Anda di halaman 1dari 41

PL 3111 Perencanaan Kota

Modul 3
PERKEMBANGAN PENDEKATAN
DALAM PERENCANAAN KOTA

Dr. Ir. Iwan Kustiwan, MT


Program Studi PWK SAPPK ITB
Modul 3
PERKEMBANGAN PENDEKATAN
DALAM PERENCANAAN KOTA
1. Perencanaan Kota sebagai Intervensi
terhadap Perkembangan Kota
2. Evolusi Pendekatan Perencanaan Kota
3. Pendekatan Perencanaan Kota
Berdasarkan Karakteristik/Sifat
4. Pendekatan Perencanaan Kota
Berdasarkan Metoda
5. Perencanaan Komprehensif Vs.
Perencanaan Strategis
Perencanaan Kota
sebagai Intervensi thd Perkembangan Kota

Pesatnya pertumbuhan penduduk Perencanaan Kota


perkotaan menjadi implikasi
pembangunan dan industrialisasi Aktivitas merencanakan suatu ruang
tertentu, dalam hal ini kawasan perkotaan,
Terbatasnya ruang perkotaan serta dengan mempertimbangkan semua faktor
masih belum terpenuhinya secara fisik-tata ruang, ekonomi, sosial-
memadai pelayanan prasarana dan kependudukan, sosial-budaya, yang
sarana perkotaan memengaruhi perkembangan kota

Perencanaan kota
Intervensi di dalam proses alokasi sumberdaya, khususnya
terhadap lahan dan kegiatan-kegiatan di atasnya, dalam sistem
aktivitas kota dan regional oleh otoritas publik yang sah untuk
mencapai hasil yang diinginkan, dengan menggunakan sarana yang
sesuai. (Minnery, 1986)
Tantangan Pertumbuhan Kota
dan Kebutuhan Perencanaan Kota (1)

Tantangan pertumbuhan penduduk Ketersediaan Kebutuhan


perkotaan: sumber daya Prasarana, sarana
perkotaan dan utilitas
1. Kebutuhan sarana-prasarana perkotaan
2. Keterbatasan sumber daya perkotaan:
• sumber daya alam (ruang/lahan, air)
• sumber daya fisik (bangunan, permukiman,
jalan, sarana-prasarana)
• sumber daya sosial ekonomi
• sumber daya sosial budaya
3. Masalah perkotaan:
• Pemanfaatan ruang perkotaan
• Kebutuhan sarana-prasarana yang meningkat
• Kesemrawutan, kemacetan lalu lintas, kawasan
kumuh, polusi,
Tantangan Pertumbuhan Kota
dan Kebutuhan Perencanaan Kota (2)

Penurunan
kualitas Masalah Kebutuhan Perencanaan Kota
lingkungan Perkotaan
perkotaan • Dengan adanya keterbatasan
sumber daya perkotaan, diperlukan
suatu upaya yang terencana untuk
Penurunan
kualitas
mengintervensi perkembangan
peleyanan
kota yang terjadi secara alamiah
sarana
prasarana • Peningkatan livabilitas, baik untuk
masa sekarang maupun masa yang
Penggunaan akan datang
ruang yang
• Pencegahan dampak negatif
tidak tertib peningkatan kepadatan penduduk
perkotaan terhadap kondisi
lingkungan perkotaan
Sepuluh Alasan Kota yang berkembang Mensenergikan

Perlunya harus mempunyai perencanaan pembangunan


kerangka pertumbuhan secara kolektif
Perencanaan
Kota Mengantisipasi manfaat Perspektif wilayah yang
dari perkembangan lebih luas membantu kota
yang telah ada mencapai penghematan
skala ekonomi
Perencanaan membantu
pengelola kota membuat Keberlanjutan
perubahan, secara meningkatkan kredibilitas
bertahap
Antisipatif terhadap
Bentuk perkotaan persoalan lebih efektif
dikembangkan berbeda dari pada reaktif
UN Habitat, 2012.
Urban Planning Mengarahkan dampak Kerangka perencanaan
for City Leaders positif terhadap yang jelas menunjukkan
ekonomi perkotaan konsistensi kebijakan
Lingkup Intervensi Pemerintah
dalam Pembangunan Perkotaan
Peraturan perundangan,
Perlindungan perlindungan thd hak azasi,
publik hak milik
Mekanisme pajak progresif,
kebijaksanaan subsidi
Redistribusi pendapatan Pengaturan thd
dan kesejahteraan aktivitas swasta

Terkait kepentingan umum


(insentif, disinsentif, perpajakan
dan sistem harga)
Koordinasi pemerintah dan
swasta; penggunaan regulatory Fungsi Pelayanan
powers, penggunaan secara pembangunan publik
selektif pengeluaran publi Prasarana, sarana
dan utilitas perkotaan

Sumber: Devas & Rakodi, 1992


Kepentingan Umum (Public Interest)

Dalam perencanaan kota, kepentingan umum menjadi


perhatian utama di atas kepentingan perorangan: Kesehatan,
keselamatan,
• Kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan kenyamanan

• Kualitas lingkungan
• Pemerataan Kepentingan Kualitas
• Keindahan lain
Kepentingan
lingkungan

• Kepentingan lainnya: Umum


• perlindungan moral masyarakat;
• peningkatan pendapatan pemerintah kota;
• dampak perubahan struktur ekonomi kota
• pelestarian warisan budaya dan lingkungan;
• penyediaan angkutan umum; Keindahan Pemerataan
• penyediaan, pemeliharaan, perbaikan prasarana fisik;
• penyediaan perumahan murah.
Instrumen Intervensi
dalam Perencanaan dan Manajemen Perkotaan

Mekanisme/ Land use Public Infrastruktur


Instrumen services

Regulasi

Fiskal
Penyediaan
langsung oleh
pemerintah
Modul 3.2
EVOLUSI PENDEKATAN
PERENCANAAN KOTA
PL 3111 Perencanaan Kota
Evolusi Pendekatan
dalam Perencanaan Kota
Pada mulanya perencanaan kota
berasal dari architecture dan public
health engineering
Secara historis perencanaan kota
menyangkut peletakan dan estetika
dari bangunan dan penggunaan
lahan

Town planning:
“the art and science of ordering the
use of land and the character and
siting of buildings and
communication routes so as to
secure and maximise the practicable
degree of economy, convenience and
beauty”
(Keeble, 1964)
Evolusi Pendekatan
dalam Perencanaan Kota (2)
Dekade 1960 -1970
Perencanaan kota mulai mengadopsi
pendekatan yang lebih rasional,
sistematik dan komprehensif.

Planning:
• a process for determining
appropriate future actions
thought a sequence of choices
(Davidoff, 1962)
• the application of scientific
method to policy-making
(Faludi, 1973)
Evolusi Pendekatan
dalam Perencanaan Kota (3)
Dekade 1970-1980
• Perencanaan kota menjadi lebih luas dari sekedar
perncanaan fisik, sehingga menyangkut juga faktor-
faktor ekonomi, sosial dan politik yang
memengaruhi pembangunan kota.
• Physical planning is concerned with the design,
growth and management of the physical
environment, in accordance with predetermined
and agreed policies, whereby balanced social and
economic objectives may be achieved (Franklin,
1979)
• Planning: Mechanism to provide an environment
for living which all may desire but which would not
be attained throught the fragmented decisions of
individual. It is a means to organise the public
goods of society
(Taylor & William, 1982)
Dekade 1990-an:
Perubahan karakteristik perkembangan perkotaan
Pengaruhnya terhadap Pendekatan Perencanaan Kota Dekade 1990-an
Perkembangan kota

7.Keterbatasan kapasitas

Kapasitas Kelembagaan
1.Perkembangan kota sukar 4.3. Kendala keterbatasan

Proses Perencanaan
dikendalikan sehingga harus sumberdaya yang dihadapi kelembagaan dalam
direncanakan dan pemerintah, baik secara nasional perencanaan dan
diakomodasikan. maupun lokal
5.Kenyataan bahwa standar
pelaksanaan program
2.Pengambilan keputusan dalam
pembangunan kota lebih pelayanan sulit diterapkan pada rencana
banyak dilakukan oleh masyarakat: isu affordability, 8.Keterbatasan
perorangan atau organisasi, cost recovery, equity dan kemampuan
bukan semata-mata oleh replicability.
pemerintah.
kelembagaan law
6.Proses perencanaan bukan
3.Keterbatasan pemerintah merupakan proses linier enforcement
dalam memengaruhi sistem melainkan suatu proses yang 9.Kesadaran bahwa
kota secara efektif sehingga menerus dan berulang (iteratif). pendekatan
aspek tersebut diserahkan inkremental seringkali
kepada mekanisme pasar.
lebih penting.
Evolusi Pendekatan
dalam Perencanaan Kota (4)
Dekade 1990-an
Isu dalam perencanaan kota:
1. Kritik terhadap perencanaan Tantangan Perencanaan kota:
perencanaan kota ‘tradisional’ • Perluasan peran/tugas perencanaan kota
2. Pentingnya perencanaan kota dalam dalam konteks pembangunan kota secara
pembangunan berkelanjutan; berkelanjutan
3. Peningkatan penyusunan rencana • Pembagian tugas antara sistem
secara ‘tradisional’ & implementasinya; perencanaan kota dengan sistem
perencanaan yang lain (SD air, energi,
4. Perlunya membuat perencanaan kota transportasi, pertanian)
lebih efektif.

International Conference on Re-Apppraising the


Urban Planning Process as an Instrument of
Sustainable Urban Development and management,
Nairobe (1994).
Evolusi Pendekatan
dalam Perencanaan Kota (5)
Paradigma Baru Perencanaan
Kota (UNCHS, 1994):
1. Partisipasi masyarakat
2. Keterlibatan seluruh kelompok yang
berkepentingan
3. Koordinasi horisontal dan vertikal
4. Keberlanjutan
5. Kelayakan finansial
6. Subsidiaritas: pengambilan keputusan
pada tingkat terendah akan
memaksimalkan partisipasi dan
efektivitas proses perencanaan
7. Interaksi perencanaan fisik dan
perencanaan ekonomi.
Modul 3.3
PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA
BERDASARKAN KARAKTERISTIK/SIFAT
PL 3111 Perencanaan Kota
Perencanaan Komprehensif
Pendekatan perencanaan secara menyeluruh, baik lingkup wilayahnya maupun subtansinya.
Biasanya dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Bersifat lebih general dan sistemik.

Keunggulan
• Menyeluruh dan sistemik,
menyentuh seluruh aspek
perencanaan.
• Menjadi metode dasar keprofesian
perencana dan ideologi perencanaan;
diajarkan pada banyak pendidikan
dan pelatihan.
• Dapat mengakomodasi kepentingan-
kepentingan stakeholder seperti
investor dan politisi.
Contoh: Comprehensive Planning
RTRW, RTRR, RPJPD → Area Terbagi Habis oleh Kawasan/Zona
Perencanaan Komprehensif

Kelemahan
• Terlalu statis, rumit, dan rinci.
• Lebih berorientasi pada penyiapan
rencana, karena proses yang panjang dan
sistemik.
• Kurang akomodatif terhadap
ketidakpastian perkembangan kota.
• Proyeksi-proyeksi terkadang tidak realistis
dengan sumber daya yang ada.
• Mekanisme pengendalian tidak efektif.
• Isu spasial lenih dominan dari non-spasial.
Perencanaan Komprehensif → Master Planning

Kelemahan (Devas, 1993)


1. Lebih berorientasi pada penyiapan 7. Terdapat batas yang tegas antara
rencana penyusunan rencana (plan making)
2. Berusaha untuk menjadi sangat dengan proses decision making, padahal
komprehensif, padahal perencanaan sesungguhnya keduanya saling terkait
mengandung ketidakpastian 8. Tidak ada mekanisme yang efektif
sehingga sulit dilakukan pengendalian;
3. Terlalu dominannya isu spasial dan land terlalu detail, kegagalan birokrasi
use dibandingkan dengan isu sosial, perizinan
ekonomi atau lingkungan
4. Memandang negatif terhadap 9. Pada hakekatnya produk rencana adalah
pertumbuhan kota sehingga harus dibatasi rencana zoning yang kaku, rinci dan tidak
terkait dengan kekuatan real, yaitu para
5. Hasilnya memberikan proyeksi yang pemangku kepentingan dengan
seringkali tidak realistis, terutama dalam pembangunan (ekonomi, sosial, dan
pertumbuhan penduduk politik) dan sangat tidak fleksibel untuk
disesuaikan dengan situasi nyata.
6. Proyeksi investasi publik yang dibutuhkan
cenderung tidak realistis apabila dikaitkan
dengan terbatasnya sumberdaya yang
tersedia.
Perencanaan Struktur
Merupakan respon atas terlalu kakunya perencanaan komprehensif. Perencanaan struktural
memberi ruang pengembangan kota yang lebih fleksibel dengan berorientasi pada
pembentukan struktur kota melalui penentuan capaian utama pada skala tertentu.

Keunggulan
• Melihat masalah pembangunan
ekonomi, sosial, dan fisik lebih luas.
• Fleksibilitas dalam penyusunan
rencana.
• Mengutamakan ketentuan prinsipil
dalam pembentukan struktur kota.

Kelemahan
• Perlu perincian lebih lanjut melalui
zonasi
• Besaran dalam perencanaan tidak
terlihat jelas
Perencanaan Tindak (Action Planning)
• Pendekatan perencanaan yang
berorientasi pada pemecahan
masalah tingkat lokal dengan
memenfaatkan partisipasi publik.
• Bersifat sektoral.
• Memanfaatkan adaptasi
pengalaman dari konteks lainnya.
• Lebih fokus pada proses daripada
produk.

Contoh: Rencana Aksi Daerah SDGs


Perencanaan Strategis
Proses perencanaan secara sistemik dan memungkinkan partisipasi publik dan
stakeholder, dengan fokus pada prioritas-prioritas perencanaan sesuai kebutuhan.

Keunggulan
• Memungkinkan mengakomodasi kepentingan
dan stakeholder
• Mekanisme pilihan, pemantauan, dan evaluasi
realistis.
• Koordinasi antar sektor dan kelayakan
pembiayaan dipertimbangkan dengan baik.
• Berbasis strategi-strategi tertentu dalam
menangani persoalan perencanaan.

Kelemahan
• Hanya fokus pada prioritas perencanaan yang
disepakati
Modul 3.4
PENDEKATAN PERENCANAAN
KOTA BERDASARKAN METODA
PL 3111 Perencanaan Kota
Pendekatan Perencanaan
(menurut Metoda/Comprehensiveness-nya)

1. Rasional menyeluruh Rational


(Rational Comprehensive) Comprehensive
2. Terpilah (Disjointed
incremental Planning)
Disjoined Incremental
3. Mixscanning: Perencanaan
terpilah berdasarkan
pertimbangan menyeluruh.
Mix Scanning
Pendekatan
Rational Comprehensive Pengumpulan dan
pengolahan data
Pengertian
• Kerangka pendekatan yang logis dan teratur, mulai dari
diagnosis sampai kepada tindakan yang didasarkan pada

PERENCANAAN
analisis fakta yang relevan. Analisis
• Diagnosis masalah yang dikaji melalui kerangka teori dan nilai-
nilai
• Perumusan tujuan/sasaran dalam rangka pemecahan masalah
diarahkan untuk merancang alternatif cara untuk mencapai
tujuan, dan pengkajian atas efektivitas cara-cara tersebut. Penyusunan
Ciri utama Rencana
• Dilandasi oleh keinginan mencapai tujuan yang utuh
• Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap,
menyeluruh dan terpadu
• Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi
yang lengkap, handal dan rinci IMPLEMENTASI RENCANA
• Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang
Pendekatan
Rational Comprehensive
Asumsi Kritik
• Suatu konsensus umum terhadap cara dan • Kurang memberikan informasi dan arahan yang
tujuan yang mempunyai makna kepentingan/ relevan bagi pembuat keputusan mengenai prioritas
kesejahteraan umum (publik interest/ common dari hasil rumusan jangka panjang
good) dapat dicapai. • Penyelesaian masalah yang kompleks dinilai sulit
• Pemilihan rencana yang terbaik pada dasarnya dilaksanakan (keterbatasan dana dan dinamika
merupakan suatu proses teknikal yang dapat mayarakat)
diselesaikan melalui analisis yang cermat atas
data yang relevan dan akurat. • Ambisius
• Dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien • Asas totalitas membutuhkan sistem informasi yang
oleh suatu mekanisme perencanaan yang lengkap, handal dan rinci; waktu dan biaya yang
sentralistik. tinggi; dan tidak realistis
• Asas totalitas membutuhkan koordinasi yang baik,
padahal kenyataannya koordinasi merupakan
Contoh produk perencanaan: masalah besar
• Rencana Induk (masterplan)
• Rencana Umum (general plan)
Pendekatan
Disjointed Incremental
Pengertian (Charles E. Lindblom dkk)
• Suatu kerangka pendekatan yang hanya
mengutamakan subsistem tertentu yang
diprioritaskan tanpa melihat dalam wawasan yang
lebih luas
• Hanya memilih di antara rentang substansi yang
terbatas dan hanya berbeda/berubah sedikit dari
kebijakan yang ada.
Ciri utama
• Rencana terpilah-pilah (tidak komprehensif dan
integratif) tidak perlu ditunjang oleh telaah dan
evaluasi alternatif rencana yang menyeluruh
• Hanya mempertimbangkan bagian dari kebijakan Contoh produk perencanaan:
umum (kalau ada) yang berkaitan langsung dengan
unsur atau subsistem yang diprioritaskan • Rencana pengembangan kawasan khusus
• Rencana infrastrukru (sektoral)
• Dengan terbatasnya lingkup perencanaan maka
dianggap lebih mudah, murah dan realistis • Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Pendekatan
Disjointed Incremental
Asumsi Kritik
• Kemungkinan terjadinya konsensus Karena tidak menyeluruh maka sering terjadi konflik
dalam isu perencanaan yang luas antar perencanaan dan antar program serta antar
(berorientasi pada rentang alternatif wilayah
yang terbatas) tidak ada Kurang/tidak memikirkan tujuan jangka panjang
• Konsensus secara menyuluruh sangat sehingga sering terjadi persoalan di masa mendatang
sulit dicapai Karena dianggap ‘tambal sulam’ maka dianggap tidak
efisien
• Kemungkinan yang terjadi hanya pada
usulan-usulan yang menghendaki
perubahan yang inkremental/gradual
dan parsial Contoh:
• Membutuhkan suatu perencanaan yang Kemacetan lalulintas di kawasan pusat kota yang
terdesentralisasi dipecahkan masalahnya secara parsial hanya di
kawasan tsb, dampaknya terhadap jalan dan kawasan
lain tidak diperhitungkan.
Pendekatan Mixed Scaning
Pengertian (Amitai Etzioni)
• Kerangka pendekatan yang tepilah yang
berdasarkan pertimbangan menyeluruh.
Rasionalism
• Berupa kombinasi dari pendekatan komprehensif
rasionalistik dan disjointed incremental
menekankan pada penyederhanaan tinjauan yang Miixed
menyeluruh dengan cara sekilas dan Scanning
memperdalam susbsistem yang strategis dalam
kedudukan sistem yang menyeluruh
Ciri utama
• Perencanaan mengacu pada kebijakan umum yang
ditetapkan pada tingkat yang lebih tinggi/luas
• Dilatarbelakangi oleh wawasan menyeluruh dan
menekankan pada pendalaman penelaahan pada
unsur atau subsistem yang diutamakan
• Kajian mendalam pada subsistem didasari oleh
kajian sekilas tentang lingkup menyeluruh serta
wawasan sistem
Pendekatan Mixed Scaning
Rasionalism

Asumsi
Membolehkan terjadinya konsensus dalam
setiap isu yang dihadapi Miixed
Scanning
• Untuk mengarahkan kebijakan umum
sebaiknya ditangani secara terpusat
• Rancangan program lebih efisien dan
efektif untuk dilaksanakan oleh
mekanisme perencanaan yang
desentralistik

Contoh produk perencanaan: Kritik


• Rencana struktur • Merupakan upaya penghematan waktu dan dana
(penyederhanaan kajian makro)
• Rencana strategis
• Adanya kemungkinan tidak tercapainya hasil kajian,
• Rencana tindak khususnya menyangkut perumusan tujuan jangka
panjang karena didasarkan pada kajian sekilas (scan)
Modul 3.5
PERENCANAAN KOMPREHENSIF
VS. PERENCANAAN STRATEGIS
PL 3111 Perencanaan Kota
Perbedaan Karakteristik (1)
Perencanaan Strategis Perencanaan Komprehensif
1. Perencanaan strategis dapat 1. Perencanaan komprehensif lebih
diterapkan pada organisasi, banyak diterapkan pada wilayah
komunitas, dan wilayah atau kota (entitas spasial)
2. Proses perencanaan strategis 2. Proses perencanaan didominasi
didominasi oleh kesepakatan para oleh keahlian para pakar/
pemangku kepentingan lewat teknokratik
partisipasi yang luas 3. Perencanan lebih bersifat jangka
3. Perencanaan strategis bersifat panjang, deterministik, tidak perlu
jangka pendek dan menengah; sering diubah
perencanaan lebih dinamis, 4. Perencanaan komprehensif ingin
fleksibel menangani isu-isu secara
4. Dengan mempertimbangkan komprehensif, semua isu dianalisis
ketersediaan dan alokasi sumber dan ingin diatasi
daya yang ada, perencanaan
strategis memilih prioritas tertentu
(isu-isu strategis)
Perbedaan Karakteristik (2)
Perencanaan Strategis Perencanaan Komprehensif
1. Kajian lingkungan eksternal lebih 1. Kajian eksternal dalam perencanaan
luas mencapai hal-hal yang komprehensif yang terbatas pada
membawa peluang dan ancaman wilayah belakang
bagi lingkungan internal 2. Unsur-unsur ini tidak ditentukan
2. Mempunyai unsur-unsur khas: visi, dalam perencanaan kompresensif
misi, isu strategis dan strategi pada umumnya
3. Lebih berorientasi pada tindakan, 3. Lebih menyangkut kebijakan yang
hasil dan implementasi; terkait akan menjadi acuan acuan normatif
dengan pengambilan keputusan 4. Rencana lebih bersifat kaku, hanya
publik dapat diubah secara periodik tidak
4. Rencana strategis harus fleksibel, setiap saat.
dapat diubah setiap saat apabila
diperlukan
Proses Pengumpulan dan
pengolahan data
Perencanaan
Komprehensif

PERENCANAAN
Analisis

1. Pengumpulan dan Penyusunan


pengolahan data Rencana
2. Analisis
3. Penyusunan rencana

IMPLEMENTASI RENCANA
Proses
Perencanaan
Penetapan Visi, Misi dan Nilai

Strategis Analisis Lingkungan


Internal
Analisis Lingkungan
Eksternal

Unsur-unsur: Penetapan Isu Strategis


1. Visi, Misi, Nilai PERENCANAAN
2. Analisis lingkungan Perumusan Strategi STRATEGIS
internal: kekuatan,
kelemahan
3. Analisis lingkungan Penyusunan Program,
IMPLEMENTASI
eksternal: peluang, Kegiatan dan Anggaran
RENCANA
ancaman/tantangan
4. Isu Strategis Implementasi Program
5. Strategi: langkah-langkah dan Kegiatan
untuk mencapai visi & misi
Praktik Perencanaan Strategis di Indonesia

• Pendekatan perencanaan
strategis diterapkan dalam
penyusunan Rencana
Pembangunan (Development
Plan) Pendekatan dalam perencanaan
• Dalam skala Kota, produknya pembangunan:
adalah RPJPD Kota dan RPJMD • Teknokratis
Kota
• Partisipatif
• Acuan: Undang-undang No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan • Politis
Pembangunan Nasional (SPPN) • Topdown dan bottom up
Praktik Perencanaan Komprehensif di Indonesia
• Pendekatan perencanaan
komprehensif diterapkan di
Indonesia dalam penyusunan Pendekatan perencanaan
Rencana Tata Ruang tata ruang:
(Spatial Plan)
• Berdasarkan pendekatan
• Dalam skala Kota, secara historis sistem
produk rencananya adala RIK,
RUTRK, dan RTRW Kota • Wilayah perencanaan
mengacu pada wilayah
• Acuan: Undang-undang No. 26 administrasi
Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang • Memperhatikan nilai
strategis kawasan
Keterkaitan antara Perencanaan Kompresensif
dan Perencanaan Strategis
• Dari segi teori, pendekatan Pola hubungan antar-pendekatan:
perencanaan komprhensif dan 1. Masing-masing pendekatan
perencanaan strategis berbeda terpisah, tapi dilakukan
satu sama lain; masing-masing sinkronisasi
berdiri sendiri
• Hubungan di antara keduanya: 2. Tetap terpisah tetapi masing-
masing dimodifikasi untuk
• Perencanaan komprehensif berbasis menerima unsur-unsur dari
rasionalitas, perencanaan strategis pendekatan perencanaan yang
berbasis kesepakatan (rasionalitas
kelompok pemangku kepentingan) lain
• Dalam praktik, kedua pendekatan 3. Menjadi satu dengan
dipakai bersama-sama; dan mengkombinasikan dua
diamanatkan oleh peraturan pendekatan yang berbeda tsb.
perundang-undangan.
Keterkaitan
Implementasi RTRW Kota Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kota
(Rencana Komprehensif) (20 tahunan) (20 tahunan)

dengan
Rencana Detaik Tata
Implementasi RPJPD/ Ruang Kota

RPJMD Kota Rencana Pembangunan


Arahan Indikasi Program Jangka Menengah Daerah
(Rencana Strategis) Pemanfaatan Ruang Pemanfaatan Ruang Kota (5 tahunan)

RKPD & APBD


tahunan

Pembangunan Pembangunan
fisik spasial sektoral/non- fisik
Bacaan Lanjut
1. Branch, Melville C., 1985. Comprehensive City Planning:
Introduction and Explanation. APA Planners Press,
Indianapolis
2. Bryson, John M., 2001. Strategic Planning for Public and
Nonprofit Organization: A Guide to Strengthening and
Sustaining Organizational Achievement. Jossey-Bass,
San Fransisco.
3. Devas, Nick dan Rakodi, Carole (eds.), 1993. Managing
Fast Growing Cities: New Approach to Urban Planning
and Management in Developing World. Longman
Scientific & Technical, New York
4. Hall, Peter, 1992. Urban and Regional Planning. Third
Edition. Routlegde, London.
5. Hall, Peter, 1992. Urban and Regional Planning. Third
Edition. Routlegde, London.
6. Levy, John M., 2003. Contemporary Urban Planning.
Prentice Hall, New Jersey.
7. Pontoh, Nia K., I. Kustiwan. 2009. Pengantar
Perencanaan Perkotaan. Penerbit ITB, Bandung.
8. Rustiadi, E. et.al. 2021. Teori Perencanaan:Mahzab dan
Praktik Perencanaan Pengembangan Wilayah. Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai