Anda di halaman 1dari 5

ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

Fenomena Konsep Pembangunan yang Relevan untuk Indonesia


(makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Administrasi Pembangunan)

Disusun Oleh:

Nama : Ananda Anggun Septiana


NIM : 07011282126099
Kelas : B-Indralaya
Dosen Pengampu : Drs. Syaifudin Zakir, M.Sc

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2023
Konsep administrasi pembangunan lahir adanya keinginan masyarakat untuk
melakukan perubahan dan pengembangan dalam kebutuhan di tatanan bidang kehidupan.
Lahirnya ide administrasi pembangunan ini juga disebabkan oleh para pakar ahli administrasi
negara, maka mempelajari administrasi pembangunan sangat penting apalagi terkait dengan
perubahan dan perbaikan taraf hidup masyarakat.
Era pasca industri menghadapi kondisi-kondisi yang sangat berbeda dari kondisi-
kondisi era industri dan menyajikan potensi-potensi baru yang penting guna memantapkan
pertumbuhan dan kesejahteraan manusia, keadilan, dan kelestarian pembangunan (Korten,
1984). Logika yang dominan dari paradigma ini adalah ekologi manusia yang seimbang
dengan sumber-sumber daya yang utama berupa sumber daya informasi dan prakarsa kreatif
yang tak habis-habisnya. Tujuan utamanya adalah pertumbuhan manusia yang didefinisikan
sebagai perwujudan yang lebih tinggi dari potensi-potensi manusia.
Di Indonesia sendiri, menurut Saya fenomena konsep pembangunan yang masih
relevan ialah Paradigma Pembangunan Manusia (Human Development) dan Konsep
pembangunan Human Security. Menurut pendekatan Paradigma Pembangunan Manusia
(Human Development) ini, tujuan utama pembangunan adalah menciptakan suatu lingkungan
yang memungkinkan masyarakat menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan berumur
panjang. Walaupun tujuan ini sederhana, namun sering terlupakan oleh keinginan untuk
meningkatkan akumulasi barang dan modal. Banyak pengalaman pembangunan
menunjukkan bahwa kaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia tidaklah
terjadi dengan sendirinya. Pengalaman-pengalaman tersebut mengingatkan bahwa
pertumbuhan produksi dan pendapatan (wealth) hanya merupakan alat, sedangkan tujuan
akhir dari pembangunan harus manusianya sendiri.
Menurut pandangan ini, tujuan pokok pembangunan adalah memperluas pilihan-
pilihan manusia (UI Haq, 1995). Pengertian ini mempunyai dua sisi. Pertama, pembentukkan
kemampuan / kapabilitas manusia, seperti tercermin dalam kesehatan, pengetahuan, dan
keahlian yang meningkat. Kedua, penggunaan kemampuan yang telah dipunyai untuk
bekerja, untuk menikmati kehidupan, atau untuk aktif dalam kegiatan kebudayaan, sosial dan
politik. Paradigma pembangunan manusia yang disebut sebagai sebuah konsep yang holistik
ini mempunyai 4 unsur penting, yakni: (1) peningkatan produktivitas, (2) pemerataan
kesempatan, (3) kesinambungan pembangunan, dan (4) pemberdayaan manusia.
Konsep ini diprakarsai dan ditunjang oleh United Nation Development Program
(UNDP), yang mengembangkan indeks Pembangunan Manusia dan Human Devlopment
Index (HDI). Indeks ini merupakan indikator komposit / gabungan yang terdiri dari 3 ukuran,
yaitu: kesehatan (sebagai ukuran longevity), pendidikan (sebagai ukuran knowledge), dan
tingkatan pendapatan rill (sebagai ukuran living standards).
Selanjutnya, konsep pembangunan Human Security, menghasilkan perdebatan yang
sangat kaya, dalam hal bagimana mengaitkan konsep antara freedom from fear dan freedom
from want. Konsep ini juga meluas dalam hal bagaimana negara dapat melindungi semua rasa
aman terhadap seluruh warganya baik secara individu maupun secara kelompok, baik sebagai
warga negara biasa, maupun sebagai warga negara yang aktif dalam memperjuangkan
kebebasan dari seluruh ancaman terhadap rasa aman, kesejahteraan dan kemiskinan. Konsep
pembangunan ini menimbulkan implikasi yang sangat luas karena dalam pelaksanaannya
melibatkan keterkaitan antara konsep lokal, nasional, regional, dan internasional dalam
melaksanakan kajian pembangunan. Dalam konteks Human Security, keberhasilan suatu
pembangunan dapat dinilai sebagai, proses dimana telah terjadi semakin meningkatnya
kebebasan, dan kebahagian masyarakat secara nyata (Amartya Sen, 2002).
Komponen utama konsep pembangunan menurut pendekatan Human Security adalah
komponen yang sangat kritis dan mendasar dalam meyakinkan dasar-dasar pembangunan
yang menjelaskan bagaimana keterkaitan antara hak-hak asasi manusia dan pembangunan
secara nyata. Kemudian, bagaimana kita dapat memahami konsep tersebut dengan baik untuk
dapat diterjemahkan dalam konteks pengambilan keputusan yang effektif dan dijabarkan
dalan program-program nyata berdasarkan kontekstual yang tepat sesuai dengan keberadaan
dan tempat konsep itu dilahirkan.
Pada dasarnya konsep di atas lahir sebagai penjabaran dan lanjutan dari tujuan
Millenium of Development Goal yang diprakarsai oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
sejak tahun 1992. Adapun konsep yang dikehendaki adalah:
1. Menciptakan dunia yang bebas dari segala bentuk peperangan, konflik, dan
kekerasan yang mengancam kehidupan manusia di atas muka bumi
(Canada).
2. Membebaskan manusia dari segala macam bentuk kemiskinan, seperti;
kekurangan sandang, pangan dan papan; buruknya kondisi kesehatan;
rendahnya tingkat pendididikan; tingginya tingkat pengangguran dan
rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan; dan buruknya kondisi
lingkungan (Jepang).
Dengan kata lain, konsep pembangunan Human Secutiry adalah konsep yang
seantiasa berusaha untuk menggabungkan konsep pembangunan kesejahteraan manusia
(Human Development), dengan konsep rasa aman (Security). Mengingat konsep ini dalam
penjabarannya akan sangat tergantung pada pemahaman-pemahaman yang berjenjang, mulai
dati tingkat lokal, nasional, regional, hingga tingkat internasional, dalam pelaksanaannya
dalam masing-masing tingkatan semuanya harus saling berkaitan dan tidak bertentangan satu
sama lainnya.
Pembangunan sangat berkaitan dengan nilai, dan acap kali bersifat transendental,
suatu gejala meta-disiplin, atau bahkan sebuah ideologi the ideology of developmentalisme.
Oleh karenanya, para perumus kebijakan, perencana pembangunan, serta para pakar selalu
dihadapkan nilai (value choice), mulai pada pilihan epistimologis-ontologi sebagai kerangka
filosofisnya, sampai pada derivasinya pada tingkat strategi, program atau proyek. Mengukur
pembangunan dapat dilihat dari berbagai indikator utama, yakni kekayaan rata-rata,
pemerataan, kualitas kehidupan, indeks pembangunan manusia (human development index),
dan kerusakan lingkungan.
Di Indonesia sendiri, konsep pembangunan dapat dilihat secara perspektif historis,
yakni pada pembangunan nasional. Potret kebijakan pembangunan nasional dapat dilihat
dari analisis konsep pembangunan dari tiga periode situasi nasional, yakni pada era Orde
Lama, Orde Baru, dan era Reformasi. Kebijakan Orde Lama dimulai pada tahun 1947 yang
mulai merencanakan pembangunan di Indonesia dengan lahirnya “Panitia Pemikir Siasat
Ekonomi”. Pelaksanaan pembangunan nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru
berpedoman pada trilogi pembangunan dan delapan jalur pemerataan. Sementara di era
Reformasi pembangunan bersifat partisipatif, dapat di kontrol langsung oleh rakyat, dan
didasari rumusan dasar demokrasi, yakni oleh dan untuk rakyat atau lebih dikenal dengan
kebijakan pembangunan yang berbunyi dari, oleh, dan untuk rakyat sehingga dengan dasar ini
partisipasi rakyat tidak terkekang seperti pada masa orde baru, kehidupan perekonomian
Indonesia dapat didorong oleh siapa saja.
Selain pembangunan nasional, pada masa reformasi juga ditekankan kepada hak
daerah dan masyarakatnya dalam menentukan daerahnya masing-masing sehingga
pembangunan daerah sangat diutamakan sebagaimana dicantumkan dalam Undang-Undang
No 32/2004, Undang-Undang 33/2004, UndangUndang 18/2001 untuk pemerintahan Aceh,
Undang-Undang 21/2001 untuk Papua. Keempat undang-undang ini mencerminkan
keseriusan pusat dalam melimpahkan wewenangnya kepada pemerintah dan rakyat di daerah
agar daerah dapat menentukan pembangunan yang sesuai keinginan rakyatnya.
Namun, dalam pelaksanaannya juga pembangunan di Indonesia masih memiliki
banyak cela dan tantangan. Tantangan Pembangunan Indonesia paling pokok terjadi pada
persoalan kemiskinan, pembangunan kelautan, pendekatan ekosistem dalam otonomi daerah,
serta pembangunan lingkungan dan globalisasi.
Daftar Pustaka
Bryant, Carolie dan Louse G, White, Manajemen Pembangunan Untuk Negara Berkembang,
1987.
Budiman Arief, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, 1996.
Engkus. 2018. PERSPEKTIF ADMINISTRASI PEMBANGUNAN: MENUJU KE ARAH
KONVERGENTIF. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Vol. 8 No 2 tahun 2018. Diakses pada
06 September 2023 pukul 20.00 wib melalui
https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jispo/article/view/3752
Garna, Yudistira K. ed. 1993. Tradisi Transformasi Modernisasi dan Tantangan Masa Depan
di Nusantara. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran.
Garna, Yudistira K.1999. Teori Sosial dan Pembangunan Indonesia: Suatu Kajian Melalui
Diskusi. Bandung: Primaco Academika.
Hidayat DKK. 2002. Pembangunan Partisipatif, Penerbit YPAPI; Yogyakarta.
International Development of Studies Conference on Mainstreaming Human Security: The
Asian Contribution, 2007.
Kartasasmita, Ginanjar, Administrasi Pembagunan, 1997.
Siagian, Sondang P. (2007). Administrasi Pembangunan : Kosep, Dimensio, dan Strateginya.
Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai