Anda di halaman 1dari 8

Kajian Karakteristik dan Contoh Implementasi Teori Perencanaan

Generasi Pertama: Perencanaan Rasionalistik-Komprehensif

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Perencanaan (TKP 509)

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
Ir. Agung Sugiri, MPSt.
Muhammad Mukti Ali, SE, M.Si, MT.

Disusun Oleh:
Raja Al-Fath 21040116130054

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

i
DAFTAR ISI

Latar Belakang .................................................................................................................................. 1


Tujuan ............................................................................................................................................... 2
Karakteristik Teori Perencanaan Generasi Pertama: Perencanaan Rasional Komprehensif .................. 2
Contoh Implementasi......................................................................................................................... 4
Kesimpulan ....................................................................................................................................... 5
Daftar Pustaka ................................................................................................................................... 6

ii
1. Latar Belakang
Perencanaan sebagai suatu disiplin ilmu dan praktek dapat dijelaskan sebagai
kegiatan manusia yang berorientasi pada masa depan. Orientasi ke depan diasosiasikan
melalui tindakan preskripsi atau peramalan yang menjadi ciri perencanaan (Priyani et al.,
2007). Untuk melakukan preskripsi, diperlukan upaya seleksi elemen-elemen masa lalu
yang digunakan sebagai input dalam analisis kondisi eksisting. Perencanaan juga dapat
dijelaskan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk mengubah masa depan sesuai
dengan harapan dan ideal untuk masyarakat. Hubungan dan keterkaitan antara situasi
masa lalu, masa kini, dan masa depan merupakan komponen-komponen yang
berkesinambungan. Ketiga komponen tersebut menjadi prasyarat yang harus dikuasai
oleh perencana, untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
Perencanaan terdiri dari 2 (dua) komponen utama yaitu goals (tujuan) dan
sequence (tahapan). Keduanya saling berhubungan dan dibuat secara terstruktur sehingga
perencanaan selalu merumuskan sebuah tujuan pada tahap awal yang akan dicapai dengan
beberapa tahapan. Hingga saat ini, perencanaan dikategorikan ke dalam 3 generasi yaitu
generasi pertama, kedua, dan ketiga. Masing-masing generasi memiliki karakteristik,
pendekatan, penerapan, serta kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada kajian
ini akan lebih banyak membahas karakteristik dan contoh implementasi dari perencanaan
generasi pertama yaitu model perencanaan rasional komprehensif.
Pada awalnya, rasionalistik – komprehensif hanya terbatas pada dunia manajerial
beserta turunannya. Pendekatan perencanaan ini identik dengan perencanaan pada semua
aspek secara menyeluruh baik itu sosial, ekonomi, politik, serta fisik secara rasio (akal)
dan empiris (pengalaman). Teori perencanaan mengalami perkembangan sejak 1980
hingga sekarang baik yang hanya mengedepankan fisik dan ekonomi, menyeluruh semua
aspek, prioritas penanganan masalah maupun mengedepankan partisipasi masyarakat
dalam pembangunannya yang kesemuanya memiliki prinsip, karakter, dan tujuannya
masing-masing (Masik, 2005). Selain itu, perlu disadari bahwa negara-negara di dunia
memiliki karakter yang berbeda-beda baik dari sisi sosial, politik, religius, budaya, dan
fisik/lingkungan sehingga membutuhkan adanya model atau konsep perencanaan yang
bisa diterapkan di berbagai negara.
Model perencanaan rasional komprehensif menggunakan pendekatan ilmiah atau
rasional untuk menyelesaikan permasalahan serta dalam penerapannya mampu
menghasilkan analisis dari semua faktor yang mungkin memengaruhi serangkaian
keadaan tertentu dan semua pendekatan yang dipakai guna menyelesaikan masalah yang
diteliti (Hostovsky, 2006). Objektivitas dan kompleksitas model perencanaan rasional
komprehensif ini akan menghadirkan kelebihan serta kekurangannya masing-masing.
Secara teoritis, model perencanaan ini menghasilkan solusi atau penyelesaian masalah
terbaik karena telah menganalisis dan memperhitungkan banyak variabel. Dalam
praktiknya, proses model perencanaan rasional komprehensif akan menjadi rumit,
memakan waktu, dan mahal (Hostovsky, 2006).
Model perencanaan rasional komprehensif terhadap tahapan penting yaitu (1)
menentukan masalah atau isu (2) menentukan tujuan perencanaan (3) merumuskan

1
alternatif rencana (4) meramal konsekuensi alternatif rencana (5) mengembangkan
rencana guna implementasi (6) ulasan dan evaluasi (CRPLAN 2110, 2017). Kelemahan
perencanaan rasional komprehensif ini terletak pada kebutuhan informasi dan data yang
lengkap sedangkan ketersediaan informasi dan data secara lengkap membutuhkan waktu
yang lama. Selain itu, produk perencanaan berupa master plan dirasa kurang memberikan
informasi dan arahan terkait penanganan masalah (Sujarto, 2003).
Di Indonesia, perencanaan rasional komprehensif ini digunakan dalam praktik
penyusunan rencana tata ruang seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR) serta beberapa master plan lainnya baik pada tataran provinsi
maupun kabupaten/kota. Dimana dalam implementasi perencanaan rasional
komprehensif dalam penyusunan RTRW atau RDTR tersebut memerlukan ketersediaan
data dan informasi yang lengkap, valid, dan terkini dan membutuhkan tenaga pengolah
dan perencana yang mumpuni. Produk-produk rencana tersebut memiliki jangka waktu
berlaku dalam rentang waktu lama dan menjadi dasar dalam perumusan berbagai
kebijakan lainnya.
Kajian terhadap perencanaan generasi pertama yaitu model perencanaan rasional
komprehensif dan mengaitkannya dengan contoh implementasi ini penting untuk
dilakukan agar calon perencana dari disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota ini dapat
membangun landasan pemahaman berbagai teori perencanaan yang ada, baik itu latar
belakang kemunculannya, model dan penerapannya, serta kelebihan dan kekurangan teori
perencanaan tersebut. Landasan pemahaman itulah yang akan menjadi bekal dalam
praktik langsung bagi calon perencanaan tersebut.

2. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah melakukan kajian terhadap perencanaan generasi
pertama yaitu perencanaan rasionalistik komprehensif dan sekaligus menunjukkan contoh
implementasi perencanaan rasionalistik komprehensif tersebut di Indonesia.

3. Karakteristik Teori Perencanaan Generasi Pertama: Perencanaan


Rasional Komprehensif
Teori perencanaan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu teori dalam
perencanaan (theory in planning), tentang perencanaan (theory of planning), dan untuk
perencanaan (theory for planning). Ragam pertama, theory in planning umumnya disebut
sebagai teori substansi perencanaan yang meminjam dari bidang ilmu lain seperti
geografi, ekologi, ekonomi, dan lainnya. Kedua, theory of planning membicarakan
tentang prosedur perencanaan yang terkait dengan bagaimana suatu proses merencana
dapat berjalan. Teori prosedural ini juga membahas peran perencana yang terkait dengan
proses yang dimaksud. Ketiga, theory for planning terkait dengan peran perencanaan
dalam komunitas atau masyarakat. Teori-teori untuk perencanaan ini menyatukan,
menggabungkan dan menjustifikasi nilainilai perencanaan dalam landasan konseptual
dalam memahami pemikiran perencanaan dan etika profesi perencana (Hendler, 1995
dalam Priyani et al., 2007).

2
Model perencanaan rasional komprehensif merupakan ide atau inspirasi bagi
sebagian model perencanaan lainnya. Model rasional-komprehensif berpandangan bahwa
baik buruknya hasil yang akan dicapai dari perumusan kebijakan publik harus
mendasarkan pada pemikiran yang rasional atau sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan
kemampuan yang dimiliki, analisis yang dilakukan harus memiliki data atau informasi
yang lengkap, sehingga dalam analisisnya tidak memiliki cacat atau mencapai
kesempurnaan tanpa kesalahan. Harapan untuk mendapatkan sebuah perumusan
kebijakan yang baik dengan menggunakan pemikiran yang rasional yang sangat baik dan
bagus, namun tentunya tidak semua permasalahan dan kenyataan dilapangan bisa
diterima secara rasional dan bahkan ada data yang didapat oleh perumus kebijakan sangat
berbeda dari kenyataan.
Model rasional-komprehensif adalah model analisis yang memperjuangkan
kesempurnaan dalam perumusan kebijakan dengan menggunakan data yang lengkap dan
diharapkan valid, agar dalam perumusannya memberikan hasil kebijakan publik yang
baik. Adapun unsur-unsur dalam model rasional komprehensif meliputi:
1. Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan
dari masalah-masalah lainnya, atau setidaknya nilai sebagai masalah-masalah
yang dapat diperbandingkan satu sama lain;
2. Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau saran yang memperkuat keputusan amat jelas dan
dapat diterapkan rankingnya sesuai dengan urutan kepentingannya;
3. Teliti secara seksama berbagai alternative untuk memecahkan masalah tersebut;
4. Teliti akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditimbulkan oleh setiap alternatif
yang dipilih;
5. Setiap alternatif dan masing-masing akibat yang menyertainya dapat
diperbandingkan dengan alternatif lain yang ada;
6. Pembuat keputusan akan memilih alternatif dan akibat-akibat yang dapat
memaksimalkan tercapainya tujuan, nilai atau sasaran yang telah ditentukan.
Konsep dasar pemikiran yang digunakan dalam perencanaan rasional
komprehensif adalah (Schonwandt, 2008):
1. Akal budi manusia adalah dasar dari kepastian pengetahuan. Manusia
mendapatkan pengetahuan karena kemampuan akalnya di dalam menangkap
obyek dan gejala yang terdapat di alam;
2. Akal budi manusia merupakan ukuran yang digunakan universal untuk
menjelaskan gejala yang ditangkap melalui inderawi;
3. Hal-hal yang ditangkap oleh alat-alat inderawi (empirisme) harus ditanggapi
dengan sikap ragu-ragu, karena kelemahan dari alat-alat tersebut. Bagi penganut
rasionalisme, hal-hal yang ditangkap inderawi harus dianggap sebagai sesuatu
yang kacau, belum jelas;
4. Hal-hal yang ditangkap oleh alat-alat inderawi diperlukan untuk merangsang akal
dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja;
5. Kebenaran rasionalis diukur berdasarkan kepada standar rasio masyarakat yang
bersangkutan;

3
6. Jika yang diandalkan hanyalah semata-mata rasio saja, maka pengetahuan yang
diperoleh adalah pengetahuan filsafat. Oleh karena itu, rasionalisme biasanya
digabungkan dengan empirisme, melahirkan pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge).
Kritik terhadap model rasional komprehensif muncul dari ilmuwan Herbert Simon
(Islamy,2004:9.3), di awal 1950-an. Dia menyodorkan rasional komprehensif yang
murni. Teorinya tentang the principle of bounded rationality atau satisficing model atau
keterbatasan rasionalitas menyebutkan bahwa kemampuan otak manusia untuk
merumuskan dan memecahkan masalah-masalah pelik terlalu objektif di alam nyata atau
bahkan untuk mencapai perkiraan yang cukup berdasar tentang rasionalitas objektif
tersebut. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan terbatasnya rasionalitas manusia
sehingga manusia mempunyai ketidakbebasan dari kesalahan:
1. Manusia memiliki keterbatasan intelektual, kelemahan ini dapat menjadi
kesukaran bagi manusia secara sementara atau permanen;
2. Manusia memiliki keterbatasan informasi, yang disebabkan terlalu banyak
ataupun terlalu sedikitnya informasi yang dapat diperoleh;
3. Manusia selalu berhadapan dengan konflik nilai-nilai dan kepentingan
masyarakat;
4. Manusia mempunyai keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya.

4. Contoh Implementasi
Implementasi dari teori perencanaan generasi pertama: model perencanaan
rasional komprehensif adalah rencana detail tata ruang (RDTR) (dalam kajian ini
difokuskan pada RDTR Perkotaan Terangun Kabupaten Gayo Lues). Dalam menyusun
rencana detail tata ruang terdapat serangkaian proses dan prosedur penyusunan yang telah
diatur menurut Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2018. Secara
singkat, kenapa rencana detail tata ruang tersebut dikategorikan ke dalam contoh
implementasi model perencanaan rasional komprehensif yaitu pertimbangan terhadap
fenomena melalui kajian data awal dan kebijakan, pertimbangan terhadap pengetahuan
melalui kajian terhadap rencana detail tata ruang yang sudah ada, dan pertimbangan
terhadap nilai dan kepercayaan bahwa rencana detail tata ruang ini nantinya ditujukan
untuk mengatur ruang agar dimanfaatkan seefektif mungkin dan mencegah
penyimpangan pemanfaatannya.
Rencana detail tata raung tersebut (dalam kajian ini menggunakan Rencana Detail
Tata Ruang Kabupaten Gayo Lues) disusun atas dasar pemikiran bahwa penggunaan
ruang harus berjalan secara efektif dan tidak terjadi penyimpangan dalam pelaksanaanya.
Rencana detail tata ruang inilah yang kemudian akan menjadi landasan dalam
perencanaan ruang dan pembangunan. Dalam penyusunan rencana detail tata ruang
tersebut, perencana akan dibekali dengan serangkaian data dan informasi berkaitan
dengan potensi, masalah, serta tantangan yang dihadapi dalam ruang tersebut. Proses
perencanaan tersebut dilakukan dengan mengacu pada pedoman penyusunan rencana

4
detail tata ruang dan peraturan zonasi dari Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang Nomor
16 Tahun 2018.
Proses perencanaan yang diatur dalam pedoman penyusunan rencana detail tata
ruang dan peraturan zonasi harus memuat 6 (enam) substansi utama yaitu:
1. Tujuan Penataan Bagian Wilayah Perkotaan (BWP)
2. Rencana Struktur Ruang dan Jaringan Prasarana
3. Rencana Pola Ruang
4. Penataan Sub BWP yang Diprioritaskan Penanganannya
5. Ketentuan Pemanfaatan Ruang
6. Peraturan Zonasi
Proses perencanaan tersebut juga berlandaskan pada dasar pemikiran rasional
komprehensif dimana data dan informasi yang didapat tidak hanya diolah berdasarkan
akal saja, namun juga dipadukan dengan bukti empirisme lapangan sehingga data dan
informasi yang akan digunakan dalam perencanaan tersebut berupa pengetahuan ilmiah.
Data dan informasi yang didapat juga tidak serta merta langsung digunakan, dilakukan
proses pengujian dan verifikasi serta dikomparasikan dalam analisis agar didapatkan
kebenaran yang seutuhnya. Proses perencanaan rencana detail tata ruang perkotaan
Terangun juga memiliki berbagai kendala diantaranya sekretaris dinas pekerjaan umum
dan penataan ruang Kabupaten Gayo Lues tidak memahami RDTR ini secara baik,
terdapat unsur politik kepala daerah dalam penentuan perkotaan Terangun ini sebagai
deliniasi RDTR, tidak ada sumber daya manusia yang mumpuni di dinas pekerjaan umum
dan penataan ruang Kabupaten Gayo Lues, dan lainnya.
Rencana detail tata ruang perlu disusun dengan menggunakan perencanaan
generasi pertama: perencanaan rasional komprehensif karena berkaitan dengan
karakteristik dari perencanaan rasional komprehensif yang memiliki ciri khas rencana
yang menyeluruh pada semua aspek, orientasi jangka panjang dimana rencana detail tata
ruang memiliki jangka waktu pelaksanaan selama 20 tahun dan memuat aspek yang
cukup komprehensif.

5. Kesimpulan
Kajian karakteristik perencanaan generasi pertama: model perencanaan rasional
komprehensif dan contoh implementasinya yaitu Rencana Detail Tata Ruang Perkotaan
Terangun Kabupaten Gayo Lues, maka dapat disimpulkan bahwa perencanaan generasi
pertama: perencanaan rasional komprehensif ini memiliki kelebihan antara lain:
kelengkapan aspek yang dibahas dalam produk rencana dapat dikatakan lengkap,
perencanaan tidak hanya didasarkan pada pengetahuan saja, namun juga dikomparasikan
dengan teori dan pengalaman agar dihasilkan rencana yang rasional, cocok dengan model
rencana detail tata ruang yang berorientasi jangka panjang, dan perencanaan ini juga
menghasilkan solusi yang dapat dikatakan terbaik karena dikeluarkan melalui
serangkaian pengujian alternatif dan konsekuensinya. Sedangkan kekurangan dari
perencanaan rasional komprehensif ini adalah peran masyarakat agak terabaikan karena
perencana menjadi pelaku sentral perencanaan, cenderung menghabiskan waktu dan

5
biaya yang besar, serta membutuhkan sumber daya manusia yang mumpuni karena
manusia cenderung memiliki keterbatasan intelektual.

6. Daftar Pustaka
Sujarto, Djoko. 2003. Perencanaan Tata Ruang. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
CRPLAN 2110 (2017) ‘Planning Theory’, Creating Innovative Cities and Regions.
Hostovsky, C. (2006) ‘The Paradox of the Rational Comprehensive Model of Planning
Tales from Waste Management Planning in Ontario , Canada’, pp. 382–395. doi:
10.1177/0739456X05282831.
Masik, A. (2005) ‘Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan’, Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, Vol.16/No. 3, 16(3), pp. 1–23.
Priyani, R. et al. (2007) ‘Pluralitas Dalam Teori Perencanaan’, 18(3), pp. 23–39.
Schonwandt, W. (2008) Planning in Crisis? Theoretical Orientations for Architecture
and Planning.

Anda mungkin juga menyukai