Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN

PENYAKIT TONSILITIS DI POLIKLINIK THT RSU

MAYJEN H.A THALIB KABUPATEN

KERINCI TAHUN 2017

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

Dela Mustika Novia Tari

NIM. 20141060807019

AKADEMI KEPERAWATAN BINA INSANI SAKTI


SUNGAI PENUH TAHUN
AKADEMIK 2017

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama Mahasiswa : Dela Mustika Novia Tari

NIM : 20141060807019

Judul KTI : Hubungan tingkat pengetahuan dengan upaya


pencegahan penyakit tonsilitis di Poliklinik THT RSU
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa, disetujui dan siap untuk dipertahankan

dihadapan Tim Penguji Seminar Proposal Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti

Sungai Penuh.

Sungai Penuh, Agustus 2017

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Pembimbing I

(Ns. Thrisia Monica, S.Kep)

Pembimbing II

(Ns. Moza Suzana, S.Kep)

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Dengan ini menyatakan bahwa KTI yang saya tulis dengan judul “Hubungan

pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A

Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2017” adalah hasil karya saya sendiri dan bukan

merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain kecuali kutipan yang sumbernya

dicantumkan. Jika dikemudian hari pernyataan yang saya buat ini ternyata tidak betul,

maka status kelulusan dan gelar buat ini ternyata tidak betul, maka status kelulusan

dan gelar yang saya peroleh menjadi batal dengan sendirinya.

Sungai Penuh, September 2017

Yang Membuat Pernyataan

Dela Mustika Novia Tari

iii
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
AKPER BINA INSANI SAKTI SUNGAI PENUH

Karya Tulis Ilmiah, September 2017


Dela Mustika Novia Tari

Hubungan Pengetahuan dengan Upaya Pencegahan Tonsilitis di Poliklinik THT


RSUD Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2017

Xii + 37hal + 4 tabel + 8 lampiran + 2 bagan

Abstrak
Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen yang berasal dari
inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi
perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh virus yang tumbuh di
membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi(Fakh dkk, 2016: 436-437).
Penelitian ini mengetahui hubungan pengetahuandengan upaya pencegahan penyakit
tonsilitis di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan
cross sectional, peneliti mencari hubungan antar variabel bebas (independen)
pengetahuan terhadap variabel terikat (dependen) upaya pencegahan tonsilitis dengan
menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan pada 18 sampai dengan 27
September 2017di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci
dengan sampel sebanyak 30 responden dengan menggunakan metode accidental
sampling. Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan kurang 66,7% dan baik
33,3%. Upaya pencegahan tonsilitis salah 56,7% dan benar 43,3% dan nilai p-value
0,007 hal ini menyatakan bahwa ada hubungan penegetahuan dengan upaya
pencegahan tonsilitis.Hasil penelitian ini Perlunya memberikan informasi baik lisan
dan tulisan kepada pasien dan keluarga dalam upaya pencegahan tonsilitis agar tidak
menyebar dan bertambah parah.

Kata Kunci: Pengetahuan, Upaya Pencegahan Tonsilitis


Daftar pustaka : 23 (2003-2016)

iv
PROGRAM STUDY DIPLOMA III NURSING
ACADEMI OF NURSING BINA INSANI SAKTI SUNGAI PENUH

Scientific Papers, September 2017


Dela Mustika Novia Tari

Knowledge Relation With Prevention Of Tonsillitis In Polyclinic THT Mayjen


H.A Thalib District Kerinci In 2017

Xii + 37 hal + 4 tabel + 8 lampiran + 2 bagan

Abstract

Tonsil is one of the foremost body defenses. Antigen derived from inhalants and
ingestants easily enter into the tonsils until resistance occurs and can cause
inflammation by the virus that grows in the mucous membrane then formed the focus
of infection (Fakh et al, 2016: 436-437). This research know the correlation of
knowledge with effort of prevention of tonsilitis disease in Polyclinic THT Myajen
H.A Thalib of Kerinci 2017. The method used in this research is descriptive with cross
sectional approach, researcher looking for correlation between independent variable
(knowledge) to dependent variable (dependent ) prevention of tonsillitis by using
questionnaires. This research was conducted on 18 until 27 September 2017 in
Polyclinic RSU Mayjen H.A ThalibKerinci District with a sample of 30 respondents
by using accidental sampling method. Result of research got that knowledge less
66,7% and good 33,3%. Effort of eradication of tonsillitis wrong 56,7% and correct
43,3% and p-value 0,007 it stated that there is relation of knowledge with effort of
prevention of tonsillitis. The results of this study The need to provide information both
oral and written to patients and families in an effort to prevent tonsillitis so as not to
spread and get worse.

Keywords: Hospitalization, Anxiety level, Child


Bibliography : 46 (1996-2017)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan KTI yang berjudul “Hubungan tingkat

pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit tonsilitis di Poliklinik THT

RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017”.

Dalam penyusunan proposal ini penulis mendapat banyak bimbingan dan arahan

dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Hj. Djasrimurni Fauzi, SH, selaku Ketua Umum Yayasan Bina Insani Sakti

Sungai Penuh.

2. Bapak Ns. Yosep Andri Putra, S.Kep. M.Kep, Selaku Direktur Akademi

Keperawatan Bina Insani Sakti Sungai Penuh.

3. Bapak Fery Satria,ST Selaku ketua SPMI Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti

Sungai Penuh.

4. Ibu Ns. Thrisia Monica , S.Kep, Selaku Pembimbing I yang telah memberikan

arahan dan membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini.

5. Ibu Ns. Moza Suzana, S.Kep Selaku Pembimbing II yang telah memberikan arahan

dan membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini.

6. Bapak Ns. Yosep Andri Putra, S.Kep. M.Kep dan Ns. Ahmadi Irawan, S.Kep

selaku Penguji yang telah memberikan arahan, kritik dan saran.

7. Bapak/ Ibu Staf Dosen serta pengelola Akademi keperawatan Bina Insani Sakti

Sungai Penuh.

vi
8. Bapak Drs. H. Noviar Zen, Apt, MM selaku Direktur RSU Mayjen H.A Thalib

Kabupaten Kerinci yang telah membantu dalam penelitian.

9. Dengan rasa hormat kedua orang tua yang telah mendukung baik moril dan materil

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

10. Teman-teman mahasiswa dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan

proposal penelitian ini.

Sungai Penuh, September 2017

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

Kulit Dalam ............................................................................................... i


Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ......................................................................................... iii
Daftar isi..................................................................................................... iv
Daftar Tabel............................................................................................... v
Daftar Bagan/ Skema ................................................................................ vi
Daftar Lampiran ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Tinjauan Teoritis................................................................... 8
1. Tonsilitis............................................................................ 8
2. Pengetahuan ...................................................................... 15
3. Kerangka Teori.................................................................. 18
B. Kerangka Konsep ................................................................. 19
C. Hipotesis ............................................................................... 19
D. Defenisi Operasional ............................................................ 20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................... 21
B. Populasi dan Sampel ............................................................. 21
C. Tempat Penelitian ................................................................. 22
D. Waktu Penelitian................................................................... 22
E. Etika Penelitian ..................................................................... 23
F. Alat Pengumpulan Data ........................................................ 24
G. Uji Validitas dan Realibilitas ................................................ 24
H. Prosedur Pengumpulan Data ................................................ 25
I. Analisa Data ......................................................................... 27
BAB IV HASIL ANALISA
A. Analisa Univariat ................................................................... 28
B. Analisa Bivariat ..................................................................... 29
BAB V PEMBAHASAN
A. Pembahasan Penelitian ......................................................... 30
B. Implikasi Penelitian ............................................................... 34
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 36
B. Saran ...................................................................................... 36
Daftar Pustaka

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Defenisi Operasional ......................................................... 20

Tabel 4.1 Upaya Pencegahan Tonsilitis ............................................ 28

Table 4.2 Pengetahuan ...................................................................... 28

Table 4.3 Hubungan Pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis 29

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori.................................................................. 18

Bagan 2.2 Kerangka Konsep .............................................................. 19

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Pengambilan Data (AKPER BIS)

Lampiran 2 : Surat Izin Pengambilan Data (RSU MHAT)

Lampiran 3 : Informed Consent

Lampiran 4 : Kuesioner

Lampiran 5 : Lembaran Konsul Pembimbing 1

Lampiran 6 : Lembaran Konsul Pembimbing 2

Lampiran 7 : Surat Penelitian Kesbangpol

Lampiran 8 : Surat penelitian RSU Mayjen H. A Thalib Kabupaten Kerinci

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Nona (2013), sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan

sosial yang merupakan satu kesatuan, bukan hanya terbebas dari penyakit Undang-

Undang Kesehatan No.36 Tahun 2009 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan,

jiwa dan sosial sehingga memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial

dan ekonomi. Hal ini berarti kesehatan seseorang berperan penting untuk

menunjang produktifitas orang tersebut dalam hidupnya.

Tonsilitis merupakan peradangan pada palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer yang disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri, jamur

yang masuk secara aerogen atau foodborn (Shalihat dkk, 2015: 787).Tonsilitis atau

juga biasa disebut dengan amandel adalah infeksi dan inflamasi pada tonsil.

Penyebaran infeksinya dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.

Tonsilitis bisa disebabkan oleh beberapa jenis bakteri dan virus. Tonsilitis

merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit THT (Nadhilla

& Sari, 2016:107).

Tonsil merupakan salah satu pertahanan tubuh terdepan. Antigen yang berasal

dari inhalan maupun ingestan dengan mudah masuk ke dalam tonsil hingga terjadi

perlawanan tubuh dan bisa menyebabkan peradangan oleh virus yang tumbuh di

membran mukosa kemudian terbentuk fokus infeksi. Keadaan ini akan semakin

berat jika daya tahan tubuh penderita menurun akibat peradangan virus

sebelumnya. Peradangan tonsil akan mengakibatkan pembesaran yang

xii
menyebabkan kesulitan menelan atau seperti ada yang mengganjal di tenggorok.

Pada penderita tonsilitis biasanya keadaan ini juga dapat mengakibatkan keluhan

ngorok saat tidur karena pengaruh besarnya tonsil mengganggu pernafasan bahkan

keluhan sesak nafas juga terjadi apabila pembesaran tonsil telah menutup jalur

pernafasan (Fakh dkk, 2016: 436-437).

Bakteri penyebab tonsilitis kronis pada umumnya sama dengan tonsilitis akut

yaitu bakteri aerob gram positif (yang paling sering) dan gram negatif . Tonsilitis

dapat menyebar dari orang ke orang melalui kontak tangan, menghirup udara

setelah seseorang dengan tonsilitis bersin atau berbagi peralatan gosok gigi dari

orang yang terinfeksi. Anak dan penderita tonsilitis yang paling mungkin untuk

menderita tonsilitis, tetapi dapat menyerang siapa saja. Beberapa literatur

menyebutkan tonsilitis kronis sering terjadi pada usia 5-20 tahun (Shalihat dkk,

2015: 787).

Mencegah kekambuhan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga

kebersihan diri, cuci tangan adalah cara terbaik. Selain itu juga banyak istirahat,

minum air hangat, berkumur dengan air garam yang hangat, hindari asap rokok dan

polutan udara lainnya, jangan menggunakan gelas minum dan peralatan makan

untuk bersama-sama. Pencegahan lain yang menggunakan logika adalah saat batuk

atau bersin gunakan tisu atau lengan anda dan hindari berada dekat dengan orang

sakit (Yanrozir, 2009).

Bakteri dan virus penyebab Tonsilitis dapat dengan mudah menyebar dari

satu penderita ke orang lain. Tidaklah jarang terjadi seluruh keluarga atau beberapa

anak pada kelas yang sama datang dengan keluhan yang sama, khususnya bila

Streptokokus pyogenase adalah penyebabnya. Risiko penularan dapat diturunkan

xiii
dengan mencegah terpapar dari penderíta Tonsilitis atau yang memiliki keluhan

sakit menelan. Sikat gigi yang talah lama sebaiknya diganti untuk mencegah infeksi

berulang. Orang-orang yang merupakan karier Tonsilitis semestinya sering mencuci

tangan mereka untuk mencegah penyebaran infeksi pada orang lain (Edgren, 2002).

Sedikitnya informasi serta pemahaman masyarakat tentang tonsilitis atau

amandel membuat masyarakat tidak dapat mencegah terjadinya peradangan.

Bahkan, tidak sedikit orang tua dari penderita tonsilitis mereka yang mengantarkan

pasien yang menderita tonsilitis ke dukun atau paranormal untuk dapat

menyembuhkan apabila sudah terjadi tonsilitis. Hal ini tidak mungkin terjadi jika

masyarakat memiliki pengetahuan tentang tonsilitis dan upaya pencegahannya yang

sangat sederhana.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penghidu dan peraba.

Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia di dapatkan dari mata dan telinga.

Pengetahuan atau koognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Efendi & Makhfundi, 2009: 101).

Pengetahuan yang didapat dari masyarakat sangat minim, sehingga

masyarakat hanya mengandal informasi dari orang-orang terdekat yang pernah

terkena tonsilitis. Tonsilitis baik akut maupun kronik dapat terjadi pada semua

umur, namun lebih sering terjadi pada penderita tonsitis. Faktor yang menjadi

penyebab utama hal tersebut adalah ISPA dan tonsilitis akut yang tidak mendapat

terapi yang adekuat. Tonsilitis lebih umum pada penderita tonsilitis-penderita

tonsilitis yang prevalensi tonsilitis bakterial 15-30% pada penderita tonsilitis

xiv
dengan gangguan tenggorokan dan 5-15% pada dewasa dengan gangguan

tenggorokan (Nadhilla & Sari, 2016:107-108).

Menurut penelitian Sahlihat(2015) tentang “hubungan umur, jenis kelamin

dan perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis

di bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2013” mengatakan bahwa

dari hasil penelitian diketahui ada hubungan yang bermakna antara umur dengan

ukuran tonsil (p=0,000), tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin

dengan ukuran tonsil (p = 0,806) dan ada hubungan yang bermakna antara

perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil (p = 0,010) pada penderita

tonsilitis kronis di bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang tahun 2013.

Sejalan dengan penelitian Arsyad dkk (2013: 1), tentang “ hubungan antara

pengetahuan dan pola makan dengan kejadian tonsilitis pada penderita tonsilitis

usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Minasatense Kabupaten Pangkep”.

Hasil penelitiannya pada 76 responden yaitu tidak ada hubungan pengetahuan

dengan kejadian tonsilitis. Kadar pengetahuan seseorang tidak berpengaruh

terhadap terjadinya tonsilitis. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian

tonsilitis. Perilaku pola makan seseorang sangat berdampak terhadap terjadinya

tonsilitis pada orang tersebut.

Radang kronis pada tonsil masih menjadi problem kesehatan di dunia. Di

Amerika Serikat prevalensi tonsilitis pada tahun 1955 adalah sebesar 7 per 1000

penduduk atau 0,7 %, di Norwegia 11,7% di Turki tonsilitis rekuren ditemukan

pada 12,1% penderita tonsilitis. Penelitian yang dilakukan di Malaysia di Poliklinik

THT Rumah Sakit Sarawak selama 1 tahun di jumpai 8118 pasien dan jumlah

xv
penderita penyakit tonsilitis kronis menempati urutan keempat yakni sebanyak 657

(8,1%) penderita (Shalihat dkk, 2015: 787).

Data epidemiologi penyakit THT ditujuh provinsi di Indonesia, prevalensi

tonsilitis kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%. Hasil

pemeriksaan pada penderita tonsilitis-penderita tonsilitis dan dewasa menunjukkan

total penyakit pada telinga dan hidung dan tenggorokan berjumlah 190-230 per

1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita tonsilitis

kronis (Nadhila& Sari, 2016: 107).

Pada provinsi Jambi berdasarkan data Rekam Medik RSU Raden Mattaher

Jambi diketahui jumlah penderita tonsilitis kronis pada tahun 2010 berjumlah 978

kunjungan dari 1365 kunjungan jumlah kunjungan dan pada tahun 2011 berjumlah

789 dari 1.144 jumlah kunjungan, sedangkan tonsilitis yang diindikasikan

tonsilektomi pada tahun 2010 berjumlah 44 orang dan data pada tahun 2011

berjumlah 58 orang. Ada peningkatan jumlah penderita jumlah tonsilitis kronis

yang diindikasikan tonsilektomi pada tahun 2010-2011 di Poliklinik THT RSU

Raden Mattaher Jambi (Sapitri, 2013: 2).

Berdasarkan data dari Rekam Medik RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci diketahui bahwa pasien dengan tonsilitis pada tahun 2016 sebanyak 430

kunjungan pada Poliklinikklinik THT. Jumlah perbulan 58 orang untuk diagnosa

tonsilitis. Poliklinikklinik THT pada RSU Mayjen H.A Thalib Kerinci di mulai

pada pada tahun 2016 sehingga data tidak dapat dibandingkan dari tahun ketahun

(ini merupakan data sementara).

Berdasarkan survey awal pada 20 Maret 2017 di Poliklinik THT didampingi

oleh kakak perawat dengan wawancara selama 3 hari. Dari 7 orang pasien

xvi
didapatkan bahwa 6 pasien mengatakan tidak tahu dengan tonsilitis dan juga upaya

pencegahan dari tonsilitis dan 1 orang pasien mengetahui tonsilitis dan upaya

pencegahannya namun tidak di lakukan. Upaya pencegahan agar tidak terkena

tonsilitis sangat sederhana yaitu dengan menjaga kebersihan dan rajin mencuci

tangan.Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“hubungan tingkat pengetahuan penderita tonsilitisdengan upaya pencegahan

tonsilitis di Poliklinik THTRSU Mayjen H.A Thalib Kerinci Tahun 2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah“Adakah hubungan antara tingkat pengetahuandengan upaya pencegahan

penyakit tonsilitis di Poliklinik THT RSUMayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

Tahun 2017?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan pengetahuandengan upaya pencegahan penyakit tonsilitis di

Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017”.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuandi Poliklinik THT RSU

Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

xvii
b. Diketahuidistribusi frekuensi upaya pencegahan penyakit tonsilitis di

Poliklinik THTRSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

c. Diketahuihubungan tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit

tonsilitis di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

Tahun 2017”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademi Keperawatan Bina Insani Sakti

Dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi

tentang upaya pencegahan tonsilitis.

2. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

Sebagai bahan masukan bagi instansi dalam memperbaiki pelayanan dan

memeberikan informasi kepada keluarga pasien selama perawatan.hubungan

tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit tonsilitis di Poliklinik

THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

3. Bagi penelitian selanjutnya

Dengan peneitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

selanjutnya dan menyempunakannya.

xviii
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Teoritis

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dan badan, jiwa dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya

kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Tenaga kesehatan merupakan

setiap orang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan

atau dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis

tertentu memiliki kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Richo, 2009: 6).

Keperawatan sebagai profesi tidak hanya memiliki kode etik tetapi juga

standar profesi (Asmadi, 2008: 50). Keperawatan sebagai suatu ilmu. Keperawatan

sebagai suatu profesi yang diakui masyarakat adalah ilmu tentang pelayanan

keperawatan adalah asuhan keperawatan sebagai pendukung atau bagian ilmu

kesehatan. Caring adalah memberikan perhatian atau penghargaan terhadap

seorang manusia dan membantu atau menerima bantuan terhadap individu yang

membutuhkan (Nursalam dan Efendi, 2011: 49).

1. Tonsilitis

a. Pengertian

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil. Gejala penyakit adalah sakit

tenggorokan, sulit menelan dan demam. Tonsilitis disebabkan oleh bakteri

atau virus (Saktiyono, 2006: 107).

xix
Penyakit amandel adalah pembengkakan kelenjar amandel atau

tonsilitis. Penyakit ini sering dialami oleh anak-anak, terutama saat daya

tahan tubuhnya menurun dan tubuhnya bereaksi melawan penyakit yang

pernah mengganggu, seperti flu atau pilek kronis (Kerthyasa, 2013: 173).

Penyakit amandel adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan

pada permukaan selaput lendir. Jika sudah parah dapat menyerang dan

merusak jaringan amandel. Penyebabnya adalah basil fusifomis dan basil

spirila yang memicu terjadinya peradangan atau pembengkakan pada tonsil

(Agung, 2008: 41)

b. Penyebab

Adanya infeksi oleh bakteri kelompok A. Streptococus beta hemolitik,

tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri lain atau infeksi virus(Wijayakusuma,

2008: 183). Streptococus grup A seringkali adalah organisme yang paling

umumberkaitan dengan tonsilitis dan adenoiditis. Tonsilitis kronis lebih jarang dan

lebih sering disalahartikan sebagai gangguan alergi, asma dan sinusitis. Infeksi

adenoiditis seringkali disertai dengan tonsilitis akut (Baughman, 2000: 537)

c. Gejala dan tanda-tanda

Tonsilitis akan di mulai dengan gejala sakit tenggorokan yang ringan

hingga menjadi parah, sakit saat menelan makanan, dan terkadang muntah.

Amandel menjadi bengkak, panas, gatal, nyeri badan, lemah, demam, sakit

kepala dan sakit pada telinga. Pada tonsilitis kronis serangan terjadi secara

berulang-ulang, tonsil kelihatan membesar, merah dan terjadi abses (bintik-

bintik nanah). Pembesaran tonsil bisa sangat besar sehingga tonsil kiri dan

kanan saling bertemu dan dapat mengganggu pernafasan(Wijayakusuma,

2008: 183).

xx
d. Upaya pencegahan Tonsilitis

Mengatasi radang tonsil penting dilakukan, namun yang lebih penting

adalah mencegah kekambuhan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga

kebersihan diri, cuci tangan adalah cara terbaik. Selain itu juga banyak

istirahat, minum air hangat, berkumur dengan air garam yang hangat, hindari

asap rokok dan polutan udara lainnya, jangan menggunakan gelas minum dan

peralatan makan untuk bersama-sama. Pencegahan lain yang menggunakan

logika adalah saat batuk atau bersin gunakan tisu atau lengan anda dan

hindari berada dekat dengan orang sakit (Yanrozir, 2009).

Berdasarkan Halosehat.com (2017), ada beberapa cara mencegah

terjadinya tonsilitis yaitu:

1) Menggunakan masker

Jadi tonsil yang menginfeksi atau menyebabkan radang pada tubuh

di sebabkan oleh kuman yang masuk. Kuman ini bisa berupa bakteri dan

virus. Maka tentu saja bisa menular pada orang lain. Untuk melakukan

pencegahannya adalah dengan menggunakan masker ketika anda berada di

lingkungan orang yang sakit. Tujuannya untuk menghindari dari

tertularnya penyakit

2) Hindari penularan berasal dari udara

Tonsil atau peradangan yang terletak di bagian tonsil merupakan

suatu penyakit yang di sebabkan oleh kuman. Baik itu berupa virus atau

bakteri. Penularan yang di lakukan bisa melalui udara terbuka. Sebaiknya

anda menghindari pasien tonsilitis saat ia mulai batuk – batuk dan bersin.

karena udara adalah penghantar yang baik menularkan penyakit.

xxi
3) Selalu mencuci tangan

Untuk menghindari terkena tonsilitis, sebaiknya anda semakin rajin

mencuci tangan. Tujuannya adalah agar kuman – kuman yang ada di

tangan bisa mati menggunakan anti septik yang berasal dari sabun.

Terutama setelah kita batuk dan bersin, biasanya di tutup dengan tangan.

Kedua aktivitas di atas adalah cara tubuh untuk melepaskan kuman. Maka

sebaiknya mencuci tangan setelah batuk dan bersin.

4) Gunakan alat sendok yang bersih

Selalu gunakanlah alat makan yang bersih. Terutama pada sendok,

garpu, dan juga piring. Karena alat alat makan ini adalah tempat makanan

sebelum masuk ke dalam tubuh. Jika kotor atau di letakkan di tempat yang

kurang bersih, di khawatirkan membawa beberapa kuman jahat yang bisa

menginfeksi tubuh.

5) Jangan gunakan peralatan yang sama dengan penderita

Jika anda khawatir tertular dengan penderita tonsilitis, sebaiknya

anda menggunakan peralatan yang berbeda dengan penderita. Misal

bedakanlah penggunaan alat makan, alat mandi, dan lain sebagainya

pribadi. Sebab bekas alat yang di gunakan penderita di khawatirkan

membawa virus yang bisa menularkan anda terkena radang tonsilitis.

6) Tidak mencium pasangan, jika ia sedang sakit

Jika pasien yang menderita tonsilitis adalah pasangan anda, maka

tahan hasrat seksual anda. Misal untuk tidak mencium pasangan sampai ia

benar – benar sembuh. Karena virus yang menyebabkan pasien terkena

xxii
tonsilitis bisa juga menginfeksi tubuh anda. Melalui ciuman tersebut virus

akan menular pada anda. Untuk itu tahan hasrat seksualnya.

7) jangan merokok

Rokok merupakan aktivitas yang kurang baik jika di lakukan. Rokok

membawa banyak dampak buruk untuk kesehatan. Aktivitas merokok ini

menggunakan mulut untuk menghisap dan hidung untuk merasakan. Tentu

saja rokok ini bisa menyebabkan masalah tonsilitis. Karena dapat

mengiritasi bagian tenggorokan anda.

8) Konsumsi banyak air putih

Untuk menjaga kesehtaan tonsil, bisa di lakukan beberapa cara.

Salah satunya dengan mengkonsumsi air putih banyak. Sebab air putih ini

sangat baik untuk tubuh. Selain tidak memiliki rasa, bau, dan juga

pengawet, air putih merupakan minuman yang kaya akan mineral.

Sehingga bisa membantu membuang racun yang ada dalam tubuh

9) Selalu menjaga kebersihan

Kemudian, pastikan anda selalu menjaga kebersihan. Baik itu

kebersihan diri maupun lingkungan. Ganti spresi, sarung bantal dan guling

dalam waktu 2 minggu sekali. Ganti pula handuk yang anda pakai satu

minggu sekali. Tujuannya agar kuman yang bersarang tidaklah banyak.

e. Perawatan

Menurut Wijayakusuma (2008: 183), perawatan yang bisa dilakukan

adalah :

1) Banyak minum air putih dan sari buah, terutama selama demam.

xxiii
2) Jangan minum es, sirup, makanan dan minumam yang didinginkan,

gorengan, makanan awetan yang diasinkan, dan manisan.

3) Berkumur air garam hangat 3 kali sehari.

4) Kompres hangat leher setiap hari.

5) Biasanya, tonsilitis kronis dengan pembengkakan tonsil yang terlalu besar

mengakibatkan terganggunya pernafasan sehingga memerlukan operasi.

f. Indikasi Absolutx6 (AAO)

1) Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas,

disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner.

2) Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan

drainase.

3) Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam.

4) Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

(HTA Indonesia, 2004: 5).

g. Indikasi Relatifx6 (AAO)

1) Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi

antibiotik adekuat

2) Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian

terapi medis

3) Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak

membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten

Pada keadaan tertentu seperti pada abses peritonsilar (Quinsy),

tonsilektomi dapat dilaksanakan bersamaan dengan insisi abses.Saat

mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan

xxiv
apakah mereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai

kandidat. Dugaan keganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi

absolut untuk tonsilektomi. Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa

yang dilakukan atas indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik.

Akan tetapi semua bentuk tonsilitis kronik tidak sama, gejala dapat sangat

sederhana seperti halitosis, debris kriptus dari tonsil (“cryptic tonsillitis”) dan

pada keadaan yang lebih berat dapat timbul gejala seperti nyeri telinga dan

nyeri atau rasa tidak enak di tenggorok yang menetap. Indikasi tonsilektomi

mungkin dapat berdasarkan terdapat dan beratnya satu atau lebih dari gejala

tersebut dan pasien seperti ini harus dipertimbangkan sebagai kandidat untuk

tonsilektomi karena gejala tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup

walaupun tidak mengancam nyawa (HTA Indonesia, 2004: 5)

h. Kontraindikasi

Terdapat beberapa keadaan yang disebutkan sebagai kontraindikasi,

namun bila sebelumnya dapat diatasi, operasi dapat dilaksanakan dengan

tetap memperhitungkan imbang “manfaat dan risiko”. Keadaan tersebut

adalah:

1) Gangguan perdarahan

2) Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat

3) Anemia

4) Infeksi akut yang berat (HTA Indonesia, 2004: 5)

2. Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

xxv
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penghidu dan peraba. Tetapi sebagian besar pengetahuan manusia di dapatkan

dari mata dan telinga. Pengetahuan atau koognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior )

(Efendi & Makhfundi, 2009: 101).

Menurut Notoadmodjo (2010 : 38 ) Pengetahuan (knowladge) adalah

hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui

indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan

sendrinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang

tehadap objek mempunyai intensitas tingkat yang berbeda –beda.

b. Kategori Pengetahuan

Menurut Nursalam (2003: 124), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori,

yaitu:

1) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100%

dari seluruh pertanyaan.

2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75%

dar seluruh pertanyaan.

3) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-55%

dari seluruh pertanyaan.

xxvi
c. Tingkat Pengetahuan

Menurut Efendi & Makhfundi (2009: 101) dan Sunaryo (2004: 25)

tingkatan pengetahuan mencakup 6 tingkatan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat

mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran

bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefenisikan dan menyatakan.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,

memberikan contoh dan menyimpulkan.

3) Penerapan (Aplication)

Penerapan yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-

hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

4) Analisis (Analysis)

Analisi diartikan sebagai kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam

bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek

tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah

dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

xxvii
membuat bagan proses adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian

psikologi dengan fisiologi.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah dapat

menyusun, meringkaskan, merencanakan dan menyesuaikan suatu teori

atau rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau

disusun sendiri.

3. Kerangka Teori

Pengetahuan Virus A. streptococus


1. Baik
2. Cukup
3. Kurang Tonsilitis
Nursalam (2003: 124)

Upaya pencegahan Tonsilitis

1. Menjaga kebersihan diri

2. Cuci tangan adalah cara

terbaik.

3. Banyak istirahat xxviii


4. Minum air hangat

5. Berkumur dengan air garam


Bagan 2.1

Kerangka Teori

B. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini tidak semua tentang tonsilitis yang akan diteliti,

mengingat keterbatasan pengetahuan, waktu dan biaya. Berdasarkan hal tersebut

diatas maka kerangka konsep ini secara skematis digambarkan sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Upaya Pencegahan Tonsilitis

Bagan 2.2
Kerangka Konsep

xxix
C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Hipotesis berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis

mengarah ke hal yang harus dibuktikan. Hipotesis harus diukur/ diamati

(Notoatmodjo, 2012: 84).

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan remaja dengan upaya

pencegahan penyakit tonsilitis di Poliklinik THT RSUD Mayjen

H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

D. Defenisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati dan

diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau “defenisi

operasional”. Defenisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrumen (alat ukur). Defenisi operasional mencakup cara

pengukuran, hasil ukur (perkatagorian hasil pengukuran dan skala pengukuran

(Notoatmodjo, 2012: 85-86).

Tabel 2.1
Defenisi Operasinal
Defenisi
Skala
Variabel Operasio- Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
nal
Variabel Independen
Pengetahu- Hasil dari Kuesioner Mengisi 1. Baik, jika mampu men- Ordinal

xxx
an tahu dan ini Kuesioner jawab 76%-100%
terjadi 2. Kurang, jika mampu
setelah menjawab 40%-55%
seseorang (Nursalam, 2003).
melakukan
pengindera-
an terhadap
objek
tertentu
Variabel Dependen
Upaya Cara agar Kuesioner Mengisi 1. Benar, bila >18 Ordinal
Pencegahan tidak terjadi kuesioner 2. Salah bila nilai <18
tonsilitis / kambuh
suatu
penyakit
tonsilitis

xxxi
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalahdeskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu

suatu penelitian untuk memepelajari dinamika korelasi antara masalah dengan efek,

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2012: 37-38).Dalam studi cross

sectional, peneliti mencari hubungan antar variabel bebas (independen)

pengetahuan terhadap variabel terikat (dependen)upaya pencegahan dengan

menggunakan kuesioner.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011: 89). Populasi yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasientonsilitis yang berobat di

Poliklinik THTRSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci sebanyak 58 pasien.

Sampel adalah terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling

adalah proses penyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang

ada (Nursalam, 2011: 91).Objek yang dianggap mewakili seluruh populasi adalah

sampel. Pengambilan sampel bukan secara acak atau non random, namun

pengambilan sampel berdasarkan atas kemungkinan yang dapat diperhitungkan,

tetapi semata-mata hanya berdasarkan kepada segi-segi kepraktisan belaka. Metode

yang dipakai adalah metode accidental sampling, dengan cara pengambilan sampel

xxxii
berdasarkan yang ada saat itu (Hidayat, 2007: 33). Sampel yang digunakan

sebanyak 30 orang.

Kriteria inklusi adalah karakteritik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Sedangkan kriteria ekslusi adalah

menghilangkan/ mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi

karena berbagai sebab (Nursalam, 2011: 92).

Kriteria Inklusi:

1. Pasien yang terdiagnosa tonsilitis

2. Bisa baca tulis dan kooperatif

3. Ada di tempat selama pengambilan data

Kriteria Eklusi:

1. Tidak bersedia menjadi responden dan tidak bisa baca tulis.

C. Tempat Penelitian

Tempatpenelitian diPoliklinik THTRSUMayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 18 september sampai dengan 27 September

2017.

xxxiii
E. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2007: 58-59) menjelaskan masalah etika penelitian

keperawatan seperti :

1. Informed Consent (Format persetujuan)

Informent consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informent

consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden. Lembar

persetujuan ini diberikan agar responden mengetahui maksud dan tujuan

penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan lama hari rawat dan penhasilan

dengan tingkat kecemasan orang tua. Jika responden bersedia diteliti, responden

harus menandatangani persetujuan tersebut, jika responden tidak bersedia maka

peneliti harus menghormati hak responden.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Anonimityberarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar

pengumpulan data (Kuesioner). Peneliti hanya akan menuliskan kode pada

lembar pengumpulan data tersebut.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Confidentialitymerupakan masalah-masalah responden yang dirahasiakan

dalam penelitian ini. Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasian oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

dalam hasil penelitian.

xxxiv
F. Alat Pengumpulan Data

Menurut Waluya (2007: 79) cara pengumpulan data terdiri dari dua yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data atau keterangan yang akan diperoleh peneliti

secara lansung dari sumbernya. Data primer dalam penelitian ini adalah data

yang diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden. Pengisian kuesioner

dengan cara mengisi identitas dan menjawab pertanyaan pada kuesioner dengan

cara menyilang dan menceklis jawaban yang benar menurut responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah keterangan yangdiperoleh dari pihak kedua, baik

berupa orang maupun catatan, seperti buku, laporan buletin dan majalah yang

sifatnya dokumentasi.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Konsep validitas terkait dengan riset adalah suatu keputusan tentang

tingkat atau derajat dimana komponen-komponen riset menggambarkan teori,

konsep atau variabel dalam studi. Validitas instrumen uang digunakan

(bagaimana instrumen dapat mengukur dengan baik apa yang seharusnya di

ukur) dan validitas desain riset secara keseluruhan adalah penting dalam

mengevaluasi nilai dari hasil-hasil riset yang dilakukan

(Brockopp,1999:172).Seluruh kuesiner valid dan uji validitas di lakukan di RS

DKT Sungai Penuh.

xxxv
2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat di percaya atau dapat di andalkan (Notoatmodjo, 2012:

168).Seluruh kuesioner reliability dan uju reliabiliti dilakukan di RS DKT

Sungai Penuh.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Rencana pelaksananaan angket dan wawancara untuk mengumpulkan data

dilakukan dengan 3 tahap yaitu :

1. Tahap persiapan meliputi peneliti akan mengurus surat izin penelitian dari

kampus ke Kesbangpol, setelah mendapat surat pengantar dari kesbangpol

peneliti meminta izin kepada Direktur RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci untuk mengadakan penelitian. Mempersiapkan angket yang sudah

disusun dan foto copy sesuai dengan jumlah responden yang akan diteliti.

2. Tahap pelaksanaan yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada responden

3. Tahap evaluasi yaitu tahap pengambilan kuensioner, dimana kuensioner

diperiksa dengan teliti apakah sudah terisi semua.

I. Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012: 176-179), pengolahan data akan dilakukan

setelah pengumpulan data selesai dilakukan. Terdapat beberapa langkah dalam

pengolahan dengan menggunakan komputer yaitu :

a. Editing

xxxvi
Hasil wawancara, angket atau pengamatan dari lapangan akan

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting. Selanjutnya akan

dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah bentuk kalimat atau

hurup menjadi data atau angka bilangan.

c. Entry Data

Data, yakni jawaban-jawaban yang akan didapatkan dari masing-

masing responden yang dalam bentuk kode (angka/ huruf) dimasukkan ke

dalam program atau software komputer ini bermacam-macam, masing-

masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu paket yang paling

sering di gunakan untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS for

Windows.

d. Tabulating

Tabulasi merupakan penyajian data dalam bentuk tabel yang terdiri dari

beberapa baris dan beberapa kolom. Tabel ini akan digunakan untuk

memaparkan sekaligus beberapa variabel hasil observasi, survei atau

penelitian sehingga data mudah dibaca dan dimengerti (Chandra,2008:24).

e. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan

adanya kesalahan-kesalahan kode. Ketidaklengkapan dan sebagainya,

kemudian akan dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut

pembersihan data.

xxxvii
2. Teknik Analisa Data

Menurut Notoatmodjo (2012: 180), data yang telah diolah baik pengolahan

maupun menggunakan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisa.

Menganalisa data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterprestasikan data

yang telah diolah.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat akan dilakukan dengan cara mencari ditribusi

frekuensi setiap variabel penelitian untuk mengetahui proporsi atau gambaran

dari variabel independen maupun variabel dependen.

b. Analisa Bivariat

Analisis ini akan digunakan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu

variabel dengan variabel dependen. Untuk mengetahui hubungan tersebut

digunakan uji chi-square. Untuk kemaknaan hasil perhitungan statistik

digunakan batas kemaknaan 0,05. Penolakan hipotesis bila p-value <0,05,

artinya terdapat hubungan yang bermakna (H0 ditolak). Sedangkan apabila p-

value >0,05 artinya tidak ada hubungan yang bermakna (H0 gagal ditolak).

xxxviii
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Analisa Univariat

1. Upaya pencegahan tonsilitis

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan upaya pencegahan tonsilitis
di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib
Kabupaten Kerinci Tahun 2017

Upaya Pencegahan f %
Tonsilitis
Salah 17 56,7
Benar 13 43,3
Jumlah 30 100

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa lebih dari separoh 17responden


(56,7%)melakukan upaya pencegahan yang salah di Poliklinik THT RSU
Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017 .
2. Pengetahuan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan pengetahuan di Ruang
Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci
Tahun 2017

Pengetahuan f %
Kurang 20 66,7
Baik 10 33,3
Jumlah 30 100

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa separoh 20 responden (66,7%) responden

memiliki pengetahuan kurang di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib

Kabupaten KerinciTahun 2017.

xxxix
B. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent.

1. Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis di Poliklinik THT

RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci

Tabel 4.3
Hubungan Pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis di Ruang
Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017

Upaya pencegahan
tonsilitis Jumlah
Pengetahuan P value
Salah Benar
f % f % f %
Kurang 15 88,2% 2 11,8% 17 100%
Baik 5 38,5% 8 61,5% 13 100% 0,007
Total 20 66,7% 10 33,3% 30 100%

Berdasarkan tabel 4.4dapat dilihat bahwa proporsi pasien yang salah

melakukan upaya pencegahan tonsilitis dengan pengetahuan kurang yaitu 15

responden (88,2%) dibandingkan dengan pengetahuan baik (38,5%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan ρ value =

0,007 (ρ< 0.05), ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya adahubungan

antara pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis di Ruang Poliklinik THT

RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerincitahun 2017.

xl
BAB V

PEMBAHASAN

C. Pembahasan Penelitian

Pada bab ini menguraikan pembahasan meliputi interprestasi dan hasil

penelitian, implikasi hasil peneliti terhadap penelitian dan keterbatasan penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk diketahui hubungan pengetahuan dengan upaya

pencegahan tonsilitis di Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten

Kerinci Tahun 2017.

3. Upaya pencegahan tonsilitis

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden yang

salah melakukan upaya pencegahan tonsilitis56,7%. Hasil ini menunjukkan

bahwa banyak yang salah dalam melakukan upaya pencegahan tonsilitis.

Kesalahan dalam melakukan upaya pencegahan tonsilitis dapat menyebabkan

tonsilitis semakin parah.

Hasil penelitian Shalihat (2013) tentang hubungan umur, jenis kelamin dan

perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis

di bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013, dimana hasil

penelitiannya menunjukkandistribusi frekuensi penderita tonsilitis kronis

terbanyak berdasarkan umur pada kelompok umur 11-20 tahun 70 penderita

(47,0%), jenis kelamin perempuan 84 penderita (56,4%), ukuran tonsil T3-T3 82

penderita (55%) dan penatalaksanaan operatif 93 penderita (62,4%). Hal ini

menunjukkan bahwa upaya pencegahan sejak dini kebanyakan tidak dilakukan,

hal ini tampak pada kelompok umur 11-20 tahun.

xli
Tonsilitis dimulai karena adanya infeksi oleh bakteri kelompok A.

Streptococus beta hemolitik, tetapi dapat juga disebabkan oleh bakteri lain atau

infeksi virus (Wijayakusuma, 2008: 183). Streptococus grup A seringkali adalah

organisme yang paling umumberkaitan dengan tonsilitis dan adenoiditis.

Tonsilitis kronis lebih jarang dan lebih sering disalahartikan sebagai gangguan

alergi, asma dan sinusitis. Infeksi adenoiditis seringkali disertai dengan tonsilitis

akut (Baughman, 2000: 537).

Banyak sekali upaya pencegahan tonsilitis dilakukan denga cara salah dan

bahkan tidak dilakukan, hal ini akan menjadi penyebab tempat bakteri bersarang

dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Pencegahan wajib dilakukan

untuk menurunkan angka kesakitan. Apabila tonsilitis akut sudah terjadi

penderita akan mengalami demam tinggi dan tonsilitis akan berlanjut menjadi

tonsilitis kronis sehingga tindakan yang harus dilakukan adalah tindakan

operatif.

Berdasarkan penelitian ini, dari 30 responden hanya 13 (43,3%) orang

yang melakukan upaya pencegahan terhadap terjadinya tonsilitis. Namun hal

yang sama terjadi, hal ini disebabkan penderita atau responden tidak melakukan

secara baik. Upaya pencegahan merupakan perilaku yang dapat diubah dan perlu

dilakukan untuk menghindari tingkat keparahan tonsilitis.

4. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sebagian besar responden dengan

pengetahuan kurang66,7%. Hasil ini menunjukkan bahwa pengetahuan

merupakan hal yang penting yang didapat kan dari hasil indera.

xlii
Hasil penelitian Arsyad dkk (2013: 1), tentang “ hubungan antara

pengetahuan dan pola makan dengan kejadian tonsilitis pada penderita tonsilitis

usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Minasatense Kabupaten

Pangkep”. Berdasarkan hasi l tabulasi silang diketahui bahwa responden yang

pengetahuannyacukup berjumlah 49 siswa (64,5%) dan memiliki pengetahuan

yang kurang berjumlah 27siswa (35,5%).

Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek,

sebagian besar pengetahuan seseorang didapatkan dari indera penglihatan (mata)

dan indera pendengaran (telinga). Pengetahuan sangat di pengaruhi oleh intesitas

atau tingkat yang berbeda-beda terhadap suatu objek. Tingkat pengetahuan yang

di amati pada penelitian ini yakni sebatas tahu yang diukur dari kemampuan

responden mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

(Notoadmodjo, 2005).

Pengetahuan kurang tentang suatu objek akan memberikan pengaruh yang

buruk terhadap informasi apapun yang diterima. Hal ini dikarenakan beberapa

hal yang dirasa dapat memberikan sesuatu yang di jadikan sebagai panutan atau

dasar informasi tidak pas. Berdasarkan penelitian ini, dari 30 responden hanya

10 (33,3%) orang yang pberpengetahuan baik. Hal ini karena mereka terpapar

dengan informasi.

5. Hubungan Pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis

Berdasarkan hasil penelitian, terlihat proporsi pasien yang salah

melakukan upaya pencegahan tonsilitis dengan pengetahuan kurang yaitu 15

xliii
responden (88,2%) dibandingkan dengan pengetahuan baik (38,5%).

Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji Chi-Square menunjukkan ρ value =

0,007 (ρ< 0.05), ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak, artinya adahubungan

antara pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis di Ruang Poliklinik THT

RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2017.

Hasil penelitian Arsyad dkk (2013: 1), tentang “ hubungan antara

pengetahuan dan pola makan dengan kejadian tonsilitis pada penderita tonsilitis

usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Minasatense Kabupaten

Pangkep”. Berdasarkan hasi l tabulasi silang diketahui bahwa responden yang

pengetahuannyacukup berjumlah 49 siswa (64,5%) dan memiliki pengetahuan

yang kurang berjumlah 27 siswa (35,5%).Sehingga dari hasil tersebut dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubunganantara pengetahuan dengan kejadian

tonsilitis pada anak usia sekolah dasar, yang artinyakadar pengetahuan seseorang

tidak berdampak terhadap terjadinya tonsillitis pada orangtersebut.

Hasil penelitian Shalihat (2013) tentang hubungan umur, jenis kelamin dan

perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita tonsilitis kronis

di bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2013, dimana hasil

penelitiannya menunjukkan distribusi frekuensi penderita tonsilitis kronis

terbanyak berdasarkan umur pada kelompok umur 11-20 tahun 70 penderita

(47,0%), jenis kelamin perempuan 84 penderita (56,4%), ukuran tonsil T3-T3 82

penderita (55%) dan penatalaksanaan operatif 93 penderita (62,4%). Hal ini

menunjukkan bahwa upaya pencegahan sejak dini kebanyakan tidak dilakukan,

hal ini tampak pada kelompok umur 11-20 tahun.

xliv
Dari hasil penelitian dan juga penelitian pembanding pengetahuan

berhubungan dengan upaya pencegahan tonsilitis. Bahkan banyak asperk yang

mempengaruhi terjandinya tonsilitis. Namun, orang berperilaku berlum tentu

didasarkan oleh pengetahuan, seperti melakukan pencegahan tonsilitis mungkin

dikarenakan seseorang tersebut merasa terancam dengan penyakit.

D. Implikasi Penelitian

1. Implikasi terhadap pelayanan kesehatan

Penelitian ini memberikan implikasi terhadap pelayanan keperawatan berupa

informasi bahwa banyak penderita yang masih akut atau dini tidak mengetahui

bagaimana atau apa itu pencegahan tonsilitis. Hasil penelitian ini dapat berguna

sebagai sarana evaluasi bagi perawat Poliklinik agar memberikan informasi

baik secara lisan maupun tulisan.

2. Implikasi terhadap perkembangan Ilmu Keperawatan dan Penelitian

Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan untuk meningkatkan pengetahuan bagi

perawat dimana ternyata banyak hal yang perlu diteliti tentang tonsilitis ini.

Penelitian selanjutnya dapat menjadi upaya pengembangan pengetahuan

mahasiswa dan peneliti selanjutnya.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, keterbatasan tersebut

adalah sebagai berikut:

xlv
1. Instrumen yang digunakan tidak spesifik, seperti memeriksa fisik pasien secara

lansung dan hanya berdasarkan wawancara dalam waktu singkat.

2. Kuesioner merupakan hasil dari evaluasi diri responden sehingga

subjektifitasnya masih mempengaruhi saat memberikan pernyataan.

3. Penelitian ini terbatas hanya pada 30 orang responden dan pasien Poliklinik

THT.

4. Penelitian tentang tonsilitis terutama penelitian perawat tidak banyak sehingga

referensi yang digunakan memakai penelitian profesi lain seperti kedokteran,

Kesmas, dll. Peneliti merasa kesulitan dalam melakukan pencarian terhadap

referensi.

xlvi
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

F. Kesimpulan

Dari hasil yang telah didapatkan tentang hubungan pengetahuan dengan

upaya pencehahan tonsilitis di Poliklinik THT RSUD Mayjen H.A Thalib

Kabupaten Kerinci 2017, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian upaya pencegahan salah sebanyak 56,7% di Ruang Poliklinik

THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

2. Hasil penelitian pengetahuan kurang sebanyak 66,7% di Ruang Poliklinik THT

RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci Tahun 2017.

3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis di Ruang

Poliklinik THT RSU Mayjen H.A Thalib Kabupaten Kerinci tahun 2017.

G. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Perlunya memberikan informasi baik lisan dan tulisan kepada pasien dan

keluarga dalam upaya pencegahan tonsilitis agar tidak menyebar dan bertambah

parah.

2. Perawat Pelaksana

Meningkatkan pengetahuan tentang komunikasi yang baik sebelum melakukan

asuhan keperawatan kepada pengunjung Poliklinik THT.

3. Ilmu Keperawatan dan penelitian selanjutnya

xlvii
Peneliti selanjutnya perlu melakukan pengembangan variabel-variabel atau

bahan-bahan kajian penelitian selanjutnya. Hasil penelitian ini juga dapat

dijadikan bahan untuk mengeksplorasi aspek-aspek yang berkontribusi dalam

penelitian hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan tonsilitis .

xlviii
DAFTAR PUSTAKA

Agung. (2008). 273 Ramuan tradisional untuk mengatasi aneka penyakit. Jakarta:

Agromedia Pustaka.

Bastable, Susan B. (2002). Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsip pengajaran dan

pembelajaran. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kerinci. (2017).

Efendi, Ferry & Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas (teori dan

praktik dalam keperwatan). Jakarta: Salemba Medika.

Fakh, dkk. (2013). Karakteristik pasien tonsilitis kronis pada anak fi bagian THT-KL

RSUP M. Djamil Padang Tahun 2013. Jurnal Fk unand.

http://halosehat.com/penyakit/amandel/cara-pencegahan-tonsilitis

HTA Indonesia_2004_Tonsilektomi pada Anak dan Dewasa

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Edisi

Kedua. Jakarta: Salemba Medika.

Kerthyasa, Tjok Gde. (2013). Sehat holistik secara alami: gaya hidup selaras dengan

alam. Bandung: Qanita.

Nadhilla, Nyimas Farisa & Sari, Merry Indah. (2016). Tonsilitis Kronik Eksaserbasi

Akut pada Pasien Dewasa. J Medula Unila. Volume 5. Nomor 1. Mei 2016.

Fakultas Kedokteran. Universitas Lampung. Dikutip tanggal 19 April 2017

pada

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rieneka

Cipta.

xlix
Nurarif, Amin Hadi & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan

berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 2.

Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Nursalam. (2003). Metodologi dan penetapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Metodologi dan penetapan metodologi penelitian ilmu

keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Profil kesehatan indonesia. Di kutip dari www.bankdata.depkes.go.id pada tanggal 12

Februari 2016.

RISKESDAS. (2013). Riset kesehatan dasar. Badan penelitiandan pengembangan

kesehatan kementrian kesehatan RI tahun 2013. Dikutip dari

https://www.google.com/url?sa=&source=web&rct=j&url=http://www.depke

s.go.id/resources/download/general/Hasil%2520Riskesdas. Pada tanggal 6

februari 2017.

Sapitri. (2013). Karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan

tonsilektomi di RSUD Raden Mataher. FK UNJA.

Saktiyono. (2006). IPA Biologi 2, SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Shalihat, Anisa Oktaria; Novialdi; Lili Irawati. (2015). Hubungan umur, jenis kelamin

dan perlakuan penatalaksanaan dengan ukuran tonsil pada penderita

tonsilitis kronis di bagian THT-KL RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun

2013. Artikel Penelitian. Dikutip tanggal 19 April 2017 pada

http://jurnal.fk.unand.ac.id

l
Waluya, Bagja (2007). Sosiologi: menyelami fenomena sosial di masyarakat untuk

kelas xii sekolah menengah atas/ madrasah aliyah program ilmu

pengetahuan sosial. Bandung: PT. Setia Purna Inves.

Waluyo, dkk. (2008). Ilmu pengetahuan sosial untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta:

Gramedia.

li

Anda mungkin juga menyukai