Anda di halaman 1dari 18

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS (GEPENG)

MELALUI USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) DI LEMBAGA


SOSIAL HAFARA, BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ARTIKEL JURNAL

Oleh
Rina Rohmaniyati
11102241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
PERSETUJUAN

Jurnal yang berjudul Pemberdayaan Gelandangan Dan Pengemis (Gepeng)


melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di Lembaga Sosial Hafara, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta yang disusun oleh Rina Rohmaniyati, NIM
11102241027 telah disetujui untuk dipublikasikan.

Yogyakarta, 18 Januari 2016


Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Yoyon Suryono, MS


NIP. 19510122 197903 1 001

ii
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati ) 1

PEMBERDAYAAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS (GEPENG) MELALUI


USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) DI LEMBAGA SOSIAL HAFARA
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

VAGRANTS AND BEGGARS EMPOWERMENT THROUGH ECONOMIC


PRODUCTIVE EFFORD ACTIVITIES IN SOCIAL INSTITUTION HAFARA,
BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh: Rina Rohmaniyati, Pendidikan Luar Sekolah


rinarohman93@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan program pemberdayaan
gelandangan dan pengemis (Gepeng) melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di
Lembaga Sosial Hafara.Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus. Subyek
dalam penelitian ini adalah warga binaan Gepeng didukung dengan informan pendukung
yaitu pemimpin dan pengurus lembaga. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data
adalah reduksi data, display data, dan pengambilan kesimpulan. Trianggulasi yang
digunakan untuk menjelaskan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Gepeng yang menjadi warga binaan di Lembaga Sosial
Hafara adalah orang jalanan yang terazia. Gepeng tersebut mendapat pembinaan dan
pelatihan di lembaga supaya mereka mampu hidup secara layak dan mandiri melalui
program pemberdayaan. Salah satu program pemberdayaan tersebut adalah program
Usaha Ekonomi Produktif (UEP). UEP merupakan program yang kegiatannya meliputi
perikanan, pertanian, dan usaha warung. Hasil kegiatan program UEP adalah hasil
penjualan di warung, perikanan berupa ikan lele, dan pertanian berupa buah-buahan,
sayuran, dan tanaman obat yang diperjual belikan dan dikonsumsi, warga binaan Gepeng
mendapatkan bagi hasil dalam kegiatan ini. Faktor pendukung pelaksanaan program UEP
yaitu: ketersediaan lahan yang subur, ketersediaan sarana prasarana, memiliki sumber
daya manusia, memiliki jaringan kerjasama yang luas dalam bidang pelatihan hingga
pengelolaan. Faktor penghambatnya yaitu: kondisi alam, kurangnya modal untuk
mengembangkan usaha, kondisi psikologis Gepeng, dan kurangnya pendidikan Gepeng.
Dampak pelaksanaan Usaha Ekonomi Produktif bagi lembaga yaitu mampu menggerakan
organisasi dan mencukupi kebutuhan pokok seluruh warga binaan. Bagi warga binaan
Gepeng adalah memiliki kemampuan, ketrampilan, dapat menabung dan tidak kembali ke
jalanan.
Kata kunci: pemberdayaan gepeng, usaha ekonomi produktif

Abstract
The aim of this research was to describe about: 1) vargants and beggar who have
became residents of Social Institution Hafara, 2) the implementations programme of
Economic Productive Efford activities, 3) the result of implementation programme of
Economic Productive Efford activities, and the impact of implementations program of
Economic Productive Efford activities to vargants and beggars, and also to Social
Institution Hafara.
This research was qualitative research which used a case study approach.
Subjects of this research were the chairman and public servant of social institution
2 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

hafara, and also vegrants and beggars who lived there. The data was collected through
observation, interviews, and documentation methods. The technique analysis data used
display, reduction, and conclusion of data. The validity of the data was done through
triangulation of sources.
The result of this research showed that 1) the residents in Social Institution of
Hafara came from the street, they was gained through raid and made up of vargants, ex-
phsicotics, and beggars. 2) the economic productive afford was a empowerment
programme for the residents which aimed to train independency of them. The activities of
this programme such as agriculture, fisheries, and shop bussiness, 3) the result of this
programme activities were shop profit, fisheries product was Lele fishes, and some
product of agriculture such as fruits, vagatables, and traditional medicinal plants. That
results were sold or being consumed, then vargants and beggars got a profit 4) There are
a support factors in this programme such as having fertile soil, availability of
infrastructure, having human resources, and large networking in the training field to
processing. The obstacle factors of this programme were nature conditions, less of
capital to develop business, psychology condition of vagrants and beggars, and also lack
of their education. 5) the impact of implementation this programme to the institution that
was capable ofmoving the organization and meet thebasic needs of all residents assisted.
For vargants and beggars were having the ability, skills, capability saving some money
and not return to the streets anymore.

Keywords: vagrants and beggars, Economic Productive Effort


Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 3

PENDAHULUAN Gelandangan sendiri menurut


Indonesia merupakan negara Peraturan Kepala Kepolisian (Perkap)
berkembang yang mengalami Negara Republik Indonesia No 14
permasalahan sosial di lingkungan Tahun 2007 tentang Penanganan
masyarakatnya. Berdasarkan data yang Gelandang dan Pengemis pada Pasal 1
dihimpun oleh Badan Pusat Statistik ayat (1) merupakan orang yang tidak
(BPS),jumlah penduduk miskin di mempunyai tempat tinggal layak,
Indonesia mencapai 28,28 juta jiwa atau pekerjaan tetap, dan hidup berpindah-
sekitar 11,25% dari jumlah keseluruhan pindah dari suatu tempat ke tempat lain
penduduk di Indonesia. Kemiskinan yang tidak sepantasnya menurut aturan
yang terjadi di Indonesia disebabkan dan norma kehidupan masyarakat,
oleh berbagai faktor yang saling sedangkan pengemis dijelaskan pada
berkaitan satu sama lain. Faktor ayat (2) sebagai orang yang mencari
penyebab kemiskinan tersebut antara penghasilan dengan meminta-minta di
lain memiliki keterbatasan baik secara tempat umum dengan berbagai cara dan
fisik maupun mental, pendidikan yang alasan untuk mendapat belas kasihan
rendah, tidak mempunyai ketrampilan orang lain. Selain itu, menurut Dimas D.
untuk berusaha, dan kurang tersedianya Irawan (2013: 5) pengemis dapat
lapangan kerja. dikelompokkan menjadi dua macam tipe
yaitu pengemis miskin materi dan
Berdasarkan faktor tersebut, dapat pengemis miskin mental. Pengemis
dikatakan bahwa permasalahan miskin materi adalah pengemis yang
kemiskinan yang terjadi di Indonesia tidak memiliki uang atau harta,
erat kaitannya dengan masalah sedangkan pengemis miskin mental
ketenagakerjaan, yaitu pengangguran. yaitu pengemis yang masih memiliki
Kemiskinan terjadi karena penduduknya harta namun mental yang lemah
tidak bekerja (menganggur) dan mendorongnya untuk mengemis. Ada
sebaliknya penduduk yang tidak bekerja beberapa fakor yang menyebabkan
disebabkan karena kemiskinan, yang kegiatan mengemis dilakukan yaitu
mana penduduk tersebut tidak mampu karena malas berusaha, cacat fisik,
mendapatkan pelayanan kesehatan, pengangguran, masalah ekonomi,
pendidikan dan ketrampilan secara bahkan karena sudah menjadi tradisi
maksimal sebagai modal mendapatkan turun temurun.
pekerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS),
menyebutkan bahwa jumlah Berdasarkan data dari Dinas
pengangguran di Indonesia pada bulan Sosial DIY yang dilansir oleh
Februari 2014 mencapai 7,2 juta orang. www.jogjadaily.com, jumlah Gepeng di
Data ini menunjukkan bahwa masih DIY tahun 2015 mencapai 648 orang
banyak penduduk di Indonesia yang yang terdiri atas 161 gelandangan, 191
tidak bekerja/menganggur. Masalah pengemis, dan 296 gelandangan
pengangguran ini kemudian psikotik. Pertumbuhan gelandangan dan
mengakibatkan masalah sosial lainnya, pengemis di Provinsi Daerah Istimewa
yaitu munculnya gelandangan dan Yogyakarta yang begitu pesat ini
pengemis atau biasa disebut Gepeng. mendorong pemerintah untuk
4 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

melakukan penanggulangan terhadap Gepeng memerlukan perbaikan


masalah ini yaitu dengan mengeluarkan mental khususnya jenis gelandangan
dan mengesahkan Peraturan Daerah psikotik yang mana kejiwaannya
(Perda) Daerah Istimewa Yogyakarta terganggu. Perbaikan bagi gelandangan
Nomor 1 Tahun 2014 tentang dan pengemis yang sehat secara fisik
Penanggulangan Gelandangan dan dan kejiwaannya dapat dilakukan
Pengemis. Peraturan daerah ini dengan cara brainwashing untuk
merupakan langkah awal upaya membuka pemikiran dan merubah pola
pemerintah menyukseskan target DIY pikir Gepeng yang semula tangan di
bebas dari gelandangan dan pengemis bawah menjadi tangan di atas lebih
pada tahun 2015. baik daripada tangan di bawah,
sehingga mereka dapat menghentikan
Keberadaan gelandangan dan pencarian nafkah melalui kegiatan
pengemis bukanlah tanpa alasan, menggelandang dan mengemis lalu
keberadaan mereka disebabkan oleh berganti dengan cara bekerja sesuai
beberapa faktor seperti faktor ekonomi, nilai-nilai dan norma. Perbaikan mental
psikologis, pendidikan, sosial budaya, saja tidaklah cukup untuk membantu
bahkan agama. Gelandangan dan gelandangan agar dapat hidup dengan
pengemis merupakan bagian dari baik dan layak. Perbaikan mental harus
masyarakat yang tersaing. Gelandangan disertai dengan pemberian pendidikan
dan pengemis merupakan masyarakat dan pelatihan. Pendidikan merupakan
yang tidak berdaya, mereka tidak kebutuhan dasar manusia dan bersifat
mampu mencukupi kebutuhan pokok, sepanjang hayat. Pendidikan dapat
kurang memiliki kepedulian terhadap dilaksanakan oleh siapa saja, dimana
kesehatan, ketidakpedulian terhadap saja, dan kapan saja. Pendidikan
nilai-nilai dan norma, serta mereka merupakan hak asasi seluruh umat
masih memiliki mindset tangan manusia tak terkecuali bagi gelandangan
dibawah lebih baik yaitu senang dan pengemis. Hal ini sesuai dengan
meminta belas kasih orang lain tanpa amanat UUD 1945 pasal 31 ayat (1)
mau bekerja keras. Oleh sebab itu, yang menyebutkan bahwa setiap warga
gelandangan dan pengemis (gepeng) negara berhak mendapatkan pendidikan.
tidak seharusnya dijauhi, perlunya Pendidikan bagi gelandangan dapat
kepedulian dari masyarakat untuk ditempuh melalui pendidikan jalur non
mengentaskan permasalahan formal atau biasa disebut pendidikan
gelandangan dan pengemis ini. non formal/pendidikan luar sekolah
Gelandangan dan pengemis melalui lembaga pemerintahan maupun
membutuhkan bantuan, bukan bantuan non pemerintahan. Pendidikan dan
uang atau barang yang langsung pelatihan bagi gelandangan dan
dikonsumsi tetapi lebih kepada bantuan pengemis (Gepeng) sangatlah diperlukan
perbaikan mental, pendidikan, dan karena dengan memperoleh pendidikan
pelatihan supaya mereka dapat hidup dan pelatihan, mereka dapat
dengan layak dan mampu mengangkat memperoleh pengetahuan dan
derajat harkat dan martabatnya sebagai ketrampilan yang sesuai dengan
manusia. kebutuhan yang dapat dijadikan modal
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 5

untuk bekerja secara layak sehingga 39 warga binaan, yang terdiri atas; 6
mereka mampu meningkatkan kualitas orang gelandangan dewasa, 9 orang
hidupnya. anak jalanan, dan 24 orang eks psikotik
dan eks narkoba. Sebagai upaya
Penanganan gelandangan dan menanggulangi permasalahan
pengemis tersebut sejalan dengan upaya gelandagan dan pengemis, Lembaga
Sosial Hafara mempunyai berbagai
preventif, represif, dan rehabilitatif yang
pelayanan yang sesuai dengan Peraturan
tercantum dalam Peraturan Daerah Daerah (Perda) Daerah Istimewa
provinsi DIY pasal 8 ayat (1-3) Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2014
mengenai penanggulangan gelandangan tentang Penanggulangan Gelandangan
dan pengemis. Upaya-upaya tersebut dan Pengemis. Pelayanan tersebut antara
ditempuh melalui pelatihan ketrampilan, lain rumah singgah, bimbingan sosial,
bimbingan belajar dan ketrampilan.
magang dan perluasan kesempatan
kerja; peningkatan derajat kesehatan; Lembaga Sosial Hafara
fasilitasi tempat tinggal; peningkatan mempunyai permasalahan dalam upaya
pendidikan; penyuluhan dan edukasi menanggulangi permasalahan
masyarakat; pemberian informasi gelandangan dan pengemis.
melalui baliho di tempat umum; Permasalahan yang dihadapi lembaga
bimbingan sosial; dan bantuan sosial. antara lain; gelandangan dan pengemis
Pemerintah, dalam hal ini Dinas Sosial (gelandangan dan pengemis) baru sulit
DIY bekerjasama dengan Lembaga untuk beradaptasi, kurangnya kesadaran
Sosial yang ada berusaha untuk dan motivasi untuk belajar, serta
melaksanakan upaya preventif tersebut gelandangan dan pengemis masih
dalam menanggulangi gelandangan dan beranggapan bahwa kehidupan di jalan
pengemis. lebih menguntungkan dari pada di
lembaga. Salah satu upaya
Salah satu Lembaga Sosial di DIY menyelesaikan permasalahan tersebut,
yang bergerak dalam upaya Lembaga Sosial Hafara melibatkan
menanggulangi permasalahan
mereka dalam kegiatan Usaha Ekonomi
gelandangan dan pengemis adalah
Lembaga Sosial Hafara. Lembaga Sosial Produktif (UEP).
Hafara pada awalnya terletak di Dusun
Gonjen, Rt. 05 Rw. 17, kini lembaga Usaha Ekonomi Produktif
tersebut berlokasi di Brajan, Tamantirto, (UEP) merupakan program
Kasihan Bantul. Lembaga Sosial yang pemberdayaan gelandangan dan
mempunyai kepanjangan Hadza Min pengemis melalui kegiatan usaha yang
Fadli Rabbi (Kemurahan Hati Tuhan) produktif. Program ini dimaksudkan
bergerak pada pelayanan terpadu dengan untuk mengkikis asumsi gelandangan
ranah kerja pada pengentasan,
dan pengemis yang beranggapan bahwa
pemberdayaan, dan pembinaan
Penyandang Masalah Kesejahteraan hidup di lembaga tidak dapat
Sosial (PMKS). Warga binaan lembaga memperoleh penghasilan seperti ketika
ini seluruhnya berasal dari jalanan, hidup di jalanan. Kegiatan dalam
antara lain; pengamen, pengemis, program ini memanfaatkan lahan atau
gelandanga, eks psikotik, dan eks pekarangan disekitar lembaga sekitar
pecandu obat-obatan, serta anak jalanan. 1000 m2 sebagai lahan produktif untuk
Lembaga Sosial Hafara saat ini memiliki
kegiatan dibidang perikanan dan
6 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

perikanan. Selain pertanian dan peneliti sendiri, dalam melakukan


pertanian, ada pula usaha warung yang penelitian ini peneliti menggunakan
dikelola sendiri oleh warga binaan. pedoman observasi, pedoman
wawancara dan pedoman dokumentasi
Gelandangan dan pengemis
yang dirancang dan dibuat sendiri oleh
berpartisipasi aktif mengelola kegiatan peneliti.
tersebut dengan dibekali pengetahuan
dan ketrampilan cara bercocok tanam Peneliti menggunakan wawancara
terstruktur mendalam yang digunakan
dan berternak ikan. Tanaman unggulan sebagai teknik pengumpulan data.
di Lembaga Sosial Hafara adalah Dalam melakukan wawancara,
papaya, sedangkan untuk perikannanya pengumpul data telah menyiapakan
adalah Ikan Lele. Hasil pertanian dan instrumen penelitian berupa pertanyaan-
perikanan tersebut kemudian pertanyaan tertulis. Dengan wawancara
diperjualbelikan warga binaan di pasar, terstruktur ini, setiap responden di beri
pertanyaan yang sama, dan pengumpul
kepada pengepul bahkan pada lembaga
data mencatatnya.
sendiri serta adapula yang di konsumsi
oleh seluruh warga binaan. Hasil Dokumentasi dalam penelitian ini
digunakan untuk memperkuat data yang
penjualan tersebut kemudian dibagi dua,
diperoleh dari lapangan, baik dari hasil
bagi hasil untuk warga binaan Gepeng pengamatan maupun hasil wawancara,
yang mengelola dan untuk kas lembaga. dokumentasi tersebut meliputi foto
kegiatan UEP, foto sarana prasarana
METODE yang dimiliki oleh lembaga Sosial
Hafara. Melalui arsip tertulis yaitu profil
Jenis Penelitian
meliputi sejarah berdirinya rumah
Jenis penelitian ini menggunakan singgah, visi dan misi, serta data-data
metode penelitian kualitatif studi kasus. penunjang lain yang diperlukan selama
penelitian.
Waktu dan Tempat Penelitian
Teknik Analisis Data
Penelitian ini dilakukan di Lembaga
Sosial Hafara yang beralamatkan di Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik analisis data model
Tamantirto, Kasihan, Bantul,
Miles dan Huberman dalam Sugiyono
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan (2013: 337-345) yaitu analisis data
selama empat bulan, mulai dari bulan dilakukan selama di lapangan dimana
Mei 2015 sampai dengan bulanAgustus secara interaktif dan dan berlangsung
2015. secara terus menerus hingga datanya
jenuh. Proses analisis data tersebut
Subjek Penelitian dilakukan setelah peneliti
mengumpulkan data berdasarkan fokus
Subjek dalam penelitian ini terdiri dari
penelitian dan permasalahan yang ingin
warga binaan Gepeng yang tinggal di diteliti yaitu mengenai pemberdayaan
lembaga, pimpinan lembaga, dan gelandangan dan pengemis (Gepeng)
pengurus lembaga Sosial Hafara melalui Usaha Ekonomi Produktif
(UEP) di Lembaga Sosial Hafara. Data
Data, Instrumen, dan Teknik tersebut diperoleh dari hasil observasi,
Pengumpulan Data wawancara, dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini yang menjadi Reduksi data, pada tahap ini,
instrumen utama penelitian adalah peneliti mereduksi data yang dihasil di
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 7

lapangan dengan cara merangkum, (5) yang menyatakan bahwa pengemis


mengambil hal-hal pokok, dan lebih adalah orang-orang yang mendapatkan
menfokuskan pada hal-hal penting penghasilan dengan cara meminta-minta
terkait dengan pemberdayaan di depan umum dengan berbagi cara dan
gelandangan dan pengemis melalui mengharapkan belas kasihan orang lain.
Usaha Ekonomi Produktif di Lembaga Gepeng yang dibina oleh lembaga
Sosial Hafara. bukan hanya gelandangan dan pengemis
yang sehat tetapi juga gelandangan eks
Display data (penyajian data).
psikotik. Menurut Tursilarini (2008)
Tahap ini dilakukan setelah data hasil
gelandangan psikotik adalah seseorang
wawancara, observasi dan dokumentasi
yang mengalami gangguan yang berat
selesai direduksi. Pada penelitian ini,
dan komplit, baik secara fisik, mental,
data hasil pengumpulan tentang
sosial dan psikologis, gelandangan
pemberdayaan gelandangan dan
psikotik juga kehilangan perasaan sosial,
pengemis melalui Usaha Ekonomi
rasa kemanusian, dan ketuhanan.
Produktif di Lembaga Sosial Hafara
yang telah direduksi tersebut kemudian Warga binaan di Lembaga Sosial
data tersebut disajikan dalam bentuk Hafara salah satunya adalah
teks naratif. gelandangan dan pengemis (Gepeng).
Warga binaan Gepeng di Lembaga
Kesimpulan dan verifikasi, pada
Sosial Hafara terdiri atas gelandangan,
tahap ini, peneliti melakukan pengujian
gelandangan eks psikotik, pengamen,
kebenaran terhadap permasalahan yang
dan pengemis yang usianya mulai mulai
diteliti berdasarkan bukti-bukti dan hasil
dari remaja hingga lanjut usia (lansia).
pengumpulan data yang ada di lapangan
Gepeng yang menjadi warga binaan
yang telah disajikan secara singkat dan
dulunya merupakan orang jalanan,
jelas. Kemudian berdasarkan uji
mereka ada yang mempunyai dan ada
kebenaran dengan bukti yang kuat
pula yang tidak mempunyai tempat
tersebut peneliti akan menarik
tinggal dan memiliki kehidupan yang
kesimpulan yang dapat dipercaya.
tidak layak. Ketika berada di jalanan,
mereka menggelandang, merongsok,
memulung, mengamen, dan meminta
HASIL DAN PEMBAHASAN
belas kasih orang lain. Gepeng yang kini
1. Warga Binaan Gelandangan, menjadi warga binaan di Lembaga
Pengemis, Pengamen (Gepeng) di Sosial Hafara disebut eks Gepeng dan
Lembaga Sosial Hafara merupakan hasil razia yang dilakukan
Peraturan Pemerintah Nomor 31 baik oleh tim dari lembaga sendiri,
tahun 1980 pada pasal 1 ayat (2) pemerintah, maupun masyarakat yang
maupun menurut Perda DIY Nomor 1 menemukan orang jalanan. Selama
tahun 2014 tentang Penanganan pembinaannya, lembaga menfaasilitasi
Gelandangan dan Pengemis warganya dengan member hunian
menyebutkan pada pasal 1 ayat (2) dan sementara melalui program rumah
(3) bahwa gelandangan adalah orang- singgah dan panti sosial.
orang yang hidupnya dalam keadaan Eks Gepeng tersebut termasuk
yang tidak sesuai dengan norma dalam kelompok lemah, selain karena
kehidupan yang layak di dalam faktor internal seperti kurangnya
masyarakat setempat, serta mereka tidak pendidikan, lemahnya mental,
mempunyai tempat tinggal dan penyandang cacat dan rasa malas
pekerjaan yang tetap di wilayah tertentu bekerja, ada pula faktor eksternal yang
dan mengembara di tempat yang umum, mempengaruhi seperti kurangnya
kemudian dilanjutkan pada pasal 1 ayat
8 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

lapangan kerja, dan pandangan negatif pengemisan serta mencegah


dari masyarakat. Faktor-faktor tersebut perluasannya di masyarakat. Usaha
menyebabkan Gepeng tidak dapat ini meliputi; razia, penampungan
mandiri dan terus melakukan kegiatan sementara untuk diseleksi dan
penggelandangan dan pengemisan. pelimpahan.
Suharto (2010: 60) telah
3. Usaha rehabilitatif
mengkategorikan kelompok lemah yaitu;
1) kelompok lemah secara struktural, Usaha ini bertujuan agar
baik lemah secara kelas, gender, maupun gelandangan dan pengemis
etnis.2) Kelompok lemah khusus, seperti memiliki kembali kemampuan
manula, anak-anak, remaja, penyandang untuk hidup secara layak sesuai
cacat, dan masyarakat terasing. 3) harkat dan martabat manusia.
Kelompok lemah secara personal yaitu Usaha ini meliputi; penyantunan,
mereka yang mengalami masalah pemberian latihan dan pendidikan,
pribadi atau keluarga. pemulihan kemampuan dan
penyaluran kembali ke masyarakat,
Kelompok lemah yang tidak
pengawasan, dan pembinaan
berdaya memerlukan kegiatan
lanjutan.
pemberdayaan agar dapat meningkatkan
taraf hidupnya, meningkatkan derajat Salah satu program pemberdayaan
dan martabatnya, serta mampu yang dilaksanakan di Lembaga Sosial
mengubah kehidupan sosialnya, oleh Hafara bagi warga binaan eks
sebab itu, eks Gepeng di Lembaga Gepengnya yaitu melalui program
Sosial Hafara mendapatkan program Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
pemberdayaan melalui kegiatan
penyuluhan, pendampingan, pemberian
pendidikan dan pelatihan, serta 2. Pelaksanaan Program Usaha
pembinaan yang bersifat nonformal. Ekonomi Produktif (UEP) di
Program kegiatan pemberdayaan Lembaga Sosial Hafara
yang bersifat nonformal tersebut juga Berdasarkan konsep ekonomi dan
merupakan usaha represif, preventif dan produktifitas, Usaha Ekonomi Produktif
rehabilitatif yang dilakukan oleh (UEP) adalah suatu aktivitas ekonomi
lembaga sesuai dengan peraturan yang dilakukan dengan penuh keyakinan
perundang-undangan yaitu Perda dan secara terus menerus melalui
Nomor 1 tahun 2014 sebagai upaya berbagai cara untuk meningkatkan
untuk menanggulangi permasalahan pemanfaatan nilai-nilai dari faktor-faktor
Gepeng. Berdasarkan peraturan daerah produksi (sumber daya produktif) secara
tersebut penanggulangan gelandangan efektif dan efisien sehingga dapat
dan pengemis dibagi tiga (3) bentuk menghasilkan barang dan atau jasa yang
usaha yang dilakukan secara terorganisir dapat digunakan untuk mencukupi
sebagai berikut. kebutuhan hidup.
1. Usaha preventif. Program Usaha Ekonomi
Usaha ini meliputi; penyuluhan, Produktif (UEP) yang dilakukan oleh
bimbingan, latihan, pemberian Lembaga Sosial Hafara bertujuan untuk
bantuan, pengawasan, dan memberikan pekerjaan kepada warga
pembinaan lanjutan. binaannya khususnya Gepeng supaya
mereka dapat mandiri dan tidak kembali
2. Usaha represif ke jalanan. Pogram ini juga merupakan
Usaha ini dilakukan untuk suatu usaha rehabilitatif bagi Gepeng
menghilangkan pergelandangan dan dewasa melalui kegiatan pemberdayaan.
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 9

Pemberdayaan menurut Korten dalam tanaman juga membutuhkan air. Air


Soetomo (2010: 404) adalah digunakan untuk mengisi kolam dan
kemampuan untuk mengubah kondisi menyiram tanaman.
masa depan dengan menggunakan
Labor atau sumber daya manusia.
tindakan dan pengambilan keputusan
Sumber daya manusia (SDM) yang
dimana dalam proses pembangunan
terlibat dalam kegiatan Usaha Ekonomi
dapat diartikan sebagai penguasaan atau
Produktif (UEP) adalah warga binaan
kontrol terhadap sumberdaya,
yang mampu terutama Gepeng yang
pengelolaannya, hasil, dan manfaat yang
dibantu oleh pengurus atau pengelola
diperoleh. Inti dari pemberdayaan itu
lembaga lainnya. Pada awalnya, Gepeng
menurut Winarni dalam Sulistiyani
yang mengelola kegiatan ini mempunyai
(2004: 79) adalah pengembangan
kualitas yang belum baik. Gelandangan
(enabling), memperkuat potensi atau
eks psikotik merupakan sumber daya
daya (empowering), dan terciptanya
manusia yang kualitasnya kurang baik
kemandirian. Oleh sebab itu, program
karena secara mental dan psikologis
ini tidak lepas dari proses
belum sepenuhnya sembuh. Sedangkan
pemberdayaan. Menurut Sulistyani
Gepeng lainnya yang secara mental
(2004: 77) proses pemberdayaan adalah
sehat belum memiliki pengetahuan dan
tahapan yang dilakukan untuk
ketrampilan mengenai kegiatan Program
mengubah individu atau kelompok yang
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) itu
kurang atau belum berdaya, yaitu lemah
sendiri. Meskipun demikian, seiring
dalam knowledge, attitude, practice
dengan proses belajar yang terus
(KAP) agar dapat berdaya yaitu
berjalan terjadi peningkatan kualitas
menguasai ilmu pengtahuan, sikap-
warga binaan khususnya Gepeng
perilaku sadar, dan kecakapan-
melalui belajar sendiri sendiri secara
ketrampilan yang baik.
otodidak dan mengikuti pelatihan yang
Proses pemberdayaan dalam diselenggarakan oleh perorangan
program Usaha Ekonomi Produktif maupun instansi seperti; pemerintah dan
(UEP) ini adalah pemberian sekolah/kampus. Kini, Gepeng mampu
pengetahuan, pelatihan dan pembinaan mengelola kegiatan Usaha Ekonomi
yang memanfaatkan faktor-faktor Produktif (UEP) sendiri dengan baik.
produksi. Kegiatan dalam program
Capital atau modal yang dimiliki
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) berupa
oleh lembaga dalam pelaksanaaan
kegiatan di bidang perikanan, pertanian,
kegiatan Usaha Ekonomi Produkif
dan usaha warung. Menurut Michael
(UEP) bukan hanya uang, tetapi juga
Parkin (2008: 3-4) faktor produksi
berupa peralatam, perlengkapan, dan
dibagi menjadi 4 kategori. Faktor-faktor
sarana prasarana (gedung, bangunan).
produksi tersebut berperan penting
Modal keuangan dalam pelaksanaan
dalam pelaksanaan program Usaha
kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
Ekonomi Produtif (UEP) sebagai
(UEP) ini berasal dari dana pribadi,
berikut.
pemerintah, dan masyarakat. Peralatan
Land atau sumber daya alam dan perlengkapan untuk menunjang
(SDA) yang digunakan dalam kegiatan- kegiatan perikanan dan pertanian cukup
kegiatan Usaha Ekonomi Produktif lengkap, sedangkan usaha warung juga
(UEP) yaitu tanah seluas 1.000 m2 telah memiliki bangunan sendiri.
untuk dikelola menjadi lahan pertanian,
Enterpreneurship atau
tempat pembangunan kolam ikan, dan
kewirausahaan. Lembaga melakukan
usaha warung. Selain tanah,
pengorganisasian terhadap ketiga faktor
pemeliharaan ikan dan perawatan
produksi di atas, yaitu; sumber daya
10 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

alam, sumber daya manusia, dan modal dialami oleh Gepeng. Hasil
hingga menghasilkan produksi ikan identifikasi tersebut kemudian
yaitu ikan lele, sayuran, buah-buahan, berkembang untuk menentukan
dan tanaman obat tradisional, serta hasil program atau kegiatan apa yang
usaha toko. Hasil produksi yang perlu dilakukan. Contohnya; bagi
diperoleh ini kemudian diperjualbelikan. gelandangan eks psikotik dan eks
Hasil penjualan digunakan untuk pecandu narkoba yang secara
operasional produksi. Sedangkan mental tidak sehat perlu adanya
keuntungan yang diperoleh dibagi rehabilitasi dan terapi melalui
dengan warga binaan Gepeng dan untuk program panti sosial, bagi anak-
simpanan kas lembaga sendiri. anak jalanan yang putus sekolah
dibentuk rumah singgah dan
Berdasarkan hasil pengumpulan
program kelanjutan belajar,
data melalui berbagai teknik atau
sedangkan untuk eks Gepeng
metode, pemberdayaan Gepeng melalui
dewasa yang memerlukan
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) di
ketrampilan kerja melalui kegiatan
Lembaga Sosial Hafara menunjukkan
Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
siklus tahap pemberdayaan sebagai
berikut. d. Mengidentifikasi kekuatan yang
dapat digunakan untuk melakukan
a. Adanya kemauan untuk berubah
perubahan. Contoh pada program
menjadi lebih baik (memperbaiki
Usaha Ekonomi Produktif (UEP),
diri) yang dirasakan oleh Gepeng.
lembaga memiliki sumber daya
Kemauan ini ditimbulkan karena
alam yaitu tanah yang kosong
pengalaman yang telah dialami,
seluas 1000 m2 , dan sumber daya
seperti: pengucilan oleh masyarakat
manusia yang dapat dimanfaatkan
dan tidak dimanusiakan oleh
sebagai faktor produksi.
oknum tertentu.
e. Mengembangkan rencana dan
b. Meminta petunjuk dan bantuan
mengimplementasikan. Tahap ini
kepada pihak yang berdaya untuk
merupakan tahap pelaksanaan
membantu mencari jalan keluar
program.
menyelesaikan permasalahan. Pada
penelitian ini menunjukkan bahwa f. Menghadirkan pengalaman yang
Gepeng meminta petunjuk dan memberdayakan dan tidak
bantuan kepada pihak berdaya memberdayakan. Me-review
untuk membantu dalam membentuk kegiatan yang telah
komunitas yang kemudian diimpleentasikan dan menelaah
berkembang menjadi Lembaga hasil dari pelaksanaan progam
Sosial Hafara. Selain itu, dalam seperti Usaha Ekonomi Produktif
kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) baik dibidang perikanan,
(UEP) lembaga mendapatkan pertanian, dan usaha warung
bantuan baik dalam bentuk modal apakah dapat memberi perubahan,
maupun pelatihan dari pemerintah, kemajuan, dan kebutuhan sesuai
mahasiswa, instansi tertentu, yang dibutuhkan atau tidak.
maupun masyarakat.
g. Menganalisa sebab akibat terjadi
c. Pihak berdaya dan yang belum pemberdayaan dan
berdaya bersama-sama ketidakberdayaan. Menganalisis
mengidentifikasi permasalahan alasan atau sebab akibat terjadinya
yang terjadi. Pada tahap ini pemberdayaan dan ketidak-
menganalisis permasalaha yang berdayaan. Apabila terjadi ketidak-
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 11

berdayaan, maka perlu penelusuran menghasilkan; (a) keuntungan bagi hasil


penyebab terjadinya hal tersebut, yang dapat mencukupi kebutuhan warga
hal ini kembali pada tahap binaan Gepeng, (b) tambahan dana
munculnya kemauan untuk untuk membantu operasional lembaga
memperbaiki (melakukan seperti membayar SPP anak dan
perubahan) dan seterusnya. mencukupi seluruh kebutuhan pokok
warga binaan, (c) kegiatan terapi untuk
eks gelandangan psikotik, dan (d)
3. Keberhasilan Program Usaha kegiatan program Usaha Ekonomi
Ekonomi Produktif (UEP) di Produktif (UEP) dapat berjalan terus
Lembaga Sosial Hafara. dengan perputaran modal dan hasil
penjualan.
Program Usaha Ekonomi
Produktif yang diselenggarakan oleh
Lembaga Sosial Hafara memberikan 4. Dampak Program Usaha
hasil di bidang perikanan, pertanian dan Ekonomi Produktif (UEP) di
usaha warung. Usaha warung membantu Lembaga Sosial Hafara
mencukupi kebutuhan warga binaan,
Gelandangan dan pengemis
sedangkan perikanan menghasilkan ikan
muncul karena beberapa faktor. Menurut
lele dan di bidang pertanian
Dimas (2013: 7-22), faktor yang
menghasilkan sayuran, buah-buahan,
mempengaruhi munculnya pengemis
dan obat-obatan yang bermanfaat baik
antara lain; malas berusaha, memiliki
untuk konsumsi sendiri maupun
cacat fisik (disabilitas fisik), mahalnya
diperjualbelikan.
biaya pendidikan, kurangnya lapang
Kegiatan jual-beli dilakukan kerja, ketidakberdaya, terlilit masalah
dengan pihak pembeli dari luar dan ekonomi, dan ketidakmampuan
Lembaga Sosial Hafara itu sendiri. mencukupi kebutuhan pokok yang
Lembaga menerapkan sistem pembelian mahal harganya. Sedangkan faktor
dan atau barter bagi warga binaannya penyebab munculnya gelandangan
khususnya Gepeng yang mengelola menurut Widiyanto (1986: 121) dibagi
program Usaha Ekonomi Produktif menjadi faktor internal dan eksternal.
(UEP) ini. Jadi, lembaga berkewajiban Faktor internal meliputi; sifat malas atau
melakukan barter atau membeli hasil tidak mau bekerja, lemahnya mental,
perikanan atau pertanian dari Gepeng cacat secara fisik dan atau secara mental.
pengelola UEP, meskipun program Sedangkan faktor eksternalnya yaitu;
tersebut merupakan program milik faktor ekonomi, pendidikan, kultur,
lembaga, dan hasilnya untuk konsumsi sosial, psikologi, agama, dan
seluruh warga binaan termauk Gepeng lingkungan.
itu sendiri. Selain itu, warga binaan yang
Penanggulangan Gepeng yang
bertugas mengelola dan mengolah hasil
dilakukan oleh Lembaga Sosial Hafara
program UEP untuk seluruh warga
melalui program Usaha Ekonomi
binaan di lembaga juga memperoleh
Produktif (UEP) memberikan dampak
upah kerja.
atau pengaruh bagi warga binaan eks
Keuntungan hasil penjualan Gepeng dan lembaga itu sendiri.
kegiatan-kegiatan Usaha Ekonomi Dampak dari keberhasilan kegiatan
Produktif (UEP) kemudian di bagi untuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP) ini
warga binaan Gepeng yang telah bagi warga binaan eks Gepeng antara
mengelola dan untuk kas lembaga lain; memperoleh pengetahuan dan
sebesar 10%. Sistem jual-beli dan bagi ketrampilan dalam mengelola perikanan
hasil yang terapkan oleh lembaga dan pertanian, memiliki pekerjaan dan
12 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

menjadi lebih bertanggungjawab, serta konsumsi masal yang tinggi. Lembaga


hidup menjadi lebih teratur. Eks Gepeng Sosial Hafara pada berada pada tahap
mulai dapat bekerja sesuai dengan nilai pra kondisi untuk lepas landas ke lepas
dan norma, tidak kembali hidup di landas karena warga mulai
jalanan. Melalui Usaha Ekonomi mengembangkan ide pembaharuan
Produktif (UEP) ini dampak secara untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih
ekonomi yaitu mereka mampu baik, berusaha untuk meningkatkan
berinvestasi dengan menabungkan hasil tabungan, berinvestasi pada sektor-
keuntungan dan uang lelah. Selain sektor produktif yang menguntungkan,
dampak ekonomi terdapat pula dampak dan mulai mempertimbangkan pertanian
sosial di mana eks Gepeng kemudian bukan hanya untuk dikonsumsi tetapi
mendapatkan panggilan jiwa untuk turut menjadi usaha yang menguntungkan.
serta membantu dan/atau mendampingi
Pembangunan ekonomi juga
warga binaan lain seperti gelandangan
dipengaruhi oleh manusia. Hal ini
eks psikotik, dan anak jalanan sebagai
dikemukakan oleh Alex Inkeles dan
upaya mengentaskan permasalahan
David H. Smith (dalam Arief Budiman,
orang jalanan.
1995:34-35) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan dampak yang pembangunan membutuhkan manusia
diperoleh warga binaan eks Gepeng yang dapat mengembangkan sarana
tersebut, menandakan bahwa pemberian material menjadi produktif, manusia
pembinaan, pengetahuan, dan pelatihan tersebut adalah manusia modern.
ketrampilan yang diberikan oleh Manusia modern dapat dibentuk dengan
Lembaga Sosial Hafara mampu pemberian pendidikan dan pengalaman
mengurangi munculnya Gepeng. Selain kerja yang tepatdan modern. Pemberian
itu, melalui Usaha Ekonomi Produktif pendidikan dan pengalaman kerja dapat
(UEP) warga binaan juga menjadi lebih diperoleh di sebuh lembaga, seperti
produktif. Menurut Rhenald Khasali, lembaga sosial. Lembaga sosial
dkk (2010: 25) karakter produktif ini menurut Koentjoroningrat (Anwar dan
ditunjukkan dengan melakukan usaha Adang, 2013:198) menyatakan bahwa
mencari cara baru untuk meningkatkan lembaga sosial adalah suatu sistem tata
kegunaan sumber daya produktif atau kelakuan yang berhubungan dengan
faktor-faktor produksi yang terbatas atau aktivitas-aktivitas bersama untuk
langka secara efektif dan efisien. Hal ini memenuhi kebutuhan pokok dalam
ditunjukkan dengan warga binaan eks kehidupan masyarakat. Lembaga Sosial
Gepeng diberikan tanggungjawab penuh Hafara berusaha memenuhi kebutuhan
untuk mengelola program Usaha pokok untuk masyarakatnya melalui
Ekonomi Produktif (UEP) sesuai dengan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
kemampuannya. Selain itu, dampak Program ini juga merupakan salah satu
secara ekonomi yang dijelaskan di atas program yang membantu menggerakkan
menunjukkan bahwa pembangunan organisasi. Dampak yang diperoleh
ekonomi yang dilakukan di Lembaga lembaga melalui kegiatan dalam
Sosial Hafara berada pada tahap pra program Usaha Ekonomi Produktif
kondisi untuk lepas landas ke lepas (UEP) yaitu; lembaga mampu
landas yang dikemukakan oleh W.W. menjalankan kegiatan kelembagaannya,
Rostow. W.W. Rostow (dalam Arief mampu memenuhi kebutuhan hidup
Budiman, 1995: 26-28) menyebutkan seluruh warga binaannya, dan
bahwa pembangunan terdiri dari lima (5) memberikan warga binaan terutama eks
tahap yaitu masyarakat tradisional, pra Gepeng sebuah pekerjaan, pengalaman
kondisi untuk lepas landas, lepas landas, kerja serta penghasilan.
bergerak ke kedewasaan, dan jaman
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 13

membesarkan usaha karena hasil


kegiatan program UEP untuk kas
5. Faktor Pendukung dan
lembaga hanya cukup untuk mencukupi
Penghambat Usaha Ekonomi kebutuhan pokok seluruh warga binaan
Produktif di Lembaga Sosial di lembaga baik yang tinggal maupun
Hafara tidak. (4) Kondisi pendidikan. Warga
binaan Gepeng masih memerlukan
Kegiatan dalam program Usaha
Ekonomi Produktif dipengaruhi oleh pengetahuan dan pelatihan untuk
mengembangkan Usaha Ekonomi
faktor pendukung dan penghambat.
Produktif. (5) Program pemerintah yang
Faktor pendukung dalam setiap kegiatan
didasari oleh faktor-faktor produksi tidak berkelanjutan dan setiap tahun
berganti-ganti juga menjadi salah satu
yang dimiliki oleh lembaga sebagai
berikut. (a) Lembaga memiliki sumber faktor penghambat berkembangnya
program Usaha Ekonomi Produktif
daya alam yaitu tanah yang subur. (b)
(UEP) di Lembaga Sosial Hafara.
Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
(UEP) memiliki modal berupa sarana
prasarana, peralatan, dan perlengkapan
PENUTUP
yang memadai. (c) Kegiatan Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) didukung Kesimpulan
oleh warga binaan terutama Gepeng dan
Berdasarkan hasil penelitian dan
penurus serta pengelola lembaga itu
analisis data yang dilakukan mengenai
sendiri. (d) Lembaga memiliki koneksi
pemberdayaan Gepeng melalui Usaha
dalam bidang pelatihan maupun
Ekonomi Produktif (UEP) di Lembaga
pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif,
Sosial Hafara dapat diambil kesimpulan
mulai dari perorangan hingga
sebagai berikut.
pemerintah.
1. Warga binaan Lembaga Sosial
Sedangkan faktor penghambat
Hafara terdiri dari Gepeng dewasa,
kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
gelandangan eks psikotik
(UEP) di Lembaga Sosial Hafara
(gangguan jiwa), dan anak jalanan.
meliputi; (1) Kondisi alam. Alam
Mereka berasal dari jalanan dan
memiliki pengaruh besar dalam budi
merupakan hasil dari razia yang
daya ikan, ketika musim kemarau
dilakukan oleh tim lembaga,
budidaya ikan tidak berjalan dengan
pemerintah, dan masyarakat. Warga
baik, selain itu ikan juga rawan terkena
yang telah dibina disebut eks
penyakit. (2) Kondisi psikologis.
Gepeng. Eks Gepeng di lembaga
Gepeng secara internal memiliki sifat
tersebut diberikan pembinaan,
malas atau tidak mau bekerja, malas
pendidikan, dan pelatihan melalui
berusaha, lemah mental, cacat secara
beberapa program pemberdayaan.
fisik dan atau secara mental serta
Salah satu program pemberdayaan
memiliki ketidakberdaya (Dimas, 2013:
yang diberikan adalah proram
7-22). Hal ini juga berlaku bagi warga
Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
binaan Gepeng di Lembaga Sosial
Program usaha Ekonomi Produktif
Hafara. Penghambat kegiatan UEP di
(UEP) ini bertujuan untuk
lembaga ini adalah tidak mudahnya
membentuk warga binaan yang
mendamping, melatih mental, dan
mandiri dan tidak kembali turun ke
disiplin kepada warga binaanGepeng
jalanan. Kegiatan Usaha Ekonomi
supaya dapat bekerja. (3) Kondisi
Produktif (UEP) yang dilakukan
modal. Lembaga belum memiliki modal
yaitu berupa pemberian
yang cukup untuk mengembangkan dan
pengetahuan dan pelatihan di
14 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

bidang perikanan, pertanian, dan mencukupi kebutuhan pokok


usaha warung. Melalui kegiatan- seluruh warga binaannya, mampu
kegiatan ini, eks Gepeng belajar menjalankan program-program
hingga mampu membudidayakan, yang ada di lembaga, dan mampu
merawat, mengelola, dan mengolah memberikan pekerjaan dan
hasil kegiatan dalam Usaha penghasilan bagi warga binaan
Ekonomi Produktif (UEP). Gepeng.
2. Kegiatan dalam program Usaha 4. Faktor yang mendukung dan
Ekonomi Produktif (UEP) di menghambat program Usaha
Lembaga Sosial Hafara Ekonomi Produktif (UEP) di
menghasilkan produk hasil Lembaga Sosial Hafara dipengaruhi
pertanian dan perikanan. Di bidang oleh faktor-faktor produksi. Faktor
pertanian menghasilkan sayuran, yang mendukung kegiatan dalam
buah-buahan, dan tanaman obat, program ini antara lain; sumber
sedangkan di bidang perikanan daya alam (tanah) yang subur,
menghasilkan budidaya ikan lele. memiliki sumber daya manusia,dan
Hasil kegiatan tersebut diperjual- memiliki sarana prasarana kegatan
belikan dan ada pula yang yang memadai. Sedangkan faktor
dikonsumsi sendiri. Hasil pejualan penghambatnya antara lain; kondisi
tersebut mampu menambah alam yang mempengaruhi
pendapatan eks Gepeng dan kesehatan ikan, sumber daya
membantu operasional lembaga. manusia yaitu Gepeng yang sulit
untuk didampingi karena
3. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif
berkebutuhan khusus dan
(UEP) telah memberikan dampak
kurangnya pengetahuan serta
bagi lembaga maupun warga binaan
ketrampilan, kurangnya modal
Gepeng. Dampak yang dirasakan
untuk mengembangkan usaha, dan
oleh Gepeng secara internal adalah
program-program pemerintah yang
perubahan diri dari mulanya tidak
tidak berkelanjutan.
disiplin dan teratur menjadi lebih
disiplin, teratur, dan lebih
bertanggungjawab. Selain itu,
Saran
Gepeng juga mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam Berdasarkan hasil penelitian ini,
bidang perikanan, pertanian, dan peneliti mengajukan beberapa saran
usaha warung. Secara eksternal sebagai berikut.
Gepeng memperoleh pekerjaan
sehingga mampu mencukupi a. Bagi pengurus dan pengelola untuk
kebutuhan hidup. Selain itu juga terus memberikan motivasi,
dampak ekonomi, eks Gepeng pendampingan, dan pembinaan
dapat menabungkan pendapatan kepada warga binaan Gepeng
dari bagi hasil Usaha Ekonomi supaya mampu bekerja lebih giat
Produktif (UEP) dan secara sosial dalam membesarkan program
mereka juga membatu teman Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Gepeng lainnya untuk b. Bagi warga binaan Gepeng untuk
mengentaskan orang jalanan. terus produktif dan berusaha
Sedangkan bagi lembaga program membangun diri menjadi lebih
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) baik, disiplin dan
mempengaruhi bergeraknya bertanggungjawab melalui
organisasi, lembaga mampu
Pemberdayaan Gelandangan dan Pengemis.... (Rina Rohmaniyati) 15

pekerjaan dalam setiap kegiatan


Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Soetomo. 2010. Strategi-Strategi
Pembangunan Masyarakat.
c. Bagi pemerintah untuk membantu
Pustaka Pelajar:
memberikan modal dan
Yogyakarta
memberikan program pendidikan
dan pelatihan yang berkelanjutan
Sudjana, Djuju. 2001. Pendidikan Luar
terkait dengan program kegiatan
Sekolah: Wawasan, Sejarah
Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Perkembangan, Falsafah, Teori
Pendukung, Asas. Bandung:
Fallah Production
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2008. Intervensi Sugiyono. 2013. Metode Penelitian


Komunitas: Pengembangan Pendidikan: Pendekatan
Masyarakat sebagai Upaya Kuantitatif, Kualitatif, dan
Pemberdayaan Masyarakat. R&D. Bandung: Alfabeta
Jakarta: Rajawali
Suharto, Edi. 2010. Membangun
Anwar, Yesmil dan Adang. Masyarakat Memberdayakan
2013.Sosiologi untuk Rakyat: Kajian Strategis
Universitas. Bandung: Refika Pembangunan Kesejahteraan
Aditama Sosial dan Pekerjaan Sosial.
Bandung: Refika Aditama
Budiman, Arief. 1995. Teori
Pembangunan Dunia Ketiga. Sulistiyani, Ambar T. 2004. Kemitraan
Jakarta: Gramedia Pustaka dan Model-Model
Utama Pemberdayaan. Yogyakarta:
Gava Media
Guntur, Effendi M. 2009.
Pemberdayaan Ekonomi Tateki, Yoga Tursilarini, dkk. 2009. Uji
Rakyat: Transformasi Coba Model Penanganan
Perekoomian Rakyat Menuju Gelandangan Psikotik.
kemandirian dan Berkeadilan. Yogyakarta: B2P3KS Press
Jakarta: Sagung Seto
Twikromo, Y. Argo. 1999.
Haryanto, Sindung. 2011. Sosiologi Gelandangan Yogyakarta:
Ekonomi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Suatu Kehidupan dalam Bingkai
Media Tatanan Sosial-Budaya
Resmi. Yogyakarta:
Irawan, Dimas D. 2013. Pengemis Universitas Atma Jaya
Undercover. Jakarta: Titik Media Yogyakarta
Publisher
Widiyanto, Paulus. 1986. Gelandangan:
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Pandangan Ilmuwan Sosial.
Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Jakarta: LP3ES
Bandung: Rosda
Anonim. 2015. Targetkan Bebas
Parkin, Michael. 2008. Economics: 8th Gepeng pada 2015 Berikut
Edision. Boston: Person Program Unggulan Dinsos DIY.
Education Diakses dilaman
16 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah

http://jogjadaily.com/2014/07/ta Peraturan Kepala Kepolisian Negara


rgetkan-bebas-gepeng-pada- Republik Indonesia No 14
2015-berikut-program- Tahun 2007 tentang Penanganan
unggulan-dinsos-diy/ tanggal 2 Gelandangan dan Pengemis
Maret 2015 pukul 12.05 WIB
Peraturan Pemerintah Republik
Badan Pusat Statistik. Data Jumlah Indonesia Nomor 31 Tahun
Penduduk, Angka Kemiskinan, 1980 tentang Penanggulangan
dan Angka Pengangguran. Gelandangan dan Pengemis
Diakses dilaman
http://www.bps.go.id// pada Undang-Undang Dasar Negara Republik
bulan Maret 2015 Indonesia Tahun 1945 (UUD
1945) Pasal 34 tentang
Perlindungan Negara terhadap
Peraturan Daerah (Perda) Daerah Fakir Miskin dan Anak
Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Terlantar
Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Gelandangan
dan Pengemis

Anda mungkin juga menyukai