Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktek Kerja Lapangan

Pelatihan Tenaga Kesehatan Terpadu Kesehatan Jiwa

Pembimbing :

Zulaiha
Tiur Marpaung, S.KM, M.Kes

Oleh:

Peserta

dr. Zulfitri

dr. Febby Hazur Fajri

dr. Dwi Indah Lestari

Hj. Sari Agus Sartika, Skep, Ners

Edyan F Yondra, Am.Kep


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut
merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima orang lain
sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun
2014).

Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom atau pola
psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom
itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas
(ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan
resiko secara bermagna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (APA,
1994 dalam Prabowo, 2014).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Jumlah penderita
gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami
pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34
provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa
sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil.
Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan
ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013).

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak terjadi, gejalanya ditandai dengan
adanya distorsi realita, disorganisasi kepribadian yang parah, serta ketidakmampuan individu
berinteraksi dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami skizofrenia
dalam hidup mereka, ditemukan terbanyak pada usia 15-35, dan dari 1000 orang dewasa 7
diantaranya mengalami skizofrenia (Elvira & Hadisukanto,2010). Sementara hasil analisis terbaru
yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO,2013) menunjukkan terdapat sekitar 450
juta orang menderita gangguan neuropsikiatri, termasuk skizofrenia. Skizofrenia diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, antara lain skizofrenia tipe tak terorganisir (disorganized type), tipe
paranoid, tipe residual, tipe katatonik, dan tipe yang tak terinci (undifferentiated type).

Deteksi gangguan jiwa sejak dini penting dikaenakan penyebab gangguan jiwa ini multi kompleks
dan tidak selalu karena kejadian trauma. Keberhasilan capaian kesehatan jiwa ditentukan salah
satunya oleh sumber daya manusia yang professional dan terlatih untuk melakukan screening atau
deteksi dini. Oleh karena itu, dilaksanakannya pelatihan tenaga kesehatan terpadu kesehatan jiwa
ini dengan paktek langsung (Praktek Kerja Lapangan).

1.2 TUJUAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1. Peserta mengetahui cara deteksi dini kesehatan jiwa di FKTP.

2. Peserta mampu menatalaksanakan gangguan jiwa di FKTP.

3. Peserta mampu menberikan konseling / psikoedukasi tentang kesehatan jiwa di FKTP.

1.3 SASARAN

1. Pria dan Wanita

2. Orang yang mengalami gangguan kesehatan jiwa

1.4 LOKASI

Puskesmas 2 Ulu Kota Palembang

1.5 WAKTU PELAKSANAAN

Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan pada :

Hari / Tanggal : Senin / 5 Desember 2022

Pukul : 08.00-12.00
BAB 2

KEGIATAN

2.1 Proses Deteksi Dini Kesehatan Jiwa

SCREENING SRQ-20
Foto 1 & 2. Peserta Kelompok 1 sedang melakukan tindakan krioterapi di Puskesmas Sematang Borang
2.2 Hasil

Telah dilakukan anamnesis pasien ODGJ dan screening SRQ-20 pada pasien sehat sebagai
berikut :

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. K

Usia : 47 tahun (21-04-1975)

Alamat : 2 ulu Palembang

Pekerjaan : Swasta (Penjual Gorengan)

Status : Belum Menikah

B. Kasus
Autoanamesa (Pasien)

Tahun 2004 os merencanakan pernikahan, namun dibatalkan secara sepihak oleh pasien
tersebut dikarenakan mengikuti perintah dari bisikan untuk tidak menikah dan menolak calon
pasangannya “jangan nikah, kagek cak bapak kau”. Setelah hal tersebut pasien merasakan
bersalah, kecewa, dan kesal pada diri sendiri, sehingga os sering marah, melamun dan
menyendiri.

Os merasakan sering sakit kepala, susah tidur dan kaki kesemutan.

Pada tahun 2005 keluhan ini semakin memburuk. Pasien sering dimarahin oleh kedua orang
tua karena keluhannya tersebut (melamun, menyendiri, dan susah diajak berbicara). Pasien
tidak terima atas keluhan orang tuanya tersebut sehingga memicu untuk dia mengamuk dan
menghancurkan barang.

Kondisi tersebut membuat keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RS ERBA


Palembang.

C. Gejala yang Ditemukan


1. Gejala positif : Halusinasi Auditori  Os mendengar bisikan untuk membatalkan
pernikahan
2. Gejala negatif : Alogia (sedikit berbicara)

3. Gejala afektif : Melamun, menyendiri, marah, merasa bersalah

4. Gejala agresif : mengamuk dan menghancurkan barang

D. Riwayat Ekonomi
Ayah : ASN Kantor Kecamatan Banyuasin

Ibu : Penjual Gorengan

E. Riwayat Keluarga
Keluarga dengan memiliki keluhan yang sama (-)

Bapak Pasien Memiliki 4 istri

Jumlah Saudara : 12 Saudara

(Pasien anak ke 2 dari 3 Saudara ) 1 AYAH 1 IBU

F. Riwayat Penggunaan Obat dan Zat Lain


Tidak Ada

G. Riwayat Penyakit
Hipertensi (-)

Diabetes Melitus (-)

Cedera Kepala (-)

Kejang (-)

Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya (-)

H. Data-data yang Dibutuhkan


Status Kehamilan dan Kelahiran

Status Tumbuh Kembang

Status Psikososial
Riwayat Pengobatan

Pemeriksaan Penunjang (Laboratorium Darah)

I. Diagnosa
Skizofrenia
J. Tatalaksana
Psikoedukasi terhadap pasien dan keluarga
Farmakoterapi : Risperidon 2 x 2mg dan Diazepam 1 x 2mg
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 SIMPULAN

Dari pasien yang dilakukan screening SRQ-20 didapatkan hasil nilai normal yang artinya belum
terdeteksi adanya gangguan jiwa. Pasien ODGJ yang diperiksa untuk saat ini telah terkontrol.

3.2 SARAN

1. Disarankan pasien selalu datang dengan pendamping (keluarga).

Anda mungkin juga menyukai