Disusun oleh:
Nama : Alfisyahrin
NIM : 21040116120032
Kelas :A
Latar Belakang
Sejarah panjang teori perencanaan penuh dengan beragam model teori yang berbeda,
beberapa diantaranya telah berubah dan bekembang bahkan menghliang. Pada dasarnya teori
perencanaan terbagi dalam tiga garis besar yaitu teori perencanaan generasi pertama yang
berbicara tentang rasionalitas instrument atau teknis, generasi kedua yang berfokus pada
pengertian perencanaan secara komunikatif dan partisipatif, serta generasi ketiga yang mulai
fokus pada konten perencanaan itu sendiri. Meskipun mulai dianggap tidak relevan dengan
perkembangan dunia khususnya di berbagai negara maju, teori perecanaan generasi pertama
ini menjadi teori dasar yang digunakan dalam RUTRK.
Perkembangan teori serta praktik perencanaan kota selalu mengalami perkembangan
dari masa-masa ke masa. Perencanaan komprehensif menjadi salah satu teori yang banyak
digunakan di Indonesia. Perencanaan Rational Comprehensif Planning (RCP) merupakan
model perencanaan yang sangat dipengaruhi oleh Classical Scientific Method yang dilandasi
oleh pendangan postivisme dan Cartesian – Newtonian. RCP dibentuk atas rasionalitas.
Rasionalitas menuntut dasar pertimbangan yang sistematik dan evaluasi yang tepat terhadap
berbagai alternatif cara untuk mencapai tujuan. Dalam penerapan rasionalitas dalam proses
perencanaan perlu mengkaji semua persoalan yang muncul serta informasi yang lengkap dan
menyeluruh dalam perencanaan.
Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini yaitu untuk mengkaji karakteristik teori perencanaan
generasi pertama dan menunjukkan contoh implementasinya di indonesia
Contoh Implementasi
Perkembangan peraturan perundang-undangan perencanaan komperhensif tata ruang
telah diatur sejak tahun 1987 yang mana ada pedoman penataan ruang dari Menteri Pekerjaan
Umum tahun 1987 yang kemudiaan hingga saat ini muncul Pedoman Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah dari Menteri Pekerjaan Umum tahun 2009. Contoh impelementasi
penerapan perencanaan generasi pertama dalam perencanaan formal digunakan dalam proses
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM), maupun Master Plan. Sebagai contoh, dalam proses penyusunan RTRW
Kabupaten yaitu:
Persiapan penyusunan RTRW Kabupaten
Pengumpulan data yang dibutuhkan
Pengolahhan dan analisis data
Perumusan konsep RTRW, dan
Penyusunan raperda tentang RTRW kabupaten
Tahapan penyususnan dipengaruhi oleh situasi dan kondisis aspek politik, social,
budaya, pertanahan, keamanan, keuangan/pembiayaan pembangunan daerah, ketersediaan
data, dan faktor lainnya didalam wilayah kabupaten bersangkutan. Adapun keterkaitan teori
rasional komprehensif dalam praktek penyusunan RTRW di Indonesia dapat dilihat dari
penyusunan sebagai berikut:
1. Berfikir secara menyeluruh (komprehensif). Hal ini terdapat pada bagian RTRW yang
bersifat perencanaan strategis.
2. Teori Top-down; yang mana penataan ruang merupakan wewenang pemerintah.
3. Terbatas dalam lingkup yuridiksi dan analisis hinterland saja. Banyak yang melakukan
kerjasama antar daerah dalam melakukan perencanaan.
4. Rinci dalam rencana jangka panjang. Akan teapi tetap 5 tahun boleh dievaluasi dan
bila perlu rencana bias diubah (yang berarti fleksibel).
Kesimpulan
Perencanaan rasionalistik mengedepankan konsep dan gagasan yang dapat diterima
oleh akal, khususnya rasio dari para planning-stakeholders. Teori perencanaan generasi
pertama atau Rational Comprehensive Planning memiliki kelebihan serta kekurangan dalam
penerapan nya. Adapun kelebihan dari model ini sebagai berikut:
1) Bersifat ”keahlian” karena itu seorang perencana dituntut memahamai perencanaan
baik dari sisi teknis maupun filosofi.
2) Pada umumnya perencanaan model ini dilakukan bersifat perorangan, namun tidak
menutup kemungkinan bersifat kolektif atau kelompok dengan asumsi kepentingan
individu menyesuaikan kepentingan kelompok.
3) Karakter dasar perencanaan bersifat komprehensif (menyeluruh), yakni
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan, sehingga semua
masalah ingin coba diselesaikan.
Kekurangan model ini adalah:
1) Kurang dapat memperhitungkan sumber daya yang tersedia, karena berasumsi bahwa
sumber daya dapat dicari dan diusahakan.
2) Pembuat keputusan dipegang para ahli/perencana sedangkan masyarakat hanya
diberikan sedikit peran, biasanya hanya dalam bentuk publik hearing yang sifatnya
serimonial. Dalam hal ini perencana menganggap paling tahu atas segala permasalahan
3) Perencanaan bersifat reduksionisme, determenistik dan obyektif sehingga bersifat
sektoral.
Daftar Pustaka
De Roo, G., & Silva, E. A. (Eds). (2010). A Planner’s encounter with complexity. Ashgate
Publishing, Ltd..
Islamy, M. Irfan. 1988. Materi Pokok Kebijakan Publik. Jakarta; Universitas Terbuka
Abdul Wahab, Solichin. 2002. Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke Implementasi
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
Suwirtini Sri.2009.Konsep Dasar Kebijakan Publik.Semarang:Badan Penerbit Universitas
Diponegoro Semarang
A. D., Wicaksono., 2017. Control Mechanism in the Third-Generation Planning. Case Study:
Control to Realize Sustainable Cities. Earth Environ.
Alexander, E. R., 1988. Planning Roles and Context. New York. McGraw Hill
Banfield, E,. 1973. Ends and Means in Planning. Dalam : A. Faludi, Ed. A reader in Planning
Theory. New York. NY: Pergamon Press.