Anda di halaman 1dari 15

MK.

TEORI DAN PRAKTEK PERENCANAAN

TEORI PERENCANAAN INKREMENTAL

Oleh:

A. A. BAGUS BAYU BASKHARA HUTAMA (NIM 1981811004)


A. A. BAGUS BAYU ANGGAWIRYA (NIM 1981811010)
GDE EKA KARTIKA PUTRA (NIM 1981811032)
PUTU DIKA ARYANGGA (NIM 1981811034)

PROGRAM STUDI MAGISTER ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Definisi Teori Perencanaan Inkremental
Perencanaan Inkremental yaitu perencanaan yang lebih mementingkan aspek dialog,
menerima kritikan dan saran demi kepentingan bersama. Selain itu dalam melakukan
perencanaan sangat mempertimbangkan pengalaman, aturan praktis, berbagai teknis dan
koordinasi (Horvat, 1972 dalam Barclay M. Hudson, 1979). Sedangakan menurut Lindblom
(1965) teori perencanaan Inkremental mencerminkan suatu pengambilan keputusan yang
menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan. Teori Inkemental pertama kali oleh
seorang ekonom Charles E. Lindblom melalui karya tulis yang berjudul “The Science of
Muddling Throught”. Teori Inkremental melihat pemecahan suatu masalah dengan sudut
pandang yang lebih realistik terhadap keterbatasan yang dimiliki oleh pembuat kebijakan.

Pendukung dari teori Inkremental menyatakan bahwa teori ini merupakan teori “tambal
sulam”. Teori Inkremental dianggap jauh lebih cepat dalam menyelesaikan masalah disbanding
dengan teori komperhensif atau menyeluruh. Inkremental sendiri berarti kebijakan yang
mengalami perubahan sedikit demi – sedikit. Hal yang paling mendasar dari teori inkremental
adalah adanya keterbatasan terhadap pembuat keputusan.

Perencanaan Inkremental lebih bersifat desentralisasi atau tidak memusat, dan tidak
cocok digunakan untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini hanya ditujukan untuk perencanaan
jangka pendek saja dan hanya memperhatikan faktor-faktor lingkungan. Hal yang paling
mendasar dari Perencanaan Inkremental adalah dari adanya keterbatasan-keterbatasan yang ada
dalam pembuat keputusan, maka Perencanaan Inkremental hanya memusatkan perhatiannya pada
modifikasi atas kebijakan yang ada sebelumnya. Pokok teori Inkremental antara lain :

1. Dalam hal pembuatan keputusan hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang


langsung berhubungan dengan pokok masalah.
2. Tiap alternatif hanya sejumlah kecil dari akibat – akibat yang mendasar aja yang kan
dievaluasi.
3. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur.
4. Tidak terdapat keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah.

1
Konsep Teori Perencanaan Inkremental

Konsep teori Inkremental ini bersifat pragmatis, tidak bermaksud mencari pilihan
kebijakan yang terbaik, melainkan hanya mencari alternatif yang dapat dilaksanakan.
Perencanaan Inkremental lebih menekankan pada perencanaan jangka pendek karena lebih riil
dan mudah diwujudkan jika dibandingkan dengan jangka panjang. Teori ini dikemukakan oleh
filsafat pragmatisme, yang menyatakan bahwa “Yang baik adalah yang berguna pada masa
sekarang”. “Yang berguna pada masa sekarang hanya ditentukan dan dicari pada masa
sekarang”.

Asal Munculnya Teori Inkremental

Teori Inkremental pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom bernama Charles E.
Lindblom pada sebuah karya tulis yang berjudul “The Science of Muddling Throught”. Teori ini
merupakan kritik terhadap teori rasional komperhensif dan berupaya untuk mengatasi kelemahan
– kelemahan yang dimiliki oleh teori rasional kemprehensif Teori ini mengacu pada pemecahan
masalah dengan sudut pandang yang realistis terhadap keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki
oleh para pembuat kebijakan. Tampilan dari ekonom bernama Charles E. Lindblom dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 1. Charles E. Lindblom


Sumber: https://politicalscience.yale.edu/ lindblom

2
Lahirnya Teori Inkremental tidak terlepas dari kritik terhadap Teori Rasionalitas
Komprehensif yang dinilai tidak cocok lagi untuk menyelesaikan persioalan-persoalan publik.
Teori Incremenral mencerminkan sebagai suatu teori pengambilan keputusan untuk menghindari
masalah. Selain itu Teori Inkremental ini juga merupakan teori yang lebih banyak
menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil
keputusan sehari-hari.

Inkrementalisme (Hartle, 1980:129) karakteristik keputusannya sebagai berikut:

1. Pembuat keputusan tidak berusaha meneliti dan menilai secara komprehensif semua
alternatif, melainkan memusatkan perhatian hanya pada kebijakan yang bebeda secara
inkramental (bebeda sedikit) dengan kebijakan-kebijakan terdahulu.
2. Hanya sejumlah kecil alternatif-alternatif kebijakan yang dipertimbangakan
3. Setiap alternatif kebijakan, hanya sejumlah konsekuensi-konsekuensi kebijakan penting yang
terbatas saja yang dinilai.
4. Setiap masalah yang dihadapi pembuat keputusan secara terus menerus diredifinisi.
5. Memberi kesempatan penyesuaian tujuan cara-cara dan cara tujuan agar masalahnya dapat
diselesaikan secara lebih mudah.
6. Tidak ada keputusan tunggal, atau pemecahan yang benar terhadap setiap masalah. Pilihan
kebijakan diambil didasarkan pada kesepakatan diantara para analis, bahwa keputusan itu
merupakan keputusan yang terbaik.
7. Pengambilan keputusan secara inkremental, pada dasarnya bersifat perbaikan secara tambal
sulam dari ketidak-sempurnaan yang dapat dikenali, bukan pencapaian tujuan-tujuan sosial
secara ambisius (tujuan-tujuan sosial yang besar di masa depan).

Jenis Perencanaan Inkremental

Perencanaan Inkremental menurut Lindblom (1965) dapat dibagi atas dua macam yaitu : 1.
Disjointed incremental dan 2. Jointed incremental.

A. Disjointed incremental
Disjointed incremental atau yang biasa disebut dengan Perencanaan Terpilah menurut
Lindblom (1965) merupakan perencanaan yang melakukan perencanaan sepotong –
3
sepotong tanpa memikirkan kesinambungan. Disjointed incremental muncul sebagai
tanggapan dari ketidakefektifan perencanaan dengan pendekatan rasional menyeluruh.
Perencanaan Disjointed incremental memilik 3 ciri utama, diantaranya :

1. Perencanaan terpilah yang tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi
alternatif, rencana secara menyeluruh.
2. Perencanaan hanya mempertimbangkan bagian – bagian dari kebijakan umum
yang berkaitan langsng dengan unsur atau subsistem yang diprioritaskan
3. Terbatasnya lingkup perencanaan yaitu hanya pada unsur subsistem tertentu saja,
maka ada anggapan bahwa pelaksanaan menjadi lebih mudah dan realistik.

B. Jointed incremental
Jointed incremental menurut Lindblom (1965) merupakan perencanaan yang
berkesinambungan (jointed) antara potongan – potongan perencanaan, meskipun
perencanaan tersebut tidak pernah ditetapkan / dipikirkan di masa depan, serta potongan
– potongan yang berkesinambungan tersebut tidak pernah dipikirkan dalam jangka
panjang.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Inkremental

Perencanaan Inkremental menurut Lindblom (1965) memiliki beberapa kelebihan dan


kekurangan diantanya adalah :

A. Kelebihan Teori Inkremental

1. Tidak memerlukan banyak informasi data dan dapat dengan cepat mengambil
keputusan.
2. Didasarkan pada pengalaman-pengalaman perencana saja.
3. Mempunyai ukuran rasional yang lebih kecil dibandingkan pendekatan sebelumnya.

B. Kelemahan Teori Inkremental

1. Keputusan-keputusan yang diambil hanya untuk kepentingan kelompok yang kuat


saja, sehingga kepentingan kelompok yang lemah terabaikan.

4
2. Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak
memperhatikan berbagai macam kebijkan lain.
3. Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang Inkremental tidak
tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar dan
mendasar.
4. Pendekatan Inkremental tidak didasari oleh efektivitas belanja kegiatan sehingga
kegiatan bersifat monoton dan banyak dijumpai penggunaan anggaran yang tidak
relevan.
5. Keputusan yang diambil mewakili kepentingan dari kelompok yang kuat sehingga
kepentingan dari kelompok lemah terabaikan dan dinomor duakan.

Keterkaitan Perencanaan Inkremental dengan Teori Politik Liberal

Menurut Lindblom (1965) perencanaan incremental merupakan perencanaan dalam


jangka pendek yang perencanaannya dilakukan sepotong demi sepotong bersambung, yang tidak
dipikirkan secara jangka panjang. Pelaku perencanaan inkremental tidak hanya dari satu instansi
atau lembaga melainkan dapat bersumber dari seluruh unsur atau kelompok – kelompok
masyarakat. Dikarenakan dilakukan sepotong demi sepotong, perencanaan Inkremental tidak
mengenal tujuan perencanaan atau cara mencapainya. Potongan perencanaan yang ditetapkan
berdasarkan kebutuhan masyarakat saat itu, sehingga perencanaan ini bersifat bebas independen
terhadap potongan perencanaan yang lain, dan hal ini dilakukan dikarenakan perencanaan
Inkremental berlandaskan politik liberal.

Liberalisme menurut Kekes (1997) merupakan salah satu jenis paham atau ideologi yang
menjungjung kebebasan, dan mengakui hak hak individual baik dalam bidang politik, agama,
sosial, ekonomi, maupun kebudayaan yang dilindungi oleh pemerintah negara. Perencanaan
inkremental berkaitan dengan teori politik liberal yang bersifat bebas independen dikarenakan
mendorong kebebasan antar kelompok untuk melakukan perencanaannya sendiri yang sepotong
- sepotong dan tidak terikat dengan pencapaian jangka panjang.

5
Contoh Penerapan Perencanaan Inkremental

Terdapat beberapa contoh terkait penerapan teori perencanaan inkremental dalam


pembangunan maupun kebijakan yang dilaksanakan di Indonesia, diantaranya :

1. Penutupan Sungai Sentiong (Kali Item) DKI Jakarta dengan jaring hitam

Sungai Sentiong atau kali item merupakan sungai yang berada di kawasan
kemayoran, Jakarta tepatnya bersebelahan dengan Wisma Atlet kemayoran. Sungai ini
merupakan sungai dengan tingkat pencemaran yang tinggi oleh sampah yang yang
dibuang sembarangan ke sungai maupun limbah seperti limbah detergen, sehingga sugai
ini mengeluarkan bau yang menyengat dan tidak enak serta airnya berwarna hitam.
Dikarenakan airnya yang berwarna hitam sungai ini pun diberi nama lain “Kali Item”
oleh masyarakat sekitar. Gambaran sungai Sentiong dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Sungai Sentiong


Sumber: CNN Indonesia / Wulandari

Sungai Sentiong merupakan permasalahan serius yang dihadapi oleh masyarakat


maupun pemerintah Kota Jakarta dikarenakan sungai ini memberikan dampak yang
negatif bagi warga yang beraktivitas maupun tinggal di dekat sungai. Menjelang
digerlarnya Asian Games 2018 lalu yang berlokasi di Jakarta, Gubernur Jakarta Anies
Baswedan beserta berserta dengan Pemprov DKI melakukan tindakan penutupan ruas
sungai Sentiong dengan jaring hitam. Menurut Diah (2018) Gubernur Jakarta Anies

6
Baswedan menjelaskan pemasangan jaring hitam selebar 20 meter pada ruas kali item
bertujuan untuk mengurangi aroma tidak sedap yang berasal dari kali tersebut
dikarenakan kali item berdekatan dengan fasilitas – fasilitas penting yang mendukung
penyelenggaraan Asian Games 2018 seperti Wisma Atlet. Gubernur Jakarta tersebut
menambahkan bahwa pada waktu tertentu, utamanya siang dan sore aroma dari sungai
Sentiong mengalami peningkatan, sehingga aroma tidak enak tersebut tercium sampai
lingkungan Wisma Altet. Gambaran sungai Sentiong yang telah dipasangi jaring hitam
dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sungai Sentiong setelah ditutup jaring


Sumber: CNN Indonesia / Wulandari

Kebijakan yang dilakukan Gubernur DKI berserta dengan Pemprov DKI Jakarta
ini tentu saja memberikan berbagai tanggapan dari segala kalangan dikarenakan
penutupan kali dengan jaring hitam yang berbahan dinilai tidak efektif dalam
pembersihan lingkungan sekitar sungai Sentiong dari bau tak sedap. Kebijakan yang
dilakukan oleh Gubernur DKI berserta dengan Pemprov DKI Jakarta merupakan salah
satu penerapan perencanaan Disjointed incremental dikarenakan kebijakan penutupan
sungai Sentiong dengan kain merupakan kebijakan yang dikalukan terbatas hanya pada
sungai Sentiong, dan kebijakan ini hanya bersifat sementara dan dilakukan untuk
menanggulagi masalah bau pada sungai Sentiong dikarenakan akan dilangsungkan event
Asian Games 2018. Selain itu, kebijakan penutupan kali item dengan kain juga
7
merupakan kebijakan yang tidak mempertimbangkan banyak aspek, dan hanya
memfokuskan untuk menghilangkan bau tak sedap yang dihasilkan kali item.

2. Pemasangan paving di area Jalan Gajah mada


Jalan Gajah Mada terletak di pusat Kota Denpasar dengan panjang sekitar 800
meter dan lebarnya ± 14 meter. Lokasinya terbentang dari ujung barat (persimpangan
jalan Thamrin) sampai ke ujung timur yaitu Patung Catur Muka (persimpangan jalan
Veteran). Jalan ini pada awalnya merupakan jalan provinsi tetapi beralih status menjadi
jalan kota. Jalan Gajah Mada Denpasar, merupakan koridor utama di kota Denpasar.
Koridor ini memiliki nilai-nilai akses, historis dan ekonomis bukan saja bagi penduduk
Denpasar bahkan penduduk Bali. Saat ini kawasan jalan Gajah Mada merupakan salah
satu sentra perbelanjaan retail di Denpasar. Selain itu di koridor tersebut juga terdapat
fungsi-fungsi penting pemerintahan yang terintegrasi dengan kawasan suci pusat
persembahyangan kota Denpasar (Pura Jagadnatha), pasar tradisional Badung (Peken
Badung), alun-alun kota, rumah jabatan Gubernur, dan Kerajaan Denpasar (Puri Satria).
Demikian pula, titik nol kilometer kota Denpasar juga terletak di koridor jalan tersebut.

Gambar 3 Peta Lokasi Jalan Gajah Mada – Denpasar

Sumber : (Suweda:2013)

Maka daripada itu tidak mengherankan akhirnya kawasan ini mendapatkan perhatian
khusus dari pemerintah kota dan pemerintah provinsi, khususnya dalam rangka
8
mewujudkan motto „Denpasar Kota Berbudaya‟. Bahkan, Jalan Gajah Mada Denpasar
telah ditetapkan sebagai kawasan heritage atau kawasan warisan budaya yang
diberlakukan sejak awal Desember 2008. Untuk mendukung penetapan kawasan Jalan
Gajah Mada sebagai kawasan heritage, pemerintah provinsi Bali diantaranya telah
mengganti lapisan perkerasan jalan dari lapisan perkerasan lentur (aspal) menjadi lapisan
perkerasan paving. Pergantian lapisan perkerasan ini tentunya menimbulkan dampak,
baik positif maupun dampak negatif, khususnya terhadap pemakai jalan dan lalu-lintas
kendaraan lainnya.

Gambar 4 Kondisi Jalan Gajah mada

Sumber : (Suweda:2013)

Dampak Positif Perkerasan Paving: (Suweda:2013)


• Lebih mendukung Jalan Gajah Mada sebagai kawasan heritage atau kawasan budaya,
karena dari segi arsitektur terlihat lebih indah dan alamiah.
• Jika terjadi kerusakan maka dapat diganti secara setempat-setempat saja dimana
terjadinya kerusakannya, sehingga lebih efisien dari segi waktu dan tentunya tidak
mengganggu lalu-lintas saat perbaikan lapisan perkerasan tersebut.
• Tinggi permukaan jalan tidak akan mengalami peningkatan ketinggian karena jika
terjadi kerusakan, maka paving akan diganti sehingga tinggi permukaan jalan akan tetap,
berbeda dengan permukaan lentur dimana setiap dilakukan overlay, maka akan
9
mengalami peninggian berkisar 3 - 5 cm. Hal ini tentunya akan berdampak langsung
terhadap ketinggian trotoar, kanstein jalan dan daerah/bangunan sekitarnya.
• Dapat dilaksanakan dengan sistem padat karya yang mempekerjakan banyak tenaga
kerja.
Dampak Negatif Perkerasan Paving:
• Mengurangi tingkat kenyamanan pengendara dimana perkerasan paving umumnya
memberikan getaran lebih besar pada kendaraan, sehingga akan mengurangi kenyamanan
pengendara saat melalui jalan ybs.
• Berkurangnya lebar badan jalan karena perkerasan paving juga disertai dengan penataan
taman di badan jalan Gajah Mada, jika dibandingkan dengan perkerasan lentur
sebelumnya.
• Umur rencana yang relatif lebih singkat jika dibandingkan perkerasan lentur. Umur
rencana perkerasan paving berdasarkan hasil observasi terhadap Jalan Kamboja di
Denpasar adalah sekitar 4 tahun sehingga lebih sedikit dari umur rencana perkerasan
lentur yaitu berkisar 8 tahun dengan volume lalu-lintas sedang.
• Kerusakan lebih mudah terjadi, dimana tipikal kerusakannya adalah kerusakan retak
yang mungkin disebabkan beban lalu-lintas berat. Umumnya kerusakan perkerasan
paving akan menimbulkan lubang yang agak dalam sehingga berbahaya bagi pengguna
jalan, sedangkan jika pada perkerasan lentur kerusakan yang terjadi umumnya berupa
retak buaya dengan penurunan ketinggian yang relatif kecil sehingga tidak terlalu
berbahaya bagi pengendara.
• Perkerasan paving mudah dicuri oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab terhadap
keselamatan orang lain, sehingga mempercepat proses kerusakan jalan.
Kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah kota denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali
merupakan salah satu penerapan perencanaan Disjointed incremental dimana
pemasangan paving di seputaran jalan Gajah mada adalah kebijakan yang diambil
termasuk cepat tanpa memikirkan kelanjutan dari pemasangan paving tersebut hanya
terfokus pada bagaimana untuk memperindah tampilan jalan Gajah mada agar lebih
menarik. Dari kebijakan paving ini pemerintah kota denpasar nampaknya akan keberatan
untuk biaya pemeliharaan kedepan karena bahan paving sangat mudah keropos apalagi
dengan kondisi jalan yang padat kendaraan.
10
3. Penghijauan Pada Area Reklamasi Pelabuhan Benoa

Seperti yang diketahui, Gubernur Bali I Wayan Koster sempat meminta kepada
Pelindo III untuk menghentikan reklamasi Pelabuhan Benoa seluas 85 hektare yang
menyebabkan kerusakan lingkungan dan matinya hutan mangrove seluas 17 hektare.
Menghentikan reklamasi tersebut dalam artian tidak membiarkan tanah yang sudah
direklamasi berjubel begitu saja. Proses reklamasi sudah rampung sebesar 88% dari target
seperti pada Gambar 1.

Gambar 5. Penampakan Area Reklamasi Pelabuhan Benoa


Sumber: balipuspanews.com

Gubernur Koster meminta kepada Pelindo III untuk melakukan normalisasi pada
tanah dan mencabuti bakau yang sudah mati lalu ditimbun sebelum melakukan
penanaman kembali. Pelindo III juga sudah berkomitmen untuk menghijaukan kembali
area yang terdampak reklamasi tersebut seluasa 30 hektare. Selain melakukan
penghijauan, Pelindo III juga akan membangun areal melasti seluas satu hektare. Hal ini
merupakan suatu contoh dari penerapan perencanaan jointed incremental, karena
melakukan penghijauan di sebagian area yang tereklamasi merupakan kebijakan dari

11
Pemerintah Provinsi Bali untuk mengatasi masalah rusaknya area hutan mangrove dan
mengatasi masalah tersebut untuk masa sekarang.

4. Kebijakan Memberikan Ijin PKL Berjualan di Trotoar

Trotoar merupakan jalur yang diperuntukan untuk pejalan kaki yang posisinya
sejajar dengan jalan akan tetapi lebih tinggi dan memiliki perkerasan yang berbeda
dengan jalan raya agar memberikan kesan nyaman terhadap pejalan kaki. Trotoar
merupakan salah satu elemen dari perancangan kota yang direncanakan dengan baik
untuk kenyamanan pengguna trotoar.

Di Jakarta tepatnya Jalan Jati Baru, Tanah Abang fungsi dari trotoar terlihat
berbeda seperti biasanya, kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur baru Provinsi
Jakarta Bapak Anies Baswedan, yaitu mengijinkan para pedagang kaki lima (PKL)
berjualan di atas trotoar, hal ini tentu mendapatkan kritikan yang baik bagi yang pro
terhadap kebijakan dan kritikan yang buruk terhadap yang kontra dengan kebijakan
tersebut. Estetika dan kebersihan dari trotoar juga akan menjadi tidak baik dan merubah
fungsi utama dari trotoar tersebut.

Penggunaan trotoar sebagai tempat berjualan banyak dampak negative yang akan
ditimbulkan yaitu mempersempit ruang gerak dari pejalan kaki yang ada di trotorar
tersebut dan dapat menyebabkan kemacetan karena padatnya manusia yang ada di trotoar.

Menurut wawancara wartawan Andrean Kristianto dengan pengamat tata kota


Bapak Nirwono Joga dari Universitas Trisakti mengatakan bahwa kebijakan Gubernur
DKI Jakarta Bapak Anies Baswedan yang membagi ruang antara pedagang kaki lima
dengan pejalan kaki dinilai tidak efektif. Nirwono mengatakan seharusnya anies
mematuhi Undang Undang nomor 38 tahun 2004 tentang jalan dan undang undang nomor
22 tahun 2004 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang menyatakan melarang PKL
untuk berjualan di trotoar.

12
Gambar 6 Pengendara melintas disamping pedagang kaki lims Jakarta Timur, Kamis
(29/11/2018). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Seperti yang dilihat pada gambar 6 dan 7, bagaimana kondisi trotoar yang
digunakan untuk berdagang dan menjadi satu dengan pejalan kaki yang tidak memiliki
kepentingan dengan pedagang, tujuan dari pemerintah di bawah perintah Bapak Anies
Baswedan untuk merangkul pedagang kaki lima agar memiliki pendapatan yg lebih itu
sangat baik, akan tetapi cara untuk mencapai hal tersebut kurang tepat, karena trotoar
diperuntukan untuk pejalan kaki dan sudah di rencanakan dengan baik sebelumnya untuk
kenyamanan pengguna trotoar.

Menurut pendapat kami dengan adanya kebijakan ini jika dipertahankan akan
memberikan contoh yang tidak baik terhadap Provinsi - provinsi dan Daerah - daerah
lainnya, karena hal ini tidak baik untuk dipertahankan. Saran yang dapat kami berikan
terhadap hal ini yaitu pedagang kaki lima dibuatkan tempat khusus untuk berjualan, yang
dimana tidak menganggu lalu lintas dan jalur pejalan kaki.

Gambar 7 Pedagang yang berjualan di trotoar Jalan Jati Baru , Jumat (30/11/2018). 13
(CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Daftar Pustaka

Andrean Kristianto, https://megapolitan.kompas.com/read/2019/10/14/06133681/pengamat-


kebijakan-pemprov-dki-izinkan-pkl-berjualan-di-trotoar-tak?page=all . Diakses pada
tanggal 25 November 2019.

Diah Ayu, Patricia, 2018, Kali Item Ditutup Kain Hitam, Anies Berdalih Kurangi Bau, CNN
Indonesia URL : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180720134518-20-
315667/kali-item-ditutup-kain-hitam-anies-berdalih-kurangi-bau

Dusep Malik, Bobby Andalan. 2018 https://www.vivanews.com/bisnis/ekonomi/4781-soal-


reklamasi-pelabuhan-benoa-pelindo-iii-temui-gubernur-bali. Diakses pada tanggal 25
November 2019.

Hudson, Barclay M. 1979. “Comparison of Current Planning Theories: Counterparts and


Contradictions”. APA Journal, October 1979, pp. 387-398.

Robinson Gamar, https://regional.kontan.co.id/news/gubernur-bali-mengatakan-tidak-bisa-


menghentikan-proyek-di-reklamasi-pelabuhan-benoa. Diakses pada tanggal 25
November 2019.

Kekes, John, 1997, Against Liberalism. Cornell University Press, N.York

Lindblom, Charles. 1965. The Intelligence of Democracy. Free Press, New York.

Suweda,I Wayan.2013. Dampak pergantian lapisan permukaan jalan terhadap Biaya


pemeliharaan (Studi Kasus: Jalan Gajah Mada Denpasar-Bali).(serial online) available
on: url: https://ojs.unud.ac.id

14

Anda mungkin juga menyukai