Anda di halaman 1dari 6

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

TEORI PEMBANGUNAN

(SPPS211203)

Disusun oleh:

Nama : Intan Lukfia Indriyani


NIM : 23/511968/PSP/07885
Program Studi : Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan
Hari, Jam : Selasa, 13 Desember 2023

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023

Analisis Paradigma Pembangunan pada Yayasan Rumah Impian


Intan Lukfia Indriyani
Latar Belakang

Development memiliki kata dasar pembangunan yang berarti proses upaya/langkah


dalam memajukan masyarakat/negara dengan konsep pembanguan tertentu.
(Rauf A. Hatu, 2013)
Dalam perkembangannya makna pembangunan mengalami evolusi dari yang semula
identik dari pertumbuhan ekonomi hingga muncul paradigma baru seperti pertumbuhan
dengan distribusi, basic need, pembangunan mandiri, pembangunan keberlanjutan yang
menekankan perhatian ke alam dan sampai saat ini masih terdapat makna pembangunan baru
seperti mengangkat feminisme, regional/spasial, dan pembangunan masyarakat.
(Mudrajad Kuncoro, 2003)
Dengan itu, pembangunan memiliki definisi tidak tunggal dan dapat
mengandung positif namun di sisi lain tak syarat akan nilai.

Memahami paradigma pembangunan sangat penting karena paradigma ini mencakup


cara pandang, nilai-nilai, dan pendekatan yang mendasari proses pembangunan suatu
masyarakat atau negara. Bagaiman prioritas dan sasaran sangat dipengaruhi oleh paradigma
pembangunan. Begitpula pendekatan-pendekatan dalam rangka pembangunan tersebut.
Dengan mengetahui paradigma pembangunan dari berbagai aktor pembangunan kita dapat
mengukur keberhasilan dari pembangunan tersebut.

Salah satu aktor pembangunan adalah LSM. Yayasan Rumah Impian atau The
Dreamhouse yaitu sebuah LSM atau Non-Government yang bergerak pada bidang
penanganan anak-anak beresiko. Anak-anak beresiko sendiri ialah anak-anak yang terancam
terabaikan dan tidak terpenuhi hak-haknya. Visi dari Dreamhouse ialah Transformasi
Kehidupan anak beresiko melalui impian yang berdampak bagi sesama. Dalam mewujudkan
visi tersebut beberapa misi yang dilakukan antara lain mendampingi anak beresiko sebagai
sahabat, Memfasilitasi anak beresiko mewujudkan impian yang berdampak, dan membangun
jaringan peduli impian anak.

Yayasaan Rumah Impian tersebar di dua wilayah yaitu di Daerah Istimewa


Yogyakarta dan Kupang. Program yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Impian fokus pada
pendidikan dan Kesehatan. Yayasan Rumah Impian memiliki beberapa program antara lain:
(Visi Dan Misi – The Dreamhouse, n.d.)

1. Cildren Crisis Center (CCC), yaitu sebuah program untuk menangani anak-anak korban
eksploitasi baik itu eksploitasi seksual, ekonomi, maupun korban kekerasan secara fisik.
Program ini hampir serupa dengan rumah singgah namun memiliki konsep yang berbeda.
Program ini lebih berorientasi sebagai pusat pelaporan dan pembinaan terhadap korban-
korban eksploitasi dan kekerasan anak. Anak-anak yang telah dilakukan assessment,
mendapatkan interversi dan memperoleh rekomendasi dari dinas sosial setempat akan
dibina di tempat CCC tersebut. Melalui program ini anak-anak akan tinggal di tempat
CCC difasilitasi untuk mengenyam pendidikan formal dan kegiatan lainnya dalam
peningkatan kapasitas serta mendukung impian mereka.
2. Education Center, Kegiatan ini dilakukan pada daerah-daerah binaan Yayasan Rumah
Impian yang terletak di beberapa titik kota/kabupaten di DIY. Di Kota Jogja terdapat 3
titik, Kabupaten Bantul 1 titik, Kabupaten Sleman 3 titik, Gunungkidul 1 titik, dan Kulon
Progo 1 titik. Dalam kegiatan Education Center memfasilitasi anak-anak dalam kegiatan
pendidikan non formal yaitu fun learning untuk menunjang anak-anak meraih impiannya.
Kegiatan dilakukan setiap 2 x dalam satu minggu.
3. Forum anak, kegiatan forum anak memfasilitasi kepada anak-anak khususnya usia remaja
sebagai wadah untuk meningkatkan partisipasi anak-anak dalam pembangunan. Dalam
kegiatan forum ini bertujuan untuk mengenalkan kepada anak-anak mengenai hak-hak
anak. Selain itu, tujuan diadakan forum ini agar anak-anak menjadi pelapor dan pelopor
dalam kegiatan pemenuhan dan perlindungan hak anak. Forum anak diwakili oleh anak-
anak champion agar mereka menjadi penggerak di daerahnya masing-masing.
4. Parents Empowerment, Kegiatan ini untuk menyadarkan dan meningkatkan kapasitas
orangtua dalam mendukung pemenuhan hak anak. Kegiatan dilakukan dengan workshop,
parents meeting, dan forum orang tua. Pada kegiatan ini ditunjuk dan menentukan
orangtua champion sebagai contoh dan penggerak dalam perlindungan dan pemenuhan
hak anak di daerahnya.
5. Street Contact, Kegiatan yang dilakukan dalam program ini ialah memfasilitasi anak-anak
jalanan. Kegiatan ini dilakukan dengan belajar, advokasi kasus, dan intervensi keluarga
agar anak-anak yang hidup di jalanan agar tetap mengakses pendidikan.

Program lain yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Impian ialah melakukan advokasi
terhadap administrasi dan kependudukan. Tujuan dari kegiatan advokasi ini adalah agar anak-
anak dapat memperoleh akses pemenuhan haknya seperti pendidikan dan Kesehatan. Dari
penjabaran profil mengenai Yayasan Rumah Impian Penulis ingin menggali bagaimana
paradigma pembangunan pada Yayasan Rumah Impian. Penulis menggali informasi
menggunakan studi lapangan yaitu wawancara, observasi pemeran serta, dan dokumentasi.

Analisis Teori
Penulis akan menganalisis model pembangunan yang dilakukan oleh Yayasan Rumah
Impian menggunakan Teori Modernisasi Inkeles-Smith: Manusia Modern. Sebelum penulis
menjabarkan teori tersebut, penulis akan menjabarkan paradigma pembangunan mana yang
sesuai dengan model pembangunan yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Impian. Teori
pembangunan dalam ilmu sosial memiliki dua paradigma yaitu paradigma modernisasi dan
ketergantungan. (Adon Nasrullah Jamaludin, 2016) Penulis memandang model pembangunan
yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Impian termasuk dalam model pembangunan
mainstream.
Paradigma mainstream atau paradigma modernisasi melihat bahwa pembangunan
dilakukan dari arah tradisional menuju modern. Pembangunan bersifat unlinear dimana
masyarakat yang kurang maju mengikuti cara-cara yang digunakan oleh negara maju.
Paradigma Modernisasi muncul untuk merespon permasalahan-permasalahan dalam
klasifikasi pembagian dunia menjadi tiga. Formulasi paradigma modernisasi dilakukan untuk
dunia ketiga yaitu negara-negara selatan timur post-kolonial (Rauf A. Hatu, 2013).
Berbagai macam teori-teori modernisasi meyakini satu hal yang sama ialah faktor
manusia bukan menjadi perhatian utama mereka. Pemikiran terkenal yang memandang
bahwa semua masyarakat mengalami proses dari tradisional menuju masyarakat modern yaitu
oleh JJ Rostow. Sedangkan Mc Celland, Inkles dan smith mengacu pada etika protestan
sebagai pendorong pertumbuhan ekolomi. Gagasan modernisasi merefleksikan pada
perkembangan teknologi dan ekonomi yang dialami oleh negara-negara industry.
(Mansour Fakih, 2013). Dalam

Yayasan Rumah Impian dalam melihat anak-anak beresiko maupun orangtua dari
anak-anak beresiko menggunakan sudut pandang structural fungsionalis. Pandangan ini
menitikberatkan bahwa masyarakat hidup saling berkesinambungan anatr bagian. Mekanisme
fungsional masyarakat berfungsi terhadap stabilitas pertumbuhan masyarakat. Setiap bagian
tersebut mencari keseimbangan dan harmoni/keteraturan antar mereka. Sehingga “anak
beresiko” di sini dipandang telah keluar dari apa yang disebut “keteraturan”. Untuk
mengembalikan mereka dalam kondisi keteraturan dan harmoni maka perlu mengembalikan
anak-anak beresiko tersebut agar dapat berperan dan berfungsi menciptakan stabilitas.
(Mansour Fakih, 2013)

Salah satu upaya/treatment dalam sudut pandang structural fungsionalis menghadapi


perubahan sosial dan masalah sosial ialah dengan pendidikan. Hal ini sebagai “rekaya sosial”
untuk mencapai perubahan dalam menciptakan, melahirkan, dan mengendalikan
keharmonisan serta keteraturan. (Mansour Fakih, 2013) Begitu pula yang dilakukan oleh
Yayasan Rumah Impian yang percaya bahwa melalui pendidikan anak-anak beresiko mampu
merealisasikan impian yang bermakna. Penyadaran akan pentingnya pendidikan dan impian
dilakukan baik kepada anak-anak beresiko dan orangtua.
Pandangan ini sejalan dengan Teori Modernisasi Inkeles-Smith: Manusia Modern
menekankan bahwa factor pembangunan tidak dilihat dari segi modal atau teknologi
melainkan dari Manusia sebagai aktor/pelaku. Agar manusia mampu berperan dalam proses
pembangunan, Inkles & Smith membeberkan ciri-ciri manusia modern antara lain: terbuka
pada pengalaman dan ide baru, percaya akan kehidupan saat ini dan masa depan, memeiliki
perencanaan yang matang, dan memiliki kepercayaan bahwa manusia dapat menguasai alam.
Agar manusia dapat berkembang Smith beranggapan bahwa Lembaga pendidikan 3 kali lebih
efektif daripada pendekatan lain. (Rauf A. Hatu, 2013) Oleh karena itu, Penulis menilai
paradigma pembangunan yang dilakukan oleh Yayasan Rumah Impian saat ini menggunaka
paradigma modenisasi dengan teori milik Inkeles-Smith. Melalui visi dan misinya Yayasan
Rumah Impian berkomitmen dalam melakukan transformasi kehidupan anak beresiko
menggunakan jalur pendidikan. Baik kegiatan yang ditujukan kepada anak-anak maupun
orangtua mereka sama-sama menekankan pada pentingnya pendidikan sebagai jalan
melakukan perubahan.
Analisis Kritis
Sebagai LSM, Yayasan Rumah Impian sebenarnya memiliki kekuatan untuk
menentukan arah pembangunan serta lebih leluasa dalam menentukan program-programnya
untuk menyelesaikan suatu isu. LSM sangat kental sekali dengan daya kritisnya untuk
menyelesaikan isu yang belum dapat diselesaikan oleh pemerintah. Gerakan LSM cenderung
radikal terhadap suatu isu. Namun jika kita kaji lebih dalam model pembangunan Yayasan
Rumah Impian masih mengarah pada pembangunan mainstream yaitu menggunakan
paradigma modernisasi.
Meskipun Yayasan Rumah Impian memiliki kegiatan Advokasi, Advokasi yang
dilakukan ialah untuk mendapatkan hak identitas anak agar mampu mengenyam pendidikan.
Advokasi ini sangat penting dilakukan mengingat proses administrasi di negara Indonesia
sangat ketat. Namun yang menjadi catatan dari penulis secara umum pada program Yayasan
Rumah Impian ialah sebagai LSM hendaknya mengadvokasi keberadaan anak-anak marginal
dengan kegiatan yang ada di lingkungan ia tempati. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara
melakukan sosialisasi atau edukasi kepada pemangku kepentingan. Sehingga kegiatan tidak
hanya fokus pada anak-anak marginal beserta orangtuanya melainkan mampu menyentuh
aspek makro. Program ditujukan tidak hanya ditinjau dari perspektif person blame approach
melainkan juga dari perspektif system blame approach.
Penulis juga menyoroti salah satu program yang dimiliki oleh Yaysan Rumah Impian
yaitu Parents Empowerment. Kegiatan ini berjalan di tahun 2022 namun di tahun 2023 hanya
sekadar pemantauan. Program Parents Empowerment milik Yayasan Rumah Impian yaitu
terdiri dari 1) Home visit, Home Visit yaitu kegiatan yang dilakukan untuk berkunjung
kepada setiap orangtua anak dampingan. Kegiatan ini adalah untuk menjalin komunikasi,
menggali informasi, memantau perkembangan anak dan hubungan anak dengan orangtua,
serta kegiatan intervensi keluarga. Kegiatan ini dilakukan satu minggu dua kali oleh masing-
masing mentor di wilayah dampingannya.
2) Parents Meeting, dilakukan di setiap wilayah dampingannya untuk membahas
suatu isu di wilayah tersebut. Isu yang dibawakan menyesuaikan kondisi dan kebutuhan di
masing-masing wilayah tersebut. Kegiatan ini dilakukan dengan cara berdiskusi dan
berdialog bersama orangtua-orangtua di wilayah dampingan agar dapat memperkuat relasi
para orangtua. Isu yang dibawakan memiliki fokus pada parenting dan isu anak. Kegiatan ini
dilakukan setiap 3 bulan sekali.
3) Workshop, Yayasan Rumah Impian melakukan workshop mengenai Hak-hak anak
kepada perwakilan masing-masing wilayah. Kegiatan dilakukan melalui zoom meeting
dengan mengundang pembicara yang ahli di bidang anak. Kegiatan ini berjalan 4 x
menyesuaikan jumlah 4 hak anak dalam Konverensi Hak Anak.
4) Forum Orangtua. Forum orangtua bertujuan untuk mempertemukan peserta
workshop. Kegiatan ini dilakukan dengan cara FGD dan penetapan champion masing-masing
wilayah. FGD dilakukan untuk recalling materi yang telah diberikan saat workshop dan lebih
spesifik membahas isu anak/parenting di maisng-masing wilayah. Kegiatan ini sangat
diperlukan untuk melihat isu anak di berbagai wilayah dampingan sehingga saling bertukar
informasi dan pengetahuan.
Berdasarkan Teori pemberdayaan, empowerment memiliki dua makna yaitu
mengandung kata power yang berarti “kekuatan” dan “kekuasaan”. Pemberdayaan ialah
memberikan daya/power agar masyarakat mampu menyelesaikan masalahnya sendiri dan
memenuhi kebutuhannya sendiri. (Suharto, 2013) Dalam hal ini empowerment yang telah
dilakukan oleh Yayasan Rumah Impian lebih menekankan pada aspek “kekuatan” dengan
cara peningkatan kapasitas orangtua. Namun, program parents empowerment Yayasan
Rumah Impian belum menekankan pada aspek pemberkekuasaan. Peningkatan dan
mendorong orang-orang marginal hingga memiliki kekuasaan yang setara dan suaranya
dipertimbangkan dalam keputusan sangat penting.
Ditinjau dari strategi pembangunan Yayasan Rumah Impian telah berupaya memberi
wadah partisipasi bagi anak maupun orangtua dalam menyiapkan Forum. Strategi
pembangunan menurut Griffin dalam Kuncoro yaitu salah satunya terdapat strategi
Pembangunan Redistribusi. Strategi ini menekankan redistribusi pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat dan tingkat partisipasi masyarakat yang digunakan sebagai alat
memobilisasi peran dalam pembangunan. Forum yang dilakukan oleh Yayasan Rumah
Impian kepada anak-anak dilakukan untuk meningkatkan kapasitas anak dalam berpendapat
dan memahami isu-isu perlindungan sosial di sekitarnya. Menurut penulis, forum ini perlu
ditingkatkan untuk mengolaborasikan dengan Forum Anak Daerah atau Nasional untuk
mendorong keterlibatan dalam Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan (Musrenbang).
Sehingga tingkat partisipasi tidak bersifat tokenis melainkan membentuk partisipasi
bermakna.

Rekomendasi
1. Melakukan Advokasi secara makro di lingkungan anak-anak beresiko yaitu anak
marginal dengan pemangku kepentingan mulai dari desa/kelurahan, kecamatan,
hingga kabupaten. Tidak hanya advokasi administrasi pendudukan melainkan juga
advokasi keberadaan anak-anak marginal/anak beresiko agar diterima oleh lingkungan
mereka. Mendorong desa/kelurahan untuk menegakan hak perlindungan anak
2. Kolaborasi Forum Anak milik Yayasan Rumah Impian kepada Forum Anak
Daerah/Nasional agar suara anak-anak dapat tersampaikan dan dipertimbangkan pada
MUSRENBANG. Dorong partisipasi anak yang bermakna dimana suara anak mampu
dipertimbangkan dalam perencanaan/keputusan/kebijakan.
3. Sosialisasi dan kampanya pentingnya mendengarjan perspektif anak. Hal ini dapat
berkolaborasi dengan akademisi, media, pemerintah, dan masyarakat.
4. Buatlah kegiatan pada program “Parents Empowerment” untuk meningkatkan
keberkuasaan orangtua-orangtua dalam menggerakan lingkungannya agar dapat
membentuk kampung ramah anak.

Referensi
Adon Nasrullah Jamaludin. (2016). Sosiologi Pembangunan. CV PUSTAKA SETIA.

Mansour Fakih. (2013). Runtuhnya teori Pembangunan dan Globalisasi. Pustaka Pelajar Offset.
Mudrajad Kuncoro. (2003). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. UPP AMP YKPN.
Rauf A. Hatu. (2013). Sosiologi Pemban0unan. Interpena.
Suharto, E. (2013). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,. Alfabeta.
Visi dan Misi – The Dreamhouse. (n.d.). Retrieved December 7, 2023, from
https://thedreamhouse.org/id/visimisi/

Anda mungkin juga menyukai