Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

PEMERINTAH PUSAT

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah sistem yang menjadi pedoman


pengambilan kebijakan pemerintahan di Indonesia. Sistem ini adalah pengganti dari
sistem yang sebelumnya disebut dengan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Dalam Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tertulis: Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka
menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan
masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Definisi Perencanaan (menurut Beberapa Ahli):


C. Brobowski (1964): Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir,
keputusan awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa
periode waktu, dan tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh
perekonomian di suatu negara.
Waterston (1965): Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus
menerus guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai
tujuan tertentu.
Conyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari
keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada,
dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.
M.T. Todaro (2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara
sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang
serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju
pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan
pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya
Jhingan : Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk
mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah
dirumuskan denan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk
mencapai sasaran sosial, politik atau lainnya.

Elemen Perencanaan yaitu:


1. Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, implikasi:
perencanaan sangat berkaitan dengan: proyeksi/prediksi, penjadwalan
kegiatan, monitoring dan evaluasi.
2. Merencanakan berarti memilih: memilih berbagai alternatif tujuan agar
tercapai kondisi yang lebih baik, dan memilih cara/kegiatan untuk mencapai
tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut
3. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan SDA, SDM, Modal : Sumber
daya terbatas sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber daya sebaik
mungkin, dan Konsekuensi: pengumpulan dan analisis data dan informasi
mengenai ketersediaan sumber daya yang ada menjadi sangat penting.

Perencanaaan bukan merupakan aktivitas individual, orientasi masa kini, rutinitas,


trial and error, utopis dan terbatas pada pembuatan rencana. Tapi merupakan bersifat
public, berorientasi masa depan, strategis, deliberate, dan terhubung pada tindakan.
Perencanaan diperlukan karena alasan:
1. Adanya kegagalan pasar . Perencanaan muncul disebabkan oleh
ketidakmampuan mekanisme harga dalam meningkatkan pertumbuhan,
efisiensi dan keadilan. Semakin sulit atau semakin banyak masalah yang
menghambat pembangunan, semakin diperlukan adanya kebijakan yang
mengarah pada intervensi pemerintah, dan semakin besar kebutuhan akan
perencanaan.
2. Isu mobilisasi dan alokasi sumber daya. Dengan keterbatasan sumber daya,
maka SD (tenaga kerja, SDA, kapital) sebaiknya tidak digunakan untuk
kegiatan yang tidak produktif atau bersifat coba-coba. Proyek/investasi harus
ditentukan secara cermat, dikaitkan dengan tujuan perencanaan secara
keseluruhan.
3. Dampak psikologis dan dampak terhadap sikap/pendirian. Pernyataan tentang
tujuan pembangunan ekonomi dan sosial seringkali mempunyai dampak
psikologis dan penerimaan yang berbeda antara satu kelompok masyarakat
dengan kelompok masyarakat yang lain. Dengan memperoleh dukungan dari
berbagai kelompok masyarakat, dari kelompok/kelas/ sukubangsa/agama yang
berbeda, diharapkan tujuan pembangunan lebih mudah tercapai
4. Bantuan luar negeri. Bantuan dari negara donor akan berpeluang lebih besar,
jika disertai dengan rencana kegiatan yang rasional, dan dapat meyakinkan
bahwa dana yang diterima akan digunakan untuk kegiatan yang bermanfaat.
Ada beberapa persyaratan yang diajukan oleh negara donor yang berkaitan
dengan isu-isu global.
Fungsi/Manfaat Perencanaan yaitu sebagai penuntun arah, minimalisasi
Ketidakpastian, minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan penetapan Standar dalam
Pengawasan Kualitas. Adapun syarat perencanaan harus memiliki, mengetahui, dan
memperhitungkan:
1. Tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan
pemilihan dari berbagai alternatif).
3. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
4. Masalah-masalah yang dihadapi.
5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
6. kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.
8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.

Sifat Perencanaan, yaitu:


1. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat
nasional, sektoral dan spasial.
2. Dari bentuknya perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau
komprehensif dan parsial.
3. Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat
daerah.
4. Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah,
atau jangka pendek.
5. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top
down), dari bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.
6. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan dapat
indikatif atau preskriptif.
7. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif
dan radikal.

3 (tiga) aspek yang perlu diperhatikan untuk menjaga kualitas produk perencanaan:
1. Tuntutan untuk semakin melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan adanya keterbukaan dalam proses pengelolaan
pembangunan.P
2. Perencanaan tahunan dan perencanaan jangka menengah perlu terintegrasi
dalam perencanaan jangka panjang. Pentingnya perspektif jangka panjang
juga ditekankan dengan perlunya menampung kecenderungan global jangka
panjang dalam perencanaan jangka menengah. Pentingnya kecenderungan
jangka panjang di dunia, khususnya perkembangan ekonomi dan teknologi,
perlu dikaji implikasinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan jangka
menengah.
3. Perlunya memperhatikan kualitas data dan informasi yang akurat dan terkini
sebagai basis pengambilan keputusan dan penyusunan dokumen perencanaan.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional : “Agar kegiatan pembangunan berjalan


efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan”
Landasan Filosofis:
1. Cita-cita Nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang bebas,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur;
2. Tujuan Nasional dengan dibentuknya pemerintahan adalah untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia;
3. Tugas Pokok Setelah Kemerdekaan adalah menjaga kemerdekaan serta
mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan;
4. Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka
diperlukan perencanaan pembanagunan.

Peraturan Perundang-undangan di dalam Perencanaan dan Penganggaran:

• Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

• Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN);

• Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

• Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah;

• Undang-Undang No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025;

• Peraturan Pemerintah No 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

• Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian/Lembaga yang direvisi menjadi Peraturan Pemerintah No 90


tahun 2010 ;

• Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

• Peraturan Pemerintah No 40 tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan

Rencana Pembangunan Nasional;

• Peraturan Pemerintah No 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah

antar pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota.

• Peraturan Pemerintah No 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan


Daerah;

• Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;

• Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah (1) satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan; (2) untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan; (3) yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Proses
Perencanaan:
1. Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana
pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning),
khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D.
2. Proses Teknokratik: menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh
lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.
3. Partisipatif: dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain
melalui Musrenbang.
4. Proses top-down dan bottom-up: dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.

Asas Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:


1. Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan
prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan nasional.
2. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah,
terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
3. SPPN diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara : Asas
kepastian hukum, Asas tertib penyelenggaraan negara, Asas kepentingan
umum, Asas keterbukaan, Asas proporsionalitas, Asas profesionalitas, dan
Asas akuntabilitas.

Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:


1. Mendukung koordinasi antar-pelaku pembangunan.
2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-Daerah,
antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah
3. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan.
4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat
Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan,
dan berkelanjutan
Ruang Lingkup Perencanaan (UU25/2004):
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-Nasional)
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nasional)
3. Renstra Kementerian / Lembaga (Renstra KL) Peraturan Pimpinan KL
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Per Pres
5. Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja KL) Peraturan Pimpinan KL

Terdapat kendala perencanaan dan penganggaran secara umum dan spesifik. Kendala
umum, yaitu:
1. Lemahnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi sehingga tidak
tepat sasaran.
2. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan proses
politik dalam menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi dokumen
anggaran.
3. Kurangnya keterlibatan masyarakat warga (civil society).
4. Lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian (safeguarding).
5. Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
6. Ketergantungan pada sumberdana dari donor dan lembaga internasional.

Permasalahan (Spesifik ) dalam perencanaan dan penganggaran, adalah:


1. Permasalahan yang terkait dengan struktur program dan kegiatan perencanaan
dan penganggaran antara lain adalah:

• Pelaksanaan (operasional) perencanaan yang diwujudkan dalam bentuk

program, cenderung disusun dengan pendekatan input based.

• Program digunakan oleh beberapa Kementerian Negara/Lembaga.

• Program memiliki tingkatan kinerja yang terlalu luas.

• Program memiliki tingkatan yang sama atau lebih rendah dibandingkan

kegiatan. Masih ditemui adanya beberapa keluaran yang tidak berkaitan


dengan pencapaian kinerja.
2. Permasalahan yang terkait dengan tidak sinerginya perencanaan pusat,
perencanaan sektoral dan daerah.

• Pembangunan nasional (makro) semata-mata agregasi (gabungan) atas

pembangunan-pembangunan daerah/wilayah atau bahkan sekedar


gabungan pembangunan antar sektor semata.

• Pembangunan nasional adalah hasil sinergi berbagai bentuk keterkaitan

(linkages), baik keterkaitan spasial (spatial linkages atau regional


linkages), keterkaitan sektoral (sectoral linkages) dan keterkaitan
institusional (institutional linkages).

3. Perubahan lingkungan strategis nasional dan internasional yang perlu


diperhatikan antara lain:

• Demokratisasi, Proses perencanaan pembangunan dituntut untuk disusun

secara terbuka dan melibatkan semakin banyak unsur masyarakat

• Otonomi Daerah, Perencanaan pembangunan dituntut untuk selalu

sinkron dan sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten

• Globalisasi, Perencanaan pembangunan dituntut untuk mampu

mengantisipasi kepentingan nasional dalam kancah persaingan global

• Perkembangan Teknologi, Perencanaan pembangunan dituntut untuk

selalu beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat

Tantangan Perencanaan Pembangunan:


1. Menghadapi dinamika perubahan serta kompleksitas permasalahan
pembangunan nasional tersebut di atas, maka SPPN dituntut untuk mampu:
2. Mengalokasikan sumberdaya pembangunan kedalam kegiatan-kegiatan
melalui kelembagaan-kelembagaan dalam konteks untuk mencapai masa
depan yang diinginkan;
3. Fleksible dengan horizon perencanaan yang ditetapkan, sehingga tidak terlalu
kaku dengan penerapan konsep pembangunan jangka pendek, menengah dan
panjang;
4. Memperluas dan mendiseminasikan kemampuan perencanaan ke seluruh
lapisan masyarakat.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang): Setiap proses penyusunan


dokumen rencana pembangunan tersebut memerlukan koordinasi antar instansi
pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui suatu forum yang
disebut sebagai Musyawarah Perencanaan Pembangunan atau Musrenbang. Jadi
Musrenbang adalah :
1. Forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional
dan rencana pembangunan daerah
2. Forum pemangku kepentingan dalam rangka menyusun rencana pembangunan
daerah dimulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, forum SKPD,
kabupaten/kota, provinsi, dan regional sampai tingkat nasional
3. Diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Negara dengan mengikutsertakan
masyarakat.

Juknis Musrenbang 2007, dibagi ke dalam bagian/tahapan penyelenggaraan proses


Musrenbang:
1. Musrenbang Desa/Kelurahan
2. Musrenbang Kecamatan
3. Forum SKPD Kabupaten/Kota
4. Musrenbang Kabupaten/Kota
5. Pasca Musrenbang Kabupaten Kota
6. Forum SKPD Provinsi
7. Rapat Koordinasi Pusat (Rakorpus)
8. Musrenbang Provinsi
9. Pasca Musrenbang Provinsi
10. Musrenbang Nasional

Pengendalian Pelaksanaan Rencana :


1. Pimpinan Kementerian/Lembaga/SKPD melakukan pengendalian pelaksanaan
rencana pembangunan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing.
2. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan merupakan tugas dan fungsi
yang melekat pada masing-masing Kementerian/Lembaga/ SKPD.
3. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam
rencana dilakukan melalui kegiatan koreksi dan penyesuaian selama
pelaksanaan rencana tersebut.
4. Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangannya

Evaluasi Pelaksanaan Rencana :


1. Merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara
sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai
pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
2. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang
tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran
kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat
(benefit) dan dampak (impact).
3. Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap kementerian/lembaga, baik
pusat maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan
tanggungjawabnya.
4. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan,
kementerian/lembaga, baik pusat maupun daerah, mengikuti pedoman dan
petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode,
materi, dan ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah
rencana.

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH


A. Prinsip-Prinsip Penganggaran
Anggaran merupakan satu instrumen penting di dalam manajemen karena
merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi
sektor publik, termasuk pemerintah, anggaran merupakan bagian dari aktivitas
penting yang dilakukan secara rutin. Dalam rangka penyusunan anggaran terdapat
beberapa prinsip penganggaran yang perlu dicermati, yaitu:
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau
proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang
sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan
kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-kebutuhan hidup
masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas
rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.
2. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja
yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran
belanja.
Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan yang belum/tidak tersedia anggarannya dalam APBD/
APBD-Perubahan.
3. Keadilan Anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara
adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi
dalam pemberian pelayanan karena pendapatan daerah pada hakekatnya diperoleh
melalui peran serta masyarakat.
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan asas efisiensi, tepat
guna, tepat waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat
dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik
mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan kesejahteraan maksimal
untuk kepentingan masyarakat.
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja
APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yaitu mengutamakan upaya
pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input
yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya
atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan
profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang terkait.

Dalam pasal 3 UUD 1945, disebutkan bahwa "Majelis Permusyawaratan


Rakyatmenetapkan UUD dan garis-garis besar haluan negara (GBHN)".
GBHN adalah haluan negara tentang pembangunan nasional dalam garis-garis
besarsebagai pernyataan kehendak rakyat. Untuk menjabarkan garis-garis besar
haluan negaraini, disusunlah rencana pembangunan lima tahun atau Repelita. Dengan
demikian, sasaran yang tercantum dalam Repelita, selalu mengacu pada sasaran
GBHN.
Dalam pelaksanaannya, disusun antara lain Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara(APBN) sebagai rencana operasional tahunan yang menjabarkan sasaran
Repelita. Untukmenjembatani sasaran Repelita dengan APBN, disusun sasaran
Repelita Tahunan (Sarlita) sebagai dokumen yang diacu untuk menyusun sasaran
APBN. Dengan demikian antaraGBHN, Repelita, Sarlita, dan APBN saling berkait
satu sama lain.
Untuk mencapai sasaran Repelita, dibutuhkan sejumlah dana yang berasal dari:
1. Tabungan Pemerintah,
2. Bantuan Luar Negari (Bantuan Proyek),
3. Dana Masyarakat.

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)


Sistem anggaran belanja negara di Indonesia, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Sistim penerimaan, terdiri dari:
.. Penerimaan dalam negeri
.. Penerimaan pembangunan
2. Sisi pengeluaran terdiri dari:
.. Pengeluaran rutin, dan
.. Pengeluaran pembangunan
Menurut GBHN, Indonesia menganut sitem anggaran berimbang yang dinamis,
artinyapengeluaran negara sama dengan penerimaannya.

Anda mungkin juga menyukai