Anda di halaman 1dari 22

1.

PENDAHULUAN
Berdasarkan cita-cita Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang
bebas, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; serta tujuan Nasional dibentuknya
pemerintahan adalah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia. Untuk melaksanakan dan mencapai satu tujuan dan satu
cita-cita tersebut diperlukan suatu rencana yang dapat merumuskan secara lebih konkret
mengenai pencapaian dari tujuan bernegara tersebut. selanjutnya Pemerintah/Negara wajib
menjaga kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan dan
demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan agar kegiatan
pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan
pembangunan.
Beberapa Definisi Perencanaan, antara lain :

C. Brobowski (1964): Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir,


keputusan awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa periode
waktu, dan tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh perekonomian di
suatu negara.

Waterston (1965): Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus
guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan
tertentu

Conyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari
keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada,
dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang.

M.T. Todaro (2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja
untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang serta
mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju
pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama

untuk mencapai tujuan

pembangunan yang telah ditentukan sebelumnya

Jhingan: Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan


maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan
1

denan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai
sasaran sosial, politik atau lainnya.

UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional:


Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat,
melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaaan bukan merupakan aktivitas individual, orientasi masa kini,

rutinitas, trial and error, utopis dan terbatas pada pembuatan rencana. Tapi merupakan
bersifat publik, berorientasi masa depan, strategis, deliberate, dan terhubung pada
tindakan.
Manfaat Perencanaan yaitu sebagai penuntun arah, minimalisasi ketidakpastian,
minimalisasi inefisiensi sumber daya, dan penetapan standar dalam pengawasan kualitas.
Adapun syarat perencanaan harus memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan:
a. Tujuan akhir yang dikehendaki.
b. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan
dari berbagai alternatif).
c. Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
d. Masalah-masalah yang dihadapi.
e. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
f. Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
g. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.
h. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
Perencanaan berdasarkan sifatnya , yaitu:
a. Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat nasional,
sektoral dan spasial.
b. Dari bentuknya perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif
dan parsial.
c. Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan tingkat daerah.
d. Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang, menengah, atau
jangka pendek.
e. Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat dari atas ke bawah (top down),
dari bawah ke atas (bottom up), atau kedua-duanya.
f. Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke depannya, perencanaan dapat
indikatif atau preskriptif.
2

g. Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat bersifat alokatif, inovatif dan


radikal.
Perkembangan dunia yang semakin dinamis menuntut upaya maksimal semua
elemen pembangunan agar dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Proses
Perencanaan menjadi kunci dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional tersebut.
Agar kualitas perencanaan maksimal maka diperlukannya keterlibatan partisipasipartisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan adanya keterbukaan
dalam proses pengelolaan pembangunan, Perencanaan tahunan dan perencanaan jangka
menengah perlu terintegrasi dalam perencanaan jangka panjang seiring dengan pentingnya
perspektif jangka panjang terhadap pengaruh kecenderungan global jangka panjang dalam
perencanaan jangka menengah. khususnya perkembangan ekonomi dan teknologi, perlu
dikaji implikasinya terhadap pencapaian sasaran pembangunan jangka menengah.
Disamping, kualitas data dan informasi yang akurat dan terkini sebagai basis pengambilan
keputusan dan penyusunan dokumen perencanaan.

Adapun Landasan Hukum dalam Perencanaan Pembangunan Nasional antara lain :


a. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421)
b. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33)
c. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286) ;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817 ) ;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
f. Peraturan Pemerintah No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan, menjelaskan lingkup pengukuran kinerja
3

pelaksanaan rencana pembangunan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja


pembangunan.
g. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJM Nasional.

1.1. Konsep
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, lima pendekatan dalam seluruh
rangkaian perencanaan meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.

Politik;
Teknokratik;
Partisipatif;
Atas-bawah (top-down); dan
Bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan Politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah

adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya


berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon
Presiden/Kepala
adalah

Daerah.

penjabaran

Oleh

dari

karena

agenda

itu,

dan

rencana

janji

pembangunan

pembangunan

ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye

yang

guna dituangkan ke

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Daerah).


Perencanaan
menggunakan

dengan

metode

dan

pendekatan
kerangka

teknokratik
berpikir

dilaksanakan
ilmiah

oleh

dengan
lembaga

atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara fungsional bertugas untuk itu.
Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan Partisipatif dilaksanakan
dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap
pembangunan.

Pelibatan

mereka

adalah

untuk

mendapatkan

aspirasi

dan

menciptakan rasa memiliki yang tinggi atau mendalam.


Sedangkan, pendekatan atas-bawah (up-bottom) dan bawah-atas (bottom-up)
dalam perencanaan pembangunan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan.
Rencana

hasil

proses

atas-bawah

dan

bawah-atas

diselaraskan

melalui

musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang dihasilkan lewat Metode

Penjaringan Aspirasi Masyarakat)yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional,


Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Rencana Pembangunan Nasional adalah meliputi rencana pembangunan
jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, rencana pembangunan
jangka menengah kementerian/lembaga, rencana pembangunan tahunan nasional, dan
rencana pembangunan tahunan kementerian/ lembaga.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah (1) satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan; (2) untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan; (3) yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
1.2. Asas Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
a. Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsipprinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta
kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional.
b. Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu,
menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.
c. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan asas
umum

penyelenggaraan

negara:

asas

kepastian

hukum,

asas

tertib

penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas keterbukaan, asas


proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.

1.3. Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional


a. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;
b. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar Daerah, antar
ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan;
d. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
5

1.4. Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Nasional


Perencanaan Pembangunan Nasional mencakup penyelenggaraan perencanaan
makro semua fungsi pemerintahan yang meliputi semua bidang kehidupan secara
terpadu dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Perencanaan Pembangunan
Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya.
Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam
jangka waktu tertentu. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan secara
transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan
berkelanjutan
Prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah:
a. Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem
perencanaan pembangunan nasional.
b. Perencanaan pembangunan daerah dilakukan pemerintah daerah bersama para
pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing.
Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan
rencana pembangunan daerah.
c. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi
yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan.
Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan:
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP,
adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP Nasional
merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

RPJP Nasional menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Nasional yang


memuat Visi, Misi dan Program Presiden. RPJP Nasional juga menjadi acuan
dalam penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan
Jangka Panjang Daerah. RPJP Daerah ini menjadi pedoman dalam penyusunan
RPJM Daerah yang memuat Visi, Misi dan Program Kepala Daerah.
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
RPJM adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima tahun).
RPJM
Rencana

Kementerian/Lembaga,

Strategis

yang

Kementerian/Lembaga

selanjutnya

disebut

(Renstra-KL),

adalah

dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5


(lima) tahun.
RPJM Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut
Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

c. Rencana Pembangunan Tahunan


Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya
disebut

Rencana

Kerja

Pemerintah

(RKP),

adalah

dokumen

perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun. Rencana


Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan
Daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Rencana Pembangunan
Tahunan Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Rencana
Kerja

Kementerian/Lembaga

(Renja-KL),

adalah

dokumen

perencanaan Kementrian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun.


Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah,
yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas


pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program
Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk
7

kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RKPD


merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana
kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Alur perencanaan dan penganggaran dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1
Alur Perencanaan dan Penganggaran
1.5. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional
Dalam sistem Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), terdapat 4
tahapan perencanaan pembangunan:
a.
b.
c.
d.

penyusunan rencana;
penetapan rencana;
pengendalian pelaksanaan rencana; dan
evaluasi pelaksanaan rencana.
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan,pengendalian dan evaluasi pelaksanaan

rencana merupakan fungsi manajemen, yang saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing- masing
memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya.
Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat
dilaksnakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak

didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam rangka
meningkatkan efesiensi dan efektivitas alokasi sumber daya, serta menigkatkan
trasparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan
upaya pengendalian dan evaluasi terhadappelaksanaan rencana pembangunan.
2. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)
2.1. Pengertian
RPJP adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun. RPJP
Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara
Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan
Nasional. RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah
yang mengacu pada RPJP Nasional.

RPJP Nasional menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Nasional yang


memuat Visi, Misi dan Program Presiden. RPJP Nasional juga menjadi acuan dalam
penyusunan RPJP Daerah yang memuat visi, misi, dan arah Pembangunan Jangka
Panjang Daerah. RPJP Daerah ini menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah
yang memuat Visi, Misi dan Program Kepala Daerah.
2.2. Tahapan Penyusunan Dan Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional/Daerah
a. Penyiapan Rancangan Awal RPJP Nasional/Daerah
Rancangan Awal RPJP Nasional disiapkan oleh Menteri dengan menggunakan
antara lain:
- Pemikiran visioner untuk periode jangka panjang berikutnya tentang kondisi
demografi, sumberdaya alam, sosial, ekonomi, budaya, politik, pertahanan
-

dan keamanan; dan


hasil evaluasi pembangunan sebelumnya.

Pemikiran visioner dan evaluasi diperoleh dari unsur penyelenggara Negara


dan/atau masyarakat.

Rancangan

awal

RPJP

Daerah

disiapkan

oleh

kepala

Bappeda

Provinsi/Kabupaten/Kota.
9

Rancangan Awal RPJP Nasional memuat rancangan visi, misi dan arah
pembangunan nasional yang merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya
Pemerintah Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Arah pembangunan
disini mencakup rumusan tentang arah pembangunan kewilayahan, sarana dan
prasarana, dan bidang kehidupan seperti bidang agama, ideologi, politik,

ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan dan keamanan.


RPJPD Provinsi memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah dengan
mengacu pada RPJP Nasional. RPJPD Kabupaten/Kota memuat visi, misi dan
arah pembangunan daerah dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD
provinsi. Dalam menyusun rancangan awal RPJPD Bappeda meminta masukan
dari SKPD dan pemangku kepentingan

b. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Nasional/Daerah


Rancangan Awal RPJP Nasional /Daerah digunakan sebagai bahan utama

Musrenbang Jangka Panjang Nasional/Daerah.


Musrenbang Jangka Panjang Nasional diselenggarakan oleh Menteri untuk
menyempurnakan Rancangan Awal RPJP Nasional periode yang direncanakan.
Musrenbang Jangka Panjang Nasional diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara
negara dengan mengikutsertakan masyarakat. Musrenbang Jangka Panjang
Nasional didahului dengan sosialisasi Rancangan Awal RPJP Nasional,
konsultasi publik, dan penjaringan aspirasi masyarakat. Musrenbang Jangka
Panjang Nasional diselenggarakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum

berakhirnya periode RPJP Nasional yang sedang berjalan.


Musrenbang Jangka Panjang Daerah dilaksanakan oleh Bappeda dengan
mengikutsertakan pemangku kepentingan. Musrenbang Jangka Panjang Daerah
dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan penyampaian, pembahasan dan
penyepakatan rancangan awal RPJPD. Pelaksanaan Musrenbang Jangka
Panjang Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah.

c. Penyusunan Rancangan Akhir RPJP Nasional/Daerah


Rancangan Akhir RPJP Nasional disusun oleh Menteri berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Nasional.Rancangan Akhir RPJP Nasional
disampaikan kepada Presiden. Rancangan Akhir RPJP Nasional diajukan oleh
Presiden kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai rancangan undang-undang
10

tentang RPJP Nasional inisiatif Pemerintah paling lambat 6 (enam) bulan

sebelum berakhirnya RPJP yang sedang berjalan.


Rancangan akhir RPJPD disusun oleh Kepala Bappeda

yang dirumuskan

berdasarkan hasil Musrenbang. Rancangan akhir RPJPD dirumuskan paling


lama 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.
Rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD dalam bentuk Rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum
berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.

d. Penetapan RPJP Nasional/Daerah


RPJP Nasional ditetapkan dengan Undang-Undang. RPJP Nasional berfungsi
sebagai pedoman bagi penyusunan: (1) visi, misi, dan program prioritas calon
Presiden; dan/atau (2) RPJM Nasional. Arah pembangunan nasional dalam

RPJP Nasional berfungsi sebagai acuan bagi penyusunan RPJP Daerah Provinsi.
Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD di bahas DPRD bersama Kepala
Daerah. RPJPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi
dengan Menteri. Gubernur menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJPD

Provinsi paling lama 1 (satu) bulan kepada Menteri.


Bupati/walikota menyampaikan Peraturan Daerah

tentang

RPJPD

Kabupaten/Kota paling lama 1 (satu) bulan kepada Gubernur dengan tembusan


kepada Menteri. Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD
Provinsi kepada masyarakat. Bupati/walikota menyebarluaskan Peraturan
Daerah tentang RPJPD Kabupaten/Kota kepada masyarakat.
2.3. Tahapan Pembangunan dan Arah Kebijakan RPJPN 2005 2025

11

Gambar 2
Tahapan Pembangunan dan Arah Kebijakan RPJPN 2005 2025
3. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM)
3.1. Pengertian
Menurut UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, menyatakan bahwa: RPJM merupakan dokumen perencanaan
untuk periode 5 (lima) tahun. RPJM Nasional merupakan penjabaran
dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman
pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional,
kebijakan

umum,

program

Kementerian/Lembaga

dan

lintas

Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta


kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian
secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja
yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.
RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah
dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan
Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah,
dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja
dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.

12

3.2. Tahapan Penyusunan Dan Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Nasional/Daerah
a. Penyiapan Rancangan Awal RPJM Nasional
Penyiapan Rancangan Awal RPJM Nasional dilaksanakan oleh Menteri pada
tahun terakhir pelaksanaan RPJM Nasional yang sedang berjalan.
Dalam rangka penyiapan tersebut di atas, Menteri menggunakan:
1) RPJP yang sedang berjalan.
2) Rancangan rencana pembangunan secara teknokratik. Rancangan rencana
pembangunan secara teknokratik meliputi kerangka ekonomi makro, rencana
pembangunan sektoral dan kewilayahan dihimpun dari:
- Hasil evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional yang sedang berjalan; dan
- Aspirasi masyarakat.
Evaluasi pelaksanaan RPJM Nasional dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
3) Visi, misi, dan program prioritas Presiden.
Visi, misi, dan program prioritas Presiden dijabarkan oleh Menteri ke dalam

Rancangan Awal RPJM Nasional.


Rancangan Awal RPJM Nasional memuat strategi pembangunan nasional,
kebijakan umum dan program prioritas Presiden, serta kerangka ekonomi
makro. Program prioritas Presiden dijabarkan ke dalam isu strategis bersifat
lintas kementerian/lembaga dan kewilayahan yang dilengkapi dengan indikasi
sasaran

nasional

dengan

mempertimbangankan

rancangan

rencana

pembangunan secara teknokratik. Kerangka ekonomi makro memuat gambaran


umum perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal untuk
periode jangka menengah yang direncanakan. Penyusunan kerangka ekonomi
makro didasarkan atas kondisi objektif perekonomian dan dilaksanakan dengan

berkoordinasi dengan instansi terkait.


Rancangan Awal RPJM Nasional disampaikan kepada Presiden untuk disepakati
dalam sidang kabinet sebagai pedoman penyusunan Rancangan Renstra-K/L.

Penyiapan Rancangan Awal RPJM Daerah


Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD.
RPJMD memuat visi, misi dan program kepala daerah.
Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM
Nasional, kondisi lingkungan strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.
b. Penyiapan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga

13

Pimpinan Kementerian/Lembaga melaksanakan penyiapan Rancangan RenstraKL periode berikutnya untuk sektor yang menjadi tugas dan kewenangannya
pada tahun terakhir pelaksanaan RPJM Nasional yang sedang berjalan, diawali
dengan penyusunan rancangan rencana pembangunan secara teknokratik di

sektornya.
Dalam rangka

penyusunan

rancangan

teknokratik

tersebut,

Pimpinan

Kementerian/Lembaga menghimpun:
1) Hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan di sektor yang bersesuaian dengan
tugas dan kewenangannya; dan
2) Aspirasi masyarakat.
Evaluasi pelaksanaan pembangunan dilaksanakan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

Pimpinan Kementerian/Lembaga berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah


untuk mengidentifikasikan pembagian tugas dalam pencapaian sasaran nasional

sesuai dengan rancangan rencana pembangunan secara teknokratik di sektornya.


Pimpinan Kementerian/Lembaga menyusun rancangan Renstra-KL yang
memuat visi, misi, tujuan, strategi, dan kebijakan, serta program dan kegiatan
pokok sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga dengan
berpedoman pada Rancangan Awal RPJM Nasional.
- Tujuan merupakan penjabaran visi kementerian/lembaga yang bersangkutan
dan dilengkapi dengan rencana sasaran nasional yang hendak dicapai dalam
rangka mencapai sasaran program prioritas Presiden. Dalam mewujudkan
sasaran nasional, Pimpinan Kementerian/ Lembaga membagi tugas yang
akan dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga dan oleh pemerintah daerah
-

sesuai indikasi pembagian tugas.


Kebijakan merupakan arah tindakan

yang

akan

diambil

oleh

Kementerian/Lembaga dalam bentuk kegiatan dalam kerangka regulasi,


-

serta kerangka Pelayanan Umum dan Investasi Pemerintah.


Program dilengkapi dengan sasaran hasil (outcome) yang akan dicapai
dalam periode rencana dengan indikator yang terukur, kegiatan pokok untuk
mencapai sasaran tersebut, indikasi sumberdaya yang diperlukan, serta unit

organisasi Kementerian/ Lembaga yang bertanggung jawab.


Kegiatan pokok mencakup Kegiatan dalam Kerangka Regulasi dan/atau
Kegiatan dalam kerangka Pelayanan Umum dan Investasi Pemerintah.

14

Kegiatan pokok paling sedikit memuat lokasi, keluaran, dan sumberdaya

yang diperlukan, yang keseluruhannya bersifat indikatif.


Rancangan Renstra-KL disampaikan kepada Menteri untuk digunakan sebagai
bahan penyusunan Rancangan RPJM Nasional.

Penyiapan Rencana Strategis Daerah

Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan rancangan

awal RPJMD.
Rancangan Renstra-SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Bapppeda.
Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi rancangan RPJMD
dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagai masukan.

c. Penyusunan Rancangan RPJM Nasional dengan Menggunakan Rancangan


Renstra-KL
Rancangan RPJM Nasional disusun oleh Menteri dengan menggunakan

Rancangan Awal RPJM Nasional dan Rancangan Renstra-KL.


Rancangan Renstra-KL ditelaah oleh Menteri agar:
1) Sasaran program prioritas Presiden terjabarkan ke dalam sasaran tujuan
Kementerian/Lembaga dan tugas yang akan dilaksanakan oleh pemerintah
daerah Provinsi sesuai dengan kewenangannya;
2) Kebijakan Kementerian/Lembaga konsisten sebagai penjabaran dari
Rancangan Awal RPJM Nasional;
3) Program dan kegiatan pokok Kementerian/Lembaga konsisten sebagai
penjabaran operasional dari Rancangan Awal RPJM Nasional;
4) Sasaran hasil (outcome) masing-masing program sinergis mendukung
sasaran program prioritas Presiden yang tertuang dalam Rancangan Awal
RPJM Nasional;
5) Sasaran keluaran (output) dari masing-masing kegiatan pokok sinergis
mendukung sasaran hasil (outcome) dari program induknya;
6) Sumber daya yang diperlukan secara keseluruhan layak menurut kerangka

ekonomi makro yang tertuang dalam Rancangan Awal RPJM Nasional.


Hasil penelaahan digunakan sebagai bahan penyempurnaan Rancangan Awal
RPJM Nasional menjadi Rancangan RPJM Nasional. Rancangan RPJM
Nasional digunakan sebagai bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah
Nasional.

d. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional


Musrenbang Jangka Menengah Nasionaldiselenggarakan oleh Menteri untuk
menyempurnakan Rancangan RPJM Nasional.
15

Musrenbang Jangka Menengah Nasional diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara

negara dan mengikutsertakan masyarakat.


Musrenbang Jangka Menengah Nasional didahului oleh rangkaian kegiatan
yang terdiri dari sosialisasi Rancangan Awal RPJM Nasional, konsultasi publik,

dan penjaringan aspirasi masyarakat.


Musrenbang Jangka Menengah Nasional dilaksanakan paling lambat 2 (dua)
bulan setelah Presiden dilantik.

Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Daerah

Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan RPJMD.


Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan mengikutsertakan pemangku

kepentingan.
Musrenbang

pembahasan dan penyepakatan rancangan RPJMD.


Pelaksanaan Musrenbang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

dilaksanakan

dengan

rangkaian

kegiatan

penyampaian,

e. Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Nasional


Rancangan Akhir RPJM Nasional disusun oleh Menteri berdasarkan hasil

Musrenbang Jangka Menengah Nasional.


Rancangan Akhir RPJM Nasional disampaikan kepada Presiden.

Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Daerah

Rancangan akhir RPJMD dirumuskan oleh Bappeda berdasarkan hasil

Musrenbang.
Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJMD dipimpin oleh Kepala Daerah.

f. Penetapan RPJM Nasional


Presiden menetapkan Rancangan Akhir RPJM Nasional menjadi RPJM
Nasional dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
Presiden dilantik.
RPJM Nasional berfungsi sebagai:
1) Pedoman penyesuaian dalam rangka penetapan Renstra-KL; dan
2) Bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan
tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat
dalam RPJM Nasional.
Renstra-KL ditetapkan dengan Peraturan Pimpinan Kementerian/Lembaga.
Renstra-KL yang telah ditetapkan disampaikan kepada :
1) Menteri;
16

2) Menteri Dalam Negeri;


3) Menteri Keuangan; dan
4) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara.
Penetapan RPJM Daerah

RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan

Menteri.
Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan

setelah kepala daerah dilantik.


Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi disampaikan kepada Menteri.
Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten/Kota disampaikan kepada

Gubernur dengan tembusan kepada Menteri.


Gubernur menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD Provinsi kepada

masyarakat.
Bupati/walikota

menyebarluaskan

Peraturan

Daerah

tentang

RPJMD

Kabupaten/Kota kepada masyarakat.


Secara ringkas, proses penyusunan dan penetapan RPJM Nasional/Daerah dapat
dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3
Proses Penyusunan dan Penetapan RPJM/RPJMD
4. PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA
17

4.1. Pengendalian Pelaksanaan Rencana


a. Pimpinan Kementerian/Lembaga/SKPD melakukan pengendalian pelaksanaan
rencana pembangunan sesuai dengan tugas dan kewenangan masing-masing.
b. Pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan merupakan tugas dan fungsi yang
melekat pada masing-masing Kementerian/Lembaga/ SKPD.
c. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
dilakukan melalui kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut.
d. Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan

rencana

pembangunan

dari

masing-masing

pimpinan

kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas dan


kewenangannya
e. Pengendalian dilakukan dengan maksud untuk dapat menjamin bahwa
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan
pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi

serta

mengantisipasi

permasalahan yang timbul untuk dapat di ambil tindakan sedini mungkin.


f. Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang
ditempuh berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk
menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana yang telah
ditetapkan, seperti antara lain, melakukan koreksi atas penyimpangan kegiatan,
akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan, ataupun klarifikasi atas ketidakjelasan
pelaksanaan rencana.
4.2. Evaluasi Pelaksanaan Rencana
a. Merupakan bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis
mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian
sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
b. Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti
apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama
18

evaluasi diarahkan kepada pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu,


dalam

perencanaan yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan

penyusuanan indikator kinerja pelaksanaan rencana.


c. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact).
d. Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai
tahapan yang berbeda, yaitu evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante),
evaluasi

pada

tahap

pelaksanaan

(on-going), evaluasi pada tahap pasca

pelaksanaan (ex-post)
e. Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap kementerian/lembaga, baik pusat
maupun daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan
yang merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggungjawabnya.
f. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan, kementerian/lembaga,
baik pusat maupun daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi
kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan ukuran yang sesuai
untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.

5. DATA DAN INFORMASI


Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
6. KELEMBAGAAN
Presiden menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas Perencanaan Pembangunan
Nasional sedangkan

Kepala Daerah menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas

perencanaan pembangunan Daerah didaerahnya.


Dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Nasional, Presiden dibantu
oleh Menteri. Sedangkan dalam menyelenggarakan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Kepala Daerah dibantu oleh Kepala Bappeda
Pimpinan

Kementerian/Lembaga/SKPD

menyelenggarakan

perencanaan

pembangunan sesuai dengan tugas dan kewenangannya.


19

Gubernur selaku wakil Pemerintah Pusat mengkoordinasikan pelaksanaan


perencanaan tugas-tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Gubernur
menyelenggarakan

koordinasi,

integrasi,

sinkronisasi,

dan

sinergi

juga

perencanaan

pembangunan antarkabupaten/kota.
7. PERMASALAHAN PERENCANAAN SECARA UMUM DAN KHUSUS
7.1. Permasalahan perencanaan secara umum
a. Lemahnya koordinasi dalam pengelolaan data dan informasi sehingga tidak tepat
sasaran.
b. Lemahnya keterkaitan proses perencanaan, proses penganggaran dan proses politik
dalam menerjemahkan dokumen perencanaan menjadi dokumen anggaran.
c. Kurangnya keterlibatan masyarakat warga (civil society).
d. Lemahnya sistem pemantauan, evaluasi dan pengendalian (safeguarding).
e. Lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
f. Ketergantungan pada sumberdana dari donor dan lembaga internasional.
7.2. Permasalahan perencanaan secara spesifik
a. Permasalahan yang terkait dengan struktur program dan kegiatan perencanaan
antara lain :

Pelaksanaan (operasional) perencanaan yang diwujudkan dalam bentuk


program, cenderung disusun dengan pendekatan input based.

Program digunakan oleh beberapa Kementerian Negara/Lembaga.

Program memiliki tingkatan kinerja yang terlalu luas.

Program memiliki tingkatan yang sama atau lebih rendah dibandingkan


kegiatan. Masih ditemui adanya beberapa keluaran yang tidak berkaitan dengan
pencapaian kinerja.

b. Permasalahan yang terkait dengan tidak sinerginya perencanaan pusat,


perencanaan sektoral dan daerah.

20

Pembangunan nasional (makro) semata-mata agregasi (gabungan) atas


pembangunan-pembangunan daerah/wilayah atau bahkan sekedar gabungan
pembangunan antar sektor semata.

Pembangunan nasional adalah hasil sinergi berbagai bentuk keterkaitan


(linkages), baik keterkaitan spasial (spatial linkages atau regional linkages),
keterkaitan

sektoral

(sectoral

linkages)

dan

keterkaitan

institusional

(institutional linkages).
c. Perubahan lingkungan strategis nasional dan internasional yang perlu diperhatikan
antara lain:

Demokratisasi. Proses perencanaan pembangunan dituntut untuk disusun secara


terbuka dan melibatkan semakin banyak unsur masyarakat

Otonomi Daerah. Perencanaan pembangunan dituntut untuk selalu sinkron dan


sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten

Globalisasi. Perencanaan pembangunan dituntut untuk mampu mengantisipasi


kepentingan nasional dalam kancah persaingan global

Perkembangan Teknologi. Perencanaan pembangunan dituntut untuk selalu


beradaptasi dengan perubahan teknologi yang cepat

8. TINJAUAN PUSTAKA
a. Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421)
b. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 - 2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 33)
c. Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286) ;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817 ) ;

21

e. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
f. Peraturan Pemerintah No. 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan, menjelaskan lingkup pengukuran kinerja
pelaksanaan rencana pembangunan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja
pembangunan.
g. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 tentang RPJM Nasional.

22

Anda mungkin juga menyukai