Anda di halaman 1dari 11

TUGAS LITERASI

Matakuliah : Manajemen Pembangunan Wilayah

Dosen : Prof. Dr. Erika Revida, MS

Disusun Oleh :

Nama : Winda Yolanda Mangunsong, S.STP


NIM : 207003032
Prodi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
1) Perencanaan Pembangunan

Judul Buku : Aplikasi Teori Perencanaan: dari Konsep dan Realita


Penulis : Annisa Nur Alimah, Sintia Wahyu W, Angelica Kintani Sekar Rahina,
Anggriani Mahdianingsih, Ilham Damar W
Editor : Dr. S. Djuni Prihatin, M.Si., Drs. Susi Daryanti, M.Sc,
Rezaldi Arief Pramadha, SE., M.S.S
Tahun : 2019

Penerbit : Buana Grafika, Yogyakarta

Kesimpulan Isi
Buku ini berisi tentang teori perencanaan yang membahas tentang konsep konsep dan
implementasi. Tulisan dalam buku ini merupakan kumpulan dari tulisan para mahasiswa S1
PSdK yang mengambil mata kuliah teori perencanaan yang diasuh pada semester I
2019/2020. Seluruh tulisan tersebut dibagi ke dalam dua bagian yaitu teori perencanaan
pembangunan dan isu lingkungan dalam teori perencanaan.
Tulisan dari Annisa Nur Alimah dan kawan-kawan yang berjudul teori perencanaan
equity dalam pembangunan daerah membahas tentang perencanaan pembangunan di
Indonesia yang masih berorientasi apda pembangunan fisik, baik pada tingkat nasional
maupun tingkat daerah. Melalui teori perencanaan equity diharapkan perencanaan
pembangunan dapat memberikan keadilan pada semua pihak sehingga tidak ada yang
dirugikan. Dalam teori equity menyebutkan bahwa orang dimotivasi untuk mencari ekuitas
sosial dalam penghargaan yang mereka harapkan. Dalam perencanaan pembangunan teori
equity menghendaki adanya partisipasi dari masyarakat, besarnya partisipasi dari masyarakat
ikut andril dalam keberhasilan perencanaan pembangunan yang baik. Prinsip teori equity
adalah orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung dari yang dirasakan oleh penerima
program pembangunan.
Adapun contoh aplikasi perencanaan equity ini diambil dari fenomena yang terjadi di
Indonesia, yaitu tidak hanya sekedar membahas mengenai pemerataan keadilan ekonomi
semata, tetapi juga pada aspek sosial, politik dan lingkungan. Pada aspek ekonomi akan lebih
banyak mengarah pada keuntungan dalam bentuk uang yang diperoleh. Sedangkan pada
aspek sosial lebih mengarah pada kesejahteraan dari masyarakat tersebut. Pada aspek politik
lebih memperhatikan aspirasi masyarakat bisa juga diartikan kesempatan berbicara untuk
menyuarakan apa yang mereka butuhkan. Dan pada aspek lingkungan lebih melihat
keberlanjutan dari perencanaan yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan hakikat dari suatu
perencanaan pada negara maju yang multi dimensional. Padahal sebenarnya perencanaan
yang multidimensional ini tidak hanya dibutuhkan pada negara maju saja, negara
berkembangpun sangat memerlukannya karena tetntunya akan lebih baik daripada hanya
berfokus pada beberapa aspek saja. Ketika aspek multidimensional tersebut mengalami
keseimbangan maka konsep perencanaan equity pun akan tercapai, karena tidak hanya
memberikan keadilan bagi sesama manusia atau kelompok baik secara sosial politik maupun
ekonomi tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan.

Teori Pendukung:
Menurut Sumodiningrat, (1999), pembangunan daerah dalam berbagai teori
pembangunan disebut sebagai pertumbuhan wilayah. Oleh karena itu, pembangunan daerah
adalah mewujudkan pertumbuhan wilayah. Pandangan teori resource endowment dari suatu
wilayah menyatakan bahwa pengembangan ekonomi wilayah bergantung pada sumber daya
alam yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang dihasilkan dari sumber daya itu.
Menurut Howell & Dipboye (dalam Munandar, 2001) jika terjadi persepsi tentang
ketidakadilan, menurut teori keadilan orang akan dapat melakukan tindakan-tindakan berikut:
1. Bertindak mengubah masukannya, menambah atau mengurangi upayanya untuk bekerja. 2.
Bertindak untuk mengubah hasil-keluarannya, ditingkatkan atau diturunkan. 3.
Menggeliat/merusak secara kognitif masukan dan hasil keluarannya sendiri, mengubah
persepsinya tentang perbandingan masukan dan hasil keluarannya sendiri. 4. Bertindak
terhadap orang lain untuk mengubah masukan dan/ atau hasil keluarannya. 5. Secara fisik
meninggalkan situasi, keluar dari pekerjaan. 6. Berhenti membandingkan masukan dan hasil
keluaran dengan orang lain dan mengganti dengan acuan lain atau mencari orang lain untuk
dibandingkan.
Analisis:
Perencanaan suatu negara yang baik adalah bersifat multidisiplin mencakup
perencanaan ekonomi, manajemen pembangunan fisik, dan manajemen administrasi publik
dan analisis kebijakan. Terdapat perbedaan perencanaan antara negara maju dengan negara
berkembang, proses perencanaan pembangunan berkembang berkembang hanya berorientasi
pada perencanaan pembangunan fisik tanpa melihat dimensi lain sedangkan pada negara
maju sifat multi disiplinnya sudah lebih tampak dari negara berkembang. Akan tetapi sifatnya
yang multidisiplin terkadang menjadi boomerang untuk para perencana dalam
mengaplikasikan rencananya. Hal yang kita ketahui secara umum ketika ada sebuah
perencanaan maka akan menimbulkan terjadinya sebuah pembangunan, tak terkecuali dalam
pembangunan daerah. Pembangunan daerah menempati posisi penting dalam pelaksanaan
pembangunan yang sistematik. Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu
pembangunan sektoral, pembangunan wilayah, dan pembangunan pemerintahan.
Pembangunan merupakan proses untuk mewujudkan kehidupan bernegara yang sejahtera adil
dan merata.
Dalam Teori Keadilan (Equity) mengatakan bahwa orang dimotivasi untuk mencari
ekuitas sosial dalam penghargaan yang mereka harapkan dalam berkinerja. Dalam
perencanan pembangunan teori keadilan menghendaki adanya partisipasi dari masyarakat,
besarnya partisipasi dari masyarakat ikut andil dalam keberhasilan sebuah perencanaan
pembangunan yang baik. Prinsip Equity Theory adalah bahwa orang akan merasa puas atau
tidak puas tergantung dari yang dirasakan oleh penerima program pembangunan. Kepuasan
tersebut dilihat dari rasa adil suatu program yang diberikan olehnya.
Menurut saya perencanaan pembangunan di Indonesia masih banyak yang belum
bersifat equity salah satu contohnya terjadi pada tahun 2015 dalam penggusuran Eks-
Perumahan Batalyon Perhubungan di Gambir, Jakarta pusat. Namun demikian sudah terdapat
beberapa perencanaan pembangunan yang bersifat equity seperti yang terjadi pada
pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pada relokasi
warga bekas gusuran yang benar-benar diperhatikan dan dipenuhi kebutuhan dasarnya mulai
dari hunian, tunjangan sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sebagai negara berkembang perencanaan pembangunan di Indonesia
masih berorientasi pada pembangunan fisik saja. Baik pembangunan pada tingkat nasional
maupun pada pembangunan tingkat daerah. Melalui Teori Perencanaan Keadilan (Equity)
diharapkan sebuah perencanaan pembangunan dapat memberi keadilan pada semua pihak
sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Akan tetapi belum semua perencanaan
pembangunan di Indonesia bersifat equity, hanya beberapa atau sebagian kecil saja yang
bersifat equity.
2) Pemberdayaan Sumberdaya
Judul Buku : PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA,
Organisational change dan Organisational Resilience
(Kajian Pada Industri Jasa)
Penulis : Boge Triatmanto
Tahun : 2017

Penerbit : Penerbit Selaras Media Kreasindo, Malang

Kesimpulan Isi:
Buku Manajemen Pemberdayaan Masyarakat ini disusun dengan acuan dari tulisan
para ahli baik dalam negeri maupun luar negeri, pengalaman penulis dalam menangani
program pemberdayaan bagi petani dan kelompok tani, pengembangan SDM Penyuluh
Pertanian Lapangan (PPL) sejak tahun 1987 - 2010, serta hasil beberapa penelitian penulis.
Berisi kajian tentang: konsep dasar manajemen dan pemberdayaan masyarakat, kemiskinan,
pembangunan berwawasan manusia, pendekatan perencanaan partisipatif dalam
pemberdayaan masyarakat, mekanisme dan strategi pemberdayaan masyarakat, motivasi,
partisipasi dalam pemberdayaan masyarakat, pendekatan kelompok dalam pemberdayaan
masyarakat, monitoring-pengendalian-evaluasi program pemberdayaan masyarakat, serta
studi kasus yang merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis terkait dengan
pemberdayaan masyarakat di Sulawesi Selatan.
Pemberdayaan sumber daya manusia merupakan proses memampukan karyawan
(manajer) dalam mengambil keputusan dan tindakan terhadap karyawan dalam memberikan
wewenang dan tanggung jawab untuk mencapai kepuasan kerja dan kepuasan konsumen.
Tujuan utama pemberdayaan sumber daya manusia adalah menciptakan manajer yang
mampu dan mandiri, serta mempunyai komitmen tinggi, melalui usaha membangun
partisipasi, mendorong manajer untuk berinisiatif, membangun komitmen dan membangun
tanggung jawab. Jadi proses pemberdayaan sumber daya manusia tersebut adalah melalui
pemberian wewenang penuh untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan organisasi melalui
peningkatan kinerja organisasi.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan sumber daya
manusia bersama-sama dengan perubahan organisasi dan resiliensi organisasi mampu
meningkatkan kinerja organisasi, sedangkan perubahan organisasi ditentukan oleh
kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang berasal dari sumber daya
manusia yang berdaya. Temuan baru dalam penelitian ini adalah, agar kinerja organisasi hotel
(tingkat penghunian kamar) dapat ditingkatkan maka sumber daya manusia dalam hotel
tersebut harus diberdayakan dengan cara meningkatkan partisipasi karyawan dalam proses
pengambilan keputusan, meningkatkan komitmen karyawan terhadap organisasi,
meningkatkan inisiatif karyawan agar berkreasi dan berinovasi, serta meningkatkan rasa
tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan dan pencapaian tuajuan. Jika manajer dalam
organisasi ini berdaya, maka akan mampu meningkatkan kemampuan organisasi untuk
beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan ini
ditandai dengan efisiennya organisasi karena memiliki struktur yang ramping, peningkatan
kewenangan hak untuk memutuskan, kelancaran aliran komunikasi, serta adanya motivator
yang menungkinkan karyawan termotivasi lebih kuat lagi. Kemampuan organisasi
beradaptasi terhadap perubahan ini mampu membentuk perubahan dalam organisasi yang
diindikasikan dari adanya pemicu/penggerak perubahan, kesiapan organisasi untuk berubah
dan kemauan organisasi untuk mengimplementasikan perubahan, serta dorongan yang kuat
dari diri masing-masing manajer untuk berubah,

Teori Pendukung:
Hasil ini sesuai hasil penelitian dari Maggio & Powell (1983); Hannan & Freeman
(1984); Scott (2003), yang menyatakan bahwa pemberdayaan BAB V 94 sumber daya
manusia kurang signifikan mempengaruhi perubahan organisasi. Artinya kecepatan
perubahan yang dilakukan oleh organisasi hotel berbintang tidak langsung ditentukan oleh
pemberdayaan pada sumber daya manusia. Namun lebih dulu akan menambah kemampuan
organisasi untuk beradaptasi terhadap lingkungan yang selanjutnya akan mempengaruhi
kecepatan perubahan organisasi. Noe (2006), dan hasil penelitian dari Lashley (2000), Jarrar
& Zairi (2002) yang menyatakan bahwa secara umum pemberdayaan sumber daya manusia
mampu memberikan keuntungan bagi perusahaan serta mampu meningkatkan kinerja
perusahaan.
Analisis:
Dalam hal komitmen yang membentuk pemberdayaan sumber daya manusia,
komitmen terhadap pekerjaan merupakan komitmen perorangan terhadap (1) kepercayaan
dan keberterimaan pada nilai-nilai dan tujuan organisasi, (2) kemauan untuk menggunakan
upaya ke arah pemenuhan tujuan organisasi, dan (3) keinginan yang kuat untuk memelihara
keutuhan dan keanggotaan dalam organisasi. Dengan demikian komitmen terhadap pekerjaan
dapat membentuk komitmen terhadap organisasi. Walaupun pada umumnya tingkat
perputaran tenaga kerja di level manajer di lingkungan industri tinggi, namun mereka
mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pekerjaanya, dimana hal ini ditunjukkan dengan
nilai positif yang tinggi terhadap indikator komitmen.
Berdasarkan analisis data deskriptif, dan muatan faktor indikator-indikator
pemberdayaan sumber daya manusia, maka dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan kinerja organisasi. Hal tersebut dilandasi
temuan: (1) responden memberikan penilaian yang baik (tinggi) pada semua indikator
konstruk pemberdayaan sumber daya manusia, (2) Secara faktual indikator tanggung jawab
dan komitmen terhadap pekerjaan mendapat penilaian tertinggi, (3) tanggung jawab dan
komitmen terhadap pekerjaan paling menentukan dalam proses pemberdayaan sumber daya
manusia selain inisiatif dan partisipasi.
Resiliensi atau kemampuan organisasi untuk beradaptasi terhadap lingkungan, dipicu
oleh sumber daya manusia yang berdaya hal ini didasarkan pada nilai loading factor terbesar
dari indikator yang membentuk variabel resiliensi yaitu tingginya komitmen karyawan
terhadap organisasi untuk mencapai tujuan. Cara karyawan memandang komitmen ini adalah
sejauh mana mereka mempunyai wewenang untuk mengambil keputusan
3) Partisipasi
Judul Buku : Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat
Penulis : Mohammad Ikbal Bahua
Tahun : 2018

Penerbit : Penerbit Selaras Media Kreasindo, Gorontalo

Kesimpulan Isi:
Pembangunan pendidikan sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiya (MI) di
pedesaan secara umum dapat digambarkan bahwa perkembangan pendidikan belum berjalan
dengan baik, hal ini disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor ekternal yang
menjadi penghambat pembangunan pendidikan yaitu infrastruktur dan fasilitas penunjang
pendidikan yang belum memadai, hal ini mengakibatkan pelayanan pendidikan belum
maksimal. Sedangkan faktor internal yang menjadi penghambat pelaksanaan pembangunan
pendidikan adalah kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tugas dan wewenang masyarakat,
komite sekolah, dan orang tua terhadap perkembangan pendidikan. Partisipasi warga
masyakat dalam pembangunan pendidikan di pedesaan merupakan keterlibatan masyarakat
dalam pebangunan pendidikan baik berupa material atau non material.
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pendidikan dilakukan dalam a)
perencanaan pendidikan, b) pelaksanaan pendidikan, dan c) evaluasi pendidikan. Bentuk-
bentuk partisipasi masyarakat di atas belum dilaksanakan sepenuhnya disebabkan karena
sebagian masyarakat belum memahami pentingnya pendidikan. Komite sekolah dalam
pembangunan pendidikan berperan sebagai advisory agency (pemberi pertimbangan),
supporting agency (pendukung kegiatan), controling agency (pengontrol kegiatan), dan
mediator agency (mediator). Sebagai supporting agency komite sekolah ikut berpartisipasi
dalam mendukung semua program pendidikan yang sudah dirancang oleh pihak sekolah.
Tetapi komite sekolah tidak memahami peranya secara utuh. Sedangkan sebagai controlling
agency, sebagaian besar komite sekolah menyerahkan pengelolaan pendidikan kepada pihak
sekolah tanpa dikontrol oleh komite sekolah. Dalam proses controlling komite sekolah tidak
berjalan dengan baik.
Teori Pendukung:
Menurut Slamet ( 2003:8 ) menyatakan bahwa, partisipasi Valderama dalam Arsito
mencatat ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila dikaitkan dengan pembangunan
masyarakat yang demokratis yaitu:
1) Partisipasi politik (political participation) lebih berorientasi pada “mempengaruhi”
dan “mendudukan wakil-wakil rakyat” dalam lembaga pemerintah ketimbang
partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan itu sendiri.
2) Partisipasi social (social participation) partisipasi ditempatkan sebagai beneficiary
atau pihak diluar proses pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan keputusan
dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi kebutuhan sampai
penilaian, pemantauan, evaluasi dan implementasi. Partisipasi sosial sebenarnya
dilakukan untuk memperkuat proses pembelajaran dan mobilisasi sosial. Dengan kata
lain, tujuan utama dari proses sosial sebenarnya bukanlah pada kebijakan publik itu
sendiri tetapi keterlibatan komunitas dalam dunia kebijakan publik lebih diarahkan
sebagai wahana pembelajaran dan mobilisasi sosial.
3) Partisipasi warga (citizen participation/citizenship) menekankan pada partisipasi
langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan proses
pemerintahan. Partisipasi warga telah mengalih konsep partisipasi “dari sekedar
kepedulian terhadap penerima derma atau kaum tersisih menuju suatu keperdulian
dengan berbagai bentuk keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan dan
pengambil keputusan diberbagai gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan
mereka.

Analisis:
Partisipasi masyarakat mengalami dinamika yang semakin kompleks, termasuk di
dalamnya pengelolaan pendidikan diantaranya adalah sekolah dasar yang dikelola oleh
institusi pemerintah dan madrasah yang dikelola oleh masyarakat itu sendiri. Kompleksitas
partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya kondisi ekonomi
masyarakat yang belum stabil, tingkat pendidikan masyarakat pedesaan yang masih rendah,
pemahaman masyarakat pentingnya pendidikan masih kurang, dan mobilisasi penduduk.
Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menuntut
pengelolaan pendidikan terus melakukan penyesuaian agar tidak ketinggalan dalam derasnya
arus perkembangan IPTEK tersebut. Dalam melakukan penyesuaian pengelolaan pendidikan
tersebut peran pemerintah dan masyarakat serta keterlibatan semua komponen-komponen
pendidikan untuk bersamasama membangun pendidikan sesuai dengan peranya masing-
masing sehingga menghasilkan perubahan pendidikan yang siap mengahadapi pesatnya
perkembangan IPTEK dan mampu bersaing pada tingkat global. Perkembangan pendidikan
sesungguhnya tidak berhenti pada satu target tertentu, karena satu target tertentu akan terus
ditinggalkan oleh perubahan perkembangan IPTEK pada masa-masa tertentu, dengan
demikian lembaga pendidikan harus merencanakan program pendidikan sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman.
Perencanaan pembangunan pendidikan dalam menghadapi pesatnya perkembangan
IPTEK tidak terlepas dari peran serta masyarakat di dalamnya. Partisipasi masyarakat bagi
keberhasilan program pendidikan berada pada posisi strategis, karena masyarakat pada
dasarnya merupakan stakeholders pendidikan yang paling utama. Oleh karena itu dalam
pengelolaan pembangunan pendidikan masyarakat harus mendapat kesempatan dan tempat
dalam pelaksanaan pendidikan.Peran masyarakat dalam pendidikan mulai dari perumusan
program (perencanaan), pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan.
Saat ini partisipasi masyarakat sebagai aset penting bagi pemberdayaan masyarakat
untuk legitimasi publik atau partisipasi masih banyak bersifat semu. Sehingga sejumlah
kebijakan atau program pendidikan tidak bisa berjalan secara optimal. Artinya adalah
kebijakankebijakan pendidikan yang bertujuan untuk pemerataan dan kesempatan
pendidikan, peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi perkembangan zaman tidak
bisa berjalan dengan baik karena tidak didukung oleh partisipasi masyarakat. Partisipasi
sangat diperlukan dalam pembangunan pendidikan, meskipun tidak mudah untuk
membangun partisipasi, tetapi gerakan partisipasi adalah wujud dari keinginan untuk
mengembangkan pendidikan dalam satu wilayah.
DAFTAR PUSTAKA
A Noe, Raymon, dkk. Human Resource Management , 5th edition, MC Graw Hill, New
York, 2004.
A.S, Munandar. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI.
DiMaggio, P. J dan W. W. Powell. 1983. The Iron Cage Revisited: Institutional Change:
Introduction to the Special Research Forum. The Academy of Management Journal
Freeman, R. E. 1984. Strategic Management: A Stakeholder Approach, Boston, Pitman
Ikbal, Mohammad Bahua. 2018. Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat.
Gorontalo: Penerbit Selaras Media Kreasindo.
Jarrar, Y.F., & Zairi M.Z. (2010). ―Knowledge Management: Learning for Organisational
Experience‖. European Centre for Best Practice Management. www.ecbpm.com
Lashley, Y. G. (2014). Intergrating Computer Technology in the Teaching of Biology.
Interntional Journal of Biology Education, 3(2).
Liputan6, 2017. Ahok Lakukan Relokasi, Bukan Penggusuran. [Online] Available at:
https://www.liputan6.com/news/ read/2879565/ahok-lakukan-relokasi-bukan-
penggusuran [Accessed 27 Oktober 2019].
Prihatin, Djuni dkk. 2019. Aplikasi Teori Perencanaan: dari Konsep dan Realita. Yogyakarta:
Buana Grafika.
Scott, J.C. (1977). „Patron Client, Politics and Political Change in South East Asia‟ dalam
Friends, Followers and Factions a Reader in Political Clientalism, Steffen W.
Schimidt, James C. Scott (eds.), Berkeley: University of California Press.
Scott, J.C. (1977). „Patron Client, Politics and Political Change in South East Asia‟ dalam
Friends, Followers and Factions a Reader in Political Clientalism, Steffen W.
Schimidt, James C. Scott (eds.), Berkeley: University of California Press.
Slamet, M. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Membetuk Pola Perilaku Manusia
Pembangunan. Disunting oleh Ida Yustina dan Adjat Sudradjat. Bogor: IPB Press.
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta, dan Kebijakan. Jakarta: Impac.
Triatmanto, Boge.2017. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Organisational change dan
Organisational Resilience (Kajian Pada Industri Jasa). Malang: Penerbit Selaras
Media Kreasindo.

Anda mungkin juga menyukai