PEMBANGUNAN DAERAH
Wesley L. Hutasoit
KONTRAK BELAJAR
sebagai suatu proses dimana tujuan-tujuan, bukti-bukti faktual dan asumsi-asumsi diterjemahkan
sebagai suatu proses argumen logis ke dalam penerapan kebijaksanaan yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan-tujuan.
Ginanjar Kartasasmita : Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi management adalah proses
pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan, untuk mencapai tujuan yang di kehendaki
(1997:48).
John Burch dan Gary Grudnitski :Perancangan adalah penggambaran, perencanaan, dan
pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah dari satu kesatuan yang
utuh dan berfungsi.
Ginanjar mengutip Gharajedaghi dan Ackoff (1986) perencanaan ideal, adalah : Partisipatif,
berkesinambungan, dan holistik.
SYARAT DAN UNSUR PERENCANAAN
Syarat-syarat perencanaan: Unsur-unsur dari perencanaan adalah
sebagai berikut ::
1. Rasional dan realistis What - Tindakan atau kegiatan apa yang
2. Jelas harus dikerjakan?
3. Terarah Why -Mengapa kegiatan tersebut harus
dilaksanakan?
4. Fleksibel
Where -Dimana kegiatan tersebut
5. Seimbang dilaksanakan?
6. Continue When -Kapan tindakan atau kegiatan
tersebut dilaksanakan?
Who - Siapa yang akan melaksanakan
kegiatan tersebut?
How - Bagaimana cara melaksanakan
kegiatan tersebut?
UNSUR-UNSUR PERENCANAAN MENURUT LAN-RI
Ginanjar Kartasasmita (1994) : Suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya
yang dilakukan secara terencana.
M. L. Jhingan (1984), pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu
penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam
jangka waktu tertentu pula.
Pembangunan adalah Upaya untuk memperluas kebebasan riil yang dapat dinikmati
oleh masyarakat. Perluasan kebebasan dipandang sebagai tujuan utama
pembangunan (Pembangunan, Kebebasan, dan Mukjizat Orde Baru, 2004)
Pembangunan adalah Proses perubahan ke arah kondisi yang lebih baik melalui upaya
yang terencana.
1. Aspek Lingkungan
2. Aspek Potensi dan Masalah
3. Aspek Institusi Perencana (pemerintah)
4. Aspek Ruang dan Waktu
5. Aspek Legalisasi Kebijakan
1. Mengetahui Locus: mengerti, mengetahui, dan memahami kondisi umum daerah yang dijadikan
sasaran pembangunan.
2. Memiliki visi dan misi pembangunan.
3. Mempunyai sasaran dan target pembangunan
4. Memiliki strategi pembangunan
5. Adanya prioritas pembangunan
6. Memiliki program dan kegiatan pembangunan yang jelas
ANALISIS DALAM
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DEFENISI PPD
a.Perencanaan dapat dilihat sebagai suatu proses dimana tujuan-tujuan,
bukti-bukti faktual dan asumsi diterjemahkan sebagai suatu proses
argumen logis ke dalam penerapan kebijaksanaan yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan-tujuan.
b. Ginandjar Kartasasmita, menyatakan bahwa pada dasarnya
perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan
keputusan dari sejumlah pilihan, untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki.
c. Moore, yang mengungkapkan bahwa segala sesuatu pengambilan
keputusan berkaitan dengan alokasi dan distribusi berbagai sumber daya
adalah perencanaan.
d. Chadwik, berpendapat bahwa perencanaan merupakan suatu proses
pemikiran dan tindakan dan kegiatan manusia ke arah masa depan dan
sangat umum.
Sasaran dan Tujuan
Evaluasi Akhir
Penerapan Metode
Identifikasi
Monitoring
Tahapan Analisis Masalah
Evaluasi
Perencanaan sebagai Keadaan
Referensi
Analisis Alternatif
Hasil
Perencanaan
Siklus Perencanaan Pembangunan Daerah
Pemahaman Daerah
Pelaksanaan/Implementasi
Perumusan Tujuan
Penganggaran
Pengujian Alternatif
Strategi/Program
Analisis Daerah
* Perumusan dan identifikasi mengevaluasi strategi atau pilihan
dampaknya, serta pengammbilan keputusan
* Analisis Daerah bertujuan memperoleh data dan informasi secara
sistematis tentang kondisi utama lingkungan, fisik,
SosBudEkoPol,administratif daerah yang sedang dikaji.
* Tujuan dari analisis daerah untuk meningkatkan pemahaman para
perencana daerah dan masyarakat tentang situasi kini .
* Analisis Daerah dimulai dengan analisis kondisi kualitatif
pembangunan daerah pada saat ini, analisis kuantitatif, identifikasi
persoalan daerah dan sebab akibatnya.
Asumsi Pembangunan
* Full Employment : Kesempatan kerja atau partisipasi
termanfaatkan secara penuh
* Equal Productivity : Setiap memiliki kemampuan yang sama
* Rational Efficient : Masing-masing pelaku bertindak nalar
FUNGSI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Jenis Perencanaan lainnya yang biasa dilakukan, adalah:
Top Down Planning : Menitikberatkan pada perencanaan yang terpusat, dilaksanakan
bersinergi pada rencana strategis yang ada diatasnya dan merupakan manifestasi dari
komitmen pemerintah.
Bottom Up Planning: Perencanaan yang memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masy.
Apatisme masyarakat
Pertanyaan :
1. Jelaskan kondisi saat ekonomi mempengaruhi sosial?
2. Jelaskan kondisi saat sosial mempengaruhi ekonomi?
PERTEMUAN KE V
Pengalaman Perencanaan Pembangunan Di Indonesia
12 April 1947 presiden membentuk Badan Panitia Pemikir Siasat Ekonomi (BPPSE)
Atau “Brain Trust.”
Merumuskan rencana “Dasar Pokok daripada Plan Mengatur Ekonomi
Indonesia (Bintoro, 1985:34). Repelita I tahun 1969 sampai Repelita/Pelita VI.
Setelah orde era reformasi, lahir UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program
Pembangunan Nasional (PROPENAS), menerapkan Propenas untuk tingkat nasional
dan Propeda (program Pembangunan Daerah) serta Rencana Strategis (Renstra)
pembangunan.
UU No. 25 Tahun 2000 diganti dengan UU. No. 25 Tahun 2004 Tentang SPPN
(Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Landasan Filosofis UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN, adalah:
Cita-cita Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang bebas,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur;
Tujuan Nasional dengan dibentuknya pemerintahan adalah untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia;
Tugas Pokok Setelah Kemerdekaan adalah menjaga kemerdekaan serta
mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan;
Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka
diperlukan perencanaan pembangunan.
Azas dan tujuan perencanaan nasional, adalah:
Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi
dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.
Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis,
terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan
berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara :
Asas kepastian hukum
Asas tertib penyelenggaraan negara
Asas kepentingan umum
Asas keterbukaan
Asas proporsionalitas
Asas profesionalitas
Asas akuntabilitas
Potret Perencanaan Pembangunan Di Negara Berkembang
Keseimbangan 3 pilar :
* Pemerintah : Mendukung perluasan lapangan kerja, Menjalankan dan
menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif.
* Dunia usaha/Swasta : Mewujudkan penciptaan lapangan kerja dan pendapatan.
* Masyarakat : Penciptaan interaksi sosial, ekonomi, dan politik.
Pergeseran paradigma :
* Government : Memberikan hask ekslusif bagi negara untuk mengatur hal-hal
publik. Aktor diluar pemerintah hanya dapat disertakan jika negara mengijnkan.
* Governance : Persoalan-persoalan publik adalah urusan bersama pemerintah,
sipil, dan dunia usaha sebagai aktor utama.
Strategi Pembangunan Daerah
Sumber : RPJMD Kota Samarinda 2011-2015, dalam BPS Kota Samarinda 2015-2019
Pelaku Pembangunan (Stakeholders)
* Pemerintah :
1. Pengawasan terhadap dunia usaha swasata
2. Redistribusi melalui pelayanan kepada masyarakat.
* Dunia usaha swasta :
1. Memberi nilai pertumbuhan kepada pemerintah
2. Menyediakan pasar kepada masyarakat
* Masyarakat :
1. Pengawasan terhadap pemerintah
2. Sebagai sumber tenaga kerja bagi dunia usaha swasta
Menilai kemajuan dalam pelaksanaan program Memberikan gambaran pada suatu waktu tertentu
ang sedang berjalan suatu program
ilaksanakan terus menreus atau secara berkala Umumnya dilaksanakan pada pertengahan dan ak
lama program berjalan.
PERTEMUAN KE – VIII
PERENCANAAN STRATEGIS - RENSTRA
Renstra, dalam perencanaan strategis mendefenisikan nilai-nilai dan kekuatan-kekuatan
kesepakatan mengenai proses tindakan, prakteknya dengan menerjamahkan visi
mejadi realita (Walter dan Choat, 1984)
Pengertian renstra
* Berorientasi masa depan, memperkirakan, dan memprediksikan berdasarkan
pertimbangan rasional dan logis.
Point yang berkaitan dengan renstra
* Proses sistematis dan berkelanjutan
* Pembuatan/pengambilan keputusan yang berisiko
* Berdasarkan pengetahuan antisipatif dan diorganisir
* Pengukuran hasil dan umpan balik
Proses Perumusan Perencanaan Strategis
* Pernyataan misi dan tujuan umum. Pemikiran strategis yang di kembangkan di masa
depan
* Analisi lingkungan. Antisipasi faktor eksternal dan kondisi formulasi strategi
organisasi
* Memeriksa keadaan dan sumber daya internal. Evaluasi kelebihan dan kekurangan
organisasi
* Formulasi, evaluasi, dan menyeleksi strategi
Arti Penting Penyusunan Rencana Strategis (Renstra)
1. Memungkinkan masyarakat dan pemerintah daerah melakukan pengawasan akan
masa depan.
2. Memungkinkan masyarakat dan Pemerintah Daerah menciptakan suatu Outcome
yang mungkin tidak bisa terjadi dengan sendirinya.
3. Memungkinkan masyarakat dan pemerintah daerah melakukan investasi sekarang
untuk masa depan.
4. Memampukan masyarakat dan pemerintah daerah meminimumkan ketidakpastian
yang terdapat diluar.
5. Memungkinkan masyarakat dan pemerintah daerah seirama dengan arus/gerak
perubahan sekitarnya.
6. Menjadi sarana untuk meminimumkan resiko dan memaksimalkan hasil yang
dikehendaki.
7. Menjadi media koordinasi dengan berbagai Stakeholders ditengah kompleksitas
penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
8. Memudahkan pencapaian konsensus tentang sasaran dan strategi serta penggunaan
sumber daya.
9. Dapat menjadi alat untuk mengukur kemajuan pelaksanaan tugas penyelenggaraan
pemerintah daerah.
10. Dapat menjadi media peningkatan daya saing daerah.
.
Perumusan renstra – Bryson, 2001
* Keputusan bersama akan adanya perencanaan strategi
* Identifikasi mandat organisasi
* Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi
* Menilai lingkungan internal dan eksternal
* Mengidentifikasikan isu strategis yang dihadapi organisasi
* Merumuskan strategi untuk mengelola isu-isu
* Menciptakan visi organisasi yang efektif bagi masa depan
Perumusan renstra - Whittaker, 1993
* Merumuskan misi organisasi
* Merumuskan visi organisasi
* Mengembangkan nilai organisasi
* Melakukan analisis internal dan eksternal
* Merumuskan asumsi-asumsi
* Mengembangkan analisis strategis dan memilih strategi
* Merumuskan cara dan faktor keberhasilan
* Merumuskan tujuan organisasi
* Merumuskan sasaran dan strategi operasional organisasi
* Sejarah desa/kabupaten/kota, budaya, dan struktur (a-d proses identifikasi
lingkungan)
* Tugas pokok dan fungsi organisasi
* Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan
* Area dan jenis pelayanan
* Visi organisasi (E dan F, membangun rumusan strategi organisasi)
* Misi organisasi
* Isu-isu aktual (G dan H, identifikasi isu strategis)
* SWOT – Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman
* Tujuan, Sasaran, dan strategi (Spesifikasi visi dan misi)
* Pelaksanaan dan evaluasi (Tahapan pelaksanaan dan evaluasi dari renstra)
Pengambilan keputusan yang tepat
* Mendefenisikan masalah dan memeriksa strategi
* Merumuskan pernyataan misi dan tujuan
* Memformulasikan strategi
* Mengevaluasi dan menyeleksi strategi
* Implementasi
* Mengukur hasil
* Pengawasan
Fase renstra
* Fase pemikiran strategis yang mengarah pada persepktif
* Fase perencanaan jangka panjang yang mengarah pada posisi
* Fase perencanaan taktis yang mengarah pada performa
Penyusunan renstra
* Analisis situasi Intern dan ekstern
* Diagnosa Identifikasi isu-isu kunci
* Artikulasi tujuan strategi daerah
* Merumuskan nilai-nilai strategis daearah
* Perumusan visi dan misi daerah
* Penentuan bidang-bidang strategis daerah
* Perumusan strategi untuk masing-masing bidang strategis.
* Perumusan rencana aksi pelaksanaan strategi.
Manfaat perencanaan strategis
* Membuat tetap fokus pada masa depan
* Memperkuat prinsip dalam visi misi dan strategi
* Mendorong perencanaan dan komunikasi lintas fungsional
* Jembatan perencanaan taktis
* Menghemat waktu, mengurangi konflik, meningkatkan semangat
* Sense belonging – merasa memiliki
* Kerja tim dan memastikan pemahaman dan komitmen
* Merencanakan perubahan positif
* Mengelola keberhasilan untuk pencapaian hasil
* Motivasi akan keberhasilan
* Sifat adaptasi dan fleksibilitas
* Komunikasi yang baik
* Sebagai alat bagi pemimpin untuk membangun arah tujuan organisasi jangka panjang
* Sistem kerja efektif dan efisien dengan membangun acuan kerja
* Menciptakan rasa tanggungjawab dan mendorong komitmen dari seluruh anggota
* Menjadi alat komunikasi dan koordinasi kerja
*Analisis berbagai perkembangan dalam lingkungan strategis yang mungkin
mempengaruhi sistem kerja
* Jaminan konkrit, jelas, dan logis
* Sifat antisipatif dan korektif terhadap segala kemungkinan, proaktif dan mobilitas
PERTEMUAN KE – IX
KOORDINASI DALAM PEMBANGUNAN DAERAH
Praktek perencanaan pembangunan selama ini
* Permen No. 9/1982 tentang pedoman penyusunan perencanaan dan pengendalian
pembangunan daerah.
* Permen No. 9/1982 bukan mekanisme atau proses perencanaan pembangunan tetapi
merupakan pembicaraan atau diskusi mengani usulan-usulan kegiatan yang
diminta/diperlukan oleh masyarakat di daerah dilaksanakan daerah yang didanai pusat.
* Musbangdes (kelurahan/desa) – Temu karya pembangunan (kelurahan/Desa) – temu
karya (Kecamata) - Rakorbang (Kabupaten/Kota) - Rakorbang (Provinsi) dan antar
provinsi – Konslutasi Nasional Pembangunan KONASBANG (Pusat).
Kekurangan/ketidaktaatan/penyimpangan Permen No. 9/1982
* Desentralisasi tidak berjalan dengan baik.
* Dana pembangunan dari pusat namun pelaksanaannya masih sarat dengan intervensi
pusat
* Seharusnya DPRD sanggup menjadi penanggung resiko dari masyarakat
* Forum koordinasi daerah tidak ditanggapi serius oleh pusat
* Lebih cenderung forum penyelarasan dengan kepentingan pusat daripada proses
perencanaan tentan g solusi pemecahan masalah daerah
* Birokrasi adalah jalan panjang berliku sehingga masyarakat tidak mendapatkan
kepastian kapan keinginannya akan terwujud.
* Koordinasi pembangunan antar daerah.
Koordinasi Perencanaan Pembangunan Era Desentralisasi
* Kebutuhan bangsa dan negara menyeluruh dan merata dan tidak
formalistik yang hanya mudah diarahkan untuk kepentingan sepihak.
* Adanya harapan peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan
* Masyarakat yang kritis menentukan kulaitas pembangunan
* Pemerintah sudah seharusnya sebagai fasilitator, peran aktif
masyarakat dalam kreatifitas sangat dibutuhkan
* UU No. 22 Tahun 1999 Pasal 4 Ayat 1 dan Ayat 2 menyatakan
“Daerah propinsi dan daerah kabupaten/kota tidak lagi mempunyai
hubungan hierarki karena secara otonom memiliki wewenang
merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi pembangunan di
daerahnya. Propinsi bukan lagi atasan dari pemerintah
kabupaten/kota, propinsi tidak bisa lagi mengatur atau menjadi
tumpuan pemerintah daerah kab/kota seperti sebelumnya.
Masing-masing berdiri setara. Hanya urusan dekosentrasi dan
pembantuan saja pemerintah memiliki kewenangan terhadap daerah.
* Propinsi dan kab/kota hanya memiliki garis koordinasi.
PERTEMUAN KE – X
PERSPEKTIF PPD MENGHADAPI ERA OTONOMI DAERAH
Peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat :
* Perluasan akses pelayanan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat
* Pengurangan hambatan dan kendala bagi kreativitas dan partisipasi masyarakat
* Pengembangan program dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk
berperan aktif dalam memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya produktif.
Tiga paaradigma pemberdayaan :
* Pemberdayaan wilayah (teritorial)
* Pemberdayaan struktur/tata pemerintahan
* Pemberdayaan kemasyarakatan
Konsekuensi dan implikasi dari penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik
* Demokrasi dan pemberdayaan
* Pelayanan
* Transparansi dan akuntabilitas
* Partisipasi
* Kemitraan
* Desentralisasi
* Konsistensi kebijaksanaan dan kepastian hukum
Perspektif PPD dalam Sistem Otonomi Daerah
A. Manajemen perencanaan pembangunan
* Peran fundamental
* Berhasil tidaknya kualitas perencanaan
* Mendorong eksistensi daerah menghadapi era global
* Mempertahan budaya sebagai ciri khas daerah dalam berbaur dengan
perkembangan modernisasi.
B. Prinsip budaya dalam perencanaan pembangunan daerah :
* Landasan filosofis yang kuat dan mengakar, landasan budaya sebagai pendukung
pembangunan
* Komprehensif dan holistik
* Akomodasi struktur ruang daerah perkotaan
* Kesatuan ide seluruh elemen masyarakat mendukung kemajuan daerah
Otonomi Daerah di Indonesia : Das Sollen Und Das Sein
* UU No. 1/1957 (Soekarno), UU No. 5/1974 (Soeharto), UU No. 22/1999
(Habibie-Gus Dur), UU No. 32/2004 (Megawati).
* Adanya inkonsistensi pelaksanaan pengembangan daerah selama orde baru
* Otonomi daerah cenderung dijadikan sebagai alat politik ketimbang pelaksanaan
pengembangan daerah yang berkeadilan merata
* Otonomi daerah adalah sistem pemerintahan dalam sistem kenegaraan yang utuh
Otonomi dan harapannya
* Otonomi bukan saja hak tetapi kewajiban yang harus dijalankan
* Kemandirian daerah.
* Pemerataan pembangunan yang berkeadilan
* Peningkatan lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat, jumlah
penduduk yang merata, optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang
ada.
Mulai membangun dan meningkatkan potensi daerah :
* Mempertimbangkan kemampuan, kondisi, dan perkembangan secara
cermat dan hati-hati
* Pengaruh lingkungan
* Menghindari kesenjangan sosial
* Proporsi yang tepat guna dalam pelaksanaan pembangunan
* Keseimbangan yang berkeadilan dalam pengambilan keputusan
* Sinergis antara pembangunan nasional dengan pembangunan daerah
Hambatan-hambatan dalam PPD
A. Kendala dalam pembangunan :
* Kendala Politis : kepentingan-kepentingan sepihak yang merugikan
kepentingan bersama. Rendahnya integritas moral. Mendorong
terciptanya masyarakat yang kritis.
* Kondisi Sosio-Ekonomis : pendapatan masyarakat dominan rendah.
* Kondisi budaya/kultur : perubahan cara berpikir masyarakat tanpa
meninggalkan budaya dan bahasa ibu. Budaya patron-client belum
pudar dari ingatan masyarakat
* Pembangunan dan otonomi dijadikan alat kampanye politik.
Alternatif Memperbaiki otonomi untuk mencapai kemakmuran :
* Pembangunan dimulai dari kesadaran budaya disandingkan dengan
tujuan bernegara.
* Partisipasi masyarakat
* Kesepakatan dijalankan demi tercapainya pembangunan.
* Adanya kesempatan untuk masyarakat dalam mengembangkan
kreatifitas perubahan masyarakat.
PERTEMUAN KE – XI
APBN DAN APBD
APBN
Berdasarkan UU No. 17/2003 Tentang Keuangan Negara, APBN dapat didefenisikan
sebagai rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
Tujuan APBN
Mengetahui arah, tujuan, serta prioritas pembangunan yang akan dan sedang
dilaksanakan untuk peningkatan pembangunan sarana dan prasarana ekonomi serta
produktivitas faktor-faktor produksi.
Peningkatan produksi yang tidak dikonsumsi akan meningkatkan tabungan
masyarakat. Tabungan akan meningkatkan investasi sehingga semakin banyak
barang dan jasa yang tersedia bagi masyarakat.
RANCANGAN PENYUSUNAN APBN
..
APBD
APBD adalah
Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan perda.
a. Partisipasi masyarakat
b. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
c. Disiplin anggaran
d. Keadilan anggaran
e. Efisiensi / Efektifitas
f. Taat azas
1. Semua penerimaan baik dalam bentuk uang, barang/jasa dianggarkan dalam APBD
2. Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan dianggarkan secara bruto.
3. Jumlah pendapatan merupakan perkiraan trukur dan dapat dicapai serta berdasarkan ketentuan per-
UU-an
4. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam
jumlah cukup dan harus didukung dengan dasar hukum berlaku.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
1. Pendapatan Daerah
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
b. Dana Perimbangan, dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
2. Belanja Daerah
a. Belanja tidak Langsung, dan
b. Belanja Langsung
3. Pembiayaan Daerah
a. Penerimaan Pembiayaan
b. Pengeluaaran Pembiayaan
STRUKTUR APBD
Pendapatan Rp...................
Belanja Rp..................
Belanja tidak langsung Rp....................
Belanja Langsung Rp....................
______________ (-)
Surplus/Defisit Rp-------------------
Pembiayaan Rp........................
Penerimaan Rp.....................
Pengeluaran Rp..................... (-)
________________
_______________
RKA-SKPD DPA-SKPD
Perkembangan asumsi KUA yang Dapat mendahului perubahan atas
tidak sesuai persetujuan DPRD
DPPA-SKPD DPPA-SKPD
Antar rincian obyek PPKD
Antar obyek SEKDA
Dilakukan pergeseran DPPA-SKPD DPPA-SKPD
Antar jenis, program/kegiatan,
organisasi atas persetujuan DPRD
RKA-SKPD DPA-SKPD
Dapat mendahului perubahan dan
Penggunaan Saldo anggaran
DPPA-SKPD DPA-SKPD menunggu perubahan Atas
dalam tahun anggaran berjalan
persetujuan DPRD
DPAL-SKPD DPAL-SKPD
RKA-SKPD DPA-SKPD
Dapat mendahului perubahan, dan jika
Darurat terjadi setelah perubahan ditampung
DPPA-SKPD DPPA-SKPD dalam laporan realisasi anggaran
RKA-SKPD DPA-SKPD
Luar biasa >50%
DPPA-SKPD DPPA-SKPD Setelah perubahan kedua APBD
Membuat
RAPERBUP/WAL Bupati/Walikota
RAPERDA Sebesar Pengesahan
menetapkan
APBD Tidak Setuju Pagu APBD Gubernur
(30 Hari) PER-BUP/WAL
Tahun Lalu
(15 hari)
Dibahas bersama
DPRD DPRD & Pemda
Bupati/Walikota
menetapkan
Penyempurnaan
PERDA &
(7 Hari)
Melewati PER-BUP/WAL
Setuju Batas waktu Tdk Sesuai
Evaluasi Dgn UU
Tdk
Disempurnakan
RAPERBUP/WAL Penyampaian
PENJABARAN APBD RAPERDA APBD &
Hasil
RAPERBUP/WAL GUBERNUR
APBD Evaluasi GUB membatalkan
(15 hari) Berlaku Pagu APBD
(3 hari) Sebelumnya
Sesuai
dgn UU
Laporan kpd
MDN
PROSES EVALUASI PERDA APBD PROVINSI &
PERATURAN GUBERNUR TTG PENJABARAN APBD
Membuat
RAPERGUB GUBERNUR
RAPERDA Sebesar Pengesahan
Tidak menetapkan
APBD Setuju Pagu APBD MDN
PER-GUB
Tahun Lalu (30 Hari)
(15 hari)
Dibahas bersama
DPRD DPRD & Pemda
GUBERNUR
menetapkan
Penyempurnaan
PERDA &
(7 Hari)
Melewati PER-GUB
Setuju Batas WKT Tdk Sesuai
Evaluasi Dgn UU
Tdk
Disempurnakan
RAPERGUB Penyampaian
PENJABARAN APBD RAPERDA APBD &
Hasil
RAPERGUB MDN Evaluasi MDN membatalkan
APBD (15 hari) Berlaku Pagu APBD
(3 hari) Sebelumnya
Sesuai
dgn UU
Perbedaan SiLPA dengan SILPA
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Pembiayaan untuk menutup defisit anggaran disebut “Penerimaan Pembiayaan”.
Pembiayaan untuk memanfaatkan surplus disebut “Pengeluaran Pembiayaan”.
SiLPA (dengan huruf i kecil) adalah Sisa Lebih “Perhitungan Anggaran”, yaitu
selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode
anggaran.
Sedangkan SILPA (dengan huruf I besar/kapital) adalah Sisa Lebih “Pembiayaan
Anggaran” Tahun Berkenan. Yaitu selisih antara surplus/defisit anggaran dengan
pembiayaan netto. Dalam penyusunan APBD angka SILPA ini seharusnya sama
dengan nol. Artinya bahwa penerimaan pembiayaan harus dapat menutup defisit
anggaran yang terjadi.
SILPA Positif dan Negatif
SILPA Positif : Pembiayaan netto setelah dikurangi dengan Defisit
Anggaran, Atau dengan penjelasan lain bahwa secara anggaran
masih ada dana dari penerimaan pembiyaan tersebut yang belum
dimanfaatkan untuk membiayai Belanja Daerah dan/atau
Pengeluaran Pembiayaan Daerah. (Contoh : Surplus 2 Milyar)
2. Penegakan hukum
a. Tercapainya suasana dan kepastian keadilan melalui penegakan hukum dan terjaganya
ketertiban umum
b. Persepsi masyarakat pencari keadilan untuk merasakan kenyamanan, kepastian, keadilan,
dan keamanan dalam berinteraksi dan mendapat pelayanan dari para penegak hukum.
c. Tumbuhnya kepercayaan dan penghormatan publik kepada aparat dan lembaga penegak
hukum
d. Mendukung iklim berusaha yang baik sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan pasti.
e. Indeks persepsi korupsi (IPK) 2,8% pada tahun 2009 menjadi 5,0% pada Tahun 2014
RPJMN
Visi RPJMN 2010-2014
Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan dengan memantapkan
konsolidasi demokrasi, memperkuat penegakan hukum, pemberantasan korupsi,
pengurangan kesenjangan, dan pembangunan inklusif dan berkeadilan.
1. RPJPD memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang, mengacu pada
dokumen RPJPN dan RPJPD Provinsi.
2. RPJPD disusun berbasis Tata Ruang Wilayah Kota yang merupakan bagian dari Tata
Ruang Wilayah Provinsi.
3. RPJPD digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Dokumen Perencanaan
pembangunan jangka menengah yang merupakan hasil visi dan misi walikota
untuk periode 5 Tahun.
4. RPJMD penyusunannya mengcau pada rencana pembangunan jangka menengah
5. RPJMD sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis (Renstra) masing-
masing SKPD.
Tujuan yang ingin dicapai RPJPD
1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan daerah.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar wilayah, antar
ruang, antar waktu, dan antar fungsi pemerintah pusat dan daerah.
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan.
4. Menjamin tercapinya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan,
dan berkelanjutan
5. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
Visi dan Misi Kota SAMARINDA 2005-2025
Motto Kota SAMARINDA adalah Kota TEPIAN.
TEPIAN = Teduh, Rapi, Aman, dan Nyaman.
..
.
..