Anda di halaman 1dari 20

SOSIALISASI

S KRINING
KESEHATAN JIWA
RABU, 26 SEPTEMBER 2018
PUSKESMAS JAMBE
LATAR BELAKANG

• Hasil Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI dengna menggunakan rancangan sampel dari
Susenas BPS (bada Pusat Statistik) terhadap 65.664 rumah tangga, menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga adalah sebagai berikut :
– Gangguan Mental Emosional (15 tahun atau lebih) : 140/1000
– Gangguan Mental Emosional (5-14 tahun): 104/1000
• Penelitian terakhir di Jawa Barat tahun 2002, ditemukan 36% pasien yang datang berobat ke
puskesmas mengalami gangguan kesehatan jiwa.
• Gangguan jiwa dalam pandangan masyarakat masih identic dengan “gila” (psikotik) sementara
kelompok gangguan jiwa lain seperti ansietas, depresi dan gangguan jiwa yang tampil dalam bentuk
berbagai keluhan fisik kurang dikenal.
TUJUAN

• Terlaksananya integrasi kesehatan jiwa di Pelayanan


Kesehatan Primer yang memadai yang dapat
menjangkau seluruh masyarakat.
• Tertanganinya kasus kesehatan jiwa pada pasien yang
datang berobat ke pelayanan kesehatan primer.
INTEGRASI KESEHATAN JIWA DI
PELAYANAN KESEHATAN PRIMER
• Dengan meningkatnya masalah kesehatan jiwa, maka
kebutuhan akan pelayanan kesehatan jiwa juga semakin
meningkat.
• Jangkauan pelayanan kesehatan jiwa harus dapat mencapai
masyarakat yang jauh dan bukan hanya yang bertempat
tinggal di kota besar saja.
• Hal ini merupakan upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
• Pelayanan kesehatan jiwa yang memadai yang dapat menjangkau seluruh masyarakat belum
dapat dilaksanakan disebabkan oleh :
1. Jumlah tenaga kesehatan jiwa masih sangat terbatas dan pada umumnya berada di kota
besar.
2. Masalah kesehatan jiwa sering kali bermanifestasi dalam bentuk keluhan fisik, sehingga
tidak terdeteksi dan tidak teratasi dengan baik.
3. Pengertian tentang kesehatan jiwa masih kurang dan stigma terhadap gangguan jiwa masih
besar, sehingga mereka tidak dating ke pelayanan kesehtan jiwa, tapi banyak yang pergi ke
pengebotan tradisional atau pemuka agama.
4. Penduduk pedesaan (rural) sulit menjangkau fasilitas kesehatan jiwa dan membutuhkan
biaya yang cukup besar.
5. Adanya otonomi daerah yang membuat daerah menjadi penentu kebutuhasn masing-
masing, menyebabkan masalah pelayanan kesehatan jiwa belum tentu dinaggap sebagai
kebutuhan prioritas.
PENGERTIAN

• Kesehatan Jiwa (UU No. 23 tahun 1992 Ps 24,25,26 dan 27) adalah sutu kondisi mental
sejahtera yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia. Orang yang
sehat jiwa mempunyai ciri:
1. Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya
2. Mampu menghadapai stress kehidupan yang wajar
3. Mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan hidupnya
4. Dapat berperan serta dalam lingkungan hidup
5. Menerima baik dengan apa yang ada pada dirinya
6. Merasa nyaman bersama dengan orang lain
• Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada
fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksnakan
peran sosial.
• Jenis-jenis gangguan jiwa:
– Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan NAPZA, alcohol dan rokok
– Depresi
– Ansietas
– Gangguan somatoform (psikosomatik)
– Gangguan afektif
– Gangguan mental organik
– Skizofrenia
– Gangguan jiwa anak dan remaja serta retardasi mental
GANGGUAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Gangguan Penggunaan Alkohol


Keluhan:
• Murung
• Gugup
• Insomnia
• Komplikasi fisik (luka di pencernaan, gastritis, perlemakan hati) penggunaan > 6 kaleng bir
sehari
• Daya ingat atau konsentarsi menurun
• Mengalami kecelakaan atau cedera
2 . G A N G G UA N P E N G G U N A A N 3 . G A N G G UA N P E N G G U N A A N
Z AT P S I KOA K T I F T E M B A K AU

Keluhan: Keluhan:
• Murung • Bau tak menyenangkan di mulut
• Gugup • Batuk berdahak
• Insomnia • Sering menderita infeksi saluran
nafas
• Komplikasi fisik
• Tekanan darah tinggi
• Mengalami kecelakaan atau
• Nyeri dada
cedera
• Problem kesehatan jantung
• Perubahan perilaku
• Letih dan merasa kurang sehat
• Rasa nyeri
4 . G A N G G UA N D E P R E S I

Keluhan:
• Lelah atau rasa nyeri
• Kehilangan minat/gairah
• Cepat marah, cepat tersinggung
• Gangguan tidur
• Rasa bersalah atau hilang kepercayaan diri
• Gangguan nafsu makan
• Pikiran atau tinadakan bunuh diri, merasa
lebih baik mati
• Sulit konsentrasi
• Gelisah
5 . G A N G G UA N PA N I K

• Serangan panic atau rasa takut yang tak


dapat dijelaskan muncul secara mendadak,
berkembang dengan cepat dan dapat
berlangsung hanya beberapa menit.
• Disertai
– Nyeri dada
– Napas pendek
– Pusing
– Rasa tercekik
– Mual
– Rasa takut akan terjadinya bencana pribadi
G A N G G UA N S O M ATO F O R M

Keluhan:
• Dapat timbul gejala fisik apa saja
• Terdapat berbagai macam keluhan atau
gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan
• Pasien dating berulang kali walaupun hasil
pemeriksaan tidak menunjukkan kelainan
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
DEMENSIA DELIRIUM
• Penurunan daya ingat meengenai yang baru • Bicara kacau
terjadi dan daya pikir • Ketakutan
• Acuh tak acuh • Kebingungan
• Penurunan daya fungsi (berpakaian, • Perhatian mudah beralih
mencuci/mandi, memasak)
• Gangguan tidur
• Mudah bingung
• Lazim pada usia lanjut >60 tahun
SKIZOFRENIA & GANGGUAN PSIKOTIK
KRONIK LAIN
• Kesulitan berpikir dan berkonsentrasi
• Mendengar suara-suara yang tidak ada
sumbernya
• Keyakinan yang aneh (memiliki kekuatan
supra natural, merasa dikejar-kejar)
• Merasa ada hewan aatau objek yang tak
lazim di tubuhnya
• Kebersihan yang buruk atau perilaku aneh
G A N G G UA N P S I KOT I K A K U T G A N G G UA N B I P O L A R

• Mendengar suar-suar • Mengalami periode depresi, mania atau


• Keyakinan atau ketakutan yang aneh eksaserbasi.

• Kebingungan • Episode manik


– Aktivitas dan tenaga bertambah
• Was-was
– Bicara cepat
• Menarik diri
– Berkurangnya kebutuhan tidur
• Curiga atau mengancam
– Perhatian mudah beralih
• Halusinasi dengar
– Merasa diri penting secara berlebihan
• Pembicaraan aneh atau kacau
• Episode depresi :
• Keadaan emosional yang labil dan ekstrem
– Suasana perasaan menurun atau sedih
• Gejala timbul mendadak kurang dari 1 – Kehilangan minat atau kemampuan untuk
bulan merasa senang
G A N G G UA N F O B I K G A N G G UA N P E N Y E S UA I A N

• Menghindar atau membatasi aktivitas • Merasa tak berdaya, kewalahan atau tak
sebab rasa takut yang timbul karena mampu menyesuaikan diri
objek/situasi tertentu • Gejala fisik : insomnia, sakit kepala, nyeri
• Gejala fisik: berdebar, napas pendek, asma perut, nyeri dada dan palpitasi.
G A N G G UA N O B S E S I F
KO M P U L S I F

• Melakukan pekerjaan berulang-ulang dan


tak kuasa untuk mengendalikannya,
walaupun mereka menyadari bahwa
pekerjaan itu tak ada gunanya
GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
GANGGUAN KESEHATAN JIWA DAN
ANAK
AU T I S M E EPILEPSI
• Kehilangan kesadaran atau perubahan
• Tidak mau berinteraksi dengan orang lain
kesadaran yang berulang kali
G A N G G UA N H I P E R K I N E T I K
• Disertai kejang atau seperti bengong saja
DA N G G . P E M U S ATA N
P E R H AT I A N
• Tidak dapat duduk diam ENURESIS FUNGSIONAL
• Selalu bergerak • Mengompol di celana atau tempat tidur
• Tidak dapat menunggu giliran secara berulang minimal 2x sebulan pada
• Tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan orang lain anak usia 5 tahun dan 1 x sebulan pada anak
• Konsentrasi buruk
usia 6 tahun atau lebih
PELAPORAN PASIEN JIWA

• Pelaporan adanya pasien jiwa bisa berkordinasi dengan Bidan Desa atau warga maupun
perangkat desa yang akan di tindak lanjuti oleh pihak puskesmas

• Diharapkan terdapat identitas dan keluarga yang bertanggung jawab berkaitan dengan
tatalaksana dan pemberian obat yang berkesinambungan untuk pasien

• Untuk pasien yang tidak memiliki identitas harus berkordinasi dengan beberapa pihak antara
lain Puskesmas, Dinas kesehatan, kepolisian, Dinas sosial, dan pihak kecamatan untuk dapat
merehabilitasi pasien yang akan ditanggung oleh Dinas sosial
•Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai