Oleh :
NIM : 10614031
A. PENDAHULUAN
Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari
fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu melekat
pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah rencana akan
sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu pekerjaan yang
baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan pekerjaan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
Karena lingkungan lembaga pendidikan selalu berubah seiring dengan
perkembangan zaman, maka diperlukan komunikasi dalam hal sistem perencanaan
pendidikan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan, penyusunan perencanaan,
pengawasan, evaluasi, serta perumusan kebijakan yang sangat memerlukan komunikasi
sebagai bahan pendukung pada perencanaan pendidikan. Dalam hal ini diperlukan suatu
sistem pendekatan yaitu perencanaan pendidikan partisipatori.
Dalam perencanaan pendidikan memerlukan beberapa konsep mengenai
perubahan lingkungan pendidikan, kebutuhan organisasi pendidikan akan perencanaan
akibat perubahan lingkungan, ciri-ciri sistem yang akan dipakai dalam perencanaan, dan
beberapa teori perencanaan. Hudson menunjukkan 5 teori perencanaan yaitu radikal,
advocacy, transactive, synoptik, dan incremental yang dikatakan sebagai taxonomy.
Perencanaan partisipatori berarti perencanaan yang melibatkan beberapa yang
berkepentingan dalam merencanakan sesuatu yang dipertentangkan dengan
merencanakan yang hanya dibuat oleh seseorang atau beberapa orang atas dasar
wewenang kedudukan, seperti perencana di tingkat pusat kepala-kepala kantor
pendidikan di daerah. Perencanaan partisipatori banyak melibatkan orang-orang daerah
yang memiliki kepentingan atas obyek yang direncanakan. Karena itu perencanaan
partisipatori, memerlukan informasi dari masyarakat dalam arti perlu pendekatan pada
masyarakat untuk melaksanakan perencanaan pendidikan pada satu tempat (daerah).
Dalam arti hubungan lembaga pendidikan dengan komunikasinya merupakan dasar untuk
memudahkan pelaksanaan perencanaan pendidikan partispatori seperti kebiasaan
lembaga pendidikan dan masyarakat bekerja sama membangun pendidikan. Komunikasi
antara lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan realisasi teori common sense
dalam komunikasi, bukan teori kompetisi atau teori kontrol.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah terkait dengan perencanaan
pendidikan partisipatori yang melibatkan beberapa teori perencanaan seperti teori radikal,
teori advocacy, teori transactive, teori sinoptik, teori incremental dan teori star.
Teori advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah
diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi
atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy= mempertahankan
dengan argumentasi).
Pada perencanaan ini berisikan program pembelaan terhadap masyarakat yang
termarjinalkan dalam proses pembangunan kota dalam hal ini adalah masyarakat miskin
kota. Pada perencanaan advokasi akan memberikan perhatian khusus terhadap melalui
program khusus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin.
Tujuan utama dari pendekatan advokasi adalah untuk mengikutsertakan
masyarakat dalam proses perencanaan dengan mengakomodasi gagasan, kebutuhan, dan
kepentingan masyarakat. Proses advokasi juga berarti bahwa masyarakat akan selalu
mendapat informasi yang akurat berkenaan dengan perencanaan yang diajukan dan
mampu merespon umpan balik dari masyarakat dalam bahasa teknis. Perencana sebagai
advokat akan bertindak sebagai penyaji informasi, analisis situasi sekarang, pendorong ke
arah masa depan, dan pemrakarsa akan solusi yang spesifik.
Namun demikian, pendekatan advokasi hanya memiliki pengaruh kecil pada
struktur yang sedang berjalan. Richard Hart, salah seorang penganut strategi ini
mengkritik perencanaan advokasi bahwa penduduk miskin tidak memiliki kekuasaaan
untuk mengontrol tindakan sehingga dianggap pendekatan ini tidak menawarkan strategi
yang potensial yang dapat menimbulkan perubahan.
Di Indonesia, bentuk-bentuk advokasi banyak dilakukan oleh LSM yang
melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam memperjuangkan hak dan
kepentingannya misalnya dalam pada masalah pencemaran lingkungan, sengketa ganti
rugi tanah, kasus penggusuran, dll. dengan adanya pendamping an LSM, masyarakat
menjadi lebih berani memperjuangkan haknya.
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah
diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi
atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai (advocacy = mempertahankan
dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional.
Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan,
perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan
kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh
pemerintah/ atau badan pusat.
Perencanaan advokasi adalah perencanaan yang muncul pada konsepperencanaan
plural. Perencanaan ini yang berfungsi sebagai sarana untuk mendukungpernyataan/
pemikiran yang saling berkompetisi, dalam hal bagaimana masyarakat harus membangun
dan dibangun. Konsep advokasi ini muncul dari praktek hukum yangberimplikasi pada
sanggahan/ perlawanan yang muncul dari masing-masing pihak,yang memiliki dua
pandangan yang saling bersaing. Perencanaan advokasi banyakdilakukan bukan oleh
perencana (formal), melainkan oleh pekerja sosial, organisator kemasyarakatan (LSM)
dan mahasiswa. Para perencana advokasi bekerja karenaadanya suatu kelompok
masyarakat yang membutuhkan bantuan perencana pada saatproses pembangunan
berlangsung. Kelompok ini umumnya berada dalam kelompokberpenghasilan rendah dan
tidak memiliki bergaining power (posisi tawar).Perencanaan advokasi muncul akibat
adanya perbedaan kepentingan dan posisi tawar berbagai kelompok di masyarakat. Di
dalam proses perencanaan pembangunan yangbersifat unitary plan (yang dilakukan oleh
pemerintah), perbedaan kepentingan danposisi tawar antar kelompok masyarakat akan
menyebabkan sulitnya melakukanpencapaian tujuan akhir pembangunan. Untuk itu
perencanaan advokasi sangatlah dibutuhkan di dalam pencapaian tujuan akhir
pembangunan
Teori ini menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah
diabaikan. Dasar perencanaan tidak berdasarkan pengalaman secara empiris atau
penelitian, melainkan atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai advokasi.
DAFTAR PUSTAKA