Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN ASMA BRONKHIAL

DENGAN SIKAP PASIENDI RUANG RAWAT INAP PARU


RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB
KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

PUTRI MILSA WATI


NIM : 20141060807088

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI SUNGAI PENUH


TAHUN AKADEMIK 2017
HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN ASMA BRONKHIAL
DENGAN SIKAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PARU
RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB
KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2017

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat utuk memperoleh

Gelar Diploma III Keperawatan

Oleh :

PUTRI MILSA WATI


NIM : 20141060807088

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI SUNGAI PENUH


TAHUN AKADEMIK 2017
PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN ASMA BRONKHIAL


DENGAN SIKAP PASIEN DI RUANG RAWAT INAP PARU
RUMAH SAKIT UMUM MAYJEN H.A THALIB
KABUPATEN KERINCI
TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

DIAJUKAN OLEH :

PUTRI MILSA WATI


NIM. 20141060807088

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti Sungai Penuh.

TANDA
NO NAMA JABATAN
TANGAN

1 Ns. Sarniyati, S.Kep Pembimbing I

2 Ns. Rahmaleni, S.Kep Pembimbing II


PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKPER BINA INSANI SAKTI
SUNGAI PENUH

Sungai penuh, September 2017

KETUA SIDANG

(Ns. Soviarni, S.Kep, M.Kep)

PEMBIMBING I

(Ns. Sarniyati, S.Kep)

PEMBIMBING II

(Ns. Rahmaleni, S.Kep)

PENGUJI III

(Ns. Riris Friandi, S.Kep, M.Kep)

PENGUJI IV

(Ns. Devfi Herlina, S.Kep, M.Kep)


HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : PutriMilsaWati
Nim : 20141060807088
Program studi : DIII Keperawatan Akper Bina Insani Sakti Sungai Penuh
Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Pasien Asma Bronkhial dengan
Sikap Pasien di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan pada program studi D III Keperawatan Akper Bina Insani Sakti
Sungai Penuh

DEWAN PENGUJI

No Nama Keterangan Tandatangan


1 Ns. Soviarni, S.Kep, Ketua Sidang
M.Kep
2 Ns. Sarniyati, S.Kep Penguji I

3 Ns. Rahmaleni, S.Kep Penguji II

4 Ns. Riris Friandi, S.Kep, Penguji III


M.Kep
5 Ns. Devfi Herlina, S.Kep, Penguju IV
M.Kep

Ditetapkan di : Sungai Penuh

Tanggal : 24 September 2017


LEMBAR PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Putri Milsa Wati


NIM : 20141060807088
Judul KTI : Hubungan Pengetahuan Pasien Asma Bronkhial dengan
Sikap Pasien di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit
Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun
2017

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan telah dipertahankan di

hadapan Dewan Penguji Seminar Hasil Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan

Bina Insani Sakti Sungai Penuh.

Sungai Penuh, September 2017

Menyetujui,

Komisi Pembinbing

Pembimbing I Pembimbing II

( Ns. Sarniyati, S.Kep ) ( Ns. Rahmaleni, S.Kep )

Mengetahui

Direktur Akper Bina Insani Sakti

(Ns. Yosep Andri Putra, S.Kep, M.Kep)


HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini menyatakan bahwa KTI yang saya tulis dengan judul “Hubungan

Pengetahuan Pasien Asma Bronkhial dengan Sikap Pasien di Ruang Rawat Inap

Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017”

adalah hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari hasil karya

orang lain kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian hari

pernyataan yang saya buat ini ternyata tidak betul, maka status kelulusan dan gelar

yang saya peroleh menjadi batal dengan sendirinya.

Sungai Penuh, September 2017

Yang Membuat Pernyataan,

Putri Milsa Wati


AKPER BINA INSANI SAKTI SUNGAI PENUH

Karya Tulis Ilmiah, September 2017


Putri Milsa Wati
Nim. 20141060807088
ABSTRAK
Hubungan Pengetahuan Pasien Asma Bronkhial dan Sikap Pasien di Rawat
Inap RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci Tahun 2017

XVII+ 63 hal + 8 Tabel + 13 Lampiran + 1 Skema


Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trachea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun
sebagai hasil pengobatan Arif Mutaqqin, (2008 : 172). Oleh karena itu, penderita
Asma Bronkhial harus menjaga pola hidup sehat, lingkungan yang baik, dan
berolahraga secara sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan dengan sikap pasien. Jenis penelitian ini adalah deskriptif pada 34
responden Asma Bronkhial. Variabel yang diamati yaitu pengetahuan, sikap
pasien, Asma bronkhial. Klien Asma Bronkhial berpengetahuan rendah sebanyak
18 responden (52,9%), dan sikap klien yang kurang baik sebanyak 22 responden
(64,7%). analisis statistik dengan uji chi square diperoleh p value 0,000 dengan
derajat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap pasien asma bronkhial di ruang rawat
inap paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2017. Diharapkan
kepada pihak pihak rumah sakit untuk dapat menjalin kerja sama dengan baik
dengan pihak kesehatan setempat dalam memberikan pendidikan kesehatan
kepada klien.

Kata Kunci : Asma Bronkhial, Pengetahuan, Sikap pasien

Daftar Pustaka : 19 (2002-2016)


ACADEMY OF NURSING BINA INSANI SAKTI SUNGAI PENUH
Scientific Papers, September 2017
Putri Milsa Wati
Nim. 20141060807088
ABSTRAC
Relationship Knowledge of Bronchial Asthma Patients to The Patients Attitudes at
RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci on 2017

XVII+ 63 Pages + 8 tables + 13 charts + 1 attachment

Asthma is a disease characterized by the increased response of trachea and


bronchi to various stimuli with manifestations of a wide airway narrowing and its
degree may vary spontaneously or as a result of treatment Arif Mutaqqin, (2008:
172). Therefore, Bronchial asthma sufferers should maintain a healthy lifestyle, a
good environment, and exercise healthily. This study aims to determine the
relationship of knowledge with the attitude of the patient. This type of research is
descriptif on 34 respondents Asma Bronkhial. The variables observed were
knowledge, patient attitude, bronchial asthma. Asthma Client Bronkhial low
knowledge as much as 18 respondents (52,9%), and attitude of less good client as
much 22 respondents (64,7%). statistical analysis with chi square test obtained p
value 0,000 with degree of significance 95% (α = 0,05). It can be concluded that
there is a correlation between knowledge with the attitude of bronchial asthma
patients in the lung inpatient room of RSU Mayje H.A. Thalib Kerinci District in
2017. It is expected to the hospital side to be able to cooperate well with local
health authorities in providing health education to clients.

Keywords : Bronchial Asthma, Knowledge, Patient Attitude


Billiography : 19 ( 2002-2016 )
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PUTRI MILSA WATI

Tempat tanggal lahir : Desa baru sungai tutung, 07 Mei 1997

Alamat : Desa baru sungai tutung

Email : Putrimilsa@yahoo.com

Riwayat pendidikan

1. SD Negeri 02/III sungai tutung, lulus tahun 2008

2. SMP Negeri 19 Kerinci, lulus tahun 2011

3. MAN 2 Sungai Penuh, lulus tahun 2014


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul “Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasien Asma Bronkhial di

Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib kabupaten

Kerinci Tahun 2017”. Selawat beserta salam tidak lupa kita kirimkan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk untuk

keselamatan umat di dunia dan akhirat.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini telah banyak mendapat bantuan

dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada kepada yang terhormat:

1. Ibu Hj. Djasrimurni selaku Ketua Umum Yayasan Akademi Keperwatan Bina

Insani Sakti Sugai Penuh.

2. Bapak Drs. Noviar Zen, Apt. MM, Direktur Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib kabupaten kerinci yang telah memberikan izin penelitian dalam

penelitian ini.

3. Bapak Ns. Yosep Andri Putra, S.Kep, M.Kep, Direktur Akademi

keperawatan Bina Insani Sakti Sungai Penuh.

4. Ibu Ns. Sarniyati, S.Kep, selaku Pembimbing I yang telah memberikan

arahan dan membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Ns. Rahmaleni, S.kep, selaku pembimbing II yang telah memberikan

arahan dan membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf Tata Usaha Akademi Keperawatan Bina

Insani Sakti Sungai Penuh, yang telah membantu peneliti selama menjalankan

program perkuliahan hingga selesai di bangku perkuliahan.

7. Ayah dan Ibu saya yang telah banyak memberikan semangat dan dorongan

baik moril maupun materil selama ini, serta kasih sayang dan doa yang tak

terhingga sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat setia dan orang terkasih yang

selalu membantu, memberikan informasi, masukan dan saran dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih

belum sempurna, karena itu melalui kesempatan ini penulis mengharapakan

kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga Karya

Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Sungai Penuh, September 2017

Peneliti
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................ i
HALAMAN PANITIA SIDANG.............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS....................................... v
ABSTRAK.................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. viii
KATA PENGANTAR................................................................................ ix
DAFTAR ISI............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xv
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian...................................................................... 6
1. Tujuan Umum....................................................................... 6
2. Tujuan Khusus...................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Asma Bronkhial
1. Anatomi system pernafasan.................................................. 8
2. Fisiologi system pernafasan................................................. 12
3. Defenisi................................................................................ 14
4. Etiologi................................................................................. 14
5. Patofisiologi.......................................................................... 17
6. Manefestasi Klinis................................................................ 20
7. Klasifikasi............................................................................. 20
8. Komplikasi........................................................................... 22
9. Pemeriksaan Diagnostik....................................................... 22
10. Penatalaksanaan.................................................................... 24
B. Pengetahuan
1. Defenisi................................................................................ 26
2. Tingkat pengetahuan............................................................ 26
3. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.................. 27
4. Cara memperoleh pengetahuan............................................ 29
5. Sumber pengetahuan............................................................ 30
6. Pengukuran pengetahuan..................................................... 31
C. Sikap
1. Defenisi................................................................................ 32
2. Komponen Sikap.................................................................. 32
3. Tingkatan Sikap.................................................................... 34
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap............................ 35
5. Pembentukan Sikap.............................................................. 36
6. Sifat Sikap............................................................................ 37
7. Cara Pengukuran Sikap........................................................ 37
8. Pengukuran Sikap................................................................. 38
D. Kerangka teori......................................................................... 39
E. Kerangka Konsep.................................................................... 40
F. Hipotesis penelitian................................................................. 40
G. Defenisi Operasional............................................................... 41

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian.......................................................................... 42
B. Populasi dan Sampel................................................................. 42
C. Tempat Penelitian...................................................................... 43
D. Waktu Penelitian....................................................................... 43
E. Etika Penelitian......................................................................... 43
F. Alat Pengumpulan Data............................................................ 45
G. Uji Validitas dan Reliabilitas.................................................... 45
H. Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 46
I. Pengolahan Data........................................................................ 48
J. Analisa Data.............................................................................. 49

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Karakteristik Responden........................................................ 51
1. Karakteristik responden berdasarkan umur.......................... 51
2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin............ 52
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan................. 52
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan................... 53
B. Analisa Univariate................................................................... 53
1. Sikap pasien asma bronkhial................................................ 53
2. Pengetahuan pasien asma bronkhial..................................... 54
C. Analisa Bivariate..................................................................... 54

BAB V PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden........................................................ 56
1. Karakteristik responden berdasarkan umur.......................... 56
2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin............ 56
3. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan................. 57
4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan................... 57
B. Analisa Univariate................................................................... 57
1. Sikap pasien asma bronkhial................................................ 58
2. Pengetahuan pasien asma bronkhial..................................... 59
C. Analisa Bivariate..................................................................... 60
D. Implikasi Penelitian................................................................ 61
E. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan.............................................................................. 63
B. Saran......................................................................................... 63
1. Pendidikan............................................................................ 63
2. Pelayanan kesehatan............................................................ 64
3. Peneliti selanjutnya.............................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Defenisi Operasional................................................................... 32

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Umur................... 50

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan jenis kelamin....... 51

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan pendidikan.......... 51

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan pekerjaan............. 52

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan sikap.................... 52

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan pengetahuan........ 53

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap............................... 53


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar persetujuan menjadi responden

Lampiran II : Lembar kuesioner

Lampiran III : Hasil Uji Validitas

Lampiran IV : Hasil Analisa data

Lampiran V : Master table

Lampiran VI : Surat izin Survey Awal

Lampiran VII : Surat izin Uji Validitas

Lampiran VIII : Surat Izin Penelitian AKPER BIS

Lampiran IX : Surat Izin Penelitian Kesatuan bangsa Politik

Lampiran X : Surat Izin Penelitian RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci

Lampiran XI : Surat keterangan Selesai Uji Validitas

Lampiran XII : Surat keterangan selesai penelitian

Lampiran XIII : Lembar Bimbingan


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC Asma Bronkhial................................................................ 17

Bagan 2.2 Kerangka Teori........................................................................... 31

Bagan2.3 Kerangka Konsep......................................................................... 32


DAFTAR ISTILAH

AGD : analisa gas darah

APC : antigen presenting cells

GINA : Global Initiative in Asthma

RAD : reactive airway disease

SAI : senam asma Indonesia

WHO : World Health Organitation


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual,

maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif

secara social dan ekonomi. Keperawatan sebagai bagian integral dalam

pelaksanaan kesehatan menggunakan metode proses keperawatan sebagai

cara dalam memecahkan masalah (problem solving). Dalam aplikasi klinis

proses keperawatan bertujuan untuk mengatasi respon pasien yang

ditimbulkan oleh suatu penyakit, salah satu penyakit yang masih terjadi

masalah khususnya di Indonesia adalah Asma Bronkial. (Undang Undang

Kesehatan RI Nomor 36 pasal 1 ayat 1). Keperawatan adalah kegiatan

pemberian asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok, atau

masyarakat baik dalam keadaan sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan

adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan bagian integral

dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat baik sehat

maupun sakit. (RUU pasal 1 ayat 1 dan 3)

Menurut Arif Mutaqqin, (2008 : 172), asma adalah suatu penyakit

dengan ciri meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai

ransangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan

derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil

pengobatan. Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan serangan asma,

diantaranya allergen, infeksi saluran pernafasan, sress, polusi udara, dan


perubahan cuaca. Adapun pengobatan farmakologinya dapat diberikan

Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel) bentuknya aerosol,

Metilxantin: Aminofilin dan teofilin, Kortikosteroid jika agonis beta dan

metal xantin tidak memberikan respons yang baik, Kromolindaniprutropioum

bromide (atroven) merupakan obat pencegah asma khusunya untuk anak-

anak.

Menurut NANDA NIC-NOC (2015 : 65), asma adalah suatu keadaan

dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap

rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat

berulang namun reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus

tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal. Penderita asma

bronchial hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar seperti

debu rumah, bulu binantang, asap dan bahan lain penyebab alergi. Gejala

kemuculannya sangat mendadak, sehingga gangguan asma bronchial juga

bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan penyempitan

saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot

polos saluran pernafasan, pembengkakan lendir, dan pembentukan timbunan

lendir yang berlebihan. Menurut Suriadi (2005 : 14), Asma disebut juga

sebagai reactive airway disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada

jalan nafas secara reversible yang ditandai dengan inflamasi dan peningkatan

reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulant.

Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:81), pengetahuan adalah kesan

didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya.

Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul


(superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation).

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang

didapatkan oleh setiap manusia. Menurut Saifudin (2005) sikap adalah suatu

bentuk evaluasi/reaksi terhadap suatu obyek, memihak/tidak memihak yang

merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran

(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek

di lingkungan sekitarnya. Sikap memiliki beberapa tingkatan, yaitu Menerima

(receiving), Merespon (responding), Menghargai (valuing) dan

Bertanggungjawab (responsible)

Menurut data dari World Health Organitation (WHO : 2014) saat ini

penderita asma berjumlah 235 juta orang. Asma adalah penyakit tidak

menular yang paling umum di antara anak-anak. Asma adalah masalah

kesehatan masyarakat bukan hanya untuk negara-negara berenghasilan tinggi.

Terjadi di semua negara terlepas dari tingkat perkembangan. Sebagian besar

kematian asma terkait terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan menengah

kebawah. Asma adalah kurang terdiagnosis dan kurang dirawat. Ini

menciptakan beban besar untuk individu dan keluarga dan sering membatasi

kegiatan individu untuk seumur hidup. Tanggal 4 Mei 2004 ditetapkan oleh

Global Initiative in Asthma (GINA) sebagai World Asthma Day (Hari Asma

se-Dunia). The Global Asma Report, melaporkan bahwa jumlah penderita

asma di dunia diperkirakan mencapai 334 juta pada tahun 2015. Prevelensi

asma di berbagai Negara berkisar antara 1% hingga 18% dari populasi.

Di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013,

dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara


nasional 4,5% penduduk Indonesia menderita penyakit asma. Artinya, dari

220 juta penduduk Indonesia terdapat 9 juta penduduk yang menderita asma.

Angka kejadian asma meningkat 1,4 kali pada rentang usia 15-23 tahun

dibandingkan dengan kelompok umur 5-14 tahun. Jika saat ini penduduk

indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 11.345.600 jiwa yang

menderit asma. Di Indonesia di dapatkan bahwa angka kematian akibat

penyakit asma adalah sebanyak 63.584 orang (Depkes : 2013).

Penderita asma bronchial di Provinsi Jambi pada tahun 2014 sebanyak

315 orang (3,05%). Sedangkan pada tahun 2015 peningkatan penderita asma

juga terjadi di wilayah Provinsi Jambi sebanyak 376 orang (3,13%). Asma

juga dominan terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Berdasarkan

data yang diperoleh dari Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi, dari tahun 2012

sampai 2015, jumlah penderita rawat inap paru jenis asma pada tahun 2012

terdapat sebanyak 133 orang, pada tahun 2013 berjumlah 189 orang,

kemudian tahun 2014 sebanyak 315 orang terakhir tahun 2015 sebanyak 988

orang.

Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib Kerinci penyakit Asma juga cukup banyak, pada tahun 2014

penderita asma diruangan Paru 95 orang, pada tahun 2015 sebanyak 105

orang, pada tahun 2016 sebanyak 114 orang, pada tahun 2017 (Januari-Maret)

sebanyak 45 orang dan meningkat setiap tahunnya di Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kerinci. (Medical Record RSUD Mayjen H.A Thalib

Kerinci 2014-2017).
Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 31 Maret

2017 di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

Kerinci dengan wawancara terhadap 10 responden penderita Asma Bronkhial

yang dirawat di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib Kerinci tentang pengetahuan dan sikap pasien Asma Bronkhial,

ditemukan 3 orang responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang

penyakit asma bronchial, 3 orang responden memiliki tingkat pengetahuan

sedang tentang penyakit asma bronchial dan 4orang responden memiliki

tingkat pengetahuan rendah tentang penyakit asma bronchial. Kemudian

ditemukan 6 orang responden bersikap kurang baik tentang penyakit asma

bronchial yang dideritanya karena responden belum memahami tentang

penyakit asma bronchial dan ditandai dengan kebiasaan hidup sehari-hari

pasien dalam menyikapi penyakit asma bronchial yang dialaminya dan 4

orang responden bersikap baik kepada penyakit asma bronchial karna

responden cukup paham tentang penyakit asma bronchial.

Berdasarkan fenomena tersebut diatas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian lebih lanjut tentang ”Hubungan Pengetahuan Dengan

Sikap Pasien Asma Bronkhial di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas terlihat peningkatan

prevelensi kejadian asma bronkhial di seluruh dunia yang cukup tinggi setiap

tahunnya sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang

”Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Pasien Asma Bronkhial di Ruang


Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

Tahun 2017 ”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasien Asma

Bronkhial di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik (umur, pekerjaan, jenis

kelamin) pasien Asma bronkhial di ruang rawat inap paru Rumah

Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien Asma

Bronkhial di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen

H.A Thalib Kerinci Rahun 2017.

c. Mengetahui distribusi frekuensi sikap pasien asma bronkhial terhadap

penyakit asma bronkhial di ruang rawat inap paru Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten kerinci Tahun 2017.

d. Mengetahui distribusi frekuensi hubungan pengetahuan dengan sikap

pasien asma bronkhial di ruang rawat inap Paru Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

D. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sumber informasi ilmu pengetahuan

tentang gambaran sikap pasien asma bronkhial.


2. Pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan

pertimbangan dalam promosi kesehatan guna meningkatkan mutu

pelayanan kesehatan terutama asuhan keperawatan yang cepat dan tepat.

3. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan sebagai langkah awal penelitian berikutnya untuk penelitian

sejenis yaitu gambaran sikap pasien asma bronkhial terhadap penyakit

asma bronkhial sehingga bermanfaat bagi pengembangan ilmu dan

praktek keperawatan yang akan datang.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Asma Bronkial

1. Anatomi system pernafasan

Menurut Syaifudin (2011 : 143), Pernafasan adalah suatu peristiwa

tubuh kekurangan oksigen (O2) kemudian oksigen yang ada diluar tubuh

dihirup melalui organ-organ pernafasan, dan pada keadaan terrtentu bila

tubuh kelebihan karbondioksida (CO2) maka tubuh berusaha untuk

mengeluarkannya dari dalam tubuh dengan cara menghembuskan nafas

(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara oksigen dan

karbondioksida dalam tubuh.

Menurut Irman Somantri (2009:3-8), berikut ini adalah organ-organ

system pernafasan antara lain :

a. Hidung

Hidung dibentuk oleh tulang dan kartilago. Bagian yang kecil

dibentuk oleh tulang, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat

(connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang

yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh septum. Rongga

hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai

filter/penyaring kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada mukosa

hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet dimana sel

tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda asing

yang masuk ke saluran pernafasan. Reseptor bau terdapat pada

cripbriform plate, dimana tempat ini juga merupakan ujung dari saraf
kranial I (nervus olfaktorius) bermuara. Fungsi hidung secara umum

adalah sebagai jalan nafas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara

(humidifikasi), pengatur suhu, sebagai pelindung dan penyaring udara.

Fungsi ini dijalankan oleh Vibrissae, yaitu rambut pada vestibulum

nasi, lapisan lender yang mengeluarkan kotoran dan debu dengan

reflex bersin, enzim lisozim yang dapat menghancurkan beberapa jenis

bakteri, sebagai indera penciuman dan sebagai resonator suara.

b. Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (± 13 cm) yang

berjalan didasar tenggorokan sampai persambungannya dengan

esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring

digunakan pada saat menelan (digestion) seperti juga pada saat

bernafas. Faring berdasarkan letaknya dibagi mejadi tiga, yaitu

dibelakang hidung (nasofaring), dibelakang mulut (orofaring), dan

dibelakang laring (laringofaring).

Nasofaring letaknya superior dimana terdapat epitel bersilia

(pseudostratified), sebagai muara tuba eustacius dan disana terdapat

tonsil (adenoid). Adenoid atau faringeal ronsil berada di langit-langit

dari nasofaring. Tenggorokannya dikelilingi oleh tonsil, adenoid dan

jaringan limfoid lainnya. Struktur ini penting sebagai mata rantai

nodus limfatikus untuk penjagaan tubuh dari invansi organisme yang

masuk kehidung dan tenggorokan. Orofaring berfingsi menampung

udara dari nasofaring dan makanan dari mulut, disana terdapat tonsil

palatine (posterior) dan tonsil lingualis (dasar lidah). Laringofaring


merupakan bagian terbawa faring yang berhubungan dengan

esophagus dibagian belakang serta pita suara (trakea) dibagian depan

yang berfungsi pada saat proses menelan dan respirasi.

c. Laring

Laring biasa disebut dengan voice box. Dibentuk oleh struktur

epithelium-lined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trachea

(di bawah). Lokasinya berada di anterior tulang vertebra ke-4 dan ke-6.

Bagian atas dari esophagus berada di posterior laring.Fungsi utama

dari laring adalah untuk vocalization, selain itu juga berfungsi sebagai

proteksi jalan nafas bawah darin benda asing dan memfasilitasi batuk.

Laring terdiri atas bagian-bagian yaitu epiglottis merupakan katup

kartilago yang menutup dan membuka selama proses menelan, glottis

yaitu lubang antara pita suara dan laring, tiroid kartilago yaitu

kartilago yang terbesar pada trakea, bagiannya membentuk jakun

(adam’s apple), krikoid kartilago yaitu cincin kartilago yang komplit

dilaring (letaknya dibawah tiroid kartilago), aritenoid kartilago

digunakan pada pergerakan pita suara dengan tiroid kartilago, pita

suara sebuah ligament yang dikontrol oleh pergerakan otot yang

menghasilkan suara, menempel pada lumen laring.

d. Trakea

Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada keringgian tulang

vertebra torakal ke-7 yang mana bercabang menjadi dua bronkus

(primary bronchus). Ujung dari cabang trakea biasa disebut

carina.Trakea ini sangat fleksibel dan berotot, panjangnya 12cm


dengan C-shaped cincin kartilago. Pada garis ini mengandung

pseudostratified ciliated columnar epitheliumyang mengandung

banyak sel goblet (sekresi mukus).

e. Bronkus dan bronkiolus

Cabang kanan bronkus lebih pendek dan lebih lebar serta

cenderung lebih vertical dari pada cabang yang kiri. Oleh karena itu,

benda asing lebih mudah masuk kedalam cabang sebelah kanan

daripada cabang bronkus sebelah kiri.Segmen dan subsegmental

bronkus bercabang lagi dan membentuk seperti cabang ranting yang

masuk ke setiap paru-paru. Bronkus ini dususun oleh jaringan

kartilago.Struktur ini berbeda dengan bronkiolus, yang berakhir di

alveoli. Alveoli merupakan bagian yang tidak mengandung kartilago.

Oleh karena itu, alveoli memiliki kemampuan untuk menangkap udara

dan dapat kolaps. Saluran nafas dari trachea sampai bronkus terminalis

tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan anatomical dead space

(150ml). bronkiolus respiratorius merupakan bagian awal dari

pertukaran gas. Sekitar alveoli terdapat porus/lubang kecil antar-

alveoli (kohn pores) untuk mencegah alveoli kolaps.

f. Alveoli

Parenkim paru merupakan area kerja dari jaringan paru, dimana

pada daerah tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolar. Alveoli

bentuknya sangat kecil. Alveoli merupakan kantong udara pada akhir

bronkiolus respiratorius yang memungkinkan terjadinya pertukaran

oksigen dan karbondioksida. Seluruh unit alveolar (zona respirasi)


terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolar, dan kantong

alveoli (alveolar sacs). Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi

baru lahir. Pada saat seseorang menginjak usia 8 tahun, jumlahnya

bertambah seperti usia dewasa yaitu 300 juta. Setiap unit alveolar

menyuplai 9-11 prepulmonari dan pulmonary kapiler. Fungsi utama

alveolar adalah prtukaran oksigen dan karbon dioksida di antara

kapiler pulmoner dan alveoli.

g. Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga torak, berbentuk keruct dengan

apeks berada diatas tulang iga pertama dan dasarnya pada

diafragma.Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus, sedangkan paru-

paru kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus ini merupakan lobus

yang terlihat, setiap paru-paru dapat dibagi lagi menjadi beberapa sub-

bagian menjadi sekitar sepulu unit terkecil yang disebut

bronkopulmonalari segmen. Kedua paru-paru dipisahkan oleh ruang

yang disebut mediastinum. Jantung, aorta, vena kava, pembulu paru-

paru, esophagus, bagian dari trakea, bronkus, dan kelenjar timus

terdapat di mediastinum ini.

2. Fisiologi system pernafasan

Menurut Arif Mutaqqin (2008 : 24), System pernafasan dapat

disebut juga dengan system respirasi yang berarti bernafas kembali.

System ini berperan menyediakan oksigen (O 2) yang diambil dari

atmosfer dan mengeluarkan karbondioksida (CO2) dari sel-sel (tubuh)

menuju ke udara bebas. Proses bernafas berlangsung dalam beberapa


langkah dan berlangsung dengan dukungan system saraf pusat dan system

kardiovaskuler. Pada dasarnya system pernafasan terdiri atas rangkaian

saluran udara yang menghantarkan udara luar agar dapat bersentuhan

dengan membran kapiler alveoli yang memisahkan antara system

pernafassan dan system kardiovaskuler. Pernafasan (respirasi) adalah

peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam

tubuh serta mengeluarkan udara yang mengandung karbondioksida sisa

oksidasi keluar tubuh (ekspirasi).

Proses respirasi terjadi karna adanya perbedaan tekanan antara

rongga pleura dan paru. System saraf pusat memberikan dorongan ritmis

dari dalam untuk bernafas dan secara reflex merangsang otot diafragma

dan otot dada yang akan memberikan tenaga pendorong bagi gerakan

udara. Proses pergeragan gas ke dalam dank e luar paru dipengaruhi oleh

tekanan dan volume. Agar udara dapat mengalir kedalam paru, tekanan

intrapleural harus menjadi negative untuk dapat menentukan batas atas

gradient tekanan antara atmosfer dan alveoli sehingga udara masuk

dengan mudah kedalam paru. Volume normal pada paru diukur melalui

penilaian fungsi paru. Sebagian dari pengukuran ini dapat direkam dengan

spirometer, dimana parameter yang diukur adalah volume udara yang

memasuki atau meninggalkan paru. Fungsi utama dari sirkulasi pulmonal

adalah mengalirkan darah dari dan ke paru agar dapt terjadi pertukaran

gas. Fungsi anatomi yang cukup baik dari semua system ini penting untuk

respirai sel. Malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu

pertukaran dan pengangkutan gas serta dapat sangat membahayakan


proses kehidupan. Proses pernafasan tersebut terdiri atas tiga bagian, yaitu

ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas.

3. Defenisi

Menurut NANDA NIC NOC, (2015 : 65), Asma adalah suatu

keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan

peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan

diantar episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keaaan ventilasi

yang lebih normal. Menurut Irman Somantri, (2009 : 50), Asma adalah

suatu gangguan pada saluran bronchial yang mempunyai ciri

bronkospasme periodic (kontraksi spasme pada saluran nafas) terutama

pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai

stimulus seperti oleh factor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik, dan

psikologi.

Menurut Arif Mutaqqin, (2008 : 172), Asma adalah suatu penyakit

dengan ciri meningkatnya respons trachea dan bronkus terhadap berbagai

rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas

dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil

pengobatan.

4. Etiologi

Menurut Irman Somantri, (2009:51) sampai saat ini etiolgi asma

belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua

penderita asma adalah fenomena hiperreaktivitas bronkus. Bronkus

penderita asma sangat peka terhadap ransangan imunologi maupun


imunologi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi

ketika ransangan baik fisik, metabolic, kimia, allergen, infeksi, dan

sebagainya.Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin

menghindari ransangan atau pencetus yang dapat menimbulkan asma.

Factor-fakto tersebut adalah sebagai berikut :

a. Allergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari

rerumputan.

b. Iritan seperti asap, bau-bauan dan polutan.

c. Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus.

d. Perubahan cuaca yang ekstrim.

e. Kegiatan jasmani yang berlebihan.

f. Lingkungan kerja.

g. Obat-obatan.

h. Emosi.

Sedangkan menurut Arif mutaqqin (2008 : 173), factor pencetus

serangan Asma Bronkhial adalah :

a. Alergen

Allergen adalah zat- zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapat

menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, spora jamur, bulu

kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut, dan sebagainya.

b. Infeksi saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus.Virus

influenza merupakan salah satu factor pencetus yang paling sering

menimbulkan asma bronchial. Diperkirakan, dua pertiga penderita


asma dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran

pernafasan.

c. Tekanan jiwa

Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencentus asma, karna

banyak orang yang mendapatkan tekanan jiwa tetapi tidak menderita

penyakit asma bronchial. Faktor ini berperan mencetuskan serangan

asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini

lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.

d. Olahraga/kegiatan jasmani yang berat

Sebagian penderita asma bronchial akan mendapatkan serangan asma

bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari

cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah

menimbulkan asma. Serangan asma karna kegiatan jasmani (exercise

induced asma-EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang

cukup berat dan jarang serangan timbul beberapa jam setelah olahraga.

e. Obat-obatan

Beberapa pasien dengan asma bronchial sensitive atau alergi terhadap

obat tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan

sebagainya.

f. Polusi udara

Pasien asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap

pabrik/kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil

pembakaran dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.


g. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja diperkirakan merupakan factor pencetus yang

menyumbang 2-15% pasien dengan asma bronchial.

5. Patofisiologi

Menurut Irman Somantri (2009:52), asma akibat alergi bergantung

kepada respons IgE yang dikendalikan oleh limfosit T dan B serta

diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE yang

berikatan dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetuskan

asma bersifat airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas,

allergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu

tertentu. Akan tetapi, sekali sensitivisasi telah terjadi, klien akan

memperlihatkan respons yang sangat baik, sehingga sejumlah kecil

allergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi

penyakit yang jelas.

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut

asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-

adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitive-aspirin

khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat

dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis

vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan

polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif.

Pasien yang sensitive terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan

pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentik terapi ini, toleransi

silang juga akan terbentuk terhadap agen anit-inflamasi non-steroid lain.


Mekanisme yang menyebabkan bronkospasme karna penggunaan aspirin

dan obat lain tidak diketaui, tetapi mungkin berkaitan dengan

pembentukan leukotrien yang diinduksi secara khusus oleh aspirin.

Antagonis β-adrenergik biasanya menyebabkan obstruksi jalan

nafas pada pasien asma, sama halnya dengan pasien lain, dapat

menyebabkan peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus

dihindarkan. Obat sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium

bisulfit, natrium bisulfit dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan

dalam industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet

dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas akut pada pasien yang sensitive.

Pajanan biasanya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang

mengandung senyawa ini, seperti salad, buah segar, kentang, kerang, dan

anggur.

Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus

lainnya dari internal pasien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen

dan antibody. Reaksi antigen-antibodi ini akan mengeluarkan substansi

pereda alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam

menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine,

bradikinin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya

tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas

kapiler, dan peningkatan secret mukus.


Bagan 2.1

WOC (Web Of Caution)

Pencetus Serangan
(alergen, emosi/stres, obat-obatan, dan infeksi)

Reaksi antigen dan antibodi

Dikeluarkannya substansi vasoaktif


(histamin, bradikinin, dan anafilatoksin)

Permeabilitas kapiler
Kontraksi Otot Polos Sekresi mukus meningkat

 Kontraksi otot polos


 Edema mukosa Produksi mukus
Bronkospasme
 Hipersekresi bertambah

Obstruksi saluran
napas Ketidakseimbangan nutrisi:
Bersihan jalan napas Kurang dari kebutuhan tubuh
(risiko/actual)
tidak efektif

Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tidak merasa dengan sirkulasi darah
paru-paru Gangguan difusi gas di alveoli

Kerusakan
pertukarangas

Hipoksemia
Hiperkapnea

(Irman Somantri,2009:53)
6. Manifestasi klinis

Menurut Irman Somantri (2009:52), gejala asma terdiri atas triad,

yaitu dyspnea, batuk, dan mengi. Gejala yang disebutkan terakhir sering

dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non), data lainnya

seperti terlihat pada pemeriksaan fisik.

7. Klasifikasi

Menurut Arif Muttaqin (2008:172), klasifikasi asma berdasarkan

etiologi adalah sebagai berikut :

a. Asma bronchial tipe atopic (ekstrinsik)

Asma timbul ketika seseorang mengalami atopi akibat pemaparan

allergen. Allergen yang masuk tubuh melalui system pernafasan, kulit,

saluran pencernaan, dan lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang

bekerja sebagai antigen presenting cells (APC). Setelah allergen

diproses dalam sel APC, selanjutnya oleh sel tersebut, allergen

dipresentasikan ke sel Th. Sel APC melalui pelepasan interleukin 1

(II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui pelepasan interleukin 2 (II-2) oleh

sel Th yang diaktifkan, kepada sel b diberikan sinyal untuk

berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk IgE. IgE yang

terbentuk akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan

dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini dimungkinkan karena

kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk

IgE.Sel esinofil, makrofag, dan trombosit juga memiliki reseptor

untuk IgE tetapi dengan afnitas yang lemah.Orang yang sudah

memiliki sel-sel mastofit dan basofit dengan IgE pada permukaan


tersebut belumlah menunjukkan gejala.Orang tersebut sudah dianggap

desentisisasi atau baru menjadi rentan.

b. Asma bronchial tipe non-atopik (intrinsik)

Asma nonalergenik (intrinsik) terjadi bukan karena pemaparan

allergen tetapi terjadi akibat beberapa factor pencetus seperti infeksi

saluran pernafasan bagian atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang

berat, dan tekanan jiwa atau stress psikologis. Serangan asma terjadi

akibat gangguan saraf otonom terutama saraf simpatis, yaitu blockade

adrenergic beta dan hiperreaktivitas adrenergic alfa. Dalam keadaan

normal aktivitas adrenergic beta lebih dominan dari pada adrenergic

alfa. Pada sebagian penderita asma, aktivitas adrenergic alfa diduga

meningkat sehingga mengakibatkan bronkhokonstriksi dan

menimbulkan sesak nafas. Reseptor adrenergic beta diperkirakan

terdapat dalam enzim yang berada di membrane sel yang dikenal

dengan adenil siklase atau disebut juga messenger kedua. Bila

reseptor ini diransang, enzim adenil siklase tersebut diaktifkan dan

akan mengatalisasi ATP dalam sel menjadi 3’5’ siklik AMP. CAMP

ini kemudian akan menimbulkan dilatasi otot-otot polos bronkus,

meghambat pelepasan mediator dari mastosit/basofil, dan

menghambat sekresi kelenjar mukus. Akibat blockade reseptor

adrenergic beta, fungsi reseptor adrenergic alfa lebih dominan

akibatnya terjadi bronchus sehingga menimbulkan sesak nafas. Hal

ini dikenal dengan teori Blockade Adrenergik Beta.


8. Komplikasi

Menurut Smeltzer & Bare (2002), komplikasi asma bronchial adala

sebagai berikut :

a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal

nafas

b. Chronic persisten bronchitis

c. Bronchitis

d. Pneumonia

e. Emphysema

f. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang

terjadireaksi kontinu yang lebih berat, yang disebut “status

asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup.

9. Pemeriksaan diagnostik

Menurut Arif Muttaqin (2008:178), pemeriksaan penunjang pada

pasien asma bronchial adalah sebagai berikut ;

a. Pengukuran fungsi paru (spirometri)

Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian

bronkodilator aerosol golongan adrenergic. Peningkatan FEV atau

FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.

b. Tes provokasi bronchus

Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan FEV sebesar

20% atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari

maksimum dianggap bermakna bila menimbukan penurunan PEFR

10% atau lebih.


c. Pemriksaan kulit

Untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang spesifik

dalam tubuh.

d. Pemeriksaan laboratorium

1) Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)

Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terdapat

hipoksemia, hiperkapmia, dan asidosis respiratorik.

2) Sputum

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan asma

yang berat, karena adanya reaksi yang hebat saja yang

menyebabkan transudasi dari edema mukosa, sehingga terlepaslah

sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya. Pewarna gram

penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut kemudian

diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotic.

3) Sel esinofil

Sel esinofil pada pasien dengan kasus asmatikus dapat mencapai

1000-1500/mm³ baik asma intrinsic ataupun ekstrinsik, sedangkan

hitung sel esinofil normal antara 100-200/mm³.perbaikan fungsi

paru disertai penurunan hitung jenis sel esinofil menunjukkan

pengobatan telah tepat.

4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia

Jumlah sel leukosit yang lebih dari 15.000/mm³ terjadi karna

adanya infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan adanya

kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.


e. Pemeriksaan radiologi

Hasil pemeriksaan radiologi pada pasien dengan asma bronchial

biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk

menyingkirkan kemungkinan adanya proses patologi di paru atau

komplikasi asma seperti pneumothoraks, pneumomediastinum,

atelectasis, dan lain-lain.

10. Penatalaksanaan

Menuru NANDA NIC-NOC (2015:71), tujuan utama

penataksanaan asma adalah meningktakan dan mempertahankan kualitas

hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Program penatalaksanaan asma meliputi 7 komponen, yaitu :

a. Edukasi

Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality.

Edukasi tidak hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi

juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan,

pembuat perencanaan bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.

b. Menilai dan monitor berat asma secara berkala

Penilaian klinis berkala anatara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh

penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalksanaan asma. Hal

tersebut disebabkan berbagai factor antara lain :

1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhakan

perubahan terapi

2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan

pada asmanya
3) Daya ingat (memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,

sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.

c. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus

d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang

Penatalksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut

sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 factor yang perlu

dipertimbangkan :

1) Medikasi (obat-obatan)

2) Tahapan pengobatan

3) Penanganan asma mandiri (pelangi asma)

e. Menetapkan pengobatan pada serangan akut

f. Control secara teratur

g. Pola hidup sehat

1) Meningkatkan kebugaran fisik

Olarag menghasilkan kebugaran fisik secar umum. Walaupun

terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah

exercise (exercise-induced asma/ EIA), akan tetapi tidak berarti

penderita EIA dilarang melakukan olahraga. Senam asma

Indonesia (SAI) adalah salah satu bentuk olahraga yang

dianjurkan karena melatih dan mnguatkan otot-otot pernafasan

khususnya, selain manfaat lain pada olahraga umumnya.

2) Berhenti atau tidak pernah merokok


3) Lingkungan kerja

Kenali lingkungan kerja ynag berpotensi dapat menimbulkan

asma.

B. Pengetahuan

1. Defenisi

Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:81), pengetahuan adalah

kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya.

Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul

(superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation).

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman

yang didapatkan oleh setiap manusia.

Sedangkan menurut Notoatmojo (2008) yang dikutip oleh Titik

Lestari (2015:1), pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga, yaitu proses

melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses belajar

dalam pendidikan formal maupun informal.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Titik Lestari (2015:3), untuk mengukur tingkat

pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu spesifik dari suatu bahan yang diterima atau dipelajari.


b. Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang diketahui dan

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pad suatu kondisi atau situasi nyata.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan utnuk menjabarkan materi kedalam komponen-

komponen, tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/obyek.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhu pengetahuan

Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:83), terdapat tujuh factor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pila mereka


menerima informasi, dan pada akirnya pengetahuan yang dimilikinya

akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat

pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap

orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang

baru diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahya umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan

fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran,

perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri

baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada

aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi matang

dan dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi

terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan

menekui suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang

lebih mendalam.
e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam menentukan sikap pribadi

seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

g. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Titik Lestari (2015:6), cara memperoleh pengetahuan

adalah sebagai berikut :

a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan

1) Cara coba salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan maslah dan

apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat

dipecahkan.

2) Cara kekuasaaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan

masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang


pemerintah, dan berbagai prinsip lain yang menerima,

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai

otoritas tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan

kebenarannua baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran

sendiri.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut

metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626). Kemudian akhirnya dikembangkan oleh

Deobold van Daver. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan

penelitian yang dewasa ini dikenal dengan penelitian ilmiah.

5. Sumber pengetahuan

Menurut Titik Lestari (2015:7), berbagai upaya yang dilakukan

oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta cara-

cara tersebut yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu :

a. Orang yang memiliki otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu dengan

bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang dianggapnya

lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang ditempatkan memiliki
otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar, termasuk juga

dalam hal ini misalnya hasil publikasi resmi mengenai kesaksian

otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan

lainnya.

b. Indra

Indra adalah alat peralatan pada diri manusia sebagai salah satu

sumber internal pengetahuan.

c. Akal

Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun

oleh manusia tanpa harus atau tidak bias mempersepsikannya dengan

indera terlebih dahulu. Pengetahuan dapat diketahui dengan pasti dan

dengan sendirinya karena potensi akal.

d. Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau

pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak

merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi sadar atau

persepsi rasa yang langsung. Intuisi dapat berarti kesadaran tentang

data-data yang langsung dirasakan.

6. Pengukuran pengetahuan

Menurut Titik Lestari (2015:9), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan

dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

akan dikur dari subyek penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket


yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur dari subjek

penlitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan

yang diukur.

C. Sikap

1. Defenisi

Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:84), sikap adalah persaan,

pikiran dan kecendrungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen

mengenai aspek-aspek tertentu dalan lingkungannya. Sikap merupakan

kecondongan evaluative terhadap sesuatu stimulus atau objek yang

berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek

tersebut.Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan,

suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu.

Sedangkan menurut Notoatmojo (2010) yang dikutip oleh Tititk

Lestari (2015:11), medefenisikan pengertian sikap dengan sangat

sederhana bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam

merspons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran,

perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yang lain.

2. Komponen sikap

Menurut Alport yang dikutip oleh Wahit Iqbal Mubarak (2011:84),

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu

kepercayaan/keyakinan (ide dan konsep), kehidupan emosional atau

evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan kecendrungan untuk

bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-

sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).


Sedangkan menurut Titik Lestari (2015:12), ada 3 komponen

pokok tentang sikap yaitu : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep

terhadap suatu obyek, kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu

obyek, kecendrungan untuk bertindak (trend to be have). Ketiga

komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Menurut Azwar S (2000) yang dikutip ole A.Wawan dan Dewi

(2010 : 31), struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang sangat

menunjang yaitu:

a. Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki oleh

individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat

disamakan dengan pandangan (opini).

b. Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap

dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang

biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan

merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh

yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

c. Komponen konatif

Komponen konatif merupakan komponen prilaku yang cenderung

untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu.
3. Tingkatan sikap

Menurut Titik Lestari (2015:13), sikap terdiri dari beberapa

tingkatan,yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap.Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan.Terlepas dari hal tersebut,

pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima

ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subyek atau seseorang memberikan nilai yang

posotif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain lebih merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab

terhadap apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil

sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka seseorang tersebut

harus berani mengambil resiko.


4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Titik Lestari (2015:14), beberapa factor yang ikut

berperan dalam membentuk sikap antara lain :

a. Pengalaman pribadi

Apa yang tealah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social. Tanggapan

akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat

mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai

pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Apakah

penghayatan itu kemudian akan membentuk sikap positif ataukah

negative, akan tergantung pada berbagai factor lain.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen

social yang ikut mempengaruhu sikap kita. Seseorang yang kita

anggap penting, seseorang yang kita harap persetujuannya bagi setiap

gerak tingkah dan pendapat kita.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.Apabila

seseorang hidup dalam budaya yang mengutamakan kehidupan

berkelompok maka sangat mungkin seseorang tersebut memiliki sikap

negative terhadap kehidupan individualism yang mengutamakan

kepentingan perorangan.
d. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu system

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu.

e. Pengaruh factor emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang.Kadang-kadang, suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi

sebagai semacam penyaluran frustasi atau bentuk pengliatan

mekanisme pertahanan ego.

5. Pembentukan sikap

Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran, yaitu sebagai

berikut :

a. Pengkondisian klasik (classical conditioning)

Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/ransangan

selalu diikuti oleh stimulus/ransangan yang lain, sehingga rangsangan

yang pertama menjadi suatu isyarat bagi ransangan yang kedua.

b. Pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu prilaku mendatangkan hassil

yang menyenangkan bagi seseorang, maka prilaku tersebut akan

diulangi kembali. Sebaliknya, bila prilaku mendatangkan hasil yang

tidak menyenangkan bagi seseorang, maka prilaku tersebut tidak akan

diulangi lagi ataua dihindari.


c. Belajar melalui pengamatan

Proses pembelajaran dengan cara mengamati prilaku dengan orang

lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berprilaku serupa.

Banyak prilaku yang dilakukan seseorang hanya karena mengamati

perbuatan orang lain.

d. Perbandingan social (social comparison)

Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk

mengecek apakah pandangan seseorang mengenai sesuatu adalah

benar atau salah disebut perbandingan social.

6. Sifat sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negative,

menurt A.Wawan dan Dewi M. (2010 : 34 ) :

a. Sikap positif ( favorable ) yaitu kalimatnya bersifat mendukung

atau memihak pada objek sikap, pernyataan ini mengatakan hal

yang positif.

b. Sikap Negatif ( unfavorable ) yaitu pernyataan sikap mungkin

pula berisi hal-hal yang negatif mengenai objek sikap, yaitu yang

bersifat tidak mendukung ataupun kontra terhadap objek sikap

yang hendak diungkap.

7. Cara pengukuran sikap

Menurt Azwar (2005) yang dikutip ole A.Wawan dan Dewi (2010 :

37), Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap


mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek

sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek

sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang fouvarable.

Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negative

mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra

terhadap obyek sikap. Pernyataan yang seperti ini disebut dengan

pernyataan yang tidak fouvarable. Suatu skala sikap sedapat mungkin

diusahakan agar terdiri atas pernyataan fouvarable dan tidak fouvarable

dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan yang

disajikan tidak semua positif dan tidak semua negative yang seolah-olah

isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali obyek sikap.

8. pengukuran sikap (Skala Likert)

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternative yang

lebih sederhana dibandingkan dengan skala thurstone. Skala thurstone

yang terdiri dari 11 point disederanakan menjadi dua kelompok, yaitu

yang fofarabel dan unfofarabel. Sedangkan item yang netral tidak

disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert

menggunakan teknik konstruksi test yang lain. Masing-masing responden

diminta melakukan egreetment atau disegreetment-nya untuk masing-

masing item dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat setuju, Setuju,

Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat tidak setuju). Semua item yang

fovarabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu sangat setuju

nilainya 5 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 1.

Sebaliknya, untuk item yang unfavorable nilai skala sangat setuju 1


sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala

thurstone, skala likert disusun dan diberi skor sesuai dengan skala

interval sama (equal-interval scale). (A.Wawan dan Dewi.W, 2010 : 39)

D. Kerangka teori

Bagan 2.2

Kerangka teori

Konsep Asma Konsep


Bronkhial Pengetahuan
sikap pasien
1. Anatomi 1. Defenisi
asma :
system 2. Tingkat
pernafasan pengetahuan 1. Baik
2. Fisiologi 3. Faktor-faktor 2. Kurang
system yang baik
pernafasan mempengaruhu
3. Defenisi pengetahuan
4. Etiologi 4. Cara
5. Patofisiologi memperoleh
6. Manifestasi pengetahuan
klinis 5. Sumber
7. Klasifikasi pengetahuan
8. Komplikasi 6. Pengukuran
9. Pemeriksaan pengetahuan
diagnostic
10. penatalaksanaa
n

Sumber : (Arif Mutaqqin, 2008), (Irman Somantri,2009), (Syaifudi, 2011), (Titik


Lestari, 2015), (A.Wawan dan Dewi.M, 2010)
E. Kerangka konsep

Bagan 2.3

kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan Sikap

1. Baik
2. Kurang
baik

F. Hipotesis penelitian

Menurut Notoatmojo (2012:84) hipotesis adalah suatu jawaban

sementara dari pertanyaan penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan sikap pasien asma bronchial di

ruang rawat inap paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

Kabupaten Kerinci Tahun 2017


G. Defenisi operasional

Table 2.1

Defenisi operasional

No Variabel Defenisi cara ukur Alat ukur Hasil ukur skala


operasional
1 Independen Pengetahuan Wawancara Kuesioner Tinggi= ≥ Ordinal
pengetahuan adalah segala 60 %
apa yang Rendah= <
diketahui oleh 60%
responden
mengenai asma
bronchial.
2 Dependen Sikap adalah Wawancara Kuesioner 1. Kurang Ordinal
Sikap pasien perasaan, baik,
Asma pikiran, dan jika
bronkhial kecenderungan jumlah
seseorang jawaban
yang kurang ≤ 44
lebih bersifat 2. Baik,
permanen jika
mengenai jumlah
aspek-aspek jawaban
tertentu dalam > 44
lingkungan nya.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu penelitian

yang menggambarkan keseluruhan variable yang diteliti dengan tujuan

mengetahui Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasien Asma Bronkhial di

Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci Tahun 2017. (Notoatmojo, 2012)

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia:klien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam,2011:89).

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien asma bronchial di ruang

rawat inap Paru RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci yang

berjumlah 45 orang.

2. Sampel

Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2011

: 91). Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah pasien Asma

Bronkial di Ruang Rawat Inap Paru RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci

dengan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Total

sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini jumlah sampel

adalah 45 sampel.
Menurut Nursalam ( 2011 : 92 ), dengan kriteria sampel sebagai

berikut :

a. Inklusi

Karakter umum yang harus terpenuhi untuk menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah :

1) Pasien Asma bronchial yang dirawat di ruang rawat inap

paru RSU Mayjen H.A Thalib kerinci

2) Pasien yang tidak terganggu jiwanya

3) Pasien yang bersedia menjadi responden

4) Pasien yang bisa membaca dan menulis

b. Ekslusi

1) Pasien yang terganggu jiwanya

2) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

3) Pasien yang tidak bisa membaca dan menulis

C. Tempat penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Paru Rumah

Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

D. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci pada tanggal 08 Agustus 2017 sampai

dengan 08 September 2017.

E. Etika penelitian

Menurut A.Aziz Alimul Hidayat (2008 : 82), masalah etika penelitian

merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat


penelitian keperwatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi

etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan

antara lain sebagai berikut :

1. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek

mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak

pasien.

2. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalh-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.
F. Alat pengumpulan data

1. Data primer

Data primer adalah data yang didapat langsung dari responden

dengan menggunakan kuesioner dan wawancara yang telah disiapkan.

Data primer diperoleh melallui wawancara. Kuesioner terdiri dari 20

pertanyaan tentang pengetahuan dan sikap. Pengetahuan adalah kesan

didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya

sedangkan sikap adalah persaan, pikiran dan kecendrungan seseorang yang

kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalan

lingkungannya.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari instansi yang terkait

yaitu dari Rumah Sakit umum Mayjen H.A Thalib Kerinci Tahun 2017

G. Uji validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Menurut nursalam (2011) Uji Validitas adalah pengukuran dan

pengamatan yang berarti prinsip keadaan instrument dalam pengumpulan

data. Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Sedangkan Uji realiabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati bekali-

kali dalam waktu yang berlainan. Uji validitas yang dilakukan pada 20

responden di Rumah Sakit DKT Sungai Penuh, yaitu 10 pertanyaan untuk

tingkat pengetahuan dan 10 pertanyaan untuk sikap, kemudian jawaban-

jawaban dari responden diolah menggunakan computer didapatkan hasil


rentang 0,459 sampai dengan 0,678 untuk pertanyaan pengetahuan dan

untuk pertanyaan sikap dengan rentang 0,473 sampai dengan 0,646.

Kuesioner dikatakan valid apabila r hitung ≥ r table, r table yaitu 0,444

jadi pada semua pertanyaan pengetahuan dan sikap pasien asma bronchial

semuanya valid.

2. Reliabilitas

Menurut Nursalam (2011:103), Reliabilitas adalah kesamaan hasil

pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur

atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Dalam penelitian ini

pertanyaan-pertanyaan tiap variabel diolah dengan menggunakan

computer yang menunjukkan hasil 0,755 untuk pengetahuan dan 0,747

untuk sikap. Kuesioner dikatakan reliabel apabila ≥ 0,6 jadi semuanya

reliabel.

H. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Tugas peneliti dalam pengumpulan data meliputi ; memilih

subjek, pengumpulan data secara konsisten, mempertahankan pengendalian

dalam penelitian, menjaga integritas dan validitas dan menyelesaiakan

masalah (Nursalam, 2011).

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahap sebagai berikut :

1. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing dilanjutkan

dengan meminta surat izin penelitian di kantor Kesatuan Bangsa Politik

Kabupaten Kerinci.
2. Setelah mendapat persetujuan dari kepala Kesatuan Bangsa Politik,

kemudian peneliti menyerahkan surat izin penelitian Kepada Direktur

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci untuk meminta surat

surat izin penelitian di Ruang rawat Inap Paru Rumah Sakit Umum

Mayjen H.A Thalib Kerinci.

3. Setelah mendapat izin dari Direktur Rumah Sakit Umum Mayjen H.A

Thalib Kerinci peneliti menyerahkan Surat Izin Penelitian pada Kepala

Ruangan Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci

4. Setelah mendapat persetujuan dari Kepala Ruangan Paru Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kerinci peneliti mendatangi ruangan rawat

inap calon responden yang sesuai dengan kriteria inklusi untuk dijadikan

responden.

5. Peneliti menjelaskan maksud dan manfaat penelitian kemudian meminta

persetujuan responden apakah bersedia mengisi kuesioner.

6. Peneliti memberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner dan

memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya bila ada yang

belum jelas.

7. Responden yang tidak dapat mengisi kuesioner dibantu oleh peneliti dalam

pengisian kuesioner.

8. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa

kembali apakah pertanyaan yang disediakan sudah diisi oleh responden.

9. Kuesioner yang telah diisi lengkap kemudian dilakukan pengolahan data

dan analisa data.


I. Pengolahan data

Melakukan pengelolaan data sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki data

tersebut, pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan program

computer. Adapun menurut Notoatmojo (2012), langkah-langkah pengelolaan

data sebagai berikut :

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk pengecekkan dan perbaikan isian formulir

kuesioner.

2. Coding

Coding adalah mengubah data yang berbentuk kalimat atau huruf menjadi

data yang berbentuk data atau bilangan. Setelah semua kuesioner diedit

atau disunting, selanjutnya peneliti melakukan pengkodean. Pengetahuan

yaitu benar (1), salah (0). Sikap yaitu setuju (1), sangat setuju (2), ragu-

ragu (3), tidak setujun(4), sangat tidak setuju (5).

3. Processing

Processing adalah proses pengolahan data atau memasukkan data dalam

proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang memasukkan data ini.

Apabila tidak maka akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data

saja.

4. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali utnuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan


sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi, proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning).

J. Analisa data

Menurut Notoatmojo (2012;180), data yang telah diolah baik secara

pengolahan manual maupun penggunaan computer, tidak aka nada maknanya

tanpa dianalisis. Menganalisa data tidak sekedar mendeskripsikan data yang

telah diolah.

1. Analisa univariat

Analisa data yang digunakan adalah univariat dilakukan untuk

memberikan gambaran tentang variable, jenis kelamin, umur, riwayat

pendidikan, riwayat pekerjaan, dan sumber informasi. Analisa data hasil

penelitian dilakukan melalui dua tahap yaitu pengolahan data dan analisa

data dengan menggunakan computer (software analisis). Pada analisa ini

data demografi, tingkat pengetahuan dan sikap pasien asma bronchial

akan dideskriptifkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisa bivariate

Untuk menguji hipotesa apakah ada hubungan variable

pengetahuan dengan sikap pasien asma bronchial di Ruang Rawat Inap

Paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun

2017.

Analisa terhadap 2 variabel data untuk melihat hubungan variabel

(Independen dan Dependen). Tujuan analisis bivariate ini adalah untuk

melihat hubungan variabel independen dan dependen dengan


menggunakan uji Chy square pada pengolahan data dengan SPSS,

dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05).

Hasil analisa yang dinyatakan bermakna apabila nilai p dengan kriteria :

Ha : Diterima jika <0,05 berarti ada hubungan yang bermakna.

Ho : Diterima jika ≥0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna.


BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Karkteristik Responden

Penelitian ini dilaksanakan di ruang rawat Inap Paru Rumah Sakit

Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017, terhadap semua

pasien asma bronchial yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 34 orang.

Karakteristik responden yang diteliti dalam penelitian ini yaitu umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan dengan hasil sebagai berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Rawat
Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

Umur Frekuensi %
Remaja (17-21 tahun) 6 17,6
Dewasa (22-45 tahun) 16 47,1
Lansia (>45 tahun) 12 35,3
Total 34 100

Tabel 4.1 diatas menunjukkan Responden Remaja (17-21 tahun)

yaitu sebanyak 6 orang (17,6%), sedangkan responden dewasa (22-45

tahun) berjumlah 16 orang (47,1%) dan responden lansia (>45 tahun)

sebanyak 12 orang (35,3%).


2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang
Rawat Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

Jenis Kelamin Frekuensi %


Laki-Laki 16 47,1
Perempuan 18 52,9
Total 34 100

Tabel 4.2 diatas menunjukkan lebih separoh responden adalah

perempuan yaitu 18 orang (52,9%) dan responden Laki-laki 16 orang

(47,1%)

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Ruang
Rawat Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

pendidikan Frekuensi %
SD 7 20,6
SMP 4 11,8
SMA 20 58,8
PT 3 8,8
Total 34 100

Tabel 4.3 diatas menunjukkan Responden dengan pendidikan SD

sebanyak 7 orang (20,6%), respnden dengan pendidikan SMP sebanyak 4

orang (11,8%), responden dengan pendidikan SMA sebanyak 20 orang

(58,8), responden dengan Pendidikan Tinggi sebanyak 3 orang (8,8%).


4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang
Rawat Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

Pekerjaan Frekuensi %
Tidak bekerja 6 17,6
IRT 16 47,1
Wiraswasta 8 23,5
PNS 1 2,9
Tani 3 8,8
Total 34 100

Tabel 4.4 diatas menunjukkan Responden yang tidak bekerja

sebanyak 6 orang (17,6%), Responden dengan pekerjaan IRT sebanyak 16

orang (47,1%), responden dengan pekerjaan Wiraswasta sebanyak 8 orang

(23,5%), responden dengan Pekerjaan sebagai PNS sebanyak 1 orang

(2,9%) dan reponden dengan pekerjaan sebagai tani sebanyak 3 orang

(8,8%).

B. Analisa Univariat

1. Sikap Pasien Asma Bronkhial

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap di Ruang Rawat
Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

Sikap Frekuensi %
Kurang Baik 22 64,7
Baik 12 35,3
Total 34 100
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap yang kurang baik yaitu 22 orang (64,7%) dan 12 orang

(35,3%) responden memiliki sikap yang baik.

2. Pengetahuan

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Ruang
Rawat Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017
Pengetahuan Frekuensi %
Rendah 18 52,9
Tinggi 16 47,1
Total 34 100

Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa 18 orang (52,9%)

responden memiliki pengetahuan yang rendah dan 16 orang (47,1%)

responden memiliki pengetahuan yang tinggi.

C. Analisa Bivariat

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasien Asma Bronkhial

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan
Sikap di Ruang Rawat Inap Paru RSU Mayjen H.A. Thalib
Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

Sikap
P
Kurang Baik Jumlah
Pengetahuan Value
Baik
f % f % f %
Rendah 17 94,4 1 5,6 18 100
0,000
Tinggi 5 31,2 11 68,8 16 100
Total 22 64,7 12 35,3 34 100
Pada tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

sikap yang kurang baik lebih banyak pada responden yang memiliki

pengetahuan yang rendah (94,4%) dibanding dengan responden yang

memiliki pengetahuan yang tinggi (31,2%).

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi square diperoleh

p value 0,000 dengan derajat kemaknaan 95% (α = 0,05). Hal ini dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap pasien

asma bronkhial di ruang rawat inap paru RSU Mayjen H.A. Thalib

Kabupaten Kerinci tahun 2017.


BAB V

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Pengetahuan dan sikap responden dipengaruhi oleh banyak factor.

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya pendidikan,

pengalaman, paparan media masa, ekonomi dan hubungan social. Factor-

faktor yang mempengaruhi sikap diantaranya pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media masa,

lembaga pendidikan dan pengaruh fakor emosional. (Titik lestari, 2015).

Dalam penelitian ini beberapa factor pengetahuan dan sikap seperti umur,

jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan yang dijadikan data demografi

responden.

1. Umur

Berdasarkan hasil penelitian responden terbanyak adalah dewasa

(22-45 tahun) yaitu sebesar 16 (47,1%) dari 34 responden. Responden

Remaja (17-21 tahun) yaitu sebanyak 6 orang (17,6%), dan responden

lansia (>45 tahun) sebanyak 12 orang (35,3%). Usia termuda yaitu 20 tahun

sedangkan yang tertua 74 tahun. Umur merupakan salah satu faktor sosial

yang penting dalam mempelajari masalah kesehatan dan sosial karena umur

berkaitan dengan cara pandang seseorang terhadap sesuatu (Depkes, 2011).

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan pada 34 responden didapatkan

responden dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dari responden

laki-laki, yaitu berjumlah 18 orang (52,9%) dan pada laki-laki sebanyak 16


responden (47,1%). Hal ini sejalan dengan hasil RISKESDAS tahun 2013

bahwa penderita asma cenderung lebih tinggi dialami oleh perempuan

dibandingkan laki-laki. Dan sejalan dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lily Walagole (2012) menyebutkan 56% responden dalam

penelitiannya adalah perempuan. Jenis kelamin adalah kodrat biologis

pemberian dari tuhan yang merupakan bentukan sejak dalam kandungan

dan bersifat given (Ruminiati, 2014 : 93)

3. Pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian responden menunjukkan Responden

pendidikan SMA terbanyak menunjukkan 20 responden (58,8%) dari 34

responden, pendidikan SD sebanyak 7 orang (20,6%), SMP sebanyak 4

orang (11,8%) dan Pendidikan Tinggi sebanyak 3 orang (8,8%).

Pendidikan adalah upaya sadar manusia untuk meningkatkan budi pekerti,

melalui sekolah sehingga anak bisa menjadi lebih baik dan lebih

sempurna, sehingga anak didik bisa lebih maju dan seimbang secara lahir

dan bathin (Ruminiati, 2011 : 10).

4. Pekerjaan

Berdasarkan hasil penelitian responden yang menujukkan

responden pekerjaan IRT terbanyak yaitu 16 orang (47,1%) dari 34

responden, yang tidak bekerja sebanyak 6 orang (17,6%), Wiraswasta

sebanyak 8 orang (23,5%), sebagai PNS sebanyak 1 orang (2,9%) dan

sebagai tani sebanyak 3 orang (8,8%).

Pekerjaan secara umum didefenisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang

dilakukan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan


untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan sebuah karya bernilai

imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-

hari istilah pekerjaan dianggap sama dengan profesi (Depkes, 2011).

B. Analisa Univariat

1. Distribusi Frekuensi sikap pasien Asma Bronkhial di RSU Mayjen

H.A Thalib Kerinci Tahun 2017

Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa lebih dari separoh 22

orang (64,7%) responden memiliki sikap yang kurang baik dan 12

responden (35,3%) klien Asma Bronkhial memiliki sikap baik. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

Wolagole (2012) tentang gambaran pengetahuan dan sikap dalam

mengontrol kekambuhan Asma, menujukkan hasil 61,3% sikap kurang

baik.

Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:84), sikap adalah persaan,

pikiran dan kecendrungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen

mengenai aspek-aspek tertentu dalan lingkungannya. Sikap merupakan

kecondongan evaluative terhadap sesuatu stimulus atau objek yang

berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek

tersebut.Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan,

suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan menurut

Notoatmojo (2010) yang dikutip oleh Tititk Lestari (2015:11),

medefenisikan pengertian sikap dengan sangat sederhana bahwa sikap itu

suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merspons stimulus atau objek.
Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala

kejiwaan yang lain.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa, semakin baik sikap seseorang

maka semakin baik pula dalam hal menyikapi terhadap penyakit maka

akan semakin mudah untuk memperoleh derajat kesehatan yang baik. Agar

terbentuk sikap yang baik maka peran petugas kesehatan memberikan

pendidikan kesehatan yang baik dan menjelaskan dengan benar tentang

suatu penyakit klien agar klien semakin baik dalam menyikapi terhadap

suatu penyakitnya.

Berdasarkan data diatas maka dapat penulis berasumsi bahwa lebih

dari separoh responden dengan hasil penelitian dari 34 responden

diketahui 22 responden memiliki sikap yang kurang baik.

2. Distribusi frekuensi pengetahuan pasien Asma Bronkhial di RSU

Mayjen H.A Thalib Kerinci Tahun 2017

Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa lebih dari separoh

separoh 18 orang (52,9%) responden memiliki pengetahuan yang rendah,

dan 16 responden (47,1%) klien Asma Bronkhial berpengetahuan tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Wolagole (2012) tentang gambaran pengetahuan dan sikap dalam

mengontrol kekambuhan Asma, dimana juga lebih dari separoh klien

Asma Bronkhial berpengetahun rendah sebesar 60%.

Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:81), pengetahuan adalah

kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya.

Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan (beliefs), takhayul


(superstition), dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation).

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman

yang didapatkan oleh setiap manusia. Sedangkan menurut Notoatmojo

(2008) yang dikutip oleh Titik Lestari (2015:1), pengetahuan merupakan

hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

obyek tertentu.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata

dan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Selain itu proses

pengalaman dan proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal.

Jadi dapat penulis simpulkan, bahwa semakin baik pengetahuan

seseorang tentang kesehatan penyakitnya dan semakin mudah unyuk

mencegah terjadinya kekambuhan Asma Bronkhial. Agar pengetahuan

klien baik maka diharapkan peran petugas kesehatgan terutama perawat

dalam memberikan kegiatan penyuluhan pada klien. Berdasarkan data

diatas dapat penulis berasumsi bahwa lebih dari separoh responden dengan

hasil penelitian dari 34 responden diketahui 18 responden bepengetahuan

kurang baik.

C. Analisa Bivariat

Hubungan pengetahuan dengan sikap pasien Asma Bronkhial

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa proporsi pasien yang

memiliki sikap yang kurang baik lebih banyak pada responden yang memiliki

pengetahuan yang rendah (94,4%) dibanding dengan responden yang

memiliki pengetahuan yang tinggi (31,2%). Berdasarkan hasil analisis

statistik dengan uji chi square diperoleh p value 0,000 dengan derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan sikap pasien asma bronkhial di ruang rawat inap

paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2017. Dari hasil ini

terlihat bahwa pengetahuan dengan sikap sangat erat hubungannya dengan

kepatuhan tentang Asma Bronkhial. Artinya hasil yang peneliti dapatkan

sejalan dengan teori menurut Menurut Wahit Iqbal Mubaraq (2011:81)

menjelaskan Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan pancainderanya. Pengetahuan sangat berbeda dengan

kepercayaan (beliefs), takhayul (superstition), dan penerangan-penerangan

yang keliru (misinformation).

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan

pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Sedangkan sikap adalah

adalah persaan, pikiran dan kecendrungan seseorang yang kurang lebih

bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalan lingkungannya. Sikap

merupakan kecondongan evaluative terhadap sesuatu stimulus atau objek

yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek

tersebut.Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka

atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu (Wahit Iqbal Mubaraq 2011:84).

D. Implikasi Penelitian

Dampak penelitian terhadap institusi pendidikan dan pelayanan

kesehatan untuk menciptakan pengetahuan dan sikap yang baik pada klien

Asma Bronkhial, petugas kesehatan harus menentukan petugas yang harus

memberikan penyuluhan kepada setiap klien Asma Bronkhial. Perawat dalam

mem berikan kegiatan penhyuluhan kepada setiap klien Asma Bronkhial

dengan menyebarkan brosur, poster, leaflet tentang Asma Bronkhial.


Pada pendidikan mahasiswa dapat memahami bagaimana cara

memberikan penjelasan yang baik tentang Asma Bronkhisl. Pendidikan yang

diberikan berupa penjelasan tentang Asma Bronkhial agar klien dapat

menerima dengan baik. Pendidikan juga diberikan melalui gambar-gambar

atau leaflet yang disebar pada setiap klien. Pada pelayanan kesehatan

merupakan hal penting yang dalam menyebarkan informasi yang benar dan

baik, sehingga masyarakat mengerti apa yang dimaksud dengan Asma

Bronkhial. Pelayanan kesehatan merupakan ujung tombak dari pemberian

informasi.

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini adalah karena keterbatasan waktu pada

saat peneliti melakukan penelitian jumlah sampel yang didapatkan sebanyak

34 responden. Kemudian pada peneliti menyebarkan kuesioner responden

sedang mengalami sesak sehingga harus menunggu sampai sesak yang

dialami responden berkurang dan ketika ingin meneliti susahnya

berkomunikasi dengan baik pada responden karena responden menggunakan

oksigen dan beristirahat sehingga dengan hal demikian peneliti harus

berkomunikasi dengan lama dengan pasien.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil yang telah didapatkan tentang hubungan pengetahuan dengan

sikap pasien Asma Bronkhial di ruang rawat inap paru RSU Mayjen H.A. Thalib

Kerinci Tahun 2017, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah responden terbanyak adalah perempuan dengan tingkat usia

terbanyak adalah dewasa (22-45 tahun)

2. Terdapat lebih dari separoh klien memiliki sikap kurang baik pada klien

Asma Bronkhial di ruang rawat inap paru RSU Mayjen H.A. Thalib

Kerinci Tahun 2017

3. Terdapat lebih dari separoh klien memiliki pengetahuan rendah pada klien

Asma Bronkhial di ruang rawat inap paru RSU Mayjen H.A. Thalib

Kerinci Tahun 2017

4. Ada hubungan pengetahahuan dengan sikap pasien Asma Bronkhial di

ruang rawat inap paru RSU Mayjen H.A. Thalib Kerinci Tahun 2017

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian maka

peneliti menyarankan :

1. Pendidikan

Disarankan agar mahasiswa menjadikan hasil penelitian ini sebagai

referensi yang digunakan untuk menambah pengetahuan.


2. Pelayanan Kesehatan

Disarankan kepada pelayanan kesehatan untuk melakukan penyuluhan,

membuat leaflet tentang Asma Bronkhial sehingga pasien dapat

menjadikan sebagai ilmu pengetahuan yang baru dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari kekambuhan asma.

3. Peneliti Selanjutnya

Disarankan agar dapat melanjutkan penelitian ini dengan jenis variabel

yang berbeda dengan tujuan untuk penyempurnaan.


DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis& NANDA NIC-NOC. Jogjkarta :
Mediaction Jogja

A.Wawan & Dewi.M (2010). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Prilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika

Hidayat, A.Aziz Alimun. (2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika

Kementrian Dalam Negeri RI. (2011). Undang-undang Kesehatan RI No. 36


tahun 2009. Jakarta : Depdagri RI

Kemenkes RI. (2013). Riskesdes 2013 http://depkes.go.id/downloads/riskesdas


2013/hasil%20riskesdes%202013.pdf.(diakses pada tanggal 4 april 2017)

Lestari, Titik. (2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Mubaraq, Wahit Iqbal. (2011). Promosi kesehatan untuk kebidanan. Jakarta :


Salemba Medika

Mutaqqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Asma


Bronchial.Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :


Rineka cipta

(2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam.(2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan.Jakarta : Salemba medika

Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci.(2014). Distribusi


Frekuensi Penyakit terbesar di Ruang paru Rumah Sakit Umum Mayjen
H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2014. Kerinci :Rekam Medik

(2015). Distribusi Frekuensi Penyakit terbesar di Ruang paru


Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten kerinci Tahun 2014.
Kerinci : Rekam Medik

(2016). Distribusi Frekuensi Penyakit terbesar di Ruang paru


Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib Kabupaten kerinci Tahun 2014.
Kerinci : Rekam Medik
Ruminiati (2014). Sosio-Antropologi Pendidikan Suatu kajian Multikultural.
Malang : Gunung Samudera

Smeltzer& Bare (2002). http://lpkeperawatan.blogspot.com//2014/01/laporan-


pendahuluan-asma.html (diakses pada tanggal 10 April 2017)

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


System Pernafasan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

Suriadi&Yuliani Rita.(2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta :Sagung


Seto

Syaifuddin.(2009). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta :Salemba Medika

Syarifah, Fitri. (2014). RUU Keperawatanhttp://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/


jkp/article/download/2240/1797.RUUKeperawatanpasal 1 ayat 1, 2 dan
3(diakses pada tanggal 04 April 2017.)

Wolagole, Lily. (2012). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Dalam Mengontrol


kekambuhan Asma Pada Pasien Asma bronchial Rawat Jalan Rumah
Sakit Paru dr.Ario Wirawan Salatiga.http://repository.uskw.edu/
bitstream/judul.pdf (diakses pada tanggal 20 April 2017)
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi responden penelitian yang akan dilakukan

oleh mahasiswa Akademi keperawatan Bina Insani Sakti Sungai Penuh yang

bernama Putri Milsa Wati dengan judul “Hubungan pengetahuan dengan sikap

pasien di ruang rawat inap paru Rumah Sakit Umum Mayjen H.A Thalib

Kabupaten kerinci Tahun 2017”.

Demikian surat ini saya buat dengan sesungguhnya agar dapat digunakan

sebagaimana mestinya.

Sungai Penuh, Agusutus 2017

Responden

( )
Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

Tujuan penelitian : mengetahui gambaran sikap pasien asma bronchial terhadap

penyakit asma bronchial.

Petunjuk pengisian :

a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan cermat.

b. Jawablah pertanyaan pada kolom yang telah disediakan.

c. Berilah tanda cek list () pada jawaban yang benar untuk setiap jawaban.

d. Tanyakan langsung kepada peneliti jika ada kesulitan dalam menjawab

pertanyaan.

e. Mohon kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti setelah jawaban terisi

semua.

A. Karakteristik responden

1. Nama responden :

2. Umur : (tahun)

3. Jenis kelamin :

 Laki-laki

 Perempuan

4. Agama :

 Islam  Hindu

 Kristen/Katolik  Budha

5. Status perkawinan :

 menikah  belum menikah


6. Pendidikan :

 SD  SMP

 SMA/SMU  Akademik/Perguruan Tinggi

7. Pekerjaan terakhir :

 tidak bekerja  Wiraswasta

 Tani  PNS

 Lainnya

B. Kuesioner pengetahuan

petunjuk pengisian :

a. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan cermat

b. Berilah tanda silang (X) pada pertanyaan Multi choise (pilihan ganda)

pada variabel pengetahuan sesuai dengan apa yang Bapak/Ibu/Saudara

ketahui.

Pertanyaan :

1. Asma adalah…..

a. Penyempitan jalan nafas yang tidak menyebabkan batuk

b. Penyempitan jalan nafas yang menyebabkan penumpukan lender

c. Penyempitan jalan nafas yang menyebabkan batuk, dada terasa berat,

adanya bunyi nafas dan sesak nafas.

d. Penyakit yang disebabkan oleh stress

2. Adapun gejala-gejala asma adalah…..

a. Sesak nafas tidak berulang, adanya bunyi nafas, dada terasa berat dan

batuk-batuk
b. Sesak nafas yang berulang, adanya bunyi nafas, dada terasa berat dan

batuk-batuk

c. Batuk dan tidak ada sesak nafas

d. Hanya batuk dan sesak nafas saja.

3. Kekambuhan gejala asma yang paling sering terjadi pada…..

a. Siang hari

b. Malam hari

c. Ketika waktu istirahat

d. Pagi hari

4. Factor yang paling berpotensi timbulnya asma adalah…..

a. Aktivitas yang berlebihan

b. Mengkonsumsi makanan berlemak

c. Terpajan udara dingin

d. Kontak langsung dengan factor penyebabnya (udara dingin, debu,

bulu-bulu binatang dan makanan tertentu)

5. Berikut adalah factor-faktor pencetus asma yaitu…..

a. Allergen (serbuk sari, bulu binatang, amarah, makanan pantangan dan

udara dingin), aktivitas berlebihan, terpapar polusi

b. Stress

c. Kelelahan

d. Merokok

6. Penyebab asma selain alergi dapat berasal dari….

a. Makanan pantangan

b. Kurang berolahraga
c. Polusi udara

d. Udara dingin, infeksi pernafasan, emosi dan polutan lingkungan

7. Pernyataan yang benar dibawah ini adalah…..

a. Jika tidak diobati, asma akan sembuh sendiri

b. Asma merupakan penyakit menular

c. Ketidak patuhan mengontrol asma akan mempermudah kekambuhan

asma

d. Penyembuan asma cukup minum obat saja tanpa control yang teratur

8. Pernyataan yang salah dibawa ini adalah…..

a. Asma tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol

b. Ras/etnik mempengaruhi factor resiko terkena asma

c. Beberapa obat dan penyebab lain seperti pewarna rambut dapat

menyebabkan asma

d. Asap tembakau tidak dapat membuat asma lebih buruk

9. Cara untuk mengatasi serangan asma adalah dengan….

a. Makan makanan bersih dan sehat

b. Menghindari factor pencetus

c. Menghindari factor pencetus dan control yang teratur

d. Minum obat yang diresepkan dokter

10. Salah satu ciri-ciri asma terkontrol adala….

a. Tanpa keterbatasan aktivitas, tidak batuk dan tidak sesak nafas

b. Batuk tapi tidak sesak nafas

c. Kebutuhan obat pelega meningkat

d. Jarang berkunjung kerumah sakit


C. Kuesioner sikap

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan cermat.

2. Berilah tanda cek list () pada kolom jawaban yang dipilih ;

Keterangan pilihan jawaban ;

SS : Sangat setuju

S : Setuju

RR : Ragu-ragu

TS : Tidak setuju

STS : Sangat tidak setuju

NO PERTANYAAN SS S RR TS STS

1. Saya bisa menerima keadaan saya sebagai

penderita Asma

2 Saya menganggap asma bukanlah penyakit

yang serius

3 Ketika gejala asma saya kambuh saya

segera ke dokter/puskesmas

4 Jika asma saya masih ringan saya cukup

istirahat saja dirumah tanpa harus kerumah

sakit/puskesmas

5 Untuk menghindari kekambuhan asma

saya menghindari factor-faktor penyebab

asma

6 Saya melakukan control asma jika hanya


terjadi serangan asma

7 Ketika gejala asma saya menurun saya

tidak lagi melakukan pengontrolan asma

8 Ketika asma saya kambuh saya memilih

membeli obat diwarung daripada kerumah

sakit

9 Saya mejaga gaya hidup dengan kesadaran

saya sendiri tanpa paksaan keluarga

10 Jika tidak diobati, asma akan sembuh

sendiri

Anda mungkin juga menyukai