Anda di halaman 1dari 98

PENGANTAR PROSES

PERENCANAAN
FEBBY ASTERIANI ST, MT
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH & KOTA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
DEFENISI PERENCANAAN
Menurut T Hani Handoko (1991), perencanaan adalah :
“Pemilihan se-kumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang
harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa".
Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan kondisi
di waktu yang akan datang di mana perencanaan dan kegiatan yang
diputuskan akan dilaksanakan serta periode sekarang pada saat
direncanakan.
DEFENISI PERENCANAAN

Menurut Stoner (1992) perencanaan merupakan “proses yang mendasar yang dapat dipadatkan menjadi
4 (empat) langkah pokok yang dapat di sesuaikan dengan semua aktivitas perencanaan pada seluruh
tingkat organisasi, yaitu :

1. Tetapkan tujuan atau perangkat tujuan


Diawali dengan keputusan mengenai apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh organisasi. Prioritas dan
pemaparan secara tegas tujuan tujuannya memungkinkan organisasi dapat memusatkan sumberdayanya
secara efektif. Jika perencanaan merupakan proses yang benar benar dipahami, lebih mudah bagi tiap
indi¬vidu untuk mengembangkan tujuan sendiri dan untuk memperoleh bantuan dan mengembangkan
rencana guna mencapai tujuan itu.
2. Tentukan situasi sekarang
Analisalah keadaan terakhir dari persoalan yang ada pada organisasi, seberapa jauh organisasi berada
dari tujuannya?, sumber daya apa yang tersedia untuk mencapai tujuan, informasi keuangan, data
statistik, rencana dapat disusun untuk membuat peta kemajuan selanjutnya.
3. Indentifikasi pendukung dan penghambat tujuan
Menentukan faktor apakah dalam lingkungan dalam dan luar organisasi yang dapat membantu mencapai
tujuan serta faktor apa yang nungkin menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilaku¬kan, namun
mengantisipasi situasi, masalah, dan peluang di masa yang akan datang merupakan bagian penting
perencanaan.
4. Kembangkan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan
Yaitu dengan mengembangkan berbagai alternatif tindakan, mengevaluasi alternatif alternatif ini, dan
memilih alternatif yang paling cocok. Dalam langkah ini keputusan keputusan menyangkut tindakan
tindakan masa depan diambil dan di dalamnya garis garis pedoman untuk pengambilan keputusan yang
efek¬tif adalah paling relefan.
DEFENISI PERENCANAAN
 Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat melalui serangkaian pilihan-pilihan .
Menentukan : Menemukan
(mengungkapkan dan meyakinkan).
Tindakan : Spesifik dan berkaitan dengan
persoalan pelaksanaan
Tepat : Dikaitkan dengan tindakan
Pilihan-pilihan :
○ Pemilihan tujuan dan kriteria
○ Identifikasi seperangkat alternatif yang konsisten dengan preskripsi dengan pemilihan
alternatif yang memungkinkan
○ Arahan tindakan mengenai tujuan yang telah ditentukan
 John Friedman (1987) memberikan definisi lebih luas mengenai planning
sebagai upaya menjembatani pengetahuan ilmiah dan teknik (scientific and
technical knowledge) kepada tindakan-tindakan dalam domain publik,
menyangkut proses pengarahan social dan proses transformasi social.
 Berdasarkan definisi luas planning yang dikemukakan oleh John Friedman
dapat disimpulkan bahwa filosofi peran serta masyarakat dalam perencanaan
mengalami suatu pergeseran, dari for people sebagai sifat perencanaan
social reform menjadi by people sebagai sifat perencanaan dalam social
learning.
 Oleh karena itu dalam memahami perencanaan maka akan lebih baik apabila
perencanaan dipahami sebagai sebuah suatu upaya untuk membuat
pengetahuan dan tindakan teknis dalam perencanaan yang secara efektif
akan mendorong tindakan-tindakan publik.
PROSES  PERENCANAAN

 Proses  perencanaan adalah rangkaian kegiatan berpikir yang


berkesinambungan dan rasional untuk memecahkan suatu masalah secara
sistematis dan terencana.

 Proses perencanaan merupakan sebuah proses yang dilakukan dalam rangka


mencapai sebuah kestabilan.
Sehingga setiap aktivitas yang ada di dalamnya merupakan sebuah usaha
yang dilakukan memiliki titik fokus untuk mencapai satu kondisi
keseimbangan dalam konteks problem solving, future oriented dan
resource allocation.
PENDEKATAN PROSES PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH

Tujuan Pembangunan Daerah :

1. Mengurangi disparitas atau ketimpangan pembangunan antar daerah dan


antar sub daerah serta antar warga masyarakat (pemerataan dan
keadilan).
2. Memberdayakan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan.
3. Menciptakan atau menambah lapangan kerja.
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah.
5. Mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya alam agar
bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang
(berkelanjutan).
Selama ini, proses perencanaan pembangunan
daerah dilakukan dengan berbagai pendekatan :

a. Sebelum Era Desentralisasi


b. Era Desentralisasi
a. Sebelum era desentralisasi

Proses Perencanaan pembangunan daerah lebih bersifat sentralistis.


 Dalam proses itu, pemerintah daerah menerima agenda perencanaan
pembangunan dari pusat untuk selanjutnya menjalankannya dalam
kerangka memenuhi jadwal atau agenda perencanaan yang telah
menjadi pola baku yang ditetapkan pemerintah pusat.
 Implikasi lebih jauh dari proses tersebut adalah ketergantungan
pemerintah daerah yang semakin besar kepada pemerintah pusat.
b. Era Desentralisasi

Dalam era desentralisasi sekarang, proses perencanaan pembangunan


sudah mengalami pergeseran paradigma.

 Dalam hal ini, sudah mulai dilakukan proses bottom up planning secara
lebih intensif dibandingkan masa sebelumnya.
 Tataran pelaksanaan pembangunan juga sudah lebih melihat
kepentingan daerah dan lebih banyak melibatkan masyarakat dan dunia
usaha. Orientasi demikian diharapkan dapat mengurangi ketergantungan
pemerintah daerah pada pemerintah pusat. Selain itu, juga akan
menumbuhkan kemandirian dalam pendanaan dan pelaksanaan
pembangunan.
Akan tetapi, peran pemerintah daerah yang semakin besar dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di daerah juga akan
menimbulkan beberapa konsekuensi yang harus diterima, antara lain :

1. Dibutuhkan data dasar yang lebih lengkap lagi dalam pelaksanaan


pembangunan di daerah, agar setiap tahapan pembangunan dapat dilandasi
data yang lebih aktual.
2. Dibutuhkan sumber daya manusia yang lebih baik lagi dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembangunan.
3. Dibutuhkan partisipasi masyarakat dan swasta yang semakin besar dalam
proses pembangunan.
4. Dibutuhkan kreativitas untuk mencari sumber-sumber pendapatan daerah
yang baru. Hal itu untuk mengimbangi pertumbuhan pembangunan daerah
yang semakin pesat.
 Reformasi yang bergulir sejak Mei 1998 telah mendorong perubahan pada
hampir seluruh sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia. Elemen-elemen
utama dalam reformasi tersebut adalah: demokratisasi, desentralisasi,
dan pemerintahan yang bersih.
 Ketiga elemen utama reformasi tersebut telah mendorong terciptanya
tatanan baru hubungan antara pemerintah dengan masyarakat madani dan
dunia usaha, hubungan antara Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah,
dan penciptaan transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi
masyarakat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pembangunan.
 Selain itu, amendemen UUD 1945 mengamanatkan bahwa Presiden dan
Wakil Presiden serta kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat, dan
diisyaratkan pula tidak akan ada lagi GBHN (Garis-garis Besar Haluan
Negara) sebagai arahan bagi Pemerintah dalam menyusun rencana
pembangunan.
 Reformasi ini selanjutnya telah menuntut perlunya pembaharuan dalam
sistem perencanaan pembangunan dan pengelolaan keuangan negara
secara nasional. Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat telah
merespon tuntutan perubahan ini dengan menetapkan UU No. 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan kini
telah dijabarkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.39
dan No. 40 Tahun 2006.
Apa itu Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional?

Satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan


rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan
tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di
tingkat Pusat dan Daerah.

Tujuan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

1.Mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan


2.Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antarDaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah;
3.Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, dan pengawasan;
4.mengoptimalkan partisipasi masyarakat;
5.menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
Tahapan Dalam SPPN

Proses penyusunan rencana (baik itu jangka panjang,


menengah, maupun tahunan), dapat dibagi dalam 4 tahap
yaitu:

1.Penyusunan Rencana
2.Penetapan rencana
3.Pengendalian Pelaksanaan Rencana
4.Evaluasi Kinerja
1.Penyusunan Rencana
 Penyiapan rancangan rencana pembangunan oleh lembaga perencana dan
bersifat rasional, ilmiah, menyeluruh, dan terukur.
 Penyiapan rancangan rencana kerja oleh kementerian/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah sesuai dengan kewenangan dengan mengacu pada
rancangan pada butir (a).
 Musyawarah perencanaan pembangunan.
 Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
2. Penetapan Rencana

 RPJP Nas dengan UU


RPJP Daerah dengan Perda

 RPJM
Nas dengan Peraturan Presiden
RPJMD dengan Kepala Daerah

 RKP dengan Peraturan Presiden


RKPD dengan Kepala Daerah
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana
adalah wewenang dan tanggung-jawab pimpinan
kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat
daerah.

 Dilakukan oleh masing-masing pimpinan SKPD .


 KepalaBappeda menghimpun dan menganalisis
hasil pemantauan pelaksanaan rencana
pembangunan dari masing-masing pimpinan
SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Evaluasi Kinerja pelaksanaan rencana pembangunan perioda
sebelumnya.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi tentang kapasitas lembaga
pelaksana, kualitas rencana sebelumnya, serta untuk memperkirakan
kapasitas pencapaian kinerja di masa yang akan datang.

 Kepala SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan


rencana pembangunan SKPD periode sebelumnya.
 Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana
pembangunan berdasarkan hasil evaluasi
pimpinan SKPD.
 Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan
rencana pembangunan daerah untuk periode
berikutnya.
 Ruang Lingkup Perencanaan (UU25/2004)
 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
 Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD)
 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah)
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah)
 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional)
 Jenis-Jenis Dokumen Rencana Pembangunan

Undang-Undang tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)


menetapkan adanya dokumen-dokumen perencanaan yaitu :
 dokumen perencanaan pembangunan berjangka panjang (20 tahun)
 dokumen perencanaan pembangunan berjangka menengah (5 tahun)
 dokumen rencana pembangunan tahunan.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) terdiri dari rencana


pembangunan jangka panjang di tingkat nasional dan di tingkat daerah.
 RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya
pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam
bentuk visi, misi, dan arah pembangunan Nasional.
 Sedangkan RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan
Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.
 RPJP diwujudkan dalam visi dan misi jangka panjang dan mencerminkan cita-
cita kolektif yang akan dicapai oleh masyarakat beserta strategi untuk
mencapainya.
 Oleh karenanya, rencana pembangunan jangka panjang adalah produk dari
semua elemen bangsa, masyarakat, pemerintah, lembaga-lembaga tinggi
negara, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi politik.
 Visi merupakan penjabaran cita-cita kita berbangsa sebagaimana tercantum
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu terciptanya masyarakat yang terlindungi,
sejahtera dan cerdas serta berkeadilan.
 Visi kemudian perlu dinyatakan secara tegas ke dalam misi, yaitu upaya-
upaya ideal untuk mencapai visi tersebut, yang dijabarkan ke dalam arah
kebijakan dan strategi pembangunan jangka panjang.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) atau rencana lima tahunan


terdiri atas rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) dan
rencana pembangunan jangka menengah daerah atau RPJMD.

 Rencana pembangunan jangka menengah sering disebut sebagai agenda


pembangunan karena menyatu dengan agenda Pemerintah yang berkuasa.
Agenda pembangunan lima tahunan memuat program-program, kebijakan,
dan pengaturan yang diperlukan yang masing-masing dilengkapi dengan
ukuran outcome atau hasil yang akan dicapai.

 Selain itu, secara sektoral terdapat pula Rencana Strategis atau Renstra di
masing-masing kementerian/departemen atau lembaga pemerintahan
nondepartemen serta renstra pemerintahan daerah yang merupakan
gambaran RPJM berdasarkan sektor atau bidang pembangunan yang
ditangani.
 RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden
yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi
pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga
dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara
menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

 Sedangkan RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan
memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah,
strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja
Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi
dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
 Selanjutnya Renstra Kementerian dan Lembaga
memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan sesuai
dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga
yang disusun dengan berpedoman pada RPJM
Nasional dan bersifat indikatif.
 Sedangkan Renstra Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) memuat visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas
dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah serta
berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat
indikatif.
Rencana Pembangunan Tahunan

 Rencana pembangunan tahunan disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah


(RKP).

 RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas


pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan
dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat
indikatif.

 Sedangkan RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada
RKP, memuat rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan
Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.
 Masi perlukah peran Pemerintah dalam perencanaan pembangunan???

 Peran Pemerintah dalam Perencanaan Pembangunan


Ada tiga peran pemerintah yang utama yaitu:
1. Sebagai pengalokasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh negara untuk
pembangunan
2. Penciptaan stabilisasi ekonomi melalui kebijakan fiskal dan moneter
3. Sebagai pendistribusi sumber daya.
 Penjabaran ketiga fungsi ini di Indonesia dapat dilihat
dalam Pasal 33 UUD 1945 Amandemen Keempat. Ayat
(2) dan ayat (3) menyebutkan bahwa negara menguasai
bumi serta kekayaan alam yang dikandung didalamnya,
serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan bagi hajat hidup orang banyak.

 Penguasaan ini dimaksudkan untuk dipergunakan


sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini
mengamanatkan kepada Pemerintah agar secara aktif
dan langsung menciptakan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
 Selanjutnya ayat (4) menyebutkan bahwa perekonomian
diselenggarakan atas dasar dasar demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

 Ayat ini juga mengamanatkan kepada Pemerintah untuk


menjaga dan mengarahkan agar sistem perekonomian Indonesia
berjalan dengan baik dan benar. Inilah yang dinamakan peran
pengaturan dari pemerintah. Inilah yang menjadi inti tugas
lembaga perencanaan dalam Pemerintah.

 Pemerintah juga dapat melakukan intervensi langsung melalui


kegiatan-kegiatan yang dibiayai oleh pemerintah, yang
mencakup kegiatan-kegiatan penyediaan barang dan layanan
publik, melaksanakan kegiatan atau prakarsa strategis,
pemberdayaan yang tak berdaya (empowering the
powerless) atau keberpihakan.
Peran Pemerintah dalam Pembangunan Nasional
 PROSES PERENCANAAN

1. Proses Perencanaan Politik


2. Proses Perencanaan Teknokratik
3. Proses Perencanaan Partisipatif
4. Proses Perencanaan Bottom-Up dan
Top-Down
1. Proses Perencanaan Politik

Sebagai contoh, bila dalam pemilu ada calon peserta yang menawarkan
program pembangunan jembatan, maka pemilih yang tinggal di desa
sekitar jembatan merasa ada insentif untuk memilihnya. Kalau menang,
maka pembangunan jembatan yang dijanjikan akan menjadi program
Presiden/Wakil Presiden/Kepala Daerah tersebut selama berkuasa.
Sehingga bila program para calon sesuai dengan kebutuhan masyarakat
pemilih, maka akan terjadi kontrak politik. Inilah yang dinamakan proses
politik dalam perencanaan.
2. Proses Perencanaan Teknokratik

Untuk contoh dua desa di sisi sungai, kebutuhan akan


jembatan juga bisa muncul ke permukaan melalui pengamat
profesional. Dengan data yang ada, pengamat profesional
bisa sampai pada kesimpulan bahwa jembatan tersebut
memang diperlukan dan layak untuk di bangun.
Pengamat profesional adalah kelompok masyarakat yang
terdidik yang walau tidak mengalami sendiri, namun
berbekal pengetahuan yang dimiliki dapat menyimpulkan
kebutuhan akan suatu barang yang tidak dapat disediakan
pasar.
Pengamat ini bisa pejabat pemerintah, bisa non-
pemerintah, atau dari perguruan tinggi. Selanjutnya dari
hasil pengamatan kebutuhan masyarakat, rencana
pembangunan dapat disusun. Agregat dari kebutuhan
masyarakat yang ditemukan oleh pengamat profesional
menghasilkan perspektif akademis pembangunan. Inilah
yang dinamakan proses teknokratik dalam perencanaan.
 Untuk mendapat suatu rencana yang optimal maka rencana pembangunan hasil
proses politik perlu digabung dengan rencana pembangunan hasil proses
teknokratik.
 Agar kedua proses ini dapat berjalan selaras, masing-masing perlu dituntun oleh
satu visi jangka panjang.
 Agenda Presiden/Wakil Presiden/Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah yang
berkuasa yang dihasilkan dari proses politik perlu selaras dengan perspektif
pembangunan yang dihasilkan proses teknokratik menjadi agenda pembangunan
nasional lima tahunan.
 Selanjutnya agenda pembangunan jangka menengah ini diterjemahkan ke
dalam rencana kerja pemerintah (RKP) tahunan yang sekaligus menjadi satu
dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) sebelum disetujui
oleh DPR untuk ditetapkan menjadi UU.
Diagram Proses Politik dan Proses Teknokratik
3. Proses Perencanaan Partisipatif

Sebagai cerminan lebih lanjut dari demokratisasi dan partisipasi sebagai


bagian dari good governance maka proses perencanaan pembangunan juga
melalui proses partisipatif.
 Pemikiran perencanaan partisipatif diawali dari kesadaran bahwa kinerja
sebuah prakarsa pembangunan masyarakat sangat ditentukan oleh semua
pihak yang terkait dengan prakarsa tersebut.
 Sejak dikenalkannya model perencanaan partisipatif, istilah stakeholders
menjadi sangat meluas dan akhirnya dianggap sebagai idiom model ini.
 Di lingkungan pemerintahan, penerapan model ini banyak menyangkut proyek-
proyek berskala luas dengan batasan yang tidak jelas (vague). Contohnya
adalah proyek-proyek lingkungan dan sosial.
 Perencanaan partisipatif berangkat dari keyakinan bahwa keberhasilan
program-program pembangunan ditentukan oleh komitmen semua
stakeholders, dan komitmen ini didapat dari sejauh mana mereka terlibat
dalam proses perencanaan program tersebut.
 Dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, perencanaan partisipatif
diwujudkan melalui musyawarah perencanaan. Dalam musyawarah ini, sebuah
rancangan rencana dibahas dan dikembangkan bersama semua pelaku
pembangunan (stakeholders).
 Pelaku pembangunan berasal dari semua aparat penyelenggara negara
(eksekutif, legislatif, dan yudikatif), masyarakat, rohaniwan, dunia usaha,
kelompok profesional, organisasi-organisasi non-pemerintah, dan lain-lain.
4. Proses Perencanaan Top-Down dan
Bottom-Up
Proses top-down versus bottom-up lebih mencerminkan proses perencanaan di
dalam pemerintahan yaitu dari lembaga/departemen dan daerah ke pemerintah
Pusat.

 Lembaga/departemen/daerah menyusun rencana pembangunan sesuai dengan


wewenang dan fungsinya.
 Proses top-down dan bottom-up ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain
menyelaraskan program-program untuk menjamin adanya sinergi/konvergensi dari
semua kegiatan pemerintah dan masyarakat.
 Penyelarasan rencana-rencana lembaga pemerintah dilaksanakan melalui
musywarah perencanaan yang dilaksanakan baik di tingkat pusat, propinsi,
maupun kabupaten/kota.
 Dalam sistem perencanaan nasional, pertemuan antara perencanaan yang bersifat
top-down dan bottom-up diwadahi dalam musyawarah perencanaan. Dimana
perencanaan makro yang dirancang pemerintah pusat disempurnakan dengan
memperhatikan masukan dari semua stakeholders dan selanjutnya digunakan
sebagai pedoman bagi daerah-daerah dan lembaga-lembaga pemerintah menyusun
rencana kerja.
Kesimpulan
 Demokratisasi yang terjadi di Indonesia membawa sebuah perubahan besar
dalam paradigma perencanaan di Indonesia.
 Perencanaan yang pada awalnya sebuah proses teknis ekonomis yang
berasal dari rejim penguasa bergeser menjadi sebuah proses partisipasi
yang menuntut pelibatan serta akses yang sama dalam melakukan
intervensi untuk memutuskan sebuah kebijakan yang terkait dengan
kepentingan publik.
 Lembaga perencana berubah dari sebuah lembaga teknokrat yang tertutup
menjadi sebuah lembaga publik yang harus membuka kesempatan yang
sama untuk publik dalam melakukan intervensi.
Kesimpulan
 Perencanaan tidak dapat berlepas diri dari kepentingan politik, karena
perencana memiliki hubungan yang sangat dekat dengan lembaga dan
individu yang bergerak berdasarkan kepentingan politik.
 Proses perencanaan telah bergeser dari sebuah proses rasional menjadi
sebuah proses komunikatif, dimana setiap aktor berkomunikasi mengenai
kepentingan, keberpihakan dan sikap yang diusung.
 Perencana harus berani untuk mengambil sikap di hadapan proses politik,
tanpa harus terlibat dalam kepentingan praktis yang identik dengan dunia
politik. Hal ini dilakukan dalam konteks mempertahankan justifikasi
ilmiah yang dimiliki dan tujuan perencanaan yang dirumuskan.
 PERAN PERENCANA
Peran perencana dalam sebuah proses politik didefinisikan sebagai
berikut :

1. Sebagai teknokrat dan engineer


2. Sebagai birokrat
3. Sebagai Advokat dan Aktivis
4. Sebagai Politikus
1. Sebagai teknokrat dan engineer
Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai
advisor bagi para pengambil kebijakan dengan berporos
kepada rasionalitas dan pertimbangan ilmiah.
Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan
dalam membangun kekuasaan dan kepentingan.
2. Sebagai birokrat
Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi
menjaga stabilisasi organisasi dan jalannya roda
pemerintahan.
Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah alat dalam
menjaga kepentingan dan keberlangsungan organisasi.
Peran ini biasanya disertai oleh kekuasaan yang datang
secara formal dan legal kepada perencana
3. Sebagai Advokat dan Aktivis
Fungsi ini merupakan sebuah manifestasi dari usaha menjembatani
masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat teknis dari sebuah produk
rencana. Selain itu terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan
potensi masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi
Pemerintah.
Informasi dan proses komunikasi diperlakukan sebagai usaha membangun
pemahaman masyarakat dan counter-opinion terhadap kebijakan yang
merugikan masyarakat. Peran ini lahir dari sebuah paradigma bahwasanya
kelompok tertindas harus membebaskan dirinya sendiri dari dominasi
kelompok penguasa (Freire, 1972). Kekuasaan didapatkan melalui mobilisasi
kekuatan massa atau klaim dukungan masyarakat.
4. Sebagai Politikus
Politikus identik dengan tujuan pragmatis dan komunalis, sehingga
perencana tidak diharapkan untuk bergabung dengan dunia politik.
Maksud dari peran ini adalah seorang perencana tidak bisa lepas dari
kepentingan dan dalam memperjuangkan kepentingannya, perencana
dituntut memiliki perspektif seorang politisi. Seorang politikus memiliki
insting dalam berkomunikasi dengan kelompok yang memiliki kepentingan
yang berbeda lebih baik.
FUNGSI

Profesio Engineer Birokrat Advocate Politikus


nalisme /
Skill
Engineer Memposisikan Mengartikulasikan Mengkomunikasika
rasionalitas kepentingan n rasionalitas dan
yang hendak masyarakat umum kepentingan yang
dibuat sebagai kepada sebuah dibuat kepada
pemenuhan rasionalitas yang aktor lain
kepentingan acceptable
publik
Birokrat Mengguna Memperlakukan Memberi informasi
kan masyarakat sebagai kepada
rasionalita konstituen dan pihak masyarakat
s sebagai yang terkena tentang kebijakan
landasan kebijakan yang akan dibuat.
dalam Mengartikulasikan Melakukan
membuat kepentingan publik komunikasi dengan
kebijakan dalam kebijakan legislatif
yang dibuat
FUNGSI

Profesionali Engineer Birokrat Advocate Politikus


sme / Skill

Advocate Mengajukan Menggunakan Menggunakan tindakan-


rasionalitas infrastruktur tindakan politik sebagai
sebagai kelembagaan yang upaya memberi tekanan
argumen ada sebagai media publik dan menarik
dalam dalam melakukan dukungan dari kelompok
memobilisasi advokasi lain
dan menarik Melakukan komunikasi
keberpihakan dengan pihak lain
masyarakat
Menjembatani
pemahaman
rasionalitas
masyarakat

Politikus Menjadikan Melaksanakan Menjembatani masyarakat


rasionalitas fungsi perwakilan dengan para pengambil
lebih dari untuk kebijakan
sekedar memperjuangkan
legitimator kepentingan rakyat
kepentingan
politik
FUNGSI

Profesionali Engineer Birokrat Advocate Politikus


sme / Skill

Advocate Mengajukan Menggunakan Menggunakan tindakan-


rasionalitas infrastruktur tindakan politik sebagai
sebagai kelembagaan yang upaya memberi tekanan
argumen ada sebagai media publik dan menarik
dalam dalam melakukan dukungan dari kelompok
memobilisasi advokasi lain
dan menarik Melakukan komunikasi
keberpihakan dengan pihak lain
masyarakat
Menjembatani
pemahaman
rasionalitas
masyarakat

Politikus Menjadikan Melaksanakan Menjembatani masyarakat


rasionalitas fungsi perwakilan dengan para pengambil
lebih dari untuk kebijakan
sekedar memperjuangkan
legitimator kepentingan rakyat
kepentingan
politik
SUMBER DAYA PEMBANGUNAN

1. Dana (Modal)
2. Sumber daya manusia,
3. Teknologi,
4. Organisasi atau kelembagaan.
1. Mobilisasi Dana Pembangunan
1. Mobilisasi pajak, penerimaan lain di luar pajak, tabungan
masyarakat

2. Jika tabungan pemerintah dan tabungan masyarakat tidak


memadai untuk mencapai sasaran pembangunan yang diinginkan,
maka diupayakan sumber dana pembangunan dari luar negeri,
dengan syarat yang paling menguntungkan.

3. Merangsang berkembangnya investasi masyarakat, yang


bersumber dari dalam dan luar negeri.
Upaya itu tertuang dalam berbagai kebijakan ekonomi, seperti
kebijakan fiskal dan moneter, perizinan , dan kebijakan lain di
bidang perdagangan, industri, dan investasi pada umumnya.

4. Memelihara stabilitas agar pembangunan dapat menghasilkan


peningkatan kesejahteraan yang nyata, dan agar masyarakat
memiliki kepercayaan pada perekonomian nasional, sehingga dapat
menciptakan iklim investasi yang baik.
2. Penyiapan SDM

Yang berkualitas, kreatif, produktif, memiliki


disiplin & etos kerja,serta mampu mengembang-
kan potensi & memanfaatkan peluang
(enterprising), melalui :
 Pendidikan dan pelatihan,
 Ilmu pengetahuan dan teknologi,
 Kesehatan,
 Kependudukan, dan
 Agama dan budaya.
3. Pemanfaatan Teknologi
 Setiap upaya pembangunan memerlukan teknologi yang tepat untuk
melaksanakan pembangunan secara efektif dan efisien.
 Dalam mengembangkan teknologi, manajemen pembangunan perlu
memperhatikan kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat.
 Kondisi sosial ekonomi turut menentukan dalam pemilihan jenis teknologi
padat modal, atau di antaranya, atau gabungan keduanya.
 Kondisi sosial budaya turut menentukan proses transformasi penguasaan
teknologi dari pengguna menjadi penghasil teknologi.
4. Penguatan Kelembagaan

 Kelembagaan dapat berupa organisasi-organisasi formal, antara lain birokrasi,


dunia usaha, dan partai politik
 Dapat juga berupa lembaga ekonomi seperti pasar, lembaga-lembaga hukum,
dan sebagainya.
 Menjadi tugas manajemen pembangunan untuk mempersiapkan lembaga yang
dibutuhkan agar upaya pembangunan dapat berhasil mencapai sasarannya.
 Pertama-tamanya organisasi pemerintah perlu dibangun agar dapat berfungsi
sebagai alat pembangunan.
 Selain itu, juga harus dibangun lembaga-lembaga sosial ekonomi dan sosial
politik masyarakat, agar pembangunan dapat berlangsung efisien dan
memperoleh partisipasi yang seluas-luasnya dari masyarakat, dan dilakukan
dengan derajat rasionalitas yang tinggi.
ELEMEN PERENCANAAN

 Tujuan akhir yang dikehendaki .


 Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang
mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif) .
 Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut .
 Masalah-masalah yang dihadapi .
 Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta
pengalokasiannya .
 kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya .
 Orang, organisasi, atau badan pelaksananya .
 Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan
pelaksanaannya.
JENIS & SIFAT PERENCANAAN

 Dari segi ruang lingkup tujuan dan sasarannya, perencanaan dapat bersifat
nasional, sektoral dan spasial.
 Perencanaan dapat berupa perencanaan agregatif atau komprehensif dan
parsial.
 Dalam jangkauan dan hierarkinya, ada perencanaan tingkat pusat dan
tingkat daerah.
 Dari jangka waktunya, perencanaan dapat bersifat jangka panjang,
menengah, atau jangka pendek.
JENIS & SIFAT PERENCANAAN

 Dilihat dari arus informasi, perencanaan dapat bersifat


dari atas ke bawah (top down), dari bawah ke atas
(bottom up), atau kedua-duanya.
 Dari segi ketetapan atau keluwesan proyeksi ke
depannya, perencanaan dapat indikatif atau
preskriptif.
 Berdasarkan sistem politiknya, perencanaan dapat
bersifat alokatif, inovatif dan radikal.
 Produk perencanaan dapat berbentuk rencana (plan),
kebijakan, peraturan, alokasi anggaran, program, atau
kegiatan (d/h proyek).
SISTEM PERENCANAAN YANG BERHASIL:

 Sistem perencanaan yang mendorong berkembangnya mekanisme pasar dan


peran serta masyarakat.
 Dalam sistem ini perencanaan dilakukan dengan menentukan sasaran-
sasaran secara garis besar, baik di bidang sosial maupun ekonomi, dan
pelaku utamanya adalah masyarakat dan dunia usaha/swasta.
PERENCANAAN YANG IDEAL
 Prinsip partisipatif :
Masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut
serta dalam prosesnya.
 Prinsip kesinambungan :
Perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap; tetapi harus berlanjut
sehingga menjamin adanya kemajuan terus-menerus dalam kesejahteraan,
dan jangan sampai terjadi kemunduran.
 Prinsip holistik :
Masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat
dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan
dalam keutuhan konsep secara keseluruhan.
 Mengandung sistem yang dapat berkembang
(a learning and adaptive system).
 Terbuka dan demokratis ( a pluralistic social setting).
LANGKAH PENYUSUNAN RENCANA
 Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik,
menyeluruh, dan terukur.
 Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja
dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan.
 Pelibatan masyarakat ( stakeholders ) dan penyelarasan rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan.
 Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
TAHAPAN PERENCANAAN
 Penyusunan Rencana
 Rancangan Rencana Pembangunan Nasional / Daerah
 Rancangan Rencana Kerja Dep / Lembaga SKPD
 Musyawarah Perencanaan Pembangunan
 Rancangan Akhir Rencana Pembangunan

 Penetapan Rencana
 RPJP Nas dgn UU dan RPJP Daerah dgn Perda
 RPJM dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah
 RKP / RKPD dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah

 Pengendalian Pelaksanaan Rencana


 Evaluasi Kinerja
MUSRENBANG
 Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan dilaksanakan sebelum Musrenbang
Kabupaten dan Kota.
 Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan sepanjang bulan Maret.
 Musrenbang Pusat (Musrenbangpus) dilaksanakan pada akhir bulan Maret.
 Musrenbang Provinsi dilaksanakan pada bulan April.
 Musrenbang Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan pada akhir bulan April.
A. MUSRENBANG DESA/KELURAHAN

1. Musrenbang Desa/Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholders


desa/kelurahan (pihak yang berkepentingan untuk mengatasi permasalahan
desa/kelurahannya dan pihak yang akan terkena dampak hasil musyawarah)
untuk menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran berikutnya.
2. Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan memperhatikan rencana
pembangunan jangka menengah desa/kelurahan, kinerja implementasi
rencana tahun berjalan serta masukan dari nara sumber dan peserta yang
menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi.
3. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta
Musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang;
4. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam
Musrenbang melalui pembahasan yang disepakati bersama;
Hasil Musrenbang Desa/Kelurahan terdiri:
1. Daftar prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan sendiri oleh
Desa/Kelurahan yang bersangkutan.
2. Daftar kegiatan yang akan dilaksanakan melalui Alokasi Dana Desa,
secara swadaya maupun melalui pendanaan lainnya.
3. Daftar prioritas kegiatan yang akan diusulkan ke kecamatan untuk
dibiayai melalui APBD Kabupaten/Kota dan APBD Propinsi.
4. Daftar nama anggota delegasi yang akan membahas hasil Musrenbang
Desa/Kelurahan pada forum Musrenbang Kecamatan.
B. MUSRENBANG KECAMATAN
1. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholders kecamatan
untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari desa/kelurahan serta
menyepakati kegiatan lintas desa/kelurahan di kecamatan tersebut sebagai
dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
kabupaten/kota pada tahun berikutnya.
2. Stakeholders kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan prioritas
kegiatan dari desa/kelurahan untuk mengatasi permasalahan di kecamatan
serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil
musyawarah.
3. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah unit kerja Pemerintah
Kabupaten/Kota yang mempunyai tugas untuk mengelola anggaran dan
barang daerah.
4. Renja SKPD adalah Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
5. Nara Sumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta
Musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
6. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam
Musrenbang melalui pembahasan yang disepakati bersama.

Musrenbang Kecamatan menghasilkan antara lain:


1. Daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan di kecamatan tersebut
pada tahun berikutnya, yang disusun menurut SKPD dan atau gabungan
SKPD dan
2. Daftar nama delegasi kecamatan untuk mengikuti Musrenbang
Kabupaten/kota.
C. MUSRENBANG KABUPATEN/KOTA

1. Musrenbang Kabupaten/Kota adalah musyawarah stakeholder Kabupaten/kota


untuk mematangkan rancangan RKPD Kabupaten/Kota berdasarkan Renja-
SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan
Renja-SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD.
2. Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten/Kota memperhatikan hasil pembahasan
Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah/Renstra Daerah, kinerja pembangunan tahun berjalan dan
masukan dari para peserta.
3. Nara Sumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta
Musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
4. Peserta adalah pihak yang memiliki hak untuk pengambilan keputusan dalam
Musrenbang melalui pembahasan yang disepakati bersama.
5. Hasil Musrenbang Kabupaten/Kota adalah prioritas kegiatan yang dipilah
menurut sumber pendanaan dari APBD setempat, APBD Provinsi dan APBN
sebagai bahan pemutakhiran Rancangan RKPD Kabupaten/Kota menjadi dasar
penyusunan anggaran tahunan.
6. RKPD adalah Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Kegiatan prioritas RKPD
menjadi rujukan utama penyusunan Rancangan Anggaran Pembangunan dan
Belanja Daerah (RAPBD).
D. MUSRENBANG PROVINSI

. Musrenbang Provinsi adalah forum musyawarah stakeholders Provinsi


1
untuk:
-Mematangkan rancangan RKPD Provinsi berdasarkan Renja-SKPD yang
dihasilkan melalui Forum SKPD, dengan cara menyerasikan substansi
antar rancangan Renja masing-masing SKPD yang hasilnya digunakan
untuk pemutakhiran Rancangan RKPD Provinsi.
-Menyerasikan RKPD Propinsi dan RKPD Kabupaten /Kota dengan
Rancangan Renja KL dan RKP, khususnya dalam kegiatan tugas
pembantuan, dekonsentrasi.

2. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui


peserta Musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil
Musrenbang

3. Peserta adalah pihak yang memiliki hak untuk ikut menentukan


proses pengambilan keputusan dalam Musrenbang Daerah Provinsi
melalui pembahasan yang disepakati bersama.
E. MUSRENBANG TINGKAT PUSAT
Musrenbang Tingkat Pusat (Musrenbangpus) adalah forum musyawarah
perencanaan pembangunan yang diselenggarakan setiap tahun di tingkat
Pusat dalam rangka membahas rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) dan rancangan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) untuk
tahun anggaran berikutnya dengan mengacu pada Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang sedang berlaku.

F. MUSRENBANG TINGKAT NASIONAL


Musrenbang Nasional merupakan forum musyawarah perencanaan
pembangunan di tingkat nasional dan merupakan tahapan akhir dari
keseluruhan rangkaian forum Musrenbang dan berfungsi sebagai media untuk
menyempurnakan rancangan akhir RKP dan Renja-KL.
MUSRENBANG JANGKA PANJANG DAERAH
Musrenbang Jangka Panjang Daerah merupakan forum konsultasi dengan para
pemangku-kepentingan pembangunan untuk membahas rancangan visi, misi dan
arah pembangunan yang telah disusun, dibawah koordinasi Kepala Bappeda.

MUSRENBANG JANGKA MENENGAH DAERAH


Musrenbang Jangka Menengah Daerah merupakan forum konsultasi dengan para
pemangku kepentingan-pembangunan, termasuk DPRD cq Panja RPJMD untuk
membahas rancangan RPJM Daerah, dibawah koordinasi Kepala Bappeda.

MUSRENBANG JANGKA MENENGAH/FORUM RENSTRA SKPD


Musrenbang Jangka Menengah Daerah/Forum Resntra SKPD merupakan forum
konsultasi dengan para pemangku kepentingan-pembangunan untuk membahas
rancangan Renstra SKPD, dibawah koordinasi Kepala SKPD.

MUSRENBANG TAHUNAN DAERAH


Musrenbang Tahunan Daerah merupakan musrenbang yang berjenjang dari
musrenbang kelurahan/desa, musrenbang kecamatan, forum SKPD dan
musrenbang tahunan kabupaten/kota di kabupaten/kota hingga musrenbang
provinsi yang terdiri dari forum SKPD provinsi dan musrenbang provinsi
FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH/FORUM SKPD KAB/KOTA

1. Forum SKPD (forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi,


kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku
pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil
Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya
mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya
difasilitasi oleh SKPD terkait.
2. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui
peserta Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD untuk proses
pengambilan keputusan hasil forum/Musrenbang.
3. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam
Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD melalui pembahasan yang
disepakati bersama.
4. Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang
mendorong partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya
untuk mencapai tujuan pembangunan kabupaten/kota.
5. Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun
jasa yang perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan
kabupaten/kota.
FORUM SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH/FORUM SKPD PROVINSI

1. Forum SKPD Provinsi (forum yang membahas rencana program dan kegiatan sesuai
dengan fungsi-fungsi dan sub fungsi pemerintahan serta kegiatan lintas sektor)
adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan tingkat provinsi untuk
menentukan prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kabupaten/Kota
dengan SKPD Provinsi atau gabungan SKPD Provinsi. Forum ini dilaksanakan untuk
menyusun dan menjabarkan Renja SKPD ke dalam berbagai kegiatan yang terfokus.
Tata cara penyelenggaraan forum ini difasilitasi oleh SKPD yang bersangkutan.
2. Nara Sumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Forum
SKPD Provinsi atau Forum Gabungan SKPD Provinsi untuk proses pengambilan
keputusan hasil forum Musrenbang.
3. Peserta adalah pihak yang berhak untuk ikut menentukan proses pengambilan
keputusan dalam Forum SKPD Provinsi dan atau Forum Gabungan SKPD Provinsi
melalui pembahasan yang disepakati bersama.
4. Kerangka regulasi adalah rencana kegiatan melalui pengaturan yang mendorong
partisipasi masyarakat maupun lembaga terkait lainnya untuk mencapai tujuan
pembangunan Provinsi.
5. Kerangka Anggaran adalah rencana kegiatan pengadaan barang maupun jasa yang
perlu dibiayai oleh APBD untuk mencapai tujuan pembangunan Provinsi.
LEMBAGA PENYEDIA DATA PEMBANGUNAN
Berbicara mengenai lembaga penyedia data tidak terlepas dari sistem
perstatistikan nasional Indonesia. Di Indonesia, lembaga pemerintah yang
bertugas di bidang kegiatan statistik adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Di
samping berada di pusat, BPS juga mempunyai kantor perwakilan di setiap
provinsi dan kabupaten/kota yang merupakan instansi vertikal yang disebut
BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota.

Berkaitan dengan penyediaan data untuk perencanaan pembangunan di


daerah maka mekanisme yang berjalan selama ini adalah koordinasi BPS
Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota dengan pemerintah daerah.

Oleh karena itu, upaya penyediaan data untuk perencanaan pembangunan


haruslah melibatkan pihak-pihak tersebut. Secara teknis, data yang diolah
dan kemudian disebarluaskan oleh BPS Provinsi atau Kabupaten/Kota
diperoleh dengan cara survei dan laporan serta catatan rutin dari instansi
pemerintah daerah.
PERGESERAN PERENCANAAN
DULU: Daftar Usulan “Shopping List”
 Sebanyak-banyaknya
 Seindah-indahnya
 Tidak terbatas

SEKARANG : Rencana Kerja “Working Plan”


 Input (Rp., Naker, Fasilitas, dll.)
 Kegiatan (Proses)
 Output / Outcome
Sehingga Perencanaan dimulai dengan informasi tentang ketersediaan
sumberdaya dan arah pembangunan nasional

Critical pointnya adalah :


Menyusun hubungan optimal antara input, proses, dan output /
outcomes.
ELEMEN PERENCANAAN

Dalam melakukan perencanaan, ada elemen – elemen penting yang harus


diperhatikan:

 Memilih alternatif
 Alokasi sumber daya
 Pencapaian Tujuan
 Berorientasi ke masa depan
FUNGSI PERENCANAAN
 Perencanaan diharapkan menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu.
 Perencanaan membuat proses pencapaian tujuan lebih terarah.
 Perencanaan dapat memperkirakan ( forecast ) terhadap hal – hal yang
akan dilalui.
 Perencanaan memberi kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tentang cara terbaik untuk memilih kombinasi cara terbaik.
 Perencanaan dilakukan berdasarkan skala priorotas (tujuan, sasaran,
maupun tindakan).
 Dengan Perencanaan maka akan ada suatu alat ukur untuk melakukan
evaluasi.
PENDEKATAN PERENCANAAN
1.Pendekatan Perencanaan Rasional Menyeluruh
 Dilandasi suatu kebijaksanaan umum yang merumuskan
tujuan yang ingin dicapai sebagai suatu kesatuan.
 Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap
menyeluruh dan terpadu.
 Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi.
 Peramalan yang diarahkan pada tujuan jangka panjang.

Permasalahan yang dihadapi oleh produk perencanaan


rasional menyeluruh:
 Produk dirasakan kurang memberikan informasi dan arahan
yang relevan bagi pembuat.
 Usaha penyelesaian masalah yang mencakup berbagai unsur
dinilai sulit untuk direalisasikan.
 Diperlukan sistem informasi yang lengkap dan rinci, namun
dana yang dibutuhkan besar.
 Lemahnya koordinasi antar lembaga.
PENDEKATAN PERENCANAAN
2. Pendekatan Perencanaan Terpilah
Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh
penelaahan serta evaluasi alternatif rencana secara
menyeluruh.
 Hanya mempertimbangkan bagian – bagian kebijaksanaan
umum yang berkaitan langsung dengan unsur atau subsistem
yang diprioritaskan.
 Pelaksanaan yang lebih mudah dan realistis

Permasalahan yang dihadapi oleh produk perencanaan


terpilah:
 Seringterjadi dampak atau masalah yang tidak terduga
sebelumnya.
 Hanya merupakan usaha penyelesaian jangka pendek
 Hanya merupakan upaya perencanaan untuk menyelesaikan
masalah secara tambal sulam yang bersifat sementara.
SYARAT PERENCANAAN
Harus memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan:
 Tujuan akhir yang dikehendaki.
 Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan
pemilihan dari berbagai alternatif).
 Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut.
 Masalah-masalah yang dihadapi.
 Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya.
 kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya.
 Orang, organisasi, atau badan pelaksananya.
 Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.
 Faktual dan Realistis
 Logis dan Rasional
 Fleksibel
 Komitmen
 Komprehensif atau menyeluruh
KEGAGALAN PERENCANAAN
1. Penyusunan perencanaan tidak tepat, mungkin karena:
 informasinya kurang lengkap,
 metodologinya belum dikuasai,
 perencanaannya tidak realistis sehingga tidak mungkin pernah bisa terlaksana
 pengaruh politis terlalu besar sehingga pertimbangan-pertimbangan teknis
perencanaan diabaikan.
2. Perencanaannya mungkin baik, tetapi pelaksanaannya tidak seperti
seharusnya.
 kegagalan terjadi karena tidak berkaitnya perencanaan dengan pelaksanaannya.
 aparat pelaksana tidak siap atau tidak kompeten,
 masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga tidak mendukungnya.
KEGAGALAN PERENCANAAN

3. Perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan
perkembangan serta tidak dapat mengatasi masalah mendasar negara
berkembang.
 Misalnya, orientasi semata-mata pada pertumbuhan yang menyebabkan makin
melebarnya kesenjangan.
 Dengan demikian, yang keliru bukan semata-mata perencanaannya, tetapi falsafah
atau konsep di balik perencanaan itu.
4. Karena perencanaan diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia
sampai yang paling kecil sekalipun.
 Perencanaan di sini tidak memberikan kesempatan berkembangnya prakarsa individu
dan pengembangan kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh.
 Sistem ini bertentangan dengan hukum penawaran dan permintaan karena pemerintah
mengatur semuanya.
 Perencanaan seperti inilah yang disebut sebagai sistem perencanaan terpusat
(centrally planned system).
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
1. Adanya kecenderungan berpikir bahwa:
 dimensi rasional dari pembangunan lebih
penting dari dimensi moralnya,
 dimensi material lebih penting daripada
dimensi kelembagaannya, dan
 dimensi ekonomi lebih penting dari dimensi
sosialnya.

 Akibat dari anggapan itu ialah alokasi


sumber daya pembangunan diprioritaskan
menurut jalan pikiran yang demikian.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN

2.Pendekatan pembangunan yang berasal


dari atas lebih sempurna daripada
pengalaman dan aspirasi pembangunan di
tingkat bawah.

 Akibatnya kebijakan pembangunan menjadi


kurang efektif karena kurang
mempertimbangkan kondisi yang nyata dan
hidup di masyarakat.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
3.Pembangunan masyarakat banyak di tingkat
bawah lebih memerlukan bantuan material
daripada keterampilan teknis dan manajerial.

 Anggapan ini sering mengakibatkan


pemborosan sumber daya dan dana, karena:
 kurang mempersiapkan keterampilan teknis dan
manajerial dalam pengembangan sumber daya
manusia, dan
 mengakibatkan makin tertinggalnya masyarakat di
lapisan bawah.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
4.Teknologi yang diperkenalkan dari atas selalu
jauh lebih ampuh daripada teknologi yang
berasal dari masyarakat itu sendiri.

 Anggapan demikian dapat menyebabkan


pendekatan pembangunan yang:
 terlalu memaksa dan menyamaratakan teknologi
tertentu untuk seluruh kawasan pembangunan di
tanah air yang sangat luas dan beragam tahap
perkembangannya ini.
 pendekatan pembangunan terlalu mengabaikan
potensi teknologi tradisional yang dengan sedikit
penyempurnaan dan pembaharuan mungkin lebih
efisien dan lebih efektif untuk dimanfaatkan
dibandingkan dengan teknologi impor.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
5. Lembaga-lembaga yang telah berkembang di
kalangan rakyat cenderung tidak efisien dan kurang
efektif bahkan menghambat proses pembangunan.
 Anggapan ini membuat lembaga-lembaga
masyarakat di lapisan bawah kurang dimanfaatkan
dan kurang ada ikhtiar untuk memperbaharui,
memperkuat serta memberdayakannya.
 Bahkan justru terdapat kecenderungan untuk
memperkenalkan lembaga-lembaga baru yang asing
dan tidak selalu sejalan dengan nilai dan norma
masyarakat.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
6. Masyarakat di lapisan bawah tidak tahu apa yang diperlukannya atau
bagaimana memperbaiki nasibnya.
 Oleh karena itu, mereka harus dituntun dan diberi petunjuk dan tidak perlu
dilibatkan dalam perencanaan meskipun yang menyangkut dirinya sendiri.

 Akibat dari anggapan ini banyak proyek-proyek pembangunan yang ditujukan


untuk rakyat, tetapi salah alamat, tidak memecahkan masalah, dan bahkan
merugikan rakyat.
 Bias ini melihat masyarakat sebagai objek dan bukan subjek pembangunan.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
7. Orang miskin adalah miskin karena bodoh dan malas. Dengan demikian, cara
menanganinya haruslah bersifat paternalistik seperti memperlakukan orang
bodoh dan malas, dan bukan dengan memberi kepercayaan.

 Dengan anggapan demikian masalah kemiskinan dipandang lebih sebagai usaha


sosial ( charity ) dan bukan usaha penguatan ekonomi.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
8. Ukuran efisiensi pembangunan yang salah diterapkan
 Padahal upaya pemberdayaan masyarakat, akan menghasilkan pertumbuhan,
bahkan merupakan sumber pertumbuhan yang lebih lestari ( sustainable ),
tetapi umumnya dalam kerangka waktu ( time frame ) yang lebih panjang.

 Anggapan yang demikian beranjak dari konsep pembangunan yang sangat


bersifat teknis dan tidak memahami sisi-sisi sosial budaya dari pembangunan
dan potensi yang ada pada rakyat sebagai kekuatan pembangunan.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
9. Sektor pertanian dan perdesaan adalah sektor tradisional, kurang produktif,
dan memiliki masa investasi yang panjang, karena itu kurang menarik untuk
melakukan investasi modal besar-besaran di sektor itu.
 Oleh karenanya, bermitra dengan petani dan usaha kecil di sektor pertanian
dan perdesaan dipandang tidak menguntungkan dan memiliki risiko tinggi.

 Anggapan ini juga telah mengakibatkan prasangka dan menghambat upaya


untuk secara sungguh-sungguh membangun usaha pertanian dan usaha kecil di
perdesaan.
BIAS-BIAS DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN
10.Kegiatan investasi makin cenderung terpusat
di perkotaan, di sektor industri yang justru
banyak disubsidi dan diproteksi, yang
akibatnya juga mendorong urbanisasi.

 Pengalaman Taiwan dan Jepang menunjukkan bahwa investasi di wilayah


perdesaan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sekaligus pemerataan yang
menyebabkan ekonominya menjadi kukuh.
DEFENISI TATA RUANG (UU NO.26 TAHUN 2007) :

 Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,


dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai
satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
hidupnya.
 Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan
sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
 Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu
wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
 Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
 Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata
ruang.
 Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola
ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
 Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata
ruang.
 Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata
Ruang.

Anda mungkin juga menyukai