Anda di halaman 1dari 24

Teori Perencanaan dan Pembangunan

Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

1.

Pendahuluan
Adanya berbagai permasalahan di dalam pembangunan kota-kota di Indonesia,

khususnya kota-kota menengah dan kota besar, terutama diakibatkan kurang


dilibatkannya masyarakat di dalam proses pembangunan kota-kota dimaksud, sejak
proses awal yaitu dari tahap perencanaan. Akibatnya hasil pembangunan di kota-kota
menengah dan besar di Indonesia cenderung mengarah untuk menampung kebutuhan
sebagian kecil kelompok masyarakat, yang rata-rata berpenghasilan tinggi dan
menengah. Sebagian besar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah tidak
tertampung aspirasinya, pada perencanaan pembangunan kota dan perencanaan
pembangunan kawasan. Kota-kota menengah dan besar di Indonesia saat ini
menyajikan kondisi dilematik. Di satu sisi pertumbuhan dan pembangunan kota cukup
pesat, namun di sisi lain mengakibatkan masyarakat berpenghasilan rendah tersingkir
dan semakin miskin (marginal-society). Terjadinya kontradiksi ini akhirnya sering
menimbulkan konflik sosial yang mengarah kepada pengrusakan sarana-prasarana fisik
perkotaan dan sendi-sendi sosial antar kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah
cukup kuat dan terpelihara dengan baik.
Belajar dari pengalaman yang sama pada negara-negara berkembang lainnya,
maka visi kota-kota besar dan menengah di masa depan memerlukan pemberdayaan
dan peningkatan peran serta masyarakat seluas mungkin, sejak awal, yaitu tahap
perencanaan. Bagaimana mekanisme keterlibatan peran serta masyarakat di dalam
proses penyusunan perencanaan pembangunan kota memerlukan pengkajian secara
mendalam.
Pada tahap-tahap pendekatan awal program pembangunan kota-kota di Indonesia
dilakukan secara sektoral. Selain sektoral pendekatan perencanaan dilakukan secara
top down. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah/Kota merencanakan pembangunan
kota-kota dengan program/proyek untuk ukuran area yang sangat luas dan sifatnya
lebih kepada instruksi dari instansi-instansi atas ke instansi-instansi di bawahnya.

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Pendekatan ini berhasil apabila disetujui secara luas oleh masyarakat luas, terkait
dengan perumusan tujuan pengembangan dan kewenangan pengaturan dan prosedur
administrasi bagi seluruh kelompok masyarakat. Pendekatan tersebut ternyata banyak
yang gagal, sehingga belum bisa mengangkat tingkat kemiskinan masyarakat di kotakota tersebut akibat kurangnya sumber daya manajemen lokal, sulitnya penegakan
hukum dan aspek-aspek politis lainnya. Masyarakat di daerah perkotaan negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia, pada kenyataannya tetap miskin, sulit mencari
pekerjaan, masa depan belum jelas dan yang bekerja selalu khawatir kehilangan
pekerjaannya. Di samping itu terjadi kompetisi yang tinggi antar berbagai kelompok
masyarakat dan terjadinya penurunan kualitas lingkungan di perkotaan.
Masalah-masalah dan kelemahan tersebut di atas menyebabkan diperlukannya
inisiatif baru di dalam pendekatan proses penyusunan perencanaan pembangunan kota,
untuk tujuan mensejahterakan masyarakat secara luas. Inisiatif baru ditujukan kepada
kegiatan penyusunan perencanaan pembangunan kota, dengan melibatkan masyarakat
setempat (komunitas lokal) secara luas. Pemberdayaan dan peningkatan peran-serta
masyarakat secara luas yang dimulai sejak awal, yaitu sejak penyusunan perencanaan
pembangunan merupakan paradigma baru. Perencanaan pembangunan kota sebagai
ilmu pengetahuan sosial, pada hakekatnya bukan hanya merencanakan pembangunan
fisik semata, tetapi adalah merencanakan ruang (spatial-plan), di mana "manusia"
terdapat di dalamnya yang memiliki cita-cita sama mendapatkan kehidupan dan
penghidupan yang aman, adil dan sejahtera.

2.

PENGERTIAN PERENCANAAN
Pengertian Perencanaan dalam UU nomor 25 tahun 2004 adalah suatu proses

untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan adalah cara berpikir
mengenai persoalan-persoalan sosial dan ekonomi, terutama berorientasi pada masa
datang, berkembang dengan hubungan antara tujuan dan keputusan keputusan
kolektif dan mengusahakan kebijakan dan program. Perencanaan merupakan suatu
proses yang tidak pernah berakhir. Apabila sebuah rencana telah ditetapkan, maka
dokumen menyangkut perencanaan terkait harus diimplementasikan

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Perencanaan menurut Abe (2001) dalam Ovalhanif (2009) adalah susunan


(rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah mengenai langkah (tindakantindakan) yang akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbanganpertimbangan yang seksama atas potensi, faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.
Menurut Tjokroamidjojo (1995) dalam Ovalhanif (2009) mendefinisikan
perencanaan sebagai suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
(maksimum output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
Selanjutnya dikatakan bahwa, perencanaan merupakan penentuan tujuan yang akan
dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
Menurut Terry (1960) dalam Mardikanto (2010), perencanaan diartikan sebagai
suatu proses pemilihan dan menghubung-hubungkan fakta, serta menggunakannya
untuk menyusun asumsi-asumsi yang diduga bakal terjadi di masa datang, untuk
kemudian merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi tercapainya tujuantujuan yang diharapkan.
Perencanaan juga diartikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan yang
berdasarkan fakta, mengenai kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan demi
tercapainya tujuan yang diharapkan atau yang dikehendaki.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional mencakup lima pendekatan yaitu:
1. Politik,
2. Teknokratik,
3. Partisipatif,
4. Atas-bawah (top-down),
5. Bawah-atas (bottom-up).
Ahli-ahli teori perencanaan publik mengemukakan beberapa proses perencanaan
1. Perencanaan teknokrat;
Menurut Suzetta (2007) adalah proses perencanaan yang dirancang berdasarkan
data dan hasil pengamatan kebutuhan masyarakat dari pengamat professional,
baik kelompok masyarakat yang terdidik yang walau tidak mengalami sendiri

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

namun berbekal pengetahuan yang dimiliki dapat menyimpulkan kebutuhan akan


suatu barang yang tidak dapat disediakan pasar, untuk menghasilkan perspektif
akademis pembangunan. Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa nonpemerintah, atau dari perguruan tinggi.
Menurut penjelasan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan teknokrat dilaksanakan
dengan menggunakan metoda dan kerangka pikir ilmiah oleh lembaga atau
satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
2. Perencanaan partisipatif;
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (1996) adalah proses perencanaan yang
diwujudkan dalam musyawarah ini, dimana sebuah rancangan rencana dibahas
dan dikembangkan bersama semua pelaku pembangunan (stakeholders). Pelaku
pembangunan

berasal

dari

semua

aparat

penyelenggara

negara

(eksekutif,legislatif, dan yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha,


kelompok profesional, organisasi-organisasi non-pemerintah.
Menurut Sumarsono (2010), perencanaan partisipatif adalah metode perencanaan
pembangunan dengan cara melibatkan warga masyarakat yang diposisikan
sebagai subyek pembangunan.
Menurut penjelasan UU. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan

Nasional:

perencanaan

partisipatif

dilaksanakan

dengan

melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan


mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Dalam UU No. 25 Tahun 2004, dijelaskan pula partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses
penyusunan rencana pembangunan.
3. Perencanaan top-down;
Menurut Suzetta (1997) adalah proses perencanaan yang dirancang oleh
lembaga/departemen/daerah menyusun rencana pembangunan sesuai dengan
wewenang dan fungsinya.
4. Perencanaan bottom up.

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Menurut (www.actano.com) adalah planning approach starting at the lowest


hierarchical level and working upward (pendekatan perencanaan yang dimulai
dari tingkatan hirarkis paling rendah menuju ke atas).
Selain itu, menurut penjelasan UU 25 Tahun 2004, pendekatan atas-bawah (top
down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang
pemerintahan. Rencana hasil proses diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan di tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Perencanaan, meskipun mengandung pengertian masa depan, bukanlah hipotesis
yang dibuat tanpa perhitungan. Hipotesis dalam perencanaan selalu didasarkan atas
data-data dan perkiraan yang telah tercapai, dan juga memperhitungkan sumber daya
yang ada dan akan dapat dihimpun. Dengan demikian, perencanaan berfungsi sebagai
pedoman sekaligus ukuran untuk menentukan perencanaan berikutnya. Mosher (1965 :
191) menyatakan bahwa, seringkali perencanaan hanya meliputi kegiatan-kegiatan
baru, atau alokasi keuangan untuk kegiatan-kegiatan lama, tanpa menilai kembali
kualitasnya secara kritis. Acapkali lebih banyak sumbangan dapat diberikan kepada
pembangunan dengan memperbaiki kualitas kegiatan yang sedang dalam pelaksanaan
dari pada memulai yang baru.
Perencanaan pada dasarnya adalah penetapan alternatif, yaitu menentukan
bidang-bidang dan langkah-langkah perencanaan yang akan diambil dari berbagai
kemungkinan bidang dan langkah yang ada. Bidang dan langkah yang diambil ini tentu
saja dipandang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sumber daya yang tersedia
dan mempunyai resiko yang sekecil-kecilnya. Oleh sebab itu, dalam penentuannya
timbul berbagai bentuk perencanaan yang merupakan alternatif-alternatif ditinjau dari
berbagai sudut, seperti yang dijelaskan oleh Westra (1980) dalam Khairuddin (1992 :
48), antara lain :
1.

Dari segi jangka waktu, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan jangka
pendek (1 tahun), dan (b) perencanaan jangka panjang (lebih dari 1 tahun).

2.

Dari segi luas lingkupnya, perencanaan dapat dibedakan : (a) perencanaan


nasional (umumnya untuk mengejar keterbelakangan suatu bangsa dalam
berbagai bidang), (b) perencanaan regional (untuk menggali potensi suatu
wilayah dan mengembangkan kehidupan masyarakat wilayah itu), dan (c)

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

perencanaan lokal, misalnya; perencanaan kota (untuk mengatur pertumbuhan


kota, menertibkan penggunaan tempat dan memperindah corak kota) dan
perencanaan desa (untuk menggali potensi suatu desa serta mengembangkan
masyarakat desa tersebut).
3.

Dari segi bidang kerja yang dicakup, dapat dikemukakan antara lain :
industrialisasi,

agraria

(pertanahan),

pendidikan,

kesehatan,

pertanian,

pertahanan dan keamanan, dan lain sebagainya.


4.

Dari segi tata jenjang organisasi dan tingkat kedudukan menejer, perencanaan
dapat dibedakan : (a) perencanaan haluan policy planning, (b) perencanaan
program (program planning) dan (c) perencanaan langkah operational planning.

3.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT


Soetomo (2006 : 56) menjelaskan bahwa, pembangunan masyarakat dilihat dari

mekanisme perubahan dalam rangka mencapai tujuannya, kegiatan pembangunan


masyarakat ada yang mengutamakan dan memberikan penekanan pada bagaimana
prosesnya sampai suatu hasil pembangunan dapat terwujud, dan adapula yang lebih
menekankan pada hasil material, dalam pengertian proses dan mekanisme perubahan
untuk mencapai suatu hasil material tidak begitu dipersoalkan, yang penting dalam
waktu relatif singkat dapat dilihat hasilnya secara fisik. Pendekatan yang pertama
seringkali disebut sebagai pendekatan yang mengutamakan proses dan lebih
menekankan pada aspek manusianya, sedangkan pendekatan yang kedua disebut
sebagai pendekatan yang mengutamakan hasil-hasil material dan lebih menekankan
pada target.
Secara

umum community

development adalah

kegiatan

pengembangan

masyarakat yang dilakukan secara sistematis, terencana dan diarahkan untuk


memperbesar akses masyarakat guna mencapai kondisi sosial, ekonomi dan kualitas
kehidupan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kegiatan pembangunan
berikutnya. Dengan dasar itulah maka pembangunan masyarakat secara umum ruang
lingkup program-programnya dapat dibagi berdasarkan kategori sebagai berikut :
(1) community

service,

(2) community

relation (Rudito & Budimanta, 2003 : 29, 33).

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

empowering,

dan

(3) community

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Solihin (2006), mengungkapkan tiga tahapan perencanaan pembangunan yaitu :


(1) perumusan dan penentuan tujuan, (2) pengujian atau analisis opsi atau pilihan yang
tersedia, dan (3) pemilihan rangkaian tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan dan telah disepakati bersama. Dari ketiga tahapan perencanaan
tersebut dapat didefenisikan perencanaan pembangunan wilayah atau dearah sebagai
berikut yaitu : suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor) baik umum
(publik) atau pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat stakeholder lainnya
pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan
aspek fisik, sosial, ekonomi dan aspek lingkungan lainnya. Selanjutnya Adi (2003 : 8182), pada perencanaan sosial tidak ada asumsi yang pervasif mengenai tingkat
intraktabilitas ataupun konflik kepentingan. Dalam perencanaan sosial klien lebih
dilihat sebagai konsumen dari suatu layanan (service), dan mereka akan menerima
serta memanfaatkan program dan layanan sebagai hasil dari proses perencanaan.
Suzetta (2007) menjelaskan bahwa, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 dan No. 40
Tahun 2006. Sistem perencanaan ini diharapkan dapat mengkoordinasikan seluruh
upaya pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai pelaku pembangunan sehingga
menghasilkan sinergi yang optimal dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia. Berdasarkan hal

tersebut, maka

Proses perubahan sosial (atau

pembangunan) tersebut perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi, konsisten,


dan berkelanjutan, melalui peran pemerintah bersama masyarakat dengan
memperhatikan kondisi ekonomi, perubahan-perubahan sosio-politik, perkembangan
sosial-budaya yang ada, perkembangan ilmu dan teknologi, dan perkembangan dunia
internasional atau globalisasi.

4.

PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPASI

sekarang iniIstilah partisipasimenjadi kata kunci dalam setiap program pengembangan


masyarakat dimana-mana, seolah-olah menjadi lebel baru yang harus melekat pada
setiap rumusan kebijakan dan proposal proyek. Dalam perkembangannya seringkali
diucapkan dan ditulis berulang-ulang tetapi kurang dipraktekkan, sehingga cenderung
kehilangan makna. Partisipasi sepadan dengan arti peranserta, ikutserta, keterlibatan,

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan


melakukan tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.
Asngari (2001: 29) menyatakan bahwa, penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya
pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang
itu saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta
semua pihak itu diperlukan : (1) terciptanya suasana yang bebas atau demokratis, dan
(2) terbinanya kebersamaan. Selanjutnya Slamet (2003: 8) menyatakan bahwa,
partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah sebagai ikut sertanya masyarakat
dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan pembangunan, dan ikut serta
memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Gaventa dan Valderama
(1999) dalam Arsito (2004), mencatat ada tiga tradisi konsep partisipasi terutama bila
dikaitkan dengan pembangunan masyarakat yang demokratis yaitu: 1) partisipasi
politik Political Participation, 2) partisipasi sosial Social Participation dan 3)
partisipasi wargaCitizen Participation/Citizenship, ke tiga hal tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Partisipasi

Politik, political

participation lebih

berorientasi

pada

mempengaruhi dan mendudukan wakil-wakil rakyat dalam lembaga


pemerintahan ketimbang partisipasi aktif dalam proses-proses kepemerintahan
itu sendiri.
b. Partisipasi Sosial, social

Participation partisipasi

ditempatkan

sebagai

keterlibatan masyarakat terutama yang dipandang sebagai beneficiary atau


pihak di luar proses pembangunan dalam konsultasi atau pengambilan
keputusan dalam semua tahapan siklus proyek pembangunan dari evaluasi
kebutuhan sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi.
c. Partisipasi
Warga, citizen
participation/citizenshipmenekankan

pada

partisipasi langsung warga dalam pengambilan keputusan pada lembaga dan


proses kepemerintahan. Partisipasi warga telah mengalihkan konsep
partisipasi dari sekedar kepedulian terhadap penerima derma atau kaum
tersisih menuju ke suatu kepedulian dengan berbagai bentuk keikutsertaan
warga dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan keputusan di berbagai
gelanggang kunci yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Pembangunan partisipatif yaitu pembangunan yang memposisikan masyarakat


sebagai subyek atas program pembangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan
mereka sendiri. Pelibatan masyarakat mulai dari tahap perencanaan-pelaksanaanmonitoring-evaluasi. Pengerahan massa (mobilisasi) diperlukan jika program berupa
padat karya.
Prinsip prinsip pembangunan partisipatif:
Perencanaan program harus berdasarkan fakta
Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik,
ekonomi dan sosialnya
Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam masyarakat
Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
Pelibatan sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada
Program hendaknya memuat program jangka pendek dan jangka panjang
Memberi kemudahan untuk evaluasi
Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga
(KUWAT) yang tersedia.
Proses Perencanaan Pembangunan Partisipasi menurut Ndraha (1990 : 104)
menyatakan bahwa, dalam menggerakkan perbaikan kondisi dan peningkatan taraf
hidup masyarakat, maka perencanaan partisipasi harus dilakukan dengan usaha : (1)
perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (felt need),
(2) dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya
jawaban (response), dan (3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi
membangkitkan tingkah laku (behavior). Dalam perencanaan yang partisipatif
(participatory planning), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang
turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi
rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar
dalam penyusunan sebuah produk rencana. Menurut Slamet (2003 : 11) menegaskan
bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui proses perencanaan partisipasi perlu
didekati dengan berbagai cara yaitu : (1) penggalian potensi-potensi dapat dibagung
oleh masyarakat setempat, (2) pembinaan teknologi tepat guna yang meliputi
penciptaan, pengembangan, penyebaran sampai digunakannya teknologi itu oleh
masyarakat pedesaan, (3) pembinaan organisasi usaha atau unit pelaksana yang

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat guna untuk mencapai tujuan


pembangunan, (4) pembinaan organisasi pembina/pendukung, yang menyambungkan
usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu warga masyarakat
pedesaan dengan lembaga lain atau dengan tingkat yang lebih tinggi (kota, kecamatan,
kabupaten, propinsi, nasional), (5) pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang
mencakup input, biaya kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang serasi
untuk pembangunan.
Cahyono (2006), proses perencanaan pembangunan berdasarkan partisipasi
masyarakat harus memperhatikan adanya kepentingan rakyat yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga itu dalam proses perencanaan
pembangunan partisipasi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : (1)
perencanaan program harus berdasarkan fakta dan kenyataan dimasyarakat, (2)
Program harus memperhitungkan kemampuan masyarakat dari segi teknik, ekonomi
dan sosialnya, (3) Program harus memperhatikan unsur kepentingan kelompok dalam
masyarakat, (4) Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program (5) Pelibatan
sejauh mungkin organisasi-organisasi yang ada (6) Program hendaknya memuat
program jangka pendek dan jangka panjang, (7) Memberi kemudahan untuk evaluasi,
(8) Program harus memperhitungkan kondisi, uang, waktu, alat dan tenaga (KUWAT)
yang tersedia.
Unsur penting partisipasi
a. Rasa senang;
b. kesukarelaan untuk membantu kelompok;
c. Unsur tanggung jawab;
d. Keterlibatan mental dan perasaan

Kelebihan Dan Kekurangan Kegiatan Bottom Up Planing (Partisipasi)


KELEBIHAN

KELEMAHAN

Perencanaan yang dihasilkan

Tidak selamanya hubungan pemerintah

merupakan suatu perencanaan

dan masyarakat akan berjalan

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

10

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

partisipatif
Masyarakat memiliki andil yang
cukup besar dalam memberikan
masukan kepada pemerintah dalam

baik,karena adanya selisih paham yan


muncul serta adanya ide yang berbeda
yang akan menyebabkan keracunan
kerena kurang jelasnya pembagian

menjalankan suatu program.


Merupakan perencanaan yang tepat

tugas atara pemerintah dan

sasaran karena sesuai kebutuhan dan

masyarakat.
Lebih memakan waktu, biaya dan

keinginan masyarakat karena info


dan ide yang berasal dari masyarakat

tenaga yang lama karena harus adanya


singkronisasi

itu sendiri sehingga masyarakat yang


paling mengerti apa yang mereka
butuhkan.
Mayarakat terpacu lebih kraetif
dalam mengeluarkan ide karena
peran mereka yang cukup besar
dalam proses perencanaan
Masyarakat dilibatkan dalam prose
dari awal hingga akhir sehingga
masyarakat dapat memiliki dan
tanggung jawab terhadap
perencanaan pembangunan yang
mereka lakukan

Sebagai Contoh Pembangunan Partisipatif :

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM


NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI
(PNPM MANDIRI)

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

11

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama


yang berbasis pemberdayaan masyarakat.Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri di
lapangan perlu adanya sinergi dari masyarakat, pemerintah daerah dan kelompok
peduli (swasta, asosiasi, perguruan tinggi, media, LSM, dll) serta kemitraan diantara
ketiganya. Untuk itu agar semua pihak terlibat dalam program tersebut wajib
bersosialisasi ke masyarakat luas secara intensif. Pelaksanaan PNPM Mandiri secara
benar dapat membangun optimisme bersama yang kuat sebagai bangsa dalam
memerangi musuh utama kita saat ini, yakni kemiskinan dan kebodohan. Melalui
PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan
yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga
pemantauan dan evaluasi. Melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis
dan

kemandirian

masyarakat,

terutama

masyarakat

miskin,

dapat

ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan sebagai obyek melainkan subyek upaya


penanggulangan kemiskinan.
PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat
yang dilaksanakan oleh berbagai departemen atau sektor dan pemerintah daerah.
Pelaksanaan

PNPM

Mandiri

juga

harus

memprioritaskan

pada

desa-desa

tertinggal.Dengan pengintegrasian berbagai program pemberdayaan masyarakat ke


dalam kerangka kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat
diperluas hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya untuk menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara
individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya
peningkatan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraannya. Pemberdayaan
masyarakat memerlukan keterlibatan yang lebih besar dari perangkat pemerintah
daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin
keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai. PNPM Mandiri hendak nya dapat
meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat miskin, kelompok
perempuan, komunitas adat terpencil, dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan
dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan
pembangunan. Sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi, perguruan
tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, dan kelompok peduli
lainnya, merupakan langkah untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

12

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

kemiskinan. Inovasi dan pemanfaatan tekhnologi tepat guna, media informasi dan
komunikasi

dalam

pemberdayaan

masyarakat

juga

menentukan

dalam

hal

penanggulangan kemiskinan.
Dalam mencapai tujuan PNPM Mandiri, hendaknya pelaksanaan PNPM
memiliki beberapa prinsip yang bertumpu pada pembangunan manusia. Masyarakat
harus terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan pembangunan
dan secara gotong royong menjalankan pembangunan. Kesetaraan dan keadilan gender
mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam
menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan. Setiap pengambilan keputusan
pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi
pada kepentingan masyarakat miskin. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai
terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan
kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggungjawabkan baik secara
moral, teknis, legal, maupun administratif. Pemerintah dan masyarakat harus
memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan
mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. Semua pihak
yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan
kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan
kemiskinan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan
peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan
dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Semua aturan, mekanisme dan prosedur
dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan
mudah dikelola, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.
Masyarakat

yang

mandiri

diwujudkan

melalui

serangkaian

kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan, dan dimanfaatkan oleh


masyarakat sendiri. Melalui kegiatan yang dilakukan dari, untuk, dan oleh masyarakat,
diharapkan upaya penanggulangan kemiskinan dapat berjalan lebih efektif. Untuk
harmonisasi dan sinergi pelaksanaan berbagai program pemberdayaan. Komponen
pengembangan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun
kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pemetaan potensi,
masalah dan kebutuhan masyarakat, perencanaan partisipatif, pengorganisasian,

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

13

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

pemanfaatan sumberdaya, pemantauan, dan pemeliharaan hasil-hasil yang telah


dicapai. Untuk mendukung rangkaian kegiatan tersebut, haruslah disediakan dana
pendukung

kegiatan

pembelajaran

masyarakat,

pengembangan

relawan,

dan

operasional pendampingan masyarakat; dan fasilitator, pengembangan kapasitas,


mediasi dan advokasi. Peran fasilitator terutama pada saat awal pemberdayaan,
sedangkan relawan masyarakat adalah yang utama sebagai motor penggerak
masyarakat di wilayahnya. Komponen bantuan pengelolaan dan pengembangan
program meliputi kegiatan-kegiatan untuk mendukung pemerintah dan berbagai
kelompok peduli lainnya dalam pengelolaan kegiatan seperti penyediaan konsultan
manajemen, pengendalian mutu, evaluasi, dan pengembangan program. Lokasi PNPM
Mandiri diutamakan pada kecamatan yang memiliki jumlah penduduk miskin cukup
besar, tingkat pelayanan dasar rendah, tingkat kapasitas fiskal rendah, dan memiliki
desa tertinggal. Untuk itu perlu dilakukan serangkaian konsolidasi data, informasi
rencana dan kegiatan serta sasaran, agar harmonisasi pelaksanaan program dapat
terjadi.
Perencanaan partisipatif bertujuan untuk memberikan ruang seluas-luasnya
kepada warga masyarakat baik laki-laki maupun perempuan terutama rumah tangga
miskin untuk terlibat secara aktif dalam penggalian gagasan atau identifikasi
kebutuhan dan pengambilan keputusan perencanaan pembangunan. Kualitas
perencanaan partisipatif dapat diketahui dari jumlah warga yang hadir, kualitas
pendapat, gagasan, usulan, serta dokumen perencanaan yang diputuskan. Perencanaan
partisipatif di desa dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat melalui
sosialisasi di masyarakat, pertemuan masyarakat, refleksi kemiskinan. Hal yang harus
diperhatikan dalam perencanaan partisipatif PNPM Mandiri adalah keterlibatan
perangkat pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa dalam memfasilitasi
masyarakat. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan kapasitas perangkat
pemerintahan desa dalam menjaring aspirasi, permasalahan, dan potensi masyarakat
secara nyata.
Pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri dilakukan oleh masyarakat secara
swakelola berdasarkan prinsip otonomi dan difasilitasi oleh perangkat pemerintahan
yang dibantu oleh fasilitator atau konsultan. Tahap pelaksanaan kegiatan dilakukan

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

14

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

setelah proses perencanaan selesai dan telah ada keputusan tentang pengalokasian dana
kegiatan. Pelaksanaan kegiatan meliputi pemilihan dan penetapan tim pengelola
kegiatan, pencairan atau pengajuan dana, pengerahan tenaga kerja, pengadaan barang
dan jasa, serta pelaksanaan kegiatan yang diusulkan. Personil tim pengelola kegiatan
yang dipilih dan ditetapkan oleh masyarakat, bertanggung jawab dalam realisasi fisik,
keuangan, serta administrasi kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan sesuai rencana.
Pada pelaksanaan kegiatan secara swakelola, apabila dibutuhkan barang dan jasa
berupa bahan, alat, dan tenaga ahli (konsultan) perseorangan yang tidak dapat
disediakan atau tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarakat, maka dinas teknis
terkait dapat membantu masyarakat untuk menyediakan kebutuhan tersebut. Untuk
mendukung pengendalian pelaksanaan PNPM Mandiri, sistem pemantauan dan
pengawasan yang harus dilakukan meliputi pemantauan dan pemeriksaan partisipatif
oleh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pemantauan dan pemeriksaan dari
mulai perencanaan partisipatif tingkat desa hingga kabupaten atau kota dan
pelaksanaan PNPM Mandiri.
Pemantauan dan pemeriksaan oleh Pemerintah juga harus dilakukan secara
berjenjang dan bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan PNPM Mandiri
dilaksanakan sesuai dengan prinsip dan prosedur yang berlaku dan dana dimanfaatkan
sesuai dengan tujuan program. Pemantauan dan pengawasan oleh Konsultan dan
Fasilitator mesti dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional, regional, provinsi,
kabupaten atau kota, kecamatan dan desa. Kegiatan ini dilakukan secara rutin dengan
memanfaatkan sistem informasi pengelolaan program dan kunjungan rutin ke lokasi
program. Pengawasan melekat juga dilakukan oleh fasilitator dalam setiap tahapan
pengelolaan program dengan maksud agar perbaikan dan penyesuaian pelaksanaan
program dapat dilakukan dengan segera. PNPM Mandiri pun harus menjamin
keterbukaan dalam melakukan pemantauan independen oleh berbagai pihak, antara
lain, LSM, universitas, wartawan yang ingin melakukan pemantauan secara
independen terhadap PNPM Mandiri dan melaporkan temuannya kepada proyek atau
instansi terkait yang berwenang.
PNPM Mandiri perlu mengacu pada beberapa prinsip. Adapun prinsip itu adalah
semua bentuk intervensi program dan berbagai aturan tidak boleh berbenturan atau

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

15

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

mengesampingkan dan menghilangkan tatanan sosial masyarakat yang sudah mapan,


seperti: keswadayaan masyarakat, gotong royong. Bahkan sebaliknya, harus
dikondisikan untuk membatasi perilaku menyimpang yang bakal timbul dalam
pelaksanaan dan mungkin juga intervensi diantara para pelaku. Semua aturan baik
formal maupun informal yang diterapkan dalam PNPM Mandiri merupakan akumulasi
dari kebutuhan riil masyarakat.
Berbagai desain kelembagaan perlu disertai dimensi tata kelola yang baik yang
ditujukan untuk meminimalisasi dampak sosial dan lingkungan yang bakal muncul.Hal
yang perlu diperhatikan untuk mencapai kesuksesan pada tahap ini adalah bantuan
pendanaan yang merupakan faktor utama penggerak proses pemberdayaan masyarakat
dibandingkan pada tahap lainnya. Keberadaan bantuan pendanaan merupakan media
untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa mereka mampu menyusun perencanaan
dan melaksanakan pembangunan bagi masyarakat dan daerahnya sendiri. Disediakan
bantuan pendanaan dan pendampingan secara khusus terhadap perempuan, atau
kelompok lain yang terpinggirkan.

Kelemahan Dari PNPM Mandiri :


1.
Meskipun secara konseptual proyek-proyek infrastruktur disusun dan diusulkan
oleh masyarakat miskin, elite desa (seperti kepala desa dan anggota LKMD)
2.

berperan sangat dominan.


Pencairan dana PNPM Mandiri sering kali mengalami keterlambatan. Hal itu
membuat pengerjaan proyek melenceng dari yang semula direncanakan.
Keterlambatan pencairan dana sering memaksa suatu proyek infrastruktur

3.

dilakukan dengan tergesa-gesa.


Meskipun pemerintah menempatkan PNPM Mandiri sebagai program andalan
untuk menekan angka kemiskinan, sayangnya tidak pernah ada evaluasi resmi
yang dilakukan pemerintah untuk mengidentifikasi permasalahan dan kelemahan

4.

yang bisa mengganggu keefektifan program itu.


Terdapat indikasi bahwa dana PNPM Mandiri rawan tersalur ke kelompok bukan
sasaran (orang miskin). Ini terjadi karena di satu sisi, jumlah dana yang tersalur
ke suatu kecamatan/desa didasarkan pada pendekatan individu. Artinya, besar
kecilnya dana ditentukan oleh jumlah orang miskin di kecamatan/desa yang
bersangkutan.

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

16

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Di sisi lain, proyek-proyek yang dibiayai dana PNPM, baik SPP (simpan pinjam
perempuan) maupun non SPP (infrastruktur dan pelatihan), didasarkan pada
pendekatan kelompok.Karena itu, sangat mungkin orang miskin di luar kelompok
5.

pengusul tidak bisa menikmati manfaat PNPM Mandiri.


Masyarakat memiliki skill yang terbatas untuk membangun proyek infrastruktur
secara mandiri. Tidak mengherankan bila banyak proyek infrastruktur dibangun
bukan merupakan kebutuhan utama dengan kualitas rendah.

Solusi :
1.
Untuk mencapai tujuan seperti yang diharapkan, hendaknya dana PNPM Mandiri
ini disalurkan kepada masyarakat miskin, yang berhak untuk mendapatkannya,
disinilah peran dari para fasilitator desa untuk dapat mengawasi jalannya
2.

program ini agar sesuai arah dan tujuannya.


Untuk mendapatkan hasil kerja yang sesuai spesifikasi (untuk bidang
infrastruktur), diharapkan PNPM Mandiri memberikan pelatihan untuk
meningkatkan skill masyarakat.
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bentuk partisipasi

masyarakat terhadap PNPM Mandiri adalah partisipasi yang positif, karena masyarakat
mendukung program yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri. Sifat partisipasi yang
diberikan oleh masyarakat terhadap PNPM Mandiri adalah mandiri, karena
keikutsertaan masyarakat dalam program ini tanpa adanya mobilisasi dari pihak
manapun, jadi masyarakat ikut serta secara sukarela.

5.

PEMBANGUNAN NON PARTISIPATIF (TOP DOWN)


Pembangunan Non Partisipatif menurut Suzetta (1997) adalah proses

perencanaan yang dirancang oleh lembaga /departemen /daerah menyusun rencana


pembangunan sesuai dengan wewenang dan fungsinya.
perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan
awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang
berwal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu
berpengaruh.Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan
perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci.
Rencana rinci yang berada di "bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

17

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

"atas". Pendekatan perencanaan sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan


perencanaan dari atas ke bawah, karena target yang ditentukan secara nasional
dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di seluruh Indonesia yang
mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal pembangunan,
pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba terbatasnya
sumber daya pembangunan yang tersedia.Pendekatan top-down planning, adalah
pendekatan pembangunan di mana penentuan keputusan tidak menampung semua
aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan keputusan bagian tertentu
dalam kelompok. Top-down planningmerupakan model perencanaan yang dilakukan
dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil keputusan
adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain
terkait dengan pemerintahan, perencanaantop-down planning atau perencanaan atas
adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana
masyarakat sebagai pelaksana saja.
Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top-down yang diterapkan diera
orde baru menghasilkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang menakjubkan
secara presentase. Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan
bidang-bidang sosial yang lain sehingga muncullah ketimpangan pembangunan.
Ketimpangan pembangunan dibeberapa daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep,
tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan dalam menterjemahkan konsep tersebut ke
dalam program operasional yang mantap. Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh
rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa juga karena ketidakcocokan
(rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah Pusat dengan kondisi
daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi kesempatan
untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau
merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi
apatis terhadap pembangunan, masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan
pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi
pemerintah.
Filosofi Perencanaan top down
a. Dilaksanakan oleh sekelompok elite politik;

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

18

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

b. Melibatkan lebih banyak teknokrat;


c. Mengandalkan otoritas dan diskresi;
d. Mempunyai argumen untuk meningkatkan efisiensi, penegakan peraturan,
konsistensi input-target-output, dan publik/ masyarakat masih sulit dilibatkan.
Kelebihan Dan Kekurangan Kegiatan Top-Down Planing (Non-Partisipasi)
KELEBIHAN

KELEMAHAN

Masyarakat tidak perlu bekerja dan

Kurangnya peran aktif masyarakat

memberikan masukan, karena

dikarenakan dominasi peran

rencana tersebut dapat berjalan

pemerintah (steakholder) dibandingkan

sendiri karena peran pemerintah yang

peran masyarakat, yang merupakan

optimal
Hasil yang dikeluarkan bisa optimal

target dari suatu perencanaan


Masyarakat hanya berperan sebagai

karena biaya yang dikeluarkan

objek penerima keputusan tanpa

ditanggung oleh pemerintah


Lebih cepat dalam mengambil

mengetahui jalannya proses

keputusan karena keputusan hanya

pembentukan rencana dai awal hingga

berasal dari salah satu pihak dan

akhir perencanaan tersebut


Adanya suatu perencanaan yang tidak

bukan merupakan kesepakatan.

tepat sasaran dikarenakan apa yang


diperlukan oleh masyarakat tidak dapat
diakomodir oleh pemerintah
disebabkan pemerintah yang tidak
mengerti kebutuhan mayarakat
Rawannya terjadi konflik antara pihak
pemerintah dan masyarakat

6.

TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan perencanaan menurut Stephen Robbins dan Mary Coulter dalam

Wikipedia adalah (1) memberikan pengarahan yang baik; (2) mengurangi


ketidakpastian; (3) meminimalisir pemborosan; (4) menetapkan tujuan dan standar
yang digunakan dalam fungsi selanjutnya yaitu proses pengontrolan dan evaluasi.
Tujuan perencanaan dari masing-masing proses perencanaan sebagai berikut :
a.

Perencanaan teknokrat

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

19

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Tujuannya

untuk

membangun

perencanaan

strategis

dan

perencanaan

kontingensi, menetapkan ketentuan-ketentuan, standar, prosedur petunjuk


pelaksanaan serta evaluasi, pelaporan dan langkah taktis untuk menopang
organisasi (Tomatala, 2010).
2.

Perencanaan partisipatif
Tujuannya agar masyarakat diharapkan mampu mengetahui permasalahannya
sendiri di lingkungannya, menilai potensi SDM dan SDA yang tersedia, dan
merumuskan solusi yang paling menguntungkan.

3.

Perencanaan top down


Tujuannya adalah untuk menyeragamkan corak, karena perencanaan top down
menurut Djunaedi (2000) dalam kegiatan perencanaan kota dan daerah dilakukan
dengan mengacu pada corak yang seragam yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dan mengikuti juklak dan juknis (petunjuk pelaksanaan dan petunjuk
teknis).

4.

Perencanaan bottom up
Tujuan adalah untuk menghimpun masukan dari bawah, karena menurut
Sumarsono (2010), apabila di Indonesia perencanaan bottom up dimulai dari
tingkat desa, yang biasanya dihadiri oleh mereka yang ditunjuk peraturan
perundangan ataupun kebijakan lain, misalnya melalui kegiatan Musyawarah
Pembangunan Desa (Musbangdes) atau Musyawarah Rencana Pembangunan
Desa (Musrenbangdes).

7.

PRINSIP PERENCANAAN
Secara umum prinsip perencanaan menurut Abe dalam Ovalhanif (2009) adalah:
1.

Apa yang akan dilakukan, yang merupakan jabaran dari visi dan misi;

2.

Bagaimana mencapai hal tersebut;

3.

Siapa yang melakukan;

4.

Lokasi aktivitas;

5.

Kapan akan dilakukan, berapa lama;

6.

Sumber daya yang dibutuhkan.

Prinsip-prinsip perencanaan menurut Prinsip-prinsip Penyusunan Renstra Satuan


Kerja Perangkat Daerah/SKPD (2007) sebagai berikut :
A. Prinsip-prinsip perencanaan teknokratis:

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

20

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

1.

Ada rumusan isu dan permasalahan pembangunan yang jelas;

2.

Ada rumusan prioritas isu sesuai dengan urgensi, kepentingan, dan dampak
isu terhadap kesejahteraan masyarakat;

3.

Ada rumusan tujuan pembangunan yang memenuhi kriteria SMART


(specific, measurable, achievable, result oriented, time bound);

4.

Ada rumusan alternatif strategi untuk pencapaian tujuan;

5.

Ada rumusan kebijakan untuk masing-masing strategi;

6.

Ada pertimbangan atas kendala ketersediaan sumberdaya dan dana;

7.

Ada prioritas program;

8.

Ada tolok ukur dan target kinerja capaian program;

9.

Ada pagu indikatif program;

10. Ada kejelasan siapa bertanggungjawab untuk mencapai tujuan, sasaran, dan
hasil, serta waktu penyelesaian termasuk tinjau ulang kemanjuan pencapaian
sasaran;
11. Ada kemampuan untuk menyesuaikan dari waktu ke waktu terhadap
perkembangan internal dan eksternal yang terjadi;
12. Ada evaluasi terhadap proses perencanaan yang dilakukan;
13. Ada komunikasi dan konsultasi berkelanjutan dari dokumen yang
dihasilkan;
14. Ada instrumen, metodologi, pendekatan yang tepat digunakan untuk
mendukung proses perencanaan.
B. Prinsip-prinsip perencanaan partisipatif:
1.

Ada identifikasi stakeholders yang relevan untuk dilibatkan dalam proses


perumusan visi, misi, dan agenda SKPD serta dalam proses pengambilan
keputusan penyusunan renstra SKPD;

2.

Ada kesetaraan antara government dan non government stakeholders dalam


pengambilan keputusan;

3.

Ada transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan;

4.

Ada keterwakilan yang memadai dari seluruh segmen masyarakat, terutama


kaum perempuan dan kelompok marjinal;

5.

Ada sense of ownership masyarakat terhadap renstra SKPD;

6.

Ada pelibatan media;

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

21

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

7.

Ada konsensus atau kesepakatan pada semua tahapan penting pengambilan


keputusan seperti perumusan prioritas isu dan permasalahan, perumusan
tujuan, strategi, dan kebijakan, dan prioritas program.

C. Prinsip-prinsip perencanaan top down:


1.

Ada sinergi dengan RPJM Nasional dan Renstra Kementerian/Lembaga;

2.

Ada sinergi dan konsistensi dengan RPJPD dan RPJMD;

3.

Ada sinergi dan konsistensi dengan RTRWD;

4.

Ada sinergi dan komitmen pemerintah terhadap tujuan-tujuan pembangunan


global

Millenium

Development

Goals;

Sustainable

Development,

pemenuhan HAM, pemenuhan air bersih dan sanitasi, dan sebagainya.


D. Prinsip-prinsip perencanaan bottom up :
1.

Ada penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat untuk melihat


konsistensi dengan visi, misi dan program Kepala Daerah terpilih;

2.

Memperhatikan hasil proses musrenbang dan kesepakatan

dengan

masyarakat tentang prioritas pembangunan daerah;


3.

Mempertimbangkan hasil Forum Multi Stakeholders SKPD;

4.

Memperhatikan hasil Proses Penyusunan Renstra SKPD.

Sedangkan menurut Sumarsono (2010) prinsip perencanaan teknokrat dan


partisipatif, dijelaskan sebagai berikut: pertama, prinsip perencanaan teknokrat yaitu
dilakukan secara sepihak oleh para teknokrat yang duduk di struktur pemerintah, tidak
melibatkan warga masyarakat, sehingga perencanaan pembangunan biasanya justru
tidak sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan, karena seringkali jauh dari harapan
dan kebutuhan masyarakat. Masyarakat dibiarkan menjadi penonton saja. Kedua,
prinsip perencanaan partisipatif yaitu masyarakat sebagai subyek pembangunan dalam
arti memberikan peluang masyarakat untuk menggunakan hak-hak politiknya untuk
memberikan masukan dan aspirasi dalam penyusunan perencanaan pembangunan.
8.

FILOSOFI PERENCANAAN PROGRAM


Menurut Ovalhanif (2009), filsafat perencanaan adalah suatu studi tentang

prinsip-prinsip dalam proses dan mekanisme perencanaan secara mendalam, luas, dan
menyeluruh berdasarkan filsafat antologis, epistemologis, dan aksiologis.

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

22

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

Filsafat perencanaan juga diharapkan akan dapat menguraikan beberapa


komponen penting perencanaan dalam sebuah perencanaan yakni tujuan apa yang
hendak dicapai, kegiatan tindakan-tindakan untuk merealisasikan tujuan dan waktu
kapan bilamana tindakan tersebut hendak dilakukan.
Kerangka pikir dari filosofi perencanaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.

Strategi

perencanaan

adalah

untuk

membentuk/membuat

suatu

konsep/konteks untuk keputusan dalam kelembagaan;


2.

dan proses perencanaan adalah untuk merumuskan arah pelembagaan dan


berusaha untuk lebih baik;

3.

Hasil yang diinginkan dari proses perencanaan adalah untuk menyajikan


suatu dokumen yang penting, berguna bagi semua orang.

Filosofi perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan,


program dan kegiatan yang realitas dengan mengantisipasi perkembangan masa depan.
1.

Filosofi Perencanaan Teknokrat


a. Dilaksanakan oleh kelompok teknorat;
b.

Keberadaan dimensi politik sebagai elemen yang secara signifikan


mempengaruhi proses dan hasil perencanaan;

c. Perencanaan dipersepsikan menjadi sebagai alat pengambilan keputusan yang


bebas nilai dan tidak ada urusannya dengan kepentingan dan proses politik yang
dilakukan oleh para politikus dan pengambil keputusan. Politik sebagai elemen
bebas yang menganggu keseimbangan dalam proses perencanaan yang terjadi;
d. Menempatkan masyarakat sebagai objek rekayasa dan politik sebagai sebuah
elemen irasional dan varian yang harus dihindari;
e. Produk

perencanaan

memiliki

posisi

yang

sangat

signifikan

dalam

mentransformasi masyarakat.
2.

Filosofi Perencanaan Partisipatif


Menekankan adanya peran serta aktif dari masyarakat dalam merencanakan

pembangunan mulai dari pengenalan wilayah, pengidentifikasian masalah sampai


penentuan skala prioritas.
3.

Filosofi Perencanaan top down


f. Dilaksanakan oleh sekelompok elite politik;
g. Melibatkan lebih banyak teknokrat;

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

23

Teori Perencanaan dan Pembangunan


Manajemen Prasarana Perkotaan (MPP)

h. Mengandalkan otoritas dan diskresi;


i. Mempunyai argumen untuk meningkatkan efisiensi, penegakan peraturan,
konsistensi input-target-output, dan publik/ masyarakat masih sulit dilibatkan.
4.

Filosofi Perencanaan bottom up


a. Dilaksanakan secara kolektif;
b. Mengandalkan persuasi;
c. Mempunyai argumen untuk meningkatkan efektivitas, meningkatkan kinerja
(performance, outcome), merupakan social virtue (kearifan sosial), serta
masyarakat diasumsikan sudah paham hak-hak dan apa yang mereka butuhkan.

Tugas:
Pembangunan Partisipatif dan Non Partisipatif

24

Anda mungkin juga menyukai