolah secara

statistic, mencakup pemeriksaan konsistensi dan perawatan respon

yang hilang serta consistency checks yaitu mengidentifikasi data

yang keluar dari range, tidak konsisten secara logis, atau punya nilai

extreme. Data tersebut lebih baik tidak digunakan dalam analisis


49

data karena akan merusak data yang ada. Cara melakukan

pembersihan data adalah data diperiksa di monitor (apabila sampel

kecil) atau cetak dikertas (untuk sampel benar).

5) Penyusunan Data (Tabulating Data)

Proses penyusunan data merupakan proses penyusunan data

sedemikian rupa agar mudah dijumlahkan disusun untuk disajikan

dan dianalisis. Penyusunan data dapat dilakukan dengan menyusun

data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabel silang dan

sebagainya.

F. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan analisis yang bertujuan utuk mengetahui

distribusi frekuensi pada setiap varaibel penelitian. Analisa univariat hanya

mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian. (Victor T.H & T

Rohana S, 2019). Pada penelitian ini karakteristik pola makan dan tingkat

stress dengan kejadian gastritis disajikan dalam bentuk distribusi dan

persentase.

2. Analisa Bivariat

Analisis ini digunakan untuk menguji hubungan antara dua varabel,

yaitu hubungan antara masing-masing variabel independen dengan

variabel dependen. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk

mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis.


50

Pengetahuan analisa data bivariat ini dengan menggunakan bantuan

komputerisasi SPSS. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square

(Victor T.H & T Rohana S, 2019).

Uji chi square digunakan untuk mengetahui hubungan variabel yang

mempunyai data kategorik. Data atau variabel kategorik pada umumnya

berisi variabel yang berskala interval dan ordinal. Semua hipotesis untuk

kategorik yang berskala nominal dan ordinal tidak berpasangan

menggunakan analisa data uji chi square, apabila memenuhi syarat uji chi

square. Untuk mengetahui hubungan antar variabel, taraf signifikan yaitu

α (0,05) : apabila p ≤0,05 = H0 ditolak, Ha diterima berarti ada hubungan

pola makan dengan kejadian gastritis dan apabila p > 0,05 = H0 diterima,

Ha ditolak berarti tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian

gastritis. Syarat yang berlaku uji chi square (Victor T.H & T Rohana S,

2019) yaitu :

a. Tidak ada sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, maksimal

20% dari jumlah sel.

b. Jika syarat uji chi square tidak terpenuhi, maka dipakai uji

alternatifnya:

1) Bila tabel 2 x 2 da nada nilai E < 5 namun tidak lebih dari 20%

jumlah sel, maka uji yang dipakai adalah “fisher’s exact test”.

2) Bila tabelnya lebih dari 2 x 2, maka mengunakan uji “pearson chi

square” atau menggunakan sel yang baru.


51

G. Etika Pelaksanaan Penelitian

Menurut Janner Simarnata, dkk (2021) menyebutkan bahwa prinsip

dasar dalam etika penelitian yaitu :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Penulis menunjung tinggi harkat dan martabat. Manusia pasien

memiliki hak asasi dan kebebesan untuk menentukan pilihan ikut atau

menolak penelitian (autonomi). Peneliti tidak melakukan paksaan,

partispan juga berhak mendapatkan informasi yang terbuka dan

lengkap tentang pelaksanaan penelitian, keuntungan yang

memungkinkan di dapatkan dan kerahasiaan informasi. Setelah

mendapatkan penyelesaian yang lengkap dan mempertimbangkan

dengan baik, sampel kemudian menentukan apakah akan ikut atau

menolak seabagi sampel. Prinsip itu tertuang dalam pelaksanaan

informend consent.

2. Menghormati privacy dan kerahasiaan objek (respect for privacy dan

confidentially).

Penulis merahasiakan berbagai informasi yang menyangkut privasi

partisipasi yang tidak ingin indentitas dan segala informasi tentang

diri pasien di ketahui oleh orang lain. Dengan demikian segala

informasi yang menyangkut identitas partisipan tentang respon

dirahasiakan secara langsung.

3. Menghormati keadilan dan inklusifikasi (respect for justice

inclisiveness)
52

Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa

studi kasus di lakukan secara jujur, tepat, cermat, hati–hati dan

dilakukan secara profesional. Sedangkan prinsip keadilan

mengandung makna bahwa studi kasus memberi keuntungan dan

beban secara merata sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan subjek.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harm and benerfits).

Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus

mempertimbangkan manfaat sebesar–besarnya bagi subjek penelitian

akan di terapkan (beneficience). Kemudian meminimilisirkan

resiko/dampak yang merugikan bagi pertisipan (nonmalficience).


BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan

pola makan dan tingkat stress terhadap kejadian gastritis di Wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022, didapatkan hasil penelitian

sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

dari variabel dependen dan variabel independen.

a. Kejadian Gastritis

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kejadian Gastritis Pada Masyarakat Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022

Valid Cumulative
Kejadian Gastritis Frequency Percent
Percent Percent
Gastritis 28 75,7 75,7 75,7
Tidak gastritis 9 24,3 24,3 100,0
Total 37 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari

separuh (75,7%) responden dengan kejadian gastritis pada

masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun

2022.

53

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


54

b. Pola Makan

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung
Tahun 2022.

Valid Cumulative
Pola Makan Frequency Percent
Percent Percent
Baik 5 13,5 13,5 13,5
Buruk 32 86,5 86,5 100,0
Total 37 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa lebih dari

separuh (81,5%) responden dengan pola makan buruk pada

pasien gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung

Tahun 2022.

c. Tingkat Stress

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Pada Pasien Gastritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Valid Cumulative
Pola Makan Frequency Percent
Percent Percent
Normal 3 8,1 8,1 8,1
Ringan 6 16,2 16,2 24,3
Sedang 15 40,5 40,5 64,9
Normal 13 35,1 35,1 100,0
Total 37 100,0 100,0
55

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian

besar (40,5%) responden dengan tingkat stress sedang pada

pasien gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung

Tahun 2022.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

a. Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Terhadap

Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Tutung Tahun 2022.

Tabel 5.4
Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Terhadap Kejadian
Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung

PolaMakan
Baik Buruk Total P value
Kejadian Gastritis Count 0 28 28
Gastritis % of Total ,0% 75,7% 75,7%
Tidak Gastritis Count 5 4 9 0,001
% of Total 13,5% 10,8% 24,3%
Total Count 5 32 37
% of Total 13,5% 86,5% 100,0%
Tahun 2022
56

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa proporsi pola

makan buruk banyak ditemukan pada responden dengan

kejadian gastritis yaitu (75,7%), dibandingkan dengan

responden yang pola makan baik dengan tidak gastritis yaitu

(13,5%). Hasil uji statistic (Chi Square) diperoleh nilai

p=0.001 (p<0.05), berarti terdapat hubungan pola makan

terhadap kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Tutung Tahun 2022.

b. Hubungan Tingkat Stress Terhadap Kejadian Gastritis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022

Tabel 5.5
Hubungan Tingkat Stress Terhadap Kejadian Gastritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung

Ting
katStress P
Normal Ringan Sedang Berat Totalvalue
Gastritis Gastritis Count 0 0 15 13 28
% of Total ,0% ,0% 40,5% 35,1% 75,7%
Tidak Count 3 6 0 0 9
Gastritis % of Total 8,1% 16,2% ,0% ,0% 24,3% 0,003
Total Count 3 6 15 13 37
% of Total 8,1% 16,2% 40,5% 35,1% 100,0
%

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi

tingkat stress sedang banyak ditemukan pada responden

dengan kejadian gastritis yaitu (40,5%), dibandingkan dengan

responden yang tingkat stress normal dengan tidak gastritis


57

yaitu (8,1%), tingkat stress ringan dengan tidak gastritis yaitu

(16,2%). Hasil uji statistic (Chi Square) diperoleh nilai

p=0.003 (p<0.05), berarti terdapat hubungan tingkat stress

terhadap kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Tutung Tahun 2022.


BAB VI

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Kejadian Gastritis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung dengan kejadian gastritis. Diperoleh hasil

lebih dari separuh (75,7%) responden dengan gastritis. Dan hasil

(24,3%) responden dengan kejadian gastritis pada masyarakat di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Penelitian ini sejalan denga penelitian yang dilakukan oleh

Saputra dkk (2011) dengan judul penelitian “Hubungan Pola Makan

dengan Kejadian Gastritis pada Pasien di Puskesmas Pembina

Palembang”. Didapatkan hasil bahwa, dari 52 orang responden

terdapat 22 orang responden (42,3%) mengalami kejadian gastritis

lebih sedikit bila dibandingkan dengan responden yang tidak terkena

gastritis yaitu sebanyak 30 orang responden (57.7%.

Menurut Syafi’i dan Andriani (2019) Gastritis merupakan

suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang

disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan pola makan. Penyakit

gastritis atau sering dikenal sebagai penyakit maag merupakan

penyakit yang sangat menggangu. Biasanya penyakit gastritis terjadi

pada orang- orang yang mempunyai pola makan yang tidak teratur

58

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


59

dan memakan makanan yang merangsang produksi asam lambung.

Beberapa infeksi mikroorganisme juga dapat menyebabkan

terjadinnya gastritis. Gejala-gejala sakit gastritis selain nyeri ulu hati

juga menimbulkan gejala seperti mual, muntah, lemas, kembung,

terasa sesak, nafsu makan menurun, wajah pucat, suhu badan naik,

keluar keringat dingin, pusing, selalu bersendawa dan pada kondisi

yang lebih parah, bisa muntah darah (Wijayanto dalam Syamsu,

2017.

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien gastritis dinilai

bervariasi mulai dari keluhan jaringan hingga muncul perdarahan

saluran cerna bagian atas. Bahkan pada beberapa kondisi seringkali

gastritis tidak menimbulkan gejala yang khas. Adapun gejala yang

lazim muncul pada pasien diantaranya anoreksia, rasa penuh, nyeri

pada epigastrium mual dan muntah sendawa, dan dan hematemesis.

Nyeri pada daerah epigastrium atau organ lambung dinilai sebagai

gejala klinis yang paling umum ditemukan pada gastritis akut. Gejala

lain yang mungkin muncul pada pasien ini meliputi pusing, malaise

dan hiccup. Sedangkan pada gastritis kronis biasanya ditandai

dengan penurunan berat badan perdarahan anemia pernisiosa sebagai

akibat penurunan absorpsi vitamin B yang menyebabkan terjadinya

hipoklorydia dan anchorhydia.

Beberapa pasien tidak menunjukkan gejala atau asimtomatik

namun pada beberapa penderita ditemukan adanya ulserasi


60

superfisial yang menimbulkan perdarahan. Rasa tidak nyaman pada

abdomen, sakit kepala, kelesuan, Kholik, diare dan penurunan nafsu

makan selama 2 sampai 3 hari juga dapat dirasakan oleh penderita

pada kondisi gastritis akut, sedangkan pada gastritis kronis biasanya

penderita mengeluh nyeri ulu hati, gembung dan rasa asam di mulut

(Diyono dan Mulyati, 2018).

Menurut asumsi penelitian bahwa beberapa penderita

ditemukan adanya ulserasi superfisial yang menimbulkan

perdarahan. Rasa tidak nyaman pada abdomen, sakit kepala,

kelesuan, Kholik, diare dan penurunan nafsu makan selama 2 sampai

3 hari juga dapat dirasakan oleh penderita pada kondisi gastritis akut,

sedangkan pada gastritis kronis biasanya penderita mengeluh nyeri

ulu hati, gembung dan rasa asam di mulut

2. Pola Makan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung dengan pola makan. Diperoleh hasil lebih

dari separuh (86,5%) responden dengan pola makan buruk. Dan hasil

(13,5%) responden dengan pola makan buruk di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olh

Apriyani dkk (2021) dengan judul penelitian yaitu “Hubungan Pola

Makan dengan Gastritis pada Remaja Masa New Normal di SMA

Negeri 1 Muaragembong”. Didapatkan hasil bahwa, lebih dari


61

separuh pola makan buruk pada responden sebanyak 91 responden

atau sebanyak 54,5%.

Pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh

seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan

bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi

frekuensi makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan

faktor-faktor sosial, budaya dimana mereka hidup (Hudha dalam

Bagas, 2016).

Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi,

sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur, karena semua zat

gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh serta

perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam

jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari

hari yang seimbang dan aman, berguna untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal terutama

dalam menghindar kejadian gastritis (Hirlan, 2013).

Tujuan makan adalah memperoleh energi yang berguna untuk

pertumbuhan mengganti sel tubuh yang rusak, mengatur

metabolisme tubuh serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap

serangan penyakit. Tujuan utama dari makanan yang dimakan adalah

untuk menyediakan berbagai nutrisi bagi tubuh. Ada enam kelas

utama nutrisi penting yang ditemukan dalam makanan yaitu :

karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air.


62

Fungsi makanan bagi tubuh yaitu sebagai sumber energi

(tenaga), sumber bahan pembangun sel dan jaringan tubuh serta

menggantikan sel- sel tubuh yang rusak atau tua, dan pengatur proses

yang terjadi di dalam tubuh serta sebagai pelindung tubuh terhadap

berbagai penyakit. Energi yang diperlukan aktivitas tubuh berasal

dari makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Zat yang

berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh adalah protein

(Achmad,2015).

Menurut asumsi peneliti bahwa salah satu penyebab utama

terjadinya gastritis adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan

atau minuman yang dikonsumsi dan masuk kedalam lambung

berfungsi mengurangi kepekatan asam lambung sehingga tidak dapat

mnggerogotin lambung. Adapun perubahan pola makan meliputi,

tidak teraturnya waktu makan, jenis makanan dan porsi makanan

yang dikonsumsi dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis.

Berdasarkan analisa kuesioner pola makan, yang paling banyak

responden menjawab pertanyaan no 8 yaitu apakah anda mempunyai

riwayat sakit maag, responden kebanyakan menjawab iya.

3. Tingkat Stress

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung dengan tingkat stress. Diperoleh hasil

lebih dari separuh (40,5%) responden dengan tingkat stress sedang.

Dan hasil (16,2%) responden dengan tingkat stress ringan, dan hasil
63

(35,2%) responden dengan tingkat stress berat di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tussakinah, dkk (2017) dengan judul penelitian yaitu “Hubungan

Pola Makan dengan Tingkat Stress terhadap Kekambuhan Gastritis

di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017.

didapatkan hasil bahwa, mayoritas responden memiliki tingkat stress

berat sebanyak 26,7%, tingkat stress ringan sebanyak 25,6%, tingkat

stress sedang sebanyak 25,6% dan cukup berat sebanyak 13,3%.

Stres adalah suatu kondisi pada individu yang tidak

menyenangkan dimana dari hal tersebut dapat menyebabkan

terjadinya tekanan fisik maupun psikologis pada individu

(Manurung, 2016).

Stress merupakan ketegangan, setiap ketegangan yang

dirasakan oleh seseorang dapat mengganggu dan menimbulkan

reaksi fisiologis, emosi, kognitif maupun prilaku. Stress tidak bisa

sepenuhnya dihindari tetapi dapat dikurangi dengan mengabaikan

hal-hal yang tidak begitu penting (Candra et al., 2017).

Stress adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang

disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Doli Tine

Donsu, 2017). Orang yang mengalami stress seringkali mengalami

gangguan pada system pencernaannya, misalnya lambung terasa


64

kembung, mual, muntah, dan pedih hal ini disebabkan oleh asam

lambung yang berlebihan.

Menurut asumsi penelitian bahwa, bila tubuh mengalami

stress, maka akan terjadi perubahan psikologik didalam tubuh

sebagai suatu jawaban atas stress, dari hasil penelitian diperoleh

mayoritas responden yang terdiagnosis gastritis sebelumnya

mengalami stress. Stress lebih banyak diakibatkan oleh ketidak

mampuan responden menghadapi beban pekerjaan yang berat dan

besarnya tekanan hidup yang dialami, sehingga system didalam

tubuh mengadakan respon melalui sistem syaraf otonomyang

selanjutnya akan mempengaruhi fungsi organ-organ tubuh, salah

satunya adalah organ pencernaan. Berdasarkan analisa kuesioner

tingkat stress didapatkan bahwa, responden yang paling banyak

menjawab no 4 dengan pertanyaan yaitu apakah Anda merasakan

khawatir yang berlebihan tentang masa depan?, rata-rata jawaban

responden yaitu hampir setiap saat.

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Pola Makan Terhadap Kejadian Gastritis Di Wilayah

Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil proporsi pola makan

beresiko banyak ditemukan pada responden dengan karies gigi rendah

yaitu (70,4%) dibandingkan dengan responden yang pola makan tidak

beresiko dengan karies gigi sedang yaitu (14,8%). Hasil uji statistic
65

(Chi Square) diperoleh nilai p=0.013 (p<0.05), berarti terdapat

hubungan pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1-3

SD Negeri 81/III Sungai Tutung Kecamatan Air Hangat Timur Tahun

2022.

Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rizka Ausrianti

Dan Nurleni (2018) Tentang “Hubungan Pola Makan Dan Faktor Stress

Dengan Kejadian Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsup Dr. M

Jamil Padang Tahun 2018”. Dari hasil analisis di peroleh nilai

OR=5,200 dengan p=0,020 (p>0,05), ada hubungan bermakna antara

pola makan dengan kejadian gastritis.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Widiya Tussakinah, dkk (2017), tentang Hubungan Pola Makan dan

Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja

Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. Dengan hasil

univariat didapatkan prevalensi kambuh (55,6%), sampel dengan pola

makan kurang baik (20%). Hasil analisis bivariat menunjukkan ada

hubungan antara pola makan dengan kekambuhan gastritis (p=0,000).

Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna tingkat

stres dengan kekambuhan gastritis pada masyarakat wilayah kerja

Puskesmas Tarok kota Payakumbuh tahun 2017.

Dampak dari penyakit gastritis dapat menganggu aktivitas

pasien sehari-hari karena munculnya berbagai keluhan seperti rasa nyeri

pada ulu hati, rasa terbakar, mual, muntah, lemas, tidak nafsu makan
66

dan keluhan-keluhan lainnya. Jika tidak segera ditangani dapat

menimbulkan komplikasi seperti gangguan penyerapan vitamin B12,

anemia pernesiosa, gangguan penyerapan zat besi dan penyempitan

pada daerah antrum pylorus. Dampak jangka panjang dari penyakit

gastritis yaitu dapat menyebabkan tukak lambung, perdarahan hebat,

dan kanker. Risiko terkena kanker lambung dapat menyebabkan

kematian (Anggraeni, 2019).

Pada zaman yang modern ini, tidak bisa dipungkiri bahwa pola

hidup manusia jauh dari kata sehat karena kebiasaan-kebiasaan yang

buruk seperti sering mengkonsumsi junk food, makan tidak tepat pada

waktunya, makan tanpa memperhatikan kebersihan lingkungan

sekitarnya dan makan tidak dengan memperhatikan nilai gizi dari

makanan yang dikonsumsi. Kebiasaan-kebiasaan tersebut menjadi

risiko yang besar untuk terkena penyakit Gastritis. Penyakit Gastritis ini

bila tidak diatasi dengan cepat maka dapat menimbulkan pendarahan

sehingga banyak darah yang keluar dan berkumpul di lambung, selain

itu juga dapat menimbulkan tukak lambung ataupun kanker lambung

sehingga dapat menyebabkan kematian (Amanda et al., 2021).

Berdasarkan uraian diatas penelit berasumsi bahwa terdapat

hubungan antar pola makan dan kejadian gastritis. Dimana, pola makan

sangat berpengaruh terhadap kesehatan alat pencernaan kita. Makanan

seringkali menimbulkan masalah bagi kesehatan, terutama kesehatan

pencernaan misalnya, waktu makan yang tidak teratur bisa


67

menyebabkan gangguan pada lambung, menumakan yang tidak

seimban.

2. Hubungan Tingkat Stress Terhadap Kejadian Gastritis Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil proporsi pola makan

beresiko banyak ditemukan pada responden dengan karies gigi rendah

yaitu (70,4%) dibandingkan dengan responden yang pola makan tidak

beresiko dengan karies gigi sedang yaitu (14,8%). Hasil uji statistic

(Chi Square) diperoleh nilai p=0.013 (p<0.05), berarti terdapat

hubungan pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak kelas 1-3

SD Negeri 81/III Sungai Tutung Kecamatan Air Hangat Timur Tahun

2022.

Dikuatkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Aritonang,

Murni (2020) tentang Pengaruh Stress Dan Pola Makan Dengan

Frekuensi Kekambuhan Penyakit Pada Penderita Gastritis Di RSUD Dr.

Pirngadi Medan Tahun 2020. Hasil penelitian diperoleh bahwa ada

hubungan stress dengan frekuensi kekambuhan gastritis dengan nilai

p=0,002 dan r= 0,732 berarti ada hubungan kuat. Kesimpulan bahwa

stress berhubungan dengan frekuensi kekambuhan penyakit gastritis.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Amanda dkk (2021) dengan judul penelitian yaitu “Hubungan Pola

Makan dan Stress dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun”. Didapatkan hasil bahwa,


68

terdapat hubungan yang signifikan anatara tingkat stress dengan

kejadian gastritis p value 0,003 (p<0,05).

Pada dasarnya penyebab gastritis dibedakan menjadi dua bagian

besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal

merupakan adanya keadaan memicu terjadinya pengeluaran asam

lambung yang berlebihan, dan beberapa zat eksternal yang

menyebabkan lambung menjadi infeksi dan iritasi (Handayani, 2018).

Faktor risiko gastritis beberapa diantaranya seperti memakai obat

aspirin atau antiradang non steroid, memiliki kebiasaan meminum

minuman beralkohol/bersoda, memiliki kebiasaan merokok, memiliki

kebiasaan makan yang buruk seperti waktu makan yang tidak teratur

dan terlalu sering mengkonsumsi makanan yang pedas dan asam,

infeksi kuman Helicobacter pylori (Ausrianti, 2019).

Selain itu faktor stress juga merupakan hal yang banyak

dikeluhakan saat masyarakat berobat di Puskesmas. Stress merupakan

kelelahan badan yang diakibatkan oleh kecemasan dan tekanan-tekanan

yang dialamai dalam menjalani kehidupan. Mulai dari masalah keluarga

hingga masalah ekonomi menjadi penyebabnya masyarakat menjadi

stress. Kondisi seseorang yang mengalami stress sangat berpengaruh

terhadap terjadinnya kekambuhan gastritis karena stress dapat

merangsang produksi asam lambung sehingga menyebabkan

peradangan. Banyaknya kasus gastritis ini perlu mendapat perhatian,

mengingat bahwa penyakit gastritis ini bisa menimbulkan kekambuhan


69

yang bisa menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga dapat

menimbulkan penyakit baru (Ausrianti, 2019).

Menurut asumsi penelitian bahwa terhadap hubungan antara

tingkat stress dengan kejadian gastritis, dimana penyebab maag adalah

stress. Dimana system persyarafan dari otak itu berhubungan ke

lambung. Jadi, jika stress tanpa disadari juga memicu terproduksi asam

lambung secara berlebihan. Maka responden harus bisa mengendalikan

stress sehingga mampu juga mengendalikan gastritis yang dialami.

Untuk mengendalikan stress cara cara yang bisa dilakukan antaranya

dengan melakukan istirahat yang cukup, bersikap positif dan optimis.

Serta melakukan liburan atau bersantai bersama teman atau keluarga.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Lebih dari separuh (75,7%) responden dengan kejadian gastritis pada

masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

2. Lebih dari separuh (81,5%) responden dengan pola makan buruk pada

pasien gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

3. Sebagian besar (40,5%) responden dengan tingkat stress sedang pada pasien

gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022.

4. Diperoleh nilai p=0.001 (p<0.05), berarti terdapat hubungan pola

makan terhadap kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Tutung Tahun 2022

5. Diperoleh nilai p=0.003 (p<0.05), berarti terdapat hubungan tingkat

stress terhadap kejadian gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai

Tutung Tahun 2022.

70

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi


71

B. Saran

1. Bagi Puskesmas Sungai Tutung

Bagi petugas kesehatan Puskesmas Sungai Tutung diharapkan

bagi petugas kesehatan dapat meningkatkan program penyuluhan

tentang Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian karies gigi

pada anak, yang dapat meningkatkan kemandirian terhadap anak

dalam melakukan kegiatan menghindari makan-makanan yang

bahaya seperti yang banyak mengandung gula maupun micin dan

dapat menggosok gigi dengan baik.

2. Bagi IKes Prima Nusantara Bukittinggi

Bagi IKes Prima Nusantara Bukittinggi khususnya bidang

keperawatan, agar dapat menjadikan hasil ini sebagai salah satu

bahan dalam pembahasan mata kuliah tentang Terdapat hubungan

pola makan dengan kejadian karies gigi pada anak.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar bisa melanjutkan penelitian

tentang Terdapat hubungan pola makan dengan kejadian karies gigi

pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, K.A., et.al. (2021). Hubungan Pola Makan dan Stres dengan Kejadian
Gastritis pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ibn Khaldun.
Scientific Periodical of Public Health and Coastal Health, 3(2), 75-86.
Amanda, Firdausy, Alfaeni, Amalia, Rahmani & Nasution. 2021. Hubungan Pola
Makan dan Stress dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Ibn Khaldun. Jurnal Keperawtan. Vol 4. No 3.
Anggraeni, A. C. (2019). Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Apriyani, Woro & Puspitasari. 2021. Hubungan Pola Makan dengan Gastritis
pada Remaja Masa New Normal di SMA Negeri 1 Muaragembong. Jurnal
Keperawatan Merdeka. Vol 1 No 1.
Arikunto, S. (2019). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta.
Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskuler Aplikasi NIC & NOC. Jakarta: EGC.
Alianto, R., (2015). Diagnosis Histopatologik Gastritis. Cermin Dunia
Kedokteran.http://www.kalbemed.com/Portals/6/10_231Diagnosis
%20Histopatologik%20 Gastritis.pdf [Accessed 28 April 2022].
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jambi. Jambi.

Diasta, Bagas. (2016). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada
v

Remaja Di Pondok Al-Hikmah, Trayon, Karanggede, Boyolali. Surakarta:


Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hartono, Dudi. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan: Psikologi.
Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta:
Kemenkes RI. Diakses pada tanggal 28 April 2022 dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil Kesehatan-Indonesia-tahun-2018.pdf
Khotimah Fita Kusnul, dkk. (2019). Efektivitas Jus Pepaya Dan Ekstrak Aloe
Vera Terhadap Penurunan Dispepsia Pada Pasien Gastritis Di Puskesmas
Purwodadi 1 Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan. Vol.2 No. 2. Halaman
13-14.
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Manurung. (2016). Terapi Reminiscence Solusi Pendekatan Sebagai Upaya
Tindakan Keperawatan dalam Menurunkan Kecemasan, Stress, dan
Depresi. Jakarta: Trans Info Media.
Megawati, A, & Nosi, H. H (2016). Beberapa faktor yang berhubungan dengan
kejadian gastritis pada pasien yang di rawat di RSUD Labuang Baji
Makassar, 4, 709-715.
Mardalena, Ida. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi Dalam Keperawatan Konsep dan
Penerapan Pada Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Murni, Aritonang. (2020). Pengaruh Stress Dan Pola Makan Dengan Frekuensi
Kekambuhan Penyakit Pada Penderita Gastritis Di RSUD Dr. Pirngadi
Medan Tahun 2020. Artikel penelitian. Vol.2 No. 2 Bulan April Tahun 2021.
Merita, M., Sapitri, W. I., & Sukandar, I. (2016). Hubungan Tingkat Stress Dan
Pola Konsumsi Dengan Kejadian Gastritis Di Puskesmas Pakuan Baru
Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim, 5(1), 51–58.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
(P. P. Lestari, Ed.) (4th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Prakarsa, Muhammad D. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Gastritis Pada Pasien Di Irna Penyakit Dalam Rsu Mayjen H.A.
Thalib Kerinci Tahun 2015. Jurnal keperawatan. Vol (1). No (1). Halaman 3-
5.
Rizka Ausrianti, Nurleni. (2018). Hubungan Pola Makan Dan Faktor Stress
Dengan Kejadian Gastritis Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsup Dr. M Jamil
Padang Tahun 2018. Jurnal keperawatan. Vol. XIII No.4 April 2019.
Rista, Rumpiati, Syamsu. (2017). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Gastritis pada Remaja (online).
http://jurnal.csdforum.com/index.php/GHS/article/ view/100 (diakes pada
tanggal 28 April 2022).
Roflin, Eddy (2021). Populasi, Sampel, Variabel dalam Penelitian Kedokteran.
Pekalongan : Nasya Expanding Management.
Saputra, Tamzil & Murbiah. 2011. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian
Gastritis pada Pasien di Puskesmas Pembina Palembang. Jurnal
Keperawatan. Vol. 1. No 1.
Simarmata, Janner. (2021). Metodologi Riset Bidang Sistem Informasi dan
Komputer. Jakarta : Yayasan Kita Menulis.
Sulistyoningsih, Hariyani., (2015). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sumantri, Arif. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. (Edisi Pertama).
Indonesia : Predana Media Group.
Syafi’i, M., & Andriani, D. (2019). Faktor – faktor yang berhubungan dengan
kejadian gastritis pada pasien yang berobat di puskesmas. Jurnal
Keperawatan Dan Fisioterapi, 2(1), 52–60.
Susilowati & Hariri. (2019). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis
Pada Pelajar Kelas X. Jurnal Antara Keperawatan. Vol (2). No (2). Halaman
58-65.
Tussakinah, Masrul & Burhan. 2017. Hubungan Pola Makan dengan Tingkat
Stress terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok
Kota Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 7. No 2.

Victor Trismanjaya Hulu, T. Rohana Sinaga. (2019). Analisa Data Statistik


Parametrik Aplikasi Spss Dan Statcal (Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan)
(1st ed.). Jakarta: Yayasan Kita Menulis.

Wagiran. (2019). Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori Dan Implementasi)


(1st ed.; I. fatria Irayanti, Ed.). Yogyakarta: CV Budi Utama.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2,
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Widiya Tussakinah, dkk. (2017). Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres
terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota
Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Keperawatan Andalas Vol (2). No (2).
Halaman 217.

Lampiran 1

FORMAT BIMBINGAN PROPOSAL SKRIPSI


STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI

Nama : Elfira Defianti


NIM : 201000414201091
Judul Proposal : Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Terhadap
Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Tutung Tahun 2022
Nama Pembimbing : Ns. Vera Kurnia, M.Kep

Tanggal Bimbingan Materi Bimbingan Ttd Pembimbing


Lampiran 2

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama Inisial :

Jenis kelamin :

Umur :

Alamat :

Saya menyatakan bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden


dalam penelitian yang akan dilakukan oleh saudari Elfira Defianti,
mahasiswi Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi dengan judul
“Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Terhadap Kejadian Gastritis
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tutung Tahun 2022”.
Saya menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berakibat negatif

terhadap saya, sehingga segala informasi yang saya berikan adalah yang

sebenarnya dan kerahasiaannya akan dijaga. Demikian persetujuan ini saya

tanda tangani dengan suka rela tanpa ada paksaan pihak manapun.
Kerinci, 2022
Responden

(……………………)

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER POLA MAKAN

Nama : Elfira Defianti


Judul Proposal : Hubungan Pola Makan Dan Tingkat Stress Terhadap
Kejadian Gastritis Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sungai Tutung Tahun 2022

Petunjuk Penelitian :
1. Bacalah pertanyaan dengan hati-hati sehingga anda dapat mengerti
2. Pilihlah salahsatu jawaban anda dengan cara memberi tanda checklist (√)
pada tempat ([ ]) yang tersedia sesuai dengan satu jawaban yang saudara
pilih.
3. Setiap nomer hanya boleh diisi dengan satu jawaban. Iya (1), tidak (2)
4. Setiap jawaban dimohon untuk memberikan jawaban yang jujur.
5. Harap mengisi seluruh jawaban yang ada dalam kuesioner ini (dan
pastikan tidak ada yang terlewati).

A. Data Demografi
Tanggal Pengisian :
Nama (inisial) :
Usia :
Jenis kelamin : [ ] Laki-laki [ ] Perempuan
Pendidikan :
No Pertanyaan Iya Tidak
1. Apakah Anda sehari makan sebanyak 3x?
2. Apakah Anda makan dalam waktu yang sama pada
setiap harinya?
3. Apakah Anda makan ketika merasa lapar?
4. Apakah Anda makan dalam sehari sebanyak 3 piring
nasi?
5. Apakah nasi merupakan menu sarapan Anda?
6. Apakah Anda sering makan makanan pedas?
7. Apakah Anda sering menyukai makanan asam?
8. Apakah anda mempunyai riwayat sakit maag?
Lampiran
(Desty 4
Eka Restiana,2019)

LEMBAR KUISIONER DASS (Depression Anxiety Stres Scale)

Menurut Lestari (2015) Penilaian dapat diberikan dengan menggunakan :


0 : Tidak pernaha
1 : Kadang-kadang
2 : Sering
3 : Hampir setiap saat

No Pertanyaan 0 1 2 3
1. Apakah Anda merasa tegang atau cemas
tanpa alasan yang tepat ?
2. Apakah Anda merasa kaget /
cemas ketika kejadian /
peristiwa yang tidak terduga di
alami dalam kehidupan sehari-
hari ?
3. Apakah Anda mempunyai banyak
masalah ?
4. Apakah Anda merasa hubungan baik
dengan orang lain terganggu ?
5. Apakah Anda merasa tidak ada kasih
sayang yang besar di sekitar lingkungan
Anda ?
6. Apakah anda merasa tidak ada yang
menghormati Anda ?
7. Apakah Anda tidak bisa mengendalikan
atau menahan emosi ?
8. Apakah Anda merasa gugup ?
9. Apakah Anda merasakan khawatir yang
berlebihan tentang masa depan ?
10. Apakah Anda merasa jengkel dan
marah ?
11. Apakah Anda merasa sukar tidur pada
malam hari ?
12. Apakah Anda sering merasakan
jantung berdebar-debar karena
keadaan takut atau cemas ?
13. Apakah Anda sering merasa bingung ?
14. Apakah Anda sering tidak berminat
makan ?

Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7

MASTER TABEL
HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUNGAI TUTUNG
TAHUN 2022
Ins. Umu Pola Makan Tingkat Stress
Kode Pendidikan Skor KTG Skor KTG KTG
Nama r 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Ny.M 34 SMA 1 2 1 2 2 1 2 2 13 Buruk 1 2 1 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 20 Sedang Gastritis
2 Tn. K 29 SMP 1 1 2 2 1 2 2 2 13 Buruk 1 2 3 3 1 3 3 2 1 1 1 1 1 1 24 Sedang Gastritis
3 Ny. A 34 SMA 2 2 1 2 1 1 1 1 11 Buruk 2 3 3 3 3 1 3 1 1 3 1 1 2 2 29 berat Gastritis
4 Ny. Y 44 SMA 2 1 2 2 2 1 1 1 12 Buruk 1 1 3 2 0 1 1 1 1 2 3 3 2 1 22 Sedang Gastritis
5 Tn. A 35 SMP 1 2 1 2 1 2 1 1 11 Buruk 1 3 1 2 3 3 1 2 3 3 3 1 0 1 27 berat Gastritis
6 Tn. N 32 Perguruan Tinggi 2 1 1 2 1 2 2 2 13 Buruk 2 1 1 2 3 3 3 1 1 2 3 3 2 1 28 berat Gastritis
7 Ny. L 28 Perguruan Tinggi 1 2 1 1 2 2 1 2 12 Buruk 1 1 3 1 3 3 1 1 0 1 1 3 3 1 23 Sedang Gastritis
8 Tn. A 33 SMA 2 1 2 2 1 2 1 2 13 Buruk 1 0 3 3 1 2 1 3 3 1 1 1 1 1 22 Sedang Gastritis
9 Ny. B 38 SMP 1 1 2 2 2 1 2 1 12 Buruk 1 1 3 3 2 1 1 1 1 3 3 3 1 1 25 Sedang Gastritis
Tidak
10 Ny. A 45 SMP Baik Ringan
1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 15 Gastritis
11 Ny. U 40 SMP 1 1 2 0 1 1 2 1 9 Buruk 3 1 3 2 1 1 1 1 2 3 3 3 2 1 27 berat Gastritis
12 Tn. D 34 SMA 2 1 1 1 1 1 1 2 10 Buruk 3 1 1 1 3 1 1 2 1 3 3 2 3 1 26 Berat Gastritis
13 Tn. V 31 Perguruan Tinggi 1 2 1 2 1 1 1 1 10 Buruk 1 3 1 3 1 1 3 1 2 3 3 1 2 3 28 Berat Gastritis
14 Ny. C 30 SMA 1 1 1 1 2 1 1 2 10 Buruk 1 3 1 2 3 1 3 2 3 1 1 1 1 3 26 Berat Gastritis
15 Ny. D 32 SMP 1 1 2 2 1 1 1 2 11 Buruk 3 0 1 2 3 3 1 1 1 2 3 3 2 3 28 Berat Gastritis
Tidak
16 Tn. K 42 SMP Buruk Ringan
1 1 1 1 2 1 1 1 9 1 1 3 1 0 2 2 1 1 1 1 3 1 1 19 Gastritis
Tidak
17 Ny. L 27 SMA Buruk Ringan
1 2 1 1 1 1 1 1 9 1 1 1 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 1 18 Gastritis
18 Tn. D 22 SMA 1 1 1 1 2 2 1 1 10 Buruk 1 1 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 19 Sedang Gastritis
Tidak
19 Ny. F 29 Perguruan Tinggi Baik Normal
1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Gastritis
20 Tn. I 40 SMP 1 1 1 1 1 1 1 2 9 Buruk 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 22 Sedang Gastritis
21 Tn. S 34 SMP 1 1 1 2 1 1 2 1 10 Buruk 1 2 1 2 3 1 2 1 1 2 1 1 2 1 21 Sedang Gastritis
22 Tn. A 33 SMA 1 1 1 1 1 1 1 2 9 Buruk 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 3 22 Sedang Gastritis
Tidak
23 Tn. J 29 SMA Baik Ringan
1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 16 Gastritis
24 Ny. V 25 SMP 1 1 1 2 1 1 1 2 10 Buruk 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 21 Sedang Gastritis
25 Tn. P 47 SMP 1 1 1 1 1 1 1 2 9 Buruk 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 17 Ringan Gastritis
26 Tn. Y 33 SMP 1 2 1 1 1 1 1 1 9 Buruk 1 2 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 20 Sedang Gastritis
27 Tn. M 32 Perguruan Tinggi 2 1 1 1 2 1 1 1 10 Buruk 1 2 1 3 1 3 1 2 3 2 1 2 3 2 27 Berat Gastritis
28 Tn. G 33 SMA 2 1 1 2 2 2 1 1 12 Buruk 1 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1 24 Sedang Gastritis
29 Tn. L 36 SMA 1 1 1 1 1 1 1 2 9 Buruk 1 1 1 1 1 2 3 3 1 2 3 1 2 1 23 Sedang Gastritis
Tidak
30 Ny. N 41 SMA Baik Normal
1 1 1 1 1 1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Gastritis
31 Ny. U 24 SMP 2 1 1 1 2 1 1 2 11 Buruk 1 1 2 2 1 3 3 3 3 2 1 1 1 1 25 Sedang Gastritis
32 Tn. A 28 SMP 1 1 1 1 2 1 1 1 9 Buruk 1 1 1 3 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 29 Berat Gastritis
33 Ny. Z 25 SMA 1 1 1 1 1 2 1 1 9 Buruk 2 3 3 3 3 2 1 0 3 2 3 3 3 2 33 Berat Gastritis
34 Tn. S 43 SMP 2 1 1 1 1 1 1 1 9 Buruk 3 3 1 3 1 1 1 1 3 3 3 2 1 2 28 Berat Gastritis
Tidak
35 Ny. A 27 SMA
1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Normal Gastritis
Tidak
26 Tn. D 40 SMA
1 1 2 2 2 1 1 2 12 Buruk 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 18 Ringan Gastritis
37 Ny. D 29 SMP 1 1 1 1 1 2 1 1 9 Buruk 3 2 2 3 2 2 3 0 1 1 1 2 3 3 28 Berat Gastritis
Lampiran 8

ANALISA DATA

A. Analisa Univariat

Statistics

PolaMakan TingkatStress Gastritis

N Valid 37 37 37

Missing 0 0 0

PolaMakan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 5 13,5 13,5 13,5

Buruk 32 86,5 86,5 100,0

Total 37 100,0 100,0

TingkatStress

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Normal 3 8,1 8,1 8,1

Ringan 6 16,2 16,2 24,3

Sedang 15 40,5 40,5 64,9

Berat 13 35,1 35,1 100,0

Total 37 100,0 100,0

Gastritis

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Gastritis 28 75,7 75,7 75,7

Tidak Gastritis 9 24,3 24,3 100,0

Total 37 100,0 100,0


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gastritis * PolaMakan 37 100,0% 0 ,0% 37 100,0%


Gastritis * TingkatStress 37 100,0% 0 ,0% 37 100,0%

B. Analisa Bivariat

Descriptives

Statistic Std. Error

Gastritis Mean 1,24 ,072

95% Confidence Interval for Lower Bound 1,10


Mean Upper Bound 1,39

5% Trimmed Mean 1,21

Median 1,00

Variance ,189

Std. Deviation ,435

Minimum 1

Maximum 2

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness 1,248 ,388

Kurtosis -,471 ,759


PolaMakan Mean 10,11 ,262
95% Confidence Interval for Lower Bound 9,58
Mean Upper Bound 10,64
5% Trimmed Mean 10,06
Median 10,00
Variance 2,544
Std. Deviation 1,595
Minimum 8
Maximum 13
Range 5
Interquartile Range 3
Skewness ,509 ,388
Kurtosis -,917 ,759
TingkatStress Mean 22,76 ,810

95% Confidence Interval for Lower Bound 21,11


Mean Upper Bound 24,40

5% Trimmed Mean 22,78

Median 23,00

Variance 24,300

Std. Deviation 4,930

Minimum 14

Maximum 33

Range 19

Interquartile Range 8

Skewness -,184 ,388

Kurtosis -,762 ,759

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Gastritis ,469 37 ,000 ,534 37 ,000


PolaMakan ,216 37 ,000 ,892 37 ,002
TingkatStress ,103 37 ,200 *
,962 37 ,228

a. Lilliefors Significance Correction


*. This is a lower bound of the true significance.

1. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gastritis * PolaMakan 37 100,0% 0 ,0% 37 100,0%


Gastritis * PolaMakan Crosstabulation

PolaMakan

Baik Buruk Total

Gastritis Gastritis Count 0 28 28

% of Total ,0% 75,7% 75,7%

Tidak Gastritis Count 5 4 9

% of Total 13,5% 10,8% 24,3%


Total Count 5 32 37

% of Total 13,5% 86,5% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 17,986 a


1 ,001
Continuity Correction b
13,547 1 ,001
Likelihood Ratio 16,941 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear Association 17,500 1 ,000
N of Valid Cases 37

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,22.
b. Computed only for a 2x2 table

2. Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian Gastritis

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Gastritis * TingkatStress 37 100,0% 0 ,0% 37 100,0%


Gastritis * TingkatStress Crosstabulation

TingkatStress

Normal Ringan Sedang Berat Total

Gastritis Gastritis Count 0 0 15 13 28

% of Total ,0% ,0% 40,5% 35,1% 75,7%

Tidak Gastritis Count 3 6 0 0 9

% of Total 8,1% 16,2% ,0% ,0% 24,3%


Total Count 3 6 15 13 37

% of Total 8,1% 16,2% 40,5% 35,1% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 37,000 a


3 ,003
Continuity Correction b
12,234 1 ,003
Likelihood Ratio 41,054 3 ,000
Fisher's Exact Test ,003 ,003
Linear-by-Linear Association 25,581 1 ,000
N of Valid Cases 37

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,22.
b. Computed only for a 2x2 table

Anda mungkin juga menyukai