Anda di halaman 1dari 10

Vol.2 No.

11 April 2022 3665


……………………………………………………………………………………………………...
DILEMA ETIS PEKERJA SOSIAL DALAM MENERAPKAN NILAI DAN ETIKA
PEKERJAAN SOSIAL TERHADAP PENANGANAN PERKAWINAN ANAK USIA DINI

Oleh
Evi Melda1), Kurniati2)
Program Study Interdisipliner Islamic Studies
Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Email: 1evimelda11@gmail.com, 2 kurniati@uin-alauddin.ac.id

Abstract
Social work is a profession that is oriented to help and has the main task in overcoming social
problems, one of which is to overcome children's problems. The method used in this study
is a qualitative method by describing the implementation of the principles of value and ethics
of social workers in dealing with child problems and the ethical dilemmas contained in them.
The purpose of this research is expected to provide an overview of practice in the field as an
effort to improve the quality of social work stuttering increasingly has adequate competence,
both in terms of values and ethics in doing the profession.
Keywords: Values and Ethics, Dilemma, Social Work and Child Marriage

PENDAHULUAN partisipasi pendidikan dasar mendekati 100


Anak-anak Indonesia merupakan aset persen, dan pelayanan kesehatan dasar tersedia
bangsa yang paling berharga dan merekalah di semua wilayah-termasuk daerah terpencil.
penentu masa depan. Pilihan kebijakan dan Untuk memahami situasi terkini yang
investasi untuk anak yang diambil pada hari ini dihadapi anak-anak Indonesia, UNICEF telah
akan berdampak besar terhadap masa depan mengkaji berbagai jenis permasalahan penting
Indonesia. Dengan melalui berbagai keputusan yang berdampak terhadap kehidupan anak dan
yang tepat, Indonesia akan terus berjalan pemuda, seperti: kemiskinan, pelayanan
menuju masyarakat adil dan makmur, dengan kesehatan, pendidikan, kekerasan, lingkungan,
kategori tingkat kesejahteraan yang merata. dan lain-lain.1 Pada tahun 2019 sekitar 31,56
Saat ini, Indonesia telah mencapai persen (84 juta) penduduk Indonesia adalah
pertumbuhan sosial dan ekonomi yang pesat anak-anak yang berusia 0-17 tahun (BPS
dan mengesankan. 2019). Pada bulan maret tahun 2020 Indonesia
Kemiskinan yang dialami hampir separuh menempati urutan ke-19 di dunia untuk kasus
populasi pada empat dasawarsa lalu, kini COVID-19 dan merupakan salah satu negara
berada di bawah sepuluh persen. Dulu, terburuk di kawasan Asia Tenggara (WHO
Indonesia merupakan salah satu negara 2020).2
termiskin di dunia dan sekarang Indonesia Pada umumnya permasalahan anak
berstatus berpendapatan menengah. Angka dikategorikan ke dalam tiga konsep, yaitu
kematian ibu dan anak turun drastis, angka PSTA (perlakuan salah terhadap anak) (child

1
United Nations Children’s Fund (Unicef), 2
Santi Kusumaningrum, Clara Siagian, and
Situasi Anak Di Indonesia: Tren, Peluang, dan Tantangan Harriot Beazley, “Children during the COVID-19
dalam Memenuhi Hak—hak Anak (Jakarta: Unicef Pandemic: Children and Young People’s Vulnerability
Indonesia, 2020). and Wellbeing in Indonesia,” Children’s Geographies
(March 23, 2021): 1–11.

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3666 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
abuse or child maltreatment), penelantaran pemahaman orang tua tentang hak anak yang
anak (child neglect), dan eksploitasi anak (child harus dipenuhi dan dilindungi.
exploitation) yang mengakibatkan anak tidak Berdasarkan kasus di atas, maka
terpenuhi haknya dan bahkan kehilangan pemerintah bersama pekerja sosial, UNICEF
kemerdekaannya. dan Yayasan BaKTI bekerja sama untuk
PSTA secara fisik (physical abuse) melindungi anak dari berbagai perlakuan salah,
yaitu penyiksaan, pemukulan, dan baik yang dilakukan oleh orang tua, keluarga,
penganiayaan terhadap anak, seperti atau masyarakat. Akan tetapi, memahami nilai
menggunakan benda tertentu yang dan etika merupakan persoalan penting dalam
menimbulkan luka fisik bahkan kematian pada praktik pekerjaan sosial. Karena, Nilai-nilai
anak. Bentuk luka dapat berupa lecet ataupun merupakan landasan sentral pemahaman bagi
memar yang diakibatkan oleh sentuhan yang pekerja sosial dalam suatu praktik.
keras dari benda tumpul, seperti ikat pinggang
atau rotan. Bahkan dapat pula berupa luka bakar LANDASAN TEORI
akibat sundutan rokok atau setrika. Konsep Implementasi
PSTA secara psikis (mental abuse) Implementasi yaitu memahami apa
yaitu meliputi penyampaian kata-kata kasar, kenyataan yang terjadi setelah suatu program
kotor, mempelihatkan gambar atau buku dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Fokus
pornografi pada anak. jika perlakuan seperti ini perhatian implementasi kebijaksanaan yakni
terus terjadi, maka akan dapat membawa kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang
dampak negatif pada pola pikir anak. timbul sesudah disahkannya pedoman-
PSTA secara seksual (sexual abuse) pedoman kebijaksanaan Negara yang
yaitu berupa perlakuan atau pra-kontrak seksual mencakup usaha-usaha baik untuk
antara anak dan orang tua yang lebih besar mengadministrasikannya maupun untuk
(melalui kata-kata, sentuhan, dan gambar menimbulkan akibat/dampak nyata pada
visusal), atau perlakuan kontak seksual secara masyarakat atau kejadian-kejadian.
langsung antara anak dan orang dewasa. Menurut Nurdin dan Usman, (2004: 70)
PSTA secara sosial (social abuse) yaitu mengemukakan bahwa ”implementasi yakni
meliputi penelantaran anak dan eksploitasi perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
anak. Penelantaran anak yaitu sikap ataupun Welmer dan Vining dalam Subarsono, (2006:
perlakukan orang tua yang tidak memberikan 103) mengemukakan bahwa terdapat tiga
perhatian yang layak terhadap tumbuh kelompok variabel besar yang dapat
kembang anak.3 mempengaruhi keberhasilan implementasi,
Perlakuan salah terhadap anak tidak yaitu: logika kebijakan; lingkungan tempat
hanya ditemukan di perkotaan, akan tetapi juga kebijakan dioperasikan, baik dari lingkungan
ditemukan di pedesaan. Sebagaimana telah sosial, politik, ekonomi, hankam, dan fisik, atau
ditemukan beberapa kasus anak yang terjadi di geografis; Kemampuan implementor
beberapa desa yang ada di Kabupaten Gowa, kebijakan.4
seperti kekerasan seksual, pernikahan anak usia Nilai dan Etika Pekerjaan Sosial
dini, eksploitasi anak, maupun yang lainnya. Itu Nilai (value) berasal dari bahas latin
semua diakibatkan karena kurangnya valere artinya “menjadi kuat” atau “menjadi

3 4
Edi Suharto, Membangun masyarakat, Abdul Syaban and La Iru, “Implementasi
memberdayakan rakyat: kajian strategis pembangunan Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang Pendidikan
kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial (Bandung: NonFormal Pada Anak Jalanan di Kota Kendari,” 12
Refika Aditama, 2005). (2019).
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3667
……………………………………………………………………………………………………...
terhormat.” Nilai dikaitkan dengan sesuatu berkomitmen. Nilai berfungsi sebagai panduan
yang baik (good) ataupun buruk (bad). Menurut perilaku seseorang, karena nilai menyangkut
Soetarso berpendapat bahwa nilai adalah sesuatu yang abstrak dan implisit. Nilai
kepercayaan, pilihan, atau asumsi yang baik membentuk kepercayaan dan sikap seseorang,
untuk manusia. Selain itu, Sarah Banks kemudian kepercayaan dan sikap tesebut yang
berpendapat bahwa nilai berarti agama, politik membentuk nilai. Jika nilai berbicara tentang
atau prinsip-prinsip ideologi dan keyakinan sesuatu yang baik dan buruk, maka etika
atau sikap.5 (ethics) terkait dengan benar (right) atau salah
Seorang pekerja sosial merupakan figur (wrong). Oleh karena itu, etika bersifat eksplisit
pemegang nila dan budaya. Pekerja sosial dan konkret.
berperan sebagai “change-agent” yang Etika secara Bahasa memiliki arti yang
memiliki fungsi ganda yakni: mendorong sama dengan moralitas. Menurut Keraf
penerima inovasi/pembaharuan dalam konteks moralitas berasal dari kata latin yaitu mos
penyesuaian diri, orang tua atau masyarakat jamaknya adalag mores yang artinya adat
terhadap perkembangan zaman; dan mencegah istiadat atau kebiasaan. Sedangkan, etika beasal
inovasi atau prakti-praktik tertetu yang dari kata Yunani ethos jamaknya ta etha yang
melanggar bahkan merusak tata nilai budaya artinya juga adat istiadat atau kebiasaan.
dan agama. Menurut Magnis berpendapat bahwa etika
Sebagai seorang pekerja sosial maka adalah sebuah ilmu dan bukan ajaran.
harus memiliki standar nilai, seperti: 1) agama Dikatakan sebagai sebuah ilmu karena etika
dijadikan sebagai sumber nilai mutlak yang mempunyai bidang kajian yang luas
kemudian diturunkan ke dalam produk-poduk dibandingkan dengan moralitas. Dimana etika
budaya yaitu nilai sosial, norma dan institusi; 2) dapat dipahami sebagai filsafat moral atau suatu
dalam praktik kehidupan dapat terjadi llmu yang membahas atau mengkaji nilai dan
kebudayaan nilai dan norma relatif yang lebih norma. Etika atau moralitas dalam hal ini
dikuti daripada nilai dan norma mutlak mengacu kepada aturan yang bersift konkret
(agama); 3) tujuan hidup adalah mati terhadap perilaku manusia.7
(kehidupan akhirat yang baik), jadi siapa yang Berdasarkan nilai dasar yang dimiliki
ingin belajar hidup maka harus belajar mati; 4) oleh profesi pekerja sosial, maka dalam
beberapa nilai yang melandasi pandangan dan praktiknya pekerja sosial tidak dapat terlepas
perlakuan kepada sesama manusia yang dari prinsip-prinsip praktik profesi pekerjaan
dilandasi oleh hubungan tunggal manusia sosial. Prinsip-prinsip praktik pekerja sosial
dengan sang pencipta, yakni kesetaraan (lebih- dan etika praktik adalah landasan bagi seorang
kurang) dan keinginan untuk membantu; 6) pekerja sosial dalam melakukan hubungan
dalam interaksi antara pembere dan penerima pertolongan dengan klien. Adapun sikap yang
bantuan haruslah terarah kepada pembentukan harus dikembangkan oleh pekerja sosial saat
perilaku yang lebih baik bagi keduanya.6 melakukan hubungan dengan klien yaitu: 1)
Jika nilai dihubungkan dengan Acceptance merupakan prinsip pekerja sosial
pekerjaan sosial, maka yang dimaksud yaitu yang fundamental, yakni menunjukkan sikap
seperangkat prinsip moral yang fundamental toleran terhadap keseluruhan dimensi klien.; 2)
dimana seorang pekerja sosial harus Nonjudgemental yaitu pekerja sosial menerima

5 6
Miftachul Huda, Pekerjaan Sosial & Budhi Wibhawa, Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial:
Kesejahteraan Sosial: Sebuah Pengantar, Cet. 1. Pengantar Profesi Pekerjaan Sosial (Bandung: Widya
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009). Padjadjaran, 2010).
7
Huda, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan Sosial.
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3668 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
klien dengan apa adanya tanpa disertai dengan Dilema etis seringkali terjadi ketika
prasangka atau penilaian. 3) Individualisasi pekerja sosial memandang dirinya dihadapkan
memandang dan mengapresiasi sifat unik dari kepada pilihan antara dua hal yang sama-sama
klien; 4) Self-determination adalah merupakan dalam melakukan penanganan
memberikan kebebasan kepada klien dalam kasus, baik dalam setting praktik
mengambil keptusan. 5) Genuine/Congruence langsung/direct practice (mikro dan messo)
yaitu pekerja sosial bekerja sebagai seorang ataupun praktik tidak langsung/indirect
manusia yang berperan apa adanya, alami, practice (makro), seorang pekerja sosial selalu
menunjukkan pribadi yang asli dengan segala dituntut untuk membuat keputusan yang tepat.
kekurangan dan kelebihan; 6) Mengenal Namun, keputusan etis yang tepat tidak
keterlibatan emosional yaitu pekerja sosial semudah yang dibayangkan. Karena, pada
harus mampu bersikap objektif da netral. kenyataannya pekerja sosial dihadapkan
Dimana seorang pekerja sosial harus dapat kepada dilemma etik yang sulit untuk
membedakan untuk dirinya dan tanggung diputuskan. Berikut masing-masing dilema etis
jawab terhadap klien dalam melakukan dalam praktek pekerjaan sosial. Dalam praktek
pemecahan masalah; 7) Confidentiality langsung yaitu: 1) kerahasiaan dan privasi; 2)
(kerahasiaan) yaitu pekerja sosial menjaga self-determination dan paternalism; 3)
kerahasiaan informasi terkait identitas, isi membagi loyalitas;4) batas profesianlisme dan
pembicaraan dengan klien, pendapar konflik kepentingan; 5) antara nilai
professional lain atau catatan kasus mengenai profesionalisme dan nilai personal.10
diri klien.8 Pekerjaan Sosial
Menjadi seorang pekerja sosial Pekerjaan sosial merupakan profesi
bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Sebagai kemanusiaan yang telah lahir cukup lama.
seorang pekerja sosial memiliki sebuah kode Kelahirannya sejak tahun 1800-an dan profesi
etik yang diatur untuk melindungi dan menjaga pekerjaan sosial terus mengalami
diri sebagai pekerja sosial. Namun, dalam perkembangan sejalan dengan tuntan
aplikasinya dengan klien terkadang kita perubahan dan aspirasi masyarakat.11 Robert L.
memiliki sebuah dilema yang tidak mudah Barker dalam Sheafor dkk mendefinisikan
untuk kita pecahkan. profesi pekerjaan sosial sebagai aktivitas
Sebagaimana dikemukakan oleh WJS bantuan untuk individu, keluarga, kelompok
Poerwadarminta: 1976 terkait dilema adalah atau masyarakat guna mengembalikan
situasi yang mengharuskan seseorang keberfungsian sosial mereka dan untuk
melakukan pilihan antara dua kemungkinan menciptakan kondisi kemasyarakatan sesuai
yang kedua-duanya tidak menyenangkan yakni dengan tujuannya. Pada hakikatnya pekerjaan
Situasi yang sulit dan membingungkan. sosial merupakan layanan profesional dengan
Sementara dilema etik memiliki pengertian tujuan: 1) mengentaskan atau menyediakan
yaitu suatu keadaan dimana seseorang kapasitas keberfungsian sosial orang sebagai
dihadapkan pada situasi yang memerlukan individu dan kolektivitas; 2) menciptakan
pilihan antara nilai yang penting secara
seimbang. 9

8 10
Wibhawa, Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial. Huda, Pekerjaan Sosial & Kesejahteraan
9 Sosial.
Pebri Yanasari, “Dilema Etis Pekerja Sosial
11
Dalam Menerapkan Self-Determination Dalam Suharto, Membangun masyarakat,
Penanganan Korban Kekerasan Di Rifka Annisa memberdayakan rakyat.
Yogyakarta” Vol. 1 No. 1 (2021).
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3669
……………………………………………………………………………………………………...
situasi kehidupan sejahtera dalam kehidupan perbaikan masyarakat. Dengan menggunakan
masyarakat.12 teori perilaku manusia dan sistem-sistem sosial,
Pekerjaan sosial dapat diartikan sebagai sehingga pekerjaan sosial dapat melakukan
disiplin ilmu ataupun profesi kemanusiaan. intervensi pada titik (situasi) dimana orang
Pekerjaan soal sebagai disiplin ilmu memiliki berinteraksi dengan lingkungannya. Salah satu
fokus perhatian terhadap relasi-environment prinsip yang sangat penting dalam praktek
yang didasarkan pada pendekatan holistic. pekerjaan sosial adalah hak asasi manusia dan
Pedekatan tersebut dibangun secara eklektik keadilan sosial.14
dari ilmu-ilmu perilaku manusia dan sistem Perkawinan Anak
sosial, seperti psikologi, sosiologi, antropologi, Dengan adanya undang-undang ini
ekonomi, dan politik.13 bukan menjadi jaminan untuk mengurangi
Profesi pekerjaan sosial berbeda halnya tingkat kasus anak yang terjadi.
dengan profesi lain, seperti psikolog, dokter Perkawinan adalah sebuah kontrak
atau psikiater. Dimana pada saat mengobati sosial yang diakui oleh negara, otoritas
pasien hanya memfokuskan perhatiannya pada keagamaan, atau keduanya. Salah satu
penyakit pasien saja. Sedangkan, profesi definisinya yaitu menyebutkan bahwa
pekerjaan sosial tidak hanya melihat klien perkawinan adalah sebuah ikatan forrmal antara
sebagai target perubahan, akan tetapi laki-laki dan perempuan dan secara hukum
mempertimbangkan lingkungan atau situasi diakui sebagai suami dan istri.15
sosial dimana klien berada, termasuk orang- Undang-undang Negara kita telah
orang yang mempengaruhi kehidupan klien. mengatur batas usia perkawinan. Sebagaimana
Pekerjaan sosial didasari oleh tiga komponen dalam Undang-undang pekawinan bab ll Pasal
dasar secara integratif membentuk pendekatan 7 ayat 1mengemukakan bahwa perkawinan
pekerjaan sosial, yaitu: kerangka pengetahuan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
(body of knowlodge), kerangka keahlian (body umur 19 tahun (sembilan belas tahun) dan
of skill), dan kerangka nilai (body of values). perempuan telah mencapai umur 16 tahun.
Ketiga komponen tersebut dibentuk dan Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas
dikembangkan secara ekletik dari beberapa usia pernikahan tersebut tentunya melalui
ilmu sosial, diantaranya sosiologi, psikologi, proses dan berbagai pertimbangan, hal ini
antropologi, filsafat, politik dan ekonomi. dimaksudkan agar kedua belah pihak benar-
International Federation of Social Workers benar siap dan matang dari segi pisik dan
(IFWS) mendefinisikan pekerjaan sosial mental untuk menjalani rumah tangga,
sebagai profesi yang bertujuan mendorong meskipun kenyataannya belum tercapai.16
pemecahan masalah dalam kaitannya dengan Namun, merujuk pada perubahan norma
relasi kemanusiaan, perubahan sosial, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
pemberdayaan dan pembebasan manusia, serta perkawinan menjangkau bata usia untuk

12 15
Cepri Yusrun Alamsyah, Praktik pekerjaan Djamilah Reni Kartikawati, “Dampak
sosial generalis: suatu tuntutan intervensi, 2015. Perkawinan Anak Di Indonesia,” Jurnal Studi Pemuda
13 Vol. 3, No. 1 (Mei 2014).
Khoniq Nur Afia, “Penerapan Nilai dan Etika
16
dalam Intervensi: Dilema Etis Pekerja Sosial Dalam Surmiati Ali, “Perkawinan Usia Muda Di
Program Pemberdayaan Kelompok Pemulung Mardiko Indonesia dalam Perspektif Negara dan Agama serta
Piyungan Bantul,” Welfar: Junal Ilmu Kesejahteraan Permasalahannya (The Teen Marriage In Indonesian On
Sosial Volume 9 (2020). The Country Perspective and Religion As Well As The
14 Problem),” 2015.
Suharto, Membangun masyarakat,
memberdayakan rakyat.
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3670 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
melakukan perkawinan, perbakan norma pada ayat (2) dengan tidak mengurangi
dengan menaikkan batas minimal umur ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
perkawinan bagi wanita. Dalam hal ini batas 6 ayat (6).17
minimal umur perkawinana bagi Wanita Pada prinsipnya Negara membuat batasan
disamakan dengan batas umur perkawinan bagi umur untuk kawin bagi warga Negara Indonesia
laki-laki yaitu 19 tahun. Batas usia yaitu bertujun agar orang yang akan menikah
dimaksudkan telah matang jiwa dan raganya sudah memilki kematangan berfikir,
untuk dapat melangsungkan perkawinan agar kematangan jiwa dan kekuatan fisik yang cukup
dapat mewujudkan tujuan perkawinan dengan dan memadai. Kemudian yang terpenting
baik tanpa berakhir pada perceraian dan adalah dapat tercapai aspek kebahagiaan. Oleh
mendapat keturunan yang sehat. karena itu, perkawinan dibawah umur
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas sebenarnya belum memenuhi syarat untuk usia
maka pada tanggal 14 Oktober 2019 Presiden perkawinan, pada hakekatnya usia 16 tahun
Republik Indonesia mensahkan UU Nomor 16 masih termasuk katagori anak-anak belum
Tahun 2019 tentang perubahan UU Nomor 1 berusia 18 tahun (delapan belas tahun) pada
Tahun 1974 tentang Perkawinan yang hanya usia ini masih dikatagorikan anak-anak yang
memuat 1 (satu) Pasal khusus mengubah belum mampu membangun rumah tangga yang
ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi tangguh.18
sebagai berikut: 1) Perkawinan hanya diizinkan Pada dasarnya Negara telah menjelaskan
apabila pria dan wanita sudah mencapai umur Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
19 (sembilan belas) tahun; 2) Dalam hal terjadi tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1
penyimpangan terhadap ketentuan umur menjelaskan bahwa anak adalah seorang yang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), orang tua belum berusia 18 (delapan belas) tahun yang
pihak pria dan/atau orang tua pihak wanita termasuk dalam kandungan.19 Kemudian, Pasal
dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
dengan alasan sangat mendesak disertai bukti- disebutkan bahwa penyelenggaraan
bukti pendukung yang cukup; 3) Pemberian perlindungan anak berasaskan Pancasila dan
dispensasi oleh Pengadilan sebagaimana berlandaskan Undang-undang Dasar 1945 serta
dimaksud pada ayat (2) wajib mendengarkan prinsip-prinsip dasar Konveksi Hak-hak Anak.
pendapat kedua belah calon mempelai yang Secara keseluruhan materi pokok yang diatur
akan melangsungkan perkawinan; 4) Pasal 2 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan disebutkan bahwa penyelenggaraan
seorang atau kedua orang tua calon mempelai perlindungan anak berasaskan Pancasila dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) berlandaskan Undang-undang Dasar 1945 serta
dan ayat (4) berlaku juga ketentuan mengenai prinsip-prinsip dasar Konveksi Hak-hak Anak.
permintaan dispensasi sebagaimana dimaksud Secara keseluruhan materi pokok yang diatur. 20

17 19
Dr. Drs. H. Dalih Effendy, SH. MESy, Peraturan Presiden RI, Undang-undang
“Problematika dan Solusi Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
No. 16 Tahun 2019 Tentang Perkawinan”, Mahkama Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Agung Repuplik Indonesia Pengadilan Tinggi Agama Tentang Perlindungan Anak, h.3-4.
Pontianak.
20
18
“Perkawinan Usia Muda Di Indonesia dalam Abdul Rahman, Perlindungan Hukum &
Perspektif Negara dan Agama serta Permasalahannya Pemenuhan Hak Anak Konstitusional Anak: Perspektif
(The Teen Marriage In Indonesian On The Country Hukum Internasional, Hukum Positif Dan Hukum Islam,
Perspective and Religion As Well As The Problem).” Cet. I. (Makassar: Alauddin University Press, 2011).

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3671
……………………………………………………………………………………………………...
Menurut Effendi orang tua memiliki buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa
peranan utama dalam mengasuh anak, disegala bentuk, karakteristik, perubahan, aktivitas,
norma dan etika yang berlaku di dalam kesamaan, hubungan, dan perbedaan antara
lingkungan masyarakat dan budayanya dapat fenomena yang satu dengan fenomena yang
diteruskan dari generasi-generasi yang lainnya. Fenomena disajikan secara apa adanya
disesuaikan dengan perkembangan masyarakat. dan hasil penelitian diuraikan secara jelas dan
Sumber daya berkualitas dapat dilihat gamblang tanpa manipulasi. Oleh karena itu,
dari keluarganya, bukan hanya keluarga penelitian ini tidak ada hipotesis tetapi
mampu dari segi materi yang dapat pertanyaan penelitian.23
meningkatkan kualitas individunya melalui Peneliti menggunakan metode penelitan
tambahan-tambahan materi pembelajaran di kualitatif dalam tulisan ini untuk menggali fakta
luar bangku sekolah. Tetapi, keluarga lalu memberikan penjelasan terkait berbagai
sederhana di desa pun dapat menjamin kualitas realita yang ditemukan mengenai kondisi di
sumber daya manusianya. Kualitas sumber lapangan yang berhubungan langsung dengan
daya dan keluhuran budi pekerti merupakan lokasi penelitian terkait perkawinan anak usia
hasil tempaan orang tua. dini.
Pendidikan moral dalam keluarga perlu Metode penelitian kualitatif digunakan
ditanamkan sejak dini oleh orang tua kepada karena permasalahan belum jelas, kompleks,
setiap individu. Karena, meskipun memiliki dinamis, holistik dan penuh makna sehingga
tingkat pendidikan yang tinggi, namun rendah tidak mungkin pada situasi sosial tersebut
dalam hal moralitas, individu tersebut tidak dijaring dengan metode penelitian kuantitatif
akan berarti dimata siapapun.21 dengan instrumen seperti, test, dan pedoman
wawancara. Selain itu peneliti bermaksud
METODE PENELITIAN memahami situasi sosial secara mendalam,
Penelitian ini merupakan penelitian menemukan pola, hipotesis, dan teori.24
lapangan dengan menggunakan metode Pendekatan penelitian yang dimaksud
penelitian kualitatif. Metode penelitian yaitu untuk mengungkap pola pikir yang
kualitatif adalah metode yang digunakan untuk digunakan peneliti dalam menganalisis
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, sasarannya atau disiplin ilmu yang dijadikan
(sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana acauan dalam menganalisis objek yang sesuai
peneliti sebagai instrumen kunci, analisis data dengan teori dan metode penelitiannya.25
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian Adapun pendekatan yang digunakan dalam
kualitatif lebih menekankan makna dari pada penelitian ini yaitu pendekatan sosiologi.
generalisasi.22
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu
suatu bentuk penelitian yang ditunjukkan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang
ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena

21 24
Wenny Hulukati, “Peran Lingkungan Keluarga Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
Terhadap Perkembangan Anak” (2015). Kualitatif Dan R&D.
22 25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Muljono Damopoli, Pedoman Penulisan Karya
Kualitatif Dan R&D, Cet. XIV. (Bandung: Alfabeta, 2012). Tulis Ilmiah, Cet. 1. (Makassar: Alauddin Press, 2013).
23
Syamsuddin, Paradigma Metode Penelitian
(Kualitatif Dan Kuantitatif, Cet. 1. (Makassar: Shofia,
2016).
……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3672 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
HASIL DAN PEMBAHASAN hal tersebut bisa di jerat hukum, maka si korban
Dilema Etis Nilai dan Etika Pekerjaan Sosial hanya memilih untuk berpisah.
dalam Penanganan Perkawinan Anak Usia Hal inilah yang menjadi dilema pekerja
Dini sosial. Sebagaimana ungkapan dari AS sebagai
Nilai yang biasanya diterapkan di desa pekerja sosial di Kabupaten Gowa.
yang ada diKabupaten Gowa adalah budaya Berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari
organisasi yang berorientasi kepada pengguna AS sebagai pekerja sosial yaitu”
layanan, di antaranya yaitu integritas, orientasi “Akar permasalahan yang dialami oleh
kepada pengguna layanan, responsive, para pekerja sosial ketika menangani
komunikasi dan menghargai. Sedangkan untuk korban perkawiinana anak usia dini
bidang keprofesionalan sebagai pekerja sosial adalah situasi klien yang berubah-ubah.
yang harus diterapkan yaitu kerjasama, Meskipun keputusan berada di tangan
tanggungjawab, pembelajaran secara terus klien, namun hal itu berdampak pada nilai
menerus dan disiplin. sel-fdetermination yang membuat pekerja
Telah banyak ditemui kasus perkawinan sosial mengalami dilema dalam
anak usia dini yang diakibatkan karena korban menangani suatu kasus.”26
kurang tahu mengenai informasi dan kurangnya Salah contoh yang dialami oleh pekerja
kesadaran terhadap haknya. Sebagian sosial dalam menangani kasus ini adalah ketika
perkawinan anak usia dini terjadi karena faktor melakukan assesmen, korban atau klien
perjodohon yang dilakukan oleh orang tua. membuat pengakuan bahwa pernikahan
Orang tua di pedesaan berdalih bahwa jika ada tersebut dilakukan atas persetujuannya sendiri.
seseorang yang melamar anaknya maka tidak Akan tetapi sebagai seorang pekerja sosial
boleh ditolak, dengan alasan untuk menghidari dalam menjalanlan peran dan funsinya harus
perbuatan zina. Padahal ada beberapa hak tetap bersifat individualisasi. Pekerja sosial
anaknya yang telah dilanggar, diantaranya: selalu menjadikan klien menjadi dirinya sendiri
keselamatan anak, hak anak atas pendidikan, dan menunjukkan bagaimana keadaannya
dan hak anak untuk berpartisipasi. Meskipun dengan berbagai cara.
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019 telah Kasus ini tetap ditangani dengan
tetapkan bahwa seorang anak tidak boleh masalah yang berbeda yaitu kekerasan terhadap
menikah dengan umur dibawah 19 tahun dan perempuan. Akan tetapi, ketika kasusnya sudah
akta nikah tidak dikeluarkan oleh pihak ditangani dan dibawa ke jalur hukum,
pemerintah. Namun, itu bukan jadi perempuan yang menjadi korban kekerasan
pengahalang bagi orang tua untuk menikahkan secara tiba-tiba meminta untuk kasus yang
anaknya. sudah dilaporkan di tutup saja. Hal tersebut
Akan tetapi karena kuranya pemahaman menurut penuturan korban dikarenakan sudah
anak tentang haknya maka korban merasa biasa diselesaikan secara musyawarah dan
saja. Salah satu contoh di Kabupaten Gowa kekeluargaan. Klien bersikap seperti itu dengan
telah terjadi perkawinan anak usia dini, dimana alasan bahwa pelaku masih ada ikatan
klien ini merupakan salah satu korban hubungan dengan keluarganya dan pelaku telah
perkawinan anak usia dini dengan cara meminta maaf atas kesalahnnya. Dari hasil
dijodohkan oleh orang tuanya. Namun, saat ini wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
klien bersama suaminya berpisah karena dalam berawal dari perjodohan dalam hal ini bentuk
rumah tangga mereka selalu teradi KDRT. perkawinan anak usia dini. Ketika wawancara
Kemudian, si korban kurang menyadari bahwa dengan AS sebagai Pekerja Sosial di Kabupaten

26
AS Pekerja Sosial Kabupaten Gowa
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.11 April 2022 3673
……………………………………………………………………………………………………...
Gowa, klien mengadukan permasalahannya dan memberikan kebebasan kepada klien dalam
meminta pihak pekerja sosial menyelesaikan mengambil keptusan.
permasalahannya maka pekerja sosial
melakukan hal yang seharusnya dilakukan PENUTUP
terhadap klien yaitu melakukan asesmen, Kesimpulan
intervensi dan pengumpulan data terkait kasus Anak merupakan bunga harapan bangsa
yang dilaporkan oleh klien. Namun dalam dan menjadi penentu masa depan pemerintah.
pelaksanaannya, klien/korban berusaha Oleh karena itu, penting bagi keluarga,
dipengaruhi oleh pelaku dengan alasan menjaga masyarakat dan pemerintah memahami hak-
hubungan baik keluarga. Dari hasil wawancara hak anak yang harus dilindungi dan dipenuhi.
tersebut juga dapat kita lihat bahwa korban Nilai dan etika pekerja sosial sudah memenuhi
tidak memiliki keberanian melaporkan tindak standar kode etik keprofesionalan yang
kekerasan tersebut kepada pihak kepolisian digunakan secara umum. Pekerja sosial
karena berkenaan dengan ketidakinginan melakukan pendampingan sebagai salah satu
korban dalam mengeluarkan uang atas upaya memberikan hak individu kepada klien
laporannya. Hal ini tentunya membuat pihak untuk memilih keputusan yang diikuti oleh
pekerja sosial harus menerapkan prinsip nilai klien/korban.
sel-fdetermination yang mana harus Dalam kasus ini pekerja sosial
menyerahkan setiap keputusan ke tangan klien memberikan kebebasan kepada klien/korban
sebagai korban. Kasus di atas merupakan salah perkawinan anak usia dini dan tindak kekerasan
satu kasus yang pernah ditangani oleh pekerja tersebut berusaha bersifat objektif dengan
sosial melalui kerja sama dengan pemerintah melakukan asesmen kepada klien sehingga
setempat dimana korban berdomisili. Terdapat terjalin hubungan saling percaya. Rangkaian
dilema terhadap pelayanan yang diberikan pendampingan yang didapatkan oleh klien
kepada klien. Di satu sisi pekerja sosial bersedia berakhir ketika klien/korban sudah melakukan
membantu hingga jalur hukum jika dilanjutkan Self-Determination (menentukan pilihan
karena sudah merupakan ranah pekerja sosial sendiri). Adapun beberapa dilema etis yang
dalam melakukan pendampingan terhadap terjadi di lapangan yaitu self-determination.
korban/klien ketika klien atau korban Dimana keputusan akhir ditentukan oleh
melaporkan permasalahnnya. klien/korban itu sendiri.
Namun dilema yang dirasakan ketika
klien/korban tersebut tidak melanjurkan proses DAFTAR PUSTAKA
penyelesaian masalah karena lebih memilih [1] Abdul Syaban, and La Iru. “mplementasi
jalan musyawarah. Tentunya ini membuat Kebijakan Pemerintah Daerah di Bidang
pekerja sosial tidak dapat memaksa jika korban Pendidikan NonFormal Pada Anak
sudah menentukan pilihan penyelesaian Jalanan di Kota Kendari”. 12 (2019).
masalah sehingga dianggap kasus selesai dan [2] Alamsyah, Cepri Yusrun. Praktik
ditutup. Meskipun pada dasarnya pekerja sosial pekerjaan sosial generalis: suatu
memiliki peran dan fungsi dalam melakukan tuntutan intervensi, 2015.
pendampingan terhadap masyarakat, [3] Damopoli, Muljono. Pedoman Penulisan
khususnya dalam penanganan perkawinan anak Karya Tulis Ilmiah. Cet. 1. Makassar:
usia dini dan kekerasan terhadapa perempuan. Alauddin Press, 2013.
Namun, pekerja sosial harus tetap berada pada [4] Djamilah Reni Kartikawati, “Dampak
landasan nilai dan etika seorang pekerja sosial Perkawinan Anak Di Indonesia,” Jurnal
dalam menjalankan peran dan fungsinya. Salah Studi Pemuda Vol. 3, No. 1 (2014).
satunya adalah Self-determination yaitu

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
3674 Vol.2 No.11 April 2022
………………………………………………………………………………………………………
[5] Dr. Drs. H. Dalih Effendy, SH. MESy. [15] Suharto, Edi. Membangun masyarakat,
“Problematika Dan Solusi Pelaksanaan memberdayakan rakyat: kajian strategis
Undang-Undang No. 16 Tahun 2019 pembangunan kesejahteraan sosial dan
Tentang Perkawinan,” 2015. pekerjaan sosial. Bandung: Refika
[6] Huda, Miftachul. Pekerjaan Sosial & Aditama, 2005.
Kesejahteraan Sosial: Sebuah [16] Surmiati Ali, “Perkawinan Usia Muda Di
Pengantar. Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Indonesia dalam Perspektif Negara dan
Pelajar, 2009. Agama serta Permasalahannya (The Teen
[7] Hulukati, Wenny. “Peran Lingkungan Marriage In Indonesian On The Country
Keluarga Terhadap Perkembangan Perspective and Religion As Well As The
Anak” 7 (2015). Problem),” 2015.
[8] Khoniq Nur Afia. “Penerapan Nilai dan [17] Syamsuddin. Paradigma Metode
Etika dalam Intervens: Dilema Etis Penelitian (Kualitatif Dan Kuantitatif.
Pekerja Sosial Dalam Program Cet. 1. Makassar: Shofia, 2016.
Pemberdayaan Kelompok Pemulung [18] United Nations Children’s Fund (Unicef),
Mardiko Piyungan Bantul.” Welfare: Situasi Anak Di Indonesia: Tren,
Junal Ilmu Kesejahteraan Sosial Volume Peluang, dan Tantangan dalam
9 (2020). Memenuhi Hak—hak Anak (Jakarta:
[9] Kusumaningrum, Santi, Clara Siagian, Unicef Indonesia, 2020).
and Harriot Beazley. “Children during the [19] Wibhawa, Budhi. Dasar-Dasar
COVID-19 Pandemic: Children and Pekerjaan Sosial: Pengantar Profesi
Young People’s Vulnerability and Pekerjaan Sosial. Bandung: Widya
Wellbeing in Indonesia.” Children’s Padjadjaran, 2010.
Geographies (March 23, 2021): 1–11.
[10] Pebri Yanasari. “Dilema Etis Pekerja
Sosial Dalam Menerapkan Self-
Determination Dalam Penanganan
Korban Kekerasan Di Rifka Annisa
Yogyakarta” Vol. 1 No. 1 (2021).
[11] Peraturan Presiden RI, Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak.
[12] Rahman, Abdul. Perlindungan Hukum &
Pemenuhan Hak Anak Konstitusional
Anak: Perspektif Hukum Internasional,
Hukum Positif Dan Hukum Islam. Cet. I.
Makassar: Alauddin University Press,
2011.
[13] Reni Kartikawati, Djamilah. “Dampak
Perkawinan Anak Di Indonesia.” Jurnal
Studi Pemuda Vol. 3, No. 1 (Mei 2014).
[14] Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Cet. XIV. Bandung:
Alfabeta, 2012.
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai