mengamati teman-teman sebagai Planner, Planolog, atau Ahli PWK. Tidak ada
maksud mempertanyakan atau menggugat sesuatu. Melihat ilmu dan profesi bisa
dari Kurikulum (bekal sekolah)nya, juga dari kiprah Keprofesian atau pekerjaan
alumni sekolahnya.
Kompetensi (Bekal Ilmu)
Melihat gambar pohon PWK (perencanaan wilayah & kota) di bawah, secera
diagram sederhana jelas bahwa akar atau bekal dasar ilmu PWK berasal dari
sumber-sumber ilmu basic Lingkungan, Kebumian (geologi, geodesi, geografi),
Engineering (sipil), Ekonomi, Demografi, Sosial, Budaya (arsitek, anthropologi),
Manajemen, Hukum, MKDU (mata kuliah dasar umum).
Dari bahan dasar yang multi bidang itu, diserap, diracik dengan ilmu gabungan
(teori lokasi, urban/regional geography, urban/regional economic), Ilmu-ilmu
gabungan/sintesis ini penting untuk menguasai ilmu (bahan adonan) wilayah/kota.
Seperti insinyur mesin harus menguasai ilmu logam, sifat fisika dan kimianya,
Planner juga harus menguasai teori lokasi (gabungan ekonomi dan geografi) untuk
memahami persebaran penduduk, kegiatan ekonomi (tani, industri, dagang, jasa).
Dalam implementasi skala kota atau wilayahnya. Sebagai dasar memahami landuse dan Struktur Ruang Kota dan Wilayah. Suka atau tidak pertimbangan
ekonomi (terutama skala wilayah) adalah motivasi dasar manusia berlokasi,
beraglomerasi. Hampir tidak ada kota di zaman sekarang yang tidak tumbuh, di
datangi orang, karena motif ekonomi atau diekonomikan (kota wisata budaya
misalnya).
Karena itu perlu belajar juga Studi Pembangunan (development studies) sebagai
perkawinan ilmu ek-sos-bud-link dengan unsur Kebijakan Pembangunan. Apa
STATISKA/KALKULUS
Sumber :
Usman, Husaini. 2011. Manajemen : teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
ILMU LINGKUNGAN
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 5 ayat (2)
adalah landasan hukum bagi penataan lingkungan fisik (geologi). Dalam ayat
tersebut dijelaskan bahwa penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan yang
terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengertian kedua kawasan
tersebut kemudian dijelaskan dalam Pasal 1 no. 21 dan 22, yakni kawasan lindung
adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian
lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Sedangkan kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dijelaskan bahwa kawasan lindung geologi merupakan bagian
dari kawasan lindung nasional. Pada pasal 53 dijelaskan kawasan rawan bencana
merupakan bagian dari kawasan lindung geologi.
Kaitan Penataan Ruang dengan Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan bencana dijelaskan pada pasal 35 huruf f mengenai pelaksanaan
dan penegakan rencana tata ruang dan dalam pasal 38 huruf d tentang penataan
ruang dan pengelolaan lingkungan hidup. Pasal 1 dijelaskan bahwa bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Keputusan Menteri
ESDM No. 1457 K/28/MEM/2000 Tanggal 3 Nopember 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Lingkungan Di Bidang Pertambangan Dan Energi, salah
satunya adalah tentang Kriteria Tata Ruang Aspek Minyak dan Gas Bumi. Dalam
keputusan tersebut dijelaskan antara lain bahwa untuk sektor migas yang meliputi
kegiatan eksplorasi digunakan kriteria jarak aman bagi operator terhadap kegiatan
umum yaitu sejauh lebih dari 50 meter, sedangkan untuk pemboran eksplorasi
digunakan kriteria jarak aman dari lubang bor terhadap kegiatan umum yaitu
sejauh lebih dari 100 meter.
Geologi Tata Lingkungan merupakan media dalam penerapan informasi
geologi melalui penataan ruang dalam rangka pengembangan wilayah dan
pengelolaan lingkungan, yaitu memberikan informasi tentang karakteristik
lingkungan geologi suatu lokasi/wilayah berdasarkan keterpaduan dari aspek
sumber daya geologi sebagai faktor pendukung dan aspek bencana geologi
sebagai faktor kendala. Selanjutnya hasil kajian geologi lingkungan
menggambarkan tingkat keleluasaan suatu wilayah untuk dikembangkan.
Tingkat keleluasaan (restraint) suatu wilayah untuk dikembangkan pada
dasarnya menggambarkan tingkat kemudahan dalam pengorganisasian ruang
kegiatan maupun pemilihan jenis penggunaan lahan (Indra Badri 2005).
Pengertian keleluasaan yaitu peringkat wilayah yang dapat dikembangkan sebagai
kawasan budi daya dalam arti leluasa dalam pemilahan penggunaan lahan dan
mudah dalam pengorganisasian ruang.
Tersedianya data dan informasi geologi lingkungan dapat dijadikan bahan
masukan dan sekaligus evaluasi terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota yang sudah ada maupun yang akan disusun terutama berguna
untuk:
adanya fenomena bahwa suatu wilayah akan berkembang dan terpolarisasi sebagai
akibat dari perkembangan aktivitas ekonomi dan sosial. Sebagai contoh, Kota
London yang dikenal sebagai pusat aktivitas finansial dunia, berkembang menjadi
Greater London karena munculnya aktivitas-aktivitas ekonomi dan sosial yang
baru di sekitar wilayah pinggirannya. Perkembangan aktivitas tersebut bahkan
tidak mampu diprediksi sebelumnya, sehingga sempat terjadi penyalahgunaan
pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, perencanaan wilayah memang mutlak
melibatkan sudut pandang yang bersifat multi dimensi sehingga pengaturan ruang
memang sesuai perkembangan alamiah suatu wilayah.
Dalam perkembangannya, konsep mengenai perencanaan wilayah terus
mengalami evolusi. Penerapan prinsip-prinsip laissez-faire, dimana pasar
dibiarkan bebas bekerja sehingga campur tangan pemerintah dalam bentuk
perencanaan tidak banyak dibutuhkan, ternyata tidak tepat lagi dalam konteks
pembangunan wilayah modern. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa
mekanisme pasar belum tentu dapat mengatasi semua permasalahan yang muncul
dan dibutuhkan campur tangan pemerintah yang lebih luas lagi. Dengan adanya
intervensi pemerintah dalam bentuk penyusunan perencanaan maka diharapkan
alokasi sumberdaya menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara agregat.
Bermacam-macam persoalan yang dapat muncul akibat adanya dominasi prinsipprinsip laissez-faire, antara lain pertumbuhan jumlah penduduk yang tidak
terkendali, distribusi pendapatan yang tidak merata, terbatasnya penyediaan
barang-barang publik, masalah pengangguran, ketidakstabilan kondisi sosial dan
ekonomi, tingkat kriminalitas yang tinggi, kesemrawutan tata ruang. Berbagai
masalah ini akan semakin parah jika campur tangan pemerintah dikurangi atau
dihilangkan sama sekali.
Berbagai deskripsi di atas menunjukkan pentingnya peranan ekonom regional
dalam penyusunan perencanaan pengembangan wilayah. Bagaimanapun juga,
pemahaman terhadap suatu wilayah harus dilandasi oleh pemahaman tentang
aktivitas ekonomi apa saja yang ada di dalam wilayah tersebut, termasuk
bagaimana aktivitas tersebut bisa terbentuk. Penentuan lokasi yang dilakukan para
agen ekonomi (perusahaan dan rumah tangga) tentunya didasarkan pada
rasionalitas yang mereka miliki. Ekonom regional memiliki berbagai peralatan
analisis yang dapat digunakan untuk mengukur dan menganalisis mengapa
terbentuk suatu aktivitas ekonomi, dimana aktivitas tersebut terbentuk, bagaimana
aktivitas tersebut dapat berkembang, dan apa dampak ekonomi dari
perkembangan aktivitas tersebut dalam konteks spasial. Analisis yang dilakukan
oleh para ekonom regional tidak terbatas hanya untuk memahami aktivitas
ekonomi di dalam suatu wilayah saja, tetapi juga mencoba mengidentifikasi
keterkaitan dan interaksi antar wilayah. Berbagai alat analisis seperti model inputoutput, economic base theory dan shift-share analysis, sistem neraca sosial
ekonomi (social accounting matrix), model keseimbangan umum (general
equilibrium model), model gravitasi, berbagai indeks ketimpangan wilayah,
Sumber:
Dr.Sonny Harry B. Hamadi, (Ketua Lembaga Demografi dan Pengajar Ekonomi
Regional Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) Buletin Tata Ruang, MaretApril 2009 (Edisi: Meningkatkan Daya Saing Wilayah)
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Keywords
Kearifan Budaya Lokal, Perencanaan Pengembangan Wilayah.
Full Text: PDF
1 Vote
Sebagai sebuah kota metropolitan, berbagai masalah sosial menghantui
Jakarta. Namun, di manakah letak aspek sosial ini dalam penataan ruang
kota ? Penataan ruang kota di Indonesia, dilakukan melalui rencana kota,
yang dibedakan atas berbagai tingkatan rencana, mulai dari tingkat makro
sampai mikro, antara lain sebagai berikut : rencana tata ruang wilayah
(RTRW), rencana detail tata ruang (RDTR) atau di Jakarta disebut
sebagai rencana rinci tata ruang (RRTRW), rencana tata bangunan dan
lingkungan (RTBL), lembar rencana kota (LRK), panduan rancang kota
(urban design guideline), dan seterusnya. Secara umum, muatan suatu
rencana kota mencakup aspek fisik, sosial dan ekonomi. Pada tingkat
makro, suatu rencana kota memiliki aspek ekonomi yang kental,
sementara itu aspek fisik dan sosial relatif sedikit disentuh. Semakin rinci,
maka aspek fisik dan sosial akan semakin kental, sementara aspek
ekonomi akan mengecil dominasinya.
Bagaimana hal ini tertuang dalam rencana penataan kota, terutama pada
rencana kota tingkat provinsi ? RTRW Provinsi DKI Jakarta 2010 hanya
mengaturnya pada Paragraf 2 : Persebaran Penduduk, yakni pada Pasal
13. Aspek yang diatur pasal ini meliputi : proyeksi jumlah penduduk,
persebarannya di 5 kotamadya, dan proyeksi jumlah tenaga kerja formal.
Bagaimana untuk tingkat meso ? Apakah aspek sosial mendapat cukup
perhatian ? RRTRW kecamatan pada Buku II : Rencana, mengungkapkan
bahwa muatan RRTRW kecamatan mencakup 7 bagian utama, yakni : (1)
Rencana Kependudukan dan Ketenagakerjaan, (2) Rencana
Pengembangan Sektor, (3) Rencana Sistem Jejaring, (4) Rencana
Pemanfaatan Ruang, (5) Struktur Pusat Pelayanan Kegiatan Kota, (6)
Rencana Pengembangan dan Pengelolaan Lingkungan, serta (6)
Rencana Pengembangan Kawasan Andalan dan Kawasan Lindung. Dari
ke-7 muatan ini, yang terkait langsung dengan aspek sosial hanya bagian
(1) Rencana Kependudukan dan Ketenagakerjaan. Bagian lainnya lebih
banyak memberikan arahan pengembangan fisik, walaupun antara lain
dalam rangka mengakomodasikan kebutuhan sosial. Dari bagian (1)
Komentar Terbaru
kelaspds2 di Data Spasial Untuk Perencanaan
ID Pulsa di Data Spasial Untuk Perencanaan
Arsip
September 2014
Agustus 2014
Kategori
Tak Berkategori
Tugas Pertama
Meta
Daftar
Masuk
RSS Entri
RSS Komentar
WordPress.com
Sistem informasi geografis adalah suatu sistem yang berbasis komputer dengan
kemampuan menangani data bereferensi geografis, yang meliputi pemasukan,
pengelolaan atau manajemen data (penyimpanan dan pengaktifan kembali),
manipulasi dan analisis, serta keluaran data. Pengertian lain tentang GIS atau
Sistem Informasi Berbasis Pemetaan dan Geografi adalah sebuah alat bantu
manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang berkait erat dengan
sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa
yang terjadi di muka bumi.
SIG memungkinkan untuk membuat tampilan peta serta menggunakannya untuk
keperluan presentasi khususnya dalam kajian Perencanaan Wilayah dan Kota .
SIG memungkinkan untuk menggambarkan dan menganalisa informasi dengan
cara pandang baru, mengungkap semua keterkaitan yang selama ini tersembunyi,
pola, dan kecenderungannya.
Untuk mendukung suatu Sistem Informasi Geografis, pada prinsipnya terdapat
dua jenis data, yaitu:
1. Data spasial, yaitu data yang berkaitan dengan aspek keruangan dan
merupakan data yang menyajikan lokasi geografis atau gambaran nyata
suatu wilayah di permukaan bumi. Umumnya direpresentasikan dalam
grafik, peta, atau pun gambar dengan format digital dan disimpan dalam
bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam bentuk image (raster) yang
memiliki nilai tertentu.
2. Data non-spasial, disebut juga data atribut, yaitu data yang menerangkan
keadaan atau informasi-informasi dari suatu objek (lokasi dan posisi) yang
ditunjukkan oleh data spasial. Salah satu komponen utama dari Sistem
Informasi Geografis adalah perangkat lunak (software). Perangkat lunak
ini berfungsi sebagai alat yang dapat membantu dalam memvisualisasikan,
mengeksplorasi, menjawab query, dan menganalisis data secara geografis
Manfaat GIS dalam Perencanaan Wilayah dan Kota
Secara garis besar SIG merupakan program komputer yang sangat bermanfaat
khususnya dalam dunia perencanaan wilayah dan kota terutama dalam hal
penyajian informasi-informasi secara grafis. SIG dapat menyajikan suatu data
dengan jelas serta lengkap, dengan menggunakan SIG presentasi dapat disajikan
dengan lebih baik karena terbantu dengan fitur-fitur pengolahan dan penyajian
data yang dimiliki oleh aplikasi SIG yang baik.