Anda di halaman 1dari 7

BAB V

PEMBAHASAN

Dokter Internsip Puskesmas Pemaron yang beranggotakan 6 orang


melakukan penelitian tentang cuci tangan di SD Negeri 2 Pulosari Kecamatan
Brebes Kabupaten Brebes pada bulan Februari April 2016. Penelitian
dilaksanakan dengan melakukan beberapa intervensi terhadap siswa siswi di
Sekolah Dasar tersebut.
Pada bulan Agustus-September 2015 dan periode 2 pada bulan Oktober
Desember 2015, kedua kelompok dokter internsip terdahulu melalukan penelitian
serupa di TK Islam Terpadu Assyiyadah Desa Pulosari dan TK Pertiwi di desa
Padasugih. Kelompok terdahulu meneliti peningkatan keterampilan cuci tangan
siswa siswi di TK tersebut dengan melakukan penilaian menggunakan checklist
langkah-langkah cuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. Intervensi
yang dilakukan berupa penyuluhan cuci tangan disertai demo cuci tangan. Dalam
penelitian ini, terdapat hasil yang signifikan dimana terjadi peningkatan
keterampilan cuci tangan pada anak setelah dilakukan penyuluhan tentang cuci
tangan. Hal ini bisa dilihat dari hasil pre test dan post test yang telah dilakukan.
Responden yang berada dalam kategori baik meningkat dari 0% pada saat pre test
menjadi 82,9% (29 responden) pada saat post test.
Hasil yang dikemukakan oleh kelompok terdahulu menunjukkan bahwa
terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara pretest dan posttest pada siswa
siswi kedua TK tersebut dengan masing-masing karakteristiknya. Hal ini
membuat kami tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan
sikap siswa siswi di tingkat yang lebih tinggi yaitu lingkungan SD dengan
memberikan pretest dan postest yang berisi pertanyaan mengenai sikap dan
pengetahun disertai penyuluhan bersifat interaktif media video dan slide animasi
cuci tangan setelah pretest dilaksanakan, dilanjutkan dengan praktek cuci tangan
menggunakan air dan sabun diikuti oleh siswa siswi kelas 4,5 dan 6.
Penelitian dilakukan dengan responden siswa siswi SD Negeri 2 Pulosari
Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. SD Negeri 2 Pulosari terletak di kawasan
dataran rendah tepatnya di pinggir jalan utama Brebes menuju Jatibarang dan
berada di lingkungan persawahan. Dengan latar belakang siswa yang berasal dari
lingkungan pedesaan serta mempunyai rumah yang agak jauh dari sekolah.
Terdapat sungai kecil di depan sekolah yang sering sekali setiap jam istirahat
siswa siswi bermain di sungai tersebut. Di depan sekolah terdapat pedagang
jajanan yang menjual dagangan nya di tanah tanpa gerobak dan alas yang bersih.

5.1 Karakteristik Responden


Karakteristik usia didapatkan umur responden adalah usia 14 tahun dengan
jumlah 1 anak, usia 12 tahun sebanyak 6 anak, usia 11 tahun sebanyak 10 anak,
sedangkan usia 9 tahun dengan jumlah 3 anak. Hasil penelitian distribusi umur
responden, umur termuda yaitu 9 tahun dan yang tertua yaitu 12 tahun. Umur
mempunyai pengaruh terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambahnya usia maka semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah
pengalaman. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami seseorang mungkin
akan menambah sesuatu. Dalam hal ini umur merupakan wujud dari pengalaman
yang nantinya akan menambah wawasan pengetahuan lebih banyak (Mubarak,
2007).
Perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap
siswa secara signifikan setelah diberikan penyuluhan. Walaupun perbedaan
perhatian yang diberikan responden saat penyuluhan, dimana siswi perempuan
lebih memberikan perhatian dibandingkan siswa laki-laki. Perhatian adalah
banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilakukan
(Suryabrata, 2010).

5.2 Penelitian yang Relevan


Untuk membantu penelitian ini kami mencari bahan-bahan penelitian yang
ada dan relevan dengan penelitian yang akan diteliti. Beberapa penelitian yang
relevan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Hidayat (2013) yang berjudul


Perilaku Hidup Sehat Siswa Kelas IV dan V di SD Negeri Numpupadi
Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui tingkat perilaku hidup
sehat siswa kelas IV dan V. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV
dan V SD N Numpupadi yang berjumlah 70 orang siswa dengan hasil
perilaku hidup sehat siswa kelas IV dan V SD N Numpupadi dalam
kategori baik, yaitu sebanyak 49 anak (70,0%) mempunyai tingkat
pengetahuan terhadap perilaku hidup sehat dengan kategori baik, sisanya
sebanyak 20 anak (28,6) kategori cukup baik, 1 anak (1,4%) kategori
kurang baik dan 0 anak (0%) kategori tidak baik.

2. zzzzzzzzzzz
5.2 Pengetahuan dan Sikap
Pada penelitian ini didapatkan peningkatan pengetahuan mengenai cuci
tangan yang benar setelah dilakukan penyuluhan. Dapat dilihat dari data statistik
berikut ini:

Tabel 5.1 Tabel hasil pre test dan post test pengetahuan cuci tangan
Pre test Post test
No pengetahuan
Jumlah % Jumlah %
1 Baik 11 29,7 21 56,8
2 Cukup 24 64,9 15 40,5
3 Kurang 2 5,4 1 2,7

Pengetahuan siswa siswi SD Negeri 2 Pulosari dengan kategori baik


meningkat dari hasil pretest sebanyak 11 anak (29%) menjadi 21 anak (56,8%),
kategori cukup menjadi berkurang dari pretest sebanyak 24 anak (64%) menjadi
15 anak (40,5%) sedangkan kategori kurang menunjukkan penurunan dari hasil
pretest 2 anak (5,4 %) menjadi 1 anak (2,7%).

Tabel 5.1 Tabel hasil pre test dan post test pengetahuan cuci tangan
Pre test Post test
No Sikap
Jumlah % Jumlah %
1 Baik 19 51,4 28 75,7
2 Kurang 18 48,6 9 24,3
Pada hasil uji bivariat menggunakan analisis Wilcoxon signed rank test di
dapatkan nilai p value 0,00 atau p<0,05. Hasil tersebut menunjukkan adanya
perbedaan pengetahuan dan sikap cuci tangan sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi.
Hasil ini sesuai dengan penelitian pertama dan kedua yang dilakukan
kelompok terdahulu di TK Pulosari dan Padasugih Kecamatan Brebes Kabupaten
Brebes. Dimana terjadi peningkatan responden dalam klasifikasi baik. Hal ini juga
sesai dengan penelitian terdahulu dimana terjadi peningkatan pengetahuan siswa
mengenai cuci tangan setelah dilakukan penyuluhan yaitu siswa yang berada
dalam kategori baik meningkat dari 13 responden (86,7%) menjadi 15 responden
(100%) (Reza, 2012).
5.3 karakteristik kognitif periode operasional konkret pada anak SD
Umumnya anak usia sd berada pada periode operasional konkret. Periode ini
dicirikan pemikiran yang refleksibel, mulai mengkonservasi pemikiran tertentu,
adaptasi gambaran yang menyeluruh, melihat suatu objek dari berbagai suatu
pandang, mampu melakukan seriasi, dan berfikir kausalitas.
a. Operasi berfikir revesibel anak usia SD
pada anak usia sd sudah mulai berkembang kemampuan berfikir logis, yakni
berfikir yang menggunakan operasi-operasi logis tertentu. Operasi yang
mereka gunakan bersifatrefeslibel artinya dapat dipahami dalam dua arah.
Cara berfikir ini sangat tampak dalam logika matematika sepertipada
penjumlahan, pengurangan, dan persamaan. Oleh sebab itu, menurut piaget
ciri utama periode oprasional konkret adalah transportasi revesibel dan sistem
kekekalan.
b. Sistem kekekalan (konservasi) pemikiran pada anak usia SD
Hasil penelitian piaget menunjukan bahwa ada 6 perkembangan kekekalan
pada anak periode operasional konkret. Pertama, kekekalan bilangan yang
muncul pada usia 5-6 tahun. Kedua, kekekalan subtensi yang muncul pada
usia sekitar 7-8 tahun. Ketiga, kekekalan panjang yang berkembang sekitar
usia 7-8 tahun. Keempat, kekekalan luas yang umumnya berkembang
bersamaan dengan berkembangnya kekekalan panjang. Kelima, kekekalan
berat yang umumnya berkembang pada usia 9-10 tahun. Keenam, kekekalan
volume yang umumnya berkembang pada usia 11/12 tahun.
Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah
dididik daripada masa sebelumnya. Masa ini memudahkan anak untuk bisa
mengerti dan memahami pentingnya cuci tangan dengan video animasi dan
praktek secara langsung menggunakan air mengalir dan sabun karena salah satu
sifat khas pada masa ini adalah amat realistik dan ingin selalu mengetahui dan
ingin belajar (Syamsu Yusuf, 2004).

5.4 Pengaruh Pemberian Penyuluhan Terhadap Siswa Kelas IV dan V Tentang


Cuci Tangan
Penyuluhan kesehatan telah dilaksanakan dengan mengembangkan kegiatan
penyuluhan yang meliputi 3 komponen berupa: penyebarluasan informasi
kesehatan, pengembangan potensi masyarakat dan pengembangan petugas
kesehatan. Seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memperoleh pengetahuan yang lebih luas, dan pendidikan dapat mempengaruhi
cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian A. Nurlinda (2003)
yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengetahuan tentang reproduksi sehat
sebelum dan sesudah perlakuan yaitu pemberian modul reproduksi sehat. Dengan
hasil penlitian, bahwa pengetahuan tentang reproduksi sehat menjadi lebih baik
setelah ada pemberian modul reproduksi sehat.
Penyuluhan melibatkan aktifitas mendengar, berbicara dan melihat yang
membuat metode ini efektif. Dari penyuluhan ini terdapat proses belajar lagi bagi
siswa. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi individu dengan
lingkungannya (Slameto, 2003).
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap
objek (objek kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa
adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan
kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada
situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada
pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang
(Notoatmodjo, 2003).

Anda mungkin juga menyukai